• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. istimewa yang sumbernya berasal dari al-qur an dan as-sunnah al-maqbu>lah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. istimewa yang sumbernya berasal dari al-qur an dan as-sunnah al-maqbu>lah."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak merupakan salah satu ajaran Islam yang sangat penting dan istimewa yang sumbernya berasal dari al-Qur’an dan as-Sunnah al-maqbu>lah.

Dalam al-Qur’an dijumpai hampir tiga kali lebih banyak dibandingkan ayat- ayat tentang hukum (Ilyas, 2016: vii). Allah SWT dalam firman-Nya menyebutkan bahwa Rasulullah SAW adalah teladan yang paling mulia bagi umatnya,

ََّللَّٱ َرَكَذَو َريخٓ ۡلۡٱ َمۡوَ يۡلٱَو ََّللَّٱ ْاوُجۡرَ ي َناَك نَمي ل ٌةَنَسَح ٌةَوۡسُأ يَّللَّٱ يلوُسَر يفِ ۡمُكَل َناَك ۡدَقَّل ايريثَك

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahza>b [33]: 21)

Begitu pula dalam hadis-hadis Nabi, baik perkataan Nabi maupun secara praktik yang langsung dicontohkan oleh Nabi. Oleh karena itu, adalah benar bahwa Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia di muka bumi ini. Dalam arti yang lebih dalam yakni Nabi Muhammad SAW mengajarkan dan mendidik umatnya agar mampu merealisasikan akhlak yang mulia pada diri mereka. Dalam kitab al-Adab al- Mufrad (Al-Bukha>ri>, 1989: 104), nomor 273 al-Bukha>ri> menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

(2)

ق َلَْخَْلۡا َحيلاَص َمي َتُيلۡ ُتْثيعُب اََّنَّيإ

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kesalehan akhlak. (HR. Al- Bukha>ri>: 273)

Akhlak yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada umat manusia tidak sebatas hanya sebagai pendidikan ilmu pengetahuan saja, namun lebih dari itu yakni dapat direalisasikan dengan cara bersikap dan berperilaku yang berwujud akhlak mulia. Dengan akhlak yang mulia tersebut manusia yang beriman dapat meraih jalan hidup yang tentram, tenang dan penuh kebahagiaan, sebab akhlak mulia adalah buah dari iman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Pada mulanya akhlak mulia memang sudah ada pada setiap individu.

Karena akhlak mulia itu sendiri lahir dari hati nurani atau fitrah yang Allah ciptakan untuk manusia, yakni fitrah bertauhid dan mengakui ke-Esaan Allah SWT, sehingga manusia selalu cenderung pada sesuatu yang dirasa hati nurani itu benar menurut ketentuan syari’at Allah (Ilyas, 2016: 4).

َذ ۚيَّللَّٱ يق ۡلَيلِ َلييدۡبَ ت َلَ ۚاَهۡ يَلَع َساَّنلٱ َرَطَف يتَِّلٱ يَّللَّٱ َتَرۡطيف ۚا فيينَح ينيي دليل َكَهۡجَو ۡميقَأَف َكيل

َنوُمَلۡعَ ي َلَ يساَّنلٱ َرَ ث ۡكَأ َّنيك َلَو ُمي يَقۡلٱ ُنيي دلٱ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Ar-Ru>m [30]: 30)

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan pada suatu saat akhlak mulia itu akan berubah menjadi akhlak yang buruk atau tercela, karena disebabkan pengaruh dari luar seperti pendidikan, pergaulan dan lingkungan.

(3)

Dalam realitas sekarang orang-orang secara sadar ataupun tidak mengesampingkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupan mereka. Termasuk dalam meraih kebahagiaan hidup, mereka lebih cenderung kepada aspek materialistik, seperti mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, berlomba- lomba menjadi orang yang memiliki kedudukan tinggi, menjadi orang yang memiliki popularitas atau memiliki pasangan yang ideal. Dengan usaha-usaha tersebut mungkin mereka menemukan kebahagiaan, namun sifatnya hanya sementara dan tidak bertahan lama. Mereka terpedaya oleh rasa putus asa, gelisah dan sedih hati. Sehingga manusia model seperti ini merasa bahwa seluruh bagian dari hidupnya hanya dipenuhi dengan penderitaan.

Berdasarkan keadaan tersebut nilai-nilai akhlak dirasa sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia sebagai sarana untuk membentuk pribadi yang sehat mental dan jiwanya. Kemudian, dengan tertanamnya nilai-nilai akhlak tersebut dalam jiwa setiap individu yang didasari atas keimanan, sehingga mereka mampu merasakan ketentraman dan ketenangan hati serta mencapai kebahagiaan hidup. Adapun hakikat kebahagiaan adalah keadaan seseorang yang mampu menerima dirinya apa adanya, memiliki tujuan hidup dan mampu menghadapi dan mengontrol dirinya dalam keadaan apapun (Prabowo, 2016:

248). Kebahagiaan tersebut dapat dikatakan dengan kesejahteraan psikologis yang tidak hanya sebatas memenuhi fungsi psikologi positif pada diri pribadi.

Namun, juga akan memberikan dampak positif kepada orang lain karena muncul sikap nyaman, percaya dan empati pada diri yang membuat hubungan sosial menjadi lebih baik (Savitri & Listiyandini, 2017: 44).

(4)

Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk menelaah lebih dalam kitab al-Wasa>‘ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah karya ‘Abdurrah}ma>n bin Na>s}ir as- Sa’di> (1307-1376 H) yang di dalamnya mengandung nasihat-nasihat agar mendapatkan hidup bahagia dengan menerapkan nilai-nilai akhlak. Selain itu, kitab tersebut mencoba menunjukkan kepada manusia tentang faktor-faktor penunjang kebahagiaan (happiness) atau disebut juga kesejahteraan psikologis, agar tidak mencukupkan diri pada kebahagiaan dunia saja, namun juga kebahagiaan akhirat. semua itu dapat dicapai dengan iman dan membiasakan diri berbuat amal saleh dengan akhlak yang mulia (As-Sa’di>, 2014: 4). Hal tersebut secara tidak langsung menjawab problematika yang telah disebutkan di atas bahwa nilai-nilai akhlak sangatlah penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penulisan latar belakang tersebut, pokok permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Apa saja nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam kitab al-Wasa>‘ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah?

2. Bagaimanakah konsep kesejahteraan psikologis dalam kitab al- Wasa>‘ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah?

3. Bagaimanakah keterkaitan nilai-nilai akhlak dengan kesejahteraan psikologis menurut kitab al-Wasa>‘ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah?

(5)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam kitab al-Wasa>ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah.

2. Mengetahui konsep kesejahteraan psikologis yang terdapat dalam kitab al-Wasa>ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah.

3. Mengetahui keterkaitan nilai-nilai akhlak dengan kesejahteraan psikologis yang terdapat dalam kitab al-Wasa>ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diinginkan agar dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis, di antaranya sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis: Penelitian ini diinginkan agar dapat menjelaskan dan mengetahui isi dari kitab al-Wasa>ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah, yakni nilai-nilai akhlak dan konsep kesejahteraan psikologis serta keterkaitan antara keduanya. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat menambah wawasan tentang pentingnya nilai-nilai akhlak bagi pembaca.

2. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dorongan kepada setiap muslim agar senantiasa menanamkan nilai-nilai akhlak, sehingga dapat menghadirkan energi positif pada diri seperti ketenangan hati, kebahagiaan hidup dan perasaan positif lainnya yang termasuk dalam kesejahteraan psikologis.

(6)

E. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini didasarkan pada tiga bagian utama yaitu pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan. Ketiga bagian ini akan disajikan dalam lima bab yang memiliki tema berbeda namun tetap saling berkaitan.

Bab I Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. Pada bab ini penulis akan memaparkan tinjauan pustaka yang berisi penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan tema yang penulis bahas.

Selain itu dalam bab ini juga akan dijelaskan mengenai kerangka teoritik.

Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini terdapat keterangan mengenai metode penelitian seperti pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Mencakup tentang tinjauan umum tentang ‘Abdurrah}ma>n bin Na>s}ir as-Sa’di> baik dari biografi, riwayat pendidikan, guru-gurunya, murid-muridnya serta karya-karyanya.

Kemudian pembahasan mengenai latar belakang penulisan kitab al- Wasa>ilul Mufi>dah lil H{aya>tis Sa’i>dah, menjelaskan tentang nilai-nilai akhlak yang terdapat pada kitab tersebut, pembahasan mengenai konsep kesejahteraan psikologis menurut ‘Abdurrah}ma>n bin Na>s}ir as-Sa’di> dalam kitab tersebut. Selanjutnya, pembahasan mengenai keterkaitan nilai-nilai akhlak dengan kesejahteraan psikologis dalam kitab tersebut.

(7)

Bab V Penutup. Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Pada bab ini juga terdapat pembahasan mengenai saran-saran, dan penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua peneliti, Mama Ipa dan Papa Mato tersayang, terima kasih atas kepercayaan yang mama dan papa berikan sehinga Nhu bisa berkuliah di Yogyakarta juga

Untuk itu, para mahasiswa serta dosen Jurusan Teknik Geomatika memerlukan aplikasi yang dapat memberikan informasi lengkap tentang tugas akhir dan persebaran

Model perilaku ekologi Fietkau & Kessel (Kollmus, 2002) memiliki lima komponen yaitu : 1) Pengetahuan lingkungan, pengetahuan tidak mempengaruhi perilaku

Kelompok yang benar – benar terlibat dalam konflik kelompok, muncul dari sekian banyak kelompok kepentingan tersebut. Dahrendorf merasa bahwa konsep kepentingan laten

 Nyeri kepala sejak ± 1 bulan yang lalu, seluruh kepala, terasa seperti ditekan, sudah minum obat warung membaik namun timbul lagi, demam (-).. Lidah

Untuk memasang mata pisau, pasang pelat penyetel dengan bebas pada pelat pengatur menggunakan baut kepala bulat lalu atur mata pisau serut mini pada dudukan pengukur sehingga

Campuran-campuran yang demikian tidak dapat dipisahkan dengan penyulingan sederhana, karena volatilitas dari kedua komponen dalam campuran itu hamper sama, yang

Begitu banyak konflik yang terjadi akibat adanya pembangunan pengembangan kawasan tepi pantai ini, yaitu karena banyaknya kepentingan dari setiap aspek- aspek yang