• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pupuk Hayati dan Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pupuk Hayati dan Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

62

(2)

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria

pH H2O (1:2,5) - 6,2 Agak masam

pH KCl (1:2,5) - 5,1 -

C-Organik % 1,25 Rendah

N-Total % 0,14 Rendah

C/N - 12 Sedang

K2O Potensial mg/100 g 26 Sedang

P2O5 Potensial mg/100 g 19,5 Rendah

P2O5 Bray 1 mg/kg 15,3 Rendah

Kejenuhan Basa % 31,5 Rendah

KTK cmol/kg 21,9 Sedang

Susunan Kation

Nadd cmol/kg 0,1 Rendah

Cadd cmol/kg 3,7 Tinggi

Kdd cmol/kg 0,3 Sedang

Mgdd cmol/kg 2,8 Rendah

Al3+ cmol/kg 0,3 Rendah

H+ cmol/kg 1,4 -

Tekstur

Pasir % 5

Liat

Debu % 33

Liat % 62

(3)

Lampiran 2. Data Curah Hujan Wilayah DAS Cirasea, Kecamatan

Ciparay, Kabupaten Bandung Selama 10 Tahun Terakhir

Bulan Tahun

Sumber : Data curah hujan biasa DAS Cirasea, Kec. Ciparay, Kab. Bandung

Bulan Rata-rata Curah Hujan (mm) Kriteria menurut oldeman Januari Bulan Lembab (BL) : curah hujan 100-200 mm/bulan

(4)

Lampiran 2. (Lanjutan)

a. Tipe utama klasifikasi Oldeman terdiri dari 5 tipe berdasarkan jumlah BB berturut-turut, yaitu :

Tipe Utama Jumlah Bulan Basah Berurutan

A >9

B 7-9

C 5-6

D 3-4

E <3

b. Sub divisi klasifikasi Oldeman terdiri dari 4 sub divisi berdasarkan pada jumlah BK berturut-turut, yaitu :

Sub Divisi Jumlah Bulan Kering Berurutan

1 <2

2 2-3

3 4-6

(5)

Lampiran 2. (Lanjutan)

Dalam hubungannya dengan pertanian tanaman pangan, Oldeman mengemukakan penjabaran tiap-tiap iklim sebagai berikut :

Tipe

Iklim Penjabaran

A1A2

Dapat ditanam padi sawah terus-menerus, tetapi produksinya kurang baik karena radiasi matahari kurang

B1

Dapat ditanam padi sawah terus-menerus dengan produksi yang cukup baik karena radiasi matahari cukup

B2 Dapat ditanam padi sawah dua kali dan palawija satu kali

C1 Dapat ditanam padi sawah satu kali dan palawija dua kali

C2C3C4

Dapat ditanam padi sawah satu kali dan palawija dua kali tetapi untuk palawija kedua harus berhati-hati

D1

Dapat ditanam padi sawah (berumur pendek) satu kali dan palawija satu kali

D2D3D4

Dapat ditanam padi sawah (berumur pendek) satu kali atau palawija satu kali

E1 Hanya mungkin ditanami palawija 1 kali

Jumlah Bulan Basah (BB) berturut-turut adalah 3 Jumlah Bulan Kering (BK) berturut-turut adalah 4

(6)

Lampiran 2. (Lanjutan)

Data rata-rata curah hujan harian (mm) dari bulan Juli - Oktober 2011 :

Tanggal Bulan

Juli Agustus September Oktober

1 14 0 20 0

(7)

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Padi Sawah Kultivar Ciherang

Nama Varietas : Ciherang

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih

Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3

(8)

Lampiran 3. (Lanjutan)

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500m dpl.

Pemulia : Tarjat T,Z.A. Simanullang,E.Sumadi dan Aan A.Daradjat

Alasan utama dilepas : Lebih tahan HDB dibanding IR64, Produktivitas tinggi,mutu dan rasa nasi setara IR64, indeks glikemik rendah

Dilepas tahun : 2000

(9)

Lampiran 4. Hasil Uji Mutu Pupuk Hayati Biovita

HASIL ANALISIS MIKROBIOLOGI

Pengirim Sampel : PT. VITAFARM INDONESIA Tanggal : 10 Maret 2011

Nama Sampel : Pupuk Hayati Biovita Nomor Sampel : S79

1. Kandungan dan jumlah populasi mikroba

2. Uji fungsional

No. Jenis Mikroba Kriteria

(positif/negatif)

1. Bakteri penambat N2 Positif

2. Bakteri penambat N2 Positif

3. Bakteri pelarut fosfat Positif

4. Bakteri pelarut fosfat Positif

3. Uji patogenitas

No. Metode Kriteria

(positif/negatif)

1. Nekrosis tembakau Negatif

4. Analisis logam berat*

No. Jenis

Analisis Hasil Satuan Metode

1. As 0,17 Ppm Oksidasi basah, HNO3 + HClO4, AAS –

*Dianalisis di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran (2011).

(10)

Lampiran 5. Tata Letak Percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

I II III IV

H1 H5 H5 H6

H6 H0 H1 H3

H2 H2 H6 H4

H0 H3 H3 H5

H4 H4 H4 H2

H3 H1 H0 H1

H5 H6 H2 H0

Ket :

H0 = Kontrol (tanpa pupuk)

H1 = Pupuk N, P, K dosis rekomendasi H2 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha

H3 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, K dosis rekomendasi

H4 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, (¼ dosis rekomendasi) dan K H5 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, (½ dosis rekomendasi) dan K H6 = Pupuk hayati Biovita 400 g/Ha + Pupuk N, P, (¾ dosis rekomendasi) dan K

3 m

3,5 m 50 cm

30 cm

U

(11)

Lampiran 5. (Lanjutan)

Contoh Salah Satu Petak Perlakuan dan Sampel

Ket :

: Padi

: Padi sebagai border

(12)

Lampiran 6. Perhitungan Rekomendasi Pemupukan N, P, K dan Pupuk

Hayati Biovita

Luas Petak = 3 x 3,5 m = 10,5 m2

Populasi tanaman/ha = untuk konversi hasil tanaman per ha Jarak tanam 30 x 35 cm = 1050 cm2 = 0,105 m2

Populasi/ha = 10000 m2/0,105 m2 = 95238 tanaman/ha

Dosis pupuk-pupuk dasar

Contoh: urea 200 kg/ha (pemberian 100kg/ha, 50 kg/ha, 50 kg/ha) Urea/petak= (10,5 m2/10000 m2) x 200 kg = 210 g/petak

Peta pupuk dasar dosis rekomendasi

Pupuk Pemupukan ke-1 (0 HST) Pemupukan ke-2 (18 HST)

Pemupukan ke-3 (36

HST)

Urea 100 kg/ha atau 105 g/petak 50 kg/ha atau 52,5 g/petak 50 kg/ha atau 52,5 g/petak

Sp-36 50 kg/ha atau 52,5 g/petak - -

KCl 25 kg/ha atau 26,2 g/petak - 25 kg/ha atau 26,2 g/petak

Aplikasi Pupuk Hayati Biovita

Dosis pemberian Pupuk Hayati Biovita di persemaian 50 g/m2 (50 g + 5 kg kompos)

Dosis pemberian Pupuk Hayati Biovita di lahan 400 g/ha (400 g + 40 kg kompos = 40400 g)

(13)

Lampiran 7. Data dan Analisis Statistik Tinggi Tanaman Pada 3 MST

a. Tabel pengamatan

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Perhitungan dan tabel analisi varians

(14)

4. Kuadrat Tengah (KT) Kelompok = JK Kelompok

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √2,37 / 4 = 0,77

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LS

(15)

Lampiran 8. Data dan Analisis Statistik Tinggi Tanaman Pada 5 MST

a. Tabel pengamatan

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √5,62 / 4 = 1,19

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(16)

Lampiran 9. Data dan Analisis Statistik Tinggi Tanaman 7 MST

a. Tabel pengamatan

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √5,02 / 4 = 1,12

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(17)

Lampiran 10. Data dan Analisis Statistik Jumlah Anakan/rumpun Pada

3 MST

a. Tabel pengamatan

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √5,15 / 4 = 1,13

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(18)

Lampiran 11. Data dan Analisis Statistik Jumlah Anakan/rumpun Pada

5 MST

a. Tabel pengamatan

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √2,68 / 4 = 0,82

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(19)

Lampiran 12. Data dan Analisis Statistik Jumlah Anakan/rumpun Pada

7 MST

a. Tabel pengamatan

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √6,73 / 4 = 1,30

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(20)

Lampiran 13. Data dan Analisis Statistik Indeks Luas Daun

a. Tabel pengamatan

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √0,02/ 4 = 0,07

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(21)

Lampiran 14. Data dan Analisis Statistik NiIai Persamaan Regresi Indeks

rata 28,80 1,206667 34,47833 32,40033 872,7333 1,497333 935,2537 39,42457 1108,169 Keterangan :

X1 : panjang daun

(22)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Persamaan dari variabel tersebut yaitu : Y = a + b1 p + b2 l

(23)

Lampiran 14. (Lanjutan)

Harga r table untuk taraf 5 % dengan n = 30 adalah 0,361 dan 1 % adalah 0,463. Harga r lebih kecil dari dari r tabel (0,97 < 0,463 < 0,361). Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan positif dan signifikan sebesar 0,97 antara luas daun dengan perkalian panjang dan lebar, sehingga dapat dihitung dengan fungsi linear berganda(Pramudita, 2010). Koefisien determinasinasinya r2 = 0,97 = 97 %. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata luas daun satu batang tanaman hanya 97,22 % ditentukan oleh nilai perkalian p x l , melalui persamaan regresi Y =

(24)

Lampiran 15. Data dan Analisis Statistik Jumlah Malai per Rumpun

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √2,71 / 4 = 0,82

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(25)

Lampiran 16. Data dan Analisis Statistik Jumlah Gabah Isi per Malai

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √167,29 / 4 = 6,47

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasi

(26)

Lampiran 17. Data dan Analisis Statistik Bobot 1000 Butir

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √0,3 / 4 = 0,27

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(27)

Lampiran 18. Data dan Analisis Statistik Bobot Gabah per Petak

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √0,59 / 4 = 0,38

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(28)

Lampiran 19. Data dan Analisis Statistik Indeks Panen

Perlakuan Kelompok Total

Rata-rata

b. Tabel analisis varians

Sumber Ragam DB JK KT Fh F.05 Ket.

c. Uji lanjut jarak berganda duncan pada taraf 5%

Sx = √KT Galat / Kelompok

= √0.0005 / 4 = 0,01

Perlakuan Rataan Selisih Rataan LSR Hasil

(29)

Gambar

Tabel pengamatan
Tabel pengamatan
Tabel analisis varians
Tabel analisis varians
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan di atas, salah satu argumen yang paling simpel mengapa regulasi tidak dibutuhkan atas praktik di organisasi adalah bahwa mereka memang akan bersiap

Capron dan Hulldan (1999) mendefinisikan sumber daya sebagai sejumlah pengetahuan, aset fisik, manusia, dan faktor-faktor berwujud dan tidak berwujud lainnya yang dimiliki

Untuk meningkatkan kualitas personel pendidikan di sekolah menengah maka dibutuhkan pola manajemen yang efektif dalam mengelola sumber daya manusia pendidikan. Karena

implementasi Desa Maju Reforma Agraria (Damara) di Kulonbambang Kabupaten Blitar yang dilakukan oleh KPA dan Pawartaku sudah memenuhi unsur-unsur dalam tahapan

produk negara yang satu dengan lainnya dalam lingkup perdagangan barang

Perkembangan teknologi nano di Indonesia baru dimulai sejak tahun 2000-an dengan riset yang lebih banyak terfokus pada material maju terutama untuk penerapan pada

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Pakta Integritas yang ditandatangani oleh ULP/Pejabat Pengadaan pasal 12 ayat (2) huruf e Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 memuat isi ikrar untuk mencegah