• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh setiap individu dalam hal ini khususnya bagi individu pada penelitian ini yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh setiap individu dalam hal ini khususnya bagi individu pada penelitian ini yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan setiap individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kemampuan mereka mengatur berbagai hal secara baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam melakukan pengaturan tersebut, setiap individu dapat melakukan secara sendirian atau dengan bantuan pihak lain, terutama pada bidang-bidang tertentu yang memerlukan keahlian khusus atau kompetensi tersendiri. Perlunya bantuan dari pihak lain tersebut dimaksudkan supaya lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Efektif berarti tujuan yang telah ditetapkan dapat diperoleh sesuai dengan perencanaan yang ada, sedangkan efisien berarti proses pencapaian tujuan tersebut berjalan dengan tepat dan benar sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Dengan proses yang efektif dan efisien ini akan berdampak pada lebih optimalnya hasil yang diperoleh, karena dapat meminimalkan risiko terbuangnya berbagai macam sumber daya, baik sumber daya manusia, modal dan waktu, yang berarti dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan.

Demikian halnya dengan pengelolaan kekayaan yang merupakan kegiatan yang penting

dilakukan oleh setiap individu dalam hal ini khususnya bagi individu pada penelitian ini yang

masuk pada kategori High Networth Individuals (HNWI), yaitu menurut Diktat Sertifikasi Wealth

Management HNWI merupakan individu yang mempunyai kekayaan bersih minimal US$ 1juta

(Satu Juta Dollar) atau setara dengan Rp. 10 Milyar (Sepuluh Milyar Rupiah). Dikarenakan

ketidaktepatan pengelolaan kekayaan akan mengakibatkan terjadinya penurunan asset yang

dimiliki atau terjadi potensial loss terhadap asset yang telah dikumpulkan selama kurun waktu

tertentu. Hal ini tentu saja akan berdampak tidak baik terhadap kondisi keuangan individu

tersebut bahkan bisa saja kesalahan pengelolaan yang dilakukan, misalnya terlalu spekulatif pada

suatu instrument investasi tertentu tanpa adanya back up proteksi (asuransi) akan investasi

(2)

tersebut, pada akhirnya secara ekstrim akan menyebabkan terjadinya kebangkrutan.

Kesalahaan pengelolaan kekayaan pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor seperti : tidak jelasnya tujuan individu dalam mengelola kekayaan; tidak memadainya asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang dimiliki; terlalu tamak dan memiliki tingkat spekulasi tinggi;

manajemen hutang yang buruk atau terlalu banyak hutang; tidak adanya rekomendasi dari ahli perencanaan keuangan (profesional); dan salah memilih wealth manager (Diktat Wealth Management untuk mata kuliah Wealth Protection and Investment Decision, 2010).

Keinginan yang dimiliki oleh setiap individu terhadap pengelolaan kekayaan, tentu saja tidak sama antara individu satu dengan lainnya. Perbedaan ini terjadi berdasarkan latar belakang masing-masing individu, gaya hidup (life style) saat ini dan yang diinginkan setelah tidak bekerja (masa pensiun), serta preferensi masing-masing individu terhadap risiko investasi, sehingga untuk memberikan rekomendasi terhadap bentuk pengelolaan kekayaan yang tepat bagi setiap individu tidak sama, karena setiap individu bersifat unik dan memiliki ciri khas tertentu.

Preferensi individu terhadap risiko investasi penting untuk diketahui karena berkaitan

dengan pemilihan jenis investasi yang tepat sesuai dengan risk tolerance yang dimiliki. Individu

yang Agresif (Risk Neutral) memiliki toleransi untuk mengalami kerugian besar dalam jangka

pendek (dibandingkan dengan umumnya investor lain), namun dengan tujuan untuk memperoleh

laba secara substansial, biasanya individu ini lebih memilih berinvestasi pada saham; adapun

bagi individu yang Moderat (Risk Seeking) mempunyai toleransi untuk mengalami kerugian

sebagai imbalan untuk memperoleh peningkatan dalam jangka panjang, biasanya individu ini

memilih berinvestasi pada obligasi atau pendapatan tetap; dan individu yang Konservatif (Risk

Averse) menjadikan keamanan sebagai prioritas utama meskipun tetap mengharapkan investasi

yang dilakukan dapat tumbuh secara memadai, misalnya lebih baik dari tingkat inflasi, biasanya

individu ini melakukan investasi pada pasar uang seperti deposito. (Diktat Wealth Management

untuk mata kuliah Strategic Analysis for Wealth Management, 2010).

(3)

Kriteria lain yang dapat mempengaruhi individu dalam melakukan investasi adalah Risk Apetite berdasarkan umur yang terbagi menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap Akumulasi (Accumulation stage) berumur antara 20-35 tahun, individu dapat mengambil risiko besar pada tahap awal dari kehidupan, kekayaan masih sedikit dan periode waktu investasi masih panjang.

2. Tahap Konsolidasi (Consolidation stage) berumur antara 36-52 tahun, individu berumur menengah saat ini telah mengumpulkan portofolio investasi yang cukup besar, walaupun masa pensiun masih jauh tetapi hal tersebut sudah menjadi prioritas.

3. Tahap Spending berumur antara 53-65 tahun, mendekati masa pensiun, pendapatan menurun dan mengambil peranan untuk mengumpulkan asset untuk biaya hidup, prioritas adalah untuk pengamanan dan perlindungan daripada pengumpulan kekayaan.

4. Tahap Pemberian (gifting stage) berumur 65+ tahun, keinginan untuk mendapatkan penghasilan tetap mengalahkan keinginan mengumpulkan kekayaan, serta keamanan investasi dan perlindungan kekayaan menjadi prioritas utama. (Diktat Wealth Management untuk mata kuliah Strategic Analysis for Wealth Management, 2010).

Kriteria-kriteria yang ada tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi investasi yang dilakukan oleh setiap individu, sehingga untuk melakukan pengelolaan kekayaan yang tepat perlu dilakukan profiling terhadap individu dalam hal ini selanjutnya disebut sebagai klien agar dapat dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan kekayaan klien yang ada saat ini apakah sudah tepat antara kriteria dengan pelaksanaan investasinya.

Untuk mengakomodir tercapainya pengelolaan kekayaan yang tepat bagi para HNWI

tersebut, maka diperlukan perencana keuangan atau financial planner yang mengutamakan nilai

integritas dalam memberikan layanan bagi para HNWI tersebut. Berdasarkan kamus kompetensi,

integritas adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode

etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini. Nilai integritas sangat

(4)

diperlukan bagi perencana keuangan, karena layanan jasa keuangan ini berdasarkan kepercayaan antara klien dan perencana keuangan. Disamping itu, nilai aset yang akan dikelola adalah dalam jumlah besar sehingga diperlukan kejujuran dan keterbukaan dalam pengelolaan aset dimaksud karena berkaitan dengan risiko dan keuntungan yang harus disampaikan secara transparan dan bukan berdasarkan kepentingan pribadi. Selain itu, para HNWI biasanya memiliki kesibukan yang tinggi dan tidak mempunyai banyak waktu untuk mengurus secara langsung aset yang dimiliki, sehingga para perencana keuangan yang memiliki pengetahuan cukup tentang berbagai macam instrumen keuangan yang tersedia dan mengikuti perkembangan ekonomi global yang berpengaruh terhadap kinerja instrumen investasi tersebut, menjadi pilihan mereka untuk mengelola aset yang mereka miliki dengan memperoleh layanan yang bersifat personal atau pribadi dan berbeda antara satu dan lainnya. Hal-hal yang tersebut diatas menjadi alasan bagi berkembangnya sektor jasa Wealth Management.

Definisi Wealth Management menurut wikipedia adalah “Wealth Management is an advanced investment advisory discipline that incorporates financial planning and specialist financial services”, sehingga Wealth Management dapat disebut sebagai salah satu produk (dalam hal ini) perbankan sebagai penasihat atau konsultan keuangan berpengalaman yang memberikan solusi untuk memaksimalkan perkembangan dan keamanan keuangan bagi para klien dalam hal ini HNWI sebagai target pasarnya.

Wealth Management memiliki beberapa keuntungan yaitu perhatian pribadi dari seseorang atau tim khusus yang terdiri dari ahli keuangan yang berdedikasi tinggi serta solusi keuangan yang dihasilkan bersifat personal atau tailor-made sesuai dengan profil risiko dan jangka waktu investasi yang diinginkan dan akan dilakukan kajian secara periodik terhadap investasi yang dilakukan untuk memastikan tujuan investasi tetap relevan dengan kondisi ekonomi saat ini.

Adapun 5 harapan utama yang diinginkan oleh HNWI dari jasa perencana keuangan adalah:

(5)

1. Memiliki keterampilan atau keahlian khusus di bidang keuangan.

2. Dapat memberikan saran atau solusi keuangan yang bersifat global.

3. Dapat memberikan saran untuk menempatkan aset pada alokasi yang tepat dan strategis.

4. Dapat memberikan perencanaan keuangan jangka panjang.

5. Dapat memberikan penjelasan tentang manajemen risiko investasi dengan baik.

(Diktat Wealth Management untuk mata kuliah Wealth Protection and Investment Decision, 2010).

Untuk memenuhi harapan HNWI tersebut, maka perencana keuangan yang baik harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki kualifikasi pendidikan atau sertifikasi Wealth Manager.

2. Memiliki etika bisnis dan integritas.

3. Memiliki pengalaman dan track record yang baik.

4. Memiliki pengetahuan yang luas tentang produk dan jasa investasi keuangan.

(Diktat Wealth Management untuk mata kuliah Wealth Protection and Investment Decision, 2010).

Kriteria-kriteria tersebut diatas diperlukan untuk meminimalkan risiko investasi yang dilakukan oleh perencana keuangan sehingga keuntungan yang didapatkan oleh para HNWI menjadi optimal, karena risiko merupakan ketidakpastian akan terjadinya kerugian, yaitu kapan kerugian akan terjadi dan seberapa parah kerugian tersebut jika terjadi. Kemampuan dalam manajemen risiko inilah yang menjadi tugas penting bagi perencana keuangan dalam mengelola kekayaan klien sesuai dengan preferensi klien terhadap risiko itu sendiri.

Pada dasarnya, Wealth management memiliki tiga pilar utama dalam mengelola

kekayaan, yaitu wealth protection and preservation (proteksi dan pemeliharaan kekayaan), wealth

growth and accumulation (pengembangan dan pengumpulan kekayaan), serta wealth distibution

(6)

and transition (pewarisan kekayaan dan menghadapi masa transisi atau pensiun). Namun pada penelitian kali ini dibatasi pada pilar pertama saja yaitu wealth protection and preservation (proteksi dan pemeliharaan asset atau kekayaan).

Adapun ringkasan profil klien berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan untuk memperoleh data-data asset atau kekayaan klien dan profil risiko klien adalah sebagai berikut:

Klien dengan nama samaran Rusdiansyah berusia 56 tahun bekerja sebagai wiraswasta pemilik usaha jasa konstruksi bangunan (kontraktor), pemilik toko bahan bangunan, beberapa usaha rumah makan, usaha counter dan service handphone, serta usaha ternak Kambing Etawa. Adapun umur isteri 54 tahun yang saat ini berperan sebagai ibu rumah tangga. Klien memiliki 3 orang anak. Anak Pertama Perempuan berusia 35 tahun dengan status menikah dan sudah mandiri, terpisah dengan orang tua. Anak kedua Laki-laki berusia 32 tahun dengan status menikah dan sudah mandiri, terpisah dengan orang tua. Anak ketiga Perempuan berusia 25 tahun belum menikah, tetapi sudah menyelesaikan pendidikan S1 dan sudah bekerja, hanya saja masih tinggal bersama orang tua.

Bapak Rusdiansyah dan isteri awalnya memulai usaha sebagai pemborong atau

kontraktor kecil-kecilan sejak tahun 1980. Dari kurun waktu tersebut sampai dengan saat ini,

usaha klien berkembang tidak hanya pada jasa kontraktor tetapi juga pada bidang usaha lain

seperti usaha toko bahan bangunan, usaha rumah makan, usaha counter serta service handphone,

dan usaha ternak Kambing Etawa. Terlihat disini bahwa klien telah melakukan diversifikasi

usaha. Hasil dari bisnis yang klien tekuni lebih dari 30 tahun tersebut berupa berbagai macam

asset yang didominasi pada asset fisik berupa tanah dan bangunan di berbagai lokasi (dikurangi

rumah induk) senilai Rp. 13.110.000.000,- ; Tabungan pada salah satu bank milik pemerintah

sebesar Rp. 1.375.000.000,- ; Deposito sebesar Rp. 200.000.000,- ; Tabungan Dollar sebesar

USD 33.300, dengan asumsi kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dollar pada saat penelitian ini

dilakukan sebesar Rp. 9.570,- sehingga total tabungan Dollar klien dalam Rupiah sebesar Rp.

(7)

318.681.000,- ; Emas seberat 1.800 gram yang disimpan di rumah., dengan asumsi harga emas per gram Rp. 460.000,- sumber www.seputarforex.com sehingga nilai total emas milik klien Rp.

828.000.000,- Disamping itu klien juga memiliki kendaraan roda empat dan roda dua, baik untuk keperluan transportasi sehari-hari maupun digunakan untuk kegiatan operasional karyawannya dengan total nilai sebesar Rp. 2.641.450.000,-

Untuk menjalankan usaha utama klien yaitu jasa konstruksi bangunan, saat ini klien memiliki pinjaman dari salah satu bank milik pemerintah sebesar Rp. 1.500.000.000,- dengan jangka waktu satu tahun, bunga 13% per tahun, adapun sistem pinjaman ini adalah tiap bulan hanya membayar bunga saja, dan setelah jatuh tempo dilakukan pelunasan terhadap pokok hutang atau dapat diperpanjang kembali. Hal ini sudah dilakukan klien selama kurang lebih 15 tahun dengan jumlah pinjaman yang berbeda-beda.

Dari hasil wawancara terhadap klien, diketahui bahwa saat ini klien tidak memiliki asuransi khusus baik untuk dirinya maupun untuk isteri dan anaknya. Demikian juga untuk asuransi kebakaran dan asuransi kendaraan, tidak dimiliki oleh klien. Klien hanya memiliki asuransi jiwa yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh pinjaman modal kerja seperti tersebut di atas serta asuransi kebakaran pada salah satu aset yang dijadikan agunan pinjaman tersebut. Alasan klien tidak memiliki asuransi dikarenakan klien tidak terlalu mengetahui secara detail mengenai asuransi, arti penting dan manfaatnya serta berdasarkan pengalaman buruk dari beberapa rekan klien yang mengungkapkan adanya penyimpangan dalam penyetoran premi asuransi. Adanya pola lama dimana para agen atau pemasar asuransi menjemput bola premi asuransi dari peserta asuransi yang kemudian tidak disetorkan sebagaimana mestinya selama kurun waktu tertentu membuat klien menjadi tidak tertarik terhadap asuransi.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Masalah-masalah penelitian yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil risiko yang dimiliki oleh klien?

2. Apakah investasi yang dilakukan sudah sesuai dengan profil risiko yang dimiliki klien saat ini?

3. Apakah aset atau kekayaan klien sudah mendapatkan proteksi yang sesuai dengan profil risiko klien?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi profil risiko yang dimiliki oleh klien

2. Mengevaluasi kesesuaian antara profil risiko dan jenis investasi yang dilakukan oleh klien.

3. Mengevaluasi dan menganalisis proteksi aset atau kekayaan klien berdasarkan pilar pertama Wealth Management, yaitu Proteksi dan Pemeliharaan Kekayaan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan tentang tingkat profil risiko dalam melakukan investasi.

2. Memberikan informasi tentang kesesuaian antara profil risiko dan jenis investasi yang dilakukan pada penelitian ini.

3. Merekomendasikan proteksi terhadap aset atau kekayaan bagi klien pada penelitian ini, sehingga risiko yang mungkin terjadi dapat dihindarkan atau diminimalisir.

Referensi

Dokumen terkait

Selain dibutuhkannya kerja sama yang baik antar anggota tim, dibutuhkan juga komunikasi yang efektif, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan masing–masing tugas

Lurah mas untuk mengikuti semacam bimbingan pembuatan kerajinan dari tanah liat di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, saya disitu dikasih materi tentang teknik-teknik dan

• Perseroan akan membuka tujuh pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pembangunan tujuh pabrik baru tersebut merupakan bentuk kerjasama dengan Mitsubushi Jepang

Jika lima kelompok unsur kehidupan merupakan suatu cara memahami kelahiran kembali menjadi berbagai keadaan makhluk, ini hanya akan lebih jelas untuk menyatakan

03 Meningkatnya pertumbuhan pengembangan teknologi industri 04 Meningkatnya pertumbuhan penerapan inovasi teknologi industri 05 Meningkatnya pertumbuhan penerapan TIKI di

Kedalaman, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen pada sungai model Shazy Shabayek sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya kecepatan aliran lateral yang masuk ke

Grafik step respon hasil simulasi untuk sistem pengendalian kcc epatan putaran motor diesel high speed dengan menggunakan kontro l er logika fuzzy kctika motor dilakukan