• Tidak ada hasil yang ditemukan

IBM PELATIHAN DECOUPAGE DAN E-COMMERCE UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI IBU RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IBM PELATIHAN DECOUPAGE DAN E-COMMERCE UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI IBU RUMAH TANGGA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

IBM PELATIHAN DECOUPAGE DAN E-COMMERCE UNTUK MENINGKATKAN

EKONOMI IBU RUMAH TANGGA

Nurmaya1, Indah Kurnianingsih2, Rosini2, Nova Eka Diana1

1Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas YARSI, Jakarta 2Prodi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas YARSI, Jakarta

ABSTRACT

The proposed IbM (Ipteks bagi Masyarakat) program aims to increase the creativity and the income of homemakers in RW 011 Kelurahan Tebet Timur Jakarta Selatan and RT 05 Kelurahan Rorotan Jakarta Utara. We give a decoupage training using a few materials such as pandan handwoven clutch, wooden cutting board and rice paddle, and second-hand goods. For marketing the products through the e-commerce platforms, we also give the e-commerce training. Our primary purpose is to improve the homemakers’ creativity and their economic state by creating a creative business with a low capital. Besides, the proposed program has a positive effect on the environment by reducing the household waste and promote the Go Green program. The use of e-commerce platform enlightens the community on how to maximize the existing technology to market their home industry products to the broader market. After going through all the training programs, all the trainees show the improvement of knowledge and skill in decoupage and e-commerce.

Keywords: IbM, decoupage, e-commerce, second-hand goods, Go Green PENDAHULUAN

Kegiatan IPTEKS bagi masyarakat (IbM) yang dilaksanakan oleh tim pengusul memiliki dua mitra, yaitu Ibu PKK RW 011 (Mitra I) yang terletak di Jl. Tebet Timur Dalam IV Jakarta Selatan dan Pemberdayaan Perempuan RT 05 (Mitra II) terletak di Perum Green Garden RT 05 Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Tim pengusul telah berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kedua tim mitra seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Permasalahan Mitra

No. Mitra Masalah

1. Ibu PKK RW 011 Tebet 1. Kurangnya produktivitas para Ibu Rumah Tangga RW 011 dalam membantu perekonomian keluarga

2. Kurangnya kegiatan yang berorientasi pada kemandirian dalam berekonomi

3. Kurangnya partisipasi warga khususnya wanita muda untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Ibu PKK RW 011

4. Kurang tersampainya ajakan untuk mengikuti kegiatan karena tingkat individualisme yang terlalu tinggi 5. Kurangnya kemampuan menguasai teknologi

informasi dan pemanfaatannya dalam menunjang perekonomian

6. Dampak kegiatan tidak seluruhnya dirasakan oleh warga

2. Pemberdayaan Perempuan RT 05 Rorotan

1. Kurang memiliki keterampilan baik dalam bentuk hardskill dan softskill dalam berbisnis

2. Kurangnya perekonomian keluarga

3. Tidak memiliki modal untuk berwiraswasta 4. Kurangnya kemampuan menguasai teknologi

informasi dan pemanfaatannya dalam menunjang perekonomian

5. Memiliki jenjang pendidikan yang rendah

6. Belum terbentuknya UKM RT 05 dikarenakan belum cukupnya biaya dan orang yang kompeten dalam 1Korespondensi: nurmaya02@gmail.com

(2)

memajukan UKM

Berdasarkan permasalahan yang berhasil diidentifikasi, tim pengusul mengusung pelatihan kerajinan seni decoupage pada barang bekas dan pelatihan pemanfaatan e-commerce untuk memasarkan dan menjual produk kerajinan tersebut. Kerajinan seni decoupage adalah kerajinan memotong-motong bahan kertas yang kemudian ditempelkan ke obyek dan dilapisi dengan pernis atau pelitur (Naturacraft, 2015; thespruce, 2017). Sedangkan untuk pemasaran produk kerajinan dapat memanfaatkan media e-commerce seperti bukalapak, tokopedia, dan sebagainya. E-commerce adalah proses transaksi jual beli barang secara elektronik dengan media internet yang diklasifikasikan dalam bentuk Business-to-Business (B2B), Business-to-Consumer (B2C), dan Consumer-to-Consumer (C2C) (Aswini & Durai, 2017; Ferreira, Pedrosa, Bernardino, 2017; Turban, Whiteside, King & Outland, 2017). Gambar 1 memperlihatkan tren terkini dari website e-commerce di Indonesia dalam bentuk Customer-to-Customer (C2C) dan Business-to-Customer (B2C) berdasarkan hasil riset yang dilakukan olehecommerceIQ.

(a) (b)

Gambar 1. Web traffic per bulan tahun 2017 (a) Customer-to-Customer (C2C) (b) Business-to-Customer (B2C) (ecommerceIQ, 2017)

METODE PELAKSANAAN

Gambar 2 memperlihatkan tahapan pelaksanaan solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan mitra. Tahapan pertama adalah persiapan pelaksanaan pelatihan dimana aktivitasnya antara lain sosialisasi dan mendata para peserta. Untuk masing-masing mitra, pelatihan dibagi menjadi dua yaitu pelatihan kerajinan decoupage dan penggunaan e-commerce. Pelatihan kerajinan decoupage dilakukan selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan media yang berbeda untuk setiap pertemuan. Media yang digunakan antara lain dompet anyaman berbahan pandan, talenan, centong berbahan kayu, dan barang bekas berbahan kaca, kaleng atau kayu. Setelah pelatihan dilakukan, diberikan evaluasi terhadap kegiatan pelaksanaan pelatihan diukur berdasarkan produk yang dihasilkan, pelaksanaan pemasaran, dan pembentukan usaha mandiri/UKM.

Gambar 2. Tahapan Solusi Mitra

Detail kegiatan IbM yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat tujuh tahapan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari program IbM yang diusulkan yaitu: sosialisasi kegiatan, pendataan

(3)

peserta, penyediaan bahan, penyediaan lokasi pelatihan, pelatihan kerajinan decoupage, pelatihan e-commerce, dan evaluasi kegiatan.

Tabel 2. Metode Pelaksanaan dan Partisipasi Mitra

No. Kegiatan Unit Pelaksana Lokasi Kegiatan

1. Sosialisasi kegiatan 1 Bulan Mitra Mitra

2. Pendataan Peserta Mitra I : 18 Peserta

Mitra II : 22 Peserta Mitra Mitra

3. Penyediaan bahan

Mitra I : 36 media dan 6 decoupage starter kits Mitra II : 44 media dan 6

decoupage starter kits

Tim Pengusul Mitra

4. Penyediaan Lokasi Pelatihan 1 Tempat/Mitra Mitra Mitra

5. Pelatihan Kerajinan Decoupage 3 Kali/Mitra Tim Pengusul Mitra

6. Pelatihan E-Commerce 1 Kali/Mitra Tim Pengusul Mitra

7.

Evaluasi Kegiatan tentang Produk, Pemasaran, dan Pembentukan UKM/Usaha Mandiri

2 Bulan/Mitra Mitra dan Tim

Pengusul Mitra

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rangkaian kegiatan IbM telah dilaksanakan pada kedua mitra, yaitu tanggal 17-20 Mei 2017 pada Mitra I dan tanggal 10-12 Agustus 2017 pada Mitra II. Gambar 3 dan 4 menunjukkan distribusi partisipan kegiatan berdasarkan kriteria umur dan jenis pekerjaan. Secara keseluruhan distribusi umur di Mitra II lebih tersebar dibandingkan dengan Mitra I dimana kelompok usia 30-40 tahun mendominasi total peserta secara keseluruhan. Hampir semua peserta di kedua mitra memiliki jenis pekerjaan yang sama yaitu sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan mandiri dan tergantung pada pendapatan suami atau anak.

(a) (b)

Gambar 3. Distribusi umur partisipan di (a) Kel Tebet Timur (b) Kel Rorotan

(4)

Gambar 4. Distribusi jenis pekerjaan partisipan di (a) Kel Tebet Timur (b) Kel Rorotan Gambar 5 dan 6 memperlihatkan hasil analisis terhadap dampak pelatihan yang diberikan kedua mitra. Hal-hal yang dianalisis adalah tentang pemahaman pengetahuan decoupage, e-commerce, media pemasaran, serta manfaat kegiatan IbM yang diberikan terhadap pemberdayaan ekonomi. Seluruh peserta pada kedua mitra menunjukkan peningkatan pemahaman dan keterampilan pembuatan kerajinan decoupage. Total barang kerajinan decoupage yang dihasilkan oleh kedua mitra selama pelatihan sebanyak 125 barang, dimana 50 barang dihasilkan oleh mitra I dan 77 barang dihasilkan oleh mitra II. Pengetahuan mengenai e-commerce juga meningkat pada kedua mitra. 70% peserta mitra I mengetahui definisi, fungsi dan beberapa situs e-commerce, dan 88% peserta mitra II. Pelatihan ini juga memberikan ketertarikan pada kedua mitra dalam memasarkan barang dagangan secara offline (pasar tradisional) dan online. Kedua mitra menyatakan 100% setuju bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi.

(5)

Gambar 6. Analisis kegiatan di Kel Tebet

Gambar 7 dan 8 adalah beberapa hasil dokumentasi pelaksanaan kegiatan di Kelurahan Tebet Timur dan Rorotan. Gambar 9 menunjukkan penerapan e-commerce dalam memasarkan hasil kerajinan decoupage oleh kelompok Ibu-Ibu PKK RW 011 di Kelurahan Tebet Timur Jakarta Selatan dan Pemberdayaan Perempuan RT 05 Kelurahan Rorotan Jakarta Utara.

Gambar 7. Pelaksanaan kegiatan di Kel Rorotan

(6)

(a) (b)

Gambar 9. Toko Online (a) Kelompok Ibu-Ibu PKK RW011 (b) Kelompok Pemberdayaan Perempuan RT 05

KESIMPULAN

Pelaksanaan kerajinan decoupage dan e-commerce kepada kedua mitra, yaitu Ibu-Ibu PKK RW 011 Kel Tebet Timur Jakarta Selatan selaku mitra I dan Pemberdayaan Perempuan RT 05 Kel Rorotan Jakarta Utara selaku mitra II, menunjukkan peningkatan pemahaman dari keseluruhan materi pelatihan yang diberikan dengan tingkat pemahaman rata-rata di atas 85%. Hampir seluruh peserta mampu menyebutkan contoh media pemasaran untuk penjualan produk baik secara online maupun offline. Dan semua peserta menganggap bahwa pelatihan yang diberikan sangat bermanfaat sebagai langkah untuk memperoleh sumber pendapatan lain yang selanjutnya akan berdampak kepada peningkatan ekonomi keluarga.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima Kasih kepada Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah memberikan dana kegiatan Iptek bagi Masyarakat (IbM) pelatihan decoupage dan e-commerce dengan Nomor SP DIPA-042.06.1.401516/2017.

DAFTAR PUSTAKA

Ashwini, K. & Durai, R., V., 2017, Trust in E-Commerce, Imperial Journal of Interdisciplinary Research (IJIR), Vol. 3, Issue. 5, hal. 1637-1639.

ecommerceIQ, 2017, Top Ecommerce Sites and Apps in Indonesia, Diakses dari https://ecommerceiq.asia/top-ecommerce-sites-indonesia/#1476946743561-6f271892-6251pada tanggal 26 September 2017.

Ferreira T., Pedrosa I., Bernardino J. (2017) Business Intelligence for E-commerce: Survey and Research Directions. In: Rocha Á., Correia A., Adeli H., Reis L., Costanzo S. (eds) Recent Advances in Information Systems and Technologies. WorldCIST 2017. Advances in Intelligent Systems and Computing, vol 569. Springer, Cham

Naturacraft., 2015, Free Tutorial, Diakses dari :http://naturacraft-decoupage.com/free-tutorial/ pada tanggal 3 Oktober 2017.

thespruce, 2017, How to Decoupage: Learn how to decoupage and explore free projects and recipes, diakses dari https://www.thespruce.com/how-to-decoupage-1244290pada tanggal 4 Oktober 2017.

Turban E., Whiteside J., King D., Outland J., 2017, Introduction to Electronic Commerce and Social Commerce, Springer Texts in Business and Economics. Springer, Cham.

(7)

IbM PENERAPAN OVEN PENGERING KOPRA PUTIH SISTEM BLOWER DI

KABUPATEN SELAYAR

Ahmad Zubair Sultan1), Nur Hamzah2), Dermawan2), Arthur Khalik3) 1),2),3),4)Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

Making copra can be done by drying or fumigating with fuel in the form of coconut shell. The disadvantages of this method of drying and fumigation are 5-7 days and depend on weather conditions. In addition copra quality was often unstable, moldy and moisture content is not maximal therefore cannot be used for the manufacture of white copra. Selayar Regency is a copra producing center in South Sulawesi, therefore it becomes one of the considerations of choosing IbM partners from this region. The goal to be achieved is the process of transferring technology to partners so that motivate other coconut farmers who will eventually be able to increase their income. The output of this activity is the result of a tool in the form of a blower system white copra dryer oven. The program implementation phase begins with the design of the drying oven at the PNUP mechanical workshop followed by demonstration and tool usage at the partner site and the final stage of the activity is the delivery of the tools to the partners.

Keywords: white copra dryer, blower system oven 1. PENDAHULUAN

Kabupaten Selayar sebagai daerah kepualauan merupaakn produsen kelapa terbesar di Sulawesi Selatan. Pohon kelapa tumbuh hamper disemua area dari kawasan panatai sampai ke daerah pelosok sebagai tanaman perkebunan rakyat. Kelapa memang merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting di Selayar dan berperan bagi kehidupan masyarakat khususnya dari aspek ekonomi dengan hasil produksi 24.189,54 ton ditahun 2006 dan meningkat sebesar 27,83% ditahun 2007. Industri kelapa yang paling menguntungkan saat ini adalah pembuatan kopra. Proses pembuatan kopra terbilang sederhana yaitu hanya dengan proses pemanasan semata sehingga membuat alternatif pengolahan kopra ini banyak dilakukan oleh petani kelapa. Meskipun proses pengolahan kopra hanya pengeringan, namun ternyata ada beberapa cara pengeringan kopra, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap hasil kopra.

Kopra putih termasuk komoditas yang cukup menguntungkan, saat ini kopra dijual stabil pada kisaran harga Rp 10.000-10.200/kg. Yang banyak dilakukan di daerah sentra penghasil kelapa selama ini adalah pengolahan kelapa menjadi kopra (kopra hitam), selain karena metodenya sederhana, juga karena kopra hitam tidak terlalu menuntut persyaratan tambahan seperti kopra putih. Di Sulawesi selatan, komoditas kopra putih belum popular, selain karena kebanyakan petani kelapa tidak mengetahui prosedur pengolahannya, juga karena tidak tersedia teknologi tepat guna yang dapat mereka terapkan.

Kopra putih adalah kopra hasil pengovenan, kualitasnya bagus, kadar air kecil dan bersih. Pembuatan Kopra menjadi sangat menentukan dalam menentukan kualitas kopra, karena kualitas hasil kopra akan berpengaruh terhadap harga, maka pengetahuan cara atau teknik pembuatan kopra, mutlak diperhatikan oleh para petani pembuat kopra.

Metode pembuatan kopra hitam yang umum adalah metode penjemuran dengan sinar matahari ataupun metode pengasapan. Kopra hitam banyak digunakan untuk minyak goreng, biasanya untuk kebutuhan lokal pabrik dalam negeri. Cara membuat kopra ini sangat mudah, kelapa di belah lalu dijemur selama 8 jam,setelah itu di congkel agar lepas dan terpisah dari batoknya, cincang menjadi potongan kecil,jadi belahan tadi di belah lagi menjadi 4, lalu di jemur lagi hingga kadar air mencapai 5%. Setelah kering sesuai dengan spesifikasi tadi, kopra langsung di packing dan siap dipasarkan. Pembuatan kopra dengan metode pengasapan biasanya dilakukan dengan cara daging kelapa dimasukkan ke dalam para-para tungku pengasapan dengan memanfaatkan bahan bakar berupa sabut kelapa atau tempurung. Kekurangan dari metode penjemuran dan pengasapan ini adalah diperlukan waktu yang cukup lama yaitu 5-7 hari dan sangat bergantung pada kondisi cuaca. Selain itu kualitas kopra pun sering tidak stabil, berjamur dan kadar air kurang maksimal.

1

(8)

Gambar 1. Proses Pengasapan Kelapa Segar Menjadi Kopra Hitam

Pola manajemen yang dianut oleh kelompok usaha kopra “Sari Alang” masih bersifat manajemen kekeluargaan. Belum ada standar penggajian yang baku, pembagian hasil pengolahan koprapun hanya berdasar kesukarelaan dengan tetap mempertimbangkan kinerja yang dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga. Berkaitan dengan pemasaran kopra, tidak ada masalah karena pedagang pengumpul banyak terdapat didaerah ibu kota kabupaten yang hanya berjarak kurang lebih 10 km dari lokasi

Tenaga kerja kelompok petani ini terdiri sebanyak 5 orang, yang terdiri dari pimpinan sekaligus bendahara 1 orang dan 4 orang pekerja. Mereka hanya bekerja pada waktu tertentu yaitu pada saat panen/pemetikan buah kelapa dan pada saat pengasapan kelapa yang sudah dipanen, selebihnya para pekerja dapat melakukan aktivitas lain. Mitra kelompok usaha kopra “Sari Alang” terletak di desa borong-borong, kecamatan bontomatene, kabupaten Selayar telah cukup lama mempunyai usaha perkebunan kelapa dan pengolahan kopra yaitu sejak tahun 2007. Metode dan proses pembuatan kopra yang selama ini mereka lakukan adalah kelapa dibelah dan diletakkan diatas para-para tungku pengasapan dengan memanfaatkan bahan bakar berupa sabut kelapa atau tempurung. Setelah agak kering kelapa diturunkan untuk dicungkil agar terlepas dari batoknya, sementara kelapa yang baru dinaikkan lagi keatas para-para. Kelapa yang telah dicungkil kemudian dicincang menjadi potongan kecil agar pengeringan lebih merata. Setiap kilogram kopra membutuhkan bahan baku antara 6-8 butir kelapa segar. Tahap-tahap pengeringan yang umum dilakukan adalah Kadar air buah kelapa segar (berkisar 50 – 55%) pada periode 24 jam pengeringan diturunkan menjadi kisaran 35%, pada 24 jam berikutnya diturunkan dari 35% menjadi 20%, dan pada periode 24 jam berikutnya diturunkan menjadi kisaran 6% sampai 5% sesuai standar yang diminta oleh para pedagang pengumpul. Pengasapan langsung seperti ini akan menghasilkan kopra dengan mutu yang kalah baik jika dibanding kopra hasil pemanasan tidak langsung karena asap panas tidak bersinggungan langsung dengan kopra, selain itu warna kopra menjadi coklat kehitaman dan berbau asap karena terjadi kontak langsung antara daging buah dengan asap hasil pembakaran dan juga penggunaan energy tidak efisien dan suhu pengasapan sulit dikendalikan.

Luaran yang akan dihasilkan sesuai dengan rencana kegiatan adalah dihasilkannya alat berupa oven pengering system blower yang bisa menggunakan enegri listrik untuk sumber panas. Selain itu juga dilengkapi dengan blower untuk meratakan temperature didalam ruang pembakaran dan thermostat untuk mengatur temperature secara otomatis.

Dengan adanya oven pengering ini diharapkan memberi manfaat kepada mitra berupa: 1) Dapat mempercepat proses pengeringan. 2) Dapat memperbaiki kualitas kopra sehingga bisa dihasilkan kopra putih yang harganya jauh lebih tinggi. 3) Dapat menambah pendapatan mitra dengan peningkatan nilai tambah ekonomi harga jual kopra dan 4) Dapat memotivasi masyarakat petani kelapa lain agar dapat mengenal teknologi tepat sehingga mereka bisa merancang dan membuat alat/mesin sesuai kebutuhan mereka.

.

2. METODE PENELITIAN / PELAKSANAAN PENGABDIAN

Metode penyelesaian masalah yang ditawarkan adalah merancang dan membuat oven pengering kopra putih sistem blower. Setelah oven selesai dibuat kemudian akan diadakan peragaan cara penggunaan oven kepada mitra, selain itu juga disediakan model yang berisi petunjuk pembuatan, pengoperasian dan perawatan oven pengering dengan harapan para petani kpra disekitar wilayah ita bisa mengembangkan sendiri oven sesuai kebutuhan mereka. Langkah-langkah secara detail adalah sebagai berikut:

(9)

2.1. Tahap persiapan ; Yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah Survei lapangan tentang kondisi pengeringan yang dipakai calon mitra serta Persipan bahan dan peralatan yang dibutuhkan

2.2. Tahap Perhitungan dan Pengerjaan ; Yang dilakukan dalam tahapan ini adalah Perhitungan komponen-komponen peralatan, Pembuatan komponen-komponen-komponen-komponen peralatan dan perakitan komponen-komponen-komponen-komponen peralatan yang telah dibuat maupun yang dibeli.

Gambar 2. Proses Pembuatan Oven Pengering Kopra

2.3. Tahapan Pengujian; Alat yang sudah dirakit diuji coba, apakah sudah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya. Bila belum memenuhi, dilakukan revisi/penyetelan baik di bengkel hingga mencapai target. Tahapan ini akan dilakukan berulang-ulang kali hingga diperoleh data tentang temperatur yang tepat untuk mendapatkan waktu produksi yang optimal.

2.4. Peragaan ; Pada tahap ini mesin yang sudah selesai diuji dan memberikan hasil sesuai tujuan kegiatan, selanjutnya dilakukan peragaan berupa penerapan oven pengering kopra bagi kelompok usaha kopra “Sari Alang” Kabupaten Selayar. Mitra dalam kegiatan ini adalah kelompok petani yang mempunyai pekerja yang sudah terampil dalam mengolah kelapa menjadi kopra sebagai mata pencaharian utama untuk menghidupi kebutuhan keluarganya. Selain itu juga di buatkan buku petunjuk mulai dari

(10)

pemilihan material, peralatan yang digunakan, pembuatan oven, cara pengoperasian sampai pada cara perawatan oven yang telah dibuat.

Gambar 3. Penjelasan cara penggunaan dan Penyerahan Oven Pengering kepada Mitra 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengujian Alat

Pengujian alat oven pengering kopra putih dilakukan dengan melihat sejauh mana efektivitas dari alat pengering tersebut seperti lama pengeringan yang dibutuhkan dan hasil pengeringan kopra. Kualitas kopra yang dihasilkan sangat ditentukan oleh keseragaman distribusi temperatur di setiap bagian ruang pengeringan. Peningkatan suhu yang terjadi setiap 1 jam dicatat hingga mencapai suhu stabil 50oC. Hasil pengukuran temperatur pada masing-masing rak selama interval waktu tertentu diberikan pada tabel 1.

Tabel 1 Data Hasil Pengukuran Suhu Oven Tanpa Blower (a) dan dengan blower (b).

(a) (b)

Untuk menganalisa data hasil pengukuran, analisa varians dua faktor diterapkan. Analisa varians ini bisa menjelaskan kondisi pada rak yang berbeda serta pada menit pengeringan yang berbeda sekaligus. Dari hasil analisa varians dapat disimpulkan bahwa pada oven tanpa blower distribusi temperatur pada rak yang berlainan adalah berbeda (tidak terdistribusi dengan baik) sedangkan pada oven dengan blower distribusi temperatur pada rak yang berlainan adalah tidak berbeda (temperatur sudah terdistribusi dengan baik).

Kinerja oven pengering seperti laju penurunan kadar air selama waktu pengeringan tertentu diberikan pada gambar 4.

(11)

Gambar 4. Laju penurunan kadar air selama waktu pengeringan 3.2 Hasil Pengujian Kualitas Kopra

Perbandingan kopra hasil pengasapan dan pengovenan diberikan pada gambar 2. Kopra hasil pengasapan berwarna agak hitam karena terjadinya penumpukan jelaga pada permukaan luar kopra. Walaupun di satu sisi pelapisan ini berpengaruh baik namun secara visual kurang diminati oleh para pedagang pengumpul sehingga harganya lebih rendah.

Kopra hasil pengovenan berwarna putih bersih dan tidak terdapat jamur. Harga kopra ini dipasaran umumnya 3X lebih tinggi dari pada kopra hitam.

(a) (b)

Gambar 5. Perbandingan Kopra hasil pengasapan (a) dan hasil pengovenan (b)

Tabel 2 memberikan data kadar minyak kopra, kadar air dan kadar asam lemak bebas dari kopra hasil pengeringan. Data ini merupakan data pengujian laboratorium terhadap kopra hasil pengeringan yang dibuat.

Tabel 2. Data Pengukuran Kadar Minyak Kopra

No Suhu Bahan Lama Kadar Air

(%) Kadar Minyak (%) Kadar Asam Lemak Bebas (%) 1 40-50oC Kopra Putih Sampel 1 25 jam 9,54 55,35 0,07 2 40-50oC Kopra Putih Sampel 2 25 jam 10,52 53,46 0,04 3 40-50oC Kopra Putih Sampel 3 25 jam 10,36 53,63 0,06 4. KESIMPULAN

Hasil dari kegiatan ini adalah diberikannya bantuan berupa oven pengering kopra putih kepada mitra pengabdian. Untuk menjamin kesinambungan pengetahuan yang telah diberikan pada saat penyuluhan, pengawasan dan pembimbingan tetap diadakan secara periodik sebelum diyakini bahwa para pekerja di kelompok tani tersebut sudah mengerti sepenuhnya.

Sesuai dengan rencana, target dan luaran yang dicapai pada pada kegiatan pengabdian di desa Borong borong, Kecamatan Bontomatenea, Kabupaten Selayar ini adalah tersedianya oven pengering kopra

(12)

putih dapat digunakan untuk menghasilkan kopra putih. Diharapkan dengan adanya contoh oven pengering ini bias menjadi rujukan bagi kelompok tani yang lain untuk membuat oven pengering yang sejenis.

5. DAFTAR PUSTAKA

Gunarif. dkk. 1987. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. Media Yatama Sarana Perkasa : Jakarta Sugiono AP, Bambang. 1995. Dasar-dasar Termodinamika Teknik dan Perpindahan Panas. Bandung: Pusat

Pengembangan Pendidikan Politeknik

Sugito dkk. 1995. Analisa mesin pemanas. Jakarta: PT Praditya Paramita.

Sularso dan Kyokatsu Suga. 1991. Dasar-Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT Praditya Paramita.

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Tim pelaksana sangat berterimah kasih atas dukungan pendanaan Politeknik Negeri Ujung Pandang melalui DIPA Politeknik Negeri Ujung Pandang sesuai dengan surat perjanjian Pelaksana Program Pengabdian Masyarakat No.023/PL10.13/PM/2017, Tgl. 12 April 2017.

(13)

I

b

M KELOMPOK TANI SIPAKAYYA KAMPUNG PABBICARAE DESA

TONDONGKURA KABUPATEN PANGKEP

Muhammad Arsyad Suyuti1), Rusdi Nur2)dan Muh. Iqbal M3) 1),2),3)

Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar ABSTRACT

Targets and outcomes to be achieved in the community service in Kampung Pabbicarae, Tondongkura Village, Pangkep District which became priority and has been agreed with the partners are; 1). The availability of facilities such as; electric welding machine, hand grinding machine, hand drilling machine, cutting saw, hand vise and other hand tools that can be used to maintain, repair and modification agricultural equipment. 2). Five (5) farmer group members have the knowledge and skills to repair and modified agricultural equipment. The methods used to achieve the outcome target are; 1). Preparing the equipment and materials needed in community service, 2). To create and duplicate training modules for bench work and plates, 3). To provide counseling and mentoring to 5 members of farmer groups for 2 months with frequency of meeting 4 times. Conclusion of the implementation of community service is a member of the farmer group already has the knowledge and skills in maintaining, repairing and modification agricultural machinery tools.

Keywords;Sipakayya Farmer Group, Tondongkura, Agricultural Equipment, Knowledge and Skills, Repair and Modify

1. PENDAHULUAN

Kecamatan Tondong Tallasa merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pangkep yang berada di daerah dataran tinggi (pegunungan) dan memiliki luas wilayah 111,2 Km2. Kecamatan ini terdiri dari 6 kelurahan/desa yaitu Desa Bulu’ Tellue, Desa Malaka, Desa Bantimurung, Desa Tondongkura, Desa Lanne dan Desa Bonto Birao dengan jumlah penduduk sekitar 9.611 jiwa (BPS Kab. Pangkep & Kepulauan, 2013).

Kampung Pabbicarae merupakan salah satu kampung pada daerah sangat terpencil dan tertinggal yang terletak di Desa Tondongkura Kecamatan Tondong Tallasa dengan berpenduduk sekitar 100 KK, sedangkan jumlah keseluruhan penduduk di desa Tondongkura sendiri sekitar 500 KK. Jarak Desa Tondongkura dari Pangkajene (ibukota kabupaten) adalah 33,3 Km dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat ± 1 jam. Adapun Kampung Pabbicarae berjarak ± 15 Km dari jalan poros desa Tondongkura dengan kondisi jalan masih jalan tanah, sebagian sudah pengerasan dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat selama 30 menit. Sejak tahun 2015 lalu daerah ini sudah mendapat penerangan listrik dari PLN. Sembilan puluh delapan persen (98 %) penduduknya berprofesi sebagai petani sawah.

Kelompok tani “Sipakayya” adalah kelompok tani yang berada di Kampung Pabbicarae Desa Tondongkura. Kelompok ini memiliki anggota sebanyak 25 orang dengan tingkat pendidikan dari SD s.d SMA. Jumlah peralatan pertanian yang mereka miliki adalah 20 unit traktor tangan dan 25 unit perontok padi. Luas lahan sawah dan kebun yang dikelolah oleh kelompok ini adalah sekitar 180 Ha.

Dalam mengolah lahan sawah dan kebun, kelompok ini menggunakan alat-pertanian seperti; cangkul, bajak, traktor tangan, dan mesin perontok padi untuk menghasilkan gabah. Kondisi lahan pertanian yang tidak rata dan berbatu menyebabkan peralatan pertanian seperti roda traktor tangan dan pembajak sering mengalami kerusakan.

Berdasarkan hasil pertemuan dengan pengurus kelompok tani “Sipakayya”, diperoleh informasi bahwa alat-alat pertanian yang rusak sangat sulit diperbaiki karena tidak tersedianya bengkel las di kampung Pabbicarae ini. Jika mereka ingin memperbaiki alat-alat pertaniannya, maka mereka harus membawa kebengkel las di jalan poros Desa Tondong Kura-Pangkep yang jaraknya sekitar ±15 Km. Komponen-komponen traktor yang sering rusak (patah, bengkok, robek, atau retak) antara lain; roda traktor, pisau pembajak, pengarah pembajak, dudukan mesin, stering, dan pegangan pengereman. Sedangkan pada alat perontok padi, komponen yang sering rusak adalah jeruji-jeruji perontok, poros, dan rangka. Beberapa penyebab kerusakan alat pertanin ini adalah frekuensi pemakaian yang tinggi, akibat gesekan dan benturan 1Korenspondensi: Muhammad Arsyad Suyuti, Telp. 081341573347, muhammadarsyadsuyuti@poliupg.ac.id

(14)

dengan bebatuan di sawah, karat dan aus, kondisi medan sawah yang tidak rata atau bertingkat-tingkat setiap petak, dan kualitas pengelasan di bengkel yang tidak kuat. Bengkel las yang menjadi tumpuan petani dalam memperbaiki alat-alat pertaniannya yang berada jauh dari kampung Pabbicarae harus melayani perbaikan alat pertanian dari 6 desa yang berada di kecamatan tersebut. Biaya perbaikan untuk satu titik pengelasan adalah Rp. 15.000,- dan penggantian 1 buah daun roda traktor membutuhkan biaya Rp.55.000,- perdaun. Dengan demikian untuk memperbaiki satu roda traktor yang terdiri dari 12 daun membutuhkan biaya sebesar Rp.660.000,-. Sedangkan biaya untuk memperbaiki pembajak yang patah, bengkok, atau retak sebesar Rp. 100.000,-. Biaya sebesar ini sangat memberatkan petani dalam memperbaiki alat-alat pertaniannya.

Kondisi peralatan pertanian pada kelompok tani ini yang sering mengalami kerusakan dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

(a) Ruji Perontok Sering Patah Ruji (b) Daun Sirip Roda Sering Patah

(c) Rem Kemudi Patah (d) Pembajak Sering Patah Gambar 1. Kondisi peralatan pertanian di Kampung Pabbicarae Desa Tondongkura

2. METODE PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Adapun metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk pencapaian target luaran seperti berikut ini;

1. Pengadaan peralatan dan bahan pengabdian. Peralatan dan bahan yang diadakan dalam kegiatan ini : a. Mesin las listrik 120 A, 900 Watt 1 unit j. Kacamata safety, 1 buah.

b. Mesin gerinda tangan, 1 unit. k. Palu-palu 2 buah. c. Mesin bor tangan, 1 unit. l. sikat kawat 1 buah

d. Kikir pelat 1 buah m Topeng las, 2 buah

e. Penggores, 1 buah n. Sarung tangan las, 2 pasang. f. Mata bor 1-12 mm, 1 set o. Penitik, 1 unit.

(15)

g. Batu gerinda, 1 dos p. Pengaris 3

h. Elektroda diameter 2,6 mm 1 dos q. Besi plat, besi siku, besi holo, besi beton. i. Elektroda diameter 3,2 mm 1 dos

Dan juga tedapat beberapa peralatan yang disewa diantaranya Infocus, laptop, dan roll kabel untuk kegiatan presentasi materi pelatihan. Peralatan tersebut diatas yang diadakan untuk mitra dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Peralatan yang diadakan dalam kegiatan pengabdian.

2. Melakukan pembuatan dan penggandaan modul pelatihan pengelasan sejumlah 5 exemplar yang menjadi penuntun dalam melakukan pengelasan. Materi modul pengelasan ini terdiri beberapa sub pokok bahasan seperti berikut ini;

a. Pengertian pengelasan. b. Mesin las listrik

c. Kelengkapan las listrik. d. Dasar-dasar mengelas. e. Elektroda.

f. Keselamatan kerja

3. Mendesain dan membuat spanduk pengabdian seperti ditunjukkan pada gambar 3

Gambar 3. Desain spanduk pengabdian masyarakat

4. Melakukan pelatihan terhadap 5 orang anggota kelompok tani selama sebulan sebanyak 4 kali pertemuan

5. Melakukan pendampingan selama 1 bulan untuk memantau progres kegaiatan kelompok tani dalam menggunakan peralatan untuk merawat dan memperbaiki peralatan pertanian.

6. Menyelesaikan laporan kemajuan, laporan akhir, dan artikel ilmiah. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelatihan perbaikan dan modifikasi mesin alat pertanian pada anggota kelompok Sipakayya di kampung Pabbicarae, Desa Tondongkura, Kec. Tondong Tallasa, Kab. Pangkep dilaksanakan secara intensif selama 4 kali pertemuan pada tanggal 06-13-20-27, bulan Juni, tahun 2017. Kegiatan penyuluhan dimulai pada pukul 09.30 setelah peserta dari anggota kelompok tani sudah

(16)

berkumpul. Anggota kelompok tani yang hadir sebanyak ± 5 orang. Kegiatan persiapan dilaksanakan satu jam sebelum acara dimulai berupa mempersiapkan genset, memasang spanduk, merangkai infocus dan laptop, mempersiapkan alat-alat yang akan d i s e r a h k a n kepada kelompok tani.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh protokol diwakili ketua tim pengabdian. Pada acara pembukaan protokol memperkenalkan tim pelaksana pengabdian serta menyampaikan ucapan terima kasih kepada kelompok Sipakayya karena telah bersedia menerima dan meluangkan waktunya untuk hadir pada kegiatan ini. Pada kesempatan ini tim pelaksana pengabdian juga menjelaskan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana salah satu peran dosen dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu berkewajiban menyebar luaskan bidang ilmu pengetahuan yang dikuasai atau implementasi temuan dari hasil penelitian melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok-kelompok petani, peternak, pengrajin, usaha kecil menengah yang ada di masyarakat.

Gambar 4. Dokumentasi pembukaan dan pelatihan teori dasar pengelasan

Kegiatan selanjutnya setelah kata sambutan yaitu memberikan materi pelatihan tentang; pengertian pengelasan, mesin las listrik, kelengkapan las listrik, dasar- dasar mengelas, elektroda, dan keselamatan kerja las. Pada pemberian materi teori pengelasan ini oleh salah seorang anggota tim, peserta sangat antusias mengikuti penjelasan dari pemateri. Kegiatan ini berjalan selama 90 menit. Dokumentasi dari kegiatan penyuluhan perawatan, perbaikan dan modifikasi mesin alat pertanian diperlihatkan pada gambar 4.

Pada akhir penyuluhan dilakukan penyerahan secara simbolis peralatan yang disumbangkan kepada kelompok tani oleh ketua pelaksana pengabdian kepada masyarakat. Pada kesempatan ini pula ketua kelompok tani Sipakayya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dan besar harapannya agar kegiatan kerjasama ini terus berjalan setiap tahun, serta menyampaikan agar desa mereka bisa dijadikan sebagai desa binaan Politeknik Negeri Ujung Pandang dalam menerapkan hasil-hasil penelitian khususnya yang berkaitan dengan teknologi tepat guna. Adapun dokumentasi kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 5

(17)

Pada hari berikutnya (pertemuan ke-2) dilanjutkan dengan demonstrasi penggunaan alat-alat yang telah serahkan kepada mitra di lokasi kelomok tani Sipakayya. Kegiatan ini dimulai dengan penjelasan penggunaan peralatan bengkel seperti; mesin las listrik, mesin gerinda tangan, dan mesin bor tangan. Pada pertemuan ini anggota pelaksana pengabdian menjelaskan dan memperagakan secara langsung cara menghidupkan mesin las, merangkai kabel las, cara mengatur arus las, cara menetukan arus las berdasarkan diameter elektroda, teknik menyalakan busur las listrik, teknik mengelas dibawah tangan. Selain itu juga dipergakan penggunaan gerinda tangan dan mesin bor tangan. Dalam kesempatan ini tim pelaksana pengabdian kepada masyarakat juga menjelaskan cara penggunaan peralatan safety dalam pengelasan. Dokumentasi kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 6.

Pahari kedua dilanjutkan pelatihan dilanjutkan dengan demonstrasi penggunaan peralatan yang sudah diterima oleh mitra kelomok pada lokasi kelomok tani Sipakayya. Kegiatan ini dimulai dengan memperkenalkan penggunaan peralatan bengkel seperti; mesin las listrik, mesin gerinda tangan, dan mesin bor tangan. Pada tahap ini anggota pelaksana pengabdian memperagakan secara langsung bagaimana

menghidupkan mesin las, memasang kabel las, cara mengatur arus las, cara mentukan arus las berdasarkan diameter elektroda, tekanik menyalakan busur las listrik, teknik mengelas dibawah tangan. Dokumentasi kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Penjelasan secara praktek oleh anggota pelaksana pengabdian

Pada pertemuan ke 3 setelah didemonstrasikan penggunaan peralatan bengkel yang telah diserahkan oleh anggota peaksana pengabdian, maka selanjutnya beberapa anggota kelompok tani melakukan latihan mengelas dengan mencoba memotong pelat dan besi beton dan mengelas secara langsung. Adapun dokumentasi kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Latihan praktek mengelas pada anggota kelompok tani

Pada pertemuan ke-4, tim pelaksana pengabdian bersama-sama dengan kolompok tani melakukan kegiatan perbaikan roda traktor dan perontok padi milik anggota kelompok tani. Dokumentasi kegiatan

(18)

ini dapat dilihat pada gambar 8 berikut:

Gambar 8. Kegiatan perbaikan mesin alat pertanian

Selama proses pelaksanaan pelatihan dan pendampingan, tim pelaksana kegiatan pengabdian melakukan pengamatan kepada anggota pelatihan dan juga ada wawancara terhadap materi yang mereka peroleh, metode kegiatan pelatihan dan kejelasan penyampaian instruktur dalam kegiatan ini. Umumnya anggota kelompok tani menyampaikan bahwa pelatihan yang dilakukan oleh tim sangat baik dan materi yang didapatkan sangat dibutuhkan dalam merawat, memperbaiki, dan memodifikasi mesin alat pertanian yang rusak. Dan tim pelaksana pengabdian sangat berkompoten di bidangnya.

Dari hasil pemantuan pada a n g g o t a kelompok tani S i p a k a y y a diperoleh informasi bahwa dengan adanya bantuan peralatan berupa mesin las, mesin gerinda tangan, mesin bor, dan perkakas tangan lainnya sangat besar manfaatnya bagi anggota kelompok tani mereka. Alat mesin pertanian yang mengalami kerusakan sudah dapat diperbaiki sendiri, bahkan mereka bukan hanya memperbaiki alat mesin pertanian yang rusak tetapi sudah bisa mengelas pekerjaan lain seperti kendaraan roda empat yang mengalami kerusakan sambungan las sudah dapat diperbaiki dan mengelas pagar. Anggota kelompok tani menggunakan peralatan mesin las, mesin gerinda tangan, mesin bor, dan perlatan lainnya untuk memperbaiki peralatan pertanian yang rusak secara bergantian.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat pada kelompok tani Sipakayya adalah; 1. Anggota kelompok tani sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk penggunaan

peralatan bengkel pabrikasi seperti mesin las listrik, mesin bor, dan mesin gerinda.

2. Anggota kelompok tani sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan merawat, memperbaiki dan memodifikasi alat-alat pertanian.

3. Kelompok tani sudah memiliki peralatan yang memadai dalam melakukan perawatan, perbaikan dan memodifikasi alat mesin pertanian.

5. DAFTAR PUSTAKA

BPS Kab. Pangkep dan Kepulauan. 2016. Kabupaten Pangkep dan Kepulauan dalam Angka 2016. BPS Kab. Pangkep dan Kepulauan. Pangkajene.

Harsono Wiryosumarto, 1996, Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradnya Paramita, Jakarta Maman Supratman, 2001, Teknik Mengelas, Pustaka Grafika

Sriwidharto, 1992, Petunjuk Kerja Las, PT. Pradnya Paramita, Jakarta W. Kenyon, 1985, Dasar-dasar Pengelasan, PT. Erlangga, Jakarta 6. UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada: 1). Kemenristekdikti atas dana rutin program penelitian dan pengabdian masyarakat tahun 2017 yang telah diberikan. 2). Direktur dan Ketua UPPM Politeknik Negeri Ujung Pandang yang memberikan kesempatan untuk mengikuti program IbM ini. 3) Kolompok tani Sipakayya atas kerjasamanya sebagai mitra pelaksanaan program IbM. 4) Semua pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan pengabdian masyarakat ini.

(19)

I

b

M PENDIDIKAN SMK DALAM PENGGUNAAN MATLAB UNTUK OPERASI

MATEMATIKA DAN KELISTRIKAN DASAR PADA GURU DAN SISWA SMK

A. M. Shiddiq Yunus1), Sukma Abadi2), Makmur Saini3)dan Muhammad Ruswandi Djalal4)

1),2),3),4)

Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

One teaching method that might be applicable in improving students and teachers’ enthusiasm in learning and teaching process is using software. Appropriate software may give an attractive simulation and could avoid a fatal error and a damage of practical equipments when they are operated in improper way. One of well-known software for simple to complex Mathematics and Electrical Circuit Simulation is MATLAB which is used in this actvity. This activity is aimed to improve Student and Teacher capability at SMK Darussalam Makassar in using MATLAB for basic operation of Mathematics and Electrical Circuit which are tough in Electrical Engineering Department, SMK Darussalam through workshop. Questionnaires were employed to determine the progress of participant’s knowledge before and after the workshop. The stages of workshop’s material are: Software Introduction, Mathematics Operation using M-FILE MATLAB, and Electrical Circuit using SIMULINK-MATLAB. This activity has been conducted and finalized in August 2017 and obtained positive response from the participants.

Keywords: MATLAB, Simulation, Electrical Circuit 1. PENDAHULUAN

Tenaga pengajar pada SMK Darusalam Makassar berjumlah 63 orang untuk tujuh program studi. Salah satu program studinya adalah program studi ketenagalistrikan. Salah satu Mata Pelajaran yang diajarkan adalah Mata Pelajaran Matematika dan Rangkaian Listrik. Kedua Mata Pelajaran ini sangat penting sebab merupakan dasar ilmu bagi pengembangan pelajaran di bidang ketenagalistrikan. Matematika merupakan Mata Pelajaran yang sangat penting terutama untuk analisa instalasi kelistrikan sedangkan Mata Pelajaran Rangkaian Listrik sangat penting bagi mata pelajaran-mata pelajaran bidang kelistrikan yang lainnya.

Kedua mata pelajaran tersebut selama ini masih diajarkan dengan cara konvensional sehingga kadang kurang menarik dan sulit untuk dikembangkan, oleh sebab itu dibutuhkan suatu metode dan perangkat yang cocok untuk memudahkan dan meningkatkan motivasi pembelajaran sekaligus memudahkan untuk melakukan simulasi yang dalam hal ini dengan menggunakan MATLAB. MATLAB merupakan suatu alat pemrograman sekaligus alat visualisasi yang menawarkan banyak kemampuan untuk menyelesaikan berbagai kasus yang berhubungan langsung dengan disiplin keilmuan matematika, fisika, rekayasa teknik, dll. Matlab dibangun dengan bahsa induknya yakni bahasa C. MATLAB adalah bahasa pemrograman level tinggi yang dikhususkan untuk komputasi teknik (Gunaidi Abdia Away, 2014).

Dari persoalan di atas , maka target dan luaran dapat di jabarkan sebagai berikut:

Dengan mengikuti pelatihan ini maka diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para guru dan beberapa siswa terkait di dalam menggunakan MATLAB sebagai perangkat lunak yang dapat digunakan untuk operasi Matematika dan simulasi Rangkaian Listrik Dasar, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses belajar mengajar untuk kedua Mata Pelajaran tersebut.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan IbM ini maka akan diadakan uji pengetahuan awal dan akhir, yakni uji pengetahuan tentang MATLAB sebelum dan setelah pelatihan serta respon peserta setelah mengikuti pelatihan, sehingga diharapkan akan dapat mengukur statistik kepuasan serta kemampuan para Guru dan Siswa terkait.

2. METODE PELAKSANAAN PENGABDIAN 2.1. Solusi Bagi Persoalan Mitra

(20)

Salah satu persoalan mitra yang utama sebagaimana telah disebutkan di atas adalah berkaitan dengan tidak adanya perangkat lunak yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembelajaran seperti Matematika dan Rangkaian Listrik sehingga semakin meningkatkan minat Guru dan Siswa di dalam proses belajar mengajar untuk kedua mata pelajaran tersebut. Salah satu software yang cukup memadai (power full) yang banyak digunakan tidak hanya untuk membantu proses belajar mengajar namun juga ditingkat penelitian dan professional adalah MATLAB (www.mathworks.com). Sehingga diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan baik Guru dan Siswa semakin meningkatkan kemampuan dan minat belajar mengajar untuk mata pelajaran Matematika dan Rangkaian Listrik Dasar.

2.2. Uraian Prosedur dan Rencana Kerja

Dalam kegiatan IbM ini, prosedur dan rencana kerja dapat diuraikan seperti pada tabel berikut: Tabel 1. Uraian Prosedur dan Rencana Kerja

No Kegiatan Unsur-Unsur Kegiatan

1. Persiapan Materi - Penyusunan materi pelatihan berdasarkan kondisi prirotas permasalahan di lapangan

- Persiapan Pemateri 2. Kunjungan Lapangan/Kajian

lanjutan di Lapangan

- Pertemuan dengan beberapa perwakilan Guru dan Siswa terkait dengan mata pelajaran Matematika dan Rangkaian Listrik Dasar

- Kunjungan fasilitas Komputer

- Pencatatan tambahan hasil kunjungan lapangan sebagai bahan tambahan bagi rencana pemantapan kegiatan IbM - Penentuan lokasi pelatihan, waktu, dan hal-hal teknis

lainnya.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan - Pelatihan dengan metode: a. Perkuliahan

b. Praktek c. Diskusi d. Mentoring e. Video

4. Evaluasi - Feedback peserta

- Quesioner peserta untuk Uji Awal dan Akhir 5. Laporan Kegiatan - Laporan hasil kegiatan

- Seminar Hasil

- Publikasi Hasil Kegiatan IbM 2.3. Partisipasi Mitra dalam Program

Dalam program IbM ini, mitra ikut terlibat langsung dalam kegiatan baik saat kajian lanjutan di lapangan untuk memberikan akses informasi seluas-luasnya kepada pelaksana kegiatan terutama berkaitan dengan kondisi SMK Darussalam Makassar khususnya terkait dengan masalah teknis. Di samping itu mitra juga akan berpartisipasi langsung dalam kegiatan inti pelatihan yang mencakup materi teori, pengenalan dan penggunaan MATLAB.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian ini telah selesai 100% dengan mengacu pada tahapan kegiatan seperti pada Tabel 1. Adapun hasil analisis quisoner yang diberikan kepada peserta sebelum dan setelah pelatihan dapat di lihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

(21)

Gambar 1. Score Kemajuan Knowledge Peserta dalam penggunaan MATLAB Tabel 2. Nilai rata-rata score kemajuan peserta

No Jumlah Peserta Score Rata-Rata Uji Awal Score Rata-Rata Uji Akhir

Score Peningkatan Rata-Rata Uji ((d)-(c))

(a) (b) (c) (d) (e)

1 19 1,11 82, 22 81, 11

Total jumlah peserta adalah 19 orang dimana distribusi seluruhnya bergender pria, hal ini dikarenakan seluruh peserta siswa pada jurusan teknik listrik kelas 3 memang tidak ada yang bergender wanita. Dari Tabel 2 dapat terlihat besar progress kemajuan pengetahuan peserta sebelum dan setelah pelatihan meningkat cukup signifikan dengan rata-rata kenaikan sebesar 81,11 point. Sehingga pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil. Kegiatan ini pun mendapat sambutan yang sangat baik dari pihak managemen sekolah maupun pihak peserta itu sendiri sehingga kedepannya kegiatan ini mereka harapkan dapat terus berlanjut. Berikut foto-foto kegiatan pengabdian dapat dilihat pada gambar 2-4.

(a) (b)

UJI AWAL UJI AKHIR

Series1 1.11 82.22 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Bo bo t S co rin g

(22)

(c) (d) Gambar 2.Pelaksanaan kegiatan pelatihan penggunaan MATLAB 4. KESIMPULAN

1) Kegiatan ini merupakan kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan memperkenalkan metode pengajaran alternatif dengan menggunakan software MATLAB pada mata pelajaran Matematika dan Rangkaian Listrik Dasar.

2) Dari hasil uji pengetahuan awal dan akhir diperoleh kesimpulan bahwa peserta telah mengalai kemajuan pemahaman dalam penggunaan MATLAB dengan progress rata-rata 81,11.

3) Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat khususnya SMK Darussalam dan berharap agar kegiatan seperti ini dapat terus berlangsung.

5. DAFTAR PUSTAKA

Abdia A. Gunadi, The Shorcut of Matlab Programming, 2014, Penerbit INFORMATIKA http://www.mathworks.com

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesr-besarnya kepada pihak UPPM PNUP yang telah membiayai kegiatan ini melalui dana BOPTN dan ucapan terimakasih kepada pihak sekolah SMK Darussalam khususnya jurusan Teknik Listrik atas bantuannya dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini.

(23)

PELATIHAN INTERNET SEHAT DAN DESAIN WEB UNTUK IBU-IBU PKK DI DEPOK

Sri Puji Utami1), Ummi Azizah Rachmawati2), Nova Eka Diana3)

1), 2), 3)

Dosen Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas YARSI, Jakarta

ABSTRACT

The proposed community engagement program has two main agendas: how to securely access information via the internet and build a simple web page using Wordpress platform. The object of this program is the homemakers of PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) in Tugu area, district of Cimanggis, Depok. We proposed the activities after discussion and assessing objects’ knowledge of information technology. Most of them have a little knowledge on securely browsing the internet and building a simple web page for broadcasting their community activities. We conduct a three days training in CAP (Community Access Point) of Tugu area. We hope that the participants would able implementing their knowledge on ensuring the security of their family’ internet surfing experience after attending the program. Furthermore, they know and confident to create a simple website to promote their activities or communities.

Keywords: internet, web, PKK, Tugu

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Seiring dengan globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, kebutuhan akan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga meningkat, baik di organisasi perusahaan, sekolah-sekolah maupun masyarakat umum. Kebutuhan akan TIK pada masyarakat umum antara lain untuk dapat meningkatkan taraf kehidupannya. Kompetensi TIK dapat memberikan kemandirian bagi masyarakat yang belum memiliki mata pencaharian tetap serta dapat meningkatkan tingkat ekonominya bagi yang telah memiliki usaha tetapi ingin mengembangkannya sampai dengan tingkat nasional maupun global.

Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Depok, pada tahun 2014 mendapatkan hibah seperangkat fasilitas TIK berupa PC sebanyak 6 (enam) buah, switch satu buah, UPS dua buah, kamera serta infocus. Sarana tersebut merupakan hibah dari Kemenkominfo untuk dapat diberdayakan sebagai Community Access Point (CAP). Pengoperasian CAP diserahterimakan kepada ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) Kelurahan Tugu agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Ibu-ibu PKK Kelurahan Tugu memiliki kegiatan yang cukup banyak seperti Posyandu, Lansia, Paud, Konseling Remaja/KDRT, serta Majelis Taklim.

Ibu-ibu PKK yang merupakan mitra pengusul mengharapkan sarana CAP yang sudah ada dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat. Saat ini sedikit dari ibu-ibu yang tergabung dalam PKK memiliki pemahaman tentang penggunaan perangkat keras jaringan yang tersedia di CAP. Hal tersebut yang menyebabkan fasilitas CAP belum dapat dimanfaatkan. Ibu-ibu PKK juga belum memiliki kemampuan untuk mengakses internet secara aman. Di satu sisi, internet menyediakan informasi yang sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan keterampilan seseorang, di sisi lain, tidak sedikit informasi yang tidak baik dan layak dikonsumsi terutama oleh anak-anak.

Ibu-ibu PKK juga berharap dapat memanfaatkan internet sebagai sarana mereka untuk menulis dan berbagi informasi, karenanya mereka berharap dapat memiliki kemampuan membuat web sederhana. Ibu-ibu PKK di kelurahan Tugu, Depok, terbagi atas beberapa Pokja. Pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini yang terlibat sebagai mitra adalah Pokja I yang antara lain menangani produk-produk lokal seperti tanaman hias dan produk dari buah belimbing.

Analisis Situasi

Ibu-ibu PKK yang dilatih ini belum mengetahui bagaimana menggunakan internet secara aman. Informasi di internet banyak yang baik tetapi banyak pula yang buruk atau merusak. Mereka memerlukan kompetensi ini selain untuk diri mereka juga untuk keluarga di rumah. Mereka akan dapat memantau anak-anaknya dalam menggunakan internet.

(24)

Ibu-ibu PKK yang dilatih ini belum memiliki kemampuan untuk membuat web sederhana. Web sederhana dapat dimanfaatkan untuk mereka membagi informasi dan pengalaman dalam bentuk laporan yang dapat dimanfaatkan bagi ibu-ibu lainnya maupun masyarakat umum.

Tinjauan Pustaka

“Community Access Point (CAP) merupakan program Kemenkominfo yang diadakan untuk membantu

masyarakat miskin di pedesaan. Secara sosial, CAP dapat memberikan manfaat pendidikan (e-learning), kesehatan (tele-medicine), layanan pemerintah (e-government). Sementara secara ekonomi, CAP dapat memberikan dukungan bisnis melalui layanan dasarnya, yakni penayangan informasi, akses harga pasar, trend konsumen, pencetakan, pembuatan situs untuk pemasaran hasil usaha. Sedangkan secara edukasi, CAP juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan komputer, bahasa Inggris, internet. Di Indonesia, konsep dan inisiatif pembentukan CAP yang pernah dibuat, belum menunjukkan ke arah seperti yang diharapkan, sehingga pengembangan dan pemberdayaannya kurang optimal. Indikasinya, seperti yang terungkap di lapangan, belum ditunjang oleh sistem manajemen dan proses kerja yang efektif, karena masih adanya multi intepretasi terhadap guidelines bussiness models dan kurang mendukungnya SDM, sangat membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem manajemen dan proses kerja. Pemberdayaan CAP untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan perlu dukungan semua pihak dan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah dimana CAP berlokasi. Hal ini penting dilakukan agar CAP juga dapat mendukung program pemerintah dan prioritas unggulan produk masyarakat lokal dalam kerangka mengembangkan potensi ekonomi daerah, yang berujung kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat” (Puslitbang APTEL - SKDI (Kominfo), 2008). Program ini sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI No. 19/PER/M.KOMINFO/12/2010.

Tim Penggerak PKK berada di tingkat pusat sampai dengan desa/kelurahan, PKK dikelola dan digerakkan oleh Tim Penggerak PKK yang diketuai oleh isteri Pimpinan Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa/Lurah), secara fungsional. Dapat dikemukakan bahwa kunci berkembangnya program dan kegiatan PKK, justru ada peran nyata diwujudkan oleh istri Pimpinan Daerah.

Strategi PKK dalam upaya menjangkau sebanyak mungkin keluarga, dilaksanakan melalui “Kelompok Dasawisma”, yaitu kelompok 10 – 20 KK yang berdekatan. Ketua Kelompok Dasawisma dipilih dari dan oleh anggota kelompok. Ketua Kelompok Dasawisma membina 10 rumah dan mempunyai tugas menyuluh, menggerakkan dan mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya, seperti adanya ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang sakit, orang yang buta huruf dan sebagainya. Informasi dari semuanya ini harus disampaikan kepada kelompok PKK setingkat diatasnya, yang akhirnya sampai di Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan.

Anggota Tim Penggerak PKK adalah para relawan, yang tidak menerima gaji, baik perempuan maupun laki-laki, yang menyediakan sebagian dari waktunya untuk PKK. Walaupun Sasaran PKK adalah keluarga, khususnya ibu rumahtangga, perempuan, sebagai sosok sentral dalam keluarga. Ia tidak hanya mengurus soal kehidupan rumahtangganya dan mengasuh anak saja. Banyak diantara ibu rumah tangga yang membantu suaminya, bahkan berusaha menambah pendapatan keluarga dengan berjualan (Tim Penggerak PKK Bantul, 2015).

Secara singkat, internet sehat dapat didefinisikan dengan berinternet dengan aman, nyaman dan bertanggungjawab. Di Indonesia Internet Sehat sudah menjadi sebuah gerakan komunitas, dengan alamat web InternetSehat.org.

Gerakan Internet Sehat muncul karena aktifitas Internet di dunia maya saat ini masih terbilang bebas tanpa ada aturan hukum yang ketat, banyaknya aktifitas-aktifitas Internet secara ilegal ini membuat Internet menjadi teknologi yang cukup berbahaya, aktifitas ilegal yang paling umum biasanya adalah Warez (pelanggaran hak cipta suatu karya), Cyber Bullying (penghinaan dan kata-kata kasar di internet), penghinaan dan pelecehan SARA, konten dewasa dan aktifitas kejahatan lainnya.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam ber-Internet secara sehat, antara lain:

 Menghindari situs atau forum yang berbahasa (menjurus ke aktifitas kejahatan internet)

 Memasang aplikasi Parental Control bagi orang tua yang anaknya yang sudah mengenal dan menggunakan internet

 Memberikan sosialisai kepada anak sejak dini soal hal baik dan hal buruk saat menggunakan internet Menggunakan DNS yang bisa memblok situs berbahaya seperti situs judi, situs dewasa yang lainnya (misal: DNS Nawala).

(25)

Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Bersifat statis apabila isi informasi website tetap, jarang berubah, dan isi informasinya searah hanya dari pemilik website. Bersifat dinamis apabila isi informasi website selalu berubah-ubah, dan isi informasinya interaktif dua arah berasal dari pemilik serta pengguna website. Contoh website statis adalah berisi profil perusahaan, sedangkan website dinamis adalah seperti Friendster, Multiply, dan lain-lain. Dalam sisi pengembangannya, website statis hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja, sedangkan website dinamis bisa diupdate oleh pengguna maupun pemilik (Fadila, 2012).

Macam-macam fungsi web adalah sebagai berikut :

- Media Promosi : Sebagai media promosi dapat dibedakan menjadi media promosi utama, misalnya website yang berfungsi sebagai search engine atau toko Online, atau sebagai penunjang promosi utama, namun website dapat berisi informasi yang lebih lengkap daripada media promosi offline seperti koran atau majalah.

- Media Pemasaran : Pada toko online atau system afiliasi, website merupakan media pemasaran yang cukup baik, karena dibandingkan dengan toko sebagaimana di dunia nyata, untuk membangun toko online diperlukan modal yangr relatif lebih kecil, dan dapat beroperasi 24 jam walaupun pemilik website tersebut sedang istirahat atau sedang tidak ditempat, serta dapat diakses darimana saja. - Media Informasi : Website portal dan radio atau tv online menyediakan informasi yang bersifat

global karena dapat diakses dari mana saja selama dapat terhubung ke internet, sehingga dapat menjangkau lebih luas daripada media informasi konvensional seperti koran, majalah, radio atau televisi yang bersifat lokal.

- Media Pendidikan : Ada komunitas yang membangun website khusus berisi informasi atau artikel yang sarat dengan informasi ilmiah misalnya wikipedia.

- Media Komunikasi : Sekarang banyak terdapat website yang dibangun khusus untuk berkomunikasi seperti forum yang dapat memberikan fasilitas fasilitas bagi para anggotanya untuk saling berbagi informasi atau membantu pemecahan masalah tertentu.

2. METODE

Metode pelaksanaan pengabdian pada masyarakat diuraikan dalam tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan:

 Mengkoordinasikan kegiatan dengan pihak mitra,  Mempersiapkan modul pelatihan,

 Mengundang peserta pelatihan yaitu ibu-ibu PKK Kelurahan Tugu Depok, yang menjadi mitra tim kami,

Mempersiapkan instruktur workshop yang terdiri dari dosen dan mahasiswa FTI,

 Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelatihan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, pelatihan TIK dilaksanakan di ruang PKK Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Menggunakan perangkat PC yang tersedia di ruang tersebut (fasilitas CAP) sebanyak 6 (enam) buah serta laptop dari peserta sebanyak 4 (empat) buah, dan 2 (dua) buah modem Bolt serta proyektor LCD. Pada pelaksanaan pelatihan, dibantu oleh 3 (tiga) orang mahasiswa FTI sebagai asisten. Pelatihan dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali dengan pembicara utama yang berbeda.

3. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, untuk pelatihan internet sehat, dilakukan evaluasi kompetensi peserta pelatihan, yang dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner kepada para peserta sebelum dan setelah pelatihan. Untuk pelatihan desain web, peserta langsung membuat web pribadinya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengabdian pada masyarakat berupa pelatihan Internet Sehat dan desain web untuk ibu-ibu PKK Kelurahan Tugu telah dilaksanakan. Di awali dengan kegiatan persiapan yaitu menyiapkan sarana

(26)

Community Access Point yang terletak di kelurahan Tugu agar dapat digunakan untuk pelaksanaan pelatihan. Persiapan ini dilaksanakan pada tanggal 7 November 2015.

Pelaksanaan pelatihan Internet Sehat yang pertama, diadakan pada tanggal 21 November 2015, diikuti oleh 10 (sepuluh) orang. Peserta terdiri dari ibu-ibu PKK, remaja karang taruna dan pegawai kelurahan. Pada kegiatan ini peserta mendapatkan penjelasan tentang apa itu internet, bagaimana pengguna bisa saling terkoneksi melalui internet, bagaimana data yang dikirim melalui internet dapat diambil atau dicuri atau disalahgunakan, bagaimana virus atau malware dapat mengganggu perangkat yang digunakan. Peserta juga mendapat penjelasan tentang materi atau konten di internet yang bermacam-macam. Ada yang layak untuk dikonsumsi oleh anak-anak dan ada yang tidak, karenanya anak-anak perlu pendampingan saat menggunakan internet. Penipuan juga bisa dilakukan melalui internet dengan adanya situs-situs yang menyerupai aslinya. Perlunya kewaspadaan dalam menggunakan akun. Password baiknya sering diganti. Jangan meninggalkan situs tanpa logout terlebih dahulu. Internet juga memiliki banyak manfaat. Melalui internet bisa belajar dengan gratis, berwirausaha, menambah ilmu dan wawasan. Pada akhirnya semua tergantung kepada si pengguna untuk dapat memanfaatkan internet secara optimal. Perlunya orang tua, guru, dan lingkungan untuk menjaga anak-anak dari pengaruh negatif internet.

Setelah penyuluhan atau pemaparan materi internet sehat, kegiatan dilanjutkan dengan praktek instalasi perangkat lunak Safe Kiddy dan UC Browser. Safe Kiddy dapat membantu orang tua untuk memantau penggunaan internet yang dilakukan putra-putrinya. UC Browser dapat membantu menyaring situs-situs yang sebaiknya dihindari.

Pelaksanaan pelatihan Internet Sehat yang kedua, diadakan pada tanggal 2 April 2016, diikuti oleh 4 (empat) orang. Peserta terdiri dari ibu-ibu PKK. Materi yang disampaikan sama dengan pelatihan yang pertama. Pada pelatihan ini peserta yang hadir yang berbeda dengan pelatihan yang pertama.

Pelaksanaan pelatihan Desain Web, diadakan pada tanggal 26 April 2016, diikuti oleh 8 (delapan) orang. Peserta terdiri dari ibu-ibu PKK, remaja karang taruna. Pada pelatihan Desain Web, disampaikan antara lain keuntungan dari pembuatan web pribadi yang dapat digunakan antara lain untuk melatih menulis dan berbagi ke orang lain, untuk promosi, untuk berjualan dan lain-lain.

(27)

Tabel 1. Hasil Kuesioner Awal Pelatihan Internet Sehat.

Tabel 2. Hasil Kuesioner Penutup Pelatihan Internet Sehat

# Keterangan :

(28)

Gambar 2. Beberapa Hasil Pelatihan Desain Web. 4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami peroleh adalah :

1. Kegiatan pelatihan telah terlaksana sesuai dengan target yang diinginkan yaitu tumbuhnya motivasi dari ibu-ibu PKK untuk senantiasa menambah ilmu serta wawasan TIK secara mandiri ataupun berkelompok untuk meningkatkan kompetensinya.

2. Pentingnya internet sehat untuk diterapkan di keluarga masing-masing dan lingkungan.

3. Perlunya kemampuan membuat web sederhana untuk berbagi informasi, promosi dan penjualan produk.

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Yayasan YARSI yang telah mendanai kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini.

5. REFERENSI

Puslitbang APTEL - SKDI (Kominfo). 2008. Community Access Point

http://perpustakaan.balitbang.kominfo.go.id/perpustakaan/index.php?p=show_detail &id=223 diakses 14 April 2015

Tim Penggerak PKK Bantul. 2015. Tujuan dan Pengorganisasian PKK

http://pkk.bantulkab.go.id/tujuan-dan-pengorganisasian-pkk/, diakses 14 April 2015 Fadila, L. 2012. Pengertian dan Fungsi ISP, Web, Modem, dan Line Telepon

http://lutfifadila.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-dan-fungsi-isp-web-modem-dan.html

Internet Sehat, InternetSehat.org, 2012

Setiawan, Ahmad Budi. 2013. Penanggulangan Dampak Negatif Akses Internet di Pondok Pesantren Melalui Program Internet Sehat,

http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/aptika-ikp/files/2013/02/Penanggulangan-Dampak-Negatif-Akses-Internet-Di-Pondok-Pesantren-Melalui-Program-Internet-Sehat.pdf

(29)

IbM DESA BATTANG - UPAYA PENGEMBANGAN PRODUKSI DAN PEMASARAN

MADU BAGI MASYARAKAT PEMBURU MADU HUTAN

Khaerati1), Ariandi2) 1)

Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Cokroaminoto Palopo, 91921 Palopo Sulawesi Selatan

2)Dosen Program Studi Biologi, Fakultas Sains, Universitas Cokroaminoto Palopo, 91921 Palopo Sulawesi Selatan ABSTRACT

Forest areas in the village of Battang are forest areas that are utilized by the community for their livelihoods to obtain wood and non-wood products so that the community needs to maintain the forest ecosystem. Plants contained in the forest is a source of nectar for the forest bees to produce honey. Forest honey is one type of honey produced from the type of forest bee (Apis dorsata) obtained by honey forest hunters. Forest honey is natural honey that does not get the influence of fertilizer, pesticides and the consequences of air pollution, so it is safe for consumption. This activity aimed to assisted honey hunter group in managing the production of the honey forest with good quality and quantity, providing packaging that has a standard quality, making labels on product packaging, and marketing honey to the community. During this time the price of forest honey sold at low prices this is caused by the packaging of products that do not have standard quality, so the target to be achieved is to produce forest honey with quality product packaging and get P-IRT from the city government Palopo. Through this IbM program has been able to improve the quality and quantity of forest honey production in Battang urban village. The methods used in this community service activity has training, guidance, and assistance forest honey hunter group in Battang urban village to manage forest honey business. Key words: Battang village, production, marketing of honey

PENDAHULUAN Analisis Situasi

Kelurahan Battang merupakan daerah yang terletak disebelah barat kota Madya Palopo, provinsi Sulawesi Selatan, Kelurahan Battang berbatasan langsung dengan kabupaten Toraja Utara. Secara geografis Kelurahan Battang merupakan daerah pegunungan, dihuni oleh masyarakat adat Ba’tan yang telah ada sejak zaman Belanda. Seiring berjalannya waktu, Kampung Battang berubah status menjadi Desa Battang di bawah pemerintahan Kabupaten Luwu. Pada tahun 2004, pemerintah memekarkan Desa Battang menjadi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Padang Lambe, Kelurahan Battang dan Kelurahan Battang Barat. Wilayahnya terdiri dari pegunungan yang berselimut hutan belantara dan berdiri di 1500 meter dari permukaan laut, seperti kebanyakan wilayah pegunungan (Mulyadi, 2013).

Kawasan hutan di desa Battang merupakan kawasan hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mata pencahariannya mendapatkan produk kayu maupun non kayu, sehingga masyarakat perlu menjaga ekosistem hutan tersebut. Tanaman yang terdapat di dalam hutan merupakan sumber nektar bagi lebah hutan untuk menghasilkan madu (Farida, 2010). Madu hutan merupakan salah satu jenis madu yang diproduksi dari jenis lebah hutan yang didapatkan oleh pemburu madu hutan. Madu hutan adalah salah satu jenis madu alami yang tidak mendapatkan pengaruh dari pupuk, pestisida dan akibat dari polusi udara, sehingga aman untuk dikonsumsi (Puslitbang Kehutanan, 2013).

Lokasi mitra terpilih adalah di desa Battang, hal ini disebabkan karena desa Battang merupakan penghasil madu hutan yang ada di Kota Palopo. Mitra yang akan diajak kerjasama pada program IbM ini adalah masyarakat pemburu hutan yang menjual madu hutannya di pinggir jalandesa Battang (poros Palopo-Toraja). Lokasi mitra pertama berjarak ±13 km dari kota Palopo, pemburu madu hutan tersebut mengelolah madu hutannya secara langsung di dalam hutan dan menjualnya di toko miliknya yang letaknya di pinggir jalan dengan menggunakan botol bekas sebagai kemasan madu hutannya. Usaha madu hutan sudah dijalankan selama 5 tahun. Lokasi mitra ke dua berjarak ±15 km dari kota Palopo, pemburu madu hutan tersebut mengelolah madu hutannya secara langsung di rumah kebun dan menjualnya di gubuk bambu miliknya yang letaknya di pinggir jalan dengan menggunakan beranekaragam botol bekas sebagai kemasan madu hutannya. Usaha madu hutan sudah dijalankan selama 2 tahun. Kedua mitra tersebut hanya menggunakan alat sederhana untuk mengambil sari madu dari sarang lebah yang didapatkan dalam hutan Battang. Madu tersebut dimasukkan langsung dalam botol kemasan tanpa melalui proses penyaringan. Tutup 1

Gambar

Gambar 3. Penjelasan cara penggunaan dan Penyerahan Oven Pengering kepada Mitra 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Laju penurunan kadar air selama waktu pengeringan 3.2 Hasil Pengujian Kualitas Kopra
Gambar 5. Dokumentasi penyerahan peralatan dan foto bersama dengan anggota kelompok tani
Gambar 6. Penjelasan secara praktek oleh anggota pelaksana pengabdian
+7

Referensi

Dokumen terkait

BEP (Break Event Point) merupakan jumlah dan nilai minimal yang harus diperoleh agar dapat menutup total biaya. Berdasarkan hasil perhitungan BEP diperoleh nilai produksi per

LPSE  Kejaksaan  Agung  Republik  Indonesia  mempunyai  tugas  memfasilitasi  ULP  dalam  melaksanakan  kegiatan  Pengadaan  Barangj Jasa  Secara  Elektronik 

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi UMKM untuk meningkatkan pengetahuan pelaku bisnis melalui pelatihan dan pendampingan bagaimana proses produksi dan bagaimana

Mengingat program pelatihan dan pendampingan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Untuk Pembuatan Lampu Hias pada setiap ibu rumah tangga dan pemuda karang taruna di

Metode yang digunakan adalah memberikan pelatihan tentang teknik komunikasi pemasaran, pelatihan dan pendampingan tentang E-Commerce; Memberikan bantuan alat berupa

Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan pengemasan yogurt yang dilakukan mampu meningkatkan ketrampilan kelompok ibu rumah tangga

Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus mempunyai potensi untuk memilih model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik siswa dan tuntutan kurikulum

Setelah dilakukan pelatihan, maka tim pengabdian masyarakat melakukan pendampingan kepada mitra untuk memastikan mitra telah mampu secara mandiri menerapkan dan