BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Perijinan Penelitian
Langkah yang harus ditempuh penulis sebelum melakukan
penelitian adalah melakukan izin pra penelitian dengan membuat surat izin
pra penelitian yang ditujukan kepada Kepala SMP N 10 Salatiga dengan
maksud dan tujuan untuk melaksanakan beberapa kegiatan seperti uji
instrumen penelitian dan melakukan post test kepada kelas XI yang
dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai selesai.
Setelah pra penelitian selesai lalu penulis membuat surat yang
ditujukan kepada Kepala SMP N 10 Salatiga dengan maksud untuk
melakukan penelitian dengan melaksanakan treatment pada kelas XI C yang
dilaksanakan dari bulan Agustus sampai selesai dengan dilampiri surat izin
pra penelitian maupun penelitian dikeluarkan dan ditandatangani oleh
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW.
4.1.2 Tes Awal (Pre Test)
Pre test pada pertemuan pertama dilaksanakan penulis pada 25 Juli
dengan menyebarkan inventori keterampilan sosial kepada seluruh kelas XI
Hasil dari pre test yang diberikan kepada kelas XI C, dianalisis
penulis untuk mengetahui siswa yang memiliki tingkat stres akademik
tinggi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa yang mempunyai tingkat
stres akademik tinggi terdapat 6 siswa yang mempunyai stres akademik
sangat tinggi dan 4 siswa stres akademik tinggi yang dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok kontrol berjumlah 5 orang dan kelompok
eksperimen berjumlah 5 orang.
Tabel 4.1 Deskripsi Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Nama Jenis Kelamin Nama Jenis Kelamin
FA Perempuan LN Perempuan
DP Laki–laki RA Perempuan
FS Perempuan YT Laki–laki
NS Perempuan DT Perempuan
DA Perempuan MN Perempuan
Pada tabel 4.2 di bawah ini akan dipaparkan hasil skor pre test
stres akademik kelompok kontrol dan kelompok eksperimen :
Tabel 4.2 Skor pre test kelompok kontrol dan eksperimen
No Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Nama Total
3 FS 194 Tinggi YT 202 Sangat
Tinggi
4 NS 204 Sangat
tinggi
DT 188 Tinggi
5 DA 186 Tinggi MN 176 Tinggi
Sangat Tinggi 202 - 228 Tinggi 176–201 Sedang 150-175 Rendah 124 - 149 Sangat Rendah 98–123
Dalam tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa ada 2 kelompok dalam
penelitian ini yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Didalam
kelompok kontrol terdapat 5 siswa yang mempunyai skor pre
testtinggi-sangat tinggi dan kelompok eksperimen terdapat 5 siswa yang mempunyai
skor pre testtinggi-sangat tinggi . Jumlah siswa dalam penelitian ini adalah
10. Yang membedakan adalah kelompok eksperimen diberikan treatment
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan treatment.
Sebelum melakukan treatment antara kelompok kontrol dan
eksperimen di uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16 for windows.
Hasil dari uji homogenitas menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan
ditunjukkan sig. 0,530> 0,05, dengan demikian maka penelitian dapat
dilanjutkan.
Tabel 4.3
Uji Homogenitas Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
pretest Eksperimen 5 6.10 30.50
Kontrol 5 4.90 24.50
Total 10
Pretest
Mann-Whitney U 9.500
Wilcoxon W 24.500
Z -.629
Asymp. Sig. (2-tailed) .530 Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .548
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok
Setelah dilakukan uji homogenitas pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terbukti bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok tersebut yang ditunjukkan dengan sig.
0,530> 0,05, sedangkan skor rata kelompok kontrol 4,90 dan skor
rata-rata kelompok eksperimen 6,10.
4.1.3 Perlakuan (Treatment)
Treatment menurunkan stres akademik memakai teknik Stress
Inoculation Training diberikan penulis sesuai dengan rancangan yang dibuat
oleh penulis selama 8 sesi yang dilaksanakan. Treatment mulai tanggal 9
Agustus 2016 sampai 16 Agustus 2016. Adapun sesi kegiatan pemberian
treatment sebagai berikut :
1. Pertemuan kedua ( layanan ke–1 ) hari Selasa, 9 Agustus 2016
Layanan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK dengan durasi
waktu 40 menit. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan panduan yang
a. Mengembangkan Hubungan Interpersonal (Rapport)
Pada sesi ini konselor mulai mengembangkan hubungan dengan
konseli. Dengan berkenalan pada konseli dan menjelaskan tujuan mereka
berkumpul dengan konselor. Setelah itu konseli diminta untuk berjanji
untuk tidak menceritakan apapun permasalahan yang akan dibahas
selama proses kegiatan berlangsung.
b. Menjelaskan Tujuan dari Stress Inoculation Training
Konselor menejelaskan Tujuan dari Stress Inoculation Training
tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan seperangkat keterampilan
untuk menghadapi situasi stres di masadepan.
c. Menjelaskan Stres Akademik
Konselor menjelaskan pengertian dari stres akademik yaitu stres
yang muncul karena adanya tekanan-tekanan untuk menunjukkan prestasi
dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin
meningkat sehingga siswa semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan
tuntutan. sehingga menyebabkan stress. Setelah tanya jawab dengan
konseli, sebelum konselor menutup kegiatan, konselor meminta
perjanjian untuk pertemuan selanjutnya. Setelah itu kegiatan ditutup
dengan doa. Lalu, konselor tidak lupa mengucapkan terimakasih.
d. Deskripsi Hasil Layanan
` Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke–2
2. Pertemuan ketiga ( layanan ke–2 ) hari Rabu, 10 Agustus 2016
Layanan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK dengan durasi waktu 40
menit.
a. Menjelaskan Sifat dari Reaksi
Sebelumnya konselor mengucapkan terimakasih karena bersedia
mengikuti kegiatan kembali. Setelah itu kegiatan dimulai dengan berdoa.
Konselor pada sesi ini menjelaskan bagaimana rekasi dari ketegangan
dan kecemasan ketika mengalami stres akademik. Lalu konselor memnita
agar harus tetap melakukan tindakan atau perilaku yang positif.
b. Menggambarkan Reaksi pada Suatu Situasi
Disini konselor memberikan gambaran apa permasalahan yang
terjadi ketika kalian mengalami stres akademik lalu bagaimana reaksinya
berpikir terus menerus tentang apa yang harus kalian lakukan? apakah
kalian menangis tanpa alasan? atau merasa mulut kering, merasa sakit
kepala atau juga merasa takut?. Pemimpin kelompok menanyakan
kesiapan anggota kelompok, setelah ditanya anggota kelompok
menjawab siap, maka dilanjutkan dengan tahap atau kegiatan
berikutknya.
c. Memberikan Informasi Tentang Kegunaan Keterampilan Coping
Disesi ini konselor memberikan informasi. Keterampilan dan
strategi apa saja yang digunakan sesuai dengan permasalahan yang
konseli hadapi. Seperti :
1. Mengumpulkan informasi yang objektif atau faktual tentang situasi
stres
2. Mengidentifikasi cara mengurangi stres
3. Strategi coping paliatif
4. Metode Relaksasi Mental
5. Metode Relaksasi Fisik
Setalah itu konselor menutup kegiatan dengan mengadakan
perjanjian terlebih dahulu, setelah itu ditutup dengan doa penutup
d. Deskripsi Hasil Layanan
Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke–3
3. Pertemuan keempat ( layanan ke 3 ) hari Kamis, 11 Agustus 2016
Layanan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK pada saat jam pelajaran
BK dengan durasi waktu 40 menit.
a. Mengumpulkan Informasi yang Objektif atau Faktual Tentang Situasi
Stres. Sesi dimulai dengan berdoa dan tak lupa konselor mengucapkan
terimakasih sudah berkumpul kembali. Pada sesi ini konselor membantu
mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh konseli FS
dengan permasalahan selalu jengkel kalau nilai pelajaran UN khususnya
matematika mendapatkan nilai jelek, konseli tidak tau harus bagaimana.
Disini konselor memberikan penjelasan apa yang dimaksudkan oleh FS.
Lalu teman-teman yang lain mencoba untuk memberikan informasi
kepada FS. Dari konseli DP dia memberikan informasi mungkin kurang
rajin dalam belajar atau kurang maksimal. Setelah itu konseli FS
mencoba menyadari akan kesalahannya dan konselor berharap untuk
b. Mengidentifikasi Cara Mengurangi Stres. Pada permasalahan konseli DP
yaitu kalau lagi stres banyak tugas pengennya marah sama orang-orang
yang ada disekitar konseli. Sebelum konseli melakukan tindakan fisik
atau kata-kata kasar, konselor mencoba menyadari akan kesalahan
konseli. Konseli diharapkan dapt mencari jalan keluar dari permasalahan
yang klien hadapi. Lalu konseli memberikan keinginan ketika
menghadapi masalah akademiknya yaitu menengkan pikiran untuk
sementara waktu sampai emosinya mereda. Dan konselor berharap untuk
kedepnannya bisa diperbaiki lagi..
c. Strategi Coping Paliatif. Konseli NS mempunyai permasalahan ketika
kelas 7 SMP. Dimana dia melaporkan temannya karena temannya
menyontek ulangannya. lalu dia melapornya kepada gurunya . setelah itu
temannya kena teguran setelah itu temannya marah-marah kepada
konseli dan sampai sekarang kalo ketemu tidak pernah mau menyapa
apalagi sekarang satu kelas yang membuat konseli jadi kepikiran terus.
Mau belajar juga kepikiran terus membuat dia menjadi stres. Disini
konselor memberikan strategi coping paliatif dimana strategi ini
digunakan ketika seseorang mengalami stres yang tidak terkendali.
Caranya untuk mengendalikan stres atau mengurangi stres konseli dapat
memikirkan hal yang membuat lucu atau juga dapat berelaksasi
permainan.
d. Relaksasi Mental. Konseli DA mempunyai permasalahan ketika ulangan
teknik relaksasi mental. Artinya diajarkan untuk pengalihan
perhatiannya. Coba mengalihkan untuk memikirkan bagaimana
perjuangan orangtuanya untuk dapat menyekolahkan konseli dan
memberikan yang terbaik untuk konseli. Konseli membayangkan jika
orangtua tahu kalau konseli mendapatkan nilai yang tidak sempurna,
mungkin orangtuanya akan merasa kecewa. Lalu konseli berjanji untuk
membuat orangtuanya bangga dengan hasil yang dia peroleh.
e. Metode Relaksasi Fisik. Konseli FA mengalami peermasalahan sulit tidur
ketika mendapatkan banyak tugas, lalu tugasnya belum selesai. Disini
konselor memilihkan metode relaksasi fisik.Dimana konseli diajarkan
untuk teknik pernapasan yang berguna menenangkan pikiran.Bisa
digunakan sebelum ujian atau sebelum tidur atau bisa juga digunakan
ketika mengalami stres agar pikiran menjadi tenang. Setelah sesi kegiatan
selesai ditutup dengan doa dan perjanjian untuk pertemuan selanjutnya.
f. Deskripsi Hasil Layanan
Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama
kegiatan berlangsung:
Tabel 4.6 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke 4
4. Pertemuan kelima ( layanan ke–4 ) hari Jumat, 12 Agustus 2016
Layanan dilaksanakan dengan waktu 40 menit, yang dilakukan diluar jam
pelajaran BK.
a. Mendeskripsikan 4 Fase Kognitif Coping. Ada empat fase yang penting
dalam pembelajaran untuk menggunakan mengatasi pikiran. Pertama
adalah bagaimana konseli menafsirkan situasi awalnya, dan bagaimana
konseli berpikir tentang menanggapi atau mempersiapkan untuk
menanggapi. Kedua benar-benar berurusan dengan situasi. Ketiga
menghadapi apa pun yang terjadi selama situasi yang benar-benar
memprovokasi. Setelah situasi, konseli belajar untuk mendorong diri
Anda untuk berurusan dengan perasaan dengan cara yang tidak
menyakitkan.
b. Pemodelan Mengatasi Pikiran. Dirangkum untuk masing-masing empat
fase mengatasi: mempersiapkan situasi, menghadapi situasi, mengatasi
saat-saat kritis, dan memperkuat diri untuk menghadapi. Disini konselor
memberikan contoh pemodelan dari mengatasi pikiran.
c. Cara Mengatasi Pikiran. Konselor harus mendorong konseli untuk
"mencoba" dan menyesuaikan pikiran dengan cara apa pun yang dialami
oleh konseli.
d. Praktek Konseli dari Coping. Beberapa dari konseli diminta untuk
mencoba membayangkan permasalahan yang terjadi secara nyata. Lalu
dijelaskan oleh konselor. Kegiatan diakhiri dengan doa dan meminta
persetujuan untuk dilajutkan pertemuan selanjutnya.
e. Deskripsi Hasil Layanan
Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama
kegiatan berlangsung:
Tabel 4.7 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke - 5
Aspek yang
5. Pertemuan kenam ( layanan ke–5 ) hari Sabtu, 13 Agustus 2016
Layanan dilaksanakan dengan waktu 40 menit.
a. Pemodelan Penerapan Keterampilan Coping. Koselor harus pertama
memodelkan bagaimana konseli dapat menerapkan keterampilan yang
baru diperoleh ketika menghadapi situasi stres.di sini adalah contoh dari
demonstrasi pembantu dari proses ini dengan konseli. Akan lebih baik
mulai menggunakan metode relaksasi untuk tetap tenang dan
menggunakan pikiran berupaya untuk mempersiapkan diri untuk
menangani situasi ini secara konstruktif.
b. Aplikasi Keterampilan Coping Dalam Praktek Imajinasi dan Role Play.
kedua aksi langsung dan keterampilan koping kognitif.praktek dapat
terjadi dalam dua cara: imajinasi dan role play, berguna untuk konseli
berlatih keterampilan coping sambil membayangkan situasi masalah
terkait. praktek ini dapat diulang sampai klien merasa sangat nyaman
dalam menerapkan strategi mengatasi situasi dibayangkan. maka klien
dapat pratek keterampilan menghadapi bantuan pembantu di role play
dari situasi masalah. praktek bermain peran harus mirip dengan situasi
perjumpaan konseli. Misalnya, konseli marah kita bisa mengidentifikasi
situasi tertentu dan orang-orang dengan siapa ia kemungkinan besar
untuk meledakkan atau kehilangan kontrol. konseli dapat membayangkan
setiap situasi (dimulai dengan yang paling dikelola) dan membayangkan
menggunakan keterampilan coping. Kemudian konseli dapat melatih
keterampilan mengatasi dalam bermain peran.
c. Deskripsi Hasil Layanan
Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan
berlangsung:
Tabel 4.8 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke - 6
6. Pertemuan tujuh ( layanan ke–6 ) hari Senin, 15 Agustus 2016
Layanan dilaksanakan dengan waktu 40 menit, yang dilakukan diluar jam
pelajaran BK.
a. Menjelaskan Kegunaan Mengatasi Keterampilan Di Segala Bidang
Kehidupan. Penerapan mengatasi keterampilan untuk situasi yang
berpotensi stres lainnya adalah dicapai dengan cara yang sama seperti
aplikasi untuk masalah. pertama, setelah menjelaskan kegunaan
mengatasi keterampilan di bidang-bidang kehidupan klien, salah satu
yang akan membutuhkan koping aktif oleh siapa saja yang mungkin
menemukan itu, seperti tidak menerima promosi pekerjaan yang
diinginkan atau meningkatkan, menghadapi krisis keluarga, pindah ke
tempat baru, mengantisipasi pensiun , atau menjadi sangat sakit. setelah
konselor telah dimodelkan penerapan keterampilan berupaya untuk
hal-situasi, klien akan berlatih menerapkan keterampilan dalam situasi ini
atau dalam yang serupa bahwa dia atau dia mengidentifikasi. praktek
dapat terjadi dalam imajinasi atau bermain peran. cara baru untuk berlatih
adalah untuk berganti peran klien memainkan peran klien. klien
membantu atau melatih pembantu untuk menggunakan keterampilan
mengatasi. menempatkan klien dalam peran pembantu atau pelatih dapat
memberikan jenis lain kesempatan aplikasi yang mungkin juga memiliki
manfaat untuk klien strategi mengatasi dan bloster klien efikasi diri. Stres
pelatihan inokulasi adalah salah satu dari sejumlah intervensi perilaku
b. Mengevaluasi efektifitas stress inoculation training. Untuk evaluasi dari
efektivitas stress inoculation training sepertinya sudha kita praktekkan
semua, dan diharapkan mampu diamalkan untuk masa yang mendatang.
c. Tindak Lanjut (jika klien masih mengalami stres akademik). Konselor
menutup kegiatan, tidak lupa mengucapkan terimakasih
sebanyak-banyaknya karena membantuk kegiatan berjalan dengan baik dari awal
hingga akhir.Konselor berharap semoga mampu diamalkan dimasa
mendatang.
d. Deskripsi Hasil Layanan
Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan
berlangsung:
Tabel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke - 7
Aspek yang
Post test dilaksanakan setelah semua layanan selesai dilaksanakan.
Pengambilan data post test dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2016
inventori yang sama pada saat pre test yaitu Student-Life Stress Inventory.
Terdapat lima orang pada kelompok kontrol dan lima orang pada kelompok
eksperimen. Tabel dibawah ini dipaparkan mengenai skor post test
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen :
Tabel 4.10 Hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
No Nama Skor Kategori No Nama Skor Katego
ri
1 NS 168 Sedang 1 LN 186 Tinggi
2 DA 149 Sedang 2 RA 193 Tinggi
3 DP 175 Sedang 3 YT 187 Tinggi
4 FA 174 Sedang 4 MN 154 Sedang
5 FS 169 Sedang 5 DT 169 Sedang
Sangat Tinggi 202–228 Tinggi 176–201 Sedang 150 - 175 Rendah 124–149 Sangat Rendah 98–123
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa hasil post test
kelompok eksperimen menunjukkan kategori sedang dan
hasil post test kelompok kontrol rata-rata menunjukkan
kategori tinggi.
4.2 Analisis Data Student-Life Stress Inventory
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang
dianalisis adalah data skor post test Student-Life Stress Inventory kelompok
Tabel 4.11 Perbandingan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
No Nama Skor Kategori No Nama Skor Kategori
1 NS 168 Sedang 1 LN 186 Tinggi
2 DA 149 Sedang 2 RA 193 Tinggi
3 DP 175 Sedang 3 YT 187 Tinggi
4 FA 174 Sedang 4 MN 154 Sedang
5 FS 169 Sedang 5 DT 169 Sedang
Sangat Tinggi 202–228 Tinggi 176–201 Sedang 150 - 175 Rendah 124–149 Sangat Rendah98–123
Berikut merupakan analisis data perbandingan hasil post test inventori
keterampilan sosial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji
dengan menggunakan analisis Mann Whitney.
Tabel 4.12 Analisis data perbandingan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest Eksperimen 5 4.30 21.50
Kontrol 5 6.70 33.50
Total 10
Test Statisticsb
Posttest
Mann-Whitney U 6.500
Wilcoxon W 21.500
Asymp. Sig. (2-tailed) .209
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a
a. Not corrected for ties.
Hasil analisis data dengan menggunakan SPSS 16.0, dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Setelah diberikan treatment berupa teknik Stress Inoculation
Training pada kelompok eksperimen, mean rank hasil inventori keterampilan
sosial pada kelompok ini sebesar 4,30. Angka tersebut menunjukkan hasil yang
lebih rendah dibandingkan mean rank kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis diatas, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil inventori keterampilan sosial kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil skor Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0,209 > 0,05.
Berikut ini merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan
post test inventori keterampilan sosial pada kelompok eksperimen yang diuji
Tabel 4.13 Hasil analisis data perbandingan pre test dan post test Student-Life
Stress Inventory kelompok eksperimen
Ranks
VAR000
01 N Mean Rank Sum of Ranks
Skor 1 5 8.00 40.00
2 5 3.00 15.00
Total 10
1 = Pretest Kelompok Eksperimen
2 = Post Test Kelompok Eksperimen
Test Statisticsb
skor
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00001
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa
terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test Student-Life
Stress Inventory pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test Student-Life
Stress Inventory adalah 8,00, sedangkan mean rank post test adalah 3,00, sehingga
hasil post test Student-Life Stress Inventory lebih rendah dibandingkan mean rank
hasil pre test pada kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil pre test dan post test Student-Life Stress Inventory pada
kelompok eksperimen. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed)
sebesar 0,009 < 0,05.
4.3 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan penulis adalah Stress Inoculation Training dapat
menurunkan stres akademik pada siswa kelas XI C SMP N 10 Salatiga. Hasil
dibuktikan dengan hasil analisis data pre test dan post test kelompok eksperimen
diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test
Student-Life Stress Inventory pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test
adalah 8,00, sedangkan mean rank post test adalah 3,00, sehingga terdapat
penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 5,00 dan mean rank hasil
post test lebih rendah dibandingkan mean rank hasil pre test pada kelompok
eksperimen dengan Asymp. Sig (2 – tailed) 0,009 < 0,05, sehingga dinyatakan
signifikan. Berdasarkan analisis tersebut maka hipotesis yang diajukan penulis
dapat diterima.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang menbandingkan hasil pre test dan
post test kelompok eksperimen yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
test dan post test kelompok eksperimen. Selain itu, ada penurunan stres akademik
yang signifikan yaitu sebesar 5,00, dibuktikan dengan hasil analisis data mean
rank pre test 8,00 dan mean rank post test sebesar 3,00 pada kelompok
eksperimen.
Menurut hasil pengamatan penulis kepada kelompok eksperimen selama
layanan bahwa kelompok eksperimen dapat mengikuti dan mempraktekkan
berbagai strategi dan metode yang diberikan peneliti. Konseli sangat antusias,
berpartisipasi aktif, memperhatikan instruktur yang diberikan dalam kegiatan, hal
inilah yang mendukung kelancaran proses layanan teknik Stress Inoculation
Training.
Teknik Stress Inoculation Training yang peneliti berikan kepada
kelompok eksperimen dapat menurunkanstress akademik siswa kelas XI C SMP
N 10 Salatiga. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian Kurniawati, (2012) tentang efektifitas konseling kelompok dengan
teknik cognitive behavior modivication dalam menurunkan stress belajar siswa
kelas VIII B SMP Al-Azhar Salatiga menyimpulkan bahwa nilai sig.2-tailed
adalah 0,221 ≤ 0,05 yang berarti ada perbedaan antara posttest antara kelompok
eksperimen dan eksperimen kontrol, sehingga hasilnya efektif dan hipotesis dalam