• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN (Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN (Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN

TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN

(Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan

Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada BUMN Surat Kabar Harian Jawa Pos

Dan KOMPAS Edisi 6,7,8 November 2012)

Oleh :

Army Tauriza Putri

Pembimbing

Tim Penguji

1.

Ketua

Juwito. S. Sos, Msi

Juwito. S. Sos, Msi

NPT 3.6704.95.0036.1

NPT 3.6704.95.0036.1

2.

Sekertaris

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi

NPT. 3.70006.94.0035.1

3.

Anggota

Zainal Abidin, S.Sos, Msi. M.Ed

NPT. 3.7305.99.0170.1

Mengetahui

DEKAN

(2)

PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN

TENTENG PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN

(Studi Analisis Framing Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan

Tentang Pemerasan yang Dilakukan Anggota DPR Kepada BUMN Surat Kabar Harian Jawa Pos

Dan KOMPAS Edisi 6,7,8 November 2012)

Oleh :

Army Tauriza Putri

Pembimbing

Tim Penguji

1.

Ketua

Juwito. S. Sos, Msi

Juwito. S. Sos, Msi

NPT 3.6704.95.0036.1

NPT 3.6704.95.0036.1

2.

Sekertaris

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi

NPT. 3.70006.94.0035.1

3.

Anggota

Zainal Abidin, S.Sos, Msi. M.Ed

NPT. 3.7305.99.0170.1

Mengetahui

DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan rahmatNya sehingga penulis dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul : PEMBINGKAIAN BERITA UTAMA KASUS

PENGUNGKAPAN MENTERI BUMN DAHLAN ISKAN TENTANG

PEMERASAN OLEH ANGGOTA DPR KEPADA BUMN.

Penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi

ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri. Semua proses

kelancaran pada saat pembuatan skripsi penelitian tidak lepas dari segala bantuan

dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan

sumbangsihnya.

Selama melakukan penulisan penelitian ini, tak lupa penulis

menyampaikan rasa terima kasih pada Bapak Juwito S. Sos. M.Si. sebagai dosen

pembimbing yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1.

Allah SWT, Karena telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga

penulis mendapatkan kemudahan selama proses penulisan skripsi ini.

2.

Prof. Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, Mp, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim

3.

Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

5.

Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan

(4)

1.

Kedua orang tuak, mamaku (Ommy) ku berjanji takkan khianati pintanya,

papaku (Ar ifin) dengarlah, betapa sesunguhnya ku mencintaimu, serta

dukungan dan bimbingannya dengan penuh kasih sayang serta perhatiannya

secara moril maupun materil, dan juga atas do’a yang tak henti-hentinya

beliau haturkan untuk penulis.

2.

Suami ku tercinta Dedet Andr iyanto yang memberikan waktu, tenaga dan

semangat untuk penulis, anakku Keysha Aura Syafitr i yang selalu

membangkitkan semangat dan memberikan dukungan penulis agar

menyelesaikan skripsi ini, meskipun terdapat suka maupun duka dalam

mengerjakan skripsi ini. “I Love You So Much”.

3.

Penulis mengucapkan terimakasih pada tante (sri) yang selalu memberikan

dorongan agar penulis dapat menyelesaikan study ini.

4.

Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada sahabat

dan sepupuku : Devi Agenop,Deasy,Riza,Denis,Ila,Eta’,Yudi dan lain-lain.

Yang selalu memberi semangat pada penulis “Mbak put, ayo buruan

ngerjain sskripsinys!” (terutama Dea)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,

khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 10 Desember 2012

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……….i

DAFTAR ISI………ii

KATA PENGANTAR……….iii

BAB I PENDAHULUAN………1

1.1 Latar Belakang……….1

1.2 Perumusan Masalah……….13

1.3 Tujuan Penelitian……….14

1.4 Kegunaan Penelitian………14

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..16

2.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa………..16

2.2 Berita dan Kontruksi Realitas……….17

2.3 Ideologi Pada Media Massa………20

2.4 Teori Perpanjangan Gerbang………..22

2.5 Model Hierarchi of Influence……….24

2.6 Analisis Framing………..25

2.7 Proses Framing……….27

2.8 Perangkat Framnig Zhongdang Pan dan Geralad M. Kosicki……….30

2.9 Kerangka Berfikir………38

BAB III METODE PENELITIAN………...41

3.1 Tipe Penelitian……….41

3.2 Subjek dan Objek Penelitian………..41

(6)

3.5 Teknik Pengumpulan Data………44

3.6 Teknik Analisis Data………45

3.7 Langkah – langkah Framing……….46

DAFTAR PUSTAKA………47

(7)

ABSTRAK

Army Tauriza Putri. Pembingkaian Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang

Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN.(Studi Analisis Framing Beita Pengungkapan

Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN Pada

Surat Kabar Harian Jawa Pos dan Kompas)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada surat kabar

harian Jawa Pos dan Kompas dalam berita Pengungkapn Menteri BUMN Dahlan Iskan Tentang

Pemerasan Oleh Anggota DPR Kepada BUMN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif, yang menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan

Geralad M. Kosicki. Korpus dari penelitian tersebut yaitu : berita-berita yang membahas pertama

kalinya Dahlan membongkar nama oknum yang terlibat pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas,

tanggal 6 – 8 November 2012. Hasil penelitian dari Jawa Pos, yaitu tahap-tahap Dahlan

menyerahkan nama oknum DPR kepada BK DPR. Pada Kompas diperoleh hasil bahwa Dahlan

harus mnyerahkan bukti-bukti yang ada, dan melaporkannya ke KPK.

(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyampaikan berbagi

informasi dari narasumber kepada khalayaknya. Sebagai mana menurut Mc Quail, dalam

bukunya Mass Communication Theoris (2000:6), menyebutkan bahwa peran media massa

sebagai

Window on event and experience. Media massa dipandang sebagai jendela yang

memungkinkan khalayak melihat apa yang terjadi diluar sana. Media massa juga berperan sebagi

filter atau

gate keeper yang menyeleksi berbagai hal yang layak untuk diberi perhatian atau

tidak. Adapun media massa dalam memilih isu, informasi atau bentuk content lainya berdasarkan

para pengelolanya. Oleh media massa, khalayak diberikan tentang informasi apa saja yang layak

diketahui dan mendapat perhatian. Disinilah letak pentingnya peranan media massa sebagi

realitas simbolik yang diangap merepresentasikan realitas objektif sosial dan berpengaruh pada

realitas sosial dan relitas subjektif yang ada pada prilaku interaksi sosial masyarakat.

(9)

Media massa sebagai fungsi kontrol sosial bagi masyarakat, memiliki kekuatan yang

signifikan dalam mempengaruhi khalayaknya. Adapun fungsi kontrol sosial yang dimiliki oleh

media massa mempunyai kebebasan yang bertanggung jawab dalam menyampaikan serta

menyebarkan informasi mengenai kebijakan pemerintah kepada setiap khalayak atau masyarakat.

Tidak ada kejadian sekecil apapun yang tidak diberitakan oleh media masssa, sehingga semua

kejadian dipastikan dapat mempengaruhi tingkah laku atau pola pikir masyarakat dalam sebuah

negara. Oleh karena itu sebagai institusi yang bergerak pada bidang informasi, dapat disebut

sebagai salah satu urat nadi pemerintahan. Walaupun demikian, kebebasan dan tanggung jawab

yang dianut oleh media massa juga harus berlandaskan etika profesi dan hukum yang berlaku

dinegara yang bersangkutan. Hal ini dapat menyebabkan media massa bukan lagi saluran yang

seimbang, di mana masing – masing pihak memiliki kepentingan dan penekanan batas dan

memberikan penafsiran terhadap realitas.

Menurut Stuart Hall, logika media sebagai transakai bebas mengandalkan semua pihak

dan kelompok dalam masyarakat mempunyai posisi seimbang dan setara. Jikalau terjadi

perebutan dan pemaknaan, maka perebutan itu terjadi secara tidak adil (Eriyanto, 2001 : 39).

Akan tetapi mayoritas yang terjadi justru sebaliknya, media massa selam ini dikuasai oleh

kelompok dominan dalam masyarakat. Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan

informasi dengan benar secara efectif dan efisien. Pada prakteknya apa yang disebut sebagai

kebenaran sebuah realita ternyata sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan

survival

media itu sendiri, baik dalam pengertian bisnis ataupun politis. Seperti dalam ungkapan Budi

Susanto (1992 : 62) “ kebenaran milik perusahaan” atau bahkan kelompok dominan tertentu

yang menjadi penentu atau acuan untuk kebenaran – kebenaran lainnya. Atas kebenaran milik

perusahaan itulah realitas yang ditampilkan oleh media massa bukan sekedar realitas yang

tertunda melainkan juga realitas yang tersunting. Sehingga dibalik sebuah realitas yang

tersunting ini juga terdapat pemilihan atas fakta atau informassi yang dianggap penting namun

demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebar luaskan.

(10)

(Leksono, 1998 : 24 ) tetapi kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran

dan keyakinan – keyakinan masyarakat itu sendiri (Sobur, 2003 : 114).

Dalam perkembangannya, media massa terutama surat kabar telah mengalami kemajuan

yang sangat pesat pada saat ini. Terbukti bahwa tampak banyaknya jumlah dan beragamnya jenis

surat kabar yang beredar di masyarakat. Hal ini menuntut setiap penerbit surat kabar untuk selalu

berupaya meningkatkan kualitas isi dan penapilan surat kabarnya. Masing – masing penerbit

surat kabar bersaing untuk merebut perhatian pembacanya, dengan menampilkan beragam

informasi yang disukai oleh pembaca. Surat kabar tidak lagi hanya dikenal sebagai informasi

yang hanya menyajikan berita – berita aktual dan akurat saja, akan tetapi tampak adanya unsur –

unsur bisnis dan iklan yang tentu saja sebagai penunjang perusahaan surat kabar agar tetap

bertahan.

Surat kabar sebagai media massa cetak didefinisikan sebagai media yang statis dan

mengutamakan pesan – pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata –

kata, gambar, dan foto. Media cetak adlah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang

lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata –

kata, gambar, dan foto (Kalasi : 1992,9).

Surat kabar hadir disebabkan oleh kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Peran surat

kabar dalam menyampaikan pesan – pesan pada masyarakat luas menjadi sangat penting,

sehingga apabila sehari saja mereka tidak membaca akan sangat kehilangan (Yusuf, 1990 : 5).

Seberapa penting arti kebenaran surat kabar dinilai berbeda – beda oleh tiap – tiap orang, dimana

kebutuhan informasi setiap orang dan setiap kelompok masyarakat tidaklah sama. Keingintahuan

orang dan masyarakat tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangan dan dipengaruhi oleh

pendidikan, lingkungan masyarakat, pekerjaan, dan pergaulan (Oetama, 1987 : 120 – 121).

Namun ketika kebebasan pers marak seperti sekarang ini, banyak media cetak lebih

mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah objektifitas pemberitaanpun

menjadi perdebatan klasik dalam studi media.

(11)

jurnalisme subjektif bukan sesuatu yang mustahil, karena semua proses kerja jurnalistik pada

dasarnya dapat diukur dengan nilai – nilai objektif, misalnya memisahkan fakta dan opini,

menghindari pandangan emosional dalam melihat peristiwa dan memberiakn perinsip

keseimbangan dan keadialan, serta melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya bahwa

jurnalisme akan objektif mungkin jika mengadopsi metode dan prosedur yang dapat membatasi

subjektifitas wartawan maupun redaktur. (Siahaan, 2001 : 60).

Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakana biasanya sebuah media cetak

melekukan penonjolan – penonjolan terhadap suatu berita. Dalam mengambil keputusan

mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan idiologi para wartawan yang

terlibat dalam proses produksi sebuat berita. (Sobur : 2004,163)

Ketika produksi media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya merupakan hasil

sebuah “rekontruksi realita”. Bahwa peristiwa yang disaksikan reporter dan juru kamera diproses

melalui

editing dan

reediting, penyuntingan dan penyuntingan lagi, baik reporter dan juru

kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin redaksi. Suatu proses yang cukup unik

meskipun berlangsung dengan cepat. Ini yang disebut proses rekontruksi atau realita. (Pareno,

2005 : 4)

Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang

tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan,

atau ditayangkan oleh media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau membawa

banyak manfaat kepada khalayak yang patut mendapat perhatian dari media.

Seperti yang dikatakan oleh Assegaf dalam buku sumarinda, berita adalah laporan

tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan,

yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau

akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi – segi human

interest humor, emosi dan

ketegangan. (2005 : 65)

Dalam hal ini peneliti memilih dan menggunakan metode analisis

framing sebagai

metode penelitian untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan

wartawan ketika menyeleksi sebuah isu dan menulis sebuah berita. Sebagai analisis teks media,

framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap fakta. Melaui

(12)

dirugiakan, dan seterusnya. (Eriyanto, 2004 : iv). Dengan mengunakan metode analisis framing

diharapkan sebuah realitas akan dapat terbongkar, selain itu untuk mengetahui bagaimana

pembingkaian sebuah berita oleh sebuah media kedalam bentuk

frame sehingga menghasilkan

kontruksi makna berita yang spesifik.

Framing

adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang

yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau

prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan

dan dihilangkan, dan hendak dibawa keman berita tersebut, mengkontruksi tentang realitass

suatu peristiwa. (Eriyanto, 2005 : 224)

Guna membuat informasi menjadi lebih bermakna, sebuah media cetak biasanya

melakukan penonjolan – penonjolan tehadap suatu berita. Nilai dan ideology para wartawan

yang terlibat dalam proses produksi sebuah media tak lepas dalam keterlibatan pengambilan

keputusan mengenai sisi – sisi mana yang akan ditonjolkan. (Soubur, 2001 : 163)

Sehingga realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang

besar untuk diperhatikan atau mempunyai khalayak dalam memahami realitas. Dalam

prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isi

lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai wacana (Sobur, 2001 :

64). Misalnya dengan penempatan mencolok (sebagi headline, didepan atau dibelakang),

pengulangan, pemakaian grafis, untuk mendukung, memperkuat pemakaian label tertentu ketika

menggambarkan oarng atau dimensi tertentu dari kontriksi berita menjadi bermakana dan diingat

oleh khalayak.

(13)

Adapun media yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada harian Jawa Pos dan kompas

periode 6 – 8 November 2012. Karena pada kedua surat kabar ini berita mengenai Pengungkapan

Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN

diberitakan secara kontinu dan pada periode terbit yang sama.

Surat kabar Kompas dipilih karena merupakan harian yang bersifat nasional, paling

prestisius dan paling laku di Indonesia, leih dari setengah juta

copy

terjual setiap harinya.

Kompas juga merupakan surat kabar yang berkualitas dan tebesar di Asia Tenggara. Sebagai

surat kabar yang terbesar dan terlaris di Indonesia, kompas juga merupakan surat kabar yang

berusaha menjadi perwujudan dari aspirasi dan cita – cita bangsa secara positif. Hal ini dapat

dilihat dari bagian kompas membingkai suatu isu tentang Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan

Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN, menonjolkan aspek – aspek

tertentu, menyoroti tentang kronologis peristiwa pengungkapan kasus tersebut. Sesuai dengan

visinya

kompas yakni manusia dan kemanusiaan, sehingga harian ini berusaha untuk senantiasa

peka akan nasib manusia dan berpegang pada ungkapan klasik dalam jurnalistik yaitu menghibur

yang papar dan mengingatkan yang mapan.

Surat kabar Kompas sangat diakui keberadaanya di Indonesia dan dengan tegas

dinyatakan sebgai surat kabar yang

independent atau

nonpemerintah. Dalam menulis relaitas

Kompas termasuk media yang menganut system

both side cover

yang artinya menyajikan dua

sisi yang berbeda. Kompas bersifat

historis, maksudnya laporan itu tidak berarti kelengapan

fakta dengan data – data dan nilai – nilai, dengan laporan semacam itu Kompas akan membantu

pembacanya untuk mempertimbangkan fakta yang dihadapinya, tidak hanya berdasarkan

pengalaman dan kebudayaan mas kini tapi juga berdasarkan pengalaman dan ingatan historis.

Selain itu Kompas memiliki reputasi kedalam analiris dangan gaya penulisan yang rapi.

(14)

mengkontruksi realitas, adalah menggunakn bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi

berita. Akan tetapi bagi media massa, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk

menyampaikan fakta, namun juga menentukan gambar/citra tertentu yang hendak ditanamkan

kepada public. Gaya bahasa yang digunakan pun cenderung bersifat informative dan terkesan

sebagai “juru bicara” pemerintah, artinya pemilihan kata – kata serta alur cerita yang dibawakan

memiliki tujuan agar rakyat mengetahui tujuan dari pemerintah. Dari sisi pemberitaan, Jawa Pos

cukup berimbang antara pihak pemerintah dan masyarakat, namun berbeda dengan surat kabar

Kompass yang pemberitnya lebih terkesan menyudutkan pemerintah dalam setiap edisisnya.

Kesan tersebut tampak dari penggunaan gaya bahasa, serta pemilihan judul yang digunakan,

sehingga mengakibatkan pemberitaan Kompas kurang berimbang.

Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota

DPR kepada BUMN. “Dahlan Iskan memenuhi janjinya untuk menyerahkan nama oknum DPR

yang terlibat dalam kasus pemerasan tiga BUMN yakni PT Garam (persero), PT Merpati

Nusantara Airlines (MNA) dan PT PAL Indonesia (persero) kepada Badan Kehormatan (BK)

DPR, namun Dahlan hanya menyerahkan dua nama saja dan sisanya akan diungkap pada hari

Rabu, 7 November 2012 secara tertulis kepada BK DPR”. Kasus ini banyak menjadi sorotan

media, seperti halnya harian Jawa Pos dan Kompas yang memuatnya pada headline halaman

utama selama beberapa hari dan masih tetap menberitakan perkembangan berita tersebut sampai

pada proses terungkapnya nama – nama Dirut BUMN yang terlibat dalam kasus ini.

Dalam membingkai atau mengkontruksi suatu realitas, antara media cetak satu dengan

media cetak yang lain terdapat perbedaan isu. Isu yang berkembang pada surat kabar harian Jawa

Pos yakni lebih memihak dan beritanya tidak imbang, serta seringkali langsung menulis apa yang

didaptkan dari narasumber pada surat kabar harian Kompas yakni lebih imbang dan tidak

memihak. Lebih kepada kebenaran pencarian data.

(15)

Analisis framing tidak lepas dari tokoh – tokohnya, antara lain Edelman, Robert

Entaman, Wiliam Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki, karena pada perangkat Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menyebutkan

bahwa framing sebagai cara mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan

mengkontruksi realitas melalui pemaknaan kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto,

grafik, dan perangkat lain untuk membantu media tersebut menungkapkan pemaknaan mereka

sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kerena berita dilihat dari berbagai symbol yang disusun

lewat perangkat simbolik yang dipakai dan akan dikontruksi dalam memori khalayak. Dengan

kata lain tak ada pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya berita dilihat sebagai

seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi makna. Teks berita tidak hadir begitu saja

sebaliknya teks berita dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan informasi tertentu,

melibatkan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks (Eriyanto, 2002: 251)

Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar.

Pertama, struktur sintaksis yaitu bagaimana wartawan menyususn peristiwa, opini kedalam

bentuk susunan berita. Kedua, struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan

menceritakan peristiwa kedalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu bagiamana wartwan

mengungkapakan pandangan atas peristiwa ke dalam proosisi dan kalimat. Keempat, struktur

retoris yaitu bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam berita.

(16)

1.2

Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

“ Bagaimana pembingkaian berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus

pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN?”

1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

“Mengetahui Berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh

anggota DPR kepada BUMN”

1.4

Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1.

Kegunaan secara Teoritis

Yaitu penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Komunikasi tentang

pembingkaian berita dengan mengaplikasikan teori – teori khususnya toeri komunikasi tentang

pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing, sehingga hasil penelitian

ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran untuk peneliti berikutnya.

2.

Kegunaan Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dua pihak :

a.

Pengelolaan surat kabar Jawa Pos dan Kompas

(17)

2.

Membantu memahami bagaimana melakukan strategi wacana, yaitu upaya

menyuguhkan berita tentang pandangan tertentu agar lebih diterima khalayak misal :

berita, pemakaian ruang (space), pemakaian grafik, pemakaian table ketika

menggambarkan orang/peristiwa yang dibicarakan

b.

Khalayak Konsuman Media

Memberiksn wawasan / cara pandang khalayak media akan melihat media mengkontruksi

realitas sebagai sebuah berita sehingga khalayak lebih kreatif dan kritis dalam

menanggapi isi berita.

(18)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Sur at Kabar Sebagai Media Massa

Media massa, seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak

terpisahkan dari komunitas menusia. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan lidah dan

tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas menusia untuk mengembangkan struktur sosialnya

(Rivers, 2003:27). Media massa merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk

menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun

internasional (McQuail, 1994:3).

McQuail juga menyatakan bahwa media massa merupakan filter yang menyaring

sebagaian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainya dan sekaligus kendala yang

menghalangi kebenaran (Littlejohn dalam Eriyanto, 2000:xii). Oleh sebab itu, media massa

berperan dalam melakukan kontrol sosial terhadap masyarakat.

Sebagai media yang dijual beikan pertama kali, surat kabar dibuat di Amerika, ketika

seseorang tukang becak berkebangsaa Inggris, Benyamin Harris, hijrah ke Amerika tahun 1960

(Djuroto, 2005:5). Surat kabar pada massa awal ditandai oleh : wujud yang tetap, bersifat

komersial (Dijual secara bebas), bertujuan banyak (memberi informasi, mencatat, menyajikan

adpertensi, hiburan, dan desa – desus), bersifat umum dan terbuka (McQuail, 1994 : 2).

(19)

diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan, bulanan, dan diedarkan secara umum

(Junaedhi, 1991:257)

1.2

Ber ita dan Kontr uksi Realitas

Hasil proses penelusuran dan pengolahan fakta diungkap dalam berita. Berita sendiri

merupakan rekontruksi fakta sosial yang diceritakan sebagai fakta wacana media (Siahaan,

20001:74). Sumarinda menyatakan bahwa berita adalah laporan tecepat mengenai fakta atau

ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagaian besar khalayak, melalui

media berkala (Sumarinda, 2005:65)

Wartawan bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat

suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat bagaimana mereka mengkontruksi peristiwa itu, yang

diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan kontuksi sosial, bukan merupak

peristiwa atau fakta dalam arti yang riil (Eriyanto, 2005:17).

Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, ia adalah sesuatu

yang diserap setelah peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa, melainkan sebuah upaya

untuk merekontruksi kerangaka inti peristiwa tersebut, inti yang disesuaikan dengan

kerangaka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki arti bagi pembaca

(Sobur, 2002:v).

(20)

Bungin, 2004:3). Pada kenyataanya, relitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran

individu baik dalam meupun diluar realitas tersebut (Bungin, 2004:5). Maka media yang

membentuk dan menyampaikan fakta dari peristiwa dapat disebut agen kontruksi realitas.

Berger dan Luckman (1990:1) menjelaskan realitass sosial dengan memisahkan

pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas diartiakan sebagai kualitas yang

terdapat didalam berbagi realitass, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak

tergantung kepada kehendak kita. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian

bahwa realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.

Menurut Berger dan Luckman (1990:xx, Nugroho 1999:123). Pengetahuan masyarakat

yang dimaksud adalah realitas sosial masyarakat. Realitas sosial tersebut adalah pengetahuan

yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang dimasyarakat seperti konsep, kesadaran

umum, wacana public, sebagi hasil dari kontruksi sosial. Relitas sosial dikontruksi melalui

proses eksternalisasi, objektifitas, dan internalisasi (Bungin, 2004:5 – 6).

Realitas hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas terciptablewat

kontruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini, tidak ada relitas yang bersifat

objektif, karena realitas itu tercipta lewat kontruksi dan pandangan tertentu (Eriyanto,

2005:19). Karena fakta itu diproduksi dan ditampilakan secara simbolik, maka realitas itu

tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikontuksi. Fakta yang

sama bisa menghasilkan fakta yang berbeda – beda ketika ia dilihat dan dipahami dengan

cara yang berbeda (Eriyanto, 2005:21).

(21)

ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak.

Setelah berita itu masuk ke tanggan redaktur, akan diseleksi, lagi dan disunting dengan

menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah,

seolah – olah ada realitas yang benar – benar riil yang ada diluar diri wartawan. Realitas yang

riil itulah yang akan diseleksi oleh wartawan untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita.

Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam

prespekitif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, dibentuk. Wartawan –

lah yang membentuk peristiwa, mana yang disebut peristiwa dan mana yang tidak. Peristiwa

dan realitas bukanlah diseleksi, melainkan dikreasi oleh wartawan (Eriyanto, 2005:100- 101).

1.3

Ideologi Pada Media Massa

(22)

Karl Marx (1818 – 1883) dan Fredrich Engels (1820 – 1895) melihat ideologi sebagai

febrikasi atau pemalsuan yang digunakan oleh sekelompok orang tertentu untuk

membenarkan diri mereka sendiri. Karena itu, konsep ideology tersebut jelas sangat subjektif

dari keberadaanya hanya untuk menlegitimasi kelass penguasa di tengah masyarakat (Sobur,

2002:64). Berdasrkan teori tersebut, media dipandang sebagi dominasi para penguasa yang

memiliki kepentingan tertentu.

Sedangkan Shoemoker dan Reese menyebutkan objektifitas lebih merupakan ideology

bagi jurnalis dibandingkan seperangkat aturan atau praktek yang disedianakan oleh jurnalis.

Ideology ini adalah kontruksi untuk memberi kesadaran kepada khalayak bahwa pekerjaan

jurnalis adalah menyampaikan kebenaran. Objektifitas juga memberiakan legitimasi kepada

media untuk disebarkan kepada khalayak bahwa apa yang disampaiakan adalah kebenaran

(Eriyanto, 2005:112-113).

(23)

2.4 Teor i Per panjangan Ger bang (Ga te Keeper)

Pandangan seleksi berita (selectivity of news) seringkali melahirkan teori seperti

gatekeeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan

dilapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang

bisa diberitakan dan mana yang tidak. Setelah itu berita masuk ketangan redaktur, akan diseleksi

lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang

perlu ditambahkan. Pandangan ini mengendalikan seolah – olah ada realitas yang benar – benar

terjadi yang ada diluar diri wartawan. Realitas yang rill itulah yang akan diseleksi oleh wartawan

untuk kemudian dibentuk dalam sebuah berita (Eriyanto, 2002:100)

(24)

Ketika seorang editor menekankan berita secara sensasional dan spektakuler dan juga

maslah kriminal mereka sedang melaksanakan fungsi gatekeeping (pentapisan informasi) atau

dengan kata lain tugas gatekeeper adalah bagaimana dengan seleksi berita yang dilakukannya

pembaca menjadi tertarik untuk membacanya. Oleh karena itu editor diharapkan bisa memilih

mana berita yang benar – benar dibutuhkan pembaca dan mana yang tidak, sebab dengan

pembatasan ruangan yang disajikan tidak mungkin semua berita disiarkan. Salah satu alasnnya

mereka harus bersaing dengan iklan – iklan yang masuk dan biasanya tidak lebih dari 40 %. Jadi

bagaimana membuat berita secara singkat, padat dan pantas sehingga memudahkan pembaca

memahaminya. Seorang editor bisa menyuruh reporter untuk melengkapi fakta – fakta dalm

beritanya misalnya dengan mengadakan wawancara ulang termasuk jika tulisan yang telah

disajikan untuk mencerminkan isi dari berita tersebut. Dengan demikian gatekeeper mempunyai

tiga fungsi sebagi berikut :

1.

Menyiarkan informasi kepada pembaca

2.

Untuk membatasi informasi yang diterima oleh pembaca dengan mengedit informasi

yang ada sebelum disebarkan.

3.

Untuk memperluas informasi dengan menambahkan fakta (Nurudin, 2003 : 111 –

113)

2.5 Model Hier archi of Influence

(25)

Gambar 1.“Hierar chi of Influence”Pamela Shoemoker dan StephenD. Reese

Shoemaker dan Reese, 1993, dalam Sobur, 2002:138

1.

Pengaruh organisasi. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari

keuntungan materiil. Tujuan – tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang

dihasilkan.

2.

Pengaruh dari luar organiasasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok

kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relation dan pemerintah

yang membuat peraturan – peraturan di bidang pers.

3.

Pengaruh ideology. Ideology merupakan sebuah pengaruh yang paling meyeluruh dari

semua pengaruh. Ideology di sini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang

menyediakan kekuatan kohesif yang menyediakan kohesif yang mempersatukan didalam

mesyarakat (Shoemoker, Reese, dalam Sobur, 2002:138-139)

1. Tingkat Individual

2. Tingkat Rutinit as

3.

4.

2. Tingkat rutinit as

media

3.

(26)

Pokok perhatian dalam studi mengenai teks atau isi media dan merupakan tingktan yang

paling menyeluruh adlah ideology. Media mempunyai peranan penting dalam

menyebarkan ideology. Begitu pula para pekerja media, praktisi dan hubungan –

hubunganya dapat berfungsi secara ideologis (Sobur, 2002:139)

2.6 Analisis Fr aming

Gagasan mengenai framing, pertamakali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo

dalam Sobur, 2002:161). Mulanya,

frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau

perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta

yang menyediakan katogiri – kategori standar untuk realitas. Konsep ini kemudian

dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandalkan

frame sebagi

kepingan – kepingan prilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam

membaca realitas.

Analisis

framing

dipakai untuk membedah cara – cara atau ideology media saat

mengkontruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan

fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat,

untuk mengiringi interpretasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan kata lain,

framing

adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang

digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2002:162)

(27)

istilah – istilah yang mempunyai konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan

alat ilustrasi lainya (Sudibyo, dalam Sobur, 2002:165).

Ada dua aspek dalam bidang

framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses

memilih fakta ini didasarkan pada asumsi. Wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa

prespektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemugkinan : apa yang akan

dipilih

(included) dan apa yang dibuang (excluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan

dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain,

memberitakan aspek tertentu dan melupakan asspek lainya. Intinya peristiwa dilihat dari sisi

tertentu. Akibatnya, pemahaman dan kontruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara

satu media dengan media lainnya.

(28)

2.7 Pr oses Fr aming

Framing didefinisikan sebagi proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempataka

informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari

framing yang saling berkaitan.

Pertama,

dalam konsepsi psikologisnyang menekankan pada bagaimana seseorang memproses

informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana

seseorang mengelolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing

disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik atau khusus dan

menepatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi

seseorang.

Kedua,konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses

internal seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam

cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana kontruksi

sosial atas realitas.

(29)

Dalam mengkontruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang

ada dalam pikirannya semata. Pertama, proses kontruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang

melekat dalam diri wartawan. Kedua, ketika menulis dan mengkontruksi berita wartawan

bukanlah berhadapan dengan public yang kosong. Ketiga, proses kontruksi itu juga

ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan

standar professional dari wartawan (Eriyanto, 2005:252- 254)

Perangkat dalam framing yang peneliti gunakan dalam memframingnya berita tentang

Pengungkapan Dahlan Iskan tentang Pemerasan Angota DPR kepada BUMN. Peneliti

memilh memakai perangkat Pan dan Kosicki karena terdapat empat perangkat framing.

Pertama, struktur sintaksis yaitu bagaimana wartawan menyusun peristiwa, opini kedalam

bentuk susunan berita. Kedua, struktur skrip, yaitu berhubungan dengan bagaimana

wartawan menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu,

bagaimana wartawan mengungkspksn pandangan atas peristiwa kedalam proposisi dan

kalimat. Keempat,struktur retoris yaitu bagaimanawartawan arti tertentu kadalam berita

(Eriyanto, 2001 : 254 – 254). Alasan peneliti mengunakan perangkat Pan dan Kosicki, sebab

ada tiga kategori besar element framing, yaitu :

1.

Level Makrostruktural, dimana pada level ini dapat kita lihat sebagai pembingkaian

dalam tingkat wacana.

(30)

3.

Elemen Retoris, dimana elemen ini memusatkan perhatian bagaimana fakta

ditekankan.

2.8 Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Ger ald M. Kosicki

Dalam pendekatannya, Pan dan Kosicki membagi perangkat framing kedalam empat

empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis yang berhubungan dengan bagaimana

wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan, atas peristiwa

kedalam bentuk susunan umum berita. Kedua, struktur skrip, adalah bagaimana cara

wartawan mengisahkan fakta. Ketiga, struktur tematik, adalah bagaimana cara wartawan

menulis fakta. Keempat, struktur retoris, adalah bagaimana cara wartawan menekankan fakta.

Penjelasan perangkat faraming yang dibagi menjadi empat struktur besar :

1.

Sintaksis

(31)

a.

Headline

Merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang

tinggi yang menunjukan kecenderungan berita. Headline mempunyai fungsi framing

yang kuat. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan

mengkontruksi suatu isu, seringkali dengan menekankan makna tertentu lewat

pemakaian tanda Tanya untuk menunjukan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk

menunjukan adanya jarak perbedaan.

b.

Lead

Lead adalah perangkat sintaksis yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya

memberikan sudut pandang dari berita, menunjukan prespektif tertentu dari peristiwa

yang akan diberitakan.

c.

Latar

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin

ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya

mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih

menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.

d.

Pengutipan Sumber Berita

(32)

yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua,

mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan

atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tidak tampak sebagai

menyimpang (Eriyanto, 2005:257-259)

2.

Skrip

Laporan berita, sering disusun sebagi suatu cerita. Menulis berita dapat disamakan, dlam

taraf tertentu, dengan seseorang yang menulis novel atau kisah fiksi lain. Perbedaanya

bukan terletak pada cara bercerita, melainkan fakta yang dihadapi. Bentuk umum dari

struktur skrip ini adalah pola 5W+1H(who, what, when, where, why, dan

how)(Eriyanto,2005:260)/

Who

: Siapa yang terlibat dalam perstiwa ?

What

: Apa yang terjadi ?

When

: Kapan peristiwa itu terjadi ?

Where

: Dimana peristiwa itu terjadi ?

Why

: Mengapa peristiwa itu terjadi ?

How

: Bagaiman peristiwa itu terjadi ?

3.

Tematik

(33)

kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber kedalam teks berita

secara keseluruhan (Eriyanto,2005:262).

Ada beberapa elemen dari perangkat tematik :

a.

Koherensi

Merupakan pertalian atau jalan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat

atau proposisi yang mengambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan

menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat

menjadi berhuungan ketika seseorang menghubungkannya. Ada tiga macan

koherensi. Pertama, koherensi sebab – akibat. Kedua, koherensi penjelas. Ketiga,

koherensi pembeda. (Eriyanto,2005:263).

b.

Detail

Elemen detail merupakan startegi bagaimana media mengekspresikan sikapnya

dengan cara yang implicit. Sikap atau wacana dikembangkan oleh media kadamgkala

tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detail bagaimana yang

dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detai yang besar, akan

menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media (Eriyanto,

2001:238)

c.

Maksud

(34)

kebenarannya dan secara impisit pula menyingkirkan versi kebenaran yang lain.

(Eriyanto, 2001:241)

d.

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berfikir yang logis atau kausalitas,

logika kausalitas ini diterjemahkan ke dalam bahsa menjadi susunan subjek (yang

menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bikan hanya

persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh

susunan kalimat (Sobur, 2002:81)

e.

Kata Ganti

Merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas

imajinatif. Kata ganti ini timbul untuk menghindari pengulangan kata (yang disebut

antaseden) dalam kalimat berikutnya untuk menunjukan dimana posisi seseorang

dalam suatu wacana (Sobur, 2002:81-82)

f.

Nominalisasi

Nominalisasi dapat member sugesti kepada khalayak adanya generalisasi. Cara

pandang memandang suatu objek sebagai suatu yang tunggal atau sebagi kelompok.

(Sobur, 2002:81)

4.

Retoris

(35)

sisi tertentu dan meningkatkan ganbaran yang diingnkan dari suatu berita. Ada beberapa

elemen retoris yang dipakai wartawan :

a.

Leksikon

Merupakan pemilihan dan pemakaian kata – kata untuk menendai atau

mengambarkan peristiwa.

b.

Grafis

Dalam wacana, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain

dibandingkan tulisn lain. Pemakain huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah,

huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar. Termasuk didalamnya adalah

pemakain capiton, raster, gambar, table untul mendukung arti penting suatu pesan

(Eriyanto, 2005:264 – 266)

c.

Metafora

(36)

2.9 Ker angka Ber fikir

Penelitian ini didasarkan pada kebenaran media massa yang telah menjadi sumber

informasi dominan, bukan saja bagi individu, tetapi juga bagi seluruh kelompok masyarakat

untuk memperoleh gambaran tentang realitas sosial. Namun sebagai pembaca surat kabar, media

cetak lainya seringkali dibuat bingung, kenapa peristiwa yang lain tidak diberitakan, kenapa

kallau ada dua peristiwa yang sama, pada hari yang sama, media selalu menonjolkan pada salah

satu berita, dan melupakan peristiwa yang lain. Padahal kedua – duanya sama pentingnya bagi

masyarakat. Tidak mengherankan apabila setiap hari, bagaimana peristiwa yang sama dapat

dikontruksi berbeda oleh media yang berbeda pula.

(37)

November mengemas pemberitaan tentang Pengungkapan Dahlan Iskan Tentang Pemerasan

Anggota DPR kepada BUMN.

Berita tidak mencerminkan realitas sosial yang direkamnya, bahkan bisa memberikan

realitas yang berbeda dengan realitas sosialnya. Seperti pada kedua surat kabar tersebut.

Demikian halnya tentang pemberitaan Pengungkapan Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Anggota

DPR kepada BUMN. Surat kabar Jawa Pos dan Kompas memiliki sudut pandang yang berbeda

dalam pemberitaanya masing – masing mengenai realitas yang sama.

Berita – berita seputar Pengungkapan Dahlan Iskan Tentang Pemerasan Anggota DPR

kepada BUMN yang muncul di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas tersebut akan dianalisis

menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki, karena model ini berasumsi bahwa setiap

berita mempunyai frame yang berfungsi sebagi pusat ide. Frame ini adalah suatu ide yang

dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan, sumber, latar

informasi, pamakaian kata atau kaliamat tertentu) kdalam teks secara keseluruhan.

(38)

Headline,lead, lat ar informasi,

pernyataan, penutup

5W + 1H

Paragraf,prposisi,

k

alimat,hubungan

ant ar kalimat

Kat a, idiom,

gambar/ fot o

2.9.1 Bagan Kerangka Berfikir

Berit a

Pengungkapan

Dahlan Tet ang

Pemerasan

Anggota DPR

Kepada BUM N

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyususn fakta

SKRIP

Cara Wart aw an

M engisahkan fakta

TEM ATIK

Cara Wartawan

M enulis Fakt a

RETORIS

Cara Wartawan

M enekankan Fakta

STRUKTUR PERANGKAT FRAM ING

1. Skema Berit a

2. Kelengkapan Berita

3. Detail

4. Koherensi

5. Bentuk Kalimat

6. Kata Gant i

7. Leksikon

8. Grafis

9. M etafora

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian dan Definisi Oper asional

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode penelitia kualitatif dengan analisi

framing. Metode kualitatif menurut Bogdan dan Taylor didefinisikan sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan

prilaku yang dapat diamati (Molcong, 2002:3). Pada dasarnya framing adalah analisis yang

dipakai untuk melihat bagaimana media mengkontruksi realitas.

Definisi oprasional dari penelitian ini adalah seluruh tulisan, foto, maupun keterangan –

keterangan lain yang terdapat pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 6 – 8 November 2012

mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota

DPR kepada BUMN.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi edisi 6 – 8

November 2012 mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan

oleh anggota DPR kepada BUMN.

3.3 Unit Analisis

(40)

3.4 Kor pus Penelitian

Korpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada

perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan. Korpus harus cukup luas untuk

memberi harapan yang beralasan bahwa unsur – unsurnya akan memelihara sebuah kemiripan

dan perbedaan yang lengkap dan juga bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001:70)

Korpus dalam penelitian ini yaitu :

a.

Korpus Jawa Pos

1.

Edisi 6 November 2012 halaman 1 (halaman utama Jawa Pos) “ Bola Berpindah ke

BK DPR”

2.

Edisi 7 November 2012 halaman 1 (halaman utama Jawa Pos)

“ Dahlan Buka kartu Kedua”, “ Kritis Tidak Berati Meminta”

3. Edisi 8 November 2012 halaman 1 (halaman utama Jawa Pos) “ Tujuh Minta Upeti,

Satu Dipuji”

b.

Korpus Kompas

1.

Edisi 6 November 2012 halaman 4 (halaman politik dan hukum) Headline, judul

berita “Dahlan Harus ke KPK”

2.

Edisi 7 November 2012 halaman 3 (halaman politik dan hukum) Headline, judul

berita “ Dahlan Harus Buktikan”

3.

Edisi 8 November 2012 halaman 5 (halaman politik dan hukum) “ Laporan

Dahlan Tanpa Bukti”

(41)

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya, tanpa

ada perantara. Sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. (Mukhtar, 2007:86-88)

Pengempulan data primer dilakukan dengan cara mendokumentasikan berita – berita

mengenai mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh

anggota DPR kepada BUMN.

Pada surat kabar Kompas dan Jawa Pos periode 6 – 8 November 2012. Sedangkan data

sekunder peneliti dapatkan dari studi kepustakaan, buku, artikel, surat kabar, jurnal penelitian

terdahulu.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis

Framing. Analisis framing digunakan untuk membedah cara – cara atau ideology media saat

mengkontruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta

kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk

mengiringi interpretasi khalayak sesuai prespektifnya (Soubur, 2001:162). Fakta mana yang akan

ditonjolkan atau dihilangkan, serta hendak dibawa kemana arah berita tersebut. Karenanya berita

menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai suatu yang

legitimasi, obektif, alamiah, wajar atau terelakan. ( Sobur, 2001:162)

Metode analisis framing yang digunakan pada penelitian ini adalah model framing

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Berita – berita mengenai Pengungkapan Menteri BUMN

Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN.

(42)

3.7 Langkah – langkah Analisis Fr aming

Berita mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan

oleh anggota DPR kepada BUMN yang terdapat dalam surat kabar Harian Jawa Pos dan surat

kabar Harian Kompas akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing Pan dan Kosicki.

Pertama, peneliti mengumpulkan berita – berita tentang Pengungkapan Menteri BUMN

Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. Pada surat kabar Harian

Jawa Pos dan surat kabar Harian Kompas periode 6 – 8 November 2012.

Kedua, peneliti melakukan analisis terhadap berita – berita dan kemudian membuat

interpretasi terhadap berita – berita tersebut dalam kerangka model Pan dan Kosicki. Berita

dibagi menjadi empat bagian struktur besar yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

1.

Sintaksis

Dalam wacana berita sintaksis berhubungan dengan bagaimana Jawa Pos dan Kompas

dalam menyusun berita mengenai Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus

pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. Dalam bentuk susunan umum berita. Adapun

fungsi dari struktur sintaksis, adalah menjadi petunjuk berguna dalam melihat bagaimana

wartawan Jawa Pos dan Kompas memaknai peristiwa isu Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan

Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN.

dan hendak keman berita tersebut akan dibawa.

a.

Headline

Headline tentang berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus

pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. pada surat kabar Harian Jawa Pos dan

Kompas merupakan inti pemberitaan yang ditulis dengan huruf besar dan mencolok

guna menarik perhatian khalayak untuk membacanya.

b.

Lead

(43)

Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota

DPR kepada BUMN.

c.

Latar Informasi

Latar belakang atas berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus

pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN. Merupakan bagian berita yang dapat

membantu menyelidiki semantic (arti kata) yang ingin ditampilkan, cara

mempengaruhi, memberi kesan sebagai pembenaran bahwa pendapat Jawa Pos dan

Kompas dalam memaknai berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang

kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN.

d.

Kutipan Sumber

Pengutipan yang dilakukan terhadap orang – orang / tokoh – tokoh yang berhubungan

dengan peristiwa Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan

oleh anggota DPR kepada BUMN, dengan tujuan membangun objektifitas, perinsip

keseimbangan, dan tidak memihak pendapat wartawan semata, tetapi juga pendapat

orang – orang yang mempunyai otoritass tertentu.

2.

Skr ip

(44)

didahulukan dan bagian mana yang kemudian sebagai strategi menyembunyikan informasi

penting.

Struktur srip 5W+1H yaitu :

What

: Peristiwa apa yang terjadi ?

Who

: Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut ?

When

: Kapan peristiwa itu terjadi ?

Where

: Dimana peristiwa itu terjadi ?

Why

: Mengapa peristiwa itu terjadi ?

How

: Bagaimana terjadinya peristiwa itu ?

3.

Tematik

Berhubungan dengan bagaimana surat kabar Harian Jawa Pos dan surat kabar Harian

Kompas mengungkapkan pandngannya atas Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan

tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN, kalimat atau hubungan antar

kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Yang termasuk struktur tematik antara lain

:

a.

Detail

Kontrol informasi yang ditampilkan Jawa Pos dan Kompas. Dimana informasi yang

menguntungkan akan diuraikan secara mendetail, lengkap dan panjang lebar. Bila perlu

disertakan pula data – data yang mendukung dan merupakan upaya secara sengaja untuk

menciptakan citra tertentu pada khalayak dan sebaliknya apabila informasi tersebut

merugikan.

(45)

Informasi berita Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh

anggota DPR kepada BUMN, yang menguntungkan Jawa Pos dan Kompas akan diuraikan

secara eksplisit dan jelas, sedangkan yang merugikan akan diuraikan secara implisit atau

samar.

c.

Nominalisasi antar kalimat

Prespektif Jawa Pos dan Kompas dalam memandang suatu objek sebagai suatu yang

tunggal atau sebagai suatu kelompok.

d.

Koherensi

Pertalian atau jalinan antar kalimat dalam pemberitaan Pengungkapan Menteri BUMN

Dahlan Iskan tetang kasus pemerasan oleh anggota DPR kepada BUMN oleh Jawa Pos dan

Kompas sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat terjalin menjadi sebuah

kalimat.

e.

Bentuk kalimat

Kebenaran tata bahasa yang digunakan Jawa Pos dan Kompas dalam menulis berita

Pengungkapan Menteri BUMN Dahlan Iskan tentang kasus pemerasan oleh anggota DPR,

karena bentuk kalimat bukan hanya menyangkut permasalahan teknis kebenaran tata

bahasa, namun menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.

f.

Kata Ganti

Alat yang digunakan Jawa Pos dan Kompas untuk menunjukan dimana posisi seseorang

dalam wacana.

4.

Retor is

(46)

a.

Leksikon

Pilihan kata yang dilakukan oleh Jawa Pos dan Kompas dari berbagai kemungkinan kata

tersedia. Secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan kedua media tersebut

terhadap fakta atau realitas mengenai Pengungkapan kasus pemerasan anggota DPR

kepada BUMN oleh Dahlan Iskan.

b.

Garfis

Untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (berarti dianggap penting) oleh

Jawa Pos dan Kompas dalam pemberitaan Pengungkapan kasus pemerasan anggota DPR

kepada BUMN oleh Dahlan Iskan. Umumnya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat

berbeda, dibandingkan dengan tulisan yang lain. Pemakaian huruf tebal, miring,

pemakaian garis tebal, dan huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk

gambar, grafik, table, foto, penempatan teks, tipe huruf dan elemen grafis lain yang secra

langsung dapat memanipulasi pendapat ideologis yang muncul.

c.

Metafora

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Umum Objek Penelitian

4.1.1. Profil Perusahaan J awa Pos

(48)

2

Pada tahun 1962 harian

De Vrije Pers

dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa

Trikora untuk merebut Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagi gantinya

diterbitkan surat kabar yang berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily

News pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena minimnya iklan. Sedangkan

meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada

harian

Huo Chau Shin Wan.

Maka sejak tahun 1981 Jawa Pos yang tetap

bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan

hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari

demgan menampilkan berita – berita umum. Terbitan

Jawa Pos

pertama kali

dicetak di percetakan Aqil di jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan

oplah 100 eksempalar. Semenjak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak dipercetakan

Vrije pers di jalan Kaliasin 52 Surabaya, dan selanjutnya dari tahun ketahun

oplahnya mengalami peningkatan.

(49)

3

Soeseno Tedjo sebagi pemilik perusahaan meneriama tawaran untuk menjual

mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafoto Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal

1 April 1982. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan

Utama dan Pimerd oleh Dirut PT. Grafoto Pers Bapak Eric Samola. SH untuk

membenahi kondisi PT. Java Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun

oplah

Jawa Pos

mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak itulah

perkembangan

Jawa Pos

semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar

yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi

320.000 eksemplar.

Pada tanggal 2 Mei 1985 sesuai dengan kata Notaris Liem Shen Hwa, SH

No. 8 pasal 4 menyatakan nama PT. java Pos Concern LTD diganti dengan nama

PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MEPEN No. 1/Per/Menpen/84 mengenai

SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20% dari saham harus dimiliki

karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

Meskipun terjadi perubahan kepemilikan

Jawa Pos

tidak merubah secara

esensial isi pemberitaanya yang menyajikan berita – berita umum. Berita – berita

umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi,

politik, hukum, sosial dan budaya, pemerintah, olahraga, disamping pemberitaan

peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

(50)

4

membaca Koran adlah sore hari. Ketika Jawa Pos memplopori terbit pagi,

banyak warga menertawai “Koran kok, pagi” banyak diantaranya menolak.

Banyak agen dan loper yang tidak mau menjual

Jawa Pos

, bahkan di titipi saja

agan dan loper menolak. Manajemen

Jawa Pos

lantas memutar otak kalu tidak

ada loper dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan ? akhirnya ditemukan jalan

lain : istri – istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran

termasuk istri Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utam adalah di pemasaran

kedua, menambah income keluarga wartawan waktu itu gaji wartawan masih

kecil, dengan cara ini keluarga

Jawa Pos

akan menambah pendapatan. Ketiga,

memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran

Jawa Pos

atas usaha

suaminya dan kelak dikemudian hari beberapa istri atau keluargawartawan ini

menjadi agen beasr Koran

Jawa Pos

. perjuangan dan kepeloporan ini ternyata

membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar keredaksian. Warga Surabya

utamanya lebih memilih Koran

Jawa Pos

dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos

telah menmbus angka 250.000 eksemplar perharinya.

Jawa Pos

sanggup mengalahkan tiras penerbitan – penerbitan lain yang

(51)

5

Salah satu yang benar – benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi

sebuah kelompok media yang sangat besar adalah dengan adanya JPNN (Jawa

Pos News Networking). JPNN ini dibentuk sebagi salah satu sarana untuk

menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber

berita berbagi media cetak yang berada dalam naungan dengan kelompaok

Jawa

Pos

. Hal ini menyebabkan berita di satu daerah diluar Surabaya tidak perlu

dikerjakan layoutnya di Surabaya dan berita tersebut dapat dikerjakan di kota

bersangkutan lalu hasilnya dikirim ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang ada

di Surabaya. Saat ini dimana masanya media online sedang berkembang,

Jawa

Pos

juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan memberikan

fasilitas

Java Pos

juga tidak mau ketinggalan untuk berpartisipasi dengan

memberikan fasilitas

Java Pos

yang bisa diakses melalui internet denngan

alamat situs :

www.jawapos.co.id

(52)

6

diberbagi daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha Koran yang mau

gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerjasama dan banyak

diantaranya yang didirikan

Jawa Pos.

Berhasil di satu kota dilakukan di kota lain gagal, di satu kota dicoba di

coba kota lain dan April 2001 anak perusahaan

Jawa Pos

sudah mencapai 99

group. Koran – Koran, majalah atu tabloid – tabloid yang menjadi cucu dari

Jawa Pos.

Beberapa media dikelola oleh

Jawa Pos

di Indonesia diantaranya adalah

Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi

Radar Surabaya, Dhrama

Nyata, Manuntung, Ackhya, Fajar, Riau Pos, Menado Pos, Suara Nusa,

Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercusuar, Cendrawasih Pos,

Kompetisi, Komputek, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo,

Harian Rakyat Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru.

Media itu bisa berupa bantuan modal, baik berupa uang maupun mesin cetak

ataupun sumber daya manusia.

(53)

7

4.1.2. Kebijakan Redaksional J awa Pos

Dalam menulis berita

Jawa Pos

terlebih dahulu melewati penyeleksian

dengan melihat

situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan

, pemuatan

berita tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita

yang besar atau yang mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang

menjadi isu pembicaraan masyarakat akan mendapatkan porsi yang lebih banyak

untuk dimuat dan diulas dari berbagai aspek oleh

Jawa Pos

. Hal itu dilakukan

Jawa Pos

untuk memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi –

informasi yang dibutuhkan.

Jawa Pos

mempunyai keinginan untuk memberikan

kepuasan informasi kepada masyarakat, untuk itu pada halaman pertama

Jawa

Pos

menyajikan satu tema berita dengan berbagai usulan dari berbagai aspek

atau sudut pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran

Jawa Pos

adalah membuat berita besar,

dibesarkan dengan cara judul – judul berita pada

Jawa Pos

dibuat dalam ukuran

besar menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Pemberitaan

Jawa Pos

pun

ber – angel – angel

sehingga pembaca mendapatkan informasi

dalam berbagai persepktif. Tidak kalah radikalnya

Jawa Pos

memplopori

penulisan

feature

yang berisi berita – berita unik dan human interest.

(54)

8

melukiskannya kedalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan

redaktur dalam kesanggupan menyeleksi dan megedit berita yang layak muat.

Begitulah proses sebuah berita institusi

Jawa Pos

. Selain itu

Jawa Pos

juga

mengalami perubahan dalam halaman sambungan, dari halaman satu ke halaman

yang lain. Di

Jawa Pos

, sambunganya diberi judul lagi, hal ini dimaksudkan

untuk memudahkan pembaca mencari sambungan berita tersebut. Hal ini

merupakan kebijaksanan dari layout

Jawa Pos.

Pemuatan halaman metropolis disebabkan sebagian besar pasar

Jawa Pos

ada di Surabaya. Metropolis juga memuat berita – berita yang sedang

berkembang di masyarakat Surabay

Gambar

Table 4.2 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Kompas
Table 4.3 : Analisis Data
Table 4.4 : Srtuktur Frame Jawa Pos “Bola Berpindah Ke BK DPR”             Tanggal 6 November 2012
gambar,elemen leksikon berupa kata“gebrakan”,“inisial”, ‘upeti’
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh jawaban atas submasalah pertama yaitu bagaimana pengaruh pemberian beasiswa Yayasan Bumi Khatulistiwa (YBK) terhadap

[r]

Untuk itu peserta didik perlu diberikan pendidikan seksualitas yang didalamnya terdapat program-program edukasi yang melarang remaja untuk tidak melakukan

This study in line with Tsai et al (2011) and Sukoco & Wu stated that social motives positive influence on the decision to participate in the brand

Hal-hal tersebut menjadi acuan bagi penulis dalam penelitian ini, namun penulis juga membahas beberapa hal lain menyangkut pencarian informasi, termasuk

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan yang lain yang telah

Untuk memberikan batasan dalam penulisan Laporan Akhir ini agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ada, maka ruang lingkup pembahasannya adalah

baik pada aspek kuantitas dan kualitasnya. Sumber daya manusia yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di