• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. Gramedia, hal 5. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. Gramedia, hal 5. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan tentang Komik 2.1.1. Definisi Komik

Pada dasarnya definisi tentang komik ada beberapa macam yang didapatkan dari beberapa sumber, seperti yang dijelaskan melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa definisi dari komik adalah :

Komik n 1. cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.”1

Berdasarkan Ensiklopedi Nasional Indonesia mengatakan bahwa komik adalah :

Komik adalah cerita gambar serial sebagai perpaduan karya seni rupa atau seni gambar dan seni sastra.2

Berdasarkan buku karangan Scott McCloud yang berjudul Understanding Comics mengatakan bahwa komik adalah :

Ko-mik, kt. Benda. 1. Gambar- gambar serta lambang- lambang lain yang terjukstaposisi dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. 2. Kelinci, tikus, dan beruang lucu, berdansa dengan riang. 3. Sesuatu yang merusak mental remaja kita. 4.Tokoh-tokoh pahlawan super berkostum warna cerah melawan penjahat, yang ingin menguasai dunia dengan segala tindakan kekerasan yang sensasional.3

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa komik adalah cerita berupa rangkaian gambar yang terpisah-pisah, tetapi berkaitan dalam isi. Dapat dilengkapi dengan maupun tanpa naskah. Dari beberapa definisi mengenai komik

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, halaman 452.

2 Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 9 (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), hal 1838.

3 McCloud, Scott. (201). Understanding Comics: Memahami Komik, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, hal 5.

(2)

diatas sudah dapat dimengerti akan pengertian komik, namun sesungguhnya kata komik itu sendiri berasal dari bahasa Perancis comique, yang sebagai kata sifat berarti lucu atau menggelitik, dan berarti pelawak atau badut sebagai kata benda.

Didalam era 90-an, komik dikembangkan sebagai sebuah produk industri.

Komik yang mengalami perkembangan dalam industri komik saat ini menurut Bolhafner4 dapat dibagi menjadi tiga jenis antara lain :

2.1.1.1. Strip komik atau Comic strip

Biasanya disebut juga Newspaper strip. Adalah jenis strip komik yang terbit harian atau mingguan dan terdiri dari susunan beberapa panel saja, Strip komik adalah salah satu jenis komik yang paling konstan eksistensinya. Di Indonesia strip komik tercatat sebagai komik yang pertama kali terbit, tepatnya pada tahun 1930 yaitu komik humor karya Kho Wang Gie di surat kabar Sin Po. Seperti Panji Koming karya Dwi Koendoro yang rutin ditampilkan dalam harian Kompas.

2.1.1.2. Buku komik atau Comic Books

Adalah sebuah jenis yang menunjukkan pada kemasan komik dalam bentuk buku, berisi satu cerita dan biasanya memiliki halaman- halaman yang disediakan menjadi rubrik korespondensi, informasi komersial (seperti agen penjualan komik beserta merchandise-nya) dan informasi (review) komik edisi yang lain, juga pengenalan studio atau komikus. Informasi yang disajikan untuk menjalin kedekatan dengan pembaca sebagai konsumen.

Sehingga kemasannya lebih menyerupai sebuah majalah. Komik jenis ini sering disebut sebagai magazine oleh Bolhafner. Comic books biasanya terbit secara rutin dan juga memiliki format yang sama dengan format dari majalah.

2.1.1.3. Buku komik kompilasi atau Graphic Novels

Berisi berbagai cerita dari satu atau berbeda pengarang, yang setiap cerita tidak memiliki hubungan satu sama lain. Jenis kompilasi ini banyak digunakan sebagai cara oleh komikus

4 Steve Bolhafner, “Alternative Comics”.

(3)

independent di Indonesia. Bahkan diantaranya ada yang menggabungkan antara format majalah dalam comic books dengan teknik kompilasi graphic novels.

Walaupun kategori komik ini dibagi oleh Bolhafner berdasarkan perkembangan di Amerika, tetapi pada kenyataannya pembagian kategori ini pun berlaku di Asia, seperti di Indonesia serta Jepang.

2.1.2. Unsur-unsur Komik

Ada beberapa unsur yang penting didalam komik seperti:

? Panel

Adalah sebuah bidang yang berisi gambar yang mewakili suatu adegan.

Ukuran dari panel beraneka ragam. Bentuk panel ada yang jelas terlihat ada pula yang abstrak.

? Closure

Fenomena mengamati bagian-bagian tetapi memandangnya sebagai keseluruhan. Dalam batin, kita melengkapi sesuatu yang belum lengkap berdasarkan pengalaman masa lalu. Beberapa bentuk closure merupakan tindakan yang disengaja oleh si pencerita untuk menciptakan keterangan pada pembaca.

? Parit

Sela diantara panel yang mempunyai momen abstrak yang diciptakan sendiri oleh imajinasi pembacanya.

? Bingkai waktu

? Warna

? Efek visual

Efek yang ditambahkan oleh komikus pada gambar-gambar dalam panel, bertujuan untuk memberi penekanan akan emosi, karakter, setting keadaan, gerak dari tokoh, dan lain- lain.

? Peralihan panel ke panel

- Waktu ke waktu, peralihan ini memerlukan closure yang sangat sedikit.

- Aksi ke aksi

(4)

- Subyek ke subyek, tingkat keikutsertaan pembaca diperlukan agar peralihan tersebut bermakna.

- Adegan ke adegan, peralihan ini membawa kita melintasi ruang dan waktu.

Membaca komik dengan jenis ini diperlukan pemikiran deduktif.

- Aspek ke aspek, peralihan ini kebanyakan tidak mengenal waktu dan mengatur pandangan yang mengembara terhadap aspek gagasan, tempat, dan suasana hati yang berbeda.

- Non sequitur, peralihan ini tidak menunjukkan hubungan yang logis antara panelnya.5

2.1.3. Sejarah Komik

Sebenarnya pada jaman Palaeolitikum di Eropa Barat beradab-abad yang lalu, bentuk komik sudah dapat ditemukan pada dinding gua tentang manusia yang sedang berburu bison, juga pada Tapestri ayeux (1066) yang menceritakan tentang kepahlawanan.Gambar-gambar bercerita juga dapat ditemukan pula pada kuburan Pharaoh di Mesir, bahkan disini gambar tela h dirangkai dengan teks yang berhuruf Hyrogliph. Sejak abad ke-12 di daratan Cina, cerita gambar semacam komik sudah dapat dijumpai. Di Eropa pada Abad Pertengahan, telah dikenal Biblia Pauperum, suatu bentuk penerbitan Kitab Suci bergambar. Pada abad ke-19 dikenal cerita gambar karya Radolphe Topffer (1799-1864) di Swiss dan Gustave Dore (1832-1883) di Perancis.6

Setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg pada abad 17, barulah komik dalam bentuk seperti yang kita kenal saat ini muncul. Buk u komik pertama yang menceritakan karakter Punch & Judy yang disebarkan di keramaian-keramaian mulai beredar Inggris, kemudian di Eropa berkembang jenis komik strip dalam media surat kabar (yang disebut sebagai pelopor komik modern), diawali dengan cerita Max ang Moritz dan Christiphe (Christoper Colombus) hasil karya Wilhelm Busch di tahun 1870-an.

Berbagai komik yang berkembang di Amerika Serikat inilah yang pada umumnya kita kenal sekarang ini. The Yellow Kids adalah karya komik yang

5 Albertus Setiarahardja. C. (2002). Perancangan Komik Pengetahuan Untuk Anak-Anak Dengan Tema Kebudayaan Seri 5 Benua: Skripsi. Surabaya: Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, hal 8.

6 Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 9. (1990). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, hal 1838.

(5)

pertama kali tercipta dan disebut sebagai pelopor perkembangan cerita Batman, Superman dan Plasticman, karya Richard Outcalt pada tahun 1895-an. Karena kepopuleran dari komik The Yellow Kids yang sangat spektakuler pada masa itu, sehingga muncullah berbagai macam figur yang menghiasi kipas, pembuka kaleng minuman, bungkus rokok dan kancing baju. Setelah itu muncul The Katzenjammer Kids, yang sejak diciptakan pada tahun 1897 tetap hadir di tengah penggemarnya selama 70 tahun. Di susul dengan Mutt and Jeff tahun 1907, The Captain and the Kids tahun 1914, Blondie tahun 1930 dan pada tahun 1931 muncullah karya komik Dick Tracy.

Di Amerika Serikat pada tahun 1929, mula- mula muncul tokoh komik Amerika yang pernah amat lama populer di Indonesia, yaitu Tarzan. Di Eropa pada sekitar tahun 1929-an, juga diciptakan tokoh-tokoh komik seperti Tom Poes dan Tintin, yang kedua komik tersebut juga beredar di Indonesia.7

Sekitar tahun 1957, telah lahir suatu pemikiran yang dalam perkembangannya berjalan searah yang kemudian oleh F. Lacassin disebut sebagai seni Kesembilan”. Masyarakat mulai menyadari makna, peranan, dan dampaknya, berkat dukungan beberapa perintis yang berani. Hal ini merupakan fenomena perkembangan komik yang terjadi di Barat.

Pada tahun 1958, muncul di antara orang-orang pertama yang membela komik di majalah Le Nef, yaitu seorang sosiolog Perancis yang bernama E. Morin.

Lalu pada 1962, Karena adanya rangsangan dari F. Lacassin dan sineas Akain Resnais, dibentuk “Club des Bandes Dessinees” (Klub Komik) yang pada 1964 menjadi Centre d’Etudes des Litteratures d’Expressio Graphique (C.E.L.E.G.) [Pusat Kajian Sastra Grafis].

Para sosiolog mulai tertarik perhatiannya oleh berbagai mite (cerminan suatu masyarakat sekaligus fakta yang dihasilkan sebagai pengimbang) yang disampaikan melalui komik. Misalnya pada tahun 1930-an dan Perang Dunia II, di Amerika Serikat muncul pahlawan-pahlawan yang berjuang sendiri dan adikuasa, yang menguasai dan tak terkalahkan, yang ingin melindungi, bahkan yang menguasai bumi (dan juga planet lain) secara sewenang-wenang, atas nama suatu

7 Henry Trisula. (2002). Perancangan komik tentang daya tarik membuat kue pada remaja putrid : Skripsi. Surabaya: Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, hal 8.

(6)

ideologi yang berwarna liberalisme. Sebaliknya, individualisme menyerah di hadapan semangat heroisme kolektif selama konflik global berlangsung.

Petualangan soliter tergeserkan oleh semangat persaudaraan.

2.1.4. Sejarah Komik Indonesia

Dalam keberadaannya di Indonesia, penggunaan komik sebagai media komunikasi sudah dilakukan sejak jaman dahulu kala. Keberadaan relef-relief pada Candi Borobudur dan pada Candi Prambanan merupakan bukti-bukti akan adanya komik sejak dulu. Didalam candi Borobudur terdapat sebelas seri bas- relief, yang mencakup 1460 adegan. Pada Candi Prambanan, untuk mengajar umat, digunakan relief Ramayana. Relief tersebut merupakan gambar-gambar pertama atau “prasejarah” komik. Sampai ke masa prasejarah, sejarah komik Indonesia pun masih dapat ditelusuri. Monumen- monumen keagamaan yang terbuat dari batu adalah sebagai bukti pertama. Kemudian, lebih dekat dengan masa kini, ada Wayang beber dan wayang kulit dapat dianggap sebagai cikal bakal komik dengan tipe penceritaan dengan sarana gambar.

Pengaruh yang besar dari Barat dan Cina pada masa sebelum kemerdekaan dan tahun-tahun pertama setelah kemerdekaan sangat mempengaruhi komik yang beredar di Indonesia. Tema kepahlawanan adalah tema yang paling banyak dipakai dalam komik pada masa itu. Terjadi perubahan arah yang ganda pada tahun 1954. Gaya komik Amerika lebih banyak mempengaruhi para komikus Indonesia didalam berkarya.

Masa kembali ke sumber “Kebudayaan Nasional”terjadi pada tahun 1954- 1960-an. Tanpa menyebutkan komik wayang sebagai produksi nasional terbesar, tidak mungkin kita membahas komik Indonesia. Hingga awal tahun 1960-an, banyak komikus yang mendapat ide dari cerita klasik wayang purwa. Namun setelah tahun 1960, komik wayang mengalami penurunan dalam peminatnya.

Kepribadian bangsa, rasa cinta tanah air, kebanggan menjadi orang Indonesia lahir dan semakin kuat, pada masa “komik dan Nasionalisme ala Soekarno” (1963- 1965). Hal tersebut tercermin secara karikatural dalam komik. ”Masa Roman Remaja” (1964-1966). Dari sudut pandang komersial, erotisme dan kekerasan lebih mendatangkan untung daripada melukiskan kebaikan hati. Terjadi

(7)

pandangan yang berbeda dikalangan para pejabat di Semarang, bahkan mereka membakar komik yang terbit pada tahun tersebut karena mereka melihat usaha baru dari kaum neokolonialis merusak kaum muda Indonesia.

Para demonstran muda memasuki toko-toko buku untuk “menyita”

berbagai karya dan bacaan murah yang melanggar moral serta bertentangan dengan Pancasila, hal ini terjadi pada “Masa Orde Baru” tepatnya pada tahun 1966-1980. Menuju Stabilitas (1968-1971). Pada tahun 1968, situasi mulai membaik sehingga terbentuk kalangan penerbitan yang cukup stabil. Setelah penerbitan tahun 1967, penerbit dapat melihat masa depan komik. Sejak tahun 1968, komik humor harus berbagi pangsa pasar dengan komik silat. Demikian pula dengan komik remaja.

Komik-komik khas Jepang yang lebih populer dengan sebutan komik manga lebih banyak mempengaruhi komik-komik yang beredar di Indonesia pada masa sekarang . tidak lagi menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah didalam negerinya sendiri. Komik Indonesia semakin lama semakin tenggelam keberadaannya, dikarenakan anak-anak sekarang lebih banyak memilih komik khas Jepang daripada membaca komik-komik Indonesia seperti Legenda Sawung Kampret karya Dwi Koen.

2.1.5. Segmentasi dari komik

Komik dimanapun keberadaannya, masih sering dianggap sebagai bacaan anak-anak, karena pada umumnya diberbagai negara, komik dibagi menjadi satu atau dua kelompok, salah satunya adalah kelompok anak-anak yang mendominasi dunia perkomikkan. Jenis komik yang demikian memiliki cerita yang lebih mudah untuk dimengerti dan tentu saja bertujuan untuk membidik pangsa anak- anak. Seiring dengan perkembangan seni, ada juga kelompok lainnya yang ditujukan khusus untuk orang-orang yang sudah memasuki tahap dewasa, pada umumnya beberapa karakter isi dari komik ini memberikan kecaman kepada para politisi, dan juga hal yang lainnya dengan tujuan ingin menampilkannya secara artistik.

Komik telah berkembang diluar nalar kita, walaupun keberadaannya sering dianggap sebagai bacaan anak-anak. Pangsa pasar yang sangat luas dalam bidang hiburan telah berhasil diraup oleh kehadiran komik, tanpa kita sadari hal ini.

(8)

Berbagai segmentasi kehidupan tela h dijadikan bahan utama dari pembuatan suatu komik, baik untuk anak-anak maupun dewasa. Seperti contoh hadirnya berbagai komik tentang pelajaran petualangan, ilmu pengetahuan alam, pelajaran berhitung, cerita derektif sampai dongeng juga cerita scifi. Namun, kondisi didalam masyarakat Indonesia selama ini masih terlalu malu untuk mengakui bahwa komik bukanlah hanya bacaan yang dikhususkan untuk anak-anak, karena baik dalam segi ilustrasi maupun cerita, sudah banyak bermunculan komik-komik yang bersegmentasi kepada kelompok dewasa.

2.2. Tinjauan Tato 2.2.1. Pengertian Tato

Kata tato adalah pengindonesian dari kata tattoo (dalam bahasa Inggris artinya menandai sesuatu), artinya adalah goresan , disain, gambar, atau lambang yang dibuat pada kulit secara permanen. Pembuatan gambar permanen pada tubuh secara garis besar telah dilakukan dalam dua cara :

? Retas tubuh, dalam bahasa Inggris scarification, yaitu menggores permukaan kulit dengan benda tajam, sehingga menimbulkan luka, dan ketika luka ini sembuh akan terbentuklah tonjolan pada permukaan kulit.

? Melubangi permukaan kulit dengan benda yang runcing sesuai gambar yang diinginkan, lalu melalui lubang- lubang itulah tinta / zat cair berwarna dimasukkan kebawah permukaan kulit.

2.2.2. Sejarah Tato

Dalam The American Heritage Desk Dictionary ditulis bahwa kata tato berasal dari Polinesia. Lebih detail lagi, dalam The Art of the New Zealand, Anne Nicholas menulis bahwa kata tattoo berasal dari bahasa Tahiti tatau. Joseph Banks yang kapalnya mencapai Tahiti pada tahun 1769, mencatat fenomena tubuh penuh tato yang dilihatnya dikalangan penduduk asli Tahiti. Tetapi kapten Bougainville lah yang memperkenalkan kata “tatau” kedalam bahasa Inggris. Namun dari mana tato sesunguhnya berasal belum dapat diketahui secara pasti. Yang pasti hanya kenyataan bahwa tato selalu menimbulkan kontroversi, dan tato dijumpai dalam berbagai masyarakat, peradaban, dan jaman. Praktek mentato ada di semua benua

(9)

yang ada didunia ini. Sebagai ilustrasi kecil ada berbagai kaya untuk tato, diantaranya : moko (dalam bahasa Maori), ire zumi (dalam bahasa Jepang), titi (dalam bahasa Mentawai), hedi (dalam bahasa Tetun). Jadi, kalau dilihat dari eksistensi tato diberbagai masyarakat atau budaya, dapatlah dikatakan bahwa sebenarnya tato- mentato bukanlah satu perkara sederhana, katakanlah misalnya hanya untuk sekedar menghiasai tubuh, atau semata pemenuhan kebutuhan akan keindahan.8

2.3. Tinjauan Gaya Desain Pop Art 2.3.1. Sejarah Pop Art

Pada tahun 1960-an pemikiran International style dan fungsionalisme memang banyak mendapat tentangan. Di jaman perekonomian “throw-away”

adalah aneh bila desain sebuah produk yang dibuat untuk kebutuhan jangka pendek harus memiliki nilai estetik yang berlaku selamanya. Menurut mereka yang menentang International style, estetika barang-barang konsumtif harus berangkat dari budaya populer (popular culture) dan berdasarkan lambang atau gaya bahasa yang mudah dikenal atau dinikmati oleh khalayak awam.

Dalam bidang seni muncullah Pop-art, yang berasal dari kata Popular Art.

Popular yang berasal dari kata populis (Yunani) dalam seni adalah kata untuk menjelaskan bentuk estetis yang merakyat. Yaitu aliran seni yang memanfaatkan simbol-simbol dan gaya visual yang berasal dari media massa yang populer seperti : Koran, iklan, televisi, komik, ataupun kemasan barang dan gaya supermarket.

Aliran ini marak di Inggris sekitar tahun 1950-an dan di Amerika sekitar tahun 1960-1970. Tokoh seniman Pop Art yang terkenal adalah Andy Warhol dan Roy Lichenstein di Amerika dan David Hockney di Inggris.

Sifat Pop dari seni mereka juga tampak dari :

? Penggunaan model yang berasal dari para pesohor (selebritis) film seperti Marilyn Monroe, Elvis Presley.

8 M.Dwi Marianto & Syamsul, B. (2000). Tato. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia, hal 2-3.

(10)

? Penggunaan elemen visual : dot atau titik raster yang berasal dari teknik cetak di media massa, balon dan kata seru (Wham!) pada komik.

? Teknik reproduksi : bila seni sebelumnya mengagungkan orisinalitas, pop-art menerima penggandaan baik menggunakan cara manual seperti silk-screen maupun cara mekanis seperti foto- kopi.

Pop art pada dasarnya berasal dari istilah Popular Culture – budaya populer, ya itu sebuah ungkapan untuk menggambarkan sebuah budaya “rendah”

karena lebih banyak berkaitan dengan masalah hiburan, komersial dan selera masyarakat awam yang tidak membutuhkan kemampuan intelektual tinggi. Ini berbeda dengan high culture yaitu budaya masyarakat elit kelas atas berpendidikan tinggi yang berkaitan dengan pemikiran “idealis” dan membutuhkan kemampuan intelektual tinggi dan rumit.

2.3.2. Pop Art dalam Desain

Gaya desain ini berlangsung pertengahan dekade 60-an hingga memasuki tahun 1970. Karena pengaruh Pop-art dalam bidang desain maka terdapat upaya untuk mengangkat kembali unsur-unsur tradisional Amerika atau unsur- unsur yang berasal dari idiom dalam media massa koran ataupun komik, seperti :

? teknik pewarnaan datar/blok,

outline pada gambar komik, photo montage.

Yang berkaitan dengan sisi tradisional, misalnya :

? tipe huruf

? ornament tradisional

? mengangkat kembali gaya Art Deco dan Art Nouveau, sering juga disebut sebagai Revivalism.

Selain itu efek dari budaya pop, muncul pula kegemaran akan poster sebagai media ekspresi dari gerakan-gerakan protes social seperti gerakan pembela hak asasi manusia, gerakan lingkungan hidup, gerakan cinta-damai (anti perang Vietnam) dan gerakan pembela hak wanita. Karena media massa dan masyarakat umum mengaitkan media ini dengan nilai- nilai anti-kemapanan, musik

(11)

rock, obat-obat psychedelic (psikotropika) maka gaya poster ini disebut poster psychadelic atau psychedelic art. Sebagian orang mengaitkan ga ya poster dengan persepsi orang yang sedang kecanduan obat. Para pendesain poster ini banyak yang otodidak dan klien utama dari mereka adalah grup musik atau promotor tari.Tarian dan musik bersuara keras dan menggunakan teknik pencahayaan berkilau dan warna-warni yang dipantulkan sehingga ”menyiram” seluruh panggung dan penyanyi/penari.9

Secara visual, ciri poster pop art adalah sebagai berikut :

? menggunakan warna-warna terang, cerah dan kombinasi warna- warna komplementer (hijau- merah, dan sebagainya).

? Menggunakan garis dan bentuk yang lentur yang membuat gambar menjadi tidak realis, atau tidak jelas.

? Tipografi dibuat melengkung berirama bahkan hingga sulit terbaca.

? Foto dibuat menjadi high contrast – black and white atau menggunakan warna komplementer.

Sekilas gaya desain seperti diatas memberi kesan memusingkan, sebagaimana bila kita berada di panggung disorot berbagai cahaya berwarna, atau bila kita terkena efek obat-obat penenang.10

2.4. Tinjauan Budaya

Kata “kebudayaan” yang hampir setiap hari sering kita dengar berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi yang memiliki arti “budi” atau “akal”. Didalam buku “Ilmu Budaya Dasar”, karangan Drs. Supartono W., MM., dijelaskan mengenai definisi dari kebudayaan menurut beberapa budayawan sebagai berikut :11

? Koentjaraningrat

Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan atau karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.

? Ki Hajar Dewantara

9 Megs Phillip B. (1992). A History of Graphic Design, New York: Van Nostrand Reinhold.

10 Arif. S. Adityawan. (1999). Tinjauan Desain : Dari Revolusi industri hingga Posmoderen, Universitas Tarumanagara UPT Penerbitan, hal 99,101,104.

11 Supartono W., M.M. Drs. (2001). Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Ghalia Indonesia.

(12)

Kebudayaan berarti buah budi manusia dari hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

? Sutan Takdir Alisjahbana

Kebudayaan adalah manifestasi dan cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan tersebut sangat luas sebab semua laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, termasuk didalamnya perasaan Karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.

Menurut pendapat beberapa orang ada yang mengatakan bahwa kata budaya berasal dari kata majemuk “budidaya” yang berarti “daya dari budi” atau

“daya dari akal” yang berupa cipta, karya, dan karsa.

Sebagai makhluk sosial, manusia pasti selalu dipengaruhi oleh kebudayaan dan lingkungan sekitarnya, dimana pengaruh dari budaya tersebut dapat berasal dari budaya dimana manusia tinggal, maupun budaya dari tempat asalnya. Biasanya tindakan-tindakan yang dilakukan manusia dipengaruhi oleh budaya, dimana manusia harus menghormati tata cara dan juga kebiasaan yang ada didalam masyarakat sekitar. Budaya yang ada didalam setiap masyarakat memiliki bentuk dan corak yang berbeda satu sama lain. Budaya menunjukkan kesamaan kodrat manusia dari pelbagai suku, bangsa, dan ras. Kebudayaan adalah hasil dari ciptaan manusia, sehingga budaya dapat dianggap sebagai ekspresi eksistensi manusia didunia.

Manusia merupakan produk dari budaya walaupun manusia sendiri ya ng menciptakan budaya. Itulah yang disebut sebagai dialektika fundamental yang mendasari seluruh proses hidup manusia. Dialektika fundamental ini sendiri terdiri dari tiga tahap, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi (Peter L. Berger, 1973). Eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia dengan terus menerus kedalam dunia melalui aktifitas fisik dan mentalnya. Objektivasi adalah tahap dimana aktivitas manusia menghasilkan suatu realitas objektif yang berada di luar

(13)

diri manusia. Objektivasi merupakan konsekuensi logis dari tahap eksternalisasi.

Jika pada tahap eksternalisasi manusia sibuk melakukan kegiatan fisik dan mental, maka dalam tahap objektivasi kegiatan tersebut sudah menghasilkan produk- produk tertentu, seperti lukisan, buku-buku ilmiah, patung, gedung, dan lain- lain.

Sedangkan internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia kembali diserap oleh manusia. Dengan kata lain, struktur dunia objektifnya, hasil karyanya, ditransformasikan kembali kedalam struktur kesadaran subjektifnya. Apa yang tadinya merupakan realitas eksternal kembali menjadi realitas internal.

Manusia menciptakan kebudayaan melalui eksternalisasi. Sedangkan melalui internalisasi, kebudayaan membentuk manusia. Contohnya kehadiran kipas angin elektrik dapat mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan yang modern tentang pekerjaan, yakni dengan kipas angin elektrik, manusia tidak perlu memakai kipas tangan secara manual, karena dengan praktis kipas angin elektrik dapat mengerjakan hal itu semua. Orang yang sudah biasa menggunakan kipas angin elektrik akan berpikir bahwa tanpa alat tersebut pekerjaannya akan sangat terhambat.

Pola prilaku, aktifitas, serta gaya hidup manusia dan juga masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan fisik buatan manusia.

Terdapat beberapa hal yang membentuk dan mengubah kebudayaan manusia, pengaruh-pengaruh tersebut adalah :

? Ras atau faktor genetik.

? Lingkungan alam atau letak geografis.

? Okupasi atau faktor ekonomis.

? Pikiran atau faktor psikologis manusia.

Namun beberapa faktor yang dapat merubah kebudayaan, antara lain:

? Disebabkan oleh perubahan lingkungan alam, misalnya berubahnya musim ataupun bencana alam, sehingga masyarakat harus dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka yang baru. Tentu saja pola hidup mereka akan berubah juga.

? Masuknya masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda.

? Adanya penemuan atau penciptaan baru.

(14)

? Masyarakat secara sadar mengubah pola hidupnya.

Kebudayaan tersebut pada umumnya ada yang baik dan ada juga yang buruk, namun dengan semakin berkembangnya jaman dan segala hal yang ada didalamnya, kebudayaan yang ada di Indonesia mulai terpengaruh oleh dominasi kebudayaan dari barat, dimana segala sesuatu menjadi praktis dan serba cepat, manusia mulai melupakan dan meninggalkan kebudayaan terdahulu. Karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dengan bebas dapat masuk tanpa melalui proses penyeleksian yang efektif.12 Dalam pokok bahasan ini, para remaja putra dan putri sekarang ini menjadi tertarik dengan seni tato dan tidak memandang hal tersebut sebagai suatu hal yang negatif.

2.5. Tinjauan tentang Remaja

Masa remaja adalah sebuah tahap pertumbuhan dari anak menuju dewasa, sejak masa puber sampai pada usia 17-18 tahun. Perkembangan seksual terjadi didalam tahap ini dengan timbulnya sifat seksual sekunder pertama sampai pada akhir pertumbuhan fisik. Masa ini berakhir setelah tercapai puncak kematangan, pertumbuhan badan dan kemampuan memperbanyak jenis.

Remaja adalah suatu tahapan pertumbuhan sesudah pubertas sampai dewasa, dan juga masa transisi dari anak-anak ke dewasa, hal ini terdapat didalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 11: 1990).

Masa remaja pada perempuan dimulai pada umur 12-14 tahun dan pada laki- laki pada umur 14-16 tahun. Pada umumnya remaja dituntut untuk dapat memiliki kepribadian, tanggung jawab yang mandiri dan selaras dengan dunia sekitarnya.

Remaja juga harus mampu memantapkan diri untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, mulai melakukan seleksi terhadap apa yang diinginkan dan yang akan dikerjakan.

Kondisi psikologis untuk hidup dalam masa dewasa juga dipengaruhi oleh pergaulan. Kesehatan juga mempengaruhi pertumbuhan, sehingga remaja yang

12 Henry Trisula. (2002). Perancangan komik tentang daya tarik membuat kue pada remaja putri:

Skripsi. Surabaya: Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, hal 16.

(15)

mempunyai badan lebih tinggi dapat dikarenakan mereka memiliki masa pubertas yang lambat.

Keadaan psikologis remaja biasanya sedang labil dan sedang mencari jati diri yang sebenarnya pada saat remaja, karena itulah pengaruh dari luar sangat mempengaruhi kepribadian remaja pada akhirnya. Remaja cenderung mementingkan kesenangan yang diperolehnya pada saat itu. Mereka berpikir bahwa masa remaja adalah sekali seumur hid up, sehingga mereka terkadang berpikir untuk bersenang-senang saja, tanpa berpikir panjang akan masa depannya. Sangat tingginya rasa keingintahuan remaja, menyebabkan remaja suka mencoba dan melakukan hal- hal baru, tanpa mempertimbangkan akibat yang akan diterima baik atau buruk. Remaja berpikir, asalkan pada saat itu mereka merasakan suatu kesenangan, maka mereka tidak akan ambil pusing dengan memikirkan hal lainnya yang dapat memberikan dampak tertentu.

Biasanya hal-hal yang tidak disukai selalu dihindari oleh remaja, mereka belum dapat mengambil suatu keputusan dengan pikiran yang bijak, karena pikiran remaja yang masih belum matang. Dalam mengambil keputusan remaja masih mengandalkan orang lain untuk turut serta, mereka berharap dapat membuat keputusan yang sempurna dengan memikirkannya bersama, bahkan pada saat dihadapkan dengan suatu permasalahan yang harus dipecahkan terkadang remaja menjadi sangat stres.

Masa yang sangat labil adalah disaat masa remaja berlangsung, kebiasaan bersenang-senang dan semaunya sendiri sudah melekat pada setiap generasi.

Untuk melepaskan kebiasaan tersebut yang sudah dikenal adalah hal yang sangat sulit bagi remaja. Tetapi sesungguhnya hal itu merupakan cara yang lebih aman dan terpercaya untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Bimbingan moral sejak dini, baik dari pihak keluarga maupun sekolah sebenarnya diperlukan bagi remaja.

Bimbingan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan perhatian dan pengertian, selalu memberikan nasehat-nasehat yang membangun dan berguna.

Janganlah memaksakan suatu kehendak kepada mereka ataupun melakukan tindakan kekerasan terhadap remaja, karena pada umumnya mereka akan cenderung untuk memberontak. Hal tersebut malah dapat menanamkan kepribadian yang buruk terhadap remaja. Sebagai rasa balas dendam, remaja akan

(16)

cenderung menirukan perbuatan jelek yang dilakukan terhadapnya dan sering juga mereka akan melanggar perkataan orang lain.13

2.6. Data Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengetahui mengenai latar belakang, serta pengalaman-pengalaman dan makna-makna dari tato permanen pada beberapa mahasiswa Universitas Kristen Petra yang memiliki tato permanen di tubuhnya sebagai perwakilan dari mahasiswa bertato lainnya, juga ditambahkan data dari skripsi mahasiswa UNAIR yang juga mengambil tema tentang tato dan memiliki kesamaan bobot materi, serta visi dan misi didalam wawancara yang telah dilakukan.

Dengan berkembangnya jaman yang juga diikuti oleh segala hal termasuk seni juga tren maka didalam masyarakat khususnya dikota besar sekarang ini mulai marak dengan munculnya seni tato pada anak-anak muda baik laki- laki maupun pada perempuan. Pada umumnya mereka mentato diri mereka dikarenakan adanya keindahan seni yang dikandung dari tato, juga bisa karena tanpa latar belakang atau motif tertentu, jadi hanya karena keindahannya, bukan dikarenakan mereka ingin tampil sebagai orang yang berkesan nakal dan berasumsikan negatif seperti persepsi yang selama ini ditangkap oleh masyarakat umum yang tidak menyukai seni tato tersebut. Seperti alasan yang dikemukakan oleh Adrianka, mahasiswa Desain Komunikasi Visual Petra ini menuturkan sebagai berikut:

“…saya bertato karena senang aja dengan tato, juga karena keindahan seni. Kalau pendapat orang lain terhadap tato saya bermacam- macam, kalau teman-teman “sejiwa” mengatakan bagus tapi masih kurang banyak, kalau dari pihak keluarga banyak yang mengatakan saya ini mau jadi apa dengan tato ini ?...”

(13 Maret 2003)

Pernyataan diatas juga didukung oleh Prima Yurie tentang alasannya untuk mentatokan lengan dan bahunya:

13 Henry Trisula. (2002). Perancangan komik tentang daya tarik membuat kue pada remaja putri:

Skripsi Surabaya: Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, hal 19.

(17)

“…saya tato karena hobi, juga karena tato itu indah, juga seni itu kan tidak selalu harus dikertas saja. Saya tato juga karena terlalu banyaknya aturan sewaktu kecil yang terlalu mengekang saya. Kalau pendapat dari keluarga biasa saja, teman mengatakan bagus, kalau orang lain melihat tato saya jadi takut…”

(13 Maret 2003)

Dari hasil wawancara singkat diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa memakai tato hanya semata- mata untuk melihat tato sebagai bagian seni yang dilihat dari segi estetika, gambar-gambar yang di disain oleh mereka ada yang bermotif ornament dan tribal yang bentuknya sangat sederhana sampai yang sangat rumit, juga gambar- gambar tertentu yang merupakan wujud dari hasil imajinasi mereka yang dituangkan ke dalam seni tato. Hal lain yang didapat dari wawancara tersebut adalah bahwa orang lain yang tidak tertarik dengan seni tato pada umumnya memiliki sikap yang negatif terhadap mereka yang bertato walaupun terdapat beberapa orang yang bersikap cuek (hanya persentase dalam jumlah kecil), hal ini mungkin dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan hal tersebut dan ada juga orang yang merasa takut ketika melihat orang bertato seperti halnya mereka sedang melihat seorang preman atau sejenisnya yang memberikan kesan menyeramkan bagi khalayak umum.

Sedangkan berdasar data yang diambil dari skripsi “Makna Simbolik Seni Tato Permanen (Studi Pada Mahasiswa Pemakai Tato Permanen di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta) karya Arni Sulana Fitri (mahasiswi UNAIR-Surabaya), hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa ISI Yogyakarta mendapatkan beberapa alasan mengapa mereka memakai tato pada tubuh mereka.

Secara umum dari responden memang mengatakan alasan bertato adalah karena keindahan seni / ekspresi seni yang dikandung dari tato tersebut dengan menggunakan tubuh sebagai medianya. Seperti yang dituturkan oleh responden berikut ini :

Responden bernama Set menjawab alasan untuk bertato yaitu :

(18)

“…bagi saya, tato sebagai alternatif media untuk berkarya, sehingga ada kepuasan akan karya disain sendiri..”14

(8 September 2001) Ada juga yang bertato karena mereka ingin mengekspresikan diri atau mengungkapkan perasaan mereka dengan bebas dimana peranan pengalaman pribadi mendorong mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan dalam pengaktualisasian diri, yaitu mengekspresikan emosi ke dalam bentuk yang dapat dilihat, dalam hal ini adalah penggunaan simbol tato kedalam tubuh mahasiswa.

Seperti yang dituturkan oleh Heri mahasiswa seni grafis memiliki tato bergambar flower dan laba-laba di paha sebagai berikut :

“…simbol tato saya pakai karena bentuknya yang indah dan sebagai tanda, pelampiasan emosi yang juga patah hati…”15

(21 Agustus 2001)

Ada juga alasan bertato dari responden karena adanya makna perlawanan terhadap suatu hal tertentu yang sangat mempengaruhi hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh responden Don mahasiswa grafis angkatan ’95 yang menato tubuhnya sejak SMA kelas 1 sebagai berikut :

“…pertama kali bertato sejak kelas 1 SMA, pada waktu orang tua menginginkan saya masuk militer, sebagai wujud penolakanku… ya tak tato wae lenganku…(ya saya tato saja lengan saya)”16

(4 September 2001)

Ada juga yang memakai tato pada tubuhnya sebagai identitas dimana biasanya didalam suatu kelompok diperlukan simbol agar mudah diingat oleh orang lain. Simbol tato memiliki makna sebagai identitas dituturkan oleh mahasiswa grafis bernama Heri yang sudah bertato sejak kelas 2 SMA :

“…mentato tubuh sebagai simbol identitas yang dengan tato menunjukkan kepribadian lewat gambar, sebagai identits Karena tato

14Arni Sulana Fitri. (2002).Makna Simbolik Seni Tato Permanen : Studi Pada Mahasiswa Pemakai Tato Permanen Di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta: Skripsi. Surabaya:

Universitas Airlangga Surabaya, hal 59.

15 Ibid, halaman 63.

16 Ibid, halaman 60.

(19)

saya beda dengan yang lain. Tato yang di lengan melambangkan tanda kelahiran saya…”17

(21 Agustus 2001)

Ada juga alasan bertato karena makna religi dimana tato dipergunakan oleh pemakainya untuk mempertegas identitas agama atau kepercayaan yang dianut. Para responden mentato tubuhnya dengan simbol salib, figur Yesus, kaligrafi dan sebagainya. Simbol dan ikon religi yang ditatokan dalam tubuh mahasiswa merupakan satu bentuk bahwa mereka masih memiliki dan menganut agama meskipun sebenarnya mungkin ada beberapa aliran kepercayaan yang tidak memperbolehkan adanya tato, karena dianggap membuat tubuh kotor. Para responden yang mentato tubuhnya dengan simbol-simbol religi menjelaskan antara lain Bowo mahasiswa disain yang mentato tubuhnya bagian lengan kanan atas dengan aikon lilin paskah :

“…saya menginginkan gambar-gambar tato yang bisa memberi makna identitas pada diri saya sendiri maupun pada religi. Tato bagi saya memiliki nilai spiritual yang tinggi…”18

(21 Agustus 2001)

Data dari hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa UK Petra dan mahasiswa ISI Yogyakarta diatas sudah dapat menunjukkan bagaimana latar belakang yang sebenarnya ada didalam proses awal timbulnya tato pada tubuh mereka yang bertato. Jadi tidak setiap orang yang memiliki tato pada tubuhnya harus selalu diasumsikan dengan kriminalitas walaupun memang ada yang demikian, namun pada jaman sekarang ini tato lebih dipandang sebagai sebuah seni yang unik, dilihat dari segi keindahan estetika yang dikandung sehingga membuat seni ini pada umumnya semakin digandrungi dikalangan para remaja.

17 Ibid, halaman 65.

18 Ibid, halaman 66.

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Yaya Sudarya,M.Kom.,Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir pada Jurusan Sistem Informasi, Universitas Mercu Buana, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran,

Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

Proses pembuatan peta potensi area mikro hidro diawali dari data SRTM DEM yang diubah menjadi peta slope, dilanjutkan overlay dengan peta curah hujan yang berasal dari data

Menurut (Muawanah & Poernawati, 2015:407) “Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Hasil dari penelitian adalah dengan melihat pola sebaran pengunjung sehingga dapat dilihat bagaimana fasilitas pendukung dapat menjadi salah satu obyek pasif ataupun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan anemia gizi, body image dan perilaku kontrol berat badan dengan kejadian kurang gizi pada remaja putri di