• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Alokasi Penempatan Infrastruktur Jaringan LTE untuk wilayah DKI Jakarta

Perencanaan alokasi penempatan infrastruktur jaringan untuk wilayah DKI Jakarta pada Tugas Akhir ini akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai bagaimana perencanaan jumlah perangkat yang dibutuhkan antara lain eNode B, MMS, HSS, MME dan SGW-PGW yang diprediksi hingga Tahun 2020. Wilayah Jakarta mempunyai luas sebesar 7.659,02 km2 yang terdiri dari terdiri dari daratan seluas 661,52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu.

4.1.1 Prediksi Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta pada Tahun 2020

Untuk prediksi penduduk dan pertumbuhan penduduk wilayah DKI Jakarta dilakukan dengan mengambil dasar awal dari Tahun 2010 dan 2015 untuk nemgetahui seberapa besar pertumbuhan kota Jakarta. Dengan mengetahui pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sehingga dapat diperoleh prediksi jumalah penduduk pada tahun 2020 nanti. Sebelumnya sudah diketahui banhwa Penduduk Jakarta pada Tahun 2010 adalah 9.640.406 jiwa sedangkan pada Tahun 2015 sebesar 10.177.924 jiwa. Nilai ini diperoleh dengan mengasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk Jakarta dianggap sama untuk setiap tahun. Dengan demikian pertumbuhan penduduk Jakarta adalah sebagai berikut :

R = ln

R = ln ( )

R = ln (1,055757) R = 0,010851 R = 1,0851%

(2)

Sehingga dari perhitungan di atas jumlah penduduk kota Jakarta sebesar 1,0851%.

Dengan nilai tersebut maka perkiraan jumlah penduduk pada Tahun 2020 dapat diperoleh pada perhitungan berikut.

Pt =

Pt = 10.177.924 Pt = 10.177.924 Pt = 17.509.980 jiwa

Dengan demikian pada Tahun 2020 prediksi penduduk DKI Jakarta sebesar 17.509.980 jiwa. Nilai ini akan dijadikan sebagai inputan dalam menentukan jumlah eNodeB yang bisa men-cover wilayah DKI Jakarta

4.1.2 Perhitungan Jumlah eNodeB Berikut perhitungan sel planning : a. Traffic Demand

A = Jumlah Pelanggan x Traffic rata-rata per user A = 17.509.980 x 0,011

A = 19359,78 Erlang b. Jumlah Kanal

N = BW/ 200 KHz x 8 / kluster N = 20 MHz / 200 KHz x 8 / 4 N = 200 kanal

c. Jumlah Sel

Jumlah sel = traffic demand / Asel Jumlah sel = 19359,78 /62

Jumlah sel = 307,78 = 96,7989 = 97

(3)

Luas Sel = 6,81 Km2 e. Jari-Jari Sel ( Rsel )

Rsel = (Luas sel / 2,6 )1/2

Jari-Jari sel = (6.81 / 2,6)1/2 Jari-Jari sel = 3,9 Km 4.1.3 MMS

Jumlah pelanggan yang diprediksikan pada tahun 2020 adalah 17.509.980.

BHCA yang dibangkitkan oleh satu pelanggan adalah 1,14 BHCA, sehingga BHCA total pada tahun 2020 adalah 19.961.377,2. Sedangkan jumlah simlaneous call adalah 408089. MMS yang digunakan pada jaringan ini memiliki spesifikasi : 2.150.000 pelanggan maksimum 2.500.000 BHCA Maksimum 80.000 maximum simultaneous calls processing.

Maka jumlah yang diperlukan dapat dihitun dengan pendekatan persamaan : Jumlah MMS = Max

Jumlah MMS = max , jumlah MMS yang diperlukan adalah berjumlah 9 buah.

4.1.4 HSS

Penentuan jumlah HHS yang diperlukan dapat menggunakan pendekatan persamaan 2.9 sebgai berikut :

Ketetapan HSS Capacity = 24.300.900 Jumlah HSS = = 0,72

Jadi jumlah HSS yang dibutuhkan adalah 1 buah HSS untuk menangani semua pelanggannya.

4.1.5 MME

Kapasitas MME ditentukan dari jumlah pelanggan yang dapat attach secara simultan, simultaneous PDP context dan data throughtput. Pada jaringan provider di

(4)

Jakarta dengan spesifikasi pelangggan aktif maksimum MME adalah 10.000.000 pelanggan, simultaneous PDP context maksimum adalah 10.000.000 pelanggan, throughtput maximum/bearer maximum adalah 18000 Mbps. Pelanggan aktif maksimum pada jam sibuk : 4.960.892 pelanggan, simultaneous PDP context maksimum adalah 4.960.892 throughtput maksimum per user adalah 36 Mbps. Untuk menentukan jumlah minimum MME yang diperlukan dapat menggunakan pendekatan persamaan 2.10 sebagai berikut :

Jumlah MME = Max

Jumlah MME = 1, jadi jumlah minimum MME yang dibutuhkan jaringan adalah 2 buah. 1 buah untuk operasional dan 1 buah active stanby elemen.

4.1.6 SGW-PGW

Perangat SGW-PGW yang akan digunakan spesifikasi, bearer maksimum adalah 10.000.000, throughtput maksimum 18000 Mbps, sedangkan kondisi jaringan, jumlah bearer context maksimum 4.960.892, throughtput 560 Mbps, untuk menentukan jaringan SGW-PGW minimum dapat menggunakan pendekatan persamaan 2.4 sebagai berikut :

Jumlah SGW-PGW = Max

Pada jaringan provider minimum membutuhkan 2 buah prangkat, 1 buah SGW-PGW untuk operasional dan 1 buah active stanby elemen.

4.2 Perencanaan Routing dengan Algoritma Genetika 4.2.1 Untuk Frekuensi 1800 MHz

Gambar dibawah ini merupakan alokasi penempatan eNode B diwilayah Jakarta pada frekuensi 1800 MHz.

(5)

Gambar 4.1 Hasil jari-jari Sel dan Alokasi Penempatan eNode B pada Frekuensi 1800 MHz

Dari Hasil Simulasi diperoleh jari-jari sel sebesar 4,4804 km, maka jumlah eNode B yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Luas sel =

Dengan demikian jumlah eNode B untuk men-cover wilayah Jakarta pada frekuensi 1800 MHz adalah :

Jumlah eNode B 180 buah namun perlu diketahui bahwa untuk alokasi bandwidth 57,6088 MHz. Seperti kita ketahui bahwa untuk kondisi di Indonesia, alokasi bandwidth sangat terbatas dimana frekuensi 1800 MHz sebelumnya dipakai untuk teknologi 2G.

(6)

4.2.1.1 Penentuan Rute Awal dan tujuan eNode B

Untuk proses routing LTE perangkat yang memegang peranan penting di sini adalah eNode B dan MME. Perangakat MME yang diperlukan sebesar 1 buah.

Dengan jumlah eNode B sebesar 160 maka setiap eNode B diberi label dari 1 sampai 160.

Gambar 4.2 Penentuan Alokasi untuk Proses Routing

Pada peta alokasi pada Gambar 4.2 di atas yang ditandai dengan warna hitam akan ditinjau proses routingnya dari dengan memberikan setiap label pada setiap sel nya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 di bawah ini .

(7)

Gambar 4.3 Pemberian Label untuk setiap Sel untuk Proses Routing

Adapun titik koordinat dari titik pusat dari Sel pada Gambar 4.3 di atas ditunjukkan pada Tabel 4.1 Titik koordiant (km) di bawah ini :

No. Sel Titik Koordiant (km)

1 A 3,75 ; 70

2 B 8,75 ; 72,5

3 C 3,75 ; 65

4 D 8,75 ; 67,5

5 E 8,75 ; 62,5

6 F 13,75 ; 75

7 G 13,75 ; 70

8 H 13,75 ; 65

9 I 13,75 ; 60

10 J 18,75 ; 72,5 11 K 18,75 ; 67,5 12 L 18,75 ; 62,5

13 M 18,75 ; 55

14 N 23,75 ; 75

15 O 23,75 ; 70

16 P 23,75 ; 65

17 Q 23,75 ; 60

(8)

No. Sel Titik koordinat (km) 18 R 28,75 ; 67,5 19 S 28,75 ; 62,5

20 T 28,75 ; 55

21 U 31,75 ; 70

22 V 31,75 ; 65

23 W 31,75 ; 60

24 X 28,75 ; 67,5

4.2.1.2 Hasil Simulasi

Berikut ini adalah hasil simulasi untuk menentukan rute terbaik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 di bawah ini

Gambar 4.4 Total Jarak yang dihasilkan

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh untuk mendapatkan rute yang terbaik yaitu sebesar 58,4724 km.

(9)

4.2.2 Frekuensi 2300 MHz

Gambar di bawah ini merupakan alokasi penempatan eNode B diwilayah Jakarta pada frekuensi 2300 MHz.

Gambar 4.5 Hasil jari-jari Sel dan Alokasi Penempatan eNode B pada Frekuensi 2300 MHz

Dari Hasil Simulasi diperoleh jari-jari sel sebesar 4,989 km, maka jumlah eNode B yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Luas sel =

Dengan demikian jumlah eNode B untuk men-cover wilayah Jakarta pada frekuensi 2300 MHz adalah :

(10)

Jumlah eNode B 146 buah namun perlu diketahui bahwa untuk alokasi bandwidth 58,0385 MHz. Seperti kita ketahui bahwa untuk kondisi di Indonesia, alokasi bandwidth sangat terbatas dimana frekuensi 2300 MHz sebelumnya dipakai untuk teknologi 2G.

4.2.2.1 Penentuan Rute Awal dan Tujuan eNode B

Untuk proses routing LTE perangkat yang memegang peranan penting di sini adalah eNode B dan MME. Perangakat MME yang diperlukan sebesar 1 buah.

Gambar 4.6 Penentuan Alokasi untuk Proses Routing

Pada peta alokasi pada Gambar 4.6 di atas yang ditandai dengan warna hijau akan ditinjau proses routingnya dari dengan memberikan setiap label pada setiap sel nya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 di bawah ini .

(11)

Gambar 4.7 Pemberian Label untuk setiap Sel untuk Proses Routing

Adapun titik koordinat dari titik pusat dari Sel pada Gambar 4.5 di atas ditunjukkan pada Tabel 4.2 Titik koordinat (km) bawah ini :

No. Sel Titik Koordiant (km) 1 A 8,75 ; 67,5

2 B 13,75 ; 70

3 C 8,75; 62,5

4 D 13,75 ; 65

5 E 13,75 ; 57,5 6 F 18,75 ; 72,5 7 G 18,75 ; 67,5 8 H 18,75 ; 62,5 9 I 18,75 ; 57,7 10 J 23,75 ; 70 11 K 23,75 ; 65 12 L 23,75 ; 57,5 13 M 23,75 ; 55 14 N 28,75 ; 72,5 15 O 28,75 ; 67,5 16 P 28,75 ; 62,5 17 Q 28,75 ; 57,5 18 R 31,75 ; 70

(12)

19 S 31,75 ; 65 20 T 31,75 ; 57,5 21 U 31,75 ; 5,5 22 V 38,75 ; 67,5 23 W 38,75 ; 62,5 24 X 38,75 ; 57,5

4.2.2.2 Hasil Simulasi

Berikut ini adalah hasil simulasi untuk menentukan rute terbaik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 di bawah ini

Gambar 4.8 Total Jarak yang dihasilkan

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh untuk mendapatkan rute yang terbaik yaitu sebesar 60,8136 km.

Gambar

Gambar  dibawah  ini  merupakan  alokasi  penempatan  eNode  B  diwilayah  Jakarta pada frekuensi 1800 MHz
Gambar 4.1 Hasil jari-jari Sel dan Alokasi Penempatan eNode B pada Frekuensi 1800  MHz
Gambar 4.2 Penentuan Alokasi untuk Proses Routing
Gambar 4.3 Pemberian Label untuk setiap Sel untuk Proses Routing
+6

Referensi

Dokumen terkait

keramik yang digunakan pada proyek ini adalah keramik dengan ukuran 30 x 30 cm, untuk menghitung kebutuhan lantai keramik adalah dengan menghitung luasan dari lantai

Menurut Soekanto (1990:352-360), faktor-faktor perubahan kebudayaan tersebut ada yang bersifat internal, yaitu berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, dan ada yang

Pada penelitian fermentasi alkohol dari kulit buah kakao ini menunjukkan bahwa dengan dilakukan rekayasa bioproses seperti pengaturan konsentrasi inokulum Saccharomyces

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu bagaimana merancang dan membuat suatu Sistem

Beranjak dari latar belakang masalah, masalah utama penelitian ini adalah bagaimana peranan organisasi karang taruna dalam mengembangkan kreativitas generasi muda di

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, hanya karena berkat-Nya lah penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi

Kotler dan Keller (2009: 5) menyatakan bahwa manajemen pemasaran sebagai ilmu dan seni memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan