• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

8 BABII

TINJAUANPUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Tindakan Komunikasi

Kata tindakan dapat dimaknai sebagai suatu proses pelaksanaan rencana atau program yang telah dirancang oleh individu yang ditujukan untuk suatu kepentingan bersama. Skinner, seorang psikolog, mengatakan bahwa tindakan adalah reaksi atau respons seseorang terhadap suatu rangsangan (rangsangan eksternaI). OIeh karena itu, tindakan ini terjadi melalui proses stimulus untuk organisme, dan kemudian organisme bereaksi, maka teori Skinner "S-O-R" atau stimulasi stimulus-organisme.

Menurut Moefad, salah satu dosen UIN Sunan AmpeI Surabaya, aksi tersebut terjadi karena dorongan kuat dari dalam diri orang itu sendiri. Apa yang dipikirkan, diyakini dan dirasakan disebut motivasi impuls-impuls ini.

Motivasi merupakan faktor yang mendominasi aktivitas tertentu dibandingkan aktivitas lainnya.

Ketika kita memperhatikan perilaku manusia dalam kehidupan personaI dan interpersonaI, sebenarnya kita menanyakan dua haI, yaitu, mengapa seseorang memilih tindakan lain dan, kedua, mengapa ia rela melanjutkan tindakannya dalam jangka waktu yang lama meski banyak kendala. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh dua motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi ini mendorong orang tersebut untuk mendekati objek atau keadaan yang diinginkan atau keinginan dan kebutuhan.

(2)

9 Sementara hal negatif mendorong orang untuk menjauh dari objek atau kondisi yang mereka khawatirkan, motivasi negatif itu datang dalam bentuk ketakutan dan keengganan.

2.1.1. Teori Tindakan Komunikatif Habermas

Mengatasi kompleksitas yang muncul dalam masyarakat modern yang memiliki gaya hidup pluralistik dan orientasi nilai.

Habermas meyakini bahwa masyarakat modern dengan segala kompleksitasnya dapat diintegrasikan melalui tindakan komunikatif.

Tindakan komunikatif adalah tindakan yang didasarkan pada konsensus. Artinya, setiap tindakan menjadi tindakan rasional yang bertujuan untuk memahami, menyetujui, dan saling memahami. Dasar dari teori tindakan komunikatif Habermas adalah konsep tiga dunia yang penting untuk memahami tipologinya tindakan sosial. Habermas (1984, p.85) menjelaskan “dengan pilihan konsep tindakan spesifik kita umumnya membuat asumsi ‘ontologis’ spesifik. “Habermas mendefinisikan konsep tiga dunia secara formal bukan material. Ini melampaui domain objek yang membedakan alam dan budaya dan berasal dari sikap dasar terhadap dunia objektif tentang apa yang terjadi dan terhadap sikap dasar terhadap dunia sosial dari apa yang dapat secara sah diharapkan, apa yang diperintahkan atau seharusnya.”

(Habermas, 1984 hal.49)

(3)

10 Dunia objektif didefinisikan sebagai totalitas dari apa yang terjadi tentang proposisi yang sebenarnya mungkin. Seorang aktor sosial dapat menghibur persepsi dan kepercayaan tentang identitas dan keadaan hubungan yang benar atau salah. Dengan demikian persepsi dan kepercayaan aktor mungkin setuju atau tidak setuju dengan apa yang terjadi di dunia. Seorang aktor dapat mencoba mengubah keadaan yang ada dan dapat berhasil atau gagal dalam melakukannya. Sebagai salah satunya contoh dari munculnya dunia objektif ini dalam lingkup dunia sepak bola misalnya, individu yang suka dengan tontonan sepak bola namun dia hanya menikmati tontonan tersebut, bukan memihak ke salah satu kesebelasan tertentu saat pertandingan atau menggunakan atribut-atribut yang khas menunjukan sebuah klub tersebut.

Dunia sosial terdiri dari konteks normatif yang menetapkan interaksi mana yang sah hubungan interpersonal. “(Habermas, 1984, hal.88). dunia sosial mewujudkan pengetahuan praktis moral dalam bentuk norma, aturan, dan nilai. Hubungan rasional aktor dan dunia sosial terbuka untuk evaluasi objektif menurut dua arah kecocokan.

Pertama, tindakan dapat sesuai atau menyimpang dari yang ada norma- norma dan dapat dinilai sesuai dengan kebenaran normatif mereka.

Kedua, norma dibenarkan atau diakui sebagai sah jika mereka mewujudkan aktor sosial. Misalnya yang terjadi dalam lingkup sepak bola, beberapa golongan yang sangat suka sekali dengan tim sepak bola suatu daerah/klub tertentu, di dunia nyatanya atau kesehariannya pasti

(4)

11 akan selalu mengenakan atribut-atribut khas dari tim kesukaan mereka, itu merupakan bentuk respect dan cara mereka mengekspresikan rasa suka/fanatik mereka pada khalayak umum.

Sebagai pelengkap dunia objektif dan dunia sosial, yang bersifat eksternal bagi seorang aktor, Habermas mendefinisikan dunia internal atau subyektif sebagai berikut “sebagai totalitas pengalaman subyektif yang mana aktor memiliki akses istimewa (Habermas,1984 hal. 100)”.dengan mengucap pengalaman, keinginan dan perasaan, seorang aktor membuat dunia subyektifnya diketahui oleh pendengar yang mungkin mempercayai atau tidak mempercayai aktor itu. Misal yang juga terjadi di lingkup sepak bola, individu/golongan tertentu yang memiliki akses istimewa tersebut dapat dengan mudah melakukan komunikasi interaksi dengan pihak klub, agar para individu/anggota bisa terorganisir dalam hal memberikan dukungan kepada pihak klub tersebut.

Mengenai tiga dunia itu, aktor tersebut memunculkan klaim validitas :

1. Pernyataan itu benar, yakni diungkapkan apa yang terjadi di dunia dan arahan berhasil membawa keadaan yang diinginkan.

2. Sebuah pernyataan benar sehubungan dengan norma- norma yang ada yang merupakan sah sehubungan dengan nilai-nilai.

(5)

12 3. Pengalaman, perasaan dan keinginan yang diungkapkan

dengan jujur.

Habermas juga telah memperkenalkan konsep tambahan untuk mengklasifikasikan tindakan, sebuah orientasi menuju kesuksesan dan orientasi untuk mencapai pemahaman. Orientasi menuju sebuah kesuksesan yang dilakukan oleh aktor tersebut bertujuan untuk memilih cara yang diharapkan akan berhasil dalam situasi apapun itu dengan keadaan yang tertentu. Sedangkan aktor yang berorientasi pada pencapaian pemahaman mencari kesepakatan yang dicapai secara komunikatif berkaitan dengan tujuan, sosial dan dunia subjektif.

Suatu tindakan disebut strategis ketika aktor mengejar tujuan dengan cara mempengaruhi aktor lain untuk mengikuti aturan rasional pilihan. Dan suatu tindakan disebut komunikatif ketika aktor berorientasi untuk mencapai pemahaman mereka berhubungan secara simultan dengan dunia objektif, sosial dan subyektif. Mereka mulai memahami satu sama lain dengan cara menegosiasikan definisi situasi, argumentasi dan interpretasi kooperatif peristiwa, tujuan, nilai dan norma dan dengan berbagi pengalaman, keinginan dan perasaan subyektif mereka.

Tindakan komunikatif berhasil apabila sampai taraf dimana kesepakatan dicapai secara kooperatif dan itu rencana aksi individu yang dikoordinasikan. Tindakan komunikatif mencontohkan konsep rasionalitas komunikatif yang melekat dalam ucapan manusia, yang

(6)

13 menunjukan praktik komunikatif ditandai dengan kewajiban aktor untuk memberikan alasan atau menentang klaim validitas yang diajukan, untuk menantang, menerima atau menolak klaim atas dasar argumen yang lebih baik. Habermas (1986, p401; 1991, p241) menyatakan bahwa beberapa orang telah mengartikan tindakan komunikatif sebagai makna para pelaku menyepakati tujuan bersama dan rencana aksi bersama. Dia mengoreksi kesalahpahaman ini dan menyatakan bahwa di bawah tindakan komunikatif dan strategis individu mengejar tujuan yang berbeda dengan terlibat tindakan yang berbeda.

Istilah komunikasi (communication) sendiri berasal dari bahasa latin yang artinya komunikasi untuk pemberitahuan atau pertukaran.Kata sifatnya adalah communis yang artinya umum atau kolektif. Kolektif yang dimaksud adalah sama maknanya. Seumpama ada 2 orang yang sedang terjebak dalam komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi terjadi atau akan terjadi karena ada kesamaan makna dari apa yang dikatakan. Percakapan antara dua orang ini dikatakan komunikatif jika sama-sama memahami bahasa yang digunakan dan juga memahami makna materi yang diucapkan.

Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan manusia, Watzlawick, Beavin dan Jackson “we can not not communicate”, bahkan saat kita berdoa sekalipun. Menurut Beamer dan Varner (2008) dalam bukunya Intercultural Communication menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana pendapat, gagasan atau ide, pikiran dan perasaan seseorang

(7)

14 diteruskan kepada orang lain yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya. Begitu juga komunikasi berlangsung dengan baik dan berhasil apabila ada kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan yang ditujukan kepada komunikan dengan pesan verbal maupun non-verbal.

2.1.2. Jenis – Jenis Komunikasi

Komunikasi adalah transmisi pesan dari sumber ke penerima.

Pesan komunikasi secara umum dapat dibagi menjadi dua bidang, pesan komunikasi verbal dan pesan komunikasi nonverbal.

2.1.2.1. Komunikasi Verbal

Menurut Deddy Mulyana, “simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal”. Bahasa dapat diartikan juga sebagai seperangkat simbol dengan aturan untuk menggabungkan simbol-simbol yang digunakan dan dipahami oleh suatu komunitas. Komunikasi lisan juga sering dipahami sebagai komunikasi yang menggunakan simbol atau kata, baik lisan maupun lisan atau tertulis.

Komunikasi verbal dapat dibedakan menjadi komunikasi lisan dan tertulis.Komunikasi lisan didefinisikan sebagai proses di mana pembicara secara lisan berinteraksi dengan pendengar untuk mempengaruhi perilaku penerima, sedangkan komunikasi tertulis didefinisikan sebagai keputusan yang disampaikan oleh

(8)

15 seseorang yang mengkode dengan simbol dan kemudian diteruskan kepada penerima yang dituju. Komunikasi tertulis ini juga dapat berupa memo, surat, poster, gambar, manual atau laporan Sedangkan komunikasi lisan berupa tatap muka, telepon, radio, televisi, dan lain-lain.

2.1.2.2. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan pesan - pesan non verbal atau tidak melalui kata-kata. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan pesan - pesan non verbal atau tidak melalui kata-kata. Secara teori, komunikasi non verbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Tetapi pada kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini dapat menciptakan hubungan yang saling melengkapi dalam komunikasi kita sehari-hari.

Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan menggunakan lebih dari sekedar kata-kata. Komunikasi menggunakan gerak tubuh, gerak tubuh, vokal non-kata, kontak mata, ekspresi mata, kedekatan, dan sentuhan. Atau bisa juga dikatakan bahwa semua kejadian yang ada di lingkungan merupakan komunikasi yang tidak berhubungan dengan ucapan atau tulisan. Dengan komunikasi nonverbal, orang tersebut dapat mengungkapkan perasaannya melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, atau sentuhan.

(9)

16 Menurut Onong Uchjana Effendy “komunikasi non-verbal adalah komunikasi dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat dan gejala lain yang sama yang tidak menggunakan lisan maupun tulisan”.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Komunikasi

Ada 4 alasan pokok yang menyebabkan seseorang mulai untuk melakukan sebuah tindakan, yaitu :

a. Pikiran dan perasaan, bentuknya adalah pengetahuan, keyakinan, sikap dan lain-lain.

b. Orang itu penting sebagai referensi, jika itu sangat penting bagi kita, maka semua yang dia lakukan dan katakan cenderung ke arah kita.

c. Sumber daya itu meliputi fasilitas, misalnya: waktu, uang, pekerjaan, keterampilan. Pengaruhnya bisa positif dan negatif.

d. Kebudayaan tindakan normal/wajar, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya didalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola kehidupan. Kebudayaan Mempunyai pengaruh terhadap tindakan setiap orang.

2.1.4 Tindakan Komunikasi Sebagai Suporter

Menurut definisi di atas dapat diartikan bahwa tindak komunikasi adalah interaksi manusia yang berupa penyampaian pesan

(10)

17 yang diawali dengan rangsangan verbal dan non verbal yang ditransmisikan secara langsung untuk kepentingan kelompok agar dapat mencapai tujuan. mencapai tujuan bersama. Sedangkan supporter adalah orang-orang yang memberikan dukungan agar mereka aktif secara utuh. Fans dalam lingkungan sepakbola sangat erat kaitannya dengan dukungan berdasarkan cinta dan fanatisme untuk sebuah tim.

Artinya setiap interaksi yang dilakukan suporter dengan suporter atau suporter dengan tim kesayangannya dapat disebut sebagai tindakan komunikasi sebagai suporter.

Tindakan verbal dilakukan oleh suporter untuk mendukung tim favoritnya dengan meneriakkan teriakan dengan pesan untuk memberikan semangat agar memenangkan pertandingan atau spanduk kalimat dukungan. Sedangkan dalam bentuk non-verbal dapat berupa ekspresi saat menonton, pakaian (jersey) dari tim tersebut, kibaran bendera hingga kehadiran pada saat melakukan laga tandang.

2.2. Tinjauan Tentang Suporter Fanatik Ronggomania

2.2.1. Fanatisme Suporter

a. Supporter sebagai Pendukung Tim Sepak Bola

Sepak bola adalah olahraga yang dimainkan oleh orang- orang di seluruh dunia.Sepak bola dapat menggerakkan massa yang terlibat dalam antusiasme untuk mendukung sebuah tim. Beragam jenis aksesoris dikenakan oleh followers sebuah tim untuk

(11)

18 menambah keseruan dan semangat, serta doa bagi tim tercinta yang mengikuti kompetisi. Adegan semacam itu merupakan proses pembentukan identitas diri sebagai ritual atau kebiasaan yang bisa kita jumpai di luar stadion, misalnya di kafe, tempat pertemuan, dan di rumah warga. Dan terbukti bahwa sepak bola dapat mempengaruhi emosi seseorang.

Kata "supporter" didasarkan pada kata "support" yang artinya "support". Menurut Chaplin, “Ada dua arti penting.

Dukungan pertama adalah mengatakan atau memberikan sesuatu untuk memahami kebutuhan orang lain. Kedua, dukungan berarti memberikan dorongan atau pengorbanan antusiasme dan nasehat kepada orang lain dalam situasi pengambilan keputusan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendukung adalah orang-orang yang memberikan dukungan atau bantuan dalam suatu permainan. Menurut Homby, suporter adalah kelompok yang bertanggung jawab atas eksistensi dari performa klub. Suporter selalu ingin menunjukkan keunggulan atas grup suporter lain dan menunjukkan bahwa mereka berbeda dari penonton lain dengan mengenakan atribut tim kesayangannya dan menampilkan aksi yang dapat menyulut semangat tim kesayangannya dalam mengharapkan kemenangan.

Memang, suporter adalah kekuatan yang tidak bisa diremehkan oleh klub sepak bola.Selain itu, kekuatan tersebut sering

(12)

19 kali ditunjukkan langsung kepada klub yang mereka banggakan. Di Inggris, misalnya, penggemar sepak bola sering berperilaku seolah- olah pemilik klub, presiden klub, direktur klub, manajemen, atau pemain akan kehilangan "properti" mereka. Mereka berkontribusi pada semua keputusan klub favorit mereka. Seperti memecat pelatih, terpilih menjadi presiden atau direktur klub, bahkan membeli atau menjual pemain. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan yang kurang dimiliki oleh para supporter.

Dukungan suporter terhadap tim kesayangannya tidak hanya berlangsung di dalam stadion, tetapi juga di luar stadion. Seperti menonton aktivitas di kedai kopi, kedai kopi, atau kedai minuman bersama. Bahkan saat mereka tidak terlibat langsung dalam mendukung tim kesayangannya di stadion, mereka tetap memakai atribut mereka atau tetap menyanyikan chant saat nonton bareng.

Penggemar adalah pemain kedua belas dalam sebuah pertandingan sepak bola.Tanpa penggemar pertandingan sepak bola, ada sesuatu yang hilang. Suporter juga berperan aktif dalam menciptakan keseruan para pemain yang bertanding di lapangan.Hal ini terlihat pada sebagian besar permainan yang dimenangkan oleh tim tuan rumah, atau dengan kata lain, semakin banyak penggemar yang berpeluang untuk menang, semakin erat pula hubungan antara masing-masing tim. Ini dimaksudkan oleh pihak klub untuk para penggemarnya, seperti pemberian subsidi saat tim bertanding di

(13)

20 partai tandang agar suporter bisa datang saat pertandingan tandang dan mendukung pemain secara langsung, sehingga tim memiliki kepercayaan diri untuk memenangkan pertandingan di kandang lawan.

b. Bentuk - bentuk Fanatisme Suporter Sepak Bola

Kata fanatisme berasal dari dua kata, fanatik dan isme.

"Fanatic" bahasa Latinya untuk "fanaticus". Yang artinya sibuk dan

marah dalam bahasa Inggris artinya kegilaan, ketakutan dan kegilaan. Jadi maknanya adalah sikap seseorang yang melakukan atau mencintai sesuatu dengan sungguh - sungguh dan ikhlas.

Sedangkan "isme" diartikan sebagai bentuk dari keyakinan atau keyakinan. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa fanatisme adalah terlalu kuatnya suatu keyakinan atau keyakinan pada suatu doktrin, baik itu politik, agama dll, dalam hal ini terhadap klub sepak bola.

Fanatisme atau fanatisme adalah perasaan cinta yang lebih tinggi yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sikap hidup. Segala sesuatu yang diyakini memberi seseorang lebih banyak cinta dan semangat hidup. Menurut Giulianotti, penderita cinta ini semakin terikat dengan kasih sayang dan semangat agar selalu bisa bertahan. Disisi lain, dengan cinta, orang menjadi sadis, ambisius, anarkis, dan mematikan. Inilah yang diyakini sebagian

(14)

21 besar pengikut fanatik di dunia, di mana fanatisme adalah cinta dan semangat hidup.

Pendukung tim sepak bola di seluruh dunia dapat dibagi ke dalam kategori berikut:

1. Hooligan

Hooligan adalah penggemar sepak bola yang brutal ketika

tim favorit mereka kalah dalam sebuah pertandingan. Hooligan adalah penggemar sepak bola stereotip dari Inggris, tetapi kini telah menjadi fenomena global. Kebanyakan para hooligan adalah backpacker yang punya pengalaman travelling. Mereka sering menonton pertandingan yang berisiko besar. Banyak dari mereka yang sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik dan gaya pakaian mereka disiapkan untuk berperang untuk mengantisipasi keributan. Mereka juga jarang mengenakan pakaian sembarangan agar tidak ketahuan polisi. Tetap saja, mereka tidak ingin menggunakan senjata saat ada bentrokan.

Hooligan biasanya tidak duduk di tempat yang sama, melainkan

membubarkan diri.

2. Ultras

Diambil dari kata latin “dari kebiasaan”. Lingkaran Ultras tidak pernah berhenti menyanyikan teriakan tim favorit mereka selama pertandingan. Mereka juga siap untuk berdiri terus dan menyalakan obor atau gas berwarna selama pertandingan untuk

(15)

22 mencuri perhatian. Mereka sering melakukan atau menampilkan koreografi seperti ombak di stadion atau gerakan-gerakan yang serentak. Karakternya sangat bersemangat, seperti pendukung Hooligan saat tim bermain atau diremehkan. Namun, tidak seperti

para Hooligan, tujuan utama mereka adalah mendukung tim.

Bukan sebagai tanda kekuatan melalui perjuangan fisik. Dan anggota Ultras adalah orang-orang yang sangat setia dan setia kepada tim kesayangannya sejak lama.

3. The VIP

Penting bagi mereka untuk tidak menonton sepak bola, tetapi pemirsa lain dapat melihatnya. Sebagian besar kelompok ini adalah pebisnis tingkat tinggi yang menonton pertandingan di kotak VIP untuk mendapatkan gambaran mereka sendiri. Karena atas nama sebuah perusahaan, semuanya diperhitungkan sebagai investasi. Tidak heran jika para jutawan ini dapat bertemu dengan mitra bisnis di area VIP atau yang sering disebut Sky Boxes dan mendapatkan kesepakatan penting. Mereka tidak peduli dengan skor permainan kecuali itu mempengaruhi bisnis yang mereka jalankan.

4. Daddy / Mommy

Ini adalah orang-orang yang menikmati menonton atau yang mengajak anggota keluarganya untuk menonton pertandingan.

Menonton pertandingan sepak bola ibarat rekreasi keluarga bagi

(16)

23 mereka yang bisa mempererat kebersamaan. Itu sebabnya mereka menonton bola saat tiket tidak terlalu mahal atau hanya untuk pertandingan babak penyisihan, bukan saat derby. Beberapa Daddy / Mommy adalah karyawan profesional yang menyukai

sepak bola tetapi tidak terlalu fanatik. Tempat duduk sambil menonton biasanya jauh dari pendukung fanatik seperti hooligan dan ultras. Mereka lebih khawatir anak-anak mereka menjadi sasaran jika ada kerusuhan antar pendukung.

5. Christmas Tree

Disebut pohon natal (Christmas tree) karena seluruh tubuh dan pakaiannya dipenuhi atribut tim mulai dari peniti, lencana, stiker, tato, corat-coret di wajahnya, dan rambut dengan corak yang berbeda-beda. Berbeda dengan ultras dan hooligan yang selalu tampil maskulin, pohon natal bisa tampil maskulin, feminin, lajang, atau berpasangan. Mereka tidak hanya menonton sepak bola, tetapi juga berusaha menunjukkan identitas negaranya atau tim kesayangannya melalui pakaian adat khas negaranya. Mereka biasanya duduk berkelompok di daerah yang jauh dari hooligan dan ultras.

6. The Expert

Kebanyakan dari mereka adalah pensiunan tua. Mereka tidak sayang menghabiskan uang pensiunan untuk bertaruh.Pantas saja wajah mereka selalu tegang selama pertandingan. Mereka sering

(17)

24 minum berbotol minuman karena sangat tegang. Namun, para

"ahli" taruhan ini biasanya hanya tertarik pada pertandingan besar seperti Piala Dunia dan Piala UEFA, bukan pertandingan liga atau klub. Di tangan mereka, mereka selalu memiliki telepon dan koran untuk memprediksi akhir pertandingan. Posisi duduk mereka selalu dekat dengan target sehingga lebih mudah bagi mereka untuk memanggil penyemangat. Seperti pelatih, mereka juga menentukan strategi mana yang harus dijalankan oleh para pemain.

7. Couch Potato

Mungkin inilah kelompok penggemar sepak bola terbesar di dunia. Mereka tidak melihat siaran langsung di stadion, tetapi di rumah saja lewat TV. Jenis penggemar ini beranggapan bahwa menonton TV lebih nyaman daripada membuang-buang uang menonton langsung di stadion, yang belum tentu merupakan hal yang baik.Prinsipnya fans jenis ini murah. Yang terpenting selalu ada makanan ringan dan minuman di dekatnya saat mereka menonton. Bukan hanya keluarga yang menambah keseruan menonton tayangan, mereka biasanya mengundang tetangga dan keluarga besarnya juga. Namun, mereka juga berdandan seolah- olah berada di dalam stadion. Jersey tim atau negara dan segala macam atribut memeriahkan acara penonton.

(18)

25 Dari berbagai kategori yang telah disebutkan, hooligan dan ultras merupakan grup penggemar fanatik yang mendukung tim

kesayangannya. Hal ini dikarenakan bentuk dukungan terhadap tim kesayangannya berada di luar batas kewajaran seorang suporter.

Terkadang bentuk dukungan yang melewati batas menimbulkan keresahan bagi orang lain, sehingga banyak persepsi masyarakat tentang suporter fanatik.

Sementara itu, Ultras telah menjadi kelompok pendukung sagat fanatik yang diorganisasikan ke dalam kelompok pendukung tertentu. Mereka memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan tim yang mereka dukung saat itu sehingga selalu mengharapkan kemenangan di setiap pertandingan. Di setiap kelompok mereka memiliki seseorang yang bertanggung jawab atas kelompok pendukung tersebut. Meski selalu saja mengharapkan kemenangan dalam setiap pertandingan, namun ultras lebih terkontrol dan berhati-hati karena ada pihak yang bertanggung jawab untuk memastikan tidak ada kerusuhan. Meski merupakan penanggung jawab kelompok, ultras masih berpotensi berperilaku destruktif atau kejam. Hal ini bisa terjadi karena buruknya performa tim yang mereka dukung, hot derby, isu rasial, bahkan ideologi politik.

Ultras adalah sekelompok penggemar sepak bola fanatik dan militan yang mengidentifikasi dengan semangat dan emosi mereka untuk klub yang mereka dukung. Ultras memelopori pendukung

(19)

26 teater gaya duku yang sangat terorganisir yang kemudian menyebar ke negara lain di seluruh dunia.Bahkan di Indonesia, sebagian besar kelompok penggemar sepak bola banyak yang berpegang teguh pada gaya suporter Ultras. Model pendukung Ultra di stadion terkenal dengan pertunjukan yang sangat spektakuler termasuk gaya kostum terkoordinasi, melambaikan berbagai bendera, spanduk dan panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, obor, sinar laser, dan lagu atau lagu koreografer (teriakan). Aksi tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut "Capo Tifoso" atau di Indonesia dia biasa disebut sebagai konduktor pendukung. Dia menggunakan megafon untuk memandu penggemar sepanjang pertandingan.

2.2.2. Ronggomania Sebagai Suporter Fanatik A. Pengertian Ronggomania

Ronggomania adalah nama suporter persatu Tuban klub kebanggaan warga Tuban. Berdiri tepatnya pada tahun 2002, tepatnya tanggal 20 mei 2002. Nama “Ronggomania” sendiri diambil dari singkatan kata “Ronggolawe”, yang merupakan pahlawan kota Tuban di era kerajaan Majapahit dan di abadikan menjadi sebuah nama kelompok suporter dan nama julukan Persatu Tuban yaitu Laskar Ronggolawe.

Ronggomania didirikan atau dibentuk oleh sekelompok pemuda yang sangat terinspirasi untuk mendirikan elemen suporter

(20)

27 yang mensupport total Persatu Tuban Fc. Berawal dari sekelompok pemuda asli kota Tuban yang dahulunya adalah suporter Persatu alias Bonek Mania yang terinspirasi menggunakan nama “Ronggomania”.

Mas Bandi, Arka Sasmita, Muslik, H. Kana, Jhony, Monce dan Lutfi Martak (salah satu ketua senior wasit yang ada di Tuban). Mereka semua dulunya adalah para suporter Persatu.Pada awalnya belum terbentuk struktur organisasi yang tetap, berawal dari perbincangan di warung kopi yang ada di kota Tuban, dan juga mereka memiliki jiwa sepak bola yang sudah melekat pada dirinya masing-masing, mereka sepakat untuk membentuk organisasi suporter Ronggomania tersebut.

Dengan hati nurani, mereka mulai merangkak selangkah demi selangkah, siap atau rela untuk mengosongkan kantong pribadi untuk membiayai aktivitas mereka, termasuk membeli peralatan yang diperlukan seperti drum, drum, dan membuat spanduk. Saat ini, Muslik, Sekretaris Jenderal Ronggomania Tuban yang telah bekerja sama dari waktu ke waktu dan sudah sibuk dengan urusan masing.

Struktur organisasi telah merubah kepengurusan lama dan menambah pengurus baru, salah satunya adalah Lutfi yang dulunya menjabat penanggung jawab organisasi telah mengundurkan diri. Menurut informasi, Luthfi sudah pensiun dari kepengurusan karena alasan usia.

Muslik juga menegaskan bahwa tidak ada perpecahan di silaturahmi dalam suatu organisasi tersebut. Hal ini terbukti bahwa selama ini, komunikasi dengannya terus berjalan dengan baik dan yang terpenting

(21)

28 Ronggomania lebih dikenal dan dikenal oleh masyarakat Kabupaten Tuban.

Di satu sisi, organisasi tidak dapat berfungsi tanpa bantuan pihak lain yang juga mendukung aktivitasnya.Tekad yang kuat dan semangat membara untuk mendukung penuh tim Persatu Tuban dalam memajukan dunia persepakbolaan di Indonesia. Sampai saat ini data keanggotaan Ronggomania mengalami peningkatan dengan jumlah anggota terus bertambah. Saat ini anggota masyarakat pendukung Ronggomania berjumlah sekitar 1000 orang yang terbagi dalam beberapa kecamatan di Kabupaten Tuban. Status keanggotaan resmi pengikut atau suporter Ronggomania dapat dibuktikan dengan adanya Kartu Anggota atau KTA.

Dan juga saat ini para punggawa persatu Tuban tidak hanya memiliki suporter Ronggomania saja. Akan tetapi kelompok suporter Ronggomania sudah mempunyai atau menunjuk maskot boneka berkepala kuda bernomor punggung 75 bernama “Ki Jarwo”.

Kehadiran Ki Jarwo di dalam pertandingan dapat menambahkan suasana keriuhan dan kekompakan para Ronggomania yang ada di tribun untuk menyanyikan yel-yel dukungan kepada punggawa Persatu Tuban di lapangan hijau.

Kostum Ki Jarwo sendiri didapat dari hasil sumbangan Korwil Ronggomania di beberapa kecamatan. Ki Jarwo bakal menjadi salah satu pelengkap Ronggomania dalam memberikan bentuk

(22)

29 dukungan dan support di setiap pertandingan kandang Persatu Tuban FC. Kehadiran Ki Jarwo sebagai maskot Ronggomania dan Klub Persatu tersebut diharapkan mampu menambah keakraban dan semangat kebersamaan antar sesama suporter atau pendukung Persatu Tuban FC.

B. Sportifitas Ronggomania sebagai Suporter

Karakter animo suporter Ronggomania pada tim Persatu Tuban tidak kalah fanatisnya dengan kelompok suporter kota tetangga yang lebih dulu berbicara di kancah nasional yaitu LA Mania (suporter Persela Lamongan) dan juga Boromania (suporter Persibo Bojonegoro). Perlu waktu untuk menata suporter dengan cara melakukan pendekatan persuasif step by step dikalangan masyarakat yang juga pecinta tim Persatu Tuban sehingga pendekatan baik secara mental mereka dibina dengan baik akan asa memiliki kekuatan dalam memberikan dukungan kepada tim Persatu yang saat ini masih berlaga di Liga 2 Indonesia. Pembinaan suporter Ronggomania harus diseriusi, sehingga kedepan ketika tim Persatu Tuban sudah mampu berlaga di kompetisi Liga 1 Indonesia yang notabene setingkat lebih profesional dari Liga 2, para suporter Ronggomania Persatu Tuban sudah siap untuk menjadi suporter yang profesional seperti halnya para suporter yang dimiliki oleh tim-tim yang berlaga di Liga 1 Indonesia.\

(23)

30 2.3. Tinjauan Tentang Teori Tindakan Komunikasi Verbal dan Non-Verbal

2.3.1. Tinjauan Tentang Teori Tindakan Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah proses penyampaian pesan, pemikiran ataupun perasaan kepada orang lain dengan menggunakan simbol atau pesan verbal. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih dan bahasa termasuk sistem kode verbal (Mulyana, 2005 : 33).

Komunikasi verbal atau yang bisa disebut sebagai pesan verbal pada dasarnya merupakan pesan berupa kata-kata yang bermakna bagi individu ataupun kelompok. Kata-kata tersebut sering disebut dengan bahasa (verbal).

Bahasa verbal merupakan sarana utama bagi seseorang untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud pesan.

Komunikasi verbal dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tertulis.

Berbicara merupakan bentuk komunikasi verbal vokal, sedangkan menulis merupakan komunikasi verbal nonvokal. Beberapa komponen- komponen komunikasi verbal adalah suara, kata-kata, berbicara dan bahasa. Menurut Larry L. Barker (dalam Mulyana, 2005 : 243), bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu :

1. Penamaan (naming / labelling)

Penamaan ataupun penjulukan merupakan usaha mengidentifikasi objek, tindakan ataupun orang dengan menyebutkan nama sehingga dapat dirujuk dalam

(24)

31 berkomunikasi. Penamaan ini merupakan fungsi bahasa yang paling mendasar.

2. Interaksi

Fungsi interaksi disini adalah berbagi gagasan atau emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian. Fungsi interaktif ini fungsinya sebagai penyampai informasi dan pesan yang menimbulkan interaktif.

3. Transmisi

Fungsi transmisi adalah bahasa merupakan media untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Bahasa merupakan media transmisi informasi yang bersifat lintas waktu, dimana bahasa dapat menyampaikan informasi yang menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, sehingga memungkinkan adanya kesinambungan budaya dan tradisi.

Menurut Cassandra L.Book (1980), agar komunikasi berhasil setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu : 1. Untuk mengenal dunia sekitar kita

Fungsi bahasa membantu kita untuk mengetahui minat, budaya dan sejarah suatu bangsa dari masa lalu yang belum pernah kita temui. Fungsi bahasa untuk berbagi pengalaman dengan orang lain dan bukan hanya peristiwa masa lalu yang kita alami sendiri, tetapi juga pengetahuan masa lalu yang kita peroleh dari sumber kedua. Bahasa juga sebagai alat untuk

(25)

32 mendapatkan dukungan ataupun persetujuan orang lain atas pengalaman atau pendapat kita.

2. Berhubungan dengan orang lain

Lewat bahasa kita dapat bergaul dengan orang lain untuk sebuah kesenangan ataupun untuk mempengaruhi mereka untuk tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang disekitar kita.

3. Menciptakan koherensi dalam kehidupan kita

Fungsi ketiga ini memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan- kepercayaan kita dan tujuan hidup kita. Untuk menjelaskan semua itu tidak dapat menggunakan kata-kata secara acak saja, melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah disepakati bersama.

Terdapat beberapa keterbatasan bahasa yang menyebabkan fungsi dari bahasa tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, antara lain (Mulyana 2005:243) :

1. Keterbatasan kata-kata yang mewakili sebuah objek

Banyak kata-kata sifat yang dikotomis, misalnya baik- buruk, pintar-bodoh atau orang yang berkulit putih adalah orang Amerika, Eropa. Australia padahal ada yang sebenarnya jauh lebih putih dari yang disebut di atas. Selain itu misalnya alat yang disebut kotak hitam (black box) di dalam sebuah pesawat yang

(26)

33 sebenarnya berwarna merah oranye bukanlah hitam.

2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Yaitu mempresentasikan persepsi dan interpretasi orang- orang yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda- beda.

3. Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa digunakan untuk menafsirkan realitas.

Pencampuradukan fakta, penafsiran dan penilaian ungkapan kasih sayang atau perasaan cinta seorang suami akan lebih bermakna bila diungkapkan dengan kecupan lembut dan mesra.

4. Adanya hambatan fisik pada diri komunikan ataupun komunikator Hambatan fisik dapat membuat orang sulit mengerti apa yang dimaksud ataupun didengar. Apabila seseorang yang memiliki keterbatasan fisik mencoba untuk berkomunikasi, pihak komunikan tidak mengerti dan tidak sabar mendengarkan atau tidak mau berusaha untuk mempelajari bahasanya maka akan timbul hambatan tersebut.

Komunikasi verbal memiliki karakteristik sebagai berikut (Kurniati, 2016:10):

1. Jelas dan Ringkas

Berlangsung sederhana, ringkas dan langsung. Apabila kata-kata yang digunakan sedikit maka akan kerancuan yang terjadi pun sedikit. Berbicara dengan lambat dan pengucapan

(27)

34 yang jelas juga akan membuat kata akan semakin mudah untuk dipahami.

2. Perbendaharaan kata

Pemakaian kata-kata yang mudah untuk dimengerti akan meningkatkan keberhasilan dalam berkomunikasi. Pesan komunikasi tidak akan tersampaikan dengan baik apabila komunikator tidak dapat menerjemahkan kata dan ucapan dengan baik.

3. Konotatif dan Denotatif

Makna konotatif merupakan pikiran, perasaan ataupun ide yang terdapat dalam kata, sedangkan denotatif adalah memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang dipakai.

4. Intonasi

Lewat intonasi atau nada suara yang dikirimkan seorang komunikator dapat mempengaruhi arti pesan. Emosi dapat berpengaruh dalam intonasi suara.

5. Kecepatan berbicara

Kecepatan dan tempo berbicara yang tepat menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam berkomunikasi. Ketika dalam pembicaraan ada pengalihan yang cepat dapat menimbulkan kesan komunikator menyembunyikan sesuatu.

(28)

35 6. Humor

Salah satu cara meningkatkan keberhasilan dalam berkomunikasi adalah dengan humor. Humor dapat memberikan dukungan emosi terhadap lawan bicara. Dengan tertawa dapat membantu mengurangi ketegangan kepada pendengar.

2.3.2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi Nonverbal ialah setiap informasi atau emosi yang dikomunikasikan menggunakan tanpa kata-kata atau nonlinguistik. Banyak peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu melibatkan komunikasi verbal dan nonverbal secara bersama-sama. Komunikasi verbal dan nonverbal memiliki sifat yang holistik, dimana masing-masing tidak dapat saling dipisahkan.

Bahasa nonverbal menjadi sebuah komplemen ataupun pelengkap bahasa verbal.

Fungsi komunikasi nonverbal menurut Verderber (dalam Budyatna & Ganiem, 2011 : 15) adalah sebagai berikut :

1. Melengkapi informasi

Isyarat nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi, mengulang, mensubstitusi, menguatkan, memberi tekanan, menambah informasi kepada kata-kata ataupun mempertentangkan pesan verbal.

2. Mengatur interaksi

Manusia mengelola interaksinya melalui cara-cara yang

(29)

36 tidak kentara dan kadang melalui isyarat nonverbal yang jelas, seperti perubahan atau pergeseran kontak mata, gerakan kepala, bergeser dalam sikap badan, mengangkat alis, menganggukkan atau menggelengkan kepala.

3. Mengekspresikan atau menyembunyikan emosi dan perasaan Manusia dapat mengekspresikan secara nonverbal emosi dan perasaannya, misalnya dengan tersenyum, merangkul, mencium, duduk berdekatan atau menatap dalam mata lawan bicara.

4. Menyajikan sebuah citra

Manusia mencoba untuk menciptakan kesan mengenai dirinya melalui penampilan dan cara bertindaknya. Kebanyakan pengelolaan kesan terjadi melalui saluran nonverbal. Manusia dalam mengembangkan citra dirinya dapat melalui pakaian, merawat diri dan perhiasan. Selain itu komunikasi nonverbal dapat juga mengkomunikasikan citra atau identitas hubungan, seperti ketika sepasang kekasih ingin memberi isyarat nonverbal kepada pihak lain bahwa mereka memiliki hubungan dekat yaitu dengan menampilkan saling bergandengan tangan atau memperlihatkan ekspresi wajah yang bahagia satu sama lain.

5. Memperlihatkan kekuasaan dan kendali

Isyarat nonverbal dapat menunjukkan kekuasaan dan kendali, misalnya seorang manajer mengenakan baju gaya eksekutif, perabotan kantor yang besar dan mahal, berjalan dan

(30)

37 berbicara dengan penuh wibawa, atau seorang bawahan yang menunjukkan rasa hormat kepada atasannya dengan menunjukkan isyarat nonverbal dengan menatap dan mendengarkan penuh perhatian, tidak menginterupsi.

Menurut Rudolph F.Verderber (2007) terdapat banyak bentuk komunikasi nonverbal, antara lain (dalam Budyatna &

Ganiem, 2011:125) : 1. Kinesik

Perilaku nonverbal yang paling banyak dikenal adalah kinesik. Kinesik merupakan istilah mengenai gerakan tubuh yang digunakan dalam komunikasi. Gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, gerak isyarat, postur atau perawakan, serta sentuhan.

a. Kontak Mata, mengacu pada bagaimana atau seberapa sering pandangan atau tatapan kita melihat kepada lawan bicara kita.

Kontak mata menyampaikan banyak makna. Bagaimana kita melihat atau menatap seseorang dapat menyampaikan serangkaian emosi seperti marah, takut, atau rasa sayang.

Melalui kontak mata, kita dapat memonitor pengaruh dari komunikasi yang kita laksanakan. Umumnya orang dapat bertahan kontak matanya apabila mereka merasa nyaman, tertarik, atau berusaha mempengaruhi pihak komunikannya.

Sebaliknya orang akan cenderung menghindar dari kontak mata

(31)

38 apabila mereka membahas topik yang dirasa tidak nyaman, atau merasa jengkel, malu, atau sedang menyembunyikan sesuatu.

Kontak mata yang sering atau lama juga dapat mengisyaratkan dominan ataupun agresif.

b. Ekspresi Wajah, merupakan pengaturan dari otot-otot muka untuk berkomunikasi dalam keadaan emosional ataupun bentuk reaksi terhadap pesan. Ekspresi wajah dapat mengungkapkan berbagai emosi, seperti kegembiraan, kesedihan, kejutan, ketakutan, kemarahan, dan kemuakan.

c. Emosi, merupakan perasaan yang mempunyai kekuatan untuk memotivasi suatu tindakan. Apabila kita mengalami emosi yang kuat, maka akan muncul perubahan secara badaniah, seperti badan gemetar, berkeringat ataupun air mata menetes.

d. Gerak isyarat (gesture), merupakan gerakan tangan, lengan, jari-jari yang kita gunakan untuk menjelaskan ataupun menegaskan pesan yang kita utarakan. Setiap manusia berbeda dalam jumlah penggunaan gerak isyarat saat berkomunikasi secara verbal. Ada yang berbicara dengan tangannya jauh lebih banyak dari yang lain. Gerak isyarat yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan penjelasan kata-kata dinamakan emblem.

Contohnya, jari telunjuk yang diletakkan secara vertikal diantara dua bibir merupakan isyarat untuk “Diam”. Adapula gerak isyarat yang terjadi tanpa disadari untuk merespons

(32)

39 kebutuhan fisik, ini disebut adopters. Misalnya dengan menggaruk-garuk karena gatal, membetulkan letak kacamata, atau menggosokkan kedua telapak tangan karena dingin. Kita bisa saja tidak bermaksud mengkomunikasikan sebuah pesan dengan gerak isyarat tertentu, namun orang lain yang memperhatikan dapat memberi makna kepada isyarat tersebut.

e. Sikap badan (posture), merupakan posisi dan gerakan tubuh.

Sikap badan atau postur badan dapat berfungsi menyampaikan informasi mengenai tanda penuh perhatian, rasa hormat ataupun kekuasaan. Lewat postur tubuh seperti berdiri tegak, menatap seseorang secara langsung, dapat mengisyaratkan dominasi secara halus atau dapat dipandang sebagai tindakan mengintimidasi. Gaya berjalan tertentu juga dapat mengandung makna keyakinan atau kepercayaan diri atau bisa pula mengisyaratkan sifat lemah dan ketidakpastian.

f. Sentuhan (touch), atau yang dikenal sebagai haptics, adalah menempatkan bagian dari tubuh untuk kontak dengan sesuatu.

Ini merupakan bentuk pertama dari komunikasi nonverbal yang manusia alami. Perilaku menyentuh merupakan aspek fundamental komunikasi nonverbal pada umumnya dan untuk perkenalan diri atau self presentation. Kita dapat menepuk, merangkul, mencium, mencubit, memukul, memegang, menggelitik dan memeluk. Melalui sentuhan ini, orang biasa

(33)

40 mengkomunikasikan berbagai macam emosi dan pesan.

Terdapat pula berbagai sentuhan yang diritualkan atau ritualized touch, seperti halnya jabat tangan ataupun tepuk

tangan yang merupakan bentuk otomatis dari sentuhan yang mempunyai makna tertentu sebagai ritual sambutan yang hangat. Ada pula sentuhan yang berhubungan dengan tugas atau disebut task-related touch, dimana sentuhan dilakukan untuk melaksanakan tugas tertentu, seperti seorang dokter yang menyentuh pasiennya untuk melaksanakan pemeriksaan fisik.

Kita menganggap sentuhan yang berhubungan dengan tugas sebagai bagian dari layanan profesional. Setiap orang berbeda dalam perilaku sentuhan dan memiliki reaksi yang berbeda pula terhadap sentuhan yang tak diundang dari pihak lain. Ada orang yang karena pilihan individualnya atau dari latar belakang keluarga dan budaya, senang menyentuh dan disentuh, namun ada juga yang tidak. Perilaku menyentuh yang kelihatan tidak berbahaya bagi seseorang dapat dirasakan sangat akrab atau bisa dirasa menakutkan bagi orang lain.

2. Paralanguage

Paralanguage atau vocalics adalah “suara” nonverbal

dari apa yang kita dengar tentang bagaimana suatu pesan dikatakan. Terdapat empat karakteristik vokal yang meliputi paralanguage, yaitu pitch, volume, rate, quality. Dengan

(34)

41 mengendalikan empat karakteristik utama vokal tersebut kita dapat melengkapi, menambah ataupun mempertentangkan makna yang terkandung dalam pesan.

a. Pitch (Pola Titinada), merupakan tinggi atau rendahnya nada vokal. Menaikkan atau menurunkan pola titinada vokal serta mengubah volume suara dapat menunjukkan sedang mempertegas gagasan, menunjukkan pertanyaan, dan memperlihatkan kegugupan. Suara yang lebih rendah cenderung menyiratkan kepercayaan dan kredibilitas.

b. Volume, menyangkut keras atau lembutnya nada. Orang dapat mengeraskan volume suara atau melembutkannya tergantung pada situasi dan topik pembicaraan. Orang akan berbicara lebih keras apabila ingin didengar dalam situasi keramaian, atau orang dapat menaikkan volume suaranya untuk menunjukkan dia marah, atau berbicara dengan lembut ketika mereka sedang jatuh cinta.

c. Rate (Kecepatan), berhubungan dengan kecepatan saat seseorang berbicara. Orang yang berbicara lebih cepat biasanya dapat mengindikasikan orang tersebut sedang berbahagia, terkejut, gugup ataupun gembira. Sedangkan orang yang berbicara lambat dapat menunjukkan mereka sedang berpikir atau mencoba menegaskan pendiriannya.

(35)

42 d. Quality (Kualitas), merupakan bunyi dari suara seseorang.

Setiap orang memiliki nada dan sifat suara yang berbeda, seperti suara serak, parau, nyaring. Kualitas suara seseorang berhubungan dengan intonasi di dalam suara seseorang.

3. Proksemik

Kita berkomunikasi melalui penggunaan ruang informal yang ada di sekeliling kita. Proksemik atau proxemics merupakan studi mengenai ruang informal atau ruang di sekitar tempat yang kita gunakan suatu saat. Mengelola ruang informal diperlukan pemahaman pula mengenai sikap terhadap ruang dan wilayah pribadi. Menurut Edward T.Hall (dalam Budyatna & Ganiem, 2011 : 134) terdapat empat jarak yang berbeda yang dianggap nyaman dan bergantung pada sifat pembicaraannya, yaitu : a. Intimate distance (jarak akrab), sampai 50 cm dianggap tepat

untuk pembicaraan antara dua sahabat karib.

b. Personal distance (jarak pribadi), dari 50 cm sampai 125 cm merupakan jarak yang tepat untuk pembicaraan yang terjadi secara sepintas atau kebetulan.

c. Social distance (jarak sosial), dari 125 cm sampai 4 m adalah jarak untuk urusan bisnis, seperti mewawancarai calon pegawai.

d. Public distance (jarak umum), lebih dari 4m, mengenai apa saja.

Jarak akrab di Indonesia bukan 50 cm tetapi bisa lebih dekat lagi, bahkan dalam berbicara dengan sahabat karib yang

(36)

43 sejenis bisa sambil memegang tangan atau bahu. Begitu pula duduk berdekatan dengan orang yang tidak dikenal, orang Indonesia cenderung tidak merasa tidak nyaman asalkan tidak saling mengganggu.

4. Territory (wilayah)

Wilayah mengacu pada ruang dimana kita menuntut kepemilikan wilayah itu. Kadang secara tidak sadar kita berusaha menggunakan tanda-tanda yang nyata untuk menandai wilayah kita. Seperti saat makan siang di restoran, kita berusaha meletakkan barang kepunyaan kita, menandai meja tersebut adalah wilayah kita dan berharap orang lain menjauhinya. Adakalanya kita dengan sengaja dan langsung berkomunikasi dengan yang lain bahwa ruang tertentu adalah milik kepunyaan kita. Kewilayahan juga mengandung dimensi kekuasaan. Seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi biasanya menuntut wilayah yang lebih besar, lebih bergengsi dan lebih terlindung. Seperti halnya eksekutif atas di perusahaan memiliki kantor yang lebih besar dan dengan dekorasi yang mahal, serta dijaga oleh satpam.

5. Artifacts (artefak)

Artefak mengacu pada kepemilikan kita dan cara kita mendekorasi wilayah kita. Manusia membeli benda-benda bukan hanya karena fungsinya saja, namun juga benda tersebut digunakan sebagai sebuah pesan dimana setiap objek

(37)

44 menunjukkan identitas pemiliknya. Seperti halnya ketika seseorangmemakai tas punggung atau tas briefcase, hal tersebut sedikit telah bercerita mengenai dirinya, terlepas apakah dia bermaksud atau tidak. Orang mendapatkan cerita mengenai dirinya bisa berdasarkan alat tulis yang dia gunakan untuk mencatat, apakah itu dengan pensil atau bolpoin bermerk Mont Blanc.

Penempatan atas objek di ruangan kerja kita juga dapat berpengaruh atas suasana dan kesan yang ingin ditimbulkan. Seperti kita memilih perabot atau dekorasi tertentu untuk mendapatkan efek tertentu, atau penempatan kursi di ruangan dengan bentuk melingkar yang memungkinkan terjadinya percakapan. Selain itu penggunaan warna juga dapat mempengaruhi wilayah kita dalam menyampaikan pesan nonverbal.

Warna dapat memberikan reaksi emosional ataupun fisik. Misalnya, biru yang menciptakan rasa nyaman dan sejuk, atau kuning untuk kegembiraan atau meningkatkan suasana hati.

2.4. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pada fanatisme yang terjadi di kalangan partisipan dalam mendukung klub sepak bola favoritnya. Fanatisme ini meliputi alasan partisipan dan pengalamannya sebagai suporter klub sepak bola Persatu Tuban FC yang sangat di banggakan itu. Pengalaman partisipan kemudian dimanfaatkan untuk mencari dan mengetahui pentingnya fanatisme mereka dalam mendukung objek bernama Persatuan Sepakbola Tuban.

Referensi

Dokumen terkait

Kecernaan lemak juga dapat dipengaruhi oleh tingkat kandungan lemak dalam pakan, yaitu semakin tinggi kandungan lemak dalam pakan maka akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi

Laju fotosintesis, laju transpirasi, dan konduktivitas stomata berlangsung secara optimal pada kondisi tanah dengan adanya peningkatan bahan organik dalam tanah sebagai

tahannya kurang. Kebugaran organik dan dinamik, kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam mengadakan evaluasi kebugaran jasmani, karena keduanya sangat penting. Selanjutnya

Sewaktu lahan di bumi terus-menerus diperindah de- ngan gedung-gedung kudus yang diabdikan bagi Tuhan, adalah doa saya semoga kita akan melakukan bagian kita dalam membawa surga

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi apendik, memahami patogenesa abses apendik, memahami dan mengerti diagnosa, pengelolaan

Sementara berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat bahwa hipotesis 2 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi kelas pagi

Kriteria komplikasi kehamilannya adalah ≥3 kali kejadian keguguran secara berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 10 minggu, ≥1 kali kematian janin yang tidak

Konversi ransum itik Alabio petelur tidak nyata dipengaruhi oleh interaksi antara faktor serat ransum (S) dengan faktor substitusi minyak (M), akan tetapi masing- masing