• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata dasar “kerja” yang diterjemahkan dasi bahasa asing menjadi prestasi atau bisa pula berarti hasil kerja. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperhatikan dan kemampuan seseorang. Mangkunegara (2009:67) berpendapat bahwa, istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Moeheriono (2012:96) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organiasasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing – masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai Tujuan. Perusahaan umumnya mendasarkan

(2)

perencanaan tujuan yang hendak dicapai di masa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan karyawan dalam mewujudkan tujuan tersebut.

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruh Kinerja Karyawan

Menurut Mahmudi (2005:20), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah terdiri dari lima faktor, sebagai berikut:

1. Faktor personal/ individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. 3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi.

5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Hessel (2007:178) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah motivasi, budaya perusahaan, kompensasi, kepemimpinan, kepuasan kerja, kedisiplinan, lingkungan kerja dan komitmen organisasi.

(3)

2.1.3 Penilaian Kinerja Karyawan

Penilaian kinerja atau performance appraisal pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.

Menurut Simamora (2004 : 338), penilaian kinerja atau performance

appraisal adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi

pelaksanaan kerja individu karyawan.

Menurut Mathis dan Jackson (2006 : 81-82) Penilaian kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu tim dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan. Penilaian kinerja mempunyai dua kegunaan utama. Penilaian pertama adalah mengukur kinerja untuk tujuan memberikan penghargaan seperti misalnya promosi. Kegunaan yang lain adalah untuk pengembangan potensi individu.

Tujuan penilaian kinerja karyawan menurut Rivai (2003:312) pada dasarnya meliputi:

1. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini.

2. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa dan insentif uang.

3. Mendorong pertanggung jawaban dari karyawan

(4)

5. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam :

a. Penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer, rotasi perusahaan.

b. Kenaikan jabatan c. Pelatihan atau traning

Penilaian kinerja digunakan untuk mengertahui kinerja seorang karyawan. Menurut Rivai (2005:55) manfaat penilaian kinerja adalah :

1. Bagi Karyawan

Meningkatkan motivasi, meningkatkan kepuasan kerja, adanya kejelasan standart hasil yang diharapkan, adanya kesempatan berkomunikasi ke atas, peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.

2. Manfaat Bagi penilai

Meningkatkan kepuasan kerja, untuk mengukur dan mengidentifikasi kecenderungan kinerja karyawan, meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manager ataupun karyawan, sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan, bisa mengidentifikasi kesempatan untuk rotasi karyawan.

3. Manfaat Bagi Perusahaan

Memperbaiki seluruh simpul unit – unit yang ada dalam perusahaan, meningkatkan kualitas komunikasi, meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan, meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan untuk masing – masing karyawan.

(5)

2.1.4 Indikator untuk Menilai Kinerja Karyawan

Pengukuran kinerja karyawan menurut Dharma (2003:355) mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai.

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran menmcerminkan pengukuran atau tingkat kepuasan yaitu seberapa baik penyelesaiannya.

3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

2.2 Kompensasi Langsung

2.2.1 Pengertian Kompensasi Langsung

Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima dapat berupa fisik maupun non fisik dan harus harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi/ perusahaan tempat ia bekerja. Menurut Bernardin (2007:252) kompensasi merujuk pada semua bentuk hasil keuangan dan tunjangan nyata yang diterima pegawai sebagai bagian dari hubungan kerja. Sedangkan menurut Hasibuan (2003:77) kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang telah diberikan kepada perusahaan. Hariandja (2004:244) menyatakan bahwa pembayaran kompensasi dikaitkan langsung dengan kinerja seperti gaji atau upah, bonus dan komisi, disebut dengan kompensasi langsung, sedangkan pembayaran kompensasi

(6)

yang tidak dikaitkan langsung dengan kineja sebagai upaya meningkatkan ketenangan kepuasan kerja pegawai seperti tunjangan – tunjangan pelayanan disebut kompensasi tidak langsung.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kompensasi merupakan interaksi antara karyawan dengan perusahaan, yang berupa timbal balik dari jasa atau tenaga yang dikeluarkan oleh karyawan dan penghargaan dari perushaan dalam bentuk upah atau fasilitas lainnya yang pembayarannya dapat diberi secara langsung dan tidak langsung. Bila kompensasi diberikan secara tepat, karyawan akan lebih terpuaskan dan akan meningkatkan kinerjanya guna mencapai sasaran perusahaan dan pribadinya.

2.2.2 Jenis - Jenis Kompensasi

Menurut Hasibuan (2005 : 118), bentuk dan jenis kompensasi yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Kompensasi langsung

Kompensasi merupakan hak bagi karyawan dan menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya. Kompensasi langsung yang dberikan dapat berupa gaji, insentif dan tunjangan.

2. Kompensasi tidak langsung

Kompensasi tidak langsung merupakan balas jasa yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kompensasi tidak langsung diberikan

(7)

dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi, tunjangan hari raya, kesehatan, liburan, dan lain-lain.

2.2.3 Tujuan Pemberian Kompensasi Langsung

Secara umum tujuan kompesasi adalah untuk membantu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahan dan menjamin terciptanya keaadilan internal dan eksternal. Menurut Hasibuan (2003:120) tujuan kompensasi adalah sebagai berikut:

1. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian kompensasi terjadilah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas – tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/ majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

2. Kepuasan Kerja

Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.

3. Pengadaan Efektif

Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang berkualitas untuk perusahaan akan lebih mudah.

4. Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.

(8)

5. Stabilitas Karyawan

Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompetitif, maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena

turn-over relatif kecil.

6. Disiplin

Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar, maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

7. Pengaruh Serikat Buruh

Dengan program kompensasi yang baik, pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.

8. Pengaruh Pemerintah

Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

Adapun menurut Rivai (2008:359) tujuan kompensasi yakni : 1. Memperoleh SDM yang berkualitas

Kompensasi yang dibutuhkan sangatlah tinggi untuk memberdaya tarik kepada pelamar. Tingkat pembayaran harus responsif terhadap penawaran dan permintaan pasar kerja karena para pengusaha berkompetisi untuk mendapatkan karyawan yang diharapkan.

(9)

2. Mempertahankan karyawan yang ada

Para karyawan dapat keluar jika besaran kompensasi tidak kompetitif dan akibatnya akan menimbulkan perputaran karyawan semakin tinggi.

3. Menjamin keadilan

Manajemen harus selalu berupaya agar keadilan eksternal dan internal dapat terwujud. Keadilan internal mensyaratkan bahwa pembayaran dikaitkan dengan nilai relatif sebuah pekerjaan sehingga pekerjaan yang sama dibayar dengan besaran yang sama. Keadilan eksternal berarti suatu pembayaran terhadap pekerjaan yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain.

4. Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan

Pembayaran hendaknya memperkuat perilaku yang diinginkan dan bertindak sebagai insentif untuk perbaikan perilaku di masa depan, rencana kompensasi efektif, menghargai kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung jawab dan perilaku-perilaku lainnya.

5. Mengikuti aturan hukum Sistem gaji dan upah yang sehat mempertimbangkan faktor-faktor legal yang dikeluarkan pemerintah dan menjamin pemenuhan kebutuhan karyawan.

6. Mengendalikan biaya

Sistem kompensasi yang rasional membantu perusahaan memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya yang beralasan. Tanpa kompensasi yang efektif, dapat jadi karyawan dibayar dibawah atau diatas standar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian kompensasi juga

(10)

diharapkan dapat memotivasi karyawan untuk dapat memberikan kinerja yang lebih baik demi tercapainya tujuan perusahaan.

2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi

Dalam menentukan kompensasi langsung individu ada banyak faktor yang menjadi bahan pertimbangan, baik dari lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Menurut Hasibuan (2009:128), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi antara lain sebagai berikut :

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaa (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin besar. 2. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan

Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka tingkat kompensasi relatif kecil.

3. Serikat Buruh/Organisasi Karyawan

Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.

(11)

4. Produktivitas Kerja Karyawan

Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktivitas kerjanya buruk serta sedikit maka kompensasinya kecil.

5. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppres

Pemerintah dengan undang-undang dan keppres menetapkan besarnya batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting upaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya balas jasa bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan sewenang-wenang.

6. Biaya Hidup atau Cost of Living

Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah itu rendah, maka tingkat kompensasi/upah relatif kecil. Seperti tingkat upah di Bali lebih besar dari di Yogyakarta, karena tingkat biaya hidup di Bali lebih besar daripada di Yogyakarta.

7. Posisi Jabatan Karyawan

Karyawan yang menduduki jabatan tinggi akan menerima gaji/kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan yang lebih rendah akan memperoleh gaji/kompensasi yang kecil. Hal ini wajar karena seseorang yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab yang besar harus mendapatkan gaji/kompensasi yang lebih besar pula.

(12)

Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama gaji/balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang berpendikan rendah dan pengalaman kerja yang kurang maka tingkat gaji/kompensasinya kecil.

9. Kondisi Perekonomian Nasional

Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka tingkat upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full employment. Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang maju maka tingkat upah rendah, karena terdapat banyak penganggur atau disqueshed

unemployment.

10. Jenis dan Sifat Pekerjaan

Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai resiko (finansial, keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan resiko (finansial, kecelakannya) kecil, tingkat upah/balas jasanya relatif rendah.

Menurut Mangkunegara (2004:86) ada beberapa indikator kompensasi, yaitu :

1. Tingkat bayaran bisa diberikan tinggi, rata – rata atau rendah tergantung pada kondisi perusahaan. Artinya hal ini bergantung pada kemampuan perusahaan untuk membayar karyawannya.

2. Struktur Pembayaran, berhubungan dengan rata – rata pembayarann dan klasifikasi jabatan perusahaan.

(13)

3. Penentuan bayaran Individu, pembayaran perlu didasarkan pada rata – rata tingkat bayaran, tingkat pendidikan, masa kerja dan presatasi kerja karyawan. 4. Metode Pembayaran, pembayaran dapat didasarkan pada waktu, dapat pula

didasarkan pada pembagian hasil.

5. Pengendalian Pembayaran, hal ini merupakan pengendalian secara langsung ataupun tidak langsung dari biaya kerja. Pengendalian biaya merupakan faktor utama dalam administrasi upah dan gaji.

2.3 Budaya Kerja

2.3.1 Pengertian Budaya Kerja

Triguno (2003:13) menyatakan bahwa budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita – cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja. Semakin banyak karyawan yang menerima nilai – nilai yang dianut perusahaan dan merasa sangat terikat kepadanya, maka akan semakin kuat budaya tersebut.

Budaya kerja merupakan sikap dan perilaku individu dari kelompok anggota organisasi dalam bekerja. Kesadaran dalam melakukan aktifitas pekerjaan tersebut didasari atas nilai, norma dan harapan yang diyakini oleh para anggota organisasi kebenarannya dan tersebut menjadi sifat serta kebiasaan para anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari – hari. Hal tersebut

(14)

dibangun untuk mangarahkan agar karyawan berprilaku denga cara – cara tertentu, yang pada akhirnya akan memperkuat dan mempertajam sasaran perusahaan dalam mencapai visinya.

2.3.2 Terbentuknya Budaya Kerja

Robbins (2004:262) menjelaskan bagaimana budaya kerja dibangun dan dipertahankan, ditunjukkan dari filsafat pendiri atau pimpinannya. Selanjutnya budaya ini sangat dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan pegawai. Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat diterima, baik dan yang tidak. Bagaimana bentuk sosialisasi akan tergantung pada kesuksesan yang dicapai dalam menerapkan nilai-nilai dalam proses seleksi. Secara perlahan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan terseleksi untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang pada akhirnya akan muncul budaya kerja yang diinginkan, meskipun perubahan budaya kerja memakan waktu.

Menurut Moekijat (2006:53), cakupan makna setiap nilai budaya kerja, antara lain:

1. Disiplin, perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.

2. Keterbukaan, kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.

(15)

3. Saling menghargai, perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

4. Kerjasama, kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.

2.3.3 Unsur – Unsur Budaya Kerja

Menurut Ndraha (2003:52) , budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu:

1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.

2. Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesma pegawai, atau sebaliknya.

2.3.4 Pengukuran Budaya Kerja

Menurut Peter Dorfman dan Howell (dalam Mas’ud 2004 : 366), budaya kerja dapat diukur melalui :

1. Pengungkapan persyaratan dan petunjuk 2. Mentaati prosedur dan instruksi secara tepat 3. Pentingnya peraturan dan tatanan

(16)

5. Kejelasan petunjuk operasional 6. Sikap disiplin

7. Tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan 8. Kebiasaan bekerja sama

2.4 Penelitian terdahulu

Harita (2009) dengan judul; Pengaruh Pemberian Kompensasi Finansial Langsung terhadap Kinerja Karyawan PT Ultra Adi Lestari Stella Perkasa. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian kompensasi finansial langsung terhadap kinerja karyawan pada PT. Ultra Adi Lestari Stella Perkasa. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran yang sebenarnya mengenai variabel penelitian berdasarkan data dan analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar tingkat variabel independen dan dependen secara parsial. Sedangkan untuk menganalisis data digunakan alat bantu berupa program SPSS versi 12.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, kompensasi finansial lansung berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Kompensasi finansial langsung yang diberikan kepada karyawan memiliki hubungan yang erat, yakni sebesar 46,2 % sedangkan pengaruh dari faktor – faktor lain di luar kompensasi sebesar 53. 8 %.

Manurung (2011) dengan judul; Pengaruh antara budaya kerja dengan kinerja karyawan pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT Perkebunan

(17)

Nusantara III. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya kinerja terhadap kinerja karyawan pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT Perkebunan Nusantara III. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan jawaban responden terhadap pertanyaan terhadap variabel dan analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel antara variabel independen dan variabel dependen secara parsial;. Sedangkan untuk menganalisis data akan digunakan alat bantu berupa program SPSS versi 15.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pengaruh antara budaya kerja dengan kinerja karyawan pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan adalah positif dan signifikan. Hal ini terlihat dari nilai t hitung 6,255 > nilai t tabel 1,671. Artinya semakin baik budaya kerja seperti perilaku yang disiplin dan jujur yaitu pelaksanaan tugas tepat waktu dan tidak melanggar peraturan, perilaku yang tegas dan percaya diri yaitu tidak ragu dalam mengambil keputusan dan mampu melaksanakan tugas secara maksimal, maka akan semakin baik pula kinerja pegawai. Dan juga terdapat pengaruh variabel budaya kerja (X) terhadap variabel kinerja karyawan (Y) memberikan kontribusi sebesar 36,5%. Hal ini diketahui dari nilai koefisien determinan (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,365 atau 36,5%. Artinya masih banyak faktor lain sebesar 63,5% yang mempengaruhi kinerja karyawan yang tidak dianalisa dalam penelitian ini sehingga diperlukan penelitian lain yang melihat variabel lain yang mempengaruhi kinerja karyawan seperti faktor internal/ individu (pengetahuan, keterampilan/ skill, kemampuan dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu) dan faktor eksternal :

(18)

kepemimpinan, sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastuktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi serta situasional yang meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

Nainggolan (2013) dengan judul; Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. SBU Distribusi Wilayah III Sumbagut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. SBU Distribusi Wilayah III Sumbagut. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif karena menguji dua variabel, yaitu analisa yang digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Teknik ini menggunakan dua instrumen yaitu, koefisien korelasi product moment untuk mengetahui korelasi antara variabel, dan koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, ada pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. SBU Distribusi Wilayah III Sumbagut. Hal ini terlihat dari r hitung sebesar 0,68 lebih besar dari pada r tabel sebesar 0,273. Artinya semakin baik budaya organisasi maka semakin baik pula kinerja karyawan, dengan kata lain peningkatan budaya organisasi akan diikuti dengan peningkatan kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesa awal yang menyatakan bahwa ada pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dapat diterima. Berdasarkan

(19)

perhitungan determinan, dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sebesar 46,24%, sedangkan 53,76% selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Ramzan (2014), Dampak Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada

Empirical Evidence from Banking Sector of Pakistan. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengevaluasi persepsi karyawan terhadap kompensasi terhadap kinerja karyawan di Empirical Evidence from Banking Sector of Pakistan. Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif untuk menjelaskan jawaban responden terhadap pertanyaan terhadap variabel dan analisis korelasi dan regresi digunakan untuk mengukur dampak dan hubungan antara variabel – variabel. Proses analisis dilakukan menggunakan SPSS versi 17.0.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan di Empirical Evidence from Banking Sector of Pakistan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel indipenden berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Sebagaimana tabel menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel kompensasi adalah 0,189 yang lebih besar dari alpha 0,05. Analisis deskriptif juga menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki dampak positif padakinerja karyawan. Hasil dari standar deviasi menunjukkan variasi data. Menurut hasil standar deviasi variasi data kompensasi 3.71 - 4.46. Hasil rata-rata terletak antara kisaran ini sehingga responden merespon setuju yang berarti bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

(20)

Gupta (2010), Dampak Budaya Kerja terhadap Motivasi dan tingkat Kinerja Karyawan pada Perusahaan Sektor Swasta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku karyawan pada Perusahaan Sektor Swasta. Untuk mengukur dampak dari budaya kerja terhadap motivasi dan kinerja karyawan di tingkat manajerial, studi banding dilakukan antara dua perusahaan swasta di sektor manufaktur di India dengan ukuran sampel 250 karyawan di tingkat manajemen menengah. Statistik deskriptif dan inferensial seperti mean, standar deviasi, t-nilai, dan F-nilai yang digunakan untuk menguji hipotesis untuk mempelajari hubungan antara berbagai variabel independen, dependen, dan latar belakang, dan Pearson produk-moment korelasi dihitung untuk total sampel. Satu-way ANOVA dilakukan untuk menilai dampak signifikan dari budaya secara keseluruhan pada lima motif motivasi. Analisis regresi ganda bertahap dilakukan untuk menilai prediktor signifikan dari budaya kerja untuk total sampel karyawan di tingkat manajerial. Data dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel dan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS versi 15). Untuk melakukan studi ini digunakan kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara budaya teknokratis dan motivasi peran (r = 0.560), diikuti oleh korelasi negatif dan signifikan antara budaya otokratik dan motivasi peran (r = -0,427). Hal ini menunjukkan bahwa budaya teknokratis dan jika dominan, meningkatkan tingkat motivasidan kinerja karyawan di tingkat manajemen menengah. Aplikasi analisis regresi bertahap juga menunjukkan bahwa berbagai jenis budaya berkontribusi

(21)

signifikan ke tingkat motivasi dan kinerja karyawan tingkat manajerial dalam organisasi manufaktur sektor swasta.

2.5 Kerangka Konseptual

Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya setiap perusahaan berupaya meningkatkan kinerja karyawannya. Hessel (2007:178) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah motivasi, budaya perusahaan, kompensasi, kepemimpinan, kepuasan kerja, kedisiplinan, lingkungan kerja dan komitmen organisasi. Karyawan harus berperan aktif dalam menetapkan, mendukung serta melaksanakan rencana, proses, sistem, dan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Untuk menunjang hal tersebut, maka perusahaan dituntut untuk memberikan perhatian yang sebaik – baiknya terhadap karyawan.

Salah satu wujud perhatian terhadap karyawan adalah dengan cara pemberian balas jasa dalam bentuk imbalan atau kompensasi. Menurut Hariandja (2004:244) menyatakan bahwa pembayaran kompensasi dikaitkan langsung dengan kinerja seperti gaji atau upah, bonus dan komisi, disebut dengan kompensasi langsung, sedangkan pembayaran kompensasi yang tidak dikaitkan langsung dengan kineja sebagai upaya meningkatkan ketenangan kepuasan kerja pegawai seperti tunjangan – tunjangan pelayanan disebut kompensasi tidak langsung. Apabila kompensasi tersebut meningkat, maka hal itu dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Hal ini sependapat dengan yang dikemukakan Handoko (2004:93) bahwa sistem kompensasi kepada karyawan

(22)

jika diterapkan dengan baik, maka hal itu akan berdampak pada kinerja karyawan. Tingkat kompensasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Selain hal tersebut, budaya kerja juga turut berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Moeheriono (2012:358) menyatakan bahwa budaya kerja dapat mempengaruhi kinerja karyawan dan sikap dari para karyawannya terhadap konsumen, rekanan bahkan karyawan satu sama lainnya, karena budaya kerja memasuki seluruh unit perusahaan, .

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat digambarkan model kerangka konseptual dari pengaruh Kompesasi Langsung dan Budaya Kerja Terhadap kinerja Karyawan PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Cabang Icon Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Sumber : Hessel (2007:178), Hariandja (2004:244) dan Moeheriono (2012:358) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kompensasi Langsung (

X

1) Budaya Kerja (

X

2) Kinerja Karyawan (

Y

)

(23)

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya. Maka hipotesis yang yang diajukan dalam penelitian adalah adanya pengaruh yang positif dan signifikan kompensasi langsung dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. CIMB Niaga Tbk. Cabang Icon Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

(Raise The Red Lantern, 01:01:04-01:01:18) Dari tindakan Yan'er di atas dapat terlihat bahwa Yan'er tidak menyukai kehadiran Song Lian sebagai istri baru Chen Zuoqian dengan

Munculnya penelitian ini ditujukan untuk menemukan desain tingku briket batu bara yang lebih efisien dan lebih bersih. Efisien dari sisi karakterisasi pembakaran berarti

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa kelompok perlakuan jenis kelamin laki-laki mengalami semua mengalami kecemasan sedang pada saat pre , pada saat post mengalami perubahan

Berdasarkan uraian di atas diperkirakan bahwa dengan pemberian pupuk N dosis 250 kg/ha dan K 100 kg/ha sebagai dosis pupuk pada budidaya bawang merah dapat meningkatkan kuantitas

Sefalosporin generasi ketiga yang dikombinasikan dengan aminoglikosida atau  penisilin spektrum luas dapat digunakan pada terapi sepsis yang disebabkan oleh  bakteri Gram

pembahasan penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Media pembelajaran Power Pont berpengaruh terhadap hasil belajar materi hukum Perusahaan mahasiswa 2014 F

Hal ini disebabkan karena udang vanamei dapat tumbuh dengan baik dengan sistem polikultur dengan nila merah secara bersamaan dan tidak saling berkompetisi baik pakan

Hecting (penjahitan) dilakukan untuk penggabungan titik-titik acuan, dilakukan pada masing- masing lapisan. Hecting mukosa dan otot dilakukan dengan vicryl resorbable 4,0, sedangkan