• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Batang T1 132008007 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Batang T1 132008007 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kepercayaan Diri

2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi

untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui

proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam

interaksinya, individu mendapat umpan balik yang dapat berupa reward dan

punishment. Individu yang mempunyai rasa kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan

bertanggungjawab.

Kepercayaan diri menurut Bandura (dalam Martani dan Adiyanti, 1991)

merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu

berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Kepercayaan diri menurut Branden

(dalam Walgito, 1993) adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada

dalam dirinya. Hambly (1989) menambahkan bahwa kepercayaan diri adalah

keyakinan diri yang dimiliki individu dalam menangani segala situasi.

Frieda (dalam Jatman, 2000) menerangkan kepercayaan diri adalah

seseorang yang tidak meyakini mempunyai kelebihan di semua hal, akan tetapi

juga tahu mengenai kekurangan yang ada tetapi tidak terganggu, sehingga dapat

menerima kelebihan dan kekurangan tersebut sebagai bagian dari dirinya yang

(2)

kepercayaan diri merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu apa yang

dibutuhkan dalam kehidupannya sehingga tidak perlu membandingkan dirinya

dengan orang lain.

Angelis (2003) menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah suatu

keyakinan dalam hati bahwa dalam tantangan hidup apapun harus dihadapi

dengan berbuat sesuatu. Hakim (2002) menambahkan bahwa kepercayaan diri

adalah suatu keyakinan seseorang tentang segala aspek kelebihan yang

dimilikinya dan keyakinan tersebut mampu mencapai berbagai tujuan di dalam

hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kepercayaan diri

adalah keyakinan seseorang pada kemampuan yang dimilikinya, dalam mencapai

berbagai tujuan di dalam hidupnya, sehingga ia tidak perlu membandingkan

dirinya dengan orang lain.

2.1.2. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri

Sobur (1985) menyatakan individu yang mempunyai kepercayaan diri

adalah yang berani menghadapi resiko dan bertanggungjawab yang harus

diterima dari tindakan yang dilakukan yaitu kemungkinan mengalami kegagalan.

Anthony (Irawati, 2002) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri meliputi:

a. Bertanggung jawab berarti mau menerima dan menanggung resiko dari perbuatannya.

b. Rasa aman berarti tidak memiliki ketakutan dan kecemasan yang menghambat kepercayaan

dirinya.

c. Harga diri berarti mampu menyadari segala kekurangan dan kelebihan

sehingga tidak memiliki perasaan rendah diri.

d. Mandiri berarti hidup tidak tergantung pada orang lain dan selalu dapat

(3)

e. Optimis berarti menyadari kemampuan yang dimiliki dan berusaha untuk memperoleh yang terbaik dalam kehidupannya.

f. Tidak mudah putus asa berarti memiliki mental yang kuat untuk dapat

menghadapi hal-hal yang terburuk dan berani mencoba lagi setelah mengalami kegagalan.

Lauster (dalam Afiatin dan Martianah, 1998) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah optimis, bertanggung jawab atas keputusan dan perbuatannya, bersikap tenang dan berani mengemukakan pendapatnya. Menurut Lauster (1978) rasa percaya diri merupakan sikap atau perasaan yakin terhadap kemampuan diri sehingga individu yang bersangkutan tidak akan berhati-hati secara berlebihan, yakin terhadap kebebasannya/kemandiriannya, tidak mementingkan diri secara berlebihan, cenderung menjadi toleran dan ambisinya normal. Aspek kepercayaan diri menurut Lauster (1978) adalah:

a. Memiliki rasa aman : perasaan aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang disekelilingnya.

b. Yakin pada kemampuan diri sendiri : yakin pada kemampuan diri sendiri adalah merasa tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah untuk terpengaruh dengan orang lain.

c. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran : tidak mementingkan diri sendiri dan toleran adalah mengerti kekurangan yang ada pada dirinya dan dapat menerima pandangan dari orang lain.

d. Ambisi normal : ambisi yang normal adalah ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, tidak ada kompensasi dan ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan bertanggungjawab.

e. Mandiri : mandiri adalah tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan sesuatu.

f. Optimis : optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa depannya.

Suryanto (2000) mengatakan bahwa remaja atau orang dewasa yang

memiliki rasa percaya diri yang kuat biasanya populer dalam lingkungan

keluarga maupun pergaulannya. Individu tersebut sering diminta menjadi

pimpinan kelompok yang bersikap mawas diri. Proyeksi ambisinya ke arah

keberhasilan, sehingga masa depannya akan penuh dengan keberhasilan. Rasa

percaya diri dapat berpengaruh pada hasil prestasi belajar, penerimaan oleh

lingkungan, penampilan dan budi pekerti. Sebaliknya pada individu yang gagal,

rasa percaya dirinya rendah, individu kurang populer dalam pergaulan, lebih

(4)

mengalami kesulitan untuk berperan dalam lingkungan, bahkan mungkin

seolah-olah dikucilkan di lingkungannya.

Individu dengan kepercayaan diri yang rendah sering bersikap

menyalahkan orang lain atas kegagalannya, prestasi akademiknya menurun dan

akhirnya menjadi individu yang mudah mengalami frustasi, agresif, murung dan

bingung. Aziz (dalam Kumara, 1988) mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang

percaya diri diantaranya adalah merasa tidak aman, ada rasa takut, tidak bebas,

ragu-ragu, di hadapan orang lain lidah seperti terkunci, murung, pemalu dan

kurang berani, pengecut, cenderung menyalahkan suasana luar sebagai penyebab

masalah yang dihadapi. Individu yang memiliki rasa percaya diri akan percaya

pada kemampuan yang dimiliki, sanggup bekerja sendiri, bersikap optimis dan

dinamis.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis memberikan penekanan pada

keenam ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri yang dikemukakan

oleh Anthony (dalam Irawati, 2002) yaitu bertanggung jawab, rasa aman, harga

diri, mandiri, optimis, dan tidak mudah putus asa.

2.1.3. Faktor-faktor yang Membentuk Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri (di posting oleh Maz Bow pada bulan Agustus 2009 )

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal:

1. Faktor internal, meliputi: 1.1.Konsep diri

(5)

konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.

1.2.Harga diri

Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain.

Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.

1.3.Kondisi fisik

Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.

1.4.Pengalaman hidup

Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

2. Faktor eksternal meliputi

2.1.Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. 2.2.Pekerjaan

Rogers (dalam Kusuma,2005) mengemukakan bahwa bekerja dapat

mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.

2.3.Lingkungan dan Pengalaman hidup

Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang (Centi, 1995). Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor

yang mempengaruhi rasa percaya diri pada individu, yaitu faktor internal dan

(6)

Faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan pengalaman

hidup.

2.2. Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling 2.2.1. Pemanfaatan

Pemanfaatan diambil dari kata manfaat yang berarti guna. Sedangkan

dalam kamus bahasa inggris, manfaat digunakan kata use yang juga dapat diartikan menggunakan. KBBI (2002) mendefinisikan pemanfaatan ialah proses

atau perbuatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan adalah proses atau

perbuatan memanfaatkan atau menggunakan sesuatu hal.

2.2.2. Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Suryana (2004) pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling

adalah suatu proses memanfaatkan atau menggunakan jasa langsung dalam

kaitannya dengan upaya layanan bimbingan dan konseling melalui guru

pembimbing. Kegiatan bimbingan dan konseling dinamakan layanan bila

kegiatan tersebut dilakukan melalui hubungan langsung dengan sasaran layanan

dan secara langsung berkaitan dengan kebutuhan masalah tertentu dari sasaran

layanan tersebut, sehingga layanan tersebut dirasakan oleh individu yang

ditolong atau dibantu. Berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling di

sekolah saling terkait dan menunjang satu sama lainnya, sesuai dengan asas

keterpaduan dalam bimbingan dan konseling yang dapat dimanfaatkan oleh

siswa untuk mengentaskan masalahnya dan dalam memenuhi kebutuhan siswa

(7)

Saat ini ada yang beranggapan bahwa kegiatan-kegiatan layanan

bimbingan dan konseling di sekolah cukup memperbaiki bahkan meningkatkan

prestasi siswa. Dugaan ini tidak sempurna benar, yang dibuktikan oleh hasil

penelitan dari Suryana (2004) bahwa siswa dalam hal ini sebagai pengguna jasa

langsung dalam kaitannya dengan upaya layanan bimbingan dan konseling di

sekolah melalui guru pembimbing. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak sedikit

dari siswa yang menggunakan atau memanfaatkan layanan bimbingan dan

konseling untuk mengerti tentang kemampuan dirinya sehingga dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya

2.2.3. Macam-macam Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Oleh Siswa

Pelaksanaan pelayanan BK yang baik dan terprogram memlaui dengan

pemahaman tentang layanan dan dilaksanakan oleh tenaga ahli (konselor).

Dalam prosesnya layanan BK diarahkan untuk pengembangan individu yang

akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.

Dalam Depdiknas (2008) bidang bimbingan dan konseling untuk sekolah

menengah atas dibagi atas empat bidang yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar

dan karier. Berdasarkan empat bidang bimbingan diatas macam-macam

pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh siswa

meliputi:

a. Bidang Bimbingan Pribadi

1) Pemanfaatan layanan BK dalam memantapkan sikap dan kebiasaan diri yang positif.

2) Pemanfaatan layanan BK dalam pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa

(8)

3) Pemanfaatan layanan BK dalam pemantapan bakat dan minat yang dimiliki.

4) Pemanfaatan layanan BK dalam penyesuaian diri.

5) Pemanfaatan layanan BK dalam penyelenggaraan hidup sehat jasmani dan rohani.

6) Pemanfaatan layanan BK dalam mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang

diambil.

b. Bidang Bimbingan Sosial

1) Pemanfaatan layanan BK dalam penempatan kemampuan berkomunikasi secara efektif.

2) Pemanfaatan layanan BK dalam kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat

serta berargumentasi

3) Pemanfaatan layanan BK dalam kemampuan bertingkah laku sosial di rumah, sekolah dan masyarakat.

4) Pemanfaatan layanan BK dalam pemahaman tentang kondisi dan peraturan sekolah.

5) Pemanfaatan layanan BK dalam penyelesaian konflik dengan lingkungan sosial dan

orientasi keluarga.

c. Bidang Bimbingan Belajar

1) Pelaksanaan layanan BK dalam memantapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif,

efisien serta produktif.

2) Pelayanan layanan BK dalam penguasaan materi program belajar (pengenalan program

kurikulum di sekolah)

3) Pelayanan layanan BK dalam pemahaman dan pemanfaatan lingkungan fisik di sekolah

4) Pelayanan layanan BK dalam pemilihan jurusan dan orientasi belajar di perguruan tinggi.

5) Pelayanan layanan BK dalam pemantapan disiplin belajar dan berlatih.

d. Bidang Bimbingan Karier

1) Pemanfaatan layanan BK dalam proses memperoleh informasi tentang pendidikan yang

lebih tinggi.

2) Pemanfaatana layanan BK dalam memperoleh informasi dan orientasi terhadap dunia kerja.

3) Pemanfaatan layanan BK dalam memperoleh informasi tentang pengembangan karier.

4) Pemanfaatan layanan BK tentang pemahaman diri yang sesuai dengan karier yang

hendak dikembangkan.

2.2.4. Kebutuhan Siswa Akan Layanan Bimbingan dan Konseling

Pemahaman kebutuhan bersifat mendasar bagi kelangsungan hidup

manusia pada umumnya siswa itu sendiri pada khususnya. Jika siswa berhasil

dalam memenuhi kebutuhannya maka siswa merasa puas dan sebaliknya,

kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah

sehingga akan menggangu aktifitas siswa dalam belajar dan kesehariannya.

Teori Kebutuhan A. Maslow (di posting oleh Hariyanto, S.Pd pada tanggal 18 Oktober 2010)

1. Kebutuhan Fisiologis

(9)

diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.

2. Kebutuhan Keamanan

Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif.Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas).Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.

3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan

Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul.Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan.Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.

4. Kebutuhan Esteem

Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia.Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang

musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.”Kebutuhan ini

membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan.Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Slameto (1986) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling diantaranya:

a) Banyak diantara anak-anak kita tidak mengetahui kemana harus melanjutkan sekolahnya yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

b) Akibat pilihan sekolah yang tidak sesuai itu, banyak anak-anak yang terpaksa harus keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau selalu pindah sehingga memboroskan waktu dan biaya, sedangkan hasilnya dapat dikatakan nol.

c) Banyak anak-anak dan pemuda mengalami kesulitan belajar, dalam mengisi atau

(10)

Banyak pengangguran dan perbuatan asusila dan asocial yang diderita

dan dilakukan anak-anak dan para pemuda kita seperti adanya “ kumpul kebo”

dan lain-lain.

2.3. Penelitian Yang Relevan

Terdapat penelitian yang relevan dari Aziza Fitriah (2007) dengan judul

Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial pada Remaja di

Kelas II SMP Muhammadiyah 1 Malang. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat

diperoleh data bahwa antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial ada

hubungan yang signifikan rxy = 0,467; sig = 0,000<0,05. Hal ini sesuai dengan

data yang telah diperoleh dari program SPSS 11.5 for windows, menyatakan bahwa r tabel 0,254 dan r xy (r hit) 0,467, Dikatakan signifikan apabila r xy =

0,467 > r tabel = 0,254. Dengan kata lain semakin tinggi kepercayaan diri remaja

maka semakin mudah pula remaja melakukan penyesuaian sosial terhadap

lingkungan sosial disekitar mereka.

Serta penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Basrimah (2012)

dengan judul Perbedaan Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Ditinjau Dari Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling Siswa

Kelas XI SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Analisis data dengan

menggunakan rumus Uji Beda Friedman Test dimana Uji Beda Friedman Test

digunakan untuk mencari perbedaan dengan menggunakan Program SPSS 16.0 for window. Hasil uji coba Friedman Test didapat tingkat signifikansi 0,000 <

0,05 , sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada perbedaan yang

(11)

diperkuat dengan melihat nilai mean pada siswa yang memanfaatkan layanan

bimbingan dan konseling sebesar 58,29 dan sikap siswa terhadap layanan

bimbingan dan konseling sebesar 1,288. Hasil dari penelitian ini adalah ada

perbedaan yang signifikan perbedaan pemanfaatan layanan bimbingan dan

konseling ditinjau dari sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling.

Semakin tinggi sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling, maka

semakin tinggi pula pemanfaatannya.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan yang

signifikan antara pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling dengan

kepercayaan diri pada siswa kelas IX D SMP Negeri 4 Batang Semester II Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Responden diminta untuk menyumbangkan sebagian dari uang tersebut untuk disumbangkan kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) berdasarkan informasi yang disediakan dalam kuesioner,

Hasil penelitian memperlihatkan kadar kreatinin serum broiler betina yang di injeksi kombinasi tylosin dan gentamisin broiler betina tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05). Tylosin dan

Keluhan subyektif adalah keluhan yang dirasakan pada saat bekerja di Pengolahan Debu Kapas UD Tuyaman Desa Sidomukti Kabupaten Kendal.. Keluhan yang dirasakan pada

Poppy Indriani dan Harjahdi (2013) Pengambilan Keputusan Transaksi Berdasarkan Analisis Teknikal Dan Fundamental Pengambilan Keputusan dalam transaksi emas di perdagangan

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik antara lain: ilmiah, manusia sebagai instrument, menggunakan metode kualitatif, analisis data secara induktif, deskriptif,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan bisnis antara nasabah dengan bank syariah. Oleh karena itu diperlukan gambaran yang mendalam tentang Integrasi

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa program BRI Peduli Pasar Rakyat (BRI Pesat) merupakan bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility yang

o Epicardium, lapisan terluar dinding jantung dan tempat ditemukannya pembuluh darah besar dan saraf. Lapisan dalam epikardium disebut membrana serosa