• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V DI SD Kanisius Notoyudan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V DI SD Kanisius Notoyudan 1"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA

KELAS V DI SD KANISIUS NOTOYUDAN 1

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

ERNAWATI

NIM: 081134223

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk suami dan anak saya yang selalu mendukung

(5)

v

HALAMAN MOTTO

Jika engkau bahagia maka semua impian akan mudah diraih

( Stefanus Rizal)

Jika melakukan suatu pekerjaan harus dilandasi dengan keiklasan dan ketulusan

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : ERNAWATI

NIM : 081134223

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS

V DI SEKOLAH DASAR KANISIUS NOTOYUDAN 1 YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 3 Mei 2013

(8)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA

SISWA KELAS V DI SD KANISIUS NOTOYUDAN 1 YOYAKARTA

Ernawati

Universitas Sanata Dharma 2013

Latar belakang penelitian ini adalah masih banyak siswa yang memperoleh nilai rendah pada mata pelajaran IPS. Penyebabnya karena metode yang biasa diterapkan guru dalam mata pelajaran IPS adalah ceramah, tanya jawab, dan meringkas materi, sehingga siswa merasa bahwa mata pelajaran IPS membosankan, tidak menarik, banyak menghafal, dan merasa tidak relevan dengan masalah mereka. Disamping itu sebagian besar siswa masih menerapkan cara belajar individual, jarang bekerja sama, bertukar pengetahuan dengan teman sebaya, dan siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas V melalui implementasi pendekatan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I dan siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberi masalah. Pembelajaran dilaksanakan dalam 4 pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data dikumpulkan menggunakan hasil tes evaluasi pada akhir siklus dan pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011, khususnya pada materi tentang menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan persentase motivasi belajar siswa pada kondisi awal 64% dan meningkat pada akhir siklus II yaitu menjadi 90%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari kondisi awal siswa yang mencapai KKM yaitu sebanyak 43,24%, pada akhir siklus I sebesar 72%, dan pada akhir siklus II adalah sebesar 94,4%.

(9)

ix

ABSTRACT

IMPROVEMENT OF MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT OF SOCIAL SUBJECT WITH PROBLEM BASED LEARNING STUDENT GRADE V OF ELEMENTARY SCHOOL KANISIUS

NOTOYUDAN I YOGYAKARTA

Ernawati

Sanata Dharma University 2013

The background of this research is still a lot of students who obtained low scores in social studies subjects. The reason is because the methods usually applied in the subjects of social studies teacher is speaking, questioning, and summarizing the material, so that students feel that the IPS subjects boring, uninteresting, a lot of memorization, and less challenging. Besides, most students are still learning how to apply individually, rarely work together, exchanging knowledge with peers, and students are less involved actively in the learning process. Seeing this fact, it is necessary remediation efforts, especially on the subjects of learning social studies to improve the quality of teaching in classes V through the implementation of Problem Based Learning model approach.

This research aimed to determine whether the use of problem based learning can improve motivation and learning echievement student of grade V Elementary School Kanisius Notoyudan I Yogyakarta for Social subject in second semester school year 2010/2011.

This research is a class act who carried on with two cycles. In the first and second cycle are done by problem based learning in dividing student into groups and problem distributed. Learning is doing in four meeting, each cycle consist of two meeting. Data collected to use instrument of written test in last cycle and observation.

Result of research which show that problem based learning method can improve motivation and learning echievement student of grade V Elementary School Kanisius Notoyudan I Yogyakarta in school year 2010/2011 in Social subject especially in material of the role of leaders in preparing for Indonesian independence fighters.

Improvement learn motivation of student can show with rate of learn motivation of student in first condition 64% and improve in the end of cycle II to be 90%. While improvement of learning echievement can show from first condition which minimal criteria complete (KKM) reach as many as 43,24%, in the end of cycle I 72%, and in the end of cycle II amounting to 94,4%.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha

Kasih, karena berkat kemurahan rahmat dan kasih-Nya, skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat

kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Tugas ini

dibuat terutama sebagai usaha untuk memenuhi kompetensi guru berupa

kemampuan penguasaan bidang studi, memahami siswa, pembelajaran siswa dan

pengembangan kepribadian.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena kebaikan, dukungan,

bimbingan, dan keterlibatan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan

tulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,BST.M.A selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran

yang sangat berguna bagi penulis.

4. Dra. Hernawati Wiwin Widayati selaku Guru pengamat yang telah

(11)

xi

5. Kepala Sekolah, Dewan Guru, beserta siswa dan siswi kelas V SD

Kanisius Notoyudan 1 Yogyakarta yang telah banyak membantu

terlaksananya penelitian ini.

6. Keluargaku Andreas Wakijo suami yang selalu setia mendampingi dan

mendukungku, serta anakku tersayang Francisca Yuanita Sari yang selalu

memberi semangat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini masih

jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis,

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis

terima dengan senang hati untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya sabagai calon guru.

Yogyakarta, 3 Mei 2013 Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... …. iii

(13)

xiii

G. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 20

H. Hubungan Mata Pelajaran IPS dengan PBM... 26

I. Kerangka Berpikir ... 27

J. Hipotesis ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Setting Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 31

C. Rencana Tindakan ... 32

D. Instrumen Pengumpulan data ... 36

E. Indikator Keberhasilan ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

B. Komparasi ... 78

C. Pembahasan ... 85

BAB V. PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA... 91

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Kondisi Awal Prestasi Siswa……….

Tabel 2 Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumennya..

3

36

Tabel 3 Indikator Keberhasilan………...………... 41

Tabel 4 Klasifikasi Kategori Tingkatan ………... 43

Tabel 5 Tingkat Penguasaan Kompetensi dalam PAP II... 44

Tabel 6 Pensekoran………... 44

Tabel 12 Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I... 60

Tabel 13 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I………. ... 62

Tabel 14 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I ... 63

Tabel 15 Analisis Data Siklus I ………... 65

Tabel 16 Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ... 69

Tabel 17 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II...……… 72

Tabel 18 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II……… ... 73

Tabel 19 Analisis Data Siklus II ... 75

Tabel 20 Motivasi Belajar setelah Siklus II ...…………... 76

Tabel 21 Motivasi Belajar Siswa setelah Siklus II ... 77

Tabel 22 Kenaikan Motivasi Belajar Siswa……….. 78

Tabel 23 Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 80

Tabel 24 Kenaikan Prestasi Belajar Siswa Pada Awal penelitian, Setelah

Siklus I, dan Siklus II...

82

Tabel 25 Komparasi Prestasi Belajar Siswa pada kondisi Awal, akhir

Siklus I, dan Akhir Siklus II ...

Tabel 26 Pencapaian KKM pada Kondisi Awal, Akhir Siklus I, dan Akhir Siklus II...

83

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Gambar Alur Model Penelitian ... 31

Gambar 2 Diagram 1. Motivasi Belajar Siswa Awal... 51

Gambar 3 Diagram 2. Keadaan Awal Prestasi Belajar Siswa………… 54

Gambar 4 Diagram 3. Keterlibatan Siswa Selama Siklus I... 61

Gambar 5 Diagram 4. Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I…………. 64

Gambar 6 Diagram 5. Keterlibatan Siswa Dalam Siklus II …………. 70

Gambar 7 Diagram 6. Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II………... 74

Gambar 8 Diagram 7. Motivasi Belajar Siswa Pada Akhir Siklus II… 78

Gambar 9 Diagram 8. Komparasi Motivasi Belajar Siswa…………... 81

Gambar 10 Diagram 9.Komparasi Prestasi Belajar Siswa Awal, Siklus I,

dan Siklus II...

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus……….. Lampiran 2 RPP Siklus I Pertemuan 1……….... Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan 2……….... Lampiran 4 RPP Siklus II Pertemuan 1………... Lampiran 5 RPP Siklus II Pertemuan 2………... Lampiran 6 LKS Pertemuan I………... Lampiran 7 LKS Pertemuan II……….... Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus I……….. Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Soal Evaluasi Siklus II……….... Kunci Jawaban Soal Siklus I………

Kunci Jawaban Soal Siklus II………..

Lampiran 12

Lampiran 13

Lembar Jawab Siklus ……….

Lembar Observasi………... Lampiran 14 Lembar Kuesioner Motivasi Belajar Siswa………… Lampiran 15 Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar……….... Lampiran 16 Foto Kegiatan………. Lampiran 17 Surat Permohonan Ijin Penelitian………... Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian....

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sekolah Dasar merupakan tahap awal dari tingkatan pendidikan yang

ada di Indonesia. Ada dua macam sekolah yang ada di Indonesia yaitu sekolah

negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri merupakan sekolah yang dikelola

oleh pemerintah sendiri, sedangkan sekolah swasta adalah sekolah yang

dikelola oleh suatu lembaga diluar tanggung jawab pemerintah. Banyak sekali

sekolah swasta yang ada di Indonesia, khususnya di Yogyakarta ada salah satu

lembaga swasta yang menangani sekolah swasta yaitu Yayasan Kanisius. Ada

banyak sekali sekolah yang tergabung dalam Yayasan Kanisius. Salah satunya

yaitu SD Kanisius Notoyudan I. Letak SD ini tidak jauh dari pusat kota

Yogyakarta. SD Kanisius Notoyudan I terdapat di jalan Letnan Jenderal

Suprapto No. 95 Yogyakarta.

Sekolah Dasar Kanisius Notoyudan I dikelola oleh kepala sekolah dan

18 guru. Terdapat enam kelas, satu laboratorium IPA, satu perpustakaan, satu

laboratorium komputer dan satu ruang media. Keadaan sekolah ini sejuk

karena terdapat beberapa pepohonan. Masyarakat di sekitar sekolah ini

sebagian besar pekerjaannya adalah karyawan swasta dan buruh, sehingga

banyak orang tua yang sibuk. Hal tersebut menyebabkan sebagian siswa SD

Kanisius Notoyudan I kurang mendapat perhatian dan belum terpantau

(18)

2

yang penting dalam membimbing dan mendukung perkembangan belajar

anak. Keadaan ini menyebabkan banyak siswa yang mengalami kesulitan

dalam belajar sehingga hasil belajarnya pun kurang baik. Salah satu kelas

yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa kelas V. Siswa kelas V sudah

dikenalkan dengan beberapa mata pelajaran, diantaranya Matematika, IPA,

IPS, Bahasa Indonesia, PKn, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama, Bahasa

Jawa, Teknologi Informasi dan komunikasi ( TIK ). IPS merupakan salah satu

mata pelajaran yang sudah diperkenalkan sejak kelas satu sekolah dasar.

Banyak orang beranggapan bahwa mata pelajaran IPS itu susah dimengerti

dan membosankan karena sebagian besar materi berupa hafalan. Dalam mata

pelajaran ini ada materi pokok yang akan dipelajari siswa kelas V, yaitu

tentang menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia. Metode yang biasa diterapkan guru dalam mata

pelajaran IPS adalah ceramah, tanya jawab, dan meringkas materi. Disamping

itu sebagian besar siswa masih menerapkan cara belajar individual, jarang

bekerja sama, bertukar pengetahuan dengan teman sebaya, dan siswa kurang

terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran yang masih

menggunakan paradigma lama tersebut membuat siswa makin kurang kreatif

dan merasa bosan.

Hal tersebut menyebabkan siswa kurang berminat belajar sehingga

hasilnya kurang memuaskan dan pada materi tentang menghargai jasa dan

peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pun

(19)

3

nilai ulangan yang didapat siswa rendah. Prestasi belajar awal siswa dapat

dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa

(20)

4

Dari data tabel di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa prestasi belajar

siswa pada kondisis awal yaitu sebelum mendapat pembelajaran berbasis

masalah perolehan nilainya rendah yaitu di bawah KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal). KKM yang ditentukan pada pelajaran IPS yaitu 70.

Sekitar 56,76% dari jumlah siswa kelas V mendapat nilai di bawah KKM..

Melihat kenyataan tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan

pembelajaran. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan guru melalui upaya

Penelitian Tindakan kelas yang dalam pelaksanaannya terintegrasi dengan

proses pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran di kelas melalui implementasi pendekatan model Pembelajaran

Berbasis Masalah. Sehingga para siswa dapat belajar dengan saling

membantu, bekerja sama dalam memecahkan masalah sosial,

persoalan-persoalan dalam kehidupan nyata yang ada di sekitar siswa dan secara khusus

dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan materi tentang

menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

Dalam rangka itulah Penelitian Tindakan Kelas ini difokuskan pada

peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS

melalui model pembelajaran berbasis masalah.

B. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan luasnya materi maka peneliti membatasi

(21)

5

Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi masalah pada :

1. Menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia.

2. Mendiskripsikan motivasi belajar siswa melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah ( PBM).

3. Mendiskripsikan prestasi belajar siswa melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah ( PBM).

C. Rumusan Masalah

Masalah-masalah penelitian ini secara spesifik dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dengan

model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SD Kanisius

Notoyudan I Yogyakarta?

2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan

motivasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I

Yogyakarta?

3. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan

prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I

(22)

6 D. Batasan Pengertian

Agar tidak mengalami penafsiran yang berbeda maka penulis memberi

batasan pengertian sebagai berikut:

1. Motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang

diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan

perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu

tujuan (Huitt, W. ,2001)

2. Belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan

peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan

pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena

peristiwa kebetulan.

3. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam

proses pembelajaran (Linda S. Lumsden:1994).

4. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan

kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan

menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, sikap dan keterampilan.

5. Prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui

hasil dari aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap yang diukur secara

langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat

(23)

7

6. IPS adalah bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan

membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah hubungan

manusia hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya.

Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu

sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan

kepentingan sekolah.

7. Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran

yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui

tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan

untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien, dkk.,1993).

E. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS pada

siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I Yogayakarta.

2. Untuk meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD

kanisius Notoyudan I Yogyakarta.

3. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V di SD

Kanisius Notoyudan I Yogyakarta melalui model pembelajaran

(24)

8 F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

yang dimiliki siswa mengalami perubahan atau peningkatan motivasi

Siswa menjadi lebih mudah dalam mempelajari materi ini dan terbantu

untuk menemukan cara-cara yang lebih efektif dalam menyelesaikan

masalah, sehingga kemampuan dan prestasi belajar siswa

2. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan penulis menemukan

cara-cara yang efektif untuk mengatasi kesulitan tersebut sehingga dengan

demikian dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

3. Bagi guru

Guru dapat memperoleh salah satu contoh model pembelajaran yang dapat

dikembangkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran yang lain.

4 Bagi sekolah

Laporan penelitian dapat menambah satu bacaan yang ada dalam

perpustakaan sekolah, yang dapat dimanfaatkan untuk teman-teman guru.

5. Bagi Universitas

Sebagai pedoman bagi mahasiswa terutama PGSD pada saat melaksanakan

praktik pembelajaran/pemantapan kemampuan mengajar khususnya pada

(25)

9 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Belajar

Belajar menurut pandangan masyarakat adalah usaha mencari,

menambah, dan mengumpulkan pengetahuan di sekolah. Dalam Cronbach

mendefinisikan “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku

sebagai hasil dari pengalaman”. Belajar adalah sebagai setiap perubahan

tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan

pengalaman (Sumantri, 2001:13). Winkel berpendapat bahwa belajar

merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu

bersifat secara relative konstan dan berbekas (Winkel, 1996). Perubahan yang

telah terjadi akan memberi bekal kepada seorang anak untuk menghadapi

lingkungan yang ada di sekitarnya.

Pengertian belajar menurut Leter D. Crow dan Alice Crow (1984)

bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan

sikap. Menurut Usman dan Lilis (1993:5) menjelaskan pengertian sebagai

berikut : suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia.

Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh pertumbuhan yang bersifat

fisiologis atau proses kematangan perubahan yang terjadi karena belajar dapat

berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan kecakapan-kecakapan atau

(26)

10

Sedangkan menurut Hilgard (2005) belajar lebih menekankan pada

mengorganisasikan perubahan dalam merespon suatu situasi. Menurut

Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6), belajar (learning) dapat diartikan

sebagai suatu proses yang di dalamnya terbentuk tingkah laku atau terjadi

perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Jadi dapat disimpulkan

belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan

diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan

dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

1. Jenis-jenis Belajar

Menurut Robert M Gagne (dalam Wina Sanjaya (2008:1.9)), belajar

dibedakan menjadi delapan jenis. Kedelapan jenis tersebut bertingkat.

Setiap jenis belajar merupakan prasyarat bagi jenis belajar di atasnya.

Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

a. Belajar isyarat

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu

karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya berhenti mengendarai

sepeda motor di perempatan jalan pada saat tanda lampu merah

menyala. Bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari,

(27)

11 b. Belajar stimulus - respon

Belajar stimulus - respon terjadi pada diri individu karena ada

rangsangan dari luar. Misalnya membalas mencubit bila baru saja

dicubit.

c. Belajar rangkaian

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus -

respon yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku

yang segera atau spontan seperti konsep panas - dingin, bapak - ibu.

d. Belajar Asosiasi verbal

Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan

bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal. Misalnya

kereta api itu berbentuk seperti ular.

e. Belajar diskriminasi

Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda,

suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan

hal-hal yang jumlahnya banyak tersebut. Seperti membedakan berbagai

bentuk wajah, binatang, tumbuhan, dsb.

f. Belajar konsep

Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau

data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna

yang abstrak. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang

dapat melakukan diskriminasi. Contoh belajar konsep adalah binatang,

(28)

12 g. Belajar aturan

Belajar aturan terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian

peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan

sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data

tersebut menjadi suatu aturan. Misalnya benda memuai bila dipanaskan,

harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan.

h. Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai

konsep atau prinsip untuk menjawab pertanyaan. Misalnya mengapa

harga bahan bakar minyak naik ? proses pemecahan masalah selalu

berkaitan. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar

kemampuan individu untuk memecahkan masalah – masalah yang lain.

B. MOTIVASI

Nasution Somantri(1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman

(1996:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk

melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.” Motivasi adalah segala

sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong

orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. WS Winkel (1986:71) motivasi

adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat

tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau

(29)

13

Menurut M. Ngalim Purwanto (1998:71) mengemukakan bahwa

motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak

melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut MC.

Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M (1996:73) motivasi adalah suatu

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

"feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.

Thursan Hakim (2004 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah

suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu

perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian motivasi yang lebih

lengkap menurut Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi diartikan sebagai

kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme

psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk

mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang

diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan

perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Tiga unsur penting tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu:

1. Kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada

perilaku seseorang.

2. Keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang

(30)

14

3. Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas

perilaku seseorang.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa

motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk

melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan. Motivasi dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang

sendiri untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan orang

tersebut melakukan suatu kegiatan. Faktor instrinsik berupa kepribadian,

sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang

menjangkau ke masa depan. Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan

oleh berbagai sumber misalnya pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor

lain yang kompleks.

C. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di

dalam proses pembelajaran. Siswa pada dasarnya termotivasi untuk

melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan

kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga

Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh

penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti:

(31)

15

Hermine Marshall istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit

berbeda. Hermine Marshall menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah

kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar

tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi

mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam

memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang

bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.

Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan.

Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai

motivasi belajar yang kuat.

Manfaat motivasi belajar menurut Sardiman, dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat

b. Menentukan arah perbuatan

c. Menyeleksi perbuatan

D. Prestasi

Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976),

prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan. Prestasi

belajar dapat diartikan keberhasilan yang telah dicapai atau dilakukan dan

(32)

16

Winkel (1984:64) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah bukti usaha yang

dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu

diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi untuk

mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Bukti ini

berupa skor atau nilai.

Dalam Masidjo (1995 : 38-40) prestasi adalah hasil proses belajar yang

khas yang dilakukan dengan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran

dari hasil proses belajar yang merupakan kemampuan aktual yang diperoleh

sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran. Proses pengukuran itu

dilaksanakan dalam suatu tes evaluasi hasil belajar. Sementara Zainal Arifin

(1990:3) berpendapat bahwa prestasi adalah kemampuan, ketrampilan dan

sikap seseorang dalam menyesuaikan suatu hal.

E. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran yang

diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru

yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau evaluasi.

Gagne (1985) mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang

merupakan hasil belajar adalah :

1. Ketrampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis,

hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual

tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada

(33)

17

2. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang di dalam

arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

3. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Informasi

yang diperoleh sebagai hasil belajar dari perkataan orang, membaca, radio,

TV, dan lain-lain.

4. Ketrampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain ketrampilan

menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.

5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimilki seseorang, sebagai mana dapat disimpulkan dari kecenderungan

bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian.

Prestasi belajar, kita ketahui bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan

intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

non kognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian serta berbagai pengaruh

lingkungan. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh tenaga pendidikan

professional, yang memiliki kompetensi dengan kemajuan yang dapat

diandalkan, berdaya guna, dan berhasil guna untuk melayani dan membantu

siswa dalam proses belajar mengajar. Metode dan alat evaluasi yang

digunakan harus menentukan baik jenis perilaku maupun materi, sehingga

prestasi yang diberikan oleh siswa benar-benar mencakup hasil belajar yang

harus dicapainya (Winkel, 2004. 620-621).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari

dalam diri dan faktor dari luar diri. Faktor dari dalam diri sendiri meliputi

(34)

18

faktor dari luar diri meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan

lingkungan spiritual dan agama (Sumartana, 1986:78). Berbagai kegiatan

belajar perlu dilakukan dalam rangka mengetahui apakah siswa memahami

tentang materi yang dipelajari. Selama proses belajar berlangsung, siswa

membutuhkan kegiatan untuk menggali prestasinya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

bukti usaha yang dapat dicapai untuk mengetahui hasil dari aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, dan nilai-sikap yang diukur secara langsung dengan

menggunakan tes atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pencapaian tujuan pembelajaran.

F. Pengertian IPS

IPS adalah bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah,

dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human

relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya.

Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial

yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan

sekolah. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin

ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur

filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu

pendidikan (Sumantri. 2001:89). IPS dapat diartikan dengan “Kajian tentang

(35)

19

Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan

dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. S.Nasution

mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan

sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian

kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam

masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi,

sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS merupakan integrasi dari

berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya,

psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal

ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil

kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran

seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.

Berdasarkan kurikulum 2004 untuk tingkat SD dinyatakan bahwa,

Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:

1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,

dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan social.

3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan

4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam

(36)

20

Tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah

“membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya

serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik

merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para

siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3)

nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

Dengan bertolak dari uraian diatas, kegiatan pembelajaran IPS

membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial

pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan

yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Menurut Jean Piagiet,

usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh

karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami bidang studi IPS dan

mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar

siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa

belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat

menarik bagi siswa.

G. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

1. PBM

Pembelajaran berbasis masalah, selanjutnya disingkat PBM, adalah

salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi

belajar aktif kepada siswa. PBM adalah suatu model pembelajaran yang

(37)

21

metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

ketrampilan untuk memecahkan masalah (Ward, 2002; Stepien,

dkk.,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997)

menyatakan bahwa PBM adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan

membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis,

berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Sovie dan Hughes dalam Made Wena (2008: 91-92) menyatakan

bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain :

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah.

2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan

dunia nyata siswa.

3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar

disiplin ilmu.

4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam

membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka

sendiri.

5. Menggunakan kelompok kecil.

6. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka

pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran

(38)

22

oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya

tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka perlu

ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih

masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka

terdorong berperan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai

fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok

sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam

pada siswa seperti kerjasama, tukar pengetahuan, dan interaksi dalam

kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan

pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,

melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data,

membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat

laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBM dapat

memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain,

penggunaan PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa

yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya

dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

3. Proses pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis

Masalah

Menurut Arens(Triyanto, 2009:97) dalam pembelajaran berbasis

masalah terdiri dari lima langkah kegiatan yaitu:

(39)

23

Pada kegiatan ini diharapkan guru mampu menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan

memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

b. Mengorganisir siswa dalam belajar

Guru membagi siswa dalam kelompok, dan membantu siswa

mendefinisikan serta mengorganisir tugas-tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru dapat mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk

mengadakan penjelasan serta pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru dapat membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dalam

membantu mereka membagi tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru dapat membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

4. Hasil Belajar dengan PBM

Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar yang

diperoleh siswa yang diajar dengan PBM yaitu:

a. Menemukan masalah dan ketrampilan melakukan pemecahan

(40)

24

b. Belajar model peraturan orang dewasa

c. Ketrampilan belajar mandiri

5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

a. Kelebihan

Menurut Wina Sanjaya ( 2006: 218-219) kelebihan pembelajaran

berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Pemecahan masalah merupakan tehnik yang cukup bagus untuk

lebih memahami isi pembelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi

siswa.

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah

dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membatu siswa mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu juga dapat

mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap

hasil maupun proses belajarnya.

6) Melalui pemecahan masalah bisa mempertimbangkan kepada

(41)

25

cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa

bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai

siswa.

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka

untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa

untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam

dunia nyata.

10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk

terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal

telah berakhir.

b. Kelemahan

Menurut Tiyanto (2009:96) dan Wina Sanjaya (2006:219)

kelemahan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah :

1) Sulitnya mencari masalah yang relevan.

2) Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan.

3) Ketika siswa tidak memliki minat atau tidak memiliki

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

(42)

26 6. Penilaian dalam PBM

Penilaian dalam PBM menyangkut penilaian proses dan hasil. Adapun

penilaian yang dilakukan meliputi:

a. Keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Keaktifan dan partisipasi siswa dapat dinilai melalui pengamatan

pada saat kegiatan pembelajaran.

b. Presentasi dan hasil laporan

Presentasi yang dimaksud adalah hasil dari evaluasi yang telah

dikerjakan oleh siswa secara individu. Laporan yang dimaksud

adalah hasil kerja siswa yang berupa tugas yang dilakukan secara

berkelompok.

c. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar dilakukan diakhir siklus. Tes tersebut berisi soal

yang mencakup materi yang telah diajarkan sebelumnya.

H. HUBUNGAN MATA PELAJARAN IPS DENGAN PBM

IPS merupakan pelajaran yang dekat dengan kehidupan manusia

sehari-hari. Materi yang dipelajari dalam IPS sebagian besar merupakan kebiasaan

yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar siswa, bahkan masalah-masalah

yang dipelajari dalam IPS merupakan masalah-masalah yang dihadapi

masyarakat dalam kehidupna sehari-hari.

Materi-materi yang dipelajari siswa akan lebih baik apabila disampaikan

(43)

27

pembelajaran yang mengutamakan pada penyajian masalah kepada siswa.

Model penyajian masalah sangat cocok digunakan dalam mata pelajaran IPS

karena IPS juga membahas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis masalah akan tepat apabila digunakan dalam

menyampaikan mata pelajaran IPS anak akan merasakan bahwa pembelajaran

IPS tidak hanya sekedar ,menghafal akan tetapi juga berpikir untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dan belajar untuk bersosialisasi dengan

satu kelompok.

I. KERANGKA BERPIKIR

Siswa melakukan proses kegiatan belajar dalam suatu mata pelajaran

yaitu IPS. Penguasaan mata pelajaran ditunjukkan siswa melalui nilai dan

prestasi sebagai tolok ukur dalam keberhasilan siswa pada mata pelajaran IPS

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi

menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V

semester 2 SD Kanisius Notoyudan I tahun 2010/2011.

Dalam kegiatan siswa pada mata pelajaran IPS seharusnya dirancang

sedemikian rupa agar pembelajaran IPS menjadi lebih menarik terutama

model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran berbasis

masalah, sehingga diharapkan dengan model pembelajaran ini dapat

(44)

28

Kanisius Notoyudan I tahun 2010/2011 khusus pada pembelajaran IPS

tentang materi menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Semakin meningkat motivasi belajar

siswa maka semakin meningkat pula prestasi belajar siswa.

J. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan motivasi

belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi

(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2010/2011 di SD Kanisius Notoyudan I yang berada di jalan Letnan

Jenderal Suprapto 95 Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan

Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Sekolah ini berada di tengah kota.

Secara umum sekolah ini sudah mempunyai fasilitas dan media

pembelajaran yang cukup baik. Hal terlihat dari laboratorium komputer,

laboratorium IPA dan ruang media yang dimiliki sekolah ini. Selain itu

banyak terdapat media pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam

proses pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran berbasis masalah.

2. Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subyek penelitian siswa kelas V SD Kanisius

Notoyudan I semester genap tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 36

siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Siswa

kelas V mempunyai kemampuan yang kurang dalam motivasi dan prestasi

belajar yang berkaitan dengan pelajaran IPS. Hal ini diketahui dari nilai

(46)

30 3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa jauh hasil belajar

siswa SD Kanisius Notoyudan I tahun pelajaran 2010/2011 dalam

peningkatan motivasi dan prestasi belajar dengan model pembelajaran

berbasis masalah dilihat dari indikator nilai rata-rata ulangan.

4. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini

adalah 5 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2011.

5. Sasaran yang Ingin Dicapai

Dalam Penelitian ini peneliti ingin mengetahui peningkatan motivasi dan

prestasi belajar siswa melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) pada mata pelajaran IPS kelas V semester genap SD Kanisius

(47)

31 B. Desain Penelitian

Gambar 1. Gambar Alur Model penelitian

Sumber Arikunto (2007: 16) Siklus II

Pengamatan Perencanaan Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Pelaksanaan

Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya

Pengamatan Siklus I

(48)

32 C. Rencana Tindakan

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai

penelitian memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang

pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuannya

adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

(Kasihani Kasbolah, 2001:11).

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan motivasi dan prestasi

belajar siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan

Indonesia dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) bagi siswa SD Kanisius Notoyudan I Yogyakarta dengan memberi

tindakan-tindakan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil dua siklus dengan rencana

sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Melakukan observasi pada siswa kelas V untuk mengetahui

kemampuan siswa .

b. Identifikasi masalah

c. Perumusan masalah.

d. Penyusunan rencana penelitian dan siklus-siklus.

e. Penyusunan silabus dan RPP.

(49)

33

g. Membuat soal untuk siklus I dan siklus II.

h. Membuat instrumen penelitian yaitu format observasi dan format

evaluasi.

2. Rencana tindakan setiap siklus

Siklus Pertama:

a. Rencana Tindakan

1) Mengidentifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan

masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM.

3) Menentukan materi pokok pembelajaran.

4) Mengembangkan skenario pembelajaran.

5) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran.

6) Mengembangkan format penilaian.

7) Menyiapkan media.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Mengorganisasikan siswa di kelas.

2) Kelas V yang terdiri dari 36 siswa dibagi ke dalam enam

kelompok, jadi masing-masing kelompok terdiri dari enam

siswa.

3) Guru membagi gambar yang berhubungan dengan peranan

tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

4) Guru membagikan LKS dan masing-masing kelompok

(50)

34

5) Siswa berdiskusi tentang peranan tokoh pejuang yang berkaitan

dengan menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

6) Siswa dan guru membahas hasil kerja kelompok dalam diskusi

kelas.

7) Guru memberikan soal evaluasi secara individu tentang peranan

tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung dan alat yang digunakan adalah lembar

observasi.

d. Refleksi

1) Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi hasil observasi tindakan I.

2) Hasil refleksi digunakan untuk menentukan dan memperbaiki

pelaksanaan tindakan pada siklus II.

Siklus kedua:

a. Rencana Tindakan

Identifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahannya

berdasarkan hasil evaluasi pada siklus ke-1.

b. Pelaksanaan Tindakan

(51)

35

2) Membagi siswa kelas V yang terdiri dari 36 siswa dibagi ke

dalam 12 kelompok, jadi masing-masing kelompok terdiri dari

tiga siswa.

3) Siswa melihat film yang ditayangkan.

4) Guru membagi LKS kepada siswa, setiap siswa menganalisis

masalah yang muncul dalam film.

5) Siswa saling bertukar pikiran tentang cara menyelesaikan

masalah yang ada dalam film berkaitan dengan peranan tokoh

pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

6) Siswa dan guru membahas bersama hasil pekerjaan siswa dalam

diskusi kelas.

7) Kemudian siswa dan guru membahas secara bersama-sama hasil

diskusi siswa.

8) Siswa mengerjakan soal evaluasi tentang peranan tokoh

pejuang yang dikerjakan secara individu.

c. Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung dan alat yang digunakan adalah lembar

observasi.

d. Refleksi

1) Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi hasil observasi tindakan

II.

(52)

36

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yaitu siklus

I dan siklus II. Masing-masing siklus dikenai materi dan tindakan yang

berbeda. Pada siklus I materinya tentang soal yang berkaitan dengan

menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan

kemerdekaan Indonesia. Sedangkan pada siklus II materinya tentang soal

yang berkaitan dengan menghargai jasa dan peranan tokoh pejuang dalam

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam Supratiknya (2008:1), data adalah nilai-nilai variabel yang

diperoleh dari hasil pengukuran suatu teknik pengumpulan data. Data

dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya. Sedangkan data sekunder

yaitu data yang diperoleh melalui perantara. Data yang digunakan pada

penelitian ini adalah data sekunder yaitu diperoleh dari perantara yaitu guru

kelas dengan nilai dari hasil ulangan.

1. Pengumpulan Data

Tabel 2. Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumennya Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

Motivasi

Non tes Lembar kuesioner

dengan pilihan setuju,

(53)

37 2. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Motivasi Belajar

Alat penilaian motivasi belajar siswa dalam penelitian ini

menggunakan teknik non-tes. Tehnik non-tes berarti melaksanakan

penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini

berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik

secara individu maupun secara kelompok.

Alat penilaian non-test, biasanya menyertai dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Penilaian non-test meliputi

observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun

partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup

atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portofolio, dan

pertanyaan-pertanyaan. Namun dalam penelitian ini peneliti lebih

terfokus menggunakan kuesioner motivasi belajar siswa. dan

observasi secara langsung pada saat kegiatan belajar mengajar

Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan

yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Tujuan

penggunaan kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah

untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik

sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan

proses belajar mereka.

Kuesioner sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan

(54)

38

secara langsung apabila kuesioner itu diberikan kepada anak yang

dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara

tidak langsung apabila kuesioner diberikan kepada orang untuk

dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Bila ditinjau dari

segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner

tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertutup adalah daftar

pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab

hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban

yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar

pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan

jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang

ia ketahui. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner

secara langsung dan tertutup.

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap

siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum

observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)

yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada

berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, di halaman

sekolah pada waktu bermain, di lapangan pada waktu siswa olah

(55)

39 b. Instrumen Prestasi Belajar

Dalam penilaian hasil seorang guru menggunakan alat ukur

yang disebut tes. Alat ukur tersebut dibedakan atas dua jenis yaitu

tes dan non tes. Berdasarkan masalah penelitian, jenis penelitian

yang dilakukan peneliti merupakan merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif. Jenis tes yang dilakukan peneliti yaitu tes prestasi

belajar. Bentuk instrumen yang digunakan yaitu tes pilihan ganda

dan tes uraian (essay test)

Dalam Masidjo (1995: 38), Tes adalah suatu alat pengukur

yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara

sengaja dalam suatu yang distandarisasikan dan yang dimaksudkan

untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau

kelompok. Tes uraian (essay test) adalah suatu tes yang member

kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasikan jawabannya

secara bebas sesuai dengan kemampuannya dengan bahasanya

sendiri atas sejumlah item yang relatif kecil dan tuntutan jawaban

yang benar relevan, lengkap, berstruktur, jelas. Sedangkan semi

objektif atau semi karangan adalah tes yang memberi kesempatan

kepada siswa untuk menghasilkan jawabannya sendiri secara

singkat sesuai dengan kemampuan dan bahasanya sendiri atas

sejumlah item yang relative agak besar sehingga jawaban dapat

(56)

40

Jenis instrumen yang digunakan antara lain:

1) Silabus berfungsi sebagai panduan untuk menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai

pedoman atau panduan untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS) berfungsi sebagai tempat bagi

siswa untuk mengerjakan soal/tugas yang diberikan.

4) Lembar observasi digunakan untuk pengamatan aktivitas siswa

pada saat kegiatan pemebelajaran.

5) Tes/evaluasi digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa.

6) Produk digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap pengetahuan yang diperoleh siswa.

c. Validitas Instrumen

Penelitian ini akan menggunakan validitas isi supaya

instrumen yang akan digunakan dapat tepat sesuai dengan apa yang

akan diukur. Dalam validitas isi, semua instrumen akan diuji

menurut standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikatornya.

Dalam validitas isi, semua instrumen akan dikonsultasikan dengan

orang yang berkompeten di bidang itu. Dalam hal ini adalah guru

kelas dan dosen pembimbing. Sehingga instrumen yang akan

(57)

41 3. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan pengolahan data dengan menggunakan

rumus-rumus atau aturan-aturan yang sesuai dengan pendekatan

penelitian. Analisis ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang

ada dalam penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif kuantitatif, adapun alat analisis yang

digunakan adalah analisis persentase, yaitu data-data yang diperoleh di

bawa ke dalam bentuk persentase sehingga mempermudah

membacanya (Kountur, 2004:169).

Dalam penelitian kualitatif sering kali dikuantifikasikan (dalam

bentuk persentase) atau diangkakan sekedar untuk mempermudah

dalam penggabungan dua atau lebih dari dua variabel (Arikunto,1998 :

246 ).

E. Indikator keberhasilan

Tabel 3. Indikator Keberhasilan

NO Indikator Kondisi Awal

Kondisi akhir siklus (yang diharapkan)

I II 1 Motivasi 64% - 75%

2 Jumlah siswa yang telah memenuhi target KKM

43,24% 70% 90%

(58)

42

1. Langkah - langkah analisis data untuk motivasi belajar adalah :

a. Pemberian skor

Dalam penelitian ini kuesioner berisi empat tingkatan jawaban

mengenai tingkat kesetujuan responden terhadap pertanyaan yang

dikemukakan.

Jawaban

 Sangat setuju diberi skor 4

 Setuju diberi skor 3

 Tidak setuju diberi skor 2

 Sangat tidak setuju diberi skor 1

b. Menentukan indeks persentase

Selanjutnya dalam menentukan indeks persentase dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Persentase (%) = X 100

Keterangan :

n : nilai yang diperoleh

N : jumlah seluruh nilai atau nilai total ( skor ideal )

c. Pedoman pengkategorisasian untuk menganalisis data dalam

penelitian ini adalah :

 Kategori I = sangat tinggi

 Kategori II = tinggi

 Kategori III = rendah

Gambar

Tabel 1. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa
Gambar 1. Gambar Alur Model penelitian
Tabel 2. Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumennya
Tabel 3. Indikator Keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk

To identify what kinds of games based on Multiple Intelligence Theory can be used to introduce English vocabulary to the students of TK Negeri 2 Yogyakarta.. To discover how the

Gambar 3.29 Grafik Metoda Integrasi Grafis & Metoda Tahapan Langsung. Dengan Q = 25 m 3 /det Dengan Talud

Pengendalian biaya yang dimaksud adalah biaya pemasaran yang meliputi biayabiaya yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi pemasaran yaitu : biaya menurut fungsi penjualan,

Terdapat kendala pada sistem yang lama bagi perusahaan, kendala utama yang dialami adalah aplikasi tidak dapat menghasilkan suatu laporan yang sesuai dengan

(1) PDPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e dipakai untuk melaksanakan kegiatan dinas pesiar pada malam hari dan kegiatan khusus lain yang ditentukan.

Kira-kira 30% pasien yang memakai obat ini mengalami pembesaran gusi, dimana Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan

Agen pendidikan politik inilah yang seharusnya diberi peran dan tanggung jawab untuk memberi pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman menyangkut nilai-nilai pemilu