• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KLUNGKUNG NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KLUNGKUNG NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

PERATURAN BUPATI KLUNGKUNG NOMOR 29 TAHUN 2017

TENTANG

PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLUNGKUNG,

Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Klungkung Nomor 35 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah serta penyesuaian pengaturan Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak yang sudah kadaluwarsa maka Peraturan Bupati Klungkung Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pajak Restoran perlu diganti;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pajak Restoran.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah- daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

SALINAN

(2)

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 244);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2008 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 4);

(3)

8. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pajak Restoran (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2012 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 2);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2016 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 6);

10. Peraturan Bupati Klungkung Nomor 35 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah (Berita Daerah Kabupaten Klungkung Tahun 2016 Nomor 35);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Klungkung.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Klungkung.

3. Bupati adalah Bupati Klungkung.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Klungkung.

5. Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah yang selanjutnya disingkat BPKPD adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah Kabupaten Klungkung.

6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan.

7. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh Restoran.

(4)

8. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, cafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

9. Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

10. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selajutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

11. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah yang masih harus dibayar.

12. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selajutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

13. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selajutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selajutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

15. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selajutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

(5)

16. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

17. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

18. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.

19. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, selanjutnya disingkat NPWPD.

20. Pemungutan pajak adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetoran.

21. Piutang Pajak Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Kepada Pemerintah Daerah dan/atau hak pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat dari suatu penetapan pajak yang tercantum besarnya dalam Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembentulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan, Penghapusan Sanksi Administrasi berupa bunga dan/atau denda.

22. Penagihan Pajak Daerah adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan tindakan pencegahan, melaksanakan penyitaan, penyederhanaan dan menjual barang yang telah disita.

23. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan pajak.

(6)

24. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.

25. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut Ketentuan Peraturan Perpajakan Daerah.

26. Kadaluwarsa adalah masa pajak yang melampaui tenggang waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak daerah, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan daerah.

27. Daftar Usulan penghapusan Piutang Pajak Daerah adalah daftar yang berisi piutang pajak daerah yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa.

28. Daftar Cadangan Penghapusan Piutang Pajak Daerah adalah daftar yang berisi piutang pajak daerah yang diperkirakan tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi.

29. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.

30. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

BAB II

TATA CARA PENERBITAN, PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SPTPD, SKPDKB DAN SKPDKBT

Bagian Kesatu SPTPD Pasal 2

(1) Wajib Pajak memperoleh formulir SPTPD yang diterbitkan oleh BPKPD dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(7)

(2) Setiap akhir masa pajak, Wajib Pajak mengisi dan menandatangani Formulir SPTPD yang memuat perincian omzet dan pajak terutang dengan benar dalam rangkap 4 ( empat );

(3) SPTPD dan dokumen pendukung lainnya disampikan kepada BPKPD paling lambat 7 ( tujuh ) hari setelah berakhirnya masa pajak, dalam rangkap 3 (tiga) dengan rincian:

a. Lembar asli dan kedua untuk sub bidang penagihan;

b. Lembar ketiga untuk sub bidang Pendataan;

(4) Sub bidang Pendataan pada BPKPD mencatatkan SPTPD dalam Kartu Data dan Daftar SPTPD.

Bagian Kedua SKPDKB

Pasal 3

(1) SKPDKB diterbitkan oleh BPKPD dalam hal :

a. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang, tidak atau kurang dibayar.

b. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada BPKPD dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

c. Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.

(2) Formulir SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(3) Formulir SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi oleh sub bidang Penetapan berdasarkan data dari sub bidang Pendataan dan ditandatangani oleh Kepala Bidang Pendataan, Penetapan dan Pengolahan Data atas nama Kepala BPKPD dalam rangkap 4 (empat).

(4) Lembar kesatu SKPDKB disampaikan kepada Wajib Pajak dan rangkap berikutnya didokumentasikan dengan rincian ;

a. Lembar kedua untuk Sub bidang Penagihan sebagai arsip;

b. Lembar ketiga untuk Sub bidang Pendataan c. Lembar keempat untuk Sub bidang Penetapan.

(8)

(5) Sub bidang Penetapan pada BPKPD mencatatkan SKPDKB dalam Kartu Data dan Daftar SKPDKB.

.

Bagian Ketiga SKPDKBT

Pasal 4

(1) SKPDKBT diterbitkan oleh BPKPD, jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan bertambah jumlah pajak yang terutang.

(2) Formulir SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini,

(3) Formulir SKPDKBT diisi oleh sub bidang Penetapan berdasarkan data dari sub bidang Pendataan dan ditandatangani oleh Kepala Bidang Pendataan, Penetapan dan Pengolahan Data atas nama Kepala BPKPD dalam rangkap 4 (empat ).

(4) Lembar kesatu SKPDKBT disampaikan kepada Wajib Pajak dan rangkap berikutnya didokumentasikan dengan rincian ;

a. Lembar kedua untuk Sub bidang Penagihan sebagai arsip;

b. Lembar ketiga untuk Sub bidang Pendataan c. Lembar keempat untuk Sub bidang Penetapan.

(5) Sub bidang Penetapan pada BPKPD mencatatkan SKPDKBT dalam Kartu Data dan Daftar SKPDKBT.

BAB III

TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN

Bagian Kesatu Pembayaran

Pasal 5

(1) Wajib pajak membayar pajak berdasarkan SPTPD, SKPDKB dan SKPDKBT ke Bendahara Penerimaan pada BPKPD dengan menggunakan formulir SSPD.

(2) Formulir SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(9)

Bagian Kedua Penyetoran

Pasal 6

Bendahara Penerimaan pada BPKPD menyetorkan penerimaan Pajak Daerah ke Kas Daerah dengan menggunakan SSPD yang dibuat rangkap 4 ( empat ) dengan rincian :

a. Lembar kesatu diserahkan kepada Wajib Pajak;

b. Lembar kedua untuk arsip;

c. Lembar ketiga diserahkan kepada Sub bidang Penetapan; dan d. Lembar keempat diserahkan kepada Sub bidang Penagihan.

Bagian Ketiga Tempat Pembayaran

Pasal 7

Tempat membayar pajak bagi wajib pajak pada Bendahara Penerimaan BPKPD atau pada Bank yang ditetapkan.

Bagian Keempat Angsuran Atau Penundaan

Pasal 8

(1) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(2) Pajak yang dapat diangsur atau ditunda adalah pajak terutang sebagai akibat terbitnya SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan.

(3) Tata cara Angsuran atau Penundaan diatur sebagai berikut :

a. Wajib Pajak mengajukan Surat Permohonan Angsuran atau Penundaan kepada Bupati melalui BPKPD;

b. Sub bidang Penagihan pada Bidang Penagihan, Kebertan, Penelitian dan Pelaporan, mencatat Surat Permohonan Angsuran atau Penundaan kedalam buku register;

c. Bidang Penagihan, Keberatan, Penelitian dan Pelaporan pada BPKPD, meneliti Surat Permohonan Angsuran atau Penundaan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyetujui atau menolaknya;

(10)

d. BPKPD mohon persetujuan Bupati terhadap hasil penelitian permohonan anggsuran atau penundaan.

e. Apabila disetujui, dibuatkan Surat Perjanjian Angsuran atau Penundaan;

f. Mencatat Surat Perjanjian Angsuran atau Penundaan kedalam daftar Perjanjian angsuran atau Penundaan;

g. Apabila ditolak, membuat Surat Penolakan Angsuran atau Penundaan;

h. Mencatat Surat Penolakan Angsuran atau Penundaan ke dalam register dan;

i. Menyampaikan Surat Persetujuan/ Penolakan Angsuran atau Penundaan.

BAB IV

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK YANG SUDAH KEDALUWARSA

Bagian Kesatu

Ruang Lingkup Penghapusan Pasal 9

Ruang lingkup penghapusan Piutang Pajak Daerah meliputi :

(1) Semua jenis pajak yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari : a. Kewajiban pokok pajak yang tertunggak dan

b. Bunga dan/atau denda administrasi yang tertunggak.

(2) Penghapusan pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) terhitung sampai dengan tanggal berakhirnya perhitungan pembebanan utang dan telah tercantum dalam STPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Penghapusan Pasal 10

(1) Piutang Pajak Daerah yang tercantum dalam STPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembentulan, Surat Keputusan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi berupa Bunga dan/atau denda sebagaimana

(11)

dimaksud dalam Pasal 9 dapat dihapuskan apabila Pajak Daerah tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa.

(2) Piutang Pajak Daerah yang tercantum dalam STPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi berupa Bunga dan/atau denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) walau hak untuk melakukan penagihan belum kedaluwarsa juga dapat dihapuskan apabila piutang pajak daerah tersebut tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi.

(3) Piutang Pajak Daerah yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :

a. Wajib Pajak/Penanggung Pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris b. Wajib pajak/Penanggung Pajak tidak mempunyai harta kekayaan

lagi.

c. Wajib Pajak/Penanggung Pajak dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan, dan dari hasil penjualan harta tidak mencukupi untuk melunasi utang pajaknya

d. Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak dapat diketemukan lagi karena :

1. Wajib Pajak/Penanggung Pajak pindah alamat dan tidak mungkin diketemukan lagi

2. Wajib Pajak menutup tempat usahanya dikarenakan mengalami kerugian akibat sepi pembeli/pengunjung

3. Wajib pajak/Penanggung Pajak meninggalkan Indonesia selama-lamanya

(4) Wajib pajak/Penanggung pajak yang tidak dapat ditagihlagi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d dibuatkan berita acara pemeriksaan.

Bagian Ketiga Penatausahaan

Pasal 11

(1) Piutang Pajak Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, terlebih dahulu dilakukan penatausahaan, sebagai piutang pajak daerah dan

(12)

dilakukan upaya tindakan penagihan berdasarkan peraturan perpajakan daerah yang berlaku.

(2) Piutang Pajak Daerah yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi akan tetapi belum kadaluwarsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) terlebih dahulu dimasukkan ke dalam daftar cadangan penghapusan Piutang Pajak Daerah

Pasal 12

Piutang Pajak Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), tidak dilakukan lagi tindakan penagihan

Bagian Keempat Kewenangan

Pasal 13

(1) Penghapusan Piutang Pajak Daerah dilakukan oleh

a. Bupati untuk jumlah sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Milliard Rupiah) dan

b. Bupati dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp.

5.000.000.000,00 (Lima Milliard Rupiah)

(2) Piutang Pajak Daerah yang akan dihapus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati

Bagian Kelima Tata Cara Penghapusan

Pasal 14

(1) Pada setiap akhir tahun takwin, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah menyampaikan daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak Daerah dan daftar cadangan Penghapusan Piutang Pajak Daerah kepada Bupati;

(2) Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak Daerah dan daftar cadangan Penghapusan Piutang Pajak Daerah paling sedikit memuat a. Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

b. Alamat Wajib Pajak dan Penanggung Pajak c. NPWPD

d. Jenis Pajak Daerah e. Tahun Pajak

(13)

f. Jumlah Piutang Pajak yang akan dihapuskan atau yang akan dicadangkan untuk dihapuskan

g. Tindakan penagihan yang pernah dilakukan dan

h. Alasan dihapuskan atau dicadangkan untuk dihapuskan

Pasal 15

(1) Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak Daerah dan Daftar Cadangan Penghapusan Piutang Pajak Daerah dilakukan penelitian oleh tim

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Bupati.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya Tim wajib membawa surat Perintah yang diterbitkan oleh Kepala BPKPD.

Pasal 16

(1) Hasil penelitian Tim sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) disampaikan kepada Kepala BPKPD dalam bentuk laporan

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat a. Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

b. Alamat Wajib Pajak dan Penanggung Pajak c. NPWPD

d. Nomor dan tanggal STPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan, Penghapusan Sanksi Administrasi berupa bunga dan / atau denda

e. Jenis Pajak Daerah f. Tahun Pajak

g. Besarnya Piutang Pajak Daerah yang akan dihapuskan atau yang akan dicadangkan untuk dihapuskan

h. Tindakan Penagihan yang pernah dilakukan

i. Alasan dihapuskan atau dicadangkan untuk dihapuskan dan j. Keterangan hasil penelitian administrasi dan penelitian lapangan

(14)

Pasal 17

(1) Laporan Hasil Penelitian Tim berdasarkan Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak Daerah yang telah dilakukan penelitian oleh Tim, Kepala BPKPD mengajukan permohonan penghapusan kepada Bupati

(2) Penghapusan Piutang Pajak Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati

BAB V

TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK

Bagian Kesatu

Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administratif Pasal 18

(1) Bupati dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

(2) Tata cara Pengurangan Atau Penghapusan Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. Wajib Pajak menyampaikan surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administratif kepada Bupati melalui BPKPD.

b. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Bidang Penagihan, Keberatan, Penelitian dan Pelaporan pada BPKPD mencatat Surat Permohonan kedalam Buku Register dan meneliti kebenaran Surat Permohonan dan kelengkapannya, bila perlu dilakukan pemeriksaan, dan dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan;

c. Apabila permohonan sebagimana dimaksud pada huruf a telah memenuhi ketentuan berdasarkan kajian dari BPKPD, maka diajukan kepada Bupati untuk mendapatkan keputusan;

d. Apabila permohonan sebagimana dimaksud pada huruf a tidak memenuhi ketentuan, maka dibuatkan Surat Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administratif;

(15)

e. Mencatat Keputusan Bupati tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administratif kedalam Buku Register; dan f. Menyampaikan Keputusan Bupati tentang Pengurangan atau

Penghapusan Sanksi Administratif kepada Wajib Pajak.

Bagian Kedua

Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak Pasal 19

(1) Bupati dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar.

(2) Tata cara Pengurangan atau Pembatalan SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN atau SKPDLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :

a. Wajib Pajak menyampaikan surat permohonan pengurangan atau pembatalan SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN atau SKPDLB kepada Bupati melalui BPKPD.

b. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Bidang Penagihan, Keberatan, Penelitian dan Pelaporan pada BPKPD mencatat Surat Permohonan kedalam Buku Register dan meneliti kebenaran Surat Permohonan dan kelengkapannya, bila perlu dilakukan pemeriksaan, dan dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan;

c. Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a telah memenuhi ketentuan berdasarkan kajian dari BPKPD, maka diajukan kepada Bupati untuk mendapatkan keputusan;

d. Apabila permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak memenuhi ketentuan, maka dibuatkan Surat Penolakan Pengurangan atau Pembatalan SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN atau SKPDLB;

e. Mencatat Keputusan Bupati tentang Pengurangan atau Pembatalan SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN atau SKPDLB kedalam Buku Register; dan

f. Menyampaikan Keputusan Bupati tentang Pengurangan atau Pembatalan SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD, SKPDN atau SKPDLB kepada Wajib Pajak.

(16)

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 20

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini maka Peraturan Bupati Klungkung Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pajak Restoran dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Klungkung.

Ditetapkan di Semarapura pada tanggal 4 September 2017 BUPATI KLUNGKUNG,

ttd.

I NYOMAN SUWIRTA

Diundangkan di Semarapura pada tanggal 4 September 2017

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG, ttd.

I GEDE PUTU WINASTRA

BERITA DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2017 NOMOR 30

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mempertimbangkan gaya yang bekerja pada proses persalinan, yaitu gaya kontraksi otot rahim, gaya grafitasi bumi, dan gaya dorong (gaya eran), maka dengan menggunakan mekanika

Pada studi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang telah digunakan pada penelitian terdahulu, yakni penelitian yang dilakukan oleh Alfarisy dan

Gunung Labuhan Kab.Way Kanan Briptu Satrio Primadinata Giat melakukan sambang dgn warga menyampaikan pesan kamtibmas ttg meningkatkan siskamling dan menjaga kerukunan hidup

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Dengan banyaknya jumlah kendaraan yang harus dilayani akan menimbulkan potensi antrian pada jembatan timbang tersebut. Penelitian ini

Disamping tingkat kemiskinan dan pengangguran, ketimpangan yang terjadi antara wilayah di kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara adalah disebabkan oleh

Salah satu lembaga keuangan yang menggunakan teori pemasaran, langkah-langkah pemasaran, dan strategi untuk meningkatkan peminat atau konsumen adalah BMT Harapan

Agar dapat diterima dengan baik dan mendatangkan hasil yang diinginkan, entah secara verbal atau nonverbal pesan itu dirumuskan dalam bentuk yang tepat,

© UKDW.. Pemerintah berupaya untuk mewujudkan swasembada gula di Indonesia yang akan ditempuh melalui tiga tahap, yaitu: 1) Tahap Jangka Pendek (sampai dengan 2009), pencapaian