• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH STRATEGI PELAYANAN OUTLET, STRATEGI SUPERVISI SALESFORCE TERHADAP KINERJA SELLING IN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA SELLING OUT PRODUK SABUN WINGS PT. WINGS SURYA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH STRATEGI PELAYANAN OUTLET, STRATEGI SUPERVISI SALESFORCE TERHADAP KINERJA SELLING IN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA SELLING OUT PRODUK SABUN WINGS PT. WINGS SURYA SURABAYA."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH STRATEGI PELAYANAN OUTLET,

STRATEGI SUPERVISI SALESFORCE TERHADAP

KINERJA SELLING IN SERTA DAMPAKNYA

PADA KINERJA SELLING OUT

PRODUK SABUN WINGS

PT. WINGS SURYA

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Endah Tri Wulansari

0712015004/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

STRATEGI PELAYANAN OUTLET, STRATEGI SUPERVISI

SALESFORCE BERPENGARUH TERHADAP KINERJA

SELLING IN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA

SELLING OUT PT. WINGS SURYA

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh : Endah Tri Wulansari

0712015004/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

i

KATA PENGANTAR

Syaloom,

Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas

kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “STRATEGI PELAYANAN

OUTLET, STRATEGI SUPERVISI SALESFORCE BERPENGARUH

TERHADAP KINERJA SELLING IN SERTA DAMPAKNYA PADA

KINERJA SELLING OUT PT. WINGS SURYA SURABAYA”.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan

skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk

memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada

penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

(4)

4. Bapak Sugeng Purwanto, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudaraku tercinta yang sudah mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada

kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di

masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, April 2011

(5)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 12

2.2.3. Perilaku Konsumen ... 15

2.2.4. Strategi Pelayanan Outlet ... 17

(6)

2.2.6. Kinerja Selling In ... 20

2.2.7. Kinerja Selling Out ... 23

2.2.8. Pengaruh Strategi Pelayanan Outlet Terhadap Kinerja Selling In ... 24

2.2.9. Pengaruh Strategi Supervisi Salesforce Terhadap Kinerja Selling In ... 25

2.2.10.Pengaruh Kinerja Selling In Terhadap Kinerja Selling Out ... 26

2.3. Kerangka Konseptual ... 28

2.4. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.1.1. Definisi Operasional... 30

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 33

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.1. Jenis Data ... 35

3.3.2. Sumber Data ... 36

3.3.3. Pengumpulan Data ... 36

3.4. Teknik Analisis SEM dan Pengujian Hipotesis ... 36

3.4.1. Teknik Analisis SEM ... 36

(7)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 43

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 43

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 44

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.3.1. Deskripsi Hasil Jawaban Responden ... 46

4.3.1.1. Deskripsi Variabel Strategi Pelayanan Outlet (X1) ... 46

4.3.1.2. Deskripsi Variabel Strategi Supervisi Salesforce (X2)... 48

4.3.1.3. Deskripsi Variabel Kinerja Selling In (Y) ... 49

4.3.1.4. Deskripsi Variabel Kinerja Selling Out (Z) ... 50

4.3.2. Uji Outlier Multivariate ... 51

4.3.3. Uji Reliabilitas ... 52

4.3.4. Uji Validitas ... 54

4.3.5. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 54

4.3.6. Uji Normalitas ... 56

4.3.7. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 57

4.3.8. Uji Kausalitas ... 60

4.4. Pembahasan ... 61

4.4.1. Strategi Pelayanan Outlet Berpengaruh Signifikan Positif Terhadap Kinerja Selling In ... 61

(8)

Positif Terhadap Kinerja Selling In ... 62

4.4.3. Kinerja Selling In Berpengaruh Signifikan Positif

Terhadap Kinerja Selling Out ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data Penjualan Produk Sabun WINGS ... 5

Tabel 1.2. Jumlah Pelanggan (Outlet) ... 6

Tabel 1.3. Top Brand Index Produk Sabun Cuci Krim ... 6

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices ... 42

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 45

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Strategi Pelayanan Outlet ... 47

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Strategi Supervisi Salesforce ... 48

Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Kinerja Selling In ... 49

Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Kinerja Selling Out ... 51

Tabel 4.8. Hasil Uji Outlier Multivariate ... 52

Tabel 4.9. Reliabilitas Data ... 53

Tabel 4.10. Validitas Data ... 54

Tabel 4.11. Construct Reliability & Variance Extracted ... 55

Tabel 4.12. Normalitas Data ... 56

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model ... 58

Tabel 4.14. Modifikasi ... 59

Tabel 4.15. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi ... 59

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 28

Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural Base Model ... 58

(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner

(12)

STRATEGI PELAYANAN

OUTLET,

STRATEGI SUPERVISI

SALESFORCE

BERPENGARUH TERHADAP KINERJA

SELLING IN

SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA

SELLING OUT

PT. WINGS SURYA

SURABAYA

Endah Tri Wulansari

ABSTRAK

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini, menimbulkan bertambahnya perusahaan yang memasuki pasar barang maupun pasar jasa. Tingkat persaingan yang sangat ketat mengharuskan seluruh masyarakat dunia pelaku usaha di era globalisasi yang ingin tetap mempertahankan eksistensinya harus memobilisasi seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya agar dapat bersaing. Kebijakan distribusi dapat dikembangkan berpijak pada dua pilihan dasar yaitu kebijakan selling-in serta kebijakan selling-out. Strategi pelayanan outlet dan strategi supervisi salesforce merupakan faktor kunci yang mampu mendorong penjualan. Saat ini dihadapkan masalah menurunnya penjualan produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya dari tahun 2008-2010. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Strategi Pelayanan Outlet, Strategi Supervisi Salesforce Terhadap Kinerja Selling In Serta Dampaknya Pada Kinerja

Selling Out PT. Wings Surya Surabaya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan (outlet) produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA di Surabaya. Skala pengukuran menggunakan skala interval dan skala pembentukan menggunakan skala likert. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 108 responden. Data yang digunakan adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada pelanggan (outlet) produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA di Surabaya. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Modeling) untuk melihat hubungan kausalitas antar faktor.

Hasil pengujian memperlihatkan bahwa strategi pelayanan outlet

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja selling in, strategi supervisi

salesforce berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja selling in, kinerja

selling in berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja selling out.

Keyword : Strategi Pelayanan Outlet, Strategi Supervisi Salesforce, Kinerja

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini,

menimbulkan bertambahnya perusahaan yang memasuki pasar barang

maupun pasar jasa. Hal ini ditandai dengan munculnya

perusahaan-perusahaan baru yang menghasilkan produk yang hampir sejenis. Dampak

dari hal ini adalah semakin banyak produk yang ditawarkan dalam

kemasan dan kualitas yang beragam. Dalam keadaan demikian konsumen

diadapkan kepada berbagai alternatif pilihan pembelian dalam rangka

memenuhi kebutuhannya. Sementara dipihak perusahaan menimbulkan

iklim persaingan yang semakin tinggi dalam memenangkan persaingan

untuk mendapatkan konsumen.

Tingkat persaingan yang sangat ketat mengharuskan seluruh

masyarakat dunia pelaku usaha di era globalisasi yang ingin tetap

mempertahankan eksistensinya harus memobilisasi seluruh potensi dan

kekuatan yang dimilikinya agar dapat bersaing. Lingkungan persaingan

yang cepat berubah memerlukan perhatian yang berkelanjutan untuk

pengembangan produk baru. Dimana mutu produk dan pelayanan yang

telah ada perlu dipertahankan atau ditingkatkan guna menciptakan

kemampuan perusahaan untuk bersaing dan meraih sukses di lingkungan

(14)

2

Melihat keadaan diatas, mengharuskan perusahaan untuk dapat

mengatasi iklim persaingan pasar. Adapun caranya adalah dengan

menjalankan konsep strategi bauran pemasaran yang tepat yaitu,

perusahaan dituntut untuk dapat melayani dan memberikan kepuasan

kepada konsumen. Akan tetapi masalahnya adalah bagaimana perusahaan

dapat menjalankan program kegiatan pemasaran yang tepat dan perlu

dimengerti oleh para pelaku bisnis.

Penentuan saluran distribusi yang tepat merupakan suatu strategi

pemasaran dan tugas manajemen yang tidak mudah, dikatakan tidak

mudah karena melibatkan struktur saluran distribusi yang bersifat dinamis

dan terdapat kecenderungan untuk berubah-ubah. Produsen dan perantara

harus menyadari bahwa masing-masing merupakan komponen dari seluruh

sistem organisasi yang dirancang untuk menciptakan maksimalisasi

kegiatan pemasaran dalam menjual produknya ke konsumen akhir, dengan

demikian harus terdapat koordinasi yang baik antara produsen dengan

peran. Saluran distribusi berkaitan erat dengan dengan upaya produsen

untuk menyalurkan produknya kepada konsumen. Saluran pemasaran

didefinisikan sebagai suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan

luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar, dan

pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk, atau jasa dipasarkan.

Sebagai instrumen kebijakan perusahaan menurut Ferdinand

(2000) dalam Yudith (2005:2), kebijakan distribusi dapat digunakan untuk

(15)

3

intensitas distribusi diterapkan, akan semakin kokoh kekuatan yang

dimiliki dan semakin besar kemungkinan bahwa barang atau jasa yang

ditawarkan dapat dijual pada pasar target tertentu.

Menurut Ferdinand (2004) dalam Yudith (2005:3) kebijakan

distribusi dapat dikembangkan berpijak pada dua pilihan dasar yaitu

kebijakan selling-in yang berada dalam daerah pengendalian perusahaan,

serta kebijakan selling-out yang berada di daerah di luar pengendalian

perusahaan. Selling-in diarahkan pada proses merchandising, yaitu

pemajangan pada outlet-outlet pasar (customer), sehingga tugas

manajemen adalah menjamin ketersediaan barang/jasa di tingkat outlet

pasar, sementara Selling-out diarahkan pada kegiatan manajemen retail

untuk mendorong percepatan arus keluar barang ke konsumen akhir

(consumer enduser).

Selling-in merupakan kegiatan distribusi yang diarahkan pada

upaya untuk melakukan penjualan pada semua pedagang perantara untuk

mempermudah pencapaian suatu tingkat market coverage yang optimal

yaitu menggunakan perantara outlet untuk menjangkau konsumen akhir

(Ferdinand, 2000) dalam Yudith (2005:3). Untuk memberikan kinerja

selling-in yang baik, perusahaan harus memandang bahwa selling-in yang

tinggi harus ditunjang dengan penyebaran produk (spreading) yang baik

dan pemilihan outlet yang sesuai dengan target pasarnya.

Hubungan dengan pelanggan merupakan faktor kunci yang

(16)

4

mengatakan bahwa hubungan yang baik akan menciptakan tingkat

kepercayaan yang lebih baik, kepuasan dan komitmen yang lebih kuat dari

kedua belah pihak, demikian pula hubungan yang baik akan menciptakan

komunikasi yang baik. Boorom, Goolsby dan Ramsay (1998) dalam

Yudith (2005:3) mengatakan bahwa komunikasi yang baik akan

berpengaruh pada tingkat keterlibatan dan adaptabilitas kedua belah pihak,

yang pada gilirannya akan berpengaruh pada penjualan.

Hal ini menunjukkan relationship dipandang sebagai faktor yang

sangat penting. Dwyer, Schurr, dan Oh (dalam Doney dan Cannon, 1997)

dalam Yudith (2005:4) menyatakan bahwa membangun hubungan yang

baik dengan pelanggan merupakan responsibilitas perusahaan yang dapat

bertahan dalam persaingan. Komitmen untuk tetap meningkatkan

pelayanan terhadap outlet dapat dilakukan langsung oleh produsen.

Efektifitas keputusan manajemen atas pelayanan outlet akan sangat

tergantung dari ketepatan kunjungan (call), penjualan yang tercipta (sales),

dan sistem pembayaran penjualan (Term Of Payment) yang tepat, serta

kebijakan retur yang dipakai (Ferdinand, 2004) dalam Yudith (2005:4).

Kemampuan tenaga pemasaran juga harus diperhatikan sebagai

penopang dalam meningkatkan kinerja selling in. Cravens et, al (1992)

dalam Yudith (2005:4) menyatakan bahwa kemampuan tenaga penjualan

(salesforce) mempunyai keunggulan yang kompetitif. Semakin tinggi

kemampuan tenaga penjualan (salesforce) diterima pada tingkatan yang

(17)

5

keunggulan biaya. Semakin terampil tenaga penjualan semakin berpeluang

memperoleh penjualan. Kinerja penjualan menunjukkan seberapa besar

prestasi yang dicapai dalam menjual produk perusahaan. Dengan

meningkatnya selling in dari perusahaan akan memicu stock level yang

tinggi di outlet dan memberikan potensi yang lebih tinggi pada penjualan

ke konsumen (Kapalka et, al 1999) dalam Yudith (2005:5).

Salah satu jenis industri yang semakin ketat dalam persaingan

adalah industri consumer goods. Pesatnya perkembangan jaman banyak

mengubah perilaku konsumen dalam memilih produk karena banyaknya

pilihan produk di pasar. Konsumen dihadapkan pada banyak pilihan dalam

memenuhi selera. Oleh karena itu PT. WINGS SURYA Surabaya sebagai

produsen untuk produk sabun, dengan brands utamanya yakni sabun

WINGS untuk area Surabaya akan menjadi fokus dalam penelitian ini.

Tabel 1.1. Data Penjualan Produk Sabun WINGS

Th. Target Realisasi

2008 130.000 BOX 127.358 BOX 2009 130.000 BOX 126.540 BOX 2010 130.000 BOX 126.236 BOX

(Sumber : PT. WINGS SURYA Surabaya)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa penjualan dari sabun WINGS

pada PT. WINGS SURYA Surabaya mengalami penurunan dari tahun

2008 sampai 2010 dan tidak mencapai target yang diharapkan, di mana hal

tersebut disebabkan karena strategi pelayanan outlet, strategi supervisi

salesforce serta kinerja selling in yang kurang memuaskan. Hal ini

(18)

6

sampai 2010 serta data Top Brand Index 2008-2010 di mana produk sabun

WINGS menduduki peringkat kedua setelah produk sabun Ekonomi.

Tabel 1.2. Jumlah Pelanggan (Outlet)

Th. Jumlah Outlet

2008 165 Outlet

2009 157 Outlet

2010 142 Outlet

(Sumber : PT. WINGS SURYA Surabaya)

Tabel 1.3. Top Brand Index Produk Sabun Wings

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Merek TBI Merek TBI Merek TBI

Ekonomi 45,8% Ekonomi 50,7% Ekonomi 54,1% Wings 24,7% Wings 20,6% Wings 21,0% BuKrim 8,7% BuKrim 16,8% BuKrim 8,9% Cap Telepon 4,4% Dangdut 2,3% Cap Telepon 4,5% Dangdut 3,5% B-29 2,2% Dangdut 2,5% B-29 3,3% Cap Telepon 1,9% B-29 1,7%

(Sumber : Majalah Marketing Tahun 2008-2010)

Kondisi ini tentu tidak dapat diabaikan oleh pihak manajemen

karena dari kondisi tersebut juga berhubungan dengan kinerja selling-in

yang telah dicapai. Strategi pelayanan outlet, strategi supervisi salesforce

serta kinerja selling-in akan mempengaruhi kinerja selling out perusahaan.

Setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui prestasi penjualan

dari produk-produknya, sebagai cermin dari keberhasilan usahanya di

dunia bisnis.

Dengan demikian pentingnya distribusi adalah merupakan

keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh pesaing sehingga hal ini perlu

dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan juga harus memperhatikan

variabel-variabel yang dapat menunjang kinerja selling out dengan

(19)

7

perusahaan tersebut menjual produknya. Untuk itu perlu juga diperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja selling-in seperti strategi

pelayanan pada outlet, strategi supervisi salesforce yang akhirnya

bermuara terhadap kinerja selling out.

Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka penulis akan

mengangkat permasalahan menurunnya pembelian sabun di PT. WINGS

SURYA Surabaya, serta banyaknya pesaing industri sabun lainnya dengan

demikian judul yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut :

“STRATEGI PELAYANAN OUTLET, STRATEGI SUPERVISI

SALESFORCE BERPENGARUH TERHADAP KINERJA SELLING

IN SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA SELLING OUT PT.

WINGS SURYA SURABAYA.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang

dikemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Apakah strategi pelayanan outlet mempunyai pengaruh terhadap

kinerja selling in pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA

Surabaya?

b. Apakah strategi supervisi salesforce mempunyai pengaruh terhadap

kinerja selling in pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA

(20)

8

c. Apakah kinerja selling in mempunyai pengaruh terhadap kinerja

selling out pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA

Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menguji pengaruh strategi pelayanan outlet terhadap kinerja

selling in pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya.

b. Untuk menguji pengaruh strategi supervisi sales force terhadap kinerja

selling in pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya.

c. Untuk menguji pengaruh kinerja selling in terhadap kinerja selling out

pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yang baik bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain :

a. Bagi Peneliti

Sebagai wawasan untuk mengetahui tentang pemasaran, terutama

dibidang ekonomi dan dapat menerapkan ilmunya.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini sangat membantu pengusaha menengah dalam

(21)

9

Surabaya” khususnya untuk memperkenalkan produk – produk

tersebut kepada masyarakat di seluruh Indonesia.

c. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan informasi bila akan melakukan penelitian.

d. Bagi Universitas.

Memberikan sumbangan berupa ilmu pengetahuan, khususnya dalam

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam

penelitian ini yang dilakukan oleh Yochanan (2005) dalam Ferdinand

(2006:107-128), dengan judul “Dinamika Strategi Pelayanan Outlet

Dan Supervisi Sales Force Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja

Penjualan”.

Teknik analisis yang digunakan adalah Structural Equation

Modeling (SEM). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa strategi

pelayanan outlet berpengaruh positif terhadap kinerja selling-in,

selanjutnya strategi supervisi sales force berpengaruh positif terhadap

kinerja selling-in, serta kinerja selling-in berpengaruh positif terhadap

kinerja pemasaran selling-out.

2. Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam

penelitian ini yang dilakukan oleh Sujoko (2002), dengan judul

“Pengaruh Distribusi Selling-In Untuk Meningkatkan Kinerja

Pemasaran”. Studi Kasus Pada PT. Lima Sempurna Makmur Terhadap

Produk Battery Di Kota Semarang.

Sampel yang diambil dengan metode cluster random sampling

(23)

11

adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa kualitas hubungan berpengaruh positif terhadap

distribusi selling-in, selanjutnya kinerja tenaga penjualan berpengaruh

positif terhadap distribusi selling-in, serta distribusi selling-in

berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran.

3. Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam

penelitian ini yang dilakukan oleh Yudith (2005) dengan judul

“Analisis Distribusi Selling in Dalam Meningkatkan Kinerja

Pemasaran”. (Dalam Hubungan Antara PT. Expand Berlian Mulia

dengan Outlet-Outletnya di Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta)

Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive

sampling, menggunakan skala likert dan teknik analisis yang

digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa hubungan distributor dengan outlet

mempunyai pengaruh positif dengan distribusi selling in, strategi

pelayanan dengan outlet mempunyai pengaruh positif dengan distribusi

selling in, kemampuan tenaga pemasaran mempunyai pengaruh positif

dengan distribusi selling in, citra perusahaan mempunyai pengaruh

positif dengan distribusi selling in, distribusi selling in mempunyai

(24)

12

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Pengertian pemasaran mempunyai arti yang berbeda – beda yang

akan dikemukakan oleh para ahli dalam bidang pemasaran, walaupun

masing – masing memberikan penekanan yan berbeda – beda namun pada

intinya tujuannya sama, yaitu keinginan dan kebutuhan konsumen. Usaha

pemasaran yang keras akan menentukan suksesnya perusahaan manapun

baik itu perusahaan kecil atau perusahaan besar. Dalam pemasaran yang

perlu diperhatikan adalah bisa menarik pelanggan baru dan

mempertahankan pelanggan dengan memberikan kepuasan.

Menurut Kotler (2005:10), pemasaran adalah suatu proses sosial

yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Stanton (1984:7), pemasaran adalah sistem dari

kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,

memproduksi, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat

memenuhi keinginan baik konsumen saat ini maupun konsumen potensial.

Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pemasaran

adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Jadi pemasaran sebenarnya mempunyai arti

menggabungkan beberapa kegiatan yang dirancang untuk memberi

(25)

13

Kegiatan pemasaran timbul apabila manusia memutuskan untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan cara tertentu yang disebut

pertukaran. Jadi pemasaran merupakan suatu interaksi yang bertujuan

untuk memberikan kepuasan baik kepada penjual maupun pembeli.

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (1997:13), manajemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta

penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan tujuan individu dan organisasi.

Agar tujuan organisasi tercapai maka tergantung penawaran

organisasi dalam memenuhi kebutuhan pasar dengan menentukan harga,

mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu,

mendorong serta melayani pasar. Jadi manajemen pemasaran dirumuskan

sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang

dilakukan oleh perusahaan.

Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan,

baik yang menyangkut barang maupun jasa. Proses pertukaran baik yang

ditimbulkan oleh penjual maupun pembeli akan menguntungkan kedua

belah pihak, maka penentuan produk, harga, promosi dan tempat

(26)

14

perilaku konsumen dipengaruhi sehingga menjadi sesuai dengan

produk-produk perusahaan.

Kebutuhan dan keinginan konsumen harus mendapatkan perhatian

yang serius dari manajemen pemasaran. Karena banyak perusahaan yang

produknya sejenis yang ditawarkan oleh perusahaan, sehingga tersedianya

alternatif bagi para konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan

keinginannya para konsumen.

Untuk memperjelas definisi ini bersandar pada konsep – konsep

inti pemasaran yang saling berhubungan adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan (Needs)

Kebutuhan adalah pernyataan dari perasaan kekurangan.

2. Keinginan (Wants)

Keinginan adalah kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan

kepribadian seseorang.

3. Permintaan (Demands)

Adalah pelanggan yang memandang produk sebagai kumpulan

manfaat dan memilih produk yang memberi mereka kumpulan

manfaat terbaik dari uang mereka

4. Produk (Product)

Adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat

(27)

15

5. Jasa (Service)

Adalah segala aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh suatu

kelompok kepada yang lainnya, yang pada dasarnya dan tidak

berakibat pada kepemilikan apapun.

6. Nilai Pelanggan (Customer value)

Adalah merupakan selisi antara nilai yang diperoleh pelanggan dengan

memiliki dan menggunakan suatu produk dengan biaya yang

dikeluarkan untuk memperolehnya.

7. Kepuasan Pelanggan (Customer satisfaction)

Adalah bergantung pada perkiraan kinerja produk dalam memberikan

nilai, relatif terhadap harapan pembeli.

8. Manajemen Mutu Total (Total quality management/TQM)

Adalah program yang dirancang untuk perbaikan berkelanjutan

produk, jasa, dan proses pemasaran.

9. Pertukaran (exchange)

adalah suatu tindakan untuk memperoleh obyek yang diharapkan dari

seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai penggantinya.

10. Transaksi (Transaction)

Adalah tindakan memperoleh objek yang diharapkan dari seseorang

dengan menawarkan sesuatu sebagai pengganti.

11. Hubungan Pemasaran (Relationship Marketing)

Adalah praktek membangun hubungan jangka panjang yang

(28)

16

penyalur guna mempertahankan preferensi dan jangka panjang

mereka. Jaringan pemasaran (marketing network) terdiri dari

perusahaan dan semua pemegang resiko yang mendukung :

pelanggan, karyawan, pemasok, distributor, pengecer, agen iklan dan

lain – lain, yang dengannya perusahaan telah membangun hubungan

bisnis yang saling menguntungkan.

12. Pasar (Market)

Adalah seperangkat pembeli aktual dan potensial dari sebuah produk

atau jasa.

2.2.3. Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002:6), perilaku konsumen

didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan

barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.

Definisi yang lain menurut Louden dan Bitta (dalam Angipora,

2002:119), perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan

kegiatan fisik individu dalam upaya memperoleh dan menggunakan

barang dan jasa (evaluasi, memperoleh, menggunakan atau menentukan

barang atau jasa).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

mempelajari Perilaku Konsumen maka pemasar dapat mengetahui secara

(29)

17

kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa serta pengaruh-pengaruh

yang dihadapi dalam usaha memperoleh barang dan jasa tersebut.

2.2.4. Strategi Pelayanan Outlet

Strategi pelayanan outlet merupakan salah satu pilar penentu

keberhasilan kegiatan penjualan. Yang dimaksudkan dengan strategi

pelayanan outlet ini adalah strategi yang diambil oleh manajemen dalam

menjawab pertanyaan bagaimana outlet tersebut dikelola agar dapat

mendatangkan manfaat yang paling optimal bagi perusahaan. Semakin

baik perusahaan manangani outlet, semakin efektif pula perusahaan dapat

menjual produknya (Ferdinand, 2006:117).

Kegiatan-kegiatan tenaga penjualan yang berorientasi kepada

proses (leading performance indicator). Indikator kinerja proses seperti

yang dikemukakan Ferdinand (2000) dalam Ferdinand (2006:118) salah

satunya adalah strategi pelayanan outlet yaitu strategi yang dilakukan

manajemen dalam memberikan pelayanan kepada outlet-outlet perusahaan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Baldauf (2001:111) dalam Ferdinand

(2006:118) yang mengemukakan pendapatnya pentingnya pembagian

wilayah dalam melayani outlet dengan baik.

Sedangkan keputusan manajemen atas pelayanan outlet sangat

tergantung efektifitasnya pada ketepatan kunjungan (call), penjualan yang

(30)

18

payment) yang tepat, serta kebijakan retur (product return). Ferdinand

(2000:47-48) dalam Ferdinand (2006:118) mengemukakan sebuah

proporsi bahwa pada manajemen selling in, kinerja penjualan akan

bergantung pada efektivitas fungsi-fungsi call, contract (buy & sales), new

open account serta account receivables dengan memperhatikan

faktor-faktor di luar kendali perusahaan yaitu perilaku membeli dari pelanggan –

customer (outlet).

Pelanggan yang loyal memberikan keuntungan bagi perusahaan

antara lain :

1. Mendorong peningkatan pendapatan

2. Membentuk penjualan yang dapat diprediksikan dan arus keuntungan

3. Mencegah perpindahan pelanggan

4. Sering melahirkan bisnis baru bagi perusahaan

Ada beberapa indikator yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk

mengetahui strategi pelayanan outlet menurut Ferdinand (2006:125) yaitu :

1. Kunjungan (call)

Merupakan aktivitas personil penjualan untuk mendatangi pelanggan

(outlet) baik secara langsung maupun tidak langsung. Kunjungan

kepada pelanggan langsung adalah tatap muka, sedangkan kunjungan

tidak langsung dilakukan dengan kontak telepon, konferensi jarak jauh

(tele conference) dan lainnya yang dimaksudkan dengan tujuan

(31)

19

2. Contract (Buy & Sales)

Merupakan perjanjian atau kontrak jual beli yang dilakukan oleh

perusahaan kepada pelanggan (outlet) di dalam suatu kegiatan

penjualan (selling in).

3. New Open Account

Merupakan pembukaan pembukuan baru penjualan pada perusahaan

melalui outlet-outletnya.

4. Periode Bayar (Term of Payment)

Merupakan sistem pembayaran penjualan yang dilakukan antara

perusahaan dengan pelanggan (outlet).

2.2.5. Stratregi Supervisi Salesforce (Tenaga Penjualan)

Evaluasi kinerja tenaga penjualan yang lebih menekankan kepada

hasil akhir penjualan dibandingkan dengan kinerja dari aktivitas penjualan

mendorong tenaga penjualan untuk menjalankan pekerjaan malampaui

batas kewenangannya. Oleh karena itu diperlukan pengawasan (control)

yang baik dan benar dari manajemen. Jika dalam pengawasan ditemukan

kesalahan, maka perlu diberikan sanksi, dan sebaliknya, bila tenaga

penjulan melakukan seluruh prosedur dengan baik dan benar, maka yang

bersangkutan perlu diberikan penghargaan. Pengawasan penjualan (sales

supervisor) baik untuk operasi kerja dan mengawasi tenaga penjual dengan

menitik beratkan fungsi kontrol (Cooke, 1999:80) dalam Ferdinand

(32)

20

Dengan demikian maka pilar kedua dalam manajemen penjualan

yang sangat strategis adalah kebijakan manajemen dalam melakukan

supervisi tenaga penjualan (sales force). Kebijakan manajemen dalam

mensupervisi sales force ini dilakukan bersamaan dengan kebijakan

manajemen melayani outlet.

Menurut Ferdinand (2006:125) stratregi supervisi salesforce

dibentuk oleh tiga indikator yaitu :

1. Sikap

Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan karakter tenaga

penjual.

2. Ketrampilan

Merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan

tenaga penjual.

3. Motivasi

Merupakan segala sesuatu yang dapat mendorong tenaga penjualan di

dalam meningkatkan penjualan.

2.2.6. Kinerja Selling in

Membangun jaringan distribusi bagi perusahaan bertujuan agar

ketersediaan barang yang tinggi di pasar. Tidak hanya itu, dengan jejaring

yang kuat membantu perusahaan mempercepat proses introduksi produk

baru di pasar, mengurangi variasi harga yang dibayar konsumen,

(33)

21

Pengetahuan yang kuat mengenai pasar merupakan aset sangat penting

bagi perusahaan untuk membangun keunggulan bersaing.

Menurut Coughlan dan Anderson (1997:71) dalam Sujoko

(2002:243) mengatakan bahwa pada awalnya sebuah produk baru akan

didistribusikan melalui saluran distribusi milik perusahaan atau lebih

efisien melalui organisasi yang independen (intermediate). Hal tersebut

akan menyangkut masalah kontrol bila melalui intermediate. Sedangkan

menurut Michman (1990:33) dalam Sujoko (2002:243) mengatakan bahwa

melalui penelitiannya para pemasar dapat menggunakan penelitian ini

untuk mengetahui efek yang potensial dari perubahan dalam strategi

bersaing sebagai hasil dari perubahan fungsi pemasaran tersebut.

Pemasar akan percaya terhadap kemampuan distributor untuk

mengimplementasikan rencana strategis secara obyektif terhadap

pelaksanaan demi pentingnya hubungan tersebut. Dalam program

pemasaran meliputi produk, harga, dan strategi promosi yang konsisten

dengan mencari saluran distribusi. Selling-in merupakan sebuah konsep

penjualan yang menitikberatkan pada penjualan yang dilakukan oleh

produsen kepada pelanggannya, seperti: distributor, subdistributor, grosir,

dan retailer. Konsep penjualan ini membatasi penjualan hanya pada mata

rantai saluran distribusi, tidak sampai ke pembeli akhir (Lindsay dan

Maureen, 2001) dalam Yudith (2005:10).

Sasaran kegiatan selling-in adalah terjadinya transaksi

(34)

22

outlet pelanggan dan dijual pada konsumen akhir (Ferdinand, 2004) dalam

Yudith (2005:10). Bagi perusahaan, besarnya selling-in merupakan salah

satu ukuran keberhasilan perusahaan yang bersangkutan (Sunaryo, 2002)

dalam Yudith (2005:10), karena besarnya selling in menggambarkan

tingkat diterimanya produk pada tingakat intermediarer dan hal ini akan

menghasilkan gambaran yang positif bagi perusahaan pemasok yang

disebut juga perusahaan prinsipal (Ferdinand, 2004) dalam Yudith

(2005:10).

Ada dua cara untuk menaikkan Selling-in, yaitu secara horizontal

dan vertikal. Peningkatan penjualan secara horizontal berbasis pada

kenaikan penjualan yang dikarenakan adanya penambahan outlet baru

(new open account) yang sebelumnya belum pernah terlayani. Semakin

rapat penyebaran produk yang telah tergarap, maka semakin sulit bagi

perusahaan untuk meningkatkan selling in nya secara horizontal.

Peningkatan Selling-in secara vertikal berbasis pada peningkatan penjualan

yang dikarenakan adanya penambahan item produk yang dijual di outlet

yang telah ada, atau peningkatan penjualan yang disebabkan adanya

ketersediaan barang secara lengkap pada outlet yang telah tergarap

(Ferdinand, 2004) dalam Yudith (2005:10).

Menurut Ferdinand (2006:126) kinerja selling in dibentuk oleh tiga

indikator yaitu :

(35)

23

Merupakan kemampuan perusahaan dalam menyediakan produk di

outle-outlet.

2. Keragaman Produk (Product Diversity)

Merupakan berbagai jenis produk yang ditawarkan oleh perusahaan di

outlet-outlet.

3. Kemenarikan Produk (Product Attractiveness)

Merupakan keunggulan atau kelebihan dari suatu produk yang ada di

outlet.

2.2.7. Kinerja Selling Out

Selling out management adalah kegiatan manajemen yang

diarahkan pada upaya untuk menjangkau konsumen akhir dan

mempengaruhi konsumen akhir untuk membeli dan membeli ulang

(Ferdinand, 2000:44) dalam Ferdinand (2006:117). Dengan definisi

tersebut nampak bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya ditentukan

seberapa besar kinerja selling in yang barhasil dilakukan, akan tetapi juga

tergantung seberapa cepat produk yang ada di pasaran baerhasil

dikonsumsi oleh konsumen akhir. Oleh karena itu, fokus kegiatan

manajemen selling out adalah mendorong percepatan arus keluar produk

ke konsumen akhir.

Sehubungan dengan fungsi selling out untuk mendorong produk

yang telah masuk ke outlet agar keluar ke pembeli akhir, maka peranan

(36)

24

sama dan keterlibatan perusahaan (baik prinsipal maupun distributor)

dengan outlet, akan sangat mempengaruhi hasil akhir yang akan dicapai.

Demikian pula kerja sama dan hubungan yang baik antara perusahaan dan

retailer mutlak dibutuhkan agar selling in dapat optimal. Dengan selling in

yang optimal dimungkinkan ketersediaan produk di outlet semakin

lengkap dan banyak, hal ini akan mencegah kekosongan barang (product

stock out) dan kinerja selling out akan baik.

Indikator kinerja selling out menurut Ferdinand (2006:127)

dibentuk oleh dua indikator yaitu sebagai berikut :

1. Nilai Penjualan Outlet ke Konsumen

Yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan nilai produk yang ada

di outlet kepada konsumen.

2. Penjualan Unit Outlet ke Konsumen

Yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan banyaknya penjualan

yang dilakukan.

2.2.8. Pengaruh Strategi Pelayanan Outlet Terhadap Kinerja Selling in

Menurut Parsons dan Abelle (1981) dalam Ferdinand (2006:119)

menunjukkan bahwa intensitas / banyaknya kunjungan merupakan variabel

yang mempunyai pengaruh terhadap nominal dolar penjualan pada divisi

lampu perusahaan General Electric. Kesimpulan sementara yang bisa

diambil adalah bahwa upaya kunjungan mempunyai dampak yang

(37)

25

Ferdinand (2006:119) mengatakan bahwa semakin terpadunya

kemampuan salesforce dalam melaksanakan fungsi-fungsi strategi

pelayanan outlet, semakin baik kinerja selling in yang dihasilkan. Hasil

penelitian Yochanan (2005) dalam Ferdinand (2006) menunjukkan bahwa

strategi pelayanan outletberpengaruh positif terhadap kinerja selling in.

Dari berbagai pendapat para peneliti tersebut dapat disimpulkan

Jika pelayanan yang diberikan kepada konsumen itu baik dan memuaskan

maka akan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja selling in.

2.2.9. Pengaruh Strategi Supervisi Salesforce Terhadap Kinerja Selling in

Dukungan motivasi yang dilakukan pihak manajemen akan dapat

meningkatkan kegiatan tenaga penjualan (Bush et. al. 1990:120). Pendapat

tersebut senada dengan pendapat Rich (1997:310) yang menyatakan

bahwa peran supervisor sangat penting dalam mempengaruhi kepuasan

tenaga penjualnya terhadap kegiatan yang dilakukan. Hal tersebut sesuai

dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, di mana tenaga penjual akan

dapat menjalankan kegiatannya dengan baik jika mendapat arahan yang

tepat serta dukungan motivasi.

Leonard Barton dan Deschamp (1988:124) menyatakan pengaruh

supervisor terhadap tenaga penjual dapat diartikan sebagai dukungan

supervisor dalam mendorong atau menstimulasi tenaga penjual dalam

menjalankan tugasnya. Dalam penelitian Igbaria (1996:132) menyatakan

(38)

26

penjual dalam bekerja. Lebih lanjut Lawler dan Rodhe (dalam Kohli et. al.,

1998:267) menyatakan bahwa interaksi yang baik antara supervisor

dengan tenaga penjual akan menghasilkan kinerja selling in yang baik bagi

perusahaan.

Ferdinand (2006:120) mengatakan bahwa semakin baik strategi

supervisi tenaga penjualan yang tercermin dari baiknya sikap, ketrampilan

dan motivasi pesonal salesforce, semakin baik kinerja selling in yang

dihasilkan. Hasil penelitian Yochanan (2005) dalam Ferdinand (2006)

menunjukkan bahwa strategi supervisi salesforce berpengaruh positif

terhadap kinerja selling in.

Dari berbagai pendapat para peneliti tersebut dapat disimpulkan

bahwa strategi supervisi salesforce yang baik akan berpengaruh positif

terhadap selling-in yang dihasilkan.

2.2.10.Pengaruh Kinerja Selling In Terhadap Kinerja Selling Out

Selling out management adalah kegiatan manajemen yang

diarahkan pada upaya untuk menjangkau konsumen akhir dan

mempengaruhi konsumen akhir untuk membeli dan membeli ulang

(Ferdinand, 2000:44) dalam Ferdinand (2006:117). Dengan definisi

tersebut nampak bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya ditentukan

seberapa besar kinerja selling in yang barhasil dilakukan, akan tetapi juga

tergantung seberapa cepat produk yang ada di pasaran baerhasil

(39)

27

Ferdinand (2006:122) mengatakan bahwa semakin tinggi kinerja

selling in maka semakin tinggi kinerja selling out yang dihasilkan. Hasil

penelitian Yochanan (2005) dalam Ferdinand (2006) menunjukkan bahwa

kinerja selling inberpengaruh positif terhadap kinerja selling out.

Dari berbagai pendapat para peneliti tersebut dapat disimpulkan

bahwa dengan kinerja selling in yang baik akan berpengaruh positif

(40)

28

2.3. KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Strategi Pelayanan

Outlet

X1

Strategi Supervisi

Salesforce

X2

Kinerja

Selling In

Y

Kinerja

Selling Out

(41)

29

2.4. Hipotesis

Berdasarkan model yang digunakan maka dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut :

1. Strategi pelayanan outlet berpengaruh positif terhadap kinerja selling

in pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya.

2. Strategi supervisi salesforce berpengaruh positif terhadap kinerja

selling in pada produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya.

3. Kinerja selling in berpengaruh positif terhadap kinerja selling out pada

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam pembahasan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Strategi Pelayanan Outlet (X1)

Strategi pelayanan outlet adalah strategi yang diambil oleh

manajemen dalam menjawab pertanyaan bagaimana outlet tersebut

dikelola agar dapat mendatangkan manfaat yang paling optimal bagi

perusahaan. Menurut Ferdinand (2006:125) indikator Strategi

pelayanan outlet antara lain sebagai berikut :

X11 : Kunjungan (call)

Merupakan aktivitas personil penjualan PT. WINGS SURYA

Surabaya untuk mendatangi pelanggan (outlet) baik secara

langsung maupun tidak langsung.

X12 : Contract (Buy & Sales)

Merupakan perjanjian atau kontrak jual beli yang dilakukan

oleh PT. WINGS SURYA Surabaya kepada pelanggan (outlet)

(43)

31

X13 : New Open Account

Merupakan pembukaan pembukuan baru penjualan pada PT.

WINGS SURYA Surabaya melalui outlet-outletnya.

X14 : Periode Bayar (Term of Payment)

Merupakan sistem pembayaran penjualan yang dilakukan

antara PT. WINGS SURYA Surabaya dengan pelanggan

(outlet).

2. Strategi Supervisi Salesforce (X2)

Strategi supervisi salesforce merupakan peningkatan ketrampilan

prestasi penjualan, memberikan layanan pasca penjualan dan

meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara

perusahaan dengan pelanggan (outlet) yang dapat dijadikan modal

jangka panjang. Menurut Ferdinand (2006:125) stratregi supervisi

salesforce dibentuk oleh tiga indikator yaitu:

X21 : Sikap

Merupakan sikap tenaga penjualan PT. WINGS SURYA

Surabaya di dalam menjual produk sabun WINGS kepada

pelanggan (outlet).

X22 : Ketrampilan

Merupakan kemampuan tenaga penjualan PT. WINGS SURYA

Surabaya di dalam menjual produk sabun WINGS kepada

(44)

32

X23 : Motivasi

Merupakan motivasi yang dimiliki tenaga penjualan PT.

WINGS SURYA Surabaya di dalam menjual produk sabun

WINGS kepada pelanggan (outlet).

3. Kinerja Selling In (Y)

Kinerja selling in merupakan sebuah konsep penjualan yang

menitikberatkan pada penjualan pada mata rantai saluran distribusi

(outlet), tidak sampai ke pembeli akhir. Menurut Ferdinand (2006:126)

kinerja selling in dibentuk oleh tiga indikator yaitu :

Y1 : Ketersediaan Barang

Merupakan kemampuan PT. WINGS SURYA Surabaya

menyediakan produk sabun WINGS kepada pelanggan (outlet).

Y2 : Keragaman Produk

Merupakan berbagai jenis produk sabun WINGS PT. WINGS

SURYA Surabaya yang dijual kepada pelanggan (outlet).

Y3 : Kemenarikan Produk

Merupakan keunggulan atau kelebihan dari produk sabun

WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya yang dijual kepada

pelanggan outlet.

4. Kinerja Selling Out (Z)

Kinerja selling out merupakan kegiatan manajemen yang

(45)

33

mempengaruhi konsumen akhir untuk membeli dan membeli ulang.

Menurut Ferdinand (2006:127) Indikator kinerja selling out dibentuk

oleh dua indikator yaitu sebagai berikut:

Z1 : Nilai Penjualan Outlet ke Konsumen

Yaitu nilai penjualan produk sabun WINGS PT. WINGS

SURYA Surabaya.

Z2 : Penjualan Unit Outlet ke Konsumen

Yaitu volume penjualan dari produk sabun WINGS PT. WINGS

SURYA Surabaya.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan ukuran variabel yaitu skala interval,

skala yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut yang

memberikan informasi tentang interval antara satu obyek dengan obyek

lainnya adalah sama. Metode skala pengukur yang digunakan adalah skala

likert menurut Kinnear (1988) dalam (Umar, 2000:137). Skala ini

berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu

dan menggunakan skala penilaian tujuh butir 1-7 yang berada dalam

rentang dua sisi mengikuti pola sebagai berikut, misalnya:

1 7

(46)

34

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pelanggan (outlet) produk sabun WINGS PT. WINGS

SURYA di Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999:72). Teknik

pengambilan sampel adalah non probability sampling, dengan

menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel

didasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu yang dimiliki sampel

(Sugiyono, 1999:78). Kriteria sampel antara lain adalah pelanggan

(outlet) yang sudah berdiri minimal selama 1 tahun, merupakan

pelanggan (outlet) di Surabaya yang menjual produk sabun WINGS

PT. WINGS SURYA Surabaya.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan

pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48), yaitu :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

(47)

35

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.

bila terdapat 12 indikator, maka besarnya sampel adalah 12

indikator x 9 jumlah parameter yang diestimasi = 108 outlet.

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan jumlah 108

pelanggan (outlet) karena minimal memakai analisis SEM adalah 100

responden dan dilebihkan menjadi 108 untuk menghindari kesalahan

pengisian kuesioner.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data terdapat jenis – jenis data yang benar

dan sesuai dengan yang diperlukan. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer.

3.3.1. Jenis Data

Data Primer

Data yang dikumpulkan atau diperoleh peneliti dari responden secara

langsung dengan memberikan kuesioner atau wawancara langsung kepada

pelanggan (outlet) produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya

(48)

36

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk dianalisis dalam penelitian

ini diperoleh dari : jawaban kuesioner oleh pelanggan (outlet) produk

sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

a. Interview : Melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang tejadi

dengan pihak pelanggan (outlet) yang menjual produk sabun WINGS

PT. WINGS SURYA Surabaya.

b. Kuesioner : Pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan –

partanyaan tertulis yang dibagikan kepada para pelanggan (outlet)

produk sabun WINGS PT. WINGS SURYA Surabaya.

3.4. Teknik Analisis SEM dan Pengujian Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis SEM

Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan

teknik – teknik statistical yang memungkinkan pengukuran sebuah

rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang

rumit tersebut dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen

dengan satu atau beberapa variabel independen. Metode ini bukan untuk

menghasilkan teori melainkan “mengkonfirmasi” teori.

Pada model SEM terdapat asumsi – asumsi yang harus dapat

(49)

37

1. Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah

minimum berjumlah 100 dan selanjutnya menggunakan perbandingan

5 observasi untuk setiap estimate parameter.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat.

Sampai dimana masing – masing indikator tersebut mengindikasikan

sebuah konstruk atau faktor latent yang umum.

Dengan kata lain bagaimana hal – hal yang spesifik saling

membantu dalam menjelaskan sebuah fenomena yang umum

composite Reliability diperoleh melalui rumus sebagai berikut :

(

Stdloading

)

²

Construct Reliability =

( Σ Std Loading)² + Σ ε i

Dimana :

1. Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk

tiap – tiap indikator.

2. ε i

adalah

measurementerror dari tiap – tiap indikator.

Uji Variance Extracted

Variance Ekstracted adalah ukuran yang menunjukkan varians

dari indikator – indikator yang diekstraksi oleh konstruk latent yang

dikembangkan. Nilai variance extracted ini direkomendasikan pada

tingkat paling sedikit 0,50. Variance Extracted diperoleh melalui

(50)

38

( Σ Std Loading² ) Variance Extracted =

( Σ Std Loading² ) + Σ ε i

Dimana :

1. Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk

tiap – tiap indikator.

2. ε i adalah measurement error dari tiap – tiap indikator.

3. Uji Validitas

Validitas menyangkut akurasi yang dapat dicapai oleh sebuah indikator

dalam menilai akuratnya pengukuran terhadap yang seharusnya diukur.

Misalnya alat ukur untuk mengukur bagaimana dan mengapa

pelanggan membeli sebuah produk mungkin reliable tetapi dapat saja

terjadi, misalnya mengasumsikan alat ukur itu dapat digunakan untuk

mengukur loyalitas merek. Kenyataan alat ukur ini indikatornya

reliable tetapi merupakan alat ukur loyalitas merek yang invalid.

4. Normalitas dan Linearitas

Sebaran dan harus dianalisis apakah asumsi normalitas dipenuhi

sehingga data dapat lebih lanjut untuk permodelan SEM ini.

Normalitas dapat diuji dengan metode – metode statistik, uji ini perlu

dilakukan baik untuk Univariate maupun normalitas Multivariate. Uji

linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dengan

memilih pasangan data dan melihat pola penyebarannya untuk

(51)

39

5. Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai – nilai ekstrim

baik secara univariate. Pada dasarnya outlier dapat muncul dalam

empat kemungkinan, adalah sebagai berikut :

a. Kesalahan prosedur

b. Keadaan yang benar – benar khusus

c. Adanya suatu alasan tetapi peneliti tidak tahu apa penyebabnya

d. Outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, yang disebut

dengan multivariate outliers.

6. Multicolinearity dan singularity

Multicolinearity dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians.

Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil mengindikasikan

adanya problem multicolinearitas dengan mentransformasi data dalam

bentuk composite variables

3.4.2. Pengujian Hipotesis

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk

mengukur atau menguji hipotesis megenai model. Beberapa indeks

kesesuaian dan cut off value untuk digunakan dalam menguji apakah

sebuah model dapat diterima atau ditolak adalah sebagai berikut :

1. X – CHI SQUARE STATISTIC

Merupakan alat paling fundamental untuk mengukur overal fit

(52)

40

sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model

yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi –

squarenya rendah. Semakin kecil nilai x² semakin baik model itu ( x² =

0 berarti tidak ada perbedaan). Karena tujuan analisis adalah

mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data

atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai

x² yang tidak signifikan. Penggunaan chi – square hanya sesuai bila

ukuran sampel antara 100 dan 200, apabilah ukuran sampel ada diluar

rentang itu maka uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh

karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya.

2. RMSEAThe Root Mean Square of Approximation

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasi chi – square statistic dalam sampel yang besar. Nilai

RMSEA menunjukkan goodness – of – fit yang diharapkan bila model

diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama

dengan 0,08 merupakan indeks yang dapat diterimanya model yang

menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of

freedom.

3. GFIGoodness of Fit Indices

GFI adalah analog dari R² dalam regresi berganda. Indeks

kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians

dalam matriks konvarians sampel yang dijelaskan oleh matriks

(53)

41

non – statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit)

sampai dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – Adjusted Goodness of Fit Indices

AGFI / GFI / df tingkat penerimaan yang direkomendasikan

adalah AGFI mempunyai nilai yang sama dengan atau lebih besar dari

0,90 – 0,95 menunjukkan tingkat cukup – adequate fit (Hulland et al.,

1996) dalam Ferdinand (2002).

5. CMID / DF

The minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi

dengan degree of freendomnya akan menghasilkan indeks CMIN / DF.

Pada umunya diartikan sebagai salah satu indicator untuk mengukur

tingkat fit-nya sebuah model.dalam hal ini CMIN / DF tidak lain

adalah statistic chi – square, X²dibagi DF-nya.

6. TLI – Tucker Lewis Indices

TLI adalah alternative Incremental Fit Indices yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya

sebuah model adalah penerimaan 0,95 dan nilai yang sangat mendekati

1 menunjukkan a very good fit

7. CFI – Comporative Fit Indices

Bersama nilai ini pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana

(54)

42

(a very good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,9.

keunggulan dari indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran

sampel, oleh karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat

penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relative

Noncentrality Index (RNI).

Dengan demikian indeks – indeks yang dapat digunakan untuk

menguji kelayakan sebuah model adalah seperti yang diringkas dalam

tabel berikut ini :

Tabel : 3.1. Goodness Of Fit Indices GOODNESS OF

Menguji apakah covariance populasi yang diestimasikan sama dengan covariance sample { apakah model sesuai dengan data }

Diharapkan kecil, 1 s.d. 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probability Uji signifikan terhadap perbedaan

matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2 atau > 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi –

Square pada sampel besar

< 0,08

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians

dalam matriks sampel yang dijelaskan

oleh matriks sampel covariance

populasi yang diestimasi { analog dengan R² dalam regresi berganda }

> 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF > 0,90

CMIN / DF Kesesuaian antara data dan model < 2,00

TLI Pembandingan antara model yang diuji

terhadap baseline model

> 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitif

terhadap besarnya sampel dan kerumitan model

> 0,94

(55)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

WINGS Corporation didirikan pada tahun 1948 di Surabaya,

Indonesia. Selama lima puluh tahun terakhir perusahaan ini telah

berkembang dari sebuah industri rumah kecil menjadi pemimpin pasar

(market leader) yang mempekerjakan ribuan orang dengan pabrik-pabrik

berlokasi di Jakarta dan Surabaya. Tujuan WINGS Corporation adalah

memproduksi produk-produk berkualitas internasional dengan harga

ekonomis.

Produksi pertama Wings dimulai dengan pembuatan sabun cuci

hijau buatan tangan. Dengan produk ini Wings berhasil menembus pasar

kompetitif pada akhir 1940-an. Segera setelah itu, mereka

memperkenalkan sebuah produk baru - krim deterjen yang sangat

membantu kebutuhan toileteries rumah tangga. Seiring dengan

perkembangan Wings yang begitu pesat, maka pabrik kedua P.T. Sayap

Mas Utama, dibangun di Jakarta.

Wings menghasilkan produk antara lain toilet sabun, bedak dan bar

deterjen, floor cleaners, pelembut kain, dan pembalut untuk market di

seluruh Indonesia dan sekitarnya. Sedangkan pabrik ketiga PT. Lionindo

(56)

44

untuk memproduksi merek seperti Emeron, Halaman Satu, Ciptadent, dan

Mama. Produk mereka termasuk shampoo, shower gel, produk perawatan

kulit, pasta gigi, dan mencuci piring cair. Setelah lima tahun, merek ini

berhasil menangkap pangsa pasar yang signifikan di Indonesia.

Tahun 1991, Fa Wings berganti menjadi PT Wings Surya, tahun

2003 meluncurkan Mie Sedaap WINGS dikenal dari kualitas produk,

harga terjangkau, dan dapat dibeli dimanapun berada (terdistribusi secara

menyeluruh. Wings berfokus pada kepentingan customer, supplier,

company, karyawan. Wings fokus pada pengembangan sumber daya

manusia. Menyadari bahwa orang-orang di Wings sangat penting bagi

keberhasilannya. Misi Wings ; meningkatkan-cabang kedua. Tujuan:

meningkatkan standar hidup dan meningkatkan kualitas hidup.

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam kuesioner

yang telah diberikan. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 30

Maret sampai dengan tanggal 20 April 2011. Dari jawaban-jawaban

tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.

a. Umur

Dari 108 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

dapat diketahui umur dari para responden yakni pada tabel dibawah

(57)

45

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Prosentase (%)

1 17-30 tahun 49 45,4

2 31-40 tahun 32 29,6

3 > 40 tahun 27 25

Total 108 100

Sumber: Hasil Penyebaran Kuisoner

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini adalah mereka yang berumur antara 17

sampai 30 tahun yaitu sebanyak 49 orang atau 45,4 %, responden

berumur antara 31 sampai 40 tahun sebanyak 32 orang atau 29,6 % dan

sisa responden berumur lebih dari 40 tahun sebanyak 27 orang atau

25 %.

b. Jenis Kelamin

Dari 108 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis kelamin responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Laki-laki 66 61,1

2 Perempuan 42 38,9

Total 108 100

Sumber: Hasil Penyebaran Kuisoner

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin pria sebanyak

66 orang atau 61,1 %, sedangkan yang berjenis kelamin wanita yaitu

Gambar

Gambar 4.2.  Model Pengukuran dan Struktural Modifikasi ..............................
Tabel 1.1. Data Penjualan Produk Sabun WINGS
Tabel 1.3. Top Brand Index Produk Sabun Wings
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produksi formula enteral / makanan cair adalah serangkaian kegiatan dimulai dari persiapan bahan, pengolahan hingga penyajian formula enteral/ makanan cair sesuai

Tiga tahapan utama dalam penelitian ini adalah memberikan pretest literasi matematis, memeberikan pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistic Mathematics

Faktor-faktor yang memengaruhi CR pada sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden pada tingkat ternak adalah umur induk yang berasosiasi positif dengan besar faktor 0,313,

“Pengaruh Rasio Keuangan CAMEL, Tingkat Inflasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”.. “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan

Penelitian ini memberikan penjelasan bahwa pentingnya mengkaji ulang pelatihan yang telah diberikan untuk menjadi perbaikan implementasi pelatihan berikutnya

keterampilan dengan kreativitas dan inovasi yang baik dan dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam pekerjaannya. Nilai outer loading sikap lebih dari 0,5 yang

Jika seseorang mengalami keberhasilan maka efikasi dirinya akan meningkat, dan tingginya efikasi diri akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak secara lebih

Masyarakat adalah pelaku ut ama dan pemerint ah berkewaj iban unt uk mengarahkan, membimbing, sert a mencipt akan suasana penunj ang; (b) Set iap upaya