• Tidak ada hasil yang ditemukan

HANDOUT. Item Penilaian Bobot 1. Masuk tepat waktu, toleransi keterlambatan 10, - Kehadiran. 15% syarat mengikuti UAS. - UTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HANDOUT. Item Penilaian Bobot 1. Masuk tepat waktu, toleransi keterlambatan 10, - Kehadiran. 15% syarat mengikuti UAS. - UTS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

HANDOUT

A. IDENTITAS MATA KULIAH

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Nama Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika MI

Kode Mata Kuliah : -

Semester / SKS : IV/ 2 SKS Jenis Mata Kuliah : Wajib/pilihan

Prasyarat : -

Dosen : Ahmad Arifuddin, M. Pd.

B. BAGAIAN ISI

Pertemuan ke 1

Tujuan Pembelajaran : - Menentukan kontrak perkuliahan

- Menjelaskan gambaran perkuliahan yang akan dilaksanakan

Uraian singkat Materi:

KONTRAK PERKULIAHAN Dosen Pengampu Ahmad Arifuddin, M.Pd.

Mata Kuliah Pembelajaran Matematika MI

Semester IV

Jurusan PGMI

Tahun Akademik 2016/2017

Mekanisme Penilaian Ketentuan hal-hal yang harus dipenuhi Item Penilaian

- Kehadiran - Tugas terstruktur - Tugas mandiri - UTS

- UAS

Total

Bobot 05%

15%

15%

25%

40%

100%

1. Masuk tepat waktu, toleransi keterlambatan 10’, selebihnya sudah dianggap absen tetapi tetap diperkenankan untuk mengikuti kuliah.

2. Kehadiran perkuliahan minimal 75% sebagai syarat mengikuti UAS.

3. Softfile makalah dan power point dikumpulkan diakhir perkuliahan.

4. Saat perkuliahan harus mengenakan sepatu.

5. Dilarang menggunakan kaos dan jin, jaket dilepas.

6. Dilarang menggunakan baju dan celana yang ketat.

7. Dilarang makan/ngemil/mainan handphone saat perkuliahan.

8. Perempuan/mahasiswi disarankan menggunakan rok.

9. Dilarang merokok.

10. Comting/Mahasiswa mengambil LCD sebelum

perkuliahan dimulai.

(2)

2 Pertemuan ke 2

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan hakikat pembelajaran, hakekat matematika, & hakikat peserta didik MI - Menjelaskan pengertian model pembelajaran matematika MI

- Menerapkan model-model pembelajaran matematika MI (pembelajaran langsung, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran induktif, dan pembelajaran penemuan terbimbing)

Uraian singkat Materi

1. Hakikat Pembelajaran Matematika MI

Pembelajaran matematika MI adalah usaha yang dilakukan oleh seorang guru kepada peserta didik MI untuk membangun pemahaman terhadap matematika.

2. Hakikat pembelajaran

Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh seorang guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, serta kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan/pemahaman yang baik terhadap materi pelajaran.

3. Hakikat matematika

a. Matematika adalah ilmu deduktif, formal, hirarkis, menggunakan simbol dan bersifat abstrak.

b. Obyek matematika meliputi fakta, konsep, prinsip dan operasi 4. Hakikat peserta didik MI

a. Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil, anak memiliki karakteristik khusus

b. Usia berkisar 7 – 12 tahun

c. Tahap berpikirnya konkret (peaget)

d. Perlu bantuan benda-benda konkret untuk belajar matematika 5. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat pendekatan, metode, dan teknik. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika MI diantaranya model pembelajaran langsung, pembelajaran berbasis masalah (PBL), pembelajaran kooperatif, pembelajaran Induktif, dan pembelajaran penemuan terbimbing.

Pertemuan ke 3

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan konsep dasar pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) - Menjelaskan prinsip-prinsip PMRI

- Menjelaskan karakteristik PMRI

- Menerapkan PMRI dalam pembelajaran matematika MI Uraian singkat Materi

1. Sejarah Pendidikan Matamatika Realistik Indonesia (PMRI)

PMRI merupakan adopsi dan adaptasi dari Realistic Mathematics Education

(RME) yang diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh

Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat Freudenthal yang

mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan dengan realita dan

matematika merupakan aktivitas manusia.

(3)

3 2. Pengertian PMRI

PMRI adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistic digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.

3. Prinsip-prinsip PMRI

a) Penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi progresif (progressive mathematization)

b) Fenomenologi diktatik (didactical penomenology)

c) Mengembangkan model-model sendiri (self developed models) 4. Karakteristik PMRI

a) Menggunakan konteks “dunia nyata”

b) Menggunakan model-model (matematisasi) c) Menggunakan produksi dan konstruksi d) Menggunakan interaktif

e) Menggunakan keterkaitan (intertwinment) 5. Penerapan/langkah-langkah pelaksanaan PMRI Pertemuan ke 4

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan cara mengajarkan membilang - Menjelaskan bilangan kardinal dan ordinal - Menjelaskan nilai tempat suatu bilangan

- Menjelaskan cara membaca dan menulis lambang bilangan Uraian singkat Materi

1. Pembelajaran membilang

Membilang adalah menghitung dengan menyebutkan bilangan satu per satu untuk mengetahui banyak benda (Rusamsi, dkk, 2006:6).

2. Menyebutkan banyak anggota tubuh/benda konkret di kelas

Guru terlebih dahulu memperagakan membilang. Tahap pertama 1 – 5, kemudian guru membimbing peserta didik untuk menyebutkan banyak anggota tubuh/ benda konret lain bersama-sama dan memperkenalkan bilangan 1 – 5.

3. Menyebutkan banyak benda dalam gambar

Guru membimbing peserta didik untuk menyebutkan banyak benda yang ada di gambar dalam buku pelajaran maupun dengan menggambar benda di papan tulis.

Dengan cara ini anak mulai belajar dengan benda semikonkret yaitu melalui gambar.

4. Membandingkan kumpulan benda

Setelah lancar membilang banyak benda, sebagai latihan lebih lanjut para siswa bisa membandingkan dua kumpulan benda. Satu kumpulan benda bisa “lebih banyak dari”, “lebih sedikit dari”, “sama dengan“ atau “tidak sama dengan”.

5. Membilang urut

Para siswa diajari untuk mengurutkan bilangan dari terkecil atau terbesar. Guru

dapat menunjukkan gambar kumpulan benda dari yang banyaknya paling sedikit

atau sebaliknya. Setelah itu mereka diberi latihan dengan cara menghilangkan

suatu kumpulan benda. Kemudian para siswa diminta menyebutkan banyak benda

yang hilang agar banyaknya urut. Para siswa juga bisa diminta untuk mengurutkan

beberapa kumpulan benda agar urut dari yang paling sedikit atau yang paling

banyak. Kalau sudah bisa menulis mereka juga bisa diminta untuk menuliskan

(4)

4

lambang bilangan di bawah gambar sesuai dengan banyaknya kumpulan benda.

Selain itu dapat juga menggunakan lagu, misalnya menggunakan lagu”dua mata saya”, “balonku ada lima” atau lagu-lagu lainnya.

6. Pembelajaran bilangan cardinal dan ordinal

Konsep bilangan cardinal, misal nol, satu, dua, tida, dst dikenalkan dengan konsep banyak benda. Sementara itu konsep bilangan ordinal (urutan kesatu, kedua, ketiga, dst) dapat dikenalkan dengan konsep urutan bilangan.

7. Pembelajaran nilai tempat

Konsep nilai tempat berhubungan dengan pemakaian lambang bilangan Hindu- Arab yang kita gunakan sekarang ini. Dalam lambang bilangan ini, kita hanya mengenal 10 buat digit saja, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. System numerasi Hindu- Aab ini menggunakan system decimal (basis 10). Pengenalan system nilai tempat ditingkat sekolah dasar sangat penting karena menjadi basis bagi pemahaman konsep matematika dan ilmu pengetahuan lain.

Pertemuan ke 5

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan bilangan cacah dengan pendekatan PMRI - Menjelaskan urutan pada bilangan cacah

- Menjelaskan operasi pada bilangan cacah - Menjelaskan sifat-sifat bilangan cacah Uraian singkat Materi

1. Pengenalan bilangan cacah

Sebelum memasuki bangku sekolah, sebenarnya anak-anak sudah mengenal tentang bilangan cacah. Akan tetapi mereka belum paham mengenai makna bilangan cacah tersebut. Tugas guru adalah memberikan makna tentang bilangan cacah dengan menggunakan kemampuan awal yang mereka mililki.

2. Urutan pada bilangan cacah

Untuk mengajarkan urutan pada bilangan cacah, guru dapat menggunakan garis bilangan.

3. Pembelajaran operasi bilangan cacah

Operasi dalam bilangan cacah meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian

Pertemuan ke 6

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan bilangan bulat

- Menjelaskan operasi bilangan bulat - Menjelaskan bilangan genap dan ganjil

- Ragam permasalahan dalam pembelajaran bilangan bulat di MI/SD Uraian singkat Materi

1. Bilangan Bulat

Bilangan bulat merupakan perluasan dari bilangan cacah. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan bulat negatif, dan bilangan nol.

2. Pembelajaran Bilangan Bulat

Untuk mengenalkan konsep operasi hitung bilangan bulat dapat dilakukan dengan

3 tahap, yaitu: tahap pengenalan konsep secara konkret, tahap pengenalan konsep

(5)

5

secara semi konkret atau semi abstrak, dan tahap pengenalan konsep secara abstrak.

3. Operasi Pada Bilangan Bulat

Meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian 4. Pembelajaran bilangan genap dan bilangan ganjil

Bilangan genap adalah bilangan yang habis dibagi 2. Contoh: 2, 4, 6, dst

Bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak habis dibagi 2. Contoh: 1, 3, 5, 7, dst 5. Ragam permasalahan dalam pembelajaran bilangan bulat di SD/MI

Ada beberapa ragam masalah dalam pembelajaran bilangan bulat di SD/MI antara lain:

a. Penggunaan garis bilangan yang prinsipnya tidak konsisten

b. Masih banyak guru yang salah dalam menafsirkan bentuk a + (-b) sebagai a – b atau bentuk a – (-b) sebagai bentuk a + b

c. Masih banyak para guru dan siswa yang tidak dapat membedakan tanda ( - ) atau + sebagai operasi hitung dengan tanda ( - ) atau + sebagai jenis suatu bilangan.

d. Kurang tepatnya memberikan pengertian bilangan bulat.

e. Sulitnya memberikan penjelasan bagaimana melakukan operasi hitung pada bilangan bulat secara konkret maupun secara abstrak ( tanpa menggunakan alat bantu).

Pertemuan ke 7

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan FPB dan KPK - Menjelaskan bilangan prima - Menjelaskan bilangan komposit Uraian singkat Materi

1. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

FPB merupakan faktor paling besar dari gabungan beberapa bilangan. Cara mencari FPB dapat menggunakan himpunan faktor persekutuan, menggunakan pohon factor, dan menggunakan Tabel.

2. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

KPK merupakan kelipatan paling kecil dari gabungan beberapa bilangan. Cara mencari KPK dapat menggunakan himpunan kelipatan persekutuan, menggunakan pohon factor, dan menggunakan Tabel

3. Bilangan Prima adalah bilangan yang tepat memiliki dua faktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Semua anggota bilangan prima adalah bilangan ganjil kecuali 2. Faktorisasi Prima adalah pembentukan suatu bilangan menjadi bentuk perkalian dimana faktornya merupakan bilangan prima. Cara mencari faktorisasi prima menggunakan pohon factor dan menggunakan table.

4. Bilangan komposit adalah bilangan asli yang lebih besar dari 1 (satu) yang bukan termasuk bilangan prima. Bilangan komposit juga dapat didefinisikan sebagai faktorisasi dari bilangan bulat.

Pertemuan ke 8

UTS

(6)

6 Pertemuan ke 9

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan operasi pecahan

- Menjelaskan pecahan senilai dan pecahan decimal - Menjelaskan persen

- Menjelaskan konsep perbandingan - Menjelaskan konsep skala

Uraian singkat Materi 1. Bilangan rasional

Bilangan rasional terdiri dari bilangan bulat dan bilangan pecahan, atau secara umum bisa dikatakan bahwa jika himpunan bilangan bulat kita gabungkan dengan himpunan bilangan pecahan, maka didapatkan suatu himpunan baru, yang dinamakan himpunan bilangan rasional. Jadi, bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai dan , I dan b 0 (I merupakan himpunan bilangan bulat).

2. Bilangan pecahan

Pecahan adalah suatu lambang yang memuat pasangan berurutan bilangan- bilangan bulat p dan q (q ), ditulis p/q, untuk menyatakan nilai x yang memenuhi hubungan p : q = x

3. Operasi pada bilangan rasional meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

4. Ragam permasalahan dalam pembelajaran bilangan rasional di SD/MI Ada beberapa kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran bilangan rasional:

a. Siswa kurang tahu makna dari pecahan, , dan .

b. Siswa kurang memahami perkalian bilangan asli dengan pecahan.

c. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami pecahan-pecahan yang senilai.

d. Siswa mengalami kesulitan dalam membandingkan dan mengurutkan pecahan.

e. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil pembagian.

f. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil penjumlahan dan pengurangan Pertemuan ke 10

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menemukan rumus luas dan keliling persegi, persegi panjang, segitiga, trapezium, dan lingkaran serta mampu menerapkannya dalam penyelesaian masalah

Uraian singkat Materi

Topik ini membahas tentang bagaimana langkah-langkah untuk menemukan rumus luas dan keliling persegi, persegi panjang, segitiga, trapezium, dan lingkaran serta mampu menerapkannya dalam penyelesaian masalah.

Pertemuan ke 11

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menemukan rumus luas dan volume kubus, balok, prisma, limas, tabung dan kerucut serta mampu menerapkannya dalam penyelesaian masalah

Uraian singkat Materi

Topik ini membahas tentang bagaimana langkah-langkah untuk menemukan rumus

luas dan volume kubus, balok, prisma, limas, tabung dan kerucut serta mampu

menerapkannya dalam penyelesaian masalah.

(7)

7 Pertemuan ke 12

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan pengukuran jarak/panjang, waktu, dan kecepatan Uraian singkat Materi

1. Pengukuran satuan panjang

Kebanyakan negara di dunia menggunakan sistem metrik. Dalam satuan ini, satuan dasar panjang adalah meter. Selengkapnya, satuan panjang dapat dinyatakan dalam kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm), sentimeter (cm), dan milimeter (mm). Alat ukur satuan panjang yang sering kita jumpai yaitu mistar, meteran, jangka sorong, micrometerskrup, dll. Selain pengukuran satuan panjang, terdapat juga pengukuran satuan luas, dan pengukuran satuan volume.

2. Pengukuran satuan waktu

Satuan waktu yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah jam, menit, detik, hari, bulan, dan tahun. Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya jam analog, jam digital, stopwatch, dan lain-lain.

3. Pengukuran satuan kecepatan

Kecepatan adalah besarnya jarak atau panjang lintasan dibagi dengan waktu. Alat yang dipergunakan untuk mengukur besarnya kecepatan disebut speedometer.

Berikut adalah beberapa permasalahan dan penyelesaian yang berkaitan dengan kecepatan:

a. Berpapasan dengan waktu berangkat yang sama b. Berpapasan dengan waktu berangkat tidak sama.

c. Susul Menyusul Pertemuan ke 13

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menjelaskan pengukuran berat, debit dan suhu Uraian singkat Materi

1. Pengukuran satuan berat

Dalam kehidupan sehari-hari satuan berat yang sering digunakan adalah ton, kuintal, kilogram, ons, dan gram. Misalnya 1 ton gabah, 1 kuintal beras, 2 kilogram tepung terigu, dan lain-lain. Selengkapnya, satuan berat dapat dinyatakan dalam ton, kuintal, kilogram (kg), hektogram (hg) atau ons, dekagram (dag), gram (g), desigram (dg), sentigram (cg), dan miligram (mg).

2. Pengukuran satuan debit

Untuk menggambarkan seberapa deras atau besar aliran air pada suatu pipa, atau menggambarkan derasnya aliran lumpur bercampur air dalam suatu pipa, orang sering menyebutnya “debit”. Debit merupakan satuan yang digunakan untuk mengukur volume cairan yang mengalir tiap satuan waktu. Contoh satuan debit misalnya liter/detik, cc/detik, dan m

3

/jam.

3. Pengukuran satuan suhu

Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Alat untuk mengukur suhu atau

perunbahan suhu disebut thermometer. 4 jenis satuan ukur suhu, yaitu Celcius

(C), Reamur (R), Fahrenheit (F), dan Kelvin (K). Untuk penulisan satuan

ukuran suhu Kelvin tidak dituliskan symbol derajat.

(8)

8 Pertemuan ke 14

Tujuan Pembelajaran :

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menyajikan data dengan table, diagram gambar, diagram batang, diagram lingkaran dan diagram garis

Uraian singkat Materi 1. Menyajikan data tunggal

Secara garis besar, ada dua cara penyajian data yang sering dipakai, yaitu dengan tabel (daftar) dan dengan grafik (diagram). Diagram yang sering digunakan untuk menyajikan data diantaranya diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran dan diagram gambar.

2. Menyajikan data kelompok

Dalam menyajikan data kelompok dapat menggunakan tabel (tabel biasa, tabel distribusi frekuensi, tabel distribusi frekuensi kumulatif, ogive), grafik/diagram (diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran, dan diagram gambar/lambang), histogram dan poligon frekuensi.

Pertemuan ke 15

Tujuan Pembelajaran:

Melalui perkuliahan, mahasiswa dapat:

- Menghitung mean (rata-rata) sebuah data - Menghitung median (nilai tengah) sebuah data

- Menghitung modus (nilai paling sering muncul) sebuah data Uraian singkat Materi

1. Mean (Rata-rata Hitung)

 Data Tunggal

Jika terdapat n buah nilai x

1,

x

2,

x

3,

……,x

n

maka:

Mean x =

n

x ...

x x

x

1

2

3

 

n

atau x =

n x

n 1 i

i

atau x =

n

 x

dengan  x = jumlah semua data dan n = banyak data

 Data Berkelompok

Untuk menentukan mean (rata-rata hitung) data berkelompok dengan menggunakan rumus berikut :

x =

n

i i n

i i i

f x f

1

1

atau x =

 

f x f .

Keterangan:

x

i

= x = titik tengah interval kelas ke-i f

i

= f = frekuensi pada interval kelas ke-i

f =

i

f = banyak data ( jumlah semua frekuensi)

(9)

9

 Mencari mean Data Berkelompok Dengan Rata-rata Sementara ( x )

s

Caranya dengan terlebih dulu menentukan rata-rata sementara x ,

s

biasanya diambil dari titik tengah data frekuensi terbesar. Kemudian menghitung besarnya simpangan tiap data terhadap rata-rata sementara dengan rumus d

i

= x

i

- x

s

.

Dan mean (rata-rata hitung) sebenarnya diperoleh dengan rumus:

x = x

s

+

 

i i i

f d

f . atau x = x

s

+

 

f d f .

2. Nilai Tengah (Median / Me )

Median adalah nilai yang membagi sekelompok data menjadi dua bagian sama panjang, setelah data diurutkan dari nilai terkecil sampai terbesar (dibuat statistik jajaran). Notasi Median = Me.

 Median Data Tunggal

 Jika banyak data ganjil maka Me adalah data yang terletak tepat di tengah setelah diurutkan.

 Jika banyak data genap maka Me adalah rata-rata dari dua data yang terletak di tengah setelah diurutkan.

 Median Data Berkelompok

Median data berkelompok ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

dengan Tb = tepi bawah kelas Median p = panjang kelas interval n = banyak data

F = frekuensi komulatif sebelum kelas Me f = frekuensi pada kelas Me

3. Modus (Mo)

Modus dari suatu data yang paling sering muncul atau yang memiliki frekuensi terbanyak.

a. Modus Data Tunggal Contoh:

 Sekumpulan data : 2, 3, 4, 4, 5 Maka modusnya adalah 4.

 Sekumpulan data : 3, 3, 3, 4, 4, 5, 5, 5, 6, 9 Maka modusnya adalah 3 dan 5.

 Sekumpulan data : 3, 4, 5, 6, 7 Me = Tb + p.

f n F

i

 

 

2 .

(10)

10 Maka modusnya tidak ada.

b. Modus Data Berkelompok

Untuk menentukan modus data berkelompok digunakan rumus:

Keterangan:

Tb = tepi bawah kelas modus p = panjang kelas interval

d

1

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya.

d

2

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya.

Pertemuan ke 16 UAS

C. REFERENSI

1. Muhsetyo, G., dkk. 2009. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

2. Suherman, E., dkk. 2003. Common Textbook: Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI

3. Karso, dkk. 2008. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

4. Turmudi dan Aljupri. 2009. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen RI.

5. Nur, Mohamad dan Suparman Kardi, 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya:

Pusat Studi Sains dan Matematika PPS UNESA

6. Herman, H.. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdiknas

7. Rusamsi, Yus. Dkk. 2006. Asyik Berhitung Matematika 1A. Jakarta: Yudhistira 8. Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas 9. Purniati, Tia. 2009. Matematika, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam

Departemen Agama Republik Indonesia

10. Muchtar Abdul Karim, dkk. 2009. Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Universitas Terbuka

11. Destiana, Rita. Bahas Tuntas 1001 soal Matematika SD kelas 4,5,dan 6.

Yogyakarta: Puataka Widyatama

12. Soenaryo, R.J. tt. Matematika 5: untuk SD/MI kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

13. Buku matematika SD/MI yang relevan Mo = Tb + p. 

 

2

1 1

d d

d

(11)

11

Cirebon, Februari 2017 Dosen Pengampu,

Ahmad Arifuddin, M.Pd.

NIP. 19880730201503 1 005

Mengetahui dan Mensyahkan,

Ketua Jurusan Gugus Mutu Jurusan

Syibli Maufur, M.Pd. Ahmad Arifuddin, M.Pd.

NIP. 19740528 200801 1 011 NIP. 19880730201503 1 005

Referensi

Dokumen terkait

motor induksi yaitu memiliki beberapa karakteristik parameter yang tidak linier, terutama resistansi rotor yang memiliki nilai yang bervariasi untuk kondisi operasi

Jenderal Gatot Subroto Kav.. 49 Jakarta

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan

Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut,

Jika fungsi wavelet ψ(t) dapat dipilih dengan tepat, maka dimungkinkan untuk merekontruksi sinyal aslinya dari koefisien wavelet (seperti yang dilakukan pada alihragam Fourier)..

Setelah lantai ker$a selesai% peker$aan pembesian  pile cap dilakukan pada pile "ap to!er "rane dengan merakit tulangan-tulangan yang telah dipotong dan

Penerapan media komik untuk pembelajaran fisika model kooperatif dengan metode diskusi pada siswa SMP Negeri 5 Surakarta kelas VII tahun ajaran 2011/2012 materi gerak.. Diambil