• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI

SE-KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Monieca Nana Honey NIM: 151134005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI

SE-KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Monieca Nana Honey NIM: 151134005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria untuk segala berkat yang telah dicurahkannya.

2. Kedua orang tuaku tercinta bapak Mercurius Subroto dan ibu Anna Sulisinah yang selalu mendoakanku, memberi semangat, dan motivasi selama mengerjakan skripsi.

3. Adikku tercinta Leonardo Christopher yang selalu memberikan semangat.

(6)

v MOTTO

Rancangan-Ku bagi hidupmu adalah damai sejahtera dan penuh harapan. Ketika keadaan tidak berjalan seperti yang kamu pikirkan, tetaplah percaya Aku selalu

menyertaimu. (Yeremia 29:11)

Jangan kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

(Filipi 4:6)

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Februari 2020 Peneliti

Monieca Nana Honey

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Monieca Nana Honey

Nomor Mahasiswa : 151134005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 6 Februari 2020 Yang menyatakan

Monieca Nana Honey

(9)

viii ABSTRAK

PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-

KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN Monieca Nana Honey

Universitas Sanata Dharma 2020

Latar belakang penelitian ini adalah dicanangkannya Program Penguatan Pendidikan Karakter oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di setiap satuan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman dan mendeskripsikan upaya penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar negeri se- Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di sekolah dasar negeri se- Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman yang berjumlah 180 guru. Penentuan sampel 123 guru menggunakan teknik simple random sampling menurut Krejcie dan Morgan. Data penelitian ini dikumpulkan dari kuesioner (pertanyaan terbuka dan tertutup).

Hasil penelitian ini menunjukkan sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman sudah menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dengan rerata jawaban responden penelitian sebesar 92%. Penerapan tertinggi pada peraturan sekolah dan program yang mendukung gerakan literasi dengan hasil persentase 98%, sedangkan penerapan terendah pada kegiatan ekstrakurikuler dengan hasil persentase 80% dari jawaban kuesioner responden. Berdasarkan pada penelitian, sekolah menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah melalui branding sekolah, visi sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan peraturan sekolah.

Kata Kunci : Budaya Sekolah, Penguatan Pendidikan Karakter, Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya.

(10)

ix ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF THE CULTURAL BASED CHARACTER EDUCATION REINFORCEMENT PROGRAM AT THE PUBLIC ELEMENTARY SCHOOLS

OF KALASAN, SLEMAN Monieca Nana Honey Sanata Dharma University

2020

The background of this research is the declaration of the Character Building Reinforcement Program by Ministry of Education and Culture on every educational units. The objective of the research was to observe the implementation of the Character Building Reinforcement Program which was decided to focus on public elementary schools of Kalasan sub-district area in Kabupaten Sleman. Not only focusing on observing the implementation of the program, the objective was also to define the effort of the character building reinforcement program’s implementation itself on public elementary schools of Kalasan sub-district area.

The research was a descriptive-qualitative research, which was completed through a survey method. The population of this research was approximately 180 teachers of public elementary schools of Kalasan sub-district area where the determination of the sample of 123 teachers uses simple random sampling technique according to Krejcie and Morgan. Furthermore, the research data was collected from questionnaires (open-ended and close-ended questions).

The result of the research showed that elementary school of Kalasan sub- district area in Kabupaten Sleman have applied implementation of a school culture- based character building reinforcement program with an average answer of 92%

of the research respondens. The result showed that the highest effort measured on following the school’s regulation and programs that support the literacy movement was 98%, meanwhile, it was also still measured based on the questionnaire’s respondents, the lowest implementation measured was on the school’s extracurricular programs with the percentage of only 80%. Based on the result of the research, the school implemented of school culture-based character building reinforcement has been implemented through school branding, school vision, extracurricular activities, and school rules.

Keywords : School culture, Character Education Reinforcement, Culture Based Character Education Reinforcement

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa mendampingi peneliti dalam keadaan apa pun, sehingga skripsi yang berjudul

“Penerapan Program Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak lepas dari bantuan, dukungan, bimbingan, nasihat, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Kintan Limiasih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan saran dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Odo Hadinata, M.Pd. selaku Tim Pengembang Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi.

7. Validator instrumen penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan instrumen penelitian.

8. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik, dan seluruh dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membimbing serta memberikan ilmu selama perkuliahan.

(12)

xi

9. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kecamatan Kalasan yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

10. Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta yang telah membantu melaksanakan penelitian.

11. Kedua orang tuaku Bapak Mercurius Subroto dan Ibu Anna Sulisinah yang selalu mendoakanku, memberi semangat, dan motivasi selama mengerjakan skripsi.

12. Adikku tercinta Leonardo Christopher yang selalu memberikan semangat.

13. Petrus Tria Pamungkas yang telah memberikan semangat dan dukungan.

14. Saudara sepupuku Vera dan Vicky yang selalu bersedia untuk dimintai bantuan tanpa mengenal waktu.

15. Seluruh keluarga besar peneliti yang selalu mendoakan dengan tulus.

16. Para sahabat dan teman seperjuangan yang senantiasa menemani dan menghibur.

17. Teman payung Ampika dan Herdyan yang senantiasa dari awal hingga akhir skripsi selalu kompak menyemangati.

18. Keluarga besar PGSD USD’15 kelas D yang tidak pernah terlupakan.

Peneliti membuka diri untuk semua kritik, saran, sanggahan, dan bantuan yang ditujukan kepada skripsi ini agar dapat digunakan untuk kepentingan bersama.

Peneliti

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Pendidikan Karakter ... 10

2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ... 12

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah ... 16

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Pertanyaan Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Setting Penelitian ... 29

1. Subjek Penelitian ... 29

2. Objek Penelitian ... 30

3. Tempat Penelitian ... 30

4. Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 31

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 41

(14)

xiii

H. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 50

2. Deskripsi Responden Penelitian ... 51

3. Deskripsi Data Penerapan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah ... 52

B. Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Keterbatasan Penelitian ... 76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 80

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 132

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Persebaran Populasi ... 31

Tabel 3.2 Penentuan Sampel Minimal Menurut Krejcie dan Morgan 32 Tabel 3.3 Data Sampel Penelitian ... 33

Tabel 3.4 Skor Pertanyaan Instrumen Penelitian ... 38

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Instrumen Penelitian Tertutup ... 39

Tabel 3.6 Kuesioner Pertanyaan Tertutup ... 40

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Pertanyaan Terbuka ... 41

Tabel 3.8 Konversi Nilai Skala Lima ... 43

Tabel 3.9 Konversi Skala Lima ... 44

Tabel 3.10 Konversi Skala Lima ... 46

Tabel 3.11 Rekapituasi Hasil Validitas Isi ... 46

Tabel 3.12 Hasil Validitas Muka ... 48

Tabel 4.1 Daftar SD yang Diteliti ... 51

Tabel 4.2 Persentase Sebaran Data Kuesioner ... 52

Tabel 4.3 Perolehan Persentase Butir Pertanyaan Tertutup 1-10 ... 69

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Rasa/Karsa, Olah Pikir, dan

Olah Raga ... 14 Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 24 Gambar 3.1 Persentase Pembagian Sampel ... 33 Gambar 4.1 Grafik Persentase Keseluruhan Butir Pertanyaan Tertutup .. 53 Gambar 4.2 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 1 .... 54 Gambar 4.3 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 2 .... 55 Gambar 4.4 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 3 .... 57 Gambar 4.5 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 4 .... 58 Gambar 4.6 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 5 .... 59 Gambar 4.7 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 6 .... 60 Gambar 4.8 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 7 .... 61 Gambar 4.9 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 8 .... 62 Gambar 4.10 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 9 .... 63 Gambar 4.11 Persentase Jawaban Butir Pertanyaan Tertutup Nomor 10 .. 64

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 81

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Politik ... 82

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPT Kecamatan Kalasan ... 83

Lampiran 4 Surat Keterangan Sudah Mengumpulkan Hasil Penelitian kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik ... 84

Lampiran 5 Coding Data 25 Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kalasan ... 85

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Implementasi Pertanyaan Tertutup ... 88

Lampiran 7 Rekapitulasi Data Implementasi Pertanyaan Terbuka ... 92

Lampiran 8 Perhitungan Persentase Hasil Pertanyaan Tertutup ... 103

Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Pertanyaan Tertutup ... 105

Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Pertanyaan Terbuka ... 106

Lampiran 11 Surat Pngantar Instrumen ... 107

Lampiran 12 Identitas Responden ... 108

Lampiran 13 Instrumen Penelitian Pertanyaan Terbuka dan Tertutup .. 109

Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen ... 112

Lampiran 15 Data Mentah 10 Validasi Ahli ... 113

Lampiran 16 Hasil Rekapitulasi Validasi Isi Instrumen ... 130

Lampiran 17 Hasil Rekapitulasi Validasi Muka ... 131

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Sanjaya (2006: 2) pendidikan dinyatakan sebagai proses terlatih dan terencana dalam mengembangkan potensi diri untuk mewujudkan tujuan nasional Indonesia. Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran dan tumbuh anak agar dapat tumbuh dengan sempurna (Samani & Hariyanto, 2012: 33). Pendidikan juga merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya (Fuad, 2005: 30). Pendidikan dapat dengan mudah membantu manusia untuk menentukan hal yang baik maupun hal yang buruk, mana yang harus ditiru dan mana hal yang tidak patut ditiru.

Di negeri ini, sudah banyak lembaga pendidikan yang mulai bermunculan, tetapi beberapa orang menganggap remeh pendidikan, mereka berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya bisa didapatkan dari bangku sekolah saja, pendidikan juga bisa didapatkan dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Hal ini terjadi karena banyak kasus yang terjadi di dunia pendidikan yang menunjukkan adanya krisis moral. Menurut Kepala BKKBN, pada tahun 2010, krisis moral yang terjadi pada peserta didik begitu mengkhawatirkan, antara lain berupa kebiasaan mencontek, bullying di sekolah dan tawuran (Zubaedi, 2011:1).

(19)

Beberapa lembaga pendidikan hanya berfokus pada mencerdaskan intelektual anak bangsa saja. Tetapi, kurang pada peningkatan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial, sehingga pada kenyataannya sering kali ditemui peserta didik yang berkelahi di sekolah, kurang mampu menghormati guru, dan bermasalah bahkan melakukan tindakan yang melanggar hukum.

Terlihat sekali ketidaksamarataan yang diterima oleh peserta didik antara materi pelajaran dengan hal-hal ataupun kegiatan di sekolah yang berkaitan dengan pembelajaran karakter (Zubaedi, 2011: 5). Di sekolah, peserta didik lebih sering menerima materi pembelajaran, sehingga kurang maksimal dalam pembelajaran karakter maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang mendukung pembentukan karakter pada diri peserta didik.

Albertus (dalam Tim PPK, 2017: 17) menyatakan bahwa karakter merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keterbatasan fisiknya dan kemampuannya untuk membaktikan hidupnya pada nilai-nilai kebaikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Karakter mengandung nilai-nilai yang khas, baik, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Namun, dalam kenyataannya peserta didik masih sulit untuk membedakan dan menentukan tindakan mana yang baik atau buruk.

Kasus yang terpublikasikan mengenai dampak dari kurangnya pembelajaran karakter termuat dalam berita di media massa (Republika.co.id, 12 Oktober 2014). Terjadi kasus bullying di Bukit Tinggi yang dilakukan oleh siswa SD yang merasa sakit hati, karena ibunya dihina oleh temannya sendiri.

Selain kasus bullying, terdapat pula kasus lain yang yaitu kisah siswa sekolah

(20)

dasar di Garut yang bertengkar dengan teman sebangkunya lalu dan menusuknya dengan gunting hingga tewas (Tribunnews.com, 25 Juli 2018).

Peran guru di dalam dunia pendidikan sangat diperlukan untuk membentuk watak dan kepribadian peserta didik sehingga mereka menjadi manusia yang bertanggung jawab. Creasy (dalam Zubaedi, 2011: 16) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya mendorong peserta didik untuk tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam hidupnya serta mempunyai keberanian melakukan hal yang ‘benar’ meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Penanaman pendidikan karakter perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan media sosial.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dan diterapkan oleh guru dalam pembentukan karakter peserta didik yaitu melalui program Penguatan Pendidikan Karakter. Penguatan Pendidikan Karakter yang disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan perlibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) (Perpres Nomor 87 Tahun 2017). Hal ini diperjelas dalam sambutan menteri pendidikan, Muhadjir Effendy pada buku “Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan” mengenai Penguatan Pendidikan Karakter. PPK diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan

(21)

mengoptimalkan potensi peserta didik sehingga menjadi warga negara yang berkarakter kuat, mencintai bangsanya dan mampu menjawab tantangan global. Selain itu, dituliskan pula bahwa penguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita, gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai dimensi terdalam atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Dengan demikian, gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan Nasional Revolusi Mental di samping menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung terciptanya revolusi karakter bangsa. Selanjutnya pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Imam & Muhajir, 2011: 7).

Perpres No. 87 Tahun 2017 pasal 3 menjelaskan bahwa PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter, terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat, kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Penguatan Pendidikan Karakter diterapkan dalam 3 (tiga) pendekatan utama,

(22)

yaitu PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat.

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas dalam penerapannya mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dalam penerapannya menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah, menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat dalam penerapannya melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dan dunia industri.

Penelitian ini berfokus pada PPK berbasis budaya sekolah, karena peneliti ingin mengetahui kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah yang dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan, dan keteladanan warga sekolah. Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah. Hal yang mendukung praksis PPK mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem struktur dan pelaku dalam menumbuhkan dan mengembangkan budaya karakter di satuan pendidikan (Tim PPK, 2017: 35).

Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah mencakup juga keseluruhan tata kelola sekolah, desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta pembuatan peraturan dan tata tertib sekolah. Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah sudah terlaksana dengan baik di beberapa sekolah.

(23)

Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang relevan dan membahas tentang pendidikan karakter yang tidak hanya berbasis pada budaya sekolah saja.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman”. Penelitian ini akan dilaksanakan di seluruh satuan pendidikan Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Kalasan yang berjumlah 25 sekolah. Peneliti ingin melihat penerapan dan pembiasaan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah yang terdapat di setiap sekolah yang ada di Kecamatan Kalasan. Hasil penelitian ini diharapkan agar sekolah dapat menerapkan nilai-nilai utama PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler, wajib maupun pilihan, kegiatan literasi, serta pembiasaan-pembiasaan yang mampu membangun budaya sekolah yang positif.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini hanya berfokus pada seluruh sekolah dasar negeri se- Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.

2. Subjek penelitian adalah semua guru kelas sekolah dasar negeri se- Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.

(24)

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sejauh mana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupeten Sleman?

2. Bagaimana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui sejauh mana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kacamatan Kalasan Kabupaten Sleman.

2. Mendeskripsikan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kacamatan Kalasan di Kabupaten Sleman.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

(25)

1. Bagi guru

Guru dapat memperoleh pengetahuan dan inspirasi dalam menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada peserta didik khususnya pada basis budaya sekolah.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada pihak sekolah sebagai bahan kajian dalam upaya membangun karakter peserta didik berbasis budaya sekolah.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerpan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah.

F. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

1. Karakter adalah sikap serta seluruh ciri pribadi yang dibawa sejak lahir, mencakup perilaku dan kebiasaan yang ditanamkan dalam kehidupan untuk mempertahankan nilai-nilai moral yang ada.

2. Program Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik).

(26)

3. PPK berbasis budaya sekolah adalah program pendidikan di sekolah untuk membentuk karakter peserta didik melalui proses pembiasaan dengan menanamkan nilai-nilai utama PPK yang menjadi prioritas satuan pendidikan.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Karakter a. Pendidikan

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi- potensi pribadinya, yaitu rohani yang meliputi pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani (Fuad, 2005: 30). Pendidikan adalah proses terlatih dan terencana dalam mengembangkan potensi diri untuk mewujudkan tujuan nasional Indonesia (Sanjaya, 2006: 2). Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran, dan tumbuh anak agar dapat tumbuh dengan sempurna (Samani & Hariyanto, 2012: 33). Pendidikan merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau liar semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri sendiri maupun dalam diri orang lain (Koesoema, 2007: 53).

Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses terlatih dan terencana untuk membantu membangun mengembangkan potensi diri demi

(28)

mewujudkan tujuan nasional Indonesia agar manusia membuka diri terhadap dunia.

b. Karakter

Pengertian karakter menurut Alwisol (dalam Zubaedi, 2011:

11) adalah sebagai gambaran tingkah laku yang menunjukkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Lalu, Wynne (dalam Mulyasa, 2011: 3) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark “menandai” dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Karakter didefinisikan sebagai nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikirannya (Bagus, 2005: 392). Karakter seseorang berkembang berdasarkan potensi yang dibawa sejak lahir atau dikenal sebagai karakter dasar yang bersifat biologis.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sikap serta seluruh ciri pribadi yang dibawa sejak lahir, mencakup perilaku dan kebiasaan yang ditanamkan dalam kehidupan untuk mempertahankan nilai-nilai moral yang ada.

c. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang

(29)

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai-nilai tersebut dapat terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, dan adat istiadat (Asmani, 2011: 35). Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif, dan kreatif (Zubaedi, 2011: 17-18). Dharma (2011: 5) mengemukakan bahwa pendidikan karakter ialah pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pendidikan karakter dapat disimpulkan sebagai upaya pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki dan memahami nilai serta karakter sebagai karakter dirinya.

2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bukanlah suatu hal yang asing dalam satuan pendidikan karena gerakan PPK sudah menjadi suatu kebijakan sejak tahun 2010. Satuan pendidikan dianggap sebagai sasaran yang strategis dalam pembentukan karakter para generasi penerus bangsa. Satuan pendidikan menjadi sasaran yang strategis karena satuan

(30)

pendidikan memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, dimulai dari pedesaan sampai perkotaan.

Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan suatu gerakan pendidikan yang terdapat dalam satuan pendidikan, yaitu di sekolah. PPK memperkuat karakter dari setiap siswa, membangun karakter positif yang ada pada diri siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan dari beberapa pihak yang terkait (Tim PPK, 2017: 17). Pihak-pihak yang terkait tersebut melibatkan dukungan dari publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, serta masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Berikut adalah gambar keterpaduan olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.

(31)

Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Rasa/Karsa, Olah Pikiran, dan Olah Raga

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa keterpaduan olah hati, olah rasa/karsa, olah pikiran, dan olah raga dapat memperkuat karakter peserta didik dengan melibatkan kerja sama antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Di dalam Pedoman Supervisi Klinis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Penguatan Pendidikan Karakter tahun 2017, dijelaskan bahwa gerakan PPK menempatkan 5 (lima) nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadakan. Lima nilai utama karakter yaitu religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong

Cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif

Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih

Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja

Beriman dan bertaqwa. jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik

OLAH PIKIR

OLAH HATI

OLAH RAGA

OLAH RASA

(32)

royong, serta integritas merupakan kristalisasi dari berbagai nilai karakter yang sudah dikembangkan sebelumnya (Tim PPK, 2017: 15).

Nilai karakter religiositas mencerminkan keberimanan seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang terwujud dalam perilaku melaksanakan suatu ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya, menghargai serta menghormati perbedaan agama, memiliki sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah dan kepercayaan lain, serta hidup rukun berdampingan dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, kepedulian serta melakukan perbuatan yang menunjukkan kesetiaan. Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain yang setiap tindakannya tidak selalu mengandalkan orang lain, dan menggunakan segala tenaga, pikiran dan waktu untuk mewujudkan cita-cita dan harapan.

Nilai karakter gotong royong mencerminkan suatu tindakan yang menghargai semangat, kerja sama serta saling tolong-menolong dalam menyelesaikan persoalan bersama. Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari seluruh perilakunya pada komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan integritas moral yang menjadikan dirinya sebagai individu yang dapat dipercaya dalam perkataan serta perbuatan.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diterapkan dalam 3 (tiga) pendekatan utama, yaitu PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat. PPK berbasis kelas dapat diterapkan dengan pengintegrasian PPK dalam kurikulum, serta optimalisasi muatan lokal dan manajemen kelas. PPK berbasis budaya

(33)

diterapkan dalam pembiasaan nilai-nilai keseharian di sekolah, keteladanan seorang pendidik, ekosistem sekolah, norma, peraturan dan tradisi yang berlaku di sekolah. PPK berbasis masyarakat diterapkan dengan melibatkan mitra yang ada di masyarakat, yaitu orangtua, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pelaku usaha.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Budaya Sekolah

Pendidikan budaya dan karakter bangsa di sekolah diberikan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, peserta didik juga melakukan proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai yang dapat membangun kepribadian mereka dalam bersosialisasi di masyarakat untuk mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat (Sulistyowati, 2012: 24).

Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis PPK yang mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.

Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah mencakup keseluruhan tata kelola sekolah, desain K13, serta pembuatan peraturan dan tata tertib sekolah.

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang mempresentasikan nilai- nilai utama PPK yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari

(34)

suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah memotret berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, termasuk di dalamnya yaitu pengembangan peraturan dan regulasi yang mendukung PPK. Proses pembudayaan menjadi sangat penting dalam penguatan pendidikan karakter karena dapat memberikan atau membangun nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Budaya sekolah yang baik diharapkan dapat mengubah perilaku peserta didik menjadi lebih baik. PPK berbasis budaya sekolah mengembangkan berbagai macam corak relasi, kegiatan dan interaksi antar individu lingkungan sekolah yang mengatasi sekat-sekat kelas yang membentuk ekosistem dan budaya pendidikan karakter di lingkungan sekolah (Tim PPK, 2017: 36).

Membangun budaya sekolah yang baik dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di sekolah. Contoh kegiatan yang dapat dikembangkan dalam membangun budaya sekolah adalah 1) pembiasaan dalam kegiatan literasi, 2) kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengintegrasikan nilai- nilai utama PPK, dan 3) menetapkan serta mengevaluasi tata tertib atau peraturan sekolah.

Setiap sekolah semestinya mampu menentukan visi pendidikan yang akan menjadi dasar acuan setiap kerja, pembuatan program, dan pendekatan pendidikan karakter yang dilakukan di dalam sekolah. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya (Mustari, 2014: 14). Visi pendidikan karakter yang

(35)

ditetapkan oleh sekolah merupakan cita-cita yang akan diarahkan melalui kinerja lembaga pendidikan. Visi yang baik akan membentuk kultur sekolah yang nantinya akan memperbaiki prestasi dan mutu sekolah.

Melalui visi, sekolah dapat memberikan sebuah lingkungan nyata di mana idealisme dan cita-cita secara konkret menjadi pedoman perilaku dan sumber motivasi, sehingga setiap individu di dalam lembaga tersebut semakin bertumbuh secara utuh dan penuh.

Misi adalah sebuah usaha menjembatani praksis harian di lapangan dengan cita-cita ideal yang menjiwai seluruh gerak lembaga pendidikan (Koesoema, 2007: 157). Dapat dikatakan, tercapainya misi merupakan tanda keberhasilan dilaksanakannya visi secara konsisten dan setia.

Tanpa visi dan misi, perubahan pada tingkat di bawahnya tidak akan mengubah banyak hal, karena visi dan misi akan menentukan bagaimana lapisan-lapisan yang lebih luar itu bergerak, berkembang, dan berproses dalam setiap kegiatan pendidikan. Dalam pembentukan karakter peserta didik, sekolah dapat memilih struktur kegiatan yang mampu mendorong terbentuknya keunikan, kekhasan dan keunggulan sekolah (school branding).

Berdasarkan hal tersebut, pilihan prioritas kegiatan PPK diharapkan dapat mendorong sekolah untuk menemukan branding yang menggambarkan kekhasan dan keragaman budaya masing–masing.

Kegiatan yang mendukung terbentuknya branding sekolah antara lain kegiatan akademik, kegiatan non akademik seperti kegiatan olahraga,

(36)

kegiatan ekstrakurikuler, pemanfaatan perpustakaan, dll. (Tim PPK, 2017:

14).

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran, baik itu dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, tetapi masih dalam ruang lingkup tanggung jawab Kepala Sekolah (Mustari, 2014: 116). Aktivitas ekstrakurikuler berfungsi untuk menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat peserta didik dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kearifan lokal, dan daya dukung yang tersedia.

Tidak hanya dengan kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan literasi juga dapat mengembangkan karakter anak.

Sejak tahun 2015, Kemendikbud telah meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai bagian dari kegiatan Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan, mengakses, memahami, mengolah, dan memanfatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik (Tim PPK, 2017: 32). Pembiasaan literasi ini sudah mulai ditanamkan pada setiap sekolah, seperti dengan pembiasaan membaca buku fiksi maupun nonfiksi selama 15 menit sebelum dimulainya pembelajaran.

Keberadaan pojok baca, perpustakaan sekolah serta jaringan internet juga memiliki peran penting untuk mendukung gerakan literasi. Tata tertib juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter peserta didik.

Setiap tata tertib yang dibuat oleh pihak sekolah mempunyai nilai-nilai

(37)

postitif dalam pembentukan karakter. Tata tertib sekolah merupakan sejumlah peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan di sekolah agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar (Habsari, 2005:

15). Tata tertib dibuat untuk dipatuhi oleh peserta didik sebagai bentuk pengendalian terhadap perilaku mereka. Dengan adanya budaya sekolah yang baik, maka dapat dikembangkan pula iklim akademik yang kompetitif dan kolaboratif yang diperlukan sekolah.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

Wardani (2014) melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di SD Negeri Taji Prambanan Klaten”. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah di SD Negeri Taji, Prambanan, Klaten. Subjek penelitian ini terdiri dari satu Kepala Sekolah, dua guru kelas yang mengajar di kelas I dan kelas IV, dua siswa kelas IV, satu wali murid, dan satu anggota komite sekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi partisipatif di kelas I dan kelas IV yang disertai dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan selama penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, displai data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter melalui budaya sekolah yang dilaksanakan di SD Negeri Taji meliputi kegiatan

(38)

intrakurikuler, di antaranya kegiatan “sarapan pagi”, kegiatan awal pembelajaran, tersedianya slogan-slogan yang dipajang baik di ruang kelas maupun di ruang guru, aturan-aturan yang meliputi tata cara berpakaian, jadwal piket, buku “jadwal kedatangan siswa”, kegiatan atau program “Jumat infaq”, dan hubungan kekeluargaan yang baik dan kondusif. Selain kegiatan intrakurikuler, penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah di SD Negeri Taji, Prambanan, Klaten juga diwujudkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, yakni kegiatan pramuka. Nilai-nilai karakter dalam penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah yang dilaksanakan di SD Negeri Taji meliputi nilai kedisiplinan, memupuk rasa cinta tanah air, nasionalisme dan kebangsaan, ketaatan beribadah, tanggung jawab, demokrasi, kepedulian, kekeluargaan, kemandirian, dan kerja sama.

Akbar (2014) melakukan peelitian dengan judul “Model Pendidikan Karakter yang Baik (Studi Lintas Situs Bests Practices) Pendidikan Karakter di SD”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah konstruksi model pendidikan karakter yang baik berdasarkan riset di “The Best Practice Pendidikan Karakter” yang dipraktikkan SD-SD terbaik di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan visi satuan pendidikan disosialisasikan kepada seluruh civitas satuan pendidikan yang bersangkutan, dipahami, kemudian membangun komitmen bersama untuk mencapai visi. Berdasarkan visi tersebut disusunlah program kegiatan pembelajaran karakter melalui pembelajaran di kelas, kultur satuan pendidikan, kegiatan ekstrakurikuler dan pelibatan peran serta orangtua dan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa

(39)

penyelenggaraan pendidikan karakter yang baik dapat menumbuhkan karakter baik di satuan pendidikan dasar.

Supraptiningrum & Agustini (2015) melakukan penelitian dengan judul

“Membangun Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah di Sekolah Dasar”.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan pembentukan karakter melalui budaya sekolah yang dibangun di SDN Mangundikaran I Nganjuk, yang merupakan salah satu sekolah negeri yang menjadi sekolah unggulan dan favorit di Nganjuk. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, pengamatan (observasi), dan pencermatan dokumen.

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa penanaman karakter pada siswa dilakukan dengan pembiasaan-pembiasaan melalui berbagai kegiatan, yaitu (1) kegiatan rutin yang dilakukan siswa secara terus-menerus dan konsisten setiap saat; (2) kegiatan spontan yang dilakukan siswa secara spontan pada saat itu juga; (3) sikap dan tindakan yang baik dan benar oleh tenaga pendidik dapat dijadikan panutan bagi peserta didik, dan (4) pengondisian dengan cara penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter.

Latifah (2017) melakukan penelitian dengan judul “Implemantasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama Sleman”. Tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan nilai-nilai krakter yang dikembangkan di SD Nahdlatul Ulama, implementasi pendidikan karakter, dan kendala-kendala dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di SD Nahdlatul Ulama. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa SD

(40)

Nahdlatul Ulama. Peneitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai karakter yang dikembangkan di SD Nahdlatul Ulama ada 13 karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Implementasi pendidikan karakter dilaksanakan melalui proses pembelajaran, peraturan sekolah, dan pelaksanaan ekstrakurikuler. Ada kendala-kendala dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di SD Nadlatul Ulama yaitu permainan digital, lingkungan di rumah yang kurang bagus, beberapa guru kurang menguasai anak, pengaruh tontonan TV, dan kurangnya pemahaman guru akan karakter siswa.

Dari beberapa hasil penelitian yang relevan peneliti dapat mengetahui bahwa pendidikan karakter pada satuan pendidikan sangatlah penting bagi para peserta didik. Pendidikan karakter ditanamkan dalam diri siswa melalui kegiatan pembelajaran di kelas, kultur satuan pendidikan, kegiatan ekstrakurikuler, intrakurikuler, kokurikuler, pelibatan peran serta orangtua dan masyarakat. Relevansi yang terdapat dalam penelitian yang relevan ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti akan melakukan penelitian terhadap penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter yang berfokus pada basis budaya sekolah dengan menggunakan model penelitian survei. Melalui penerapan program

(41)

penguatan pendidikan karakter berbasis budaya, diharapkan karakter-karakter positif para peserta didik dapat terwujud melalui beberapa kegiatan yang ada di sekolah maupun kebiasaan atau tradisi yang disepakati bersama oleh seluruh warga sekolah. Berikut ini adalah literature map penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan

Akbar (2014)

Model Pendidikan Karakter Yang Baik (Studi lintas Situs Bests Practices) Pendidikan Karakter di SD

Wardani (2014)

Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di SD Negeri Taji Prambanan Klaten

Penelitian ini:

Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kalasan

Supraptingrum dan Agustini (2015)

Membangun Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah Di Sekolah Dasar

Latifah (2017)

Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama Sleman

(42)

C. Kerangka Berpikir

Proses pendidikan karakter akan melibatkan ragam aspek perkembangan peserta didik, baik kognitif, konatif, afektif, maupun psikomotorik sebagai suatu kebutuhan (holistik) dalam konteks kehidupan kultural. Karakter tidak dapat dibentuk dalam perilaku instan, karena memerlukan keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai dewasa.

Beberapa pendidik Indonesia modern seperti Ki Hajar Dewantara, R.A Kartini, Soekarno, dll. telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa. Namun demikian, ada berbagai peristiwa dalam pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia. Hancurnya nilai-nilai moral, tawuran antar pelajar, kenakalan remaja, pergaulan bebas, serta tindakan mencontek merupakan dampak dari kurang optimalnya sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, orangtua dan pendidik memiliki tugas untuk menerapkan karakter pada anak.

Selain itu, banyak satuan pendidikan telah melaksanakan praktik baik dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari penerapan pendidikan karakter ini adalah terjadinya perubahan mendasar di dalam ekosistem pendidikan dan proses pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Dalam penerapannya, pendidikan karakter mengembangkan watak dan tabiat dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

Untuk membentuk karakter dari setiap diri peserta didik, maka Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun

(43)

2010 menerapkan gerakan yang disebut Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter yang merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang termasuk dalam Nawacita Presiden Jokowi dan wakilnya Jusuf Kalla. Hal tersebut membuktikan bahwa pendidikan karakter merupakan hal penting bagi pendidikan di Indonesia.

Penerapan pendidikan karakter melalui beberapa basis, yaitu basis masyarakat, budaya, dan kelas. Penelitian ini berfokus pada penelitian pendidikan karakter berbasis budaya yang menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah, melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah, mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah, dan mengembangkan serta memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Program penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis PPK, sekaligus mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah. Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah termasuk di dalamnya keseluruhan tata kelola sekolah, desain K13, serta pembuatan tata tertib sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama PPK yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dalam keseluruhan kegiatan di sekolah dan lingkungan sekolah yang kondusif. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, dan

(44)

keteladanan warga sekolah. Jika SD se-Kecamatan Kalasan menerapkan Program Penguatan Karakter Berbasis Budaya Sekolah, maka siswa dapat menerapkan pembiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan teori-teori kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan, Kabupaten Sleman sudah diterapkan ?

2. Bagaimana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman ?

(45)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data dengan tujuan untuk pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta (Narbuko & Achmadi, 2003: 44). Pengertian lain penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2012: 29).

Menurut Sukmadinata (2011: 54) penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik ilmiah maupun rekayasa manusia.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penelitian kuantitatif deskriptif dapat disimpulkan sebagai penelitian yang mendeskripsikan suatu kejadian berdasarkan data maupun fakta-fakta yang ada. Metode penelitian kuantitatif ini berlandaskan pada filsafat positivisme. Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena yang nantinya dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkret, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.

Penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak.

(46)

Pengumpulan data pada teknik ini menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015: 14).

Dalam metode survei, informasi dikumpulkan dari responden melalui kuesioner. Umumnya, metode survei dibatasi dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian, metode survei adalah metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Effendi, 2012: 3). Sukmadinata (2008: 82) menjelaskan bahwa survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel kecil. Survei digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi. Penelitian ini mengumpulkan data dari responden melalui non tes. Pengambilan data dalam penelitian ini, dibatasi oleh data yang didapatkan dari hasil kuesioner masing- masing guru kelas yang menjadi sampel penelitian. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di sekolah dasar negeri se- Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan yang berjumlah 180 guru.

(47)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Peneliti meneliti sebanyak 25 sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2018 sampai dengan Oktober 2018.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61). Populasi merupakan kumpulan dari seluruh unsur atau elemen atau unit pengamatan (observation unit) yang akan diteliti (Asra, Irawan,

& Purwoto, 2014: 70). Populasi dalam penelitian ini adalah guru sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Sleman yang berjumlah 180 guru.

Persebaran populasi dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

(48)

Tabel 3.1 Persebaran Populasi

No. Nama SD Kelas Paralel Jumlah Guru Kelas

1 SDN Bendungan Tidak ada 6

2 SDN Bogem 1 Tidak ada 6

3 SDN Bogem 2 Tidak ada 6

4 SDN Kalasan 1 Ada 12

5 SDN Kalasan Baru Ada 12

6 SDN Karangnongko 1 Tidak ada 6

7 SDN Karangnongko 2 Tidak ada 6

8 SDN Kertirejo Tidak ada 6

9 SD Negeri Kledokan Tidak ada 6

10 SDN Kowangbinangun Tidak ada 6

11 SDN Pakem Tidak ada 6

12 SDN Pucung Tidak ada 6

13 SDN Purwobinangun Tidak ada 6

14 SDN Purwomartani Ada 12

15 SDN Salakan Lor Tidak ada 6

16 SDN Sambiroto 1 Tidak ada 6

17 SDN Sambiroto 2 Tidak ada 6

18 SDN Sidorejo Ada 12

19 SDN Sorogenen 1 Tidak ada 6

20 SDN Sorogenen 2 Tidak ada 6

21 SDN Tamanan 1 Ada 12

22 SDN Tamanan 2 Tidak ada 6

23 SDN Temanggal Tidak ada 6

24 SDN Tunjungsari 1 Tidak ada 6

25 SDN Tunjungsari 2 Tidak ada 6

Jumlah 180

2. Sampel

Asra, Irawan, & Purwoto (2014: 70) menjelaskan sampel adalah sebagian dari unsur atau elemen atau unit pengamatan dari populasi yang sedang dipelajari. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan dengan taraf kepercayaan 95% dan kesalahan 5%. Artinya, tingkat

(49)

kesalahan dalam pengambilan sampel yang dapat ditolerir oleh peneliti adalah sebesar 5% (Fenandaz (dalam Sumanto, 2014: 210)).

Berikut adalah aturan pengaplikasian tabel sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan.

Tabel 3.2 Penentuan Sampel Minimal Menurut Krejcie dan Morgan

N S N S N S

10 10 220 140 1200 291

15 14 230 144 1300 297

20 19 240 148 1400 302

25 24 250 152 1500 306

30 28 260 155 1600 310

35 32 270 159 1700 313

40 36 280 162 1800 317

45 40 290 165 1900 320

50 44 300 169 2000 322

55 48 320 175 2200 327

60 52 340 181 2400 331

65 56 360 186 2600 335

70 59 380 191 2800 338

75 63 400 196 3000 341

80 66 421 201 3500 346

85 70 440 205 4000 351

90 73 460 210 4500 354

95 76 480 214 5000 357

100 80 500 217 6000 361

110 86 550 226 7000 364

120 92 600 234 8000 367

140 97 650 242 9000 368

140 103 700 248 10000 370

150 108 750 254 15000 377

160 113 800 260 20000 379

170 118 850 265 30000 379

180 123 900 269 40000 381

190 127 950 274 50000 382

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 1000000 384

Keterangan :N = Populasi S= Sampel

Berdasarkan populasi guru kelas, yaitu 180 guru, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 123 guru.

(50)

Diambilnya sampel penelitian sebesar 123 guru kelas karena populasi guru kelas satuan pendidikan sekolah dasar negeri se- Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, sebanyak 180 guru yang sudah ditetapkan pada rumus sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan. Agar persentase pembagian sampel setiap sekolah seimbang, maka sampel ditentukan sebanding dengan banyaknya subjek di tiap sekolah. Persentase pembagian sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Gambar 3.1 Persentase Pembagian Sampel

Setelah diketahui jumlah populasi dan sampel yang disesuaikan dengan tabel sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan, dihitunglah masing-masing sampel yang diambil dari setiap sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan. Berikut ini adalah tabel perhitungan untuk setiap sekolah.

Tabel 3.3 Data Sampel Penelitian

No. Nama SD Kelas Paralel

Jumlah Guru Kelas

Perhitungan Jumlah Sampel

Jumlah Sampel (Bulat)

1 SDN Bendungan 1 6 6

180× 123 = 4,099 4

2 SDN Bogem 1 1 6 6

180× 123 = 4,099 4

3 SDN Bogem 2 1 6 6

180× 123 = 4,099 4

4 SDN Kalasan 1 2 12 12

180× 123 = 8,20 8 5 SDN Kalasan

Baru 2 12 12

180× 123 = 8,20 8

6 SDN

Karangnongko 1 1 6 6

180× 123 = 4,099 4

7 SDN

Karangnongko 2 1 6 6

180× 123 = 4,099 4 Jumlah Sampel= Jumlah guru kelas

Populasi × Sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan

Gambar

Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Rasa/Karsa, Olah Pikiran,  dan Olah Raga
Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan
Tabel 3.3 Data Sampel Penelitian
Tabel 3.4 Skor Jawaban Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pusdiklat Bulutangkis di Semarang tidak hanya sebagai wadah pembinaan dan pelatihan, tetapi juga menjadi salah satu tempat seleksi atlet-atlet berbakat dari sekitar

Atozz Jaya Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki sistem penjualan electronic dan komponen electronic yang mempunyai mutu yang baik dan berkualitas untuk

Berdasrkan hasil penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan fermentasi kulit ubi kayu (Manihot utilissima) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian, tingkat

Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, terdapat beberapa yang masih terbuka untuk dapat diteliti antara lain dalam sistem informasi uji kompetensi ini masih sangat

Hasil rekapitulasi diketahui persamaaan regresi linear berganda yang tertera dalam tabel diatas maka dapat dijelaskan Nilai βo artinya jika tidak ada perubahan pada variabel

Kolom array[i] menunjukan nilai yang terdapat pada array ke-i.Kolom t menunjukan nilai yang terdapat pada array ke-m (elemen saat ini).array yang sudah fix menunjukan array

Dengan berkembangnya sistem pengelolaan dan pemberdayaan yayasan, sekarang Lembaga Amil Zakat sudah mencapai ditingkat Kabupaten dan Kota, seperti di Kota

Ini yang mendoromg peneliti tertarik melakukan penelitian dieL-Zawa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi