• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desain

Desain merupakan suatu proses untuk mendapatkan kebutuhan atau sesuatu yang diinginkan dengan cara menyelesaikan permasalahan yang ada.

Desain dapat menghubungkan budaya manusia dengan alam sekitar melalui pertukaran material dan energi (VanderRyn dan Cowan, 1996). Hal yang tercakup dalam desain, antara lain, adalah prinsip desain dan proses desain. Prinsip desain menurut Vanderzanden dan Rodie (2008) dibagi ke dalam empat kategori, yaitu overarching principles, aesthetic principles, application of aesthetic principles, dan functional principles. Proses desain menurut Booth (1983) dibagi ke dalam tujuh langkah, yaitu project acceptance, research and analysis, design, construction drawings, implementation, post construction evaluation, dan maintenance.

Hal yang penting dalam desain salah satunya adalah persamaan persepsi antara desainer dengan pengguna desain terhadap desain yang dihasilkan.

Desainer yang baik harus memperhatikan potensi-potensi perubahan yang dapat terjadi. Potensi perubahan tersebut mengharuskan seorang desainer membentuk desain yang ideal, yakni desain yang berkelanjutan dan dapat merespon perubahan ekologis dan budaya. Desain ideal dapat dicapai dengan mempertimbangkan social space dan social time, yakni pertimbangan bahwa suatu lanskap kemungkinan akan digunakan oleh kelompok user yang berbeda pada waktu tertentu.

Salah satu bentuk desain yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan

adalah ecological design. Bentuk desain ini diartikan sebagai suatu desain yang

meminimalkan dampak kerusakan lingkungan dengan mengintegrasikan dirinya

terhadap proses kehidupan (VanderRyn dan Cowan, 1996). Integrasi tersebut

mengimplikasikan bahwa desain menghargai keberagaman spesies,

meminimalkan penipisan atau pengurangan sumber daya alam, melindungi zat

hara dan siklus air, memelihara kualitas habitat, dan memelihara kesehatan

lingkungan. Terdapat lima prinsip dalam desain ekologi, yaitu solution grow from

(2)

place, ecological accounting informs design, design with nature, everyone is a designer, dan make nature visible.

2.2 Lanskap Pertanian

Lanskap pertanian merupakan gambaran bentang alam yang didominasi dengan bentukan dan aktivitas pertanian. Menurut Vanslembrouck dan Huylenbroeck (2005), lanskap pertanian merupakan hasil dari interaksi antara pertanian, sumber daya alam, dan lingkungan, dan meliputi kenyamanan, budaya, serta nilai sosial yang lain. Aktivitas pertanian sebagai bagian dari lanskap pertanian pada dasarnya merupakan inti dari lanskap pertanian tersebut. Pada lanskap pertanian, kita juga memahami adanya jenis-jenis elemen pada lanskap pertaniannya, yakni ada yang disebut dengan pepohonan/hutan, jalan kecil, jalan raya, halaman pekarangan rumah petani, dan ladang atau persawahan. Ladang dan persawahan ini dapat terbagi lagi ke dalam jenis ladang homogen dan heterogen.

Menurut Forman dan Godron (1986), karakteristik lanskap pertanian termasuk ke dalam cultivated landscape. Karakteristik dari cultivated landscape ini terdiri dari tiga tahapan berikut:

1. pertanian tradisional, suatu bentukan pertanian yang heterogen dan biasanya terdiri dari bentukan-bentukan lahan yang kecil dan pada suatu waktu tertentu diberakan untuk penggembalaan.

2. gabungan antara pertanian modern dan tradisional, karakteristiknya hampir sama dengan pertanian tradisional, hanya terdapat perbedaan pada luasan, pola penanaman yang terus-menerus, dan ditanam pada kondisi tanah yang baik.

3. pertanian modern dengan sisa-sisa pertanian tradisional, suatu bentukan pertanian homogen yang menetap dan terus-menerus.

Lanskap pertanian didominasi oleh tanaman-tanaman yang diusahakan

manusia sebagai tanaman pangan. Hal ini menjadi salah satu pembeda lanskap

pertanian dengan lanskap lainnya (Forman dan Godron, 1986). Vanslembrouck

dan Huylenbroeck (2005) juga menambahkan bahwa produksi pertanian sangat

mempengaruhi lanskap pertanian, terutama dari sisi penggunaan lahan dan

komposisi dari komoditas pertanian yang digunakan. Hal inilah yang

(3)

membedakan antara lanskap pertanian yang satu dengan yang lain. Struktur lanskap pertanian pada sebagian besar kondisi juga memiliki kekurangan, terutama keadaan lingkungan sekitar pertanian yang kurang mendukung seperti kurangnya sarana komunikasi melalui jalan atau kereta (IFLA, 1966). Kurangnya sarana perdagangan sebagai tempat penyaluran hasil pertanian juga turut mewarnai sisi lain dari lanskap pertanian ini.

Lanskap pertanian memiliki kualitas estetik yang berbeda satu sama lain.

Hal ini bergantung pada keragaman jenis tanaman pangan yang dibudidayakan.

Perbedaan kualitas ini terutama dibedakan berdasarkan keragaman struktur tanaman secara vertikal (Stepanus dan Gunawan, 2009). Pada lanskap persawahan terdapat kualitas estetik yang beragam. Hal ini berdasarkan tahapan penanaman padi mulai dari pengolahan lahan sampai pada tahapan pemanenan. Pada tahapan pertumbuhan vegetatif optimum dan lahan persawahan siap dipanen memiliki kualitas estetik yang tinggi. Pada kondisi “macak-macak” memiliki kualitas estetik yang rendah (Ruliyansyah dan Gunawan 2008).

2.3 Pertanian Terpadu

Berdasarkan laporan analisis pengembangan usaha tani tanaman pangan terpadu Cianjur Selatan (Tim Fakultas Pertanian IPB, 2004), pertanian terpadu adalah kegiatan pengelolaan sumber daya hayati yang mencakup tanaman, hewan ternak, dan/atau ikan. Keterpaduan yang dimaksud adalah keterpaduan agribisnis secara horizontal yang dapat dipenuhi oleh suatu sistem LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Namun, keterpaduan juga seringkali dipahami secara vertikal, yakni kegiatan agribisnis yang mencakup kegiatan budidaya pertanian (on farm) dan kegiatan agroindustri dan perdagangan hasil pertanian (off farm). Sistem pertanian terpadu secara vertikal biasanya berbentuk kegiatan pertanian konvensional yang tidak tergolong ke dalam sistem pertanian berkelanjutan (mugnisjah, 2002; Tim Fakultas Pertanian IPB, 2004).

Sistem pertanian terpadu pada dasarnya diarahkan dan dikembangkan pada

pembentukan unit usaha tani yang pilihan komoditi dan teknologinya disesuaikan

dengan teknologi setempat sehingga sistem pertanian ini sangat cocok untuk

diterapkan pada lanskap pertanian. Sistem pertanian ini jika dilihat dari sisi

(4)

ekonomi juga dapat memenuhi kebutuhan hidup layak petani. Hal ini dikarenakan sistem pertanian terpadu menerapkan integrasi antarkomoditi pertanian sehingga hasil dan pendapatan yang didapat oleh petani meningkat. Integrasi antarkomoditi pertanian dan efisiensi dalam penggunaan energi merupakan karakteristik utama dari sistem pertanian terpadu. Menurut Mugnisjah, Solihin, dan Tiyar (2004), integrasi ini dapat mengurangi biaya produksi yang harus dikeluarkan petani. Hal tersebut disebabkan oleh adanya faktor produksi yang dapat dipenuhi dari sistem produksi lainnya meskipun harus dilakukan secara bermitra dengan sesama petani yang lahannya berdekatan atau bersebelahan (Mugnisjah, Suwarto, dan Solihin, 2000). Model sistem pertanian terpadu pada umumnya terdiri dari lima model, yaitu sistem pertanian terpadu berbasis tanaman, berbasis ternak, berbasis perikanan darat, berbasis agroforestri, dan sistem pertanian terpadu berbasis agroindustri (Tim Fakultas Pertanian IPB, 2004).

Menurut Partohardjono et al. (tahun tidak diketahui), sistem pertanian terpadu memberi peluang yang besar dalam meningkatkan dan memantapkan pendapatan petani di perdesaan. Untuk menerapkan sistem usaha tani terpadu ini diperlukan teknologi yang mencakup penyediaan berbagai komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi seperti sayuran, buah-buahan, ikan, ayam, itik, serta ternak ruminansia besar dan kecil. Tanaman rumput dan leguminosa dapat berperan dalam konservasi lahan selain sebagai pakan ternak. Untuk lebih meningkatkan pendapatan keluarga tani, antara lain, dapat dilakukan pengolahan hasil komoditas yang diusahakan melalui agroindustri di perdesaan.

2.4 Wahana Pendidikan

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer karangan Marhijanto (1995), kata wahana memiliki makna alat atau sarana untuk mencapai tujuan, sedangkan kata didik (mendidik) memiliki makna memelihara, merawat, dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya).

Berdasarkan makna kata wahana dan didik (mendidik) dari Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia Populer tersebut, dapat kita artikan secara sederhana bahwa

wahana pendidikan adalah suatu sarana atau alat untuk mendidik seseorang atau

(5)

sekelompok orang sehingga memiliki pengetahuan seperti yang diharapkan.

Wahana pendidikan ini dapat berupa obyek-obyek benda atau aktivitas yang memiliki nilai pendidikan. Luasan area yang digunakan sebagai wahana pendidikan beragam. Hal ini bergantung pada jenis dan banyaknya obyek yang digunakan sebagai sarana pendidikan. Obyek yang digunakan dalam wahana pendidikan ini juga bergantung pada sasaran pengunjung.

2.5 Wisata Pertanian

Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata merupakan fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Unsur-unsur penting dalam wisata adalah adanya wisatawan, adanya objek wisata, atraksi wisata, produk dan jasa wisata, infrastruktur wisata, serta aksesibilitas area wisata. Aksesibilitas area wisata mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata mulai dari darat, laut, dan udara (Damanik dan Weber, 2006).

Wisata pertanian atau agrowisata adalah salah satu jenis wisata yang

menggunakan pertanian sebagai obyek utama. Adanya wisata yang menyuguhkan

pemandangan obyek pertanian ini memberikan peluang bagi warga perkotaan

untuk menikmati keindahannya. Menurut Campbell dan Ortiz (2011), wisata

berbasis pertanian atau disebut juga wisata pertanian dapat memunculkan suatu

hal yang menarik pada lahan pertanian kecil atau sedang dengan pengunjung atau

wisatawan yang dapat mempelajari teknik bertani, melihat pengolahan lahan

pertanian, atau melihat burung dan kehidupan satwa yang lain. Selain itu, menurut

Adiwijoyo (2005), pemeliharaan ternak dan ikan, memerah susu, serta kicauan

burung di perdesaan merupakan atraksi dan suasana lingkungan yang menarik

bagi wisatawan, khususnya yang dari perkotaan di dalam dan luar negeri sebagai

aktualisasi dari kecenderungan pola hidup back to nature. Para wisatawan akan

merasa gembira dan puas jika mereka dapat terlibat bebas dan ikut serta secara

langsung dalam proses kegiatan di obyek yang mereka sukai dalam waktu yang

relatif cukup. Adiwijoyo (2005) juga menambahkan bahwa wisata pertanian dapat

(6)

dikembangkan dan dipadukan dengan dunia pendidikan, yaitu dijadikan sebagai wahana praktik kerja dan study tour bagi pelajar atau mahasiswa.

Pada umumnya wisata pertanian memiliki karakteristik yang berbeda

dengan wisata lainnya. Penggunaan tanaman-tanaman pertanian sebagai obyek

utama merupakan karakteristik utama pada wisata ini. Adanya atraksi wisata

terkait aktivitas pertanian dapat menjadi andalan wisata pertanian. Atraksi wisata

ini dapat dimunculkan melalui obyek dan aktivitas pertanian.

Referensi

Dokumen terkait

Radioisotop yang terbentuk dari aktivasi Telurium alam (Tabel 1) hanya ada 4 jenis radioisotop dengan waktu paro yang berbeda-beda, namun hanya radioisotop 131 Te yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kredit Penelitian dilakukan pada 48 bengkel motor Castrol Bike Point (CBP) yang ada di Pekanbaru dengan tujuan untuk

Buah dimasukkan ke dalam wadah sebaiknya berupa kotak karton atau keranjang plastik. Buah diatur rapi sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi terjadinya pergeseran akibat

Pola LE kutaneus (LE) sering disamakan dengan kelainan kulit LE yang spesifik sebagai istilah dari tiga kategori mayor dari kelainan kulit LE yang spesifik yaitu LE kutaneus

Publikasi informasi penelitian adalah merupakan kegiatan yang dilakukan Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala dalam memberikan informasi penelitian kepada para peneliti

Sedangkan menurut Adisasmita(2011) efisiensi adalah komponen input yang digunakan seperti waktu, tenaga dan biaya dapat dihitung penggunaannya dan tidak berdampak pada

Keluhan inkontinensia pada kelompok lansia mengalami penurunan setelah dilakukan intervensi yaitu frekuensi berkemih pada siang hari menurun dari 6 kali

Kedua arteri coronaria kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat diatas katup aorta dan berjalan ke bawah