• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2019 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2019 TENTANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BANGKA TENGAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SALINAN

PERATURAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2019

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN PENDAFTARAN, PENDATAAN, PENETAPAN, PENAGIHAN, PEMBAYARAN DAN PENGAWASAN PAJAK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 ayat (4) Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2018 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan, Penetapan, Penagihan, Pembayaran dan Pengawasan Pajak Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesianNomor 5049);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak yang Dibayar Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);

10. Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2011 Nomor 150), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2018 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018 Nomor 260);

(3)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENDAFTARAN, PENDATAAN, PENETAPAN, PENAGIHAN, PEMBAYARAN DAN PENGAWASAN PAJAK DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Tengah.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Bangka Tengah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Bangka Tengah.

4. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah.

5. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang selanjutnya disingkat UPTD adalah UPTD pada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak.

6. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala perangkat Daerah pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum Daerah.

7. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

8. Piutang Pajak adalah Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administratif berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

9. Pajak Hotel adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

10. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

11. Pajak Hiburan adalah Pajak atas penyelenggaraan hiburan.

12. Pajak Reklame adalah Pajak atas penyelenggaran reklame.

13. Pajak Penerangan Jalan adalah Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

14. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan di seluruh wilayah Daerah.

(4)

15. Pajak Parkir adalah Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

16. Pajak Air Tanah adalah Pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

17. Pajak Sarang Burung Walet adalah Pajak atas pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

18. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang selanjutnya disingkat BPHTB adalah Pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

19. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disingkat PBB-P2 adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

20. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang bertanggung jawab atas pembayaran Pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

21. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar Pajak, pemotong Pajak, dan pemungut Pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

22. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat NPWD adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

23. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

24. Pajak yang Terutang adalah Pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa Pajak, dalam tahun Pajak, atau dalam bagian tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

25. Objek Pajak Ganda adalah pengenaan jenis Pajak yang sama oleh Daerah kepada subjek Pajak yang sama ataupun subjek Pajak berbeda dalam periode Pajak yang sama dengan menerbitkan 2 (dua) atau lebih Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)/Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) untuk 1 (satu) objek Pajak.

(5)

26. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran Pajak, objek Pajak dan/atau bukan objek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

27. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok Pajak yang terutang.

28. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran Pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

29. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok Pajak, jumlah kredit Pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok Pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah Pajakyang masih harus dibayar.

30. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah Pajak yang telah ditetapkan.

31. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pokok Pajaksama besarnya dengan jumlah kredit Pajak atau Pajak tidak terutang dan tidak ada kredit Pajak.

32. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Pajak karena jumlah kredit Pajak lebih besar daripada Pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

33. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan Pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

34. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya disingkat SPPT adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak.

35. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah yang terdapat dalam SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

36. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

(6)

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup dalam Peraturan Bupati ini meliputi, tata cara pelaksanaan:

a. pendaftaran;

b. pendataan;

c. penetapan;

d. penagihan;

e. pembayaran; dan f. pengawasan.

BAB III PENDAFTARAN

Pasal 3

(1) Setiap pemilik/pengelola/penanggungjawab usaha yang menjadi Wajib Pajak sesuai dengan jenisnya harus mendaftarkan usahanya dengan menggunakan formulir pendaftaran kepada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak.

(2) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai barikut:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

(3) Formulir pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib diisi dengan benar, jelas, lengkap dan ditandatangani oleh pemilik/pengelola/penanggungjawab usaha atau kuasanya dengan melampirkan:

a. fotokopi identitas diri;

b. surat izin usaha dari instansi yang berwenang (apabila ada); dan

c. surat kuasa bermeterai cukup apabila pendaftaran dikuasakan dengan disertai fotokopi identitas penerima kuasa.

(7)

(4) Formulir pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan kepada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak paling lambat 7 (tujuh) hari sejak yang bersangkutan memperoleh formulir pendaftaran.

(5) Dalam hal pemilik/pengelola/penanggungjawab usaha yang telah mendaftarkan usahanya, maka Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menyatakan yang bersangkutan menjadi Wajib Pajak dengan menerbitkan:

a. kartu NPWD; dan

b. surat pengukuhan Wajib Pajak.

(6) Apabila subjek Pajak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menerbitkan NPWD dan surat pengukuhan Wajib Pajak secara jabatan.

(7) Pemberitahuan surat pengukuhan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b, wajib dipasang oleh Wajib Pajak pada tempat yang mudah dilihat, dibaca oleh pengunjung/tamu atau ditempat pembayaran.

(8) Bentuk dan format isian formulir pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran I dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB IV PENDATAAN

Pasal 4

(1) Pendataan objek Pajak dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:

a. pendataan dengan cara penetapan oleh Bupati (official assesment); dan

b. pendataan dengan cara dibayar sendiri (self assesment).

(2) Pendataan objek Pajak dengan cara penetapan oleh Bupati (official assesment) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD melakukan pendataan Nilai Perolehan Air (NPA) kepada Wajib Pajak yang sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak Air Tanah, dengan mengisi blangko pendataan Pajak Air Tanah;

(8)

b. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD melakukan pendataan lapangan untuk menentukan perhitungan Pajak reklame atas dasar laporan yang disampaikan oleh Wajib Pajak reklame atau reklame yang telah terpasang, dengan mengisi blangko pendataan Pajak reklame;

c. isian blangko pendataan Pajak dijadikan dasar untuk penerbitan SKPD, yang dibuat rangkap 4 (empat) dan ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak;

d. SKPD didistribusikan yakni sebagai berikut:

1. lembar ke 1 (satu) untuk Wajib Pajak;

2. lembar ke 2 (dua) untuk UPTD;

3. lembar ke 3 (tiga) untuk Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak; dan 4. lembar ke 4 (empat) untuk bendahara penerimaan.

(3) Pendataan objek Pajak dengan cara dibayar sendiri (self assesment) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. Wajib Pajak menyampaikan isian SPTPD paling lama 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak, kepada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD;

b. bidang Pajak pada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendataan SPTPD yang telah diisi dan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau yang diberi kuasa, meliputi:

1. apabila pengisiannya benar dan lengkap, diberikan tanda dan tanggal penerimaan; dan

2. apabila belum lengkap, SPTPD dikembalikan kepada wajib Pajak untuk dilengkapi.

c. dalam hal isian SPTPD yang diserahkan Wajib Pajak melalui UPTD, maka UPTD harus menyerahkan isian SPTPD kepada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja;

d. atas dasar SPTPD yang telah diisi oleh Wajib Pajak, Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan UPTD mencatat data Pajak; dan

e. SPTPD didistribusikan yakni sebagai berikut:

1. lembar ke 1 (satu) untuk Perangkat Daerah yang menangani urusan Pajak;

2. lembar ke 2 (dua) untuk Wajib Pajak;

3. lembar ke 3 (tiga) untuk UPTD; dan

4. lembar ke 4 (empat) untuk bendahara penerimaan.

(4) Bentuk dan format isian blangko pendataan, tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(9)

BAB V PENETAPAN

Pasal 5

(1) Penetapan Pajak dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:

a. penetapan Pajak dengan cara penetapan oleh Bupati (official assesment); dan

b. penetapan Pajak dengan cara dibayar sendiri (self assesment).

(2) Penetapan Pajak dengan cara penetapan oleh Bupati (official assesment) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak melakukan penelitian terhadap isian blangko pendataan Pajak;

b. isian blangko pendataan Pajak yang sudah dianggap benar menjadi data dasar untuk menetapkan Pajak;

c. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak melakukan penetapan Pajak dengan menerbitan SKPD, yang dibuat rangkap 4 (empat) dan ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak; dan

d. SKPD didistribusikan yakni sebagai berikut:

1. lembar ke 1 (satu) untuk Wajib Pajak;

2. lembar ke 2 (dua) untuk UPTD;

3. lembar ke 3 (tiga) untuk Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak; dan

4. lembar ke 4 (empat) untuk bendahara penerimaan.

(3) Penetapan Pajak dengan cara dibayar sendiri (self assesment) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, meliputi:

a. penetapan Pajak yang merupakan lanjutan dari proses pendataan Pajak dilakukan oleh bidang Pajak pada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD;

b. Diterbitkan SKPDKB apabila:

1. SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutangnya Pajak dan pokok Pajak terutang dihitung secara jabatan dengan menggunakan pokok Pajak masa sebelumnya ditambah 10% (sepuluh persen); dan

(10)

2. kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi dan/atau tidak lengkap, Pajak yang terutang dihitung secara jabatan, dan ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok Pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak serta pokok Pajak terutang dihitung secara jabatan dengan menggunakan pokok Pajak masa sebelumnya.

c. kegiatan penetapan secara jabatan meliputi:

1. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak membuat perhitungan Pajak atas dasar hasil pemeriksaan dan atau keterangan lain, karena SPTPD tidak disampaikan dan telah disampaikan surat teguran untuk memasukan SPTPD;

2. menerbitkan SKPD/SKPDKB atas dasar perhitungan Pajak;

3. SKPD/SKPDKB ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak; dan

4. menyerahkan SKPD/SKPDKB kepada Wajib Pajak melalui UPTD dan/atau tanpa melalui UPTD.

BAB VI PENAGIHAN

Pasal 6

(1) Penagihan Pajak dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. penagihan Pajak pasif; dan b. penagihan Pajak aktif.

(2) Penagihan Pajak pasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. penagihan Pajak dengan menggunakan STPD, SKPDKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan Pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan Pajak terutang menjadi lebih besar, surat keputusan banding yang menyebabkan Pajak terutang menjadi lebih besar;

b. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD menyampaikan/

menyerahkan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf a kepada Wajib Pajak yang bersangkutan; dan c. terhadap Pajak yang tidak atau kurang dibayar setelah

jatuh tempo pembayaran akan dilanjutkan dengan penagihan Pajak aktif.

(11)

(3) Penagihan Pajak aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. penagihan dengan surat teguran;

b. penagihan dengan surat paksa;

c. penagihan dengan surat perintah melaksanakan penyitaan;

d. pengumuman lelang dan pelaksanaan lelang;

e. pencabutan penyitaan dan pengumuman lelang; dan f. kegiatan penagihan dengan surat perintah penagihan

seketika dan sekaligus.

Bagian Kesatu

Penagihan dengan Surat Teguran Pasal 7

Penagihan dengan Surat Teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menerbitkan Surat Teguran setelah lewat waktu 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran yang ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak; dan

b. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan/atau UPTD menyampaikan/menyerahan surat teguran kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

Bagian Kedua

Penagihan dengan Surat Paksa Pasal 8

Penagihan dengan Surat Paksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b, dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menerbitkan surat paksa setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah tanggal surat teguran terkait belum menyetor Pajak terutang yang ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak;

b. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menyampaikan surat paksa kepada juru sita Pajak; dan

c. juru sita Pajak menyampaikan/menyerahan surat paksa kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

(12)

Bagian Ketiga

Penagihan dengan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pasal 9

Penagihan dengan surat perintah melaksanakan penyitaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf c, dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan untuk Wajib Pajak yang belum melunasi hutang Pajaknya selama 2 x 24 jam (dua hari) setelah tanggal surat paksa yang ditandatangani oleh kepala pada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak;

b. pelaksanaan penyitaan oleh juru sita Pajak dengan menyegel barang-barang milik Wajib Pajak yang boleh disita menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang dirinci dalam berita acara pelaksanaan sita Pajak; dan

c. juru sita Pajak membuat laporan pelaksanaan penyitaan.

Bagian Keempat

Pengumuman Lelang dan Pelaksanaan Lelang Pasal 10

Pengumuman Lelang dan pelaksanaan Lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf d, dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak membuat surat permintaan pelaksanaan lelang untuk Wajib Pajak yang belum melunasi hutang Pajaknya sampai dengan berakhirnya batas waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat pelaksanaan penyitaan yang ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak;

b. memeriksa hari, tanggal dan jam pelelangan yang disetujui oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak dan permintaan penegasan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara;

c. menyiapkan berkas penyitaan Wajib Pajak yang bersangkutan dan pengumuman lelang; dan

d. pelaksanaan lelang sesuai dengan hari, tanggal dan jam yang telah ditentukan.

(13)

Bagian Kelima

Pencabutan Penyitaan dan Pengumuman Lelang Pasal 11

Pencabutan Penyitaan dan Pengumuman Lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf e, dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak membuat surat pencabutan penyitaan untuk Wajib Pajak yang telah melunasi hutang Pajaknya sesudah penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan sampai dengan sebelum pengumuman lelang yang ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak;

b. pelaksanaan pencabutan penyitaan dituangkan dalam pembuatan berita acara pencabutan penyitaan;

c. membuat laporan pelaksanaan pencabutan penyitaan;

d. melakukan monitoring penyetoran Wajib Pajak untuk mengetahui Wajib Pajak yang telah melunasi hutang pajaknya sesudah pengumuman lelang sampai dengan sebelum pelaksanaan lelang;

e. pembuatan daftar surat pencabutan pengumuman lelang;

f. penerbitan surat pencabutan pengumuman lelang yang ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak; dan

g. mengirim/menyerahkan surat pencabutan pengumuman lelang oleh juru sita Pajak.

Bagian Keenam

Penagihan dengan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus

Pasal 12

(1) Kegiatan Penagihan dengan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf f, dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus untuk Wajib Pajak yang belum melunasi hutang Pajaknya yang ditandatangani oleh Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak, apabila:

1. penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama lamanya;

2. penanggung Pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia, ataupun memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasainya;

(14)

3. terdapat tanda-tanda bahwa penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau berniat untuk itu;

4. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau 5. terjadi penyitaan atas barang penanggung Pajak oleh

pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

b. surat perintah penagihan seketika dan sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan surat paksa;

c. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak menyampaikan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus kepada juru sita Pajak; dan

d. juru sita Pajak menyampaikan/menyerahan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.

(2) Bentuk dan format surat teguran, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan dan laporan pelaksanaan penyitaan, tercantum dalam Lampiran III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB VI PEMBAYARAN

Pasal 13

(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan penetapan Bupati (official assesment) atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (self assesment) berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(2) Pembayaran Pajak terutang oleh Wajib Pajak atau kuasanya dilakukan sekaligus dan lunas di kas Daerah paling lambat:

a. 30 (sepuluh) hari setelah berakhirnya masa pajak dengan menggunakan:

1. SKPD : untuk Pajak reklame dan Pajak Air Tanah;

2. SPTPD : untuk Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak;

3. SKPDKB : untuk Pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak atau berdasarkan penetapan Bupati;

4. SKPDKBT : untuk pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak atau berdasarkan penetapan Bupati;

5. SSPD-BPHTB : untuk Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan; dan

b. 6 (enam) bulan setelah berakhirnya masa pajak dengan menggunakan:

SPPT : Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

(3) Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur, maka batas waktu pembayaran jatuh pada satu hari kerja berikutnya.

(15)

(4) Pembayaran Pajak terutang melebihi batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dikenakan sanksi administrasi berupa denda 2% (dua persen) dari pokok

Pajak per bulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya

Pajak dan ditagih melalui STPD.

(5) Pembayaran Pajak yang menggunakan warkat seperti bilyet giro atau cek, atau dengan cara transfer, baru dapat dinyatakan sah apabila telah dibukukan/diregisterkan/

diinputkan/dicatat bendahara penerima pada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak.

(6) Wajib Pajak yang telah membayar lunas pajaknya diberikan SSPD sebagai tanda bukti pembayaran Pajak.

Pasal 14

(1) Pembayaran pajak yang terutang dapat dilakukan di Bank Pembangunan Daerah SumselBabel cabang Koba atau melalui bendahara penerima pada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak.

(2) Khusus untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, juga dapat dilakukan pada Kantos Pos.

(3) Selain melalui kas Daerah atau bendahara penerima pada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak atau tempat lain sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), pembayaran Pajak dapat dilakukan secara online/daring.

(4) Pembayaran Pajak secara online/daring sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. terpasangnya peralatan/program aplikasi online pada obyek Pajak hotel, restoran, hiburan, penerangan jalan, parkir, mineral bukan logam dan batuan, sarang burung walet dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan;

b. peralatan/program aplikasi online yang terpasang harus beroperasi dengan baik;

c. setiap transaksi perpajakan harus melalui peralatan/program aplikasi online yang terpasang;

d. Wajib Pajak diwajibkan memiliki rekening pada Bank Pembangunan Daerah Sumselbabel cabang Koba; dan e. proses pemindahan buku/penyetoran online mengikuti

ketentuan yang berlaku pada Bank Pembangunan Daerah Sumselbabel cabang Koba.

(16)

BAB VII PENGAWASAN

Pasal 15

(1) Pengawasan administratif dilakukan terhadap:

a. status penyelenggaraan usaha hotel, restoran, hiburan, penerangan jalan, parkir, mineral bukan logam dan batuan, sarang burung walet, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, reklame, dan air tanah; dan

b. penetapan, pembayaran, dan penagihan Pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(2) Setiap petugas yang ditunjuk wajib melakukan pengawasan terhadap:

a. pengoperasian usaha hotel, restoran, hiburan, penerangan jalan, parkir, mineral bukan logam dan batuan, sarang burung walet, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, reklame, dan air tanah;

b. izin usaha hotel, restoran, hiburan, penerangan jalan, parkir, mineral bukan logam dan batuan, sarang burung walet, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, reklame, dan air tanah; dan

c. pemungutan dan pembayaran Pajak.

(3) Pengawasan penyelenggaraan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan untuk menilai sebagai berikut:

a. pemilikan dan masa berlaku izin;

b. aspek operasional dari fasilitas usaha;

c. aspek pembukuan, bill, tanda masuk dan tarif usaha; dan d. aspek kepatuhan pemungutan, pembayaran dan

pelaporan Pajak.

(4) Apabila dalam pengawasan yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), ditemukan pelanggaran, petugas wajib melakukan pengusutan atas pelanggaran tersebut.

(5) Apabila dalam melakukan pengusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ditemukan data baru (novum), maka data tersebut dipakai sebagai dasar untuk melakukan tagihan susulan.

Pasal 16

(1) Kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang Pajak, dapat menetapkan dan menempatkan personil dan/atau peralatan manual maupun program aplikasi online pada obyek Pajak hotel, restoran, hiburan, penerangan jalan, parkir, mineral bukan logam dan batuan, sarang burung walet dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

(17)

(2) Penempatan personil dan/atau peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pengawasan dalam rangka penataan dan pendataan potensi Wajib Pajak secara nyata.

(3) Penempatan peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan kepada Wajib Pajak dalam tenggang waktu yang cukup dan seluruh biaya yang ditimbulkan akibat ditempatkannya peralatan tersebut menjadi kewajiban Pemerintah Daerah dan/atau pihak lainnya yang dituangkan dalam perjanjian kerja sama.

(4) Penempatan peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berfungsi sebagai alat kontrol setiap kegiatan transaksi Wajib Pajak yang wajib dipergunakan oleh Wajib Pajak sebagaimana mestinya.

(5) Dalam hal terjadi kerusakan dan/atau hilangnya peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersifat disengaja, maka menjadi tanggung jawab Wajib Pajak.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 17

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bangka Tengah.

Ditetapkan di Koba

pada tanggal 1 Februari 2019 BUPATI BANGKA TENGAH,

Cap/Dto IBNU SALEH

Diundangkan di Koba

pada tanggal 1 Februari 2019 SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN BANGKA TENGAH, Cap/Dto

S U G I A N T O

BERITA DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2019 NOMOR 795

Referensi

Dokumen terkait

(1) Seksi Perlindungan Perempuan, Informasi Gender dan Anak dipimpin oleh seorang kepala Seksi yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab

bahwa sehubungan dengan adanya perubahan nomenklatur serta tugas dan fungsi subbidang pada Bidang Aset Daerah dalam susunan organisasi Badan Pengelolaan Keuangan

pembangunan atau rehabilitasi atau peningkatan sumber air bersih milik Desa (mata air/tandon penampungan air hujan/sumur bor, Dan lain-lain), setiap Desa hanya

(4) Dalam hal rancangan APB Desa tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), telah ditetapkan, sisa Dana Desa tersebut dapat digunakan mendahului penetapan

(2) Peta batas kawasan perencanaan RTBL Kawasan Kelurahan Dul dan Desa Beluluk Kecamatan Pangkalanbaru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran

(2) Daftar permintaan pembayaran Tambahan Penghasilan yang ditandatangani oleh kepala Perangkat Daerah yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus

untuk dapat menggunakan hak atas Cuti melahirkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Bupati atau

(2) Bidang Sumber Daya Manusia, Kelembagaan dan Penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam memimpin,