PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN
TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN
(Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan
Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada BUMN Surat Kabar Harian Jawa Pos
Dan KOMPAS Edisi 6,7,8 November 2012)
Oleh :
Army Tauriza Putri
Pembimbing
Tim Penguji
1.
Ketua
Juwito. S. Sos, Msi
Juwito. S. Sos, Msi
NPT 3.6704.95.0036.1
NPT 3.6704.95.0036.1
2.
Sekertaris
Drs. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 3.70006.94.0035.1
3.
Anggota
Zainal Abidin, S.Sos, Msi. M.Ed
NPT. 3.7305.99.0170.1
Mengetahui
DEKAN
PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN
TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN
(Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan
Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada BUMN Surat Kabar Harian Jawa Pos
Dan KOMPAS Edisi 6,7,8 November 2012)
Oleh :
Army Tauriza Putri
Pembimbing
Tim Penguji
1.
Ketua
Juwito. S. Sos, Msi
Juwito. S. Sos, Msi
NPT 3.6704.95.0036.1
NPT 3.6704.95.0036.1
2.
Sekertaris
Drs. Saifuddin Zuhri, Msi
NPT. 3.70006.94.0035.1
3.
Anggota
Zainal Abidin, S.Sos, Msi. M.Ed
NPT. 3.7305.99.0170.1
Mengetahui
DEKAN
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmatNya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul : PEMBINGKAIAN BERITA UTAMA KASUS
PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTANG
PEMERASAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN.
Penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi
ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri. Semua proses
kelancaran pada saat pembuatan skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan
dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan
sumbangsihnya.
Selama melakukan penulisan penelitian ini, tak lupa penulis
menyampaikan rasa terima kasih pada Bapak Juwito S. Sos. M.Si. sebagai dosen
pembimbing yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:
1.
Allah SWT, Karena telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga
penulis mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.
2.
Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, Mp, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim
3.
Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
5.
Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
1.
Kedua orang tuak, mamaku (Ommy) ku berjanji takkan khianati pintanya,
papaku (Ar ifin) dengarlah, betapa sesunguhnya ku mencintaimu, serta
dukungan dan bimbingannya dengan penuh kasih sayang serta perhatiannya
secara moril maupun materil, dan juga atas do’a yang tak henti-hentinya
beliau haturkan untuk penulis.
2.
Suami ku tercinta Dedet Andr iyanto yang memberikan waktu, tenaga dan
semangat untuk penulis, anakku Keysha Aura Syafitr i yang selalu
membangkitkan semangat dan memberikan dukungan penulis agar
menyelesaikan skripsi ini, meskipun terdapat suka maupun duka dalam
mengerjakan skripsi ini. “I Love You So Much”.
3.
Penulis mengucapkan terimakasih pada tante (sri) yang selalu memberikan
dorongan agar penulis dapat menyelesaikan study ini.
4.
Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada sahabat
dan sepupuku : Devi Agenop,Deasy,Riza,Denis,Ila,Eta’,Yudi dan lain-lain.
Yang selalu memberi semangat pada penulis “Mbak put, ayo buruan
ngerjain sskripsinys!” (terutama Dea)
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 10 Desember 2012
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN……….i
DAFTAR ISI………ii
KATA PENGANTAR……….iii
BAB I PENDAHULUAN………1
1.1 Latar Belakang……….1
1.2 Perumusan Masalah……….13
1.3 Tujuan Penelitian……….14
1.4 Kegunaan Penelitian………14
BAB II KAJIAN PUSTAKA………..16
2.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa………..16
2.2 Berita dan Kontruksi Realitas……….17
2.3 Ideologi Pada Media Massa………20
2.4 Teori Perpanjangan Gerbang………..22
2.5 Model Hierarchi of Influence……….24
2.6 Analisis Framing………..25
2.7 Proses Framing……….27
2.8 Perangkat Framnig Zhongdang Pan dan Geralad M. Kosicki……….30
2.9 Kerangka Berfikir………38
BAB III METODE PENELITIAN………...41
3.1 Tipe Penelitian……….41
3.2 Subjek dan Objek Penelitian………..41
3.5 Teknik Pengumpulan Data………44
3.6 Teknik Analisis Data………45
3.7 Langkah – langkah Framing……….46
DAFTAR PUSTAKA………47
ABSTRAK
Army Tauriza Putri. Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang
Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN.(Studi Analisis Framing Beita Pengungkapan
Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN Pada
Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kompas)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada surat kabar
harian Jawa Pos dan Kompas dalam berita Pengungkapn Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang
Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif, yang menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan
Geralad M. Kosicki. Korpus dari penelitian tersebut yaitu : berita-berita yang membahas pertama
kalinya Dahlan membongkar nama oknum yang terlibat pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas,
tanggal 6 – 8 November 2012. Hasil penelitian dari Jawa Pos, yaitu tahap-tahap Dahlan
menyerahkan nama oknum DPR kepada BK DPR. Pada Kompas diperoleh hasil bahwa Dahlan
harus mnyerahkan bukti-bukti yang ada, dan melaporkannya ke KPK.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Media massa merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyampaikan berbagi
informasi dari narasumber kepada khalayaknya. Sebagai mana menurut Mc Quail, dalam
bukunya Mass Communication Theoris (2000:6), menyebutkan bahwa peran media massa
sebagai
Window on event and experience. Media massa dipandang sebagai jendela yang
memungkinkan khalayak melihat apa yang terjadi diluar sana. Media massa juga berperan sebagi
filter atau
gate keeper yang menyeleksi berbagai hal yang layak untuk diberi perhatian atau
tidak. Adapun media massa dalam memilih isu, informasi atau bentuk content lainya berdasarkan
para pengelolanya. Oleh media massa, khalayak diberikan tentang informasi apa saja yang layak
diketahui dan mendapat perhatian. Disinilah letak pentingnya peranan media massa sebagi
realitas simbolik yang diangap merepresentasikan realitas objektif sosial dan berpengaruh pada
realitas sosial dan relitas subjektif yang ada pada prilaku interaksi sosial masyarakat.
Media massa sebagai fungsi kontrol sosial bagi masyarakat, memiliki kekuatan yang
signifikan dalam mempengaruhi khalayaknya. Adapun fungsi kontrol sosial yang dimiliki oleh
media massa mempunyai kebebasan yang bertanggung jawab dalam menyampaikan serta
menyebarkan informasi mengenai kebijakan pemerintah kepada setiap khalayak atau masyarakat.
Tidak ada kejadian sekecil apapun yang tidak diberitakan oleh media masssa, sehingga semua
kejadian dipastikan dapat mempengaruhi tingkah laku atau pola pikir masyarakat dalam sebuah
negara. Oleh karena itu sebagai institusi yang bergerak pada bidang informasi, dapat disebut
sebagai salah satu urat nadi pemerintahan. Walaupun demikian, kebebasan dan tanggung jawab
yang dianut oleh media massa juga harus berlandaskan etika profesi dan hukum yang berlaku
dinegara yang bersangkutan. Hal ini dapat menyebabkan media massa bukan lagi saluran yang
seimbang, di mana masing – masing pihak memiliki kepentingan dan penekanan batas dan
memberikan penafsiran terhadap realitas.
Menurut Stuart Hall, logika media sebagai transakai bebas mengandalkan semua pihak
dan kelompok dalam masyarakat mempunyai posisi seimbang dan setara. Jikalau terjadi
perebutan dan pemaknaan, maka perebutan itu terjadi secara tidak adil (Eriyanto, 2001 : 39).
Akan tetapi mayoritas yang terjadi justru sebaliknya, media massa selam ini dikuasai oleh
kelompok dominan dalam masyarakat. Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan
informasi dengan benar secara efectif dan efisien. Pada prakteknya apa yang disebut sebagai
kebenaran sebuah realita ternyata sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan
survival
media itu sendiri, baik dalam pengertian bisnis ataupun politis. Seperti dalam ungkapan Budi
Susanto (1992 : 62) “ kebenaran milik perusahaan” atau bahkan kelompok dominan tertentu
yang menjadi penentu atau acuan untuk kebenaran – kebenaran lainnya. Atas kebenaran milik
perusahaan itulah realitas yang ditampilkan oleh media massa bukan sekedar realitas yang
tertunda melainkan juga realitas yang tersunting. Sehingga dibalik sebuah realitas yang
tersunting ini juga terdapat pemilihan atas fakta atau informassi yang dianggap penting namun
demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebar luaskan.
(Leksono, 1998 : 24 ) tetapi kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran
dan keyakinan – keyakinan masyarakat itu sendiri (Sobur, 2003 : 114).
Dalam perkembangannya, media massa terutama surat kabar telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat pada saat ini. Terbukti bahwa tampak banyaknya jumlah dan beragamnya jenis
surat kabar yang beredar di masyarakat. Hal ini menuntut setiap penerbit surat kabar untuk selalu
berupaya meningkatkan kualitas isi dan penapilan surat kabarnya. Masing – masing penerbit
surat kabar bersaing untuk merebut perhatian pembacanya, dengan menampilkan beragam
informasi yang disukai oleh pembaca. Surat kabar tidak lagi hanya dikenal sebagai informasi
yang hanya menyajikan berita – berita aktual dan akurat saja, akan tetapi tampak adanya unsur –
unsur bisnis dan iklan yang tentu saja sebagai penunjang perusahaan surat kabar agar tetap
bertahan.
Surat kabar sebagai media massa cetak didefinisikan sebagai media yang statis dan
mengutamakan pesan – pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata –
kata, gambar, dan foto. Media cetak adlah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang
lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata –
kata, gambar, dan foto (Kalasi : 1992,9).
Surat kabar hadir disebabkan oleh kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Peran surat
kabar dalam menyampaikan pesan – pesan pada masyarakat luas menjadi sangat penting,
sehingga apabila sehari saja mereka tidak membaca akan sangat kehilangan (Yusuf, 1990 : 5).
Seberapa penting arti kebenaran surat kabar dinilai berbeda – beda oleh tiap – tiap orang, dimana
kebutuhan informasi setiap orang dan setiap kelompok masyarakat tidaklah sama. Keingintahuan
orang dan masyarakat tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangan dan dipengaruhi oleh
pendidikan, lingkungan masyarakat, pekerjaan, dan pergaulan (Oetama, 1987 : 120 – 121).
Namun ketika kebebasan pers marak seperti sekarang ini, banyak media cetak lebih
mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah objektifitas pemberitaanpun
menjadi perdebatan klasik dalam studi media.
jurnalisme subjektif bukan sesuatu yang mustahil, karena semua proses kerja jurnalistik pada
dasarnya dapat diukur dengan nilai – nilai objektif, misalnya memisahkan fakta dan opini,
menghindari pandangan emosional dalam melihat peristiwa dan memberiakn perinsip
keseimbangan dan keadialan, serta melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya bahwa
jurnalisme akan objektif mungkin jika mengadopsi metode dan prosedur yang dapat membatasi
subjektifitas wartawan maupun redaktur. (Siahaan, 2001 : 60).
Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakana biasanya sebuah media cetak
melekukan penonjolan – penonjolan terhadap suatu berita. Dalam mengambil keputusan
mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan idiologi para wartawan yang
terlibat dalam proses produksi sebuat berita. (Sobur : 2004,163)
Ketika produksi media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya merupakan hasil
sebuah “rekontruksi realita”. Bahwa peristiwa yang disaksikan reporter dan juru kamera diproses
melalui
editing dan
reediting, penyuntingan dan penyuntingan lagi, baik reporter dan juru
kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin redaksi. Suatu proses yang cukup unik
meskipun berlangsung dengan cepat. Ini yang disebut proses rekontruksi atau realita. (Pareno,
2005 : 4)
Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang
tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan,
atau ditayangkan oleh media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau membawa
banyak manfaat kepada khalayak yang patut mendapat perhatian dari media.
Seperti yang dikatakan oleh Assegaf dalam buku sumarinda, berita adalah laporan
tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan,
yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau
akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi – segi human
interest humor, emosi dan
ketegangan. (2005 : 65)
Dalam hal ini peneliti memilih dan menggunakan metode analisis
framing sebagai
metode penelitian untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan
wartawan ketika menyeleksi sebuah isu dan menulis sebuah berita. Sebagai analisis teks media,
framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap fakta. Melaui
dirugiakan, dan seterusnya. (Eriyanto, 2004 : iv). Dengan mengunakan metode analisis framing
diharapkan sebuah realitas akan dapat terbongkar, selain itu untuk mengetahui bagaimana
pembingkaian sebuah berita oleh sebuah media kedalam bentuk
frame sehingga menghasilkan
kontruksi makna berita yang spesifik.
Framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang
yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau
prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan
dan dihilangkan, dan hendak dibawa keman berita tersebut, mengkontruksi tentang realitass
suatu peristiwa. (Eriyanto, 2005 : 224)
Guna membuat informasi menjadi lebih bermakna, sebuah media cetak biasanya
melakukan penonjolan – penonjolan tehadap suatu berita. Nilai dan ideology para wartawan
yang terlibat dalam proses produksi sebuah media tak lepas dalam keterlibatan pengambilan
keputusan mengenai sisi – sisi mana yang akan ditonjolkan. (Soubur, 2001 : 163)
Sehingga realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang
besar untuk diperhatikan atau mempunyai khalayak dalam memahami realitas. Dalam
prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isi
lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai wacana (Sobur, 2001 :
64). Misalnya dengan penempatan mencolok (sebagi headline, didepan atau dibelakang),
pengulangan, pemakaian grafis, untuk mendukung, memperkuat pemakaian label tertentu ketika
menggambarkan oarng atau dimensi tertentu dari kontriksi berita menjadi bermakana dan diingat
oleh khalayak.
Adapun media yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada harian Jawa Pos dan kompas
periode 6 – 8 November 2012. Karena pada kedua surat kabar ini berita mengenai Pengungkapan
Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN
diberitakan secara kontinu dan pada periode terbit yang sama.
Surat kabar Kompas dipilih karena merupakan harian yang bersifat nasional, paling
prestisius dan paling laku di Indonesia, leih dari setengah juta
copy
terjual setiap harinya.
Kompas juga merupakan surat kabar yang berkualitas dan tebesar di Asia Tenggara. Sebagai
surat kabar yang terbesar dan terlaris di Indonesia, kompas juga merupakan surat kabar yang
berusaha menjadi perwujudan dari aspirasi dan cita – cita bangsa secara positif. Hal ini dapat
dilihat dari bagian kompas membingkai suatu isu tentang Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan
Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN, menonjolkan aspek – aspek
tertentu, menyoroti tentang kronologis peristiwa pengungkapan kasus tersebut. Sesuai dengan
visinya
kompas yakni manusia dan kemanusiaan, sehingga harian ini berusaha untuk senantiasa
peka akan nasib manusia dan berpegang pada ungkapan klasik dalam jurnalistik yaitu menghibur
yang papar dan mengingatkan yang mapan.
Surat kabar Kompas sangat diakui keberadaanya di Indonesia dan dengan tegas
dinyatakan sebgai surat kabar yang
independent atau
nonpemerintah. Dalam menulis relaitas
Kompas termasuk media yang menganut system
both side cover
yang artinya menyajikan dua
sisi yang berbeda. Kompas bersifat
historis, maksudnya laporan itu tidak berarti kelengapan
fakta dengan data – data dan nilai – nilai, dengan laporan semacam itu Kompas akan membantu
pembacanya untuk mempertimbangkan fakta yang dihadapinya, tidak hanya berdasarkan
pengalaman dan kebudayaan mas kini tapi juga berdasarkan pengalaman dan ingatan historis.
Selain itu Kompas memiliki reputasi kedalam analiris dangan gaya penulisan yang rapi.
mengkontruksi realitas, adalah menggunakn bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi
berita. Akan tetapi bagi media massa, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk
menyampaikan fakta, namun juga menentukan gambar/citra tertentu yang hendak ditanamkan
kepada public. Gaya bahasa yang digunakan pun cenderung bersifat informative dan terkesan
sebagai “juru bicara” pemerintah, artinya pemilihan kata – kata serta alur cerita yang dibawakan
memiliki tujuan agar rakyat mengetahui tujuan dari pemerintah. Dari sisi pemberitaan, Jawa Pos
cukup berimbang antara pihak pemerintah dan masyarakat, namun berbeda dengan surat kabar
Kompass yang pemberitnya lebih terkesan menyudutkan pemerintah dalam setiap edisisnya.
Kesan tersebut tampak dari penggunaan gaya bahasa, serta pemilihan judul yang digunakan,
sehingga mengakibatkan pemberitaan Kompas kurang berimbang.
Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota
DPR kepada BUMN. “Dahlan Iskan memenuhi janjinya untuk menyerahkan nama oknum DPR
yang terlibat dalam kasus pemerasan tiga BUMN yakni PT Garam (persero), PT Merpati
Nusantara Airlines (MNA) dan PT PAL Indonesia (persero) kepada Badan Kehormatan (BK)
DPR, namun Dahlan hanya menyerahkan dua nama saja dan sisanya akan diungkap pada hari
Rabu, 7 November 2012 secara tertulis kepada BK DPR”. Kasus ini banyak menjadi sorotan
media, seperti halnya harian Jawa Pos dan Kompas yang memuatnya pada headline halaman
utama selama beberapa hari dan masih tetap menberitakan perkembangan berita tersebut sampai
pada proses terungkapnya nama – nama Dirut BUMN yang terlibat dalam kasus ini.
Dalam membingkai atau mengkontruksi suatu realitas, antara media cetak satu dengan
media cetak yang lain terdapat perbedaan isu. Isu yang berkembang pada surat kabar harian Jawa
Pos yakni lebih memihak dan beritanya tidak imbang, serta seringkali langsung menulis apa yang
didaptkan dari narasumber pada surat kabar harian Kompas yakni lebih imbang dan tidak
memihak. Lebih kepada kebenaran pencarian data.
Analisis framing tidak lepas dari tokoh – tokohnya, antara lain Edelman, Robert
Entaman, Wiliam Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki, karena pada perangkat Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menyebutkan
bahwa framing sebagai cara mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan
mengkontruksi realitas melalui pemaknaan kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto,
grafik, dan perangkat lain untuk membantu media tersebut menungkapkan pemaknaan mereka
sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kerena berita dilihat dari berbagai symbol yang disusun
lewat perangkat simbolik yang dipakai dan akan dikontruksi dalam memori khalayak. Dengan
kata lain tak ada pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya berita dilihat sebagai
seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi makna. Teks berita tidak hadir begitu saja
sebaliknya teks berita dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan informasi tertentu,
melibatkan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks (Eriyanto, 2002: 251)
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar.
Pertama, struktur sintaksis yaitu bagaimana wartawan menyususn peristiwa, opini kedalam
bentuk susunan berita. Kedua, struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan
menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu bagiamana wartwan
mengungkapakan pandangan atas peristiwa ke dalam proosisi dan kalimat. Keempat, struktur
retoris yaitu bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam berita.
1.2
Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“ Bagaimana pembingkaian berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus
pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN?”
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
“Mengetahui Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh
anggota DPR kepada BUMN”
1.4
Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1.
Kegunaan secara Teoritis
Yaitu penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Komunikasi tentang
pembingkaian berita dengan mengaplikasikan teori – teori khususnya toeri komunikasi tentang
pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing, sehingga hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran untuk peneliti berikutnya.
2.
Kegunaan Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dua pihak :
a.
Pengelolaan surat kabar Jawa Pos dan Kompas
2.
Membantu memahami bagaimana melakukan strategi wacana, yaitu upaya
menyuguhkan berita tentang pandangan tertentu agar lebih diterima khalayak misal :
berita, pemakaian ruang (space), pemakaian grafik, pemakaian table ketika
menggambarkan orang/peristiwa yang dibicarakan
b.
Khalayak Konsuman Media
Memberiksn wawasan / cara pandang khalayak media akan melihat media mengkontruksi
realitas sebagai sebuah berita sehingga khalayak lebih kreatif dan kritis dalam
menanggapi isi berita.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Sur at Kabar Sebagai Media Massa
Media massa, seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari komunitas menusia. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan lidah dan
tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas menusia untuk mengembangkan struktur sosialnya
(Rivers, 2003:27). Media massa merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk
menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun
internasional (McQuail, 1994:3).
McQuail juga menyatakan bahwa media massa merupakan filter yang menyaring
sebagaian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainya dan sekaligus kendala yang
menghalangi kebenaran (Littlejohn dalam Eriyanto, 2000:xii). Oleh sebab itu, media massa
berperan dalam melakukan kontrol sosial terhadap masyarakat.
Sebagai media yang dijual beikan pertama kali, surat kabar dibuat di Amerika, ketika
seseorang tukang becak berkebangsaa Inggris, Benyamin Harris, hijrah ke Amerika tahun 1960
(Djuroto, 2005:5). Surat kabar pada massa awal ditandai oleh : wujud yang tetap, bersifat
komersial (Dijual secara bebas), bertujuan banyak (memberi informasi, mencatat, menyajikan
adpertensi, hiburan, dan desa – desus), bersifat umum dan terbuka (McQuail, 1994 : 2).
diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan, bulanan, dan diedarkan secara umum
(Junaedhi, 1991:257)
1.2
Ber ita dan Kontr uksi Realitas
Hasil proses penelusuran dan pengolahan fakta diungkap dalam berita. Berita sendiri
merupakan rekontruksi fakta sosial yang diceritakan sebagai fakta wacana media (Siahaan,
20001:74). Sumarinda menyatakan bahwa berita adalah laporan tecepat mengenai fakta atau
ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagaian besar khalayak, melalui
media berkala (Sumarinda, 2005:65)
Wartawan bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat
suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat bagaimana mereka mengkontruksi peristiwa itu, yang
diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan kontuksi sosial, bukan merupak
peristiwa atau fakta dalam arti yang riil (Eriyanto, 2005:17).
Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, ia adalah sesuatu
yang diserap setelah peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa, melainkan sebuah upaya
untuk merekontruksi kerangaka inti peristiwa tersebut, inti yang disesuaikan dengan
kerangaka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki arti bagi pembaca
(Sobur, 2002:v).
Bungin, 2004:3). Pada kenyataanya, relitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran
individu baik dalam meupun diluar realitas tersebut (Bungin, 2004:5). Maka media yang
membentuk dan menyampaikan fakta dari peristiwa dapat disebut agen kontruksi realitas.
Berger dan Luckman (1990:1) menjelaskan realitass sosial dengan memisahkan
pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas diartiakan sebagai kualitas yang
terdapat didalam berbagi realitass, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak
tergantung kepada kehendak kita. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian
bahwa realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Menurut Berger dan Luckman (1990:xx, Nugroho 1999:123). Pengetahuan masyarakat
yang dimaksud adalah realitas sosial masyarakat. Realitas sosial tersebut adalah pengetahuan
yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang dimasyarakat seperti konsep, kesadaran
umum, wacana public, sebagi hasil dari kontruksi sosial. Relitas sosial dikontruksi melalui
proses eksternalisasi, objektifitas, dan internalisasi (Bungin, 2004:5 – 6).
Realitas hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas terciptablewat
kontruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini, tidak ada relitas yang bersifat
objektif, karena realitas itu tercipta lewat kontruksi dan pandangan tertentu (Eriyanto,
2005:19). Karena fakta itu diproduksi dan ditampilakan secara simbolik, maka realitas itu
tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikontuksi. Fakta yang
sama bisa menghasilkan fakta yang berbeda – beda ketika ia dilihat dan dipahami dengan
cara yang berbeda (Eriyanto, 2005:21).
ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak.
Setelah berita itu masuk ke tanggan redaktur, akan diseleksi, lagi dan disunting dengan
menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah,
seolah – olah ada realitas yang benar – benar riil yang ada diluar diri wartawan. Realitas yang
riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita.
Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam
prespekitif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, dibentuk. Wartawan –
lah yang membentuk peristiwa, mana yang disebut peristiwa dan mana yang tidak. Peristiwa
dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan (Eriyanto, 2005:100- 101).
1.3
Ideologi Pada Media Massa
Karl Marx (1818 – 1883) dan Fredrich Engels (1820 – 1895) melihat ideologi sebagai
febrikasi atau pemalsuan yang digunakan oleh sekelompok orang tertentu untuk
membenarkan diri mereka sendiri. Karena itu, konsep ideology tersebut jelas sangat subjektif
dari keberadaanya hanya untuk menlegitimasi kelass penguasa di tengah masyarakat (Sobur,
2002:64). Berdasrkan teori tersebut, media dipandang sebagi dominasi para penguasa yang
memiliki kepentingan tertentu.
Sedangkan Shoemoker dan Reese menyebutkan objektifitas lebih merupakan ideology
bagi jurnalis dibandingkan seperangkat aturan atau praktek yang disedianakan oleh jurnalis.
Ideology ini adalah kontruksi untuk memberi kesadaran kepada khalayak bahwa pekerjaan
jurnalis adalah menyampaikan kebenaran. Objektifitas juga memberiakan legitimasi kepada
media untuk disebarkan kepada khalayak bahwa apa yang disampaiakan adalah kebenaran
(Eriyanto, 2005:112-113).
2.4 Teor i Per panjangan Ger bang (Ga te Keeper)
Pandangan seleksi berita (selectivity of news) seringkali melahirkan teori seperti
gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan
dilapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang
bisa diberitakan dan mana yang tidak. Setelah itu berita masuk ketangan redaktur, akan diseleksi
lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang
perlu ditambahkan. Pandangan ini mengendalikan seolah – olah ada realitas yang benar – benar
terjadi yang ada diluar diri wartawan. Realitas yang rill itulah yang akan diseleksi oleh wartawan
untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita (Eriyanto, 2002:100)
Ketika seorang editor menekankan berita secara sensasional dan spektakuler dan juga
maslah kriminal mereka sedang melaksanakan fungsi gatekeeping (pentapisan informasi) atau
dengan kata lain tugas gatekeeper adalah bagaimana dengan seleksi berita yang dilakukannya
pembaca menjadi tertarik untuk membacanya. Oleh karena itu editor diharapkan bisa memilih
mana berita yang benar – benar dibutuhkan pembaca dan mana yang tidak, sebab dengan
pembatasan ruangan yang disajikan tidak mungkin semua berita disiarkan. Salah satu alasnnya
mereka harus bersaing dengan iklan – iklan yang masuk dan biasanya tidak lebih dari 40 %. Jadi
bagaimana membuat berita secara singkat, padat dan pantas sehingga memudahkan pembaca
memahaminya. Seorang editor bisa menyuruh reporter untuk melengkapi fakta – fakta dalm
beritanya misalnya dengan mengadakan wawancara ulang termasuk jika tulisan yang telah
disajikan untuk mencerminkan isi dari berita tersebut. Dengan demikian gatekeeper mempunyai
tiga fungsi sebagi berikut :
1.
Menyiarkan informasi kepada pembaca
2.
Untuk membatasi informasi yang diterima oleh pembaca dengan mengedit informasi
yang ada sebelum disebarkan.
3.
Untuk memperluas informasi dengan menambahkan fakta (Nurudin, 2003 : 111 –
113)
2.5 Model Hier archi of Influence
Gambar 1.“Hierar chi of Influence”Pamela Shoemoker dan StephenD. Reese
Shoemaker dan Reese, 1993, dalam Sobur, 2002:138
1.
Pengaruh organisasi. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari
keuntungan materiil. Tujuan – tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang
dihasilkan.
2.
Pengaruh dari luar organiasasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok
kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relation dan pemerintah
yang membuat peraturan – peraturan di bidang pers.
3.
Pengaruh ideology. Ideology merupakan sebuah pengaruh yang paling meyeluruh dari
semua pengaruh. Ideology di sini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang
menyediakan kekuatan kohesif yang menyediakan kohesif yang mempersatukan didalam
mesyarakat (Shoemoker, Reese, dalam Sobur, 2002:138-139)
1. Tingkat Individual
2. Tingkat Rutinit as
3.
4.
2. Tingkat rutinit as
media
3.
Pokok perhatian dalam studi mengenai teks atau isi media dan merupakan tingktan yang
paling menyeluruh adlah ideology. Media mempunyai peranan penting dalam
menyebarkan ideology. Begitu pula para pekerja media, praktisi dan hubungan –
hubunganya dapat berfungsi secara ideologis (Sobur, 2002:139)
2.6 Analisis Fr aming
Gagasan mengenai framing, pertamakali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo
dalam Sobur, 2002:161). Mulanya,
frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta
yang menyediakan katogiri – kategori standar untuk realitas. Konsep ini kemudian
dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandalkan
frame sebagi
kepingan – kepingan prilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam
membaca realitas.
Analisis
framing
dipakai untuk membedah cara – cara atau ideology media saat
mengkontruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan
fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat,
untuk mengiringi interpretasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan kata lain,
framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2002:162)
istilah – istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan
alat ilustrasi lainya (Sudibyo, dalam Sobur, 2002:165).
Ada dua aspek dalam bidang
framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses
memilih fakta ini didasarkan pada asumsi. Wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa
prespektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemugkinan : apa yang akan
dipilih
(included) dan apa yang dibuang (excluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan
dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain,
memberitakan aspek tertentu dan melupakan asspek lainya. Intinya peristiwa dilihat dari sisi
tertentu. Akibatnya, pemahaman dan kontruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara
satu media dengan media lainnya.
2.7 Pr oses Fr aming
Framing didefinisikan sebagi proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempataka
informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari
framing yang saling berkaitan.
Pertama,
dalam konsepsi psikologisnyang menekankan pada bagaimana seseorang memproses
informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana
seseorang mengelolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing
disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan
menepatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi
seseorang.
Kedua,konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses
internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam
cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana kontruksi
sosial atas realitas.
Dalam mengkontruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang
ada dalam pikirannya semata. Pertama, proses kontruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang
melekat dalam diri wartawan. Kedua, ketika menulis dan mengkontruksi berita wartawan
bukanlah berhadapan dengan public yang kosong. Ketiga, proses kontruksi itu juga
ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan
standar professional dari wartawan (Eriyanto, 2005:252- 254)
Perangkat dalam framing yang peneliti gunakan dalam memframingnya berita tentang
Pengungkapan Dahlan Iskan tentang Pemerasan Angota DPR kepada BUMN. Peneliti
memilh memakai perangkat Pan dan Kosicki karena terdapat empat perangkat framing.
Pertama, struktur sintaksis yaitu bagaimana wartawan menyusun peristiwa, opini kedalam
bentuk susunan berita. Kedua, struktur skrip, yaitu berhubungan dengan bagaimana
wartawan menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu,
bagaimana wartawan mengungkspksn pandangan atas peristiwa kedalam proposisi dan
kalimat. Keempat,struktur retoris yaitu bagaimanawartawan arti tertentu kadalam berita
(Eriyanto, 2001 : 254 – 254). Alasan peneliti mengunakan perangkat Pan dan Kosicki, sebab
ada tiga kategori besar element framing, yaitu :
1.
Level Makrostruktural, dimana pada level ini dapat kita lihat sebagai pembingkaian
dalam tingkat wacana.
3.
Elemen Retoris, dimana elemen ini memusatkan perhatian bagaimana fakta
ditekankan.
2.8 Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Ger ald M. Kosicki
Dalam pendekatannya, Pan dan Kosicki membagi perangkat framing kedalam empat
empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis yang berhubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan, atas peristiwa
kedalam bentuk susunan umum berita. Kedua, struktur skrip, adalah bagaimana cara
wartawan mengisahkan fakta. Ketiga, struktur tematik, adalah bagaimana cara wartawan
menulis fakta. Keempat, struktur retoris, adalah bagaimana cara wartawan menekankan fakta.
Penjelasan perangkat faraming yang dibagi menjadi empat struktur besar :
1.
Sintaksis
a.
Headline
Merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang
tinggi yang menunjukan kecenderungan berita. Headline mempunyai fungsi framing
yang kuat. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan
mengkontruksi suatu isu, seringkali dengan menekankan makna tertentu lewat
pemakaian tanda Tanya untuk menunjukan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk
menunjukan adanya jarak perbedaan.
b.
Lead
Lead adalah perangkat sintaksis yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya
memberikan sudut pandang dari berita, menunjukan prespektif tertentu dari peristiwa
yang akan diberitakan.
c.
Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin
ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya
mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
d.
Pengutipan Sumber Berita
yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua,
mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan
atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tidak tampak sebagai
menyimpang (Eriyanto, 2005:257-259)
2.
Skrip
Laporan berita, sering disusun sebagi suatu cerita. Menulis berita dapat disamakan, dlam
taraf tertentu, dengan seseorang yang menulis novel atau kisah fiksi lain. Perbedaanya
bukan terletak pada cara bercerita, melainkan fakta yang dihadapi. Bentuk umum dari
struktur skrip ini adalah pola 5W+1H(who, what, when, where, why, dan
how)(Eriyanto,2005:260)/
Who
: Siapa yang terlibat dalam perstiwa ?
What
: Apa yang terjadi ?
When
: Kapan peristiwa itu terjadi ?
Where
: Dimana peristiwa itu terjadi ?
Why
: Mengapa peristiwa itu terjadi ?
How
: Bagaiman peristiwa itu terjadi ?
3.
Tematik
kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber kedalam teks berita
secara keseluruhan (Eriyanto,2005:262).
Ada beberapa elemen dari perangkat tematik :
a.
Koherensi
Merupakan pertalian atau jalan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat
atau proposisi yang mengambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan
menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat
menjadi berhuungan ketika seseorang menghubungkannya. Ada tiga macan
koherensi. Pertama, koherensi sebab – akibat. Kedua, koherensi penjelas. Ketiga,
koherensi pembeda. (Eriyanto,2005:263).
b.
Detail
Elemen detail merupakan startegi bagaimana media mengekspresikan sikapnya
dengan cara yang implicit. Sikap atau wacana dikembangkan oleh media kadamgkala
tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detail bagaimana yang
dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detai yang besar, akan
menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media (Eriyanto,
2001:238)
c.
Maksud
kebenarannya dan secara impisit pula menyingkirkan versi kebenaran yang lain.
(Eriyanto, 2001:241)
d.
Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berfikir yang logis atau kausalitas,
logika kausalitas ini diterjemahkan ke dalam bahsa menjadi susunan subjek (yang
menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bikan hanya
persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh
susunan kalimat (Sobur, 2002:81)
e.
Kata Ganti
Merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas
imajinatif. Kata ganti ini timbul untuk menghindari pengulangan kata (yang disebut
antaseden) dalam kalimat berikutnya untuk menunjukan dimana posisi seseorang
dalam suatu wacana (Sobur, 2002:81-82)
f.
Nominalisasi
Nominalisasi dapat member sugesti kepada khalayak adanya generalisasi. Cara
pandang memandang suatu objek sebagai suatu yang tunggal atau sebagi kelompok.
(Sobur, 2002:81)
4.
Retoris
sisi tertentu dan meningkatkan ganbaran yang diingnkan dari suatu berita. Ada beberapa
elemen retoris yang dipakai wartawan :
a.
Leksikon
Merupakan pemilihan dan pemakaian kata – kata untuk menendai atau
mengambarkan peristiwa.
b.
Grafis
Dalam wacana, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain
dibandingkan tulisn lain. Pemakain huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah,
huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar. Termasuk didalamnya adalah
pemakain capiton, raster, gambar, table untul mendukung arti penting suatu pesan
(Eriyanto, 2005:264 – 266)
c.
Metafora
2.9 Ker angka Ber fikir
Penelitian ini didasarkan pada kebenaran media massa yang telah menjadi sumber
informasi dominan, bukan saja bagi individu, tetapi juga bagi seluruh kelompok masyarakat
untuk memperoleh gambaran tentang realitas sosial. Namun sebagai pembaca surat kabar, media
cetak lainya seringkali dibuat bingung, kenapa peristiwa yang lain tidak diberitakan, kenapa
kallau ada dua peristiwa yang sama, pada hari yang sama, media selalu menonjolkan pada salah
satu berita, dan melupakan peristiwa yang lain. Padahal kedua – duanya sama pentingnya bagi
masyarakat. Tidak mengherankan apabila setiap hari, bagaimana peristiwa yang sama dapat
dikontruksi berbeda oleh media yang berbeda pula.
November mengemas pemberitaan tentang Pengungkapan Dahlan Iskan Tentang Pemerasan
Anggota DPR kepada BUMN.
Berita tidak mencerminkan realitas sosial yang direkamnya, bahkan bisa memberikan
realitas yang berbeda dengan realitas sosialnya. Seperti pada kedua surat kabar tersebut.
Demikian halnya tentang pemberitaan Pengungkapan Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Anggota
DPR kepada BUMN. Surat kabar Jawa Pos dan Kompas memiliki sudut pandang yang berbeda
dalam pemberitaanya masing – masing mengenai realitas yang sama.
Berita – berita seputar Pengungkapan Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Anggota DPR
kepada BUMN yang muncul di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas tersebut akan dianalisis
menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki, karena model ini berasumsi bahwa setiap
berita mempunyai frame yang berfungsi sebagi pusat ide. Frame ini adalah suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan, sumber, latar
informasi, pamakaian kata atau kaliamat tertentu) kdalam teks secara keseluruhan.
Headline,lead, lat ar informasi,
pernyataan, penutup
5W + 1H
Paragraf,prposisi,
k
alimat,hubunganant ar kalimat
Kat a, idiom,
gambar/ fot o
2.9.1 Bagan Kerangka Berfikir
Berit aPengungkapan
Dahlan Tet ang
Pemerasan
Anggota DPR
Kepada BUM N
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyususn fakta
SKRIP
Cara Wart aw an
M engisahkan fakta
TEM ATIK
Cara Wartawan
M enulis Fakt a
RETORIS
Cara Wartawan
M enekankan Fakta
STRUKTUR PERANGKAT FRAM ING
1. Skema Berit a
2. Kelengkapan Berita
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk Kalimat
6. Kata Gant i
7. Leksikon
8. Grafis
9. M etafora
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian dan Definisi Oper asional
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode penelitia kualitatif dengan analisi
framing. Metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor didefinisikan sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan
prilaku yang dapat diamati (Molcong, 2002:3). Pada dasarnya framing adalah analisis yang
dipakai untuk melihat bagaimana media mengkontruksi realitas.
Definisi oprasional dari penelitian ini adalah seluruh tulisan, foto, maupun keterangan –
keterangan lain yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 6 – 8 November 2012
mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota
DPR kepada BUMN.
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi edisi 6 – 8
November 2012 mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan
oleh anggota DPR kepada BUMN.
3.3 Unit Analisis
3.4 Kor pus Penelitian
Korpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada
perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan. Korpus harus cukup luas untuk
memberi harapan yang beralasan bahwa unsur – unsurnya akan memelihara sebuah kemiripan
dan perbedaan yang lengkap dan juga bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001:70)
Korpus dalam penelitian ini yaitu :
a.
Korpus Jawa Pos
1.
Edisi 6 November 2012 halaman 1 (halaman utama Jawa Pos) “ Bola Berpindah ke
BK DPR”
2.
Edisi 7 November 2012 halaman 1 (halaman utama Jawa Pos)
“ Dahlan Buka kartu Kedua”, “ Kritis Tidak Berati Meminta”
3. Edisi 8 November 2012 halaman 1 (halaman utama Jawa Pos) “ Tujuh Minta Upeti,
Satu Dipuji”
b.
Korpus Kompas
1.
Edisi 6 November 2012 halaman 4 (halaman politik dan hukum) Headline, judul
berita “Dahlan Harus ke KPK”
2.
Edisi 7 November 2012 halaman 3 (halaman politik dan hukum) Headline, judul
berita “ Dahlan Harus Buktikan”
3.
Edisi 8 November 2012 halaman 5 (halaman politik dan hukum) “ Laporan
Dahlan Tanpa Bukti”
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya, tanpa
ada perantara. Sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. (Mukhtar, 2007:86-88)
Pengempulan data primer dilakukan dengan cara mendokumentasikan berita – berita
mengenai mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh
anggota DPR kepada BUMN.
Pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos periode 6 – 8 November 2012. Sedangkan data
sekunder peneliti dapatkan dari studi kepustakaan, buku, artikel, surat kabar, jurnal penelitian
terdahulu.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis
Framing. Analisis framing digunakan untuk membedah cara – cara atau ideology media saat
mengkontruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta
kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk
mengiringi interpretasi khalayak sesuai prespektifnya (Soubur, 2001:162). Fakta mana yang akan
ditonjolkan atau dihilangkan, serta hendak dibawa kemana arah berita tersebut. Karenanya berita
menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai suatu yang
legitimasi, obektif, alamiah, wajar atau terelakan. ( Sobur, 2001:162)
Metode analisis framing yang digunakan pada penelitian ini adalah model framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Berita – berita mengenai Pengungkapan Menteri BUMN
Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN.
3.7 Langkah – langkah Analisis Fr aming
Berita mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan
oleh anggota DPR kepada BUMN yang terdapat dalam surat kabar Harian Jawa Pos dan surat
kabar Harian Kompas akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing Pan dan Kosicki.
Pertama, peneliti mengumpulkan berita – berita tentang Pengungkapan Menteri BUMN
Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. Pada surat kabar Harian
Jawa Pos dan surat kabar Harian Kompas periode 6 – 8 November 2012.
Kedua, peneliti melakukan analisis terhadap berita – berita dan kemudian membuat
interpretasi terhadap berita – berita tersebut dalam kerangka model Pan dan Kosicki. Berita
dibagi menjadi empat bagian struktur besar yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
1.
Sintaksis
Dalam wacana berita sintaksis berhubungan dengan bagaimana Jawa Pos dan Kompas
dalam menyusun berita mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus
pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. Dalam bentuk susunan umum berita. Adapun
fungsi dari struktur sintaksis, adalah menjadi petunjuk berguna dalam melihat bagaimana
wartawan Jawa Pos dan Kompas memaknai peristiwa isu Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan
Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN.
dan hendak keman berita tersebut akan dibawa.
a.
Headline
Headline tentang berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus
pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. pada surat kabar Harian Jawa Pos dan
Kompas merupakan inti pemberitaan yang ditulis dengan huruf besar dan mencolok
guna menarik perhatian khalayak untuk membacanya.
b.
Lead
Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota
DPR kepada BUMN.
c.
Latar Informasi
Latar belakang atas berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus
pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. Merupakan bagian berita yang dapat
membantu menyelidiki semantic (arti kata) yang ingin ditampilkan, cara
mempengaruhi, memberi kesan sebagai pembenaran bahwa pendapat Jawa Pos dan
Kompas dalam memaknai berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang
kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN.
d.
Kutipan Sumber
Pengutipan yang dilakukan terhadap orang – orang / tokoh – tokoh yang berhubungan
dengan peristiwa Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan
oleh anggota DPR kepada BUMN, dengan tujuan membangun objektifitas, perinsip
keseimbangan, dan tidak memihak pendapat wartawan semata, tetapi juga pendapat
orang – orang yang mempunyai otoritass tertentu.
2.
Skr ip
didahulukan dan bagian mana yang kemudian sebagai strategi menyembunyikan informasi
penting.
Struktur srip 5W+1H yaitu :
What
: Peristiwa apa yang terjadi ?
Who
: Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut ?
When
: Kapan peristiwa itu terjadi ?
Where
: Dimana peristiwa itu terjadi ?
Why
: Mengapa peristiwa itu terjadi ?
How
: Bagaimana terjadinya peristiwa itu ?
3.
Tematik
Berhubungan dengan bagaimana surat kabar Harian Jawa Pos dan surat kabar Harian
Kompas mengungkapkan pandngannya atas Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan
tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN, kalimat atau hubungan antar
kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Yang termasuk struktur tematik antara lain
:
a.
Detail
Kontrol informasi yang ditampilkan Jawa Pos dan Kompas. Dimana informasi yang
menguntungkan akan diuraikan secara mendetail, lengkap dan panjang lebar. Bila perlu
disertakan pula data – data yang mendukung dan merupakan upaya secara sengaja untuk
menciptakan citra tertentu pada khalayak dan sebaliknya apabila informasi tersebut
merugikan.
Informasi berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh
anggota DPR kepada BUMN, yang menguntungkan Jawa Pos dan Kompas akan diuraikan
secara eksplisit dan jelas, sedangkan yang merugikan akan diuraikan secara implisit atau
samar.
c.
Nominalisasi antar kalimat
Prespektif Jawa Pos dan Kompas dalam memandang suatu objek sebagai suatu yang
tunggal atau sebagai suatu kelompok.
d.
Koherensi
Pertalian atau jalinan antar kalimat dalam pemberitaan Pengungkapan Menteri BUMN
Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN oleh Jawa Pos dan
Kompas sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat terjalin menjadi sebuah
kalimat.
e.
Bentuk kalimat
Kebenaran tata bahasa yang digunakan Jawa Pos dan Kompas dalam menulis berita
Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tentang kasus pemerasan oleh anggota DPR,
karena bentuk kalimat bukan hanya menyangkut permasalahan teknis kebenaran tata
bahasa, namun menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.
f.
Kata Ganti
Alat yang digunakan Jawa Pos dan Kompas untuk menunjukan dimana posisi seseorang
dalam wacana.
4.
Retor is
a.
Leksikon
Pilihan kata yang dilakukan oleh Jawa Pos dan Kompas dari berbagai kemungkinan kata
tersedia. Secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan kedua media tersebut
terhadap fakta atau realitas mengenai Pengungkapan kasus pemerasan anggota DPR
kepada BUMN oleh Dahlan Iskan.
b.
Garfis
Untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (berarti dianggap penting) oleh
Jawa Pos dan Kompas dalam pemberitaan Pengungkapan kasus pemerasan anggota DPR
kepada BUMN oleh Dahlan Iskan. Umumnya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat
berbeda, dibandingkan dengan tulisan yang lain. Pemakaian huruf tebal, miring,
pemakaian garis tebal, dan huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk
gambar, grafik, table, foto, penempatan teks, tipe huruf dan elemen grafis lain yang secra
langsung dapat memanipulasi pendapat ideologis yang muncul.
c.
Metafora
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar Umum Objek Penelitian
4.1.1. Profil Perusahaan J awa Pos
2
Pada tahun 1962 harian
De Vrije Pers
dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa
Trikora untuk merebut Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagi gantinya
diterbitkan surat kabar yang berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily
News pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena minimnya iklan. Sedangkan
meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada
harian
Huo Chau Shin Wan.
Maka sejak tahun 1981 Jawa Pos yang tetap
bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan
hanya 10.000 eksemplar.
Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari
demgan menampilkan berita – berita umum. Terbitan
Jawa Pos
pertama kali
dicetak di percetakan Aqil di jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan
oplah 100 eksempalar. Semenjak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak dipercetakan
Vrije pers di jalan Kaliasin 52 Surabaya, dan selanjutnya dari tahun ketahun
oplahnya mengalami peningkatan.
3
Soeseno Tedjo sebagi pemilik perusahaan meneriama tawaran untuk menjual
mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafoto Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal
1 April 1982. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan
Utama dan Pimerd oleh Dirut PT. Grafoto Pers Bapak Eric Samola. SH untuk
membenahi kondisi PT. Java Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun
oplah
Jawa Pos
mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak itulah
perkembangan
Jawa Pos
semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar
yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi
320.000 eksemplar.
Pada tanggal 2 Mei 1985 sesuai dengan kata Notaris Liem Shen Hwa, SH
No. 8 pasal 4 menyatakan nama PT. java Pos Concern LTD diganti dengan nama
PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MEPEN No. 1/Per/Menpen/84 mengenai
SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20% dari saham harus dimiliki
karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.
Meskipun terjadi perubahan kepemilikan
Jawa Pos
tidak merubah secara
esensial isi pemberitaanya yang menyajikan berita – berita umum. Berita – berita
umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi,
politik, hukum, sosial dan budaya, pemerintah, olahraga, disamping pemberitaan
peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.
4
membaca Koran adlah sore hari. Ketika Jawa Pos memplopori terbit pagi,
banyak warga menertawai “Koran kok, pagi” banyak diantaranya menolak.
Banyak agen dan loper yang tidak mau menjual
Jawa Pos
, bahkan di titipi saja
agan dan loper menolak. Manajemen
Jawa Pos
lantas memutar otak kalu tidak
ada loper dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan ? akhirnya ditemukan jalan
lain : istri – istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran
termasuk istri Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utam adalah di pemasaran
kedua, menambah income keluarga wartawan waktu itu gaji wartawan masih
kecil, dengan cara ini keluarga
Jawa Pos
akan menambah pendapatan. Ketiga,
memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran
Jawa Pos
atas usaha
suaminya dan kelak dikemudian hari beberapa istri atau keluargawartawan ini
menjadi agen beasr Koran
Jawa Pos
. perjuangan dan kepeloporan ini ternyata
membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar keredaksian. Warga Surabya
utamanya lebih memilih Koran
Jawa Pos
dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos
telah menmbus angka 250.000 eksemplar perharinya.
Jawa Pos
sanggup mengalahkan tiras penerbitan – penerbitan lain yang
5
Salah satu yang benar – benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi
sebuah kelompok media yang sangat besar adalah dengan adanya JPNN (Jawa
Pos News Networking). JPNN ini dibentuk sebagi salah satu sarana untuk
menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber
berita berbagi media cetak yang berada dalam naungan dengan kelompaok
Jawa
Pos
. Hal ini menyebabkan berita di satu daerah diluar Surabaya tidak perlu
dikerjakan layoutnya di Surabaya dan berita tersebut dapat dikerjakan di kota
bersangkutan lalu hasilnya dikirim ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang ada
di Surabaya. Saat ini dimana masanya media online sedang berkembang,
Jawa
Pos
juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan memberikan
fasilitas
Java Pos
juga tidak mau ketinggalan untuk berpartisipasi dengan
memberikan fasilitas
Java Pos
yang bisa diakses melalui internet denngan
alamat situs :
www.jawapos.co.id
6
diberbagi daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha Koran yang mau
gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerjasama dan banyak
diantaranya yang didirikan
Jawa Pos.
Berhasil di satu kota dilakukan di kota lain gagal, di satu kota dicoba di
coba kota lain dan April 2001 anak perusahaan
Jawa Pos
sudah mencapai 99
group. Koran – Koran, majalah atu tabloid – tabloid yang menjadi cucu dari
Jawa Pos.
Beberapa media dikelola oleh
Jawa Pos
di Indonesia diantaranya adalah
Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi
Radar Surabaya, Dhrama
Nyata, Manuntung, Ackhya, Fajar, Riau Pos, Menado Pos, Suara Nusa,
Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercusuar, Cendrawasih Pos,
Kompetisi, Komputek, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo,
Harian Rakyat Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru.
Media itu bisa berupa bantuan modal, baik berupa uang maupun mesin cetak
ataupun sumber daya manusia.
7
4.1.2. Kebijakan Redaksional J awa Pos
Dalam menulis berita
Jawa Pos
terlebih dahulu melewati penyeleksian
dengan melihat
situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan
, pemuatan
berita tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita
yang besar atau yang mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang
menjadi isu pembicaraan masyarakat akan mendapatkan porsi yang lebih banyak
untuk dimuat dan diulas dari berbagai aspek oleh
Jawa Pos
. Hal itu dilakukan
Jawa Pos
untuk memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi –
informasi yang dibutuhkan.
Jawa Pos
mempunyai keinginan untuk memberikan
kepuasan informasi kepada masyarakat, untuk itu pada halaman pertama
Jawa
Pos
menyajikan satu tema berita dengan berbagai usulan dari berbagai aspek
atau sudut pandang.
Dibidang keredaksian kepopuleran
Jawa Pos
adalah membuat berita besar,
dibesarkan dengan cara judul – judul berita pada
Jawa Pos
dibuat dalam ukuran
besar menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Pemberitaan
Jawa Pos
pun
ber – angel – angel
sehingga pembaca mendapatkan informasi
dalam berbagai persepktif. Tidak kalah radikalnya
Jawa Pos
memplopori
penulisan
feature
yang berisi berita – berita unik dan human interest.
8
melukiskannya kedalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan
redaktur dalam kesanggupan menyeleksi dan megedit berita yang layak muat.
Begitulah proses sebuah berita institusi
Jawa Pos
. Selain itu
Jawa Pos
juga
mengalami perubahan dalam halaman sambungan, dari halaman satu ke halaman
yang lain. Di
Jawa Pos
, sambunganya diberi judul lagi, hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan pembaca mencari sambungan berita tersebut. Hal ini
merupakan kebijaksanan dari layout
Jawa Pos.
Pemuatan halaman metropolis disebabkan sebagian besar pasar
Jawa Pos
ada di Surabaya. Metropolis juga memuat berita – berita yang sedang
berkembang di masyarakat Surabay