• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 702011182 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 702011182 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Metode

Blended Learning

Berbasis ICT untuk

Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (Studi Kasus

SMAN 2 Salatiga)

Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Oleh: Andi Kuswara Nim: 702011182

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

Penerapan Metode

Blended Learning

Berbasis ICT untuk

Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa (Studi Kasus

SMAN 2 Salatiga)

1)Andi Kuswara 2) Krismiyati

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : 1)[email protected]2)[email protected]

Abstract

The application of learning methods that are less precise and a lack of use of instructional media make students' learning activeness is low. Students feel bored, less attention and lesson underestimate the Information and Communication Technology (ICT) .Therefore research was done with the application of ICT-based blended learning method on the subjects of ICT. The results showed that the application of ICT-based blended learning method can improve students' learning activeness of the ICT lesson. Activeness of student learning are applied with blended learning methods based on ICT higher than the students in class are applied only by using conventional methods. So it can be said that the implementation of blended learning methods based on ICT get effect on students' learning activeness of the subjects of ICT.

Keywords: Blended Learning method, ICT, students' learning activeness

Abstrak

Penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnnya penggunaan media pembelajaran membuat keaktifan belajar siswa rendah. Siswa merasa bosan, kurang memperhatikan dan menyepelekan matapelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).Oleh karena itu dilakuan penelitian dengan penerapan metode blended learningberbasis ICT pada mata pelajaran TIK. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapanmetode blended learning berbasis ICT dapat meningkatkan keaktifan belajar siswaterhadap matapelajaran TIK. Keaktifan belajar siswa yang diterapkan dengan metodeblended learning berbasis ICT lebih tinggi dari pada siswa dikelas yang diterapkan hanya denganmenggunakan metode konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapanmetode blended learning berbasis ICT berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran TIK.

KataKunci :Metode blended learning, ICT, Keaktifan belajar siswa

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(9)

2 1. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran di kelas terdapat suatu interaksi yang melibatkan antara guru dan pesertadidik dimana materi ajar adalah sebagai perantaranya yang mengharuskan peserta didik lebih aktif dari gurunya [1].Dalam hal ini terdapat masalah yang mempengaruhi peserta didik terhadap proses tersebut. Berbeda dengan pembelajaran konvensional cendrung berfokus terhadap guru di kelas, yang pada umumnya guru di dalam kelas lebih mendominasi untuk memaparkan materi dari awal hingga akhir. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Salatiga kelas XI pada mata pelajaran TIK keaktifan belajar siswa memperoleh persentase skor rata – rata 31,36%, menemukan bahwa dalam kegiatan belajar perhatian, respon dan kedisiplinan siswa dalam belajar rendah sebab di kelas guru masih menggunakan model pembelajaran konvesional, yang hanya fokus terhadap pemaparan materi berdasarkan buku paket dan LKS kemudian memberikan tugas kepada siswa dan membebaskan siswa untuk mengkases internet dengan menggunakan komputer lab, shingga lab kurang dimamfaatkan dengan baik, dan kurang komunikasi antara siswa dengan guru. Selain itu kegiatan pembelajaran di kelas belum efektif waktunya ,dimana ketika dalam kegiatan diskusi atau presentasi, tidak semua kelompok bisa memprentasikan dan terpaksa mempresentasikan pada pertemuan selanjutnya sehingga porsi waktu guru untuk menjelaskan materi kurang.

Di SMA Negeri 2 Salatiga sudah mempunyai sarana dan prasarana yang baik untuk mendukung proses pembelajaran berbasisICT. Pada lab komputer sudah diberi akses internet, sehingga bisa digunakan untuk mengakses sumber belajar yang lebih banyak lagi, selain itu bisa diterapkan suatu aplikasi pembelajaran berbasis offline maupun online untuk mendukung kegiatan belajar, tetapi dengan adanya internet dapat menyebabkan siswa kurang konsentrasi terhadap materi pembelajaran, karena disaat guru sedang menjelaskan materi, siswa sibuk sendiri melihat video, bermain game, dan mengaktifkan akun di situs sosial media. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu alternatif untuk membuat suatu proses pembelajaran yang aktif di kelas, sehingga siswa fokus terhadap materi yang diberikan oleh guru, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran yaitu keaktifan siswa [2].Proses pembelajaran aktif dengan ICT sendiri, adalah proses pembelajaran aktif menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi, seperti komputer (PC)/laptop, internet, video, LCD, projector, radio, televisi, kamera digital untuk mengemas pembelajaran aktif dan menarik dengan media ICT sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran [3].Dengan proses pembelajaran yang aktif, maka siswa akan aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar untuk bertanya , menjawab dan juga mencari informasi. Selain itu juga, perlu penggunaan e-leaning yang berguna untuk menggabungkan kegiatan dikelas juga diluar kelas sehingga proses pembelajaran di kelas ketika waktu dirasa kurang bisa dilakukan diluar kelas.

(10)

3

berbasis kelas (face to face) dan pembelajaran berbasis onlinedengan memanfaatkan media elektronik [4], artinya,proses pembelajaran metode face to face disupport dengan e-Learning sehingga interaktifdan manfaat pembelajaran dapat dicapai denganbaik. Penerapan metodeblended learningpada penelitian ini memungkinkan pengguna sumberbelajar online terutama yang berbasis web dengantanpa meninggalkan kegiatan tatap muka[5], sehingga dapatdilaksanakan dengan melakukan pengajaransecara langsungataupun dengan carasebagai tempat pemusatan pengetahuan dengan beberapa pilihan proporsi untuk kegiatan onlinenya muilai dari 25%, 50% hingga yang tertinggi 75% [6], dan dipenelitian ini kegiatan olinennya hanya 25% karena kegiatan online sebagai pelengkap dari kegiatan tatap muka.

Dengan penerapan metode blended learning berbasi ICT dapat membuat kegiatan pembelajaran aktif dan suasana pembelajaran yang menyenangkan dimana media yang digunakan berupa website Learning Managemen System

(LMS) yang saat ini sudah banyak guru yang memakai untuk sebagai sarana media penyampaian sumber materi, dan sarana komunikasi. Salah satunyaschoology, merupakan website LMS yang mendukung proses pembelajaran secara online karena sifatnya seperti sosial media.Dengan penerapan metode blended learning berbasis ICT dan media pendukung schoology, diharapkan bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, maupun diluar jam sekolah, sehingga siswa bisa fokus terhadap materi ajar yang disampaikan oleh guru sehingga setidaknya terdapat suatu proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa yang nantinya bisa mengacu terhadap motivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Tinjauan Pustaka

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Safitri, Hindarto & Ellianawati menunjukan bahwa Penerapan blended learning pada Materi Heat Transferdalam memberikan materi memperoleh peningkatan hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil tes esai dari tiap siklus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah & Azizah bahwa dalam penelitian ini, bahwa penerapan metode blended learningmenggunakan aplikasi edmodo dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah ISBD dengan ketuntasan klasikal sebesar 92% sedangkan minat mahasiswa terhadap perkuliahan ISBD sebanyak 72%.

Sementara itu, penerapan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh Permatasari dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I peningkatan rata-rata hasil belajar dari 67,82 menjadi 76,18 dan siklus II meningkat menjadi 85 dari sebelumnya 76,18. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aminoto dan Pathoni menunjukan bahwapenerapan media

schoology dapat meningkatkan aktivitas dan hasilbelajar siswa dengan peningkatan rata-rata aktivitas 34,84%, peningkatan rata-rata hasil belajar 32%, dan peningkatan ketuntasan 38,84% .

(11)

4

bertatap muka dengan guru atau dengan peserta didik lainnya secara online yang mempermudah mengikuti proses pembelajaran kapan saja dimana saja sehingga memberikan rasa ketertarikan pembelajaran yang akan atau sedang dipelajari.Menurut Chan (2008) blended learning mempunyai beberapa pilihan proporsi untuk kegiatan onlinenya mulai dari 25%, 50% hingga yang tertinggi 75%. Beberapa mamfaat atau kelebihan blended learning adalah : (1) Siswa leluasa untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online, (2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan guru maupun siswa lain diluar jam tatap muka, (3) Guru dapat menambahkan materi maupun meminta siswa untuk membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran, (4) Guru dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif [7].Blended learningdibagi menjadi dua katagori utama yaitu : (1) Peningkatan bentuk aktivitas tatap muka (face to face), dan (2) Pembelajaran campuran (hybrid learning ).Metodeblended learning dalam penelitian inidilakukan dengan menerapkan delapantahapan yaitu (1) prepare me: guru mengkondisikansiswa untuk siap mengikuti pembelajaranyang akan dilakukan serta membagisiswa dalam beberapa kelompok secaraheterogen. (2) tell me: guru membimbingsiswa untuk memahami topik yangdiberikan kepada masing-masingkelompok. (3) show me: gurumembimbing siswa untuk melakukanobservasi, sehingga siswa dapatmenjelaskan topik yang dibahas. (4) let me: guru membimbing siswa untukmelakukan pengelompokan (pengklasifikasian) materi yang dibahas, sertamelengkapi lembar kerja siswa(LKS/Work Sheet) dengan menggunakanberbagai sumber belajar yang diperolehdari buku atau internet. (5) coach me: gurumembimbing siswa untuk berdiskusidalam kelompok kecil dan membawanya dalam diskusi secara online. (6) connectme: guru membimbing siswa untukmengkomunikasikan hasil diskusikelompok kecil di depan kelas. Gurumembimbing siswa untuk menyimpulkanhasil kegiatan pembelajaran yang telahdilakukan. (7) support me: gurumemberikan konfirmasi kepada siswaagar tidak terjadi salah konsep. Gurumembimbing siswa jika di dalam diskusiataupun pencarian sumber belajar terjadikekurangan. (8) check me: guru memberikanpenugasan kepada siswa untukmengkaitkan pengetahuan siswa terhadappembelajaran yang akan dilakukan padapertemuan selanjutnya [8].

(12)

5

dapat memamfaatkan ICT dengan baik untuk memberikan suatu pembelajaran yang inovatif dengan strategi dan metode pembelajaran yang terpusat kepada siswa untuk mendorong dalam pengembangan skill siswa juga keaktifan siswa [10].

Media pembelajarandalam pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan sarana dan prasarana berbasis ICT juga dengan penggunaan metode pembelajaran yang berkaitan dengan proses proses pembelajaran online, maka perlu pemilihan media yang cocok agar sesuai dan juga mendukung sepenuhnya terhadap proses pembelajaran. Dalam memilih media untuk proses pembelajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Kesesuaian dengan tujuan guru, yaitu media pembelajaran ditentukan dan pilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang sudah di tetapkan yang berisikan mengenai pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran, (2) Dukungan terhadap isi bahan ajar, yaitu bahan ajar yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi perlu media pembelajaran karena dapat memperjelas dan mempermudah pemahaman siswa, (3) Kemudahan dalam memperoleh media, yaitu media mudah didapat, mudah dibuat oleh guru pada saat merancang dan juga menerapkannya pada saat proses pembelajaran, (4) Kreatifitas dalam menggunakan media, artinya bagaimnana pun medianya, tetap guru harus bisa menggunakannnya karena itu sudah menjadi syarat, seperti penggunaan OHP, proyektor film, komputer, dan alat canggih lainnya, (5) Ketersedianya waktu untuk menggunakannya, dimana media tersebut dapat digunakan dan bermamfaat bagi siswa selama proses pembelajaran, (6) Sesuai dengan taraf berfikir siswa, memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga materi yang disampaikan dan juga penggunaan medianya dapat dipahami oleh siswa [11].Dengan kriteria pemilihan media tersebut maka guru dapat mempermudah dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pengajar. Berdasarkan kriteria diatas, dan juga proses pembelajaran juga pemamfaatan ICT, maka media yang cocok untuk mendukung dalam proses pembelajaran ini adalah Schoology, karenamerupakan media online untuk mewadahi dalam proses pembelajaran,sangat mudah seperti media sosial yang sudah terkenal seperti facebook yang sudah banyak dipakai oleh siswa.

Schoology adalah sebuah websiteLearning Managemen System (LMS), yang bertujuan dalam membuat suatu kegiatan pembelajaran berbasis online yang mengupayakan suatu pembelajaran kolektif dan meningkatkan dampak keseluruhan yang terlibat dalam suatu pendidikan. Schoology sifatnya seperti media sosial, selain itu konsepnya seperti edmodo, dan lebih menguntungkan dari pada moodle karena tidak perlu memerlukan hosting dan lebih user friendly[12]. Adapun fitur-fituryang dimiliki oleh schoology adalah sebagai berikut: Courses,

Group Discussion, Resources, Quiz, Attendance dan Analytics.

(13)

6

diantaranya 1) Perhatian siswa pada saat waktu belajar, 2) Respon siswa dalam belajar dan 3) Kedisiplinan siswa dalam belajar [11]. Di dalam penerapanblended learningsiswadiharuskan lebih aktif dalam mencari informasi pelajaran, sehingga peserta didik harus lebih sering mengakses internet dan berinteraksi dengan guru atau mengunduh materi pelajaran, mengerjakan tugas atau mengirim tugas yang telah disiapkan oleh guru seperti yang telah dijelaskan Proses pembelajaran dapat menggunakan strategi-strategi pembelajaran konstruktivistik yang yang terintegrasi dengan pembelajaran berbasis internet (internet-based learning) atau

blended learning [12]. Penerapan blended learningdiharapkan akan meminimalisir adanya siswa melakukan aktivitas lain ketika dalam kegiatan pembelajaran di kelas, dengan demikian siswa akan aktif untuk mengikuti pembelajaran. Dengan aktifnya siswa pada saat mengikuti pelajaran, hal ini bisa berpengaruh terhadap prestasi belajar atau hasil belajar siswa karena hasil belajar sangat tergantung pada proses belajar yang dilaksanakan. Pemilihan metode pembelajaran yang benar akan menggerakkan siswa untuk lebih aktif dalam mencari materi dan selalu berinteraksi dengan guru, sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi (mixed methods) dengan model concurrent embedded (campuran tidak berimbang). Metode kombinasi model concurrent embedded (campuran tidak berimbang) adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua metode tersebut secara tidak seimbang”, dimana metode kuantitatif adalah sebagai metode primer, sedangkan metode kuantitatif sebagai metode sekunder[15].

Tabel 1 Rancangan Penelitian one shot case study [15]

Treatment Observasi

X O

Keterangan :

Kelas Eksperimen = kelompok siswa yang mendapatkan treatment

(pembelajaran dengan penerapan metode blended learning berbasis ICT dengan penggunaan.

X = treatment yang diberikan kepada kelas eksperimen O = Observasi terhadap kelas eksperimen

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah sembilan kelas dengan jumlah siswa 298. Sample yang digunakan adalah kelas XI IPA 3 berjumlah 38 siswa yang diambil secara acak. Dalam penelitian ini eksperimen (kelas XI IPA 3) adalah kelas dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode blended learning berbasis ICT.

(14)

7

Tabel 2 Tahap Penelitian

No Tahap Penelitian Keterangan

1 Tahap persiapan - Wawancara

- Observasi - Studi Literatur

- Menentukan populasi dan sample

- Mendesain Strategi metode

pembelajaran

- Konsultasi materi dan RPP

2 Tahap pelaksanaan - Memberikan perlakuan

(treatment)

- Mengamati prilaku siswa dengan check list

3 Pengolahan dan analisis data - Mengolah hasil check list - Mengolah hasil wawancara

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi observasi awal yangdilakukan untuk melakukan studi pendahuluan melalui pengamatan terhadap proses pembelajaran di sekolah tempat penelitian yang akan dilakukan. Studi litelatur dilakukan untuk memperoleh teori – teori mengenai permasalahan yang akan diteliti. Menentukan populasi dan sampel penelitian sebagai objek dalam penerapan metode blended learning berbasis ICT.

Pada tahap kedua dalam penelitian ini, pelaksanaan kegiatan adalah diawali dengan proses pembelajaran dikelas dengan metodde pembelajaran konvensional kemudian diobservasi dengan instrument check list. Setelah kegiatan pertemuan pertemuan pertama, maka pada kedua hingga ke empat memberikan perlakuan (treatment) menggunakan metode blended learning berbasis ICT pada kelas XI IPA 3 kemudian di observasi kembali setiap pertemuannya dengan check list. Kegiatan selama diberi perlakuan digambarkan pada tabel desain pembelajaran dibawah ini :

Tabel 3 Desain pembelajaran blended learning (dimodifikasi dari Woodall & Hovis,

2010)

Kegiatan Siswa Deskripsi Bentuk

(15)

8 bersamaan setelah kegiatan per pertemuan. Hasil check list akan dibandingkan antara sebelum diberi perlakuan dan sesudah diperlakuan dengan pertimbangan data hasil wawancara untuk melihat dan menentukan apakah terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa sesudah menggunakan metode blended learning berbasis ICT.

(16)

9

siswa : (1) Perhatian siswa pada saat waktu belajar, (2) Respon siswa dalam belajar, (3) Kedisiplinan siswa dalam belajar [13]. (2) Metode wawancara yang dilakukan pada penelitian ini digunakan untuk menggali lebih dalam terhadap respon siswa selama peneltian. Wawancara yang akan dipakai adalah wawancara terbuka, berikut daftar pertanyaannya: (1) Menurut anda, apakah guru pernah menerapkan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran TIK ?. (2) Menurut anda, apakah pembelajaran dengan menggunakan meotde blended Learning berbasis ICT dengan penggunaan

schoology menarik ?. (3) Jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya (pembelajaran kovensional) bagaimana setelah menggunakan metode blended learning berbasis ICT dengan penggunaan schoology ?. (4)Apakah dengan menggunakan metode blended learning berbasis ICT dengan penggunaan

schoology anda belajar lebih aktif ?. (5) Apakah dengan menggunakan pembelajaran metode blended learning berbasis ICT dengan penggunaan

schoology dapat mudah mempelajari dan memahami materi yang diajarkan ?[16]. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif serta data kualitatif. Untuk data kuantitatif diolah secara deskriptif menggunakan perangkat pengolahan data. Sementara itu data kualitatif, data dikodekan terlebih dahulu sebelum dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Tingkat keaktifan siswa secara klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode blended learning

(17)

10

dibimbing oleh guru untuk membuat akun schoology,kemudian guru memberikan tugas makalah yang dikerjakannya dalam waktu dua minggu, dan siswa diberi kesempatan untuk diskusi atau menanyakan materi ajar yang sudah diajarkan karena di schoology sudah di upload materi ajar dari guru.

Keaktifan belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan selama empat kali pertemuan dilihat dari check list untuk mengetahui prilaku siswa selamapembelajaran TIK dengan pemberian perlakuan pada pertemuan kedua sampai pertemuan ke empat. check list yang digunakan untuk mengamati 38 siswa kelas eksperimensebelum diberikan perlakuan mencakup beberapa indikator yang kemudian dibuat kedalam pernyataan – pernyataan. Data yang diperoleh dari

check list kemudian dianalisa setiap indikatornya sebagai berikut :

Tabel 5 Persentase Keaktifan siswa sebelum dan sudah diberi pelakuan

No Indikator Deskripsi Pertemuan

Siswa tidak mengobrol dengan temannya 2,63 2,63 2,63 2,63

2

mendengarkan penjelasan guru 50,00 94,74 94,74 89,47

Rata - rata Per indikator 51,97 71,71 71,71 69,08

5 Respon Siswa

dalam Belajar Siswa bertanya kepada guru

0,00 94,74 94,74 100,00

6 Siswa berani mengungkapkan pendapat 0,00 94,74 28,95 100,00

7 Siswa menjawab pertanyaan guru 0,00 94,74 28,95 73,68

Rata - rata Per indikator 0,00 94,74 50,88 91,23

8 Kedisiplinan Siswa dalam Belajar

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan 47,37 94,74 50,00 92,11

9 Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu 0,00 94,74 94,74 100,00

10 Siswa tidak keluar masuk kelas 94,74 94,74 94,74 100,00

11

Siswa tidak membuat keributan saat guru

menjelaskan materi 78,95 94,74 94,74 100,00

Rata - rata Per indikator 55,26 94,74 83,55 98,03

Total Rata - rata Keaktifan Siswa 35,75 87,06 68,71 78,80

(18)

11

selama 10 menit. Pada pertemuan keempat mengalami penurunan dengan rata - rata persentase skor 69,08%, hal ini karena ada beberapa siswa yang sedang mengerjakan tugas pelajaran lain dan juga bermain game di smartphone sehingga siswa kurang memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru.

Pada indikator respon siswa dalam belajar di kelas mengalami peningkatan sesudah diberi perlakuan pada pertemuan kedua dengan rata – rata persentase skor 94,74%, hal ini karena siswa aktif bertanya dan menjawab kepada guru ketika guru sedang mengecek progres kelompok kerja untuk mencari materi yang ditugaskan oleh guru selain itu juga siswa berani mengungkapkan pendapat ketika melakukan presentasi. Pada pertemuan ketiga mengalami penurunan dengan rata – rata persentase skor 50,88%,hal ini karena beberapa siswa tiap kelompok merasa terwakili oleh beberapa orang untuk pokus ke kegiatan debat antar 2 kelompok pro dan kontrasehingga pada saat kegiatan debat hanya perwakilan beberapa kelompok saja yang berani mengemukakan pendapat dan juga disaat guru sedang menanyakan progres pengerjaan tugas kelas hanya beberapa siswa yang menjawab ketika guru menanyakan karena ada beberapa komputer dan koneksi internet yang error. Pada pertemuan keempat mengalami peningkatan dengan rata – rata persentase skor91,23%, hal ini dikarenakan guru menanyakan progress kerja siswa sehingga memberikan umpan balik kepada guru kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga siswa salinya jawab dengan guru, selain itu juga siswa aktif mengungkapkan pendapat pada saat presentasi.

Pada indikator kedisiplinan siswa dalam belajar terjadi peningkatan pada pertemuan kedua hingga keempat terhadap sebelum diberikan perlakuan, tetapi pada pertemuuan ketiga mendapatkan persentase skor terendah, hal ini karena tiap siswa merasa terwakilkan dengan beberapa anggota kelompoknya dalam pengerjaan tugas sehingga setiap kelompok hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan pekerjaan untuk mencari materi yang ditugaskan oleh guru dikarenakan beberapa komputer dan koneksi internet yang error.

(19)

12

Gambar 1 Kegiatan diskusi di schoology pada menu courses

Pada gambar 1 guru memberikan kegiatan diskusi dan juga memberikan informasi kepada siswa di kelas XI IPA 3 dengan menggunakan menu

coursesdimana seluruh siswa yaang masuk courseskelas XI IPA 3 akan mendapatkan pemberitahuan postingan atau komentar. Kegiatan pada

courseskelas XI IPA 3 hanya beberapa siswa saja yang yang memposting atau memberi komentar terhadap diskusi yang diberikan oleh guru mengenai tugas dan materi yang sudah dijelaskan dikelas.Permasalahannya karena beberapa siswa mempunyai acara kegiatan sekolah diluar jam sekolah, lebih mementingkan pekerjaan matapelajaran lain seperti pelajaran jurusan IPA dan matematika, serta terkendala dengan koneksi internet.

Gambar 2 Kegiatan diskusi di schoology pada menu groups

(20)

13

guru sudah memberikan kesempatan untuk diskusi atau bimbingan pada setiap kelompok, tetapi hanya beberapa siswa saja yang aktif melakukan diskusi atau bimbingan dengan guru, bahkan satu kelompok semuanya ada yang tidak.

Tabel 6 Persentase Keaktifan siswa di schoology

Respon Siswa dalam Belajar (online) Pertemuan

2 3 4

Siswa Bertanya kepada guru 7.89 0 0

Siswa berani mengungkapkan pendapat 5.26 0 0

Siswa menjawab pertanyaan guru 5.26 0 0

Rata - rata persentase skor 14.90 0 0

Pada kegiatan pembelajaran online yang proporsinya sebesar 25% keaktifan belajarnya dinilai dengan dindikator Respon siswa dalam belajar, dengan hasil rata – rata persentase skor tertinggi hanya pada pertemuan kedua persentase skor sebesar 14,90% dengan kriteria sangat rendah bahkan pada pertemuan ketiga hingga keempat pun 0% sehingga tidak berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa. Hal ini diakibatkan dari dari semua siswa kelas XI IPA 3 kurang meminati media schoology, hal ini dikarenakan beberapa sebab, yaitu (1) siswa lebih suka pembelajaran langsung di kelas dari pada di media online karena siswa merasa tidak efektif karena masalah koneksi internet juga waktu, (2) Siswa terkendala terhadap koneksi internet diluar sekolah dengan alasan tidak mempunyai paket data,

(3) Siswa merasa malas karena jam belajar siswa disekolah padat sampai sore sehingga siswa lebih memilih istirahat ataupun mengerjakan tugas matapelajaran lain, (4) Siswa memprioritaskan matapelajaran IPA dari pada TIK ketika diluar sekolah (5) Kurangnya sosialisasi sekolah terhadap guru – guru maupun terhadap siswa tentang pentingnya pembelajaran online diluar sekolah, hal ini jika pihak sekolah maupun guru – guru satu persatu memulai kegiatan pembelajaran online diluar jam sekolah untuk memberikan kesempatan siswa apa yang masih kurang pada kegiatan pembelajaran di kelas, maka siswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut sehingga nantinya siswa akan terbiasa dengan kegiatan pembelajaran online di luar sekolah.

5. Simpulan dan saran

(21)

14

siswa terhadap mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment). Keaktifan belajar siswa di kelas sesudah diberi perlakuan termasuk kriteria tinggi dengan persentase skor 80,63% artinya berpengaruhkarena mengalami peningkatan keaktifan belajar siswa dengan kenaikan sebesar 44,88% walaupun dalam kegiatan online sangat rendah dengan persentase skor 4,96%. Penerapan metode blended learning

berbasis ICT dapat dijadikan salah satu alternatif guru dalam pembelajaran untuk membangkitkan minat siswa sehingga siswa dapat aktif di kelas.

Saran untuk peneliti lain jika ingin mengembangkan penelitian pembelajaran metode blended learning berbasis ICT lebih diperhatikan dulu terhadap kondisi kesiapan guru dan siswa dalam penggunaan media pembelajaran di kelas maupun diluar kelas berbasisonline. Penelitian ini juga bisa dikembangan dengan aspek yang diteliti selain keaktifan belajar siswa,misalnya saja dilihat dari minat belajar siswa dan motivasi belajar siswa dengan menambahkan atau mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran ke dalam metode blended learning.

6. Daftar Pustaka

[1] Sutikno, M. Sobry. 2014. Metode & Model-model Pembelajaran. Lombok: Holistica

[2] Putriyani. (2012). Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Open Ended Siswa Kelas VI Sekolah Dasar.E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6. Diakses

pada 6 juni 2015 dari

http://dispendik.surabaya.go.id/surabayabelajar/jurnal/199/6.4.pdf

[3] Arifin, Z. 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ICT. Yogyakarta : PT. Skipta Media Creative

[4] Kusman. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

[5] Husamah. 2014. Pembelajaran BAURAN (BLENDED LEARNING). Jakarta : Prestasi Pustakarya

[6] Chan. 2008. Different Degrees of Blending Benefit Students Diffrently : A Pilot Study. NTI International University College, Malaysia. Diakses pada

8 juni 2015 dari

http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article= 1006&context= ceducom

[7] Soekartawi. 2005.Issues e-Learning/Web-BasedLearning/Distance Learning dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Indonesia. Seminar Nasional Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 2 April

2005. Diperoleh 20 mei 2015 dari

https://www.academia.edu/5612646/BLENDED_LEARNING_EKOLOGI

[8] Woodall, (2010). Eight Phases of Workplace Learning: A Framework for Designing Blended Programs. Diakses pada 16mei 2011, dari

http://www.skillsoft.com/assets/white-papers/eight_phases.pdf

(22)

15

X7 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University of Surakarta. Diperoleh 20 mei 2015 dari

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/2665

[10] Surjono. (2013). The Implementation of ICT to Enhance Student Learning Activities. The International Conference on Computers in Education

(ICCE). Diakses pada 28 mei 2015 dari

http://eprints.uny.ac.id/11217/1/The%20implementation%20of%20ICT_IC CE2013-sm.pdf

[11] Sudjana. 2010. Media Pengajaran. Bandung : Sinar BaruAlgensindo Offset.

[12] Minoto, (2014). Penerapan Media E-Learning Berbasis Schoology

UntukMeningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Usaha dan EnergiDi Kelas XI SMA N 10 Kota Jambi. Jurnal Sainmatika Vol 8 No 1 2014 ISSN 1979-0910. Diakses pada 25 mei 2015 dari

http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/sainmatika/article/view/2222/156 1

[13] Desi, (2009). Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 10 Palembang.fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sriwijaya

[14] Effendi, (2013). Integrasi Pembelajaran Active Learning dan

Internet-Based Learning dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kreativitas Belajar.

Jurnal Pendidikan IslamVol. 7, Nomor 2, Oktober 2013.Diakses pada 25 mei 2015 dari http://journal.walisongo.ac.id/index.php/nadwa

[15] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

[16] Kurniawan, (2013). Perbedaan Penggunaan Media Pembelajaran E Learning Berbasis Websitedan Media Power Point Pada Pelajaran Sosiologi Materi Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X di Mardasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan uin syarif hidayatullah jakarta. Diakses pada 4 april 2015 dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25258/3/DEDE %20KURNIAWAN-FITK.pdf

Gambar

Tabel 2 Tahap Penelitian Keterangan
Tabel 4 Penilaian Keaktifan [17]
Tabel 5 Persentase Keaktifan siswa sebelum dan sudah diberi pelakuan
Gambar 1  Kegiatan diskusi di schoology pada menu  courses
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa, dapat diketahui bahwa konsumen memerlukan suatu alat bantu dalam penggunaan water heater sehingga dapat membantu user untuk mendapatkan suhu air yang

Beralih dari penguatan citra dari sisi tingkat akreditasi, pada urutan kedua adalah bagaimana peluang lulusan Universitas Telkom dalam mencari pekerjaan atau

Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Tebing Tinggi Tahun.. 2012 ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

Manajer marketing mengkoordinasikan kepada kepala cabang, kepala bagian marketing pembiayaan, staff marketing pembiayaan bina.. agrobisnis untuk melakukan penjaringan

Kalimantan Selatan 252 Irsa Moch.. Munawir