• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PERSUASI DALAM KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN ( KASUS PENGGUNAAN BIBIT PADI UNGGUL DI DESA WEDOROKLURAK KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PERSUASI DALAM KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN ( KASUS PENGGUNAAN BIBIT PADI UNGGUL DI DESA WEDOROKLURAK KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO )."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Safi’i

NPM: 0643310412

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Nama Mahasiswa : Safi’i

NPM : 0643310412

Program studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing utama

IR.H. DIDIEK TRANGGONO, M.Si NIP. 195812251990011001

Mengetahui

DEKAN

(3)
(4)

Oleh :

SAFI’I NPM. 0643310412

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 13 Desember 2012

Pembimbing Utama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

telah selesailah penyusunan Skripsi Penelitian ini dengan judul : “Penerapan

Metode Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian (Kasus Penggunaan

Bibit Padi Unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten

Sidoarjo)”.

Skripsi ini dibuat dalam rangka melakukan penelitian untuk menyusun

skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di bidang kajian

ilmu komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan

dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Perkenankan pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan Skripsi ini,

dengan rasa hormat yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si, selaku Sesprodi Ilmu Komunikasi

4. Bapak Ir.H.Didiek Tranggono,M.Si; selaku Dosen Pembimbing Utama

yang senantiasa membimbing dan meluangkan waktu guna memberikan

pengarahan pada penulis dalam penyusunan Skripsi.

5. Bapak-Bapak dan Ibu-ibu Dosen Ilmu Komunikasi, yang telah

memberikan ilmu dalam rangka menambah banyak wawasan saya.

6. Orang tuaku tercinta, yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan

bantuan baik materil maupun moril, serta do’a tulus ikhlas hingga penulis

(6)

Saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya Skripsi ini

sangatlah saya harapkan. Mudah-mudahan semuanya dapat berjalan sesuai dengan

apa yang telah saya rencanakan.

Surabaya, Desember 2012

(7)

HALAMAN J UDUL... i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI……... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI……….. x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA... 5

2.1. Proses Persuasi dan Faktor Motivasi... 5

2.1.1. Pengertian Persuasi... 5

2.1.2. Faktor Motivasi... 12

2.2. Proses dan Bentuk komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian... 14

2.2.1. Pengertian Komunikasi... 14

2.2.2. Proses Komunikasi... 15

(8)

3.1.2. Metode persuasi... 24

3.1.3. Komunikasi... 25

3.1.4. Penyuluhan Pertanian... 25

3.2. Metode Penelitian... 28

3.2.1. Penelitian Lapangan... 28

3.2.2. Studi Kepustakaan... 28

3.3. Pengumpulan Data... 29

3.3.1. Wawancara... 29

3.3.2. Observasi... 29

3.4. Key Informan... 29

3.5. Teknik Analisa Data... 30

3.6. Intrumen Penelitian... 30

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

4.1. Keadaan Umum Desa Wedoroklurak... 31

4.1.1. Geografis... 31

4.1.2. Mata Pencaharian... 32

4.1.3. Pendidikan... 33

4.1.4. Sosial Budaya... 34

4.1.5. Agama... 35

4.1.6. Sarana Komunikasi... 36

(9)

4.3. Hasil Penelitian... 38

4.3.1. Kegiatan KomunikasidalamPenyuluhan Pertanian... 38

4.3.2. Bentuk-Bentuk Metode Dalam Penyuluhan Pertanian... 39

4.3.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Penyuluhan... 40

4.3.4. Pelaksanaan Penyuluhan Untuk Penggunaan Bibit Padi- Unggul Menurut Jenis Metode Penyuluhan... 44

4.3.5. Penerimaan Bibit Padi Unggul oleh Petani... 45

4.3.6. Jenis Anjuran Yang Dilakukan Penyuluh dan Faktor Motivasi- Petani dalam Menggunakan Bibit Padi... 46

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian... 49

4.4.1. PenerapanMetode PersuasiDalamKomunikasiPenyuluhan Pertanian... 50

4.4.2 Analisa Penerapan Metode Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian- Terhadap Penggunaan Bibit Padi Unggul... 54

BAB VKESIMPULAN... 64

5.1 Kesimpulan... 64

5.1.1. PenerapanMetode PersuasiDalamKomunikasiPenyuluhan Pertanian…………. 64

5.1.2.Analisa Penerapan Metode Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian- Terhadap Penggunaan Bibit Padi Unggul……….………… 65

5.2. Saran-Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68

(10)

Halaman

Tabel 4.1. Penggunaan Tanah di Wilayah Desa Wedoroklurak-

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, 2012... 32

Tabel 4.2. Distribusi Desa Wedoroklurak Menurut Pekerjaan, 2012... 33

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Status Pendidikan... 34

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Agama... 35

Tabel 4.5. Daftar Produksi Padi Dalam Lima Tahun Terakhir di Desa Wedoroklurak... 38

Tabel 4.6. Frekuensi Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Wedoroklurak- Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo 2012... 40

Tabel 4.7. Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul- Menurut Musim Tanam dan Tempat Pelaksanaannya di Desa Wedoroklurak... 41

Tabel 4.8. Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul-

(11)

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara... 70

(12)

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoar jo)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena komunikasi dalam penyuluhan pertanian yakni

penggunaan bibit padi unggul yang merupakan bibit padi anjuran pemerintah melalui PPL. Selama

ini para petani didesa wedoroklurak pada umumnya menggunakan bibit padi lokalmeskipun

berbagai kekurangan /kelemahan. Dengan demikian, melalui penerapan metode persuasi dalam

penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh PPL, diharapkan para petani mampu menerapkam bibit

padi unggul anjuran pemerintah tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode persuasi dan analisa

bagaimana penerapannya dalam komunikasi penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi

ungguldi Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian

deskriptif. Salanjutnya dalam pencarian data dilakukan melalui key informan yakni penyuluh

pertanian lapangan (PPL) dan beberapa petani.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, penerapan metode persuasi dalam penyuluhan

pertanian pada umumnya dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun dengan tingkat keberhasilan

yang didasarkan pada karakteristik masing-masing metode, intensitas penerapan, dan kemampuan

penyuluh pertanian lapangan (PPL).

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia masih akan lama

menghadapi masalah-masalah pangan. Bahkan masalah itu cenderung semakin

serius dan berat seiring dengan perkembangan zaman yang kian maju. Salah satu

indikasinya adalah tentang produksi pertanian dalam negeri yang dari waktu ke

waktu kurang dapat mengimbangi kebutuhan konsumsi. Penduduk semakin

bertambah sedangkan produktivitas usaha-usaha pertanian tidak mencapai

peningkatan maksimal.

Kurang maksimalnya hasil usaha-usaha pertanian terutama disebabkan

kurangnya keselarasan antara produktivitas pertanian dengan penghasilan yang

dicapai petani. Lebih jauh hal ini terkait langsung juga dengan kurangnya

penanganan yang serius terhadap usaha-usaha untuk pembinaan petani yang

meliputi kepandaian, dan semangat kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan

mereka, dimana pemecahannya membutuhkan penanganan yang serius dan

tersendiri mengingat pembangunan pertanian dalam hal pembinaan petani sangat

erat kaitannya dengan perkembangan dan partisipasi secara individu.

Perwujudannya harus ditempuh melalui sebuah proses belajar bagi petani secara

komperehensip dan berkesinambungan.

Untuk mendukung proses belajar bagi petani maka dikenal istilah pendidikan

penyuluhan pertanian melalui proses komunikasi yang pertama kali diperkenalkan

di Universitas Cambrigde pada tahun 1973. Sebagaimana gagasan utama lahirnya

istilah ini maka penyuluhan pertanian dilakukan untuk membantu masyarakat tani

dalam memecahkan persoalan sendiri melalui penerapan metode persuasi dan

pengetahuan ilmiah yang secara umum dapat meningkatkan produksi usaha tani

(14)

Proses pendidikan penyuluhan pertanian dapat berlangsung karena adanya

peristiwa komunikasi yang berlangsung didalamnya. Bahkan dapat dikatakan

bahwa keberadaan komunikasi merupakan syarat mutlak dalam pelaksanaan

penyuluhan pertanian.

Lebih lanjut pendidikan penyuluhan pertanian disebut sebagai komunikasi

penyuluhan pertanian yang tercakup sebagai salah satu sektor komunikasi

pembangunan. Secara detail komunikasi penyuluhan pertanian sebagai salah satu

sektor komunikasi pembangunan adalah upaya penerangan dan penyebaran

gagasan atau pesan-pesan menyangkut pertanian agar khalayak dalam hal ini

petani dapat memahami, mendukung, dan timbul kesadaran untuk melaksanakan

gagasan tersebut.

Didalam komunikasi pada umumnya dan komunikasi Penyuluhan pertanian

pada khususnya dikenal suatu pendekatan sebagai strategi komunikasi yaitu

metode persuasi. Sebuah istilah yang berasal dari bahasa Latin “persuasio” yang

artinya membujuk. Dalam bahasa Inggris, persuasi dikenal dengan istilah

“persuasuion”. Kata sifatnya adalah “persuasive” yang dalam konteks

komunikologis diterjemahkan sebagai persuasive communication atau komunikasi

persuasi.

Dalam rangka strategi komunikasi pula, persuasi tidak sekedar dipahami

sebagai usaha membujuk belaka. Secara spesifik komunikasi persuasi memiliki

makna tersendiri yang menurut Astrid S. Susanto ( 2005 : 96 ) menyebutkan

bahwa Persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap seseorang ataupun suatu

kelompok untuk menerima pendapat yang lain, akan tetapi persuasi merupakan

suatu teknik mempengaruhi suatu manusia dengan memanfaatkan/menggunakan

data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan (audience) yang

handal dipengaruhi.

Sehubungan dengan teori tersebut maka metode persuasi menempatkan

komunikator sebagai unsur penentu dalam upaya melakukan pendekatan

khalayak. Cara efektif untuk penerima pesan bagi komunikan adalah dengan jalan

komunikator harus mampu mengetahui dan memanfaatkan kerangka berfikir dan

(15)

Dalam penyuluhan pertanian, teknik persuasi dipergunakan oleh tenaga

penyuluh sebagai komunikator untuk strategis dalam melakukan kegiatan

penyuluhan agar pesan-pesan pertanian yang disampaikan dapat membangkitkan

minat dan kesadaran, wawasan dan pengetahuan serta keterampilan

petani/keluarga tani. Lebih dari itu tentunya diharapkan agar petani dapat

mengadopsi sekaligus menerapkan pesan-pesan inovatif yang disampaikan

penyuluh.Sehubungan dengan hal tersebut peneliti ingin mencoba mengamati

keterkaitan antara penerapan metode persuasi dalam penyuluhan pertanian sebagai

pendekatan komunikasi yang ditempuh oleh petugas penyuluh pertanian di satu

sisi dengan penggunaan bibit padi unggul sebagai isi atau objek pesan persuasif di

sisi lainnya. Selain itu tentu sudah implisit dicermati pula teknik-teknik penerapan

termasuk media atau saluran yang dipergunakan oleh penyuluh dalam

menyampaikan pesan persuasif tentang penggunaan bibit padi unggul.

Untuk melakukan pengamatan secara terarah tentang tema diatas maka

peneliti memformulasikan dalam sebuah judul, yakni “ Penerapan Metode

Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian ( Kasus Penggunaan Bibit

Padi Unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo ).

1.2. Perumusan Masalah

Untuk melihat lebih lanjut penerapan metode persuasi dalam komunikasi

penyuluhan pertanian serta kaitannya dengan penggunaan bibit padi unggul bagi

petani maka peneliti ajukan pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan metode persuasi dalam penyuluhan pertanian terhadap

penggunaan bibit padi unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo ?

2. Bagaimana analisa penerapan metode persuasi dalam komunikasi penyuluhan

pertanian terhadap penggunaan bibit padi unggul di Desa Wedoroklurak

(16)

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.1. Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui penerapan metode persuasi dalam komunikasi

penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi unggul di

Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

b) Untuk mengetahui analisa penerapan metode persuasi dalam

komunikasi penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi

unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten

Sidoarjo.

1.2. Kegunaan Penelitian

a) Menjadi bahan pustaka dan rujukan bagi mereka yang memerlukan.

b) Sebagai bahan masukan dalam rangka membuatKebijaksanaan oleh

(17)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Latar Belakang Masalah

2.1.1. Pengertian Persuasi

Persuasi merupakan istilah yang bersumber dari bahasa latin

“Persuasio” yang artinya membujuk atau merayu. Kata kerja latinnya adalah

“persuadere”. Dalam bahasa Inggris kata persuasi dikenal dengan istilah

“Persusion” dengan kata kerja “to persude” dan kata sifatnya “persuasive”

yang berarti suatu teknik membujuk atau mempengaruhi manusia. Dalam

konteks komunikalogis, persuasi dikenal dengan istilah “persuasive

communication” atau komunikasi persuasi.

Dalam rangka strategi komunikasi pula, persuasi tidak sekedar difahami

sebagai usaha atau teknik membujuk belaka. Secara spesifik komunikasi

persuasi memiliki makna tersendiri yang menurut Astrid S. Susanto

(2005:96), menyebutkan bahwa persuasi bukan merupakan pembujukan

terhadap seseorang ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang

lain, akan tetapi persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi manusia

dengan memanfaatkan/menggunakan data dan fakta psikologis maupun

sosiologis dari komunikan (audience) yang hendak dipengaruhi.

Dari batasan tersebut maka metode persuasi atau komunikasi persuasi

menempatkan komunikator atau sumber sebagai penentu dalam upaya

(18)

atau khalayak adalah dengan jalan komunikator harus mampu mengetahui

dan memanfaatkan kerangka berfikir dan kerangka pengalaman, baik secara

psikologis maupun sosiologis individu atau khalayak.

Sebagaimana tujuan komunikasi pada umumnya, yakni untuk

mengubah sikap dan perilaku penerima atau audience ke arah yang

dikehendaki oleh sumber atau komunikasi pesuasi secara spesifikasi

memberikan teknik khusus dalam upaya mempengaruhi penerima dengan

penggunaan lambang atau simbol tertentu. Kenneth Anderson, dalam Teguh

Mainanda (2007:325), mengemukakan bahwa

“Persuasion as a proses of interpersonal communication in which the

communicator seek trough the use of symbol effect a voluntary change

in attitude or action desired by the communicator”.

Artinya :

Meyakinkan sebagai suatu proses komunikasi antara pribadi dimana

komunikator berusaha dengan memakai lambang-lambang untuk

meyakinkan pendengar/penerima sikap atau perbuatan secara sukarela yang

diinginkan oleh komunikator.

Dalam hubungannya dengan perubahan sikap dan adanya kesesuaian

kerangka berfikir dan kerangka pengalaman antara komunikator dan

komunikan berikut Carl I. Hovaland dalam S. Sunarjo dan djoenaesih

(19)

“A mayor effect of communication lies in stemulatin the individual to

think both of his initial opinion and of the new opinion recomended in

the communication”.

Artinya :

Efek umum dari komunikasi persuasi terletak pada dorongan agar individu

berfikir dalam dua segi yaitu pendapatnya sendiri dan pendapat baru yang

diajukan oleh pihak lain.

Secara prinsipal batasan-batasan tersebut menekankan bahwa persuasi

merupakan suatu upaya untuk memperoleh efek dari komunikasi yang

sebaik-baiknya. Dengan kata lain lebih diperjelas bahwa komunikasi

persuasif bukan merupakan usaha membujuk atau merayu belaka akan tetapi

merupakan teknik dengan cara tertentu mempengaruhi manusia dengan

memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari penerima

dengan menggunakan lambang atau simbol-simbol tertentu pula.

Disinilah tampak perlunya pengalaman seseorang komunikator dengan

ruang lingkup dan luas pengalaman atau referensi dari komunikan. Hal ini

penting agar tercipta kesamaan pengertian antara komunikator dan

komunikan sehingga proses persuasi berjalan dengan efektif.

Efektifitas sebuah proses persuasi, selain menuntut pengenalan latar

belakang audience, maka komunikator juga harus memperhitungkan

penyusunan pesan yang baik. Langkah-langkah penyusunan proses persuasif

menurut H. Menning dalam Teguh Mainanda1982:3), menyebutkan bahwa :

(20)

2. You view point interpretation

3. Adaptation oven personalization posible

4. Positive statenet, and

5. Succes consiounness.

Pada prisip pertama, diusahakan agar penyampaian pesan senantiasa harus

selalu terencana dari tujuan seseorang komunikator. Dalam prinsip ini

pesan/informasi benar-benar harus diarahkan dengan jalan

menggolongkannya menjadi :

a. Pesan pasti dapat diterima apabila diperhitungkan cara pengaturan

pemberian pesan agar komunikan menerima tidak kurang atau tidak

berlebihan.

b. Penyampaian pesan dilaksanakan dengan kehati-hatian dan seksama

untuk menghindari sikap negatif dari komunikan terhadap suatu pesan.

c. Pesan harus memberi parhatian terhadap diri komunikan agar tertarik

terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Pada prinsip kedua, pesan yang harus disampaikan didasarkan pada

pihak penerima/komunikan. Artinya, pesan harus bertolak dari keinginan

penerima.

Prinsip ketiga harus mampu memahami kebutuhan komunikan dan

komunikator. Prinsip ini dibagi dalam kategori :

a. Penyesuaian terhadap pesan dengan tema pesan

b. Penyesuaian bahasa/gaya bahasa, umur, pendidikan dan lain-lain.

(21)

d. Penyesuaian keintiman/persahabatan

Prinsip keempat, yakni pemberian pesan harus mengarah pada hal-hal

yang positif dan menghindari hal-hal yang negatif. Sedangkan prinsip yang

kelima menekankan agar komunikator harus meyakinkan diri untuk

kesuksesan penyampaian pesan.

Dalam metode persuasi juga dikenal pendekatan psikologis praktis

lainnya dalam usaha mempersuasikan seseorang atau sekelompok orang.

Dalam perkembangannya Wilbur Sckramm dalam Sunarjo dan Djoenaesih

S (2008:1) mengembangkan pendekatan ini lewat rumus AIDDA yang

merupakan singkatan dari :

A = Attention (perhatian)

B = Interest (minat)

D = Desire (hasrat)

D = Decision (keputusan)

A = Action (tindakan)

Proses pentahapan dalam pendekatan AIDDA ini menekankan usaha

persuasi ditempuh dengan diawali membangkitkan perhatian komunikan.

Dengan demikian komunikan akan tumbuh minatnya kemudian berhasrat

terhadap pesan yang disampaikan. Selanjutnya komunikan akan mengambil

keputusan untuk mengambil tindakan sesuai dengan yang diinginkan

(22)

Sehubungan dengan pendekatan AIDDA ini, Darwin Cartwright dalam

Effendy (2006:52) mengemukakan empat “guilding principle” dalam

kaitannya dengan persuasi sebagai berikut :

a. Emosional appeal, yaitu pesan-pesan dilancarkan dengan emosional

sampai menumbuhkan perhatian.

b. Diusahakan pesan tersebut dapat diterima sebagai salah satu bagian dari

pendapat dan kepercayaannya kemudian.

c. Berusaha agar kegiatan yang dianjurkan itu dianggap sebagai salah satu

jalan tercapainya tujuan.

d. Mendorong untuk bertingkah laku seperti itu dianggap sebagi

komunikator.

Jadi kegiatan pesuasi senantiasa terkontrol oleh motivasi, sikap dan

pendapat.

Untuk mencipakan pesan-pesan persuasif yang efektif, tentu terlebih

dahulu harus dipahami berbagia faktor yang mendukung lahirnya sebuah

pesan. Artinya, sebelum pesan persuasif disusun, selain membutuhkan data

dan fakta sosiologis maupun psikologis dari individu atau khalayak

menerima pesan juga harus dirinci secara spesifik faktor-faktor yang saling

berhubungan dan mendukung dari keseluruhan muatan kedua data dan fakta

tersebut.

Penciptaan pesan-pesan persuasif senatiasa dilatar belakangi adanya

hubungan yang erat antara faktor-faktor motivasi dengan opini, sikap

(23)

sejalan kepercayaan yang berkembang lewat observasi dan pengalaman

(fakta, kesimpulan dan keputusan).

Sikap dipahami sebagai sebuah kecenderungan untuk bereaksi baik,

buruk, atau netral terhadap objek atau sekelompok objek. Hal ini sejalan

dengan batasan sikap yang diketengahkan oleh Martin Fishbein dalam Dedy

Djamaluddin Malik dan Yosal Iiriantara (2008:37), sebagai berikut :

“Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberi reaksi yang

menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek

atau sebuah kumpulan objek”.

Istilah objek disini tidak sebatas sebagai benda-benda yang dapat dilihat

dan diraba melainkan dipakai dalam pandangan yang lebih luas dan terbuka

terhadap orang, tempat, benda, konsep dan lain-lain.

Selanjutnya, dari pengetahuan tentang sikap terhadap obyek-obyek

dikembangkan predisposisi-predisposisi untuk menanggapi sebagai akibat

dari kepercayaan kita kepada dan kepercayaan kita tentang obyek sikap.

Lebih lanjut Fishin dalam D. Djamaluddin M. dan Y. Iiriantara (2008:37),

bahwa suatu objek itu ada dan hubungan yang terjadi di antara objek dan

pertimbangan objek-objek lainnya. Dengan kata lain, terdapat dua macam

kepercayaan, yaitu kepercayaan kepada objek-objek dan kepercayaan

tentang objek-objek kepercayaan akan objek-objek berkembang melalui

observasi dan pengalaman yang meliputi fakta, kesimpulan, dan keputusan.

Disini kepercayaan merupakan hipotesis mengenai sifat dan keberadaan

(24)

2.1.2 Faktor Motivasi

Faktor motivasi yang ada sesungguhnya dipandang sebagai harapan

untuk memiliki kepercayaan tertentu yang benar lewat hubungan diantara

kepercayaan dan faktor-faktor motivasi. Istilah motivasi yang dipakai

mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, nilai-nilai

sosial, politik, moral, agama, serta kebutuhan fisik dan psikologis.

Faktor terpenting dari motivasi adalah kebutuhan. Sebagai salah satu

dasar lahirnya motivasi, kebutuhan meupakan faktor gejalanya sangat

transparan. Hal inilah yang mendorong individu untuk termotivasi.

Dalam motivasi personal, faktor kebutuhan dipahami sebagai sumber

motivasi lewat dorongan-dorongan fisiologis (perlindungan diri, rasa lapar,

rasa aman, dan seks) dan dorongan emosional (efeksi, keamanan emosional

atau rasa percaya diri, dan signifikasi personal).

Sementara dalam motivasi kelompok, manusia bertindak dalam sebuah

kontes sosial yang baru diperhitungkan ketika memutuskan apa yang akan

dilakukannya. Variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku manusia,

seperti keanggotaan organisasi, peranan kerja, kelompok referensi, norma

kultur, dan norma kelompok primeryang ekspresinya ditemukan dalam

kelompok seseorang. Jadi komunikator yang menyadari hal tersebut harus

memperhitungkan kelompok yang diikuti seseorang. Hal ini sangat

menunjang efektivitas pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Dalam hubungan timbal balik antara tujuan, nilai dan kebutuhan

(25)

ketiganya. Semuanya menjadi dasar-dasar motivasi yang kuat dari

seseorang. Persuasi yang efektif senantiasa ditandai dengan adanya

hubungan-hubungan erat antara faktor-faktor motivasi.

Penegasan sederhana tentang suatu hubungan tidaklah cukup.

Pernyataan atau argumentasi yang tegas harus didukung dangan fakta.

Fakta-fakta tersebut mungkinterwujud dalam bentuk kesaksian ahli, ilustrsi,

faktual, statistik, dan lain-lain. Gary Cronkhite (2001:80-84) dalam Deddy

Djamaluddin M dan Y. Iiriantara (2008:47-50) telah memperkenalkan lima

macam argumen yang cenderung membentuk hubungan antara faktor

motivasi dengan objek persuasi.

Hubungan ini mencakup

a. Kontingensi (kemungkinan)

Hubungan kemungkinan atau kontingensi ini dimaksud sebagai

penggunaan faktor-faktor untuk membangun mata rantai sebab-akibat

antara tujuan persuasi yang diinginkan sumber dengan faktor motivasi

pendengar. Persuasi yang dilakukan dengan cara-cara hubungan

kemungkinan daiambil dari pemikiran bahwatanggapan yang benar

terhadap objek persuasi akan meghasilkan pemuasan kebutuhan,

pencapaian tujuan, atau ungkapan nilai.

b. Kategorisasi (penggolongan)

Kategorisasi atau penggolongan biasanya dilakukan jika akan

(26)

atau tidak sejalan dengan faktor motivasi, sebagian atau tidak sebagian

dari tujuan-tujuan individu, nilai-nilai, atau kebutuhan individu.

c. Persamaan (argumen perbandingan)

Persamaan biasa juga disebut penalaran analogi. Dimaksud untuk

menghubungkan objek persuasi dengan objek lainnya sehingga

pendengar akan memandang menyenagkan atau tidak menyenangkan.

Disini faktor motivasi bukan tujuan, nilai atau kebutuhan, melainkan

objek lainnya.

d. Hubungan yang saling mendukung (aproval)

Hubungan biasa juga disebut sebagai alasan diasosiasikan dengan suatu

sumber prestisius yang mungkin menyetujui atau tidak menyetujui

pesan persuasi yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa diharapkan

pendengar akan mempersepsikan sumber yang menyetujui sebelum

dihubungkan dengan objek pesan persuasi yang disampaikan.

e. Hubungan kejadian yang tidak disengaja (koinsidental)

Hubungan ini berkaitan dengan penyajian objek persuasi dan

pesan-pesan motivasi didalam konteks yang sama. Pesan yang disampaikan

diperbandikan dengan objek lainnya yang sangat buruk.

2.2. Pr oses dan Bentuk Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (Inggris : Communication) berasal dari

(27)

komunikasi menurut ahli kamus bahasa menunjuk pada satu upaya yang

bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Demikian uraian Mastoni

Sani dan Sumarto Priyitno (2008:2). Sejalan dengan uraian ini, Astrid S.

Susanto (2005:9) merumuskan komunikasi sebagai berikut :

“Suatu kegiatan pengoperan lambang yang mengandung

arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak-pihak yang

terkait dalam suatu kegiatan komunikasi”.

Selain dipahami sebagai saling berbagi atau milik bersama, komunikasi

juga merupakan proses penyampaian/pertukaran. Akan halnya Carl Hovland

dalam Hamdana Tazhan (2005:13) menyebutkan bahwa komunikasi adalah

sebagai proses dimana individu memindahkan stimulus verbal untuk

mengubah kelakuan individu yang lain.

Maka secara umum komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran

tertentu dengan tujuan tertentu pula. Proses yang dimaksud ialah merupakan

salah satu aspek utama dari komunikasi. Proses dapat diartkan sebagai suatu

gejala yang menunjukkan adanya perubahan didalam waktu secara kontinyu

atau dapat dirumuskan sebagai kegiatan terus menerus.

2.2.2. Pr oses Komunikasi

Langkah awal dari sebuah proses komunikasi dalah perencanaan atau

strategi komunikasi dalam hal ini berupa usaha-usaha untuk mencapai

tujuan dari suatu proses komunikasi misalnya perubahan pengetahuan,

(28)

manajemen komunikasi yang didalamnya diatur tindakan-tindakan yang

akan diambil dalam pelaksanaan suatu perencanaan komunikasi. Sejalan

dengan hal ini, A.S. Ahmad (2007:7) menyebutkan bahwa perencanaan

komunikasi adalah apa yang dilakukan sedangkan manajemen komunikasi

adalah menyangkut bagaimana membuat hal itu terjadi.

Perencanaan komunikasi berorientasi kepada hal-hal yang ingin dicapai

dari kegiatan komunikasi dan kemudian merumuskan cara-cara atau strategi

untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Perencanaan komunikasi ini

memerlukan kiat-kiat menurut A.S. Ahmad (2007:52), menyebutkan

sebagai berikut :

a. Menetukan atau membatasi masalah

b. Memilih obyektive atau goal

c. Memikirkan cara-cara untuk melaksanakan tujuan

d. Mengukur kemajuan ke arah pencapaian tujuan atau goal achevement.

Proses komunikasi, selain ditentukan oleh perencanaan dan manajemen

komunikasi juga sangat didukung oleh pendekatan bentuk-bentuk

komunikasi sebagai salurannya. Hal ini juga turut menunjang tercapainya

efektifitas komunikasi yang sedang berlangsung.

2.2.3. Bentuk Komunikasi

Menurut Onong U. Effendy (2007:25-33) bentuk-bentuk komunikasi

dapat dibagi, sebagai berikut :

(29)

Komunikasi langsung atau biasa juga disebut komunikasi tatap muka

(face to face communication). Dalam komunikasi primer, komunikasi

berbentuk bahasa, gerakan tubuh yang mengandung makna, dan

penggunaan isyarat-isyarat, komunikasi bentuk ini meliputi komunikasi

antar personal dan komunikasi kelompok.

2. Komunikasi Sekunder (komunikasi tidak langsung)

Dalam komunikasi bentuk ini komunikasi dilakukan dengan

menggunakan alat atau media (mediated communication).

Komunikasi langsung ditinjau dari besarnya sasaran dapat dibagi

menjadi komunikasi perorangan dan komunikasi kelompok. Komunikasi

perorangan atau antar personal merupakan penyampaian pesan dari

seseorang kepada orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Dalam komunikasi perorangan ini kemungkinan terjadinya adopsi atas

pesan disampaikan umumnya besar sekali. Sementara komunikasi kelompok

merupakan komunikasi yang sasarannya adalah orang yang umumnya dan

dapat dikenal. Komunikasi kelompok ini dalam hal penafsiran pesan oleh

penerima pesan sangat kecil karena hubungan bersifat timbal balik. Juga

dapat mencapai tingkat kesadaran dan pemahaman bagi penerima terhadap

pesan, bahkan sampai pada adopsi karena mengetahui bahwa anggota

kelompok yang lain juga menerima, jadi ada semacam dukungan kelompok.

Selain itu komunikator juga dapat lebih banyak mengenal atau mengetahui

(30)

Dari pemahaman tentang proses komunikasi dan beberapa bentuk

komunikasi serta tentang perencanaan komunikasi, maka dapat

digambarkan hubungannya dengan komunikasi penyuluhan, khususnya

komunikasi penyuluhan pertanian. Sebagiamana telah diuraikan bahwa

selain sebagai sebuah hubungan, komunikasi juga merupakan proses

penyampaian atau pertukaran. Sehubungan dengan ini Mastoni Sani

(2008:2) memberikan batasan tentang komunikasi penyuluhan, sebagai

berikut :

“komunikasi yang dilakukan untuk penerangan, menyampaikan

dan menjelaskan gagasan-gagasan kepada orang lain atau

khalayak dengan harapan orang/khalayak tersebut memahami

informasi tersebut, bersikap menyetujui atau mendukung gagasan

dan pesan yang disampaikan”

Lebih jauh sasaran yang paling penting dari komunikasi penyuluhan

selain untuk penerangan dan penyampaian adalah sebagai suatu bentuk

pendidikan. Seperti halnya yang dirumuskan oleh Soekandar Wiraatmadja

(2005:7), sebagai berikut :

“Penyuluhan berarti suatu bentuk pendidikan yang cara bahan dan

sarannya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan

kepentingan, baik dari sasaran, waktu maupun tempat, karena

sifatnya demikian maka penyuluhan juga sering disebut

(31)

Dalam hubungannya sebagai suatu bentuk pendidikan non formal,

khusus dalam penyuluhan pertanian unsur pendidikan ini terkait langsung

dengan kegiatan proses belajar mengajar bagi petani dalam rangka upaya

peningkatan usaha tani dan kesejahteraannya. Uraian serupa ditengahkan

oleh Salmon Padmanagara (2005:3) dengan mengartikan penyuluhan

pertanian sebagai berikut :

“Suatu sistem pendidikan informal untuk para petani/nelayan dan

keluarganya dengan tujuan agar mereka, sanggup dan berswadaya

memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri dan

masyarakat”.

Sebagaimana diuraikan terdahulu bahwa dalam kegiatan penyuluhan

pada intinya adalah suatu proses komunikasi . dengan sendirinya, proses

belajar dalam penyuluhan pertanian sesungguhnya adalah proses

komunikasi yang pada umumnya berlangsung secara tatap muka dengan

unsur sebagai peserta adalah penyuluh sebagai sumber dan petani/keluarga

sebagai sasaran dan sebaliknya. Demikian juga halnya dalam proses

komunikasi, saluran adalah salah satu unsurnya.

Dalam penyuluhan pertanian, saluran yang dimaksud ialah metode

penyuluhan. Sumardi Suriatna (2006:3), menyebutkan bahwa :

“metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara

penyampaian materi penyuluhan melalui media komunikasi oleh

penyuluh kepada petani/nelayan beserta keluarganya agar bisa dan

(32)

Dengan berdasarkan pada bentuk-bentuk komunikasi maka penyuluhan

pertanian dapat digolongkan, yaitu metode penyuluhan langsung dan tidak

langsung. Menurut Sumardi Suriatna (2006:17-18) membagi metode dan

pendekatan sasaran beserta target-target proses adopsi yang diorientasikan

terhadap petani, sebagai berikut :

1. Metode dengan pendekatan masalah dipergunakan untuk menarik

perhatian, menumbuhkan minat dan serta memberikan informasi

lanjutan.

2. Metode dengan pendekatan kelompok dipergunakan untuk memberikan

informasi yang lebih terperinci tentang suatu teknologi baru dengan

tujuan dapat membantu seseorang untuk mencoba.

3. Metode dengan pendekatan perorangan dipergunakan untuk lebih

meyakinkan seseorang agar mau menerapkan teknologi baru dan

digunakan juga untuk mengadakan bimbingan lanjutan.

Sementara itu indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang dalam hal

ini petani dalam setiap tahapan adopsi sekaligus saluran atau media yang

dianggap tepat menurut Soekandar Wiraatmadja (2005:21), adalah :

1. Tahap sadar, dimana seseorang sudah maklum atau mengetahui sesuatu

yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan orang lain. Tahap

sadar ini diperlukan untuk membangkitkan perhatian atau kesadaran.

Metode penyuluhan yang dapat digunakan ialah metode dengan

(33)

2. Tahap minat, dimana seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak

tentang hal yang baru itu dengan mencari keterangan yang lebih rinci.

Usaha ini lebih banyak berhasil lewat hubungan perorangan seperti

anjangsana dan anjangkarya. Agar dapat menjangkau lebih banyak

orang maka metode pendekatan penyuluhan yang tepat biasanya lewat

kursus tani.

3. Tahap menilai, dimana seseorang petani biasanya menilai keterangan

yang telah diperoleh dan menghubungkannya dengan keadaannya

sendiri. Jadi keadaan teknis, ekonomis, dan sosiologis menjadi

pertimbangan. Metode pendekatan kelompok pada tahap ini lebih tepat

dengan demonstrasi, latihan-latihan, dan lain-lain.

4. Tahap mencoba, dimana seseorang mulai menerapkan pesan-pesan

yang diterimanya dalam lusa kecil. Petani biasanya membutuhkan data

teknis yang dapat meyakinkannya. Adanya kesempatan untuk mencoba

atau demonstrasi di lahannya sendiri dengan mendapat bimbingan dari

penyuluh. Metode yang cocok untuk pendekatan penyuluhan ialah

mengadakan kunjungan ke orang atau petani yang telah berhasil.

5. Tahap adopsi atau penerapan, dimana seseorang sudah yakin akan hal

baru dan mulai melakukan dalam skala usaha yang luas. Bahkan ia bisa

menjadi pelopor tokoh tani. Pendekatan yang palin efektif adalah

kunjungan ke rumah atau lahan.

Dari uraian di atas maka bentuk-bentuk komunikasi dalam penyuluhan

(34)

a. Komunikasi Langsung (Direct communication)

Komunikasi langsung atau secara tatap muka (face to face

communication) dalam penyuluhan pertanian digolongkan sebagai

metode penyuluhan langsung. Artinya para penyuluh berhadapan muka

dengan petani. Miaslnya, pertemuan umum, pertemuan khusus,

demonstrasi, anjangsana, anjangkarya, dan lain-lain.

Komunikasi tatap muka ini meliputi komunikasi antar personal dan

komunikasi antar kelompok. Komunikasi antar personal dalam

penyuluhan pertanian dilakukan dengan metode anjangsana,

anjangkarya, dan kontak tani. Sedangkan komunikasi kelompok

dilakukan dengan metode demonstrasi, ceramah, dan diskusi.

b. Komunikasi Tak Langsung (Indirect communication)

Komunikasi tak langsung sering pula dinamakan komunikasi bermedia

(mediated communication) karena prosesnya komunikator

menggunakan media untuk menyampaikan pesan-pesannya kepada

komunikasi. Dalam penyuluhan pertanian, komunikasi bermedia

digolongkan sebagai metode tak langsung. Penyampaian pesan

dilakukan oleh penyuluh dengan menggunakan media.

Komunikasi bermedia diklasifikasikan menjadi komunikasi massa

(mass communication) dan komunikasi non massa ( non mass

communication). Komunikasi media massa dalam penyuluhan pertanian

(35)

pemutaran film. Sementara komunikasi non media dilakukan dengan

metode surat menyurat, pengedaran bahan tertulis, dan lain-lain.

Khusus penerapan metode persuasi dalam penyuluhan pertanian, bentuk

komunikasi atau metode penyuluhan yang umum dipakai dalam upaya

pembentukan sikap dan perubahan perilaku adalah bentuk komunikasi

langsung atau metode penyuluhan langsung. Sedangkan metode penyuluhan

tak langsung dianggap tidak efektif dalam pembentukan sikap dan

perubahan perilaku khlayak. Mengingat kemampuan media massa hanya

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Konseptual

Untuk memudahkan pemahaman konsep yang digunakan dalam tahap-tahap

penelitian ini maka dikemukakan beberapa batasan yang disebut definisi

konseptual

3.1.1. Penerapan

Penerapan berasal dari kata “terap” yang berarti kena. Kemudian kata

“terap” ini sebagai kata diberi imbuhan “pen” dan “an” sehingga menjadi

kata kerja “penerapan” yang berarti mengenakan. Makna kata penerapan

akan lebih jelas jika dikenakan pada suatu obyek tertentu, misalnya

penerapan metode persuasi yang berarti mengenakan atau memberlakukan

metode persuasi.

3.1.2. Metode persuasi

Metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan. Metode atau

cara tidak bisa dilepaskan dari kegiatan. Sedangkan persuasi berarti suatu

teknik membujuk mempengaruhi manusia yang dalam penelitian ini adalah

(37)

3.1.3. Komunikasi

Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari

komunikator (penyuluh) kepada komunikan (petani) melalui suatu media

tertentu

3.1.4. Penyuluhan Pertanian

Pengertian penyuluhan pertanian didasarkan pada unsur dua unsur

pokok, sebagai berikut:

a. Penyuluhan; berasal dari kata “suluh” yang artinya obor, api untuk

menerangi. Kemudian kata “suluh” diberi imbuhan “pen” dan “an”

sehingga menjadi kata kerja “penyuluhan” yang artinya penerangan.

Jadi dalam rangka proses komunikasi maka penyuluhan dapat dikatakan

sebagai komunikasi yang dilakukan untuk kegiatan penerangan,

menyampaikan dan menjelaskan gagasan kepada orang lain/khalayak

dengan harapan mereka bisa memahami informasi, besikap menyetujui

atau mendukung gagasan tersebut, bahkan melaksanakan dan

berperilaku sesuai dengan gagasan dan pesan yang disampaikan oleh

petugas penyuluh

b Pertanian ; dibedakan dalam dua arti, yakni pertanian dalam arti kata

luas dan pertanian dalam arti kata sempit. Pertanian dalam arti kata luas

meliputi semua kegiatan usaha dalam reproduksi fauna dan flora, yang

(38)

arti kata sempit pertanian khusus ditujukan terhadap pertanian rakyat.

Pertanian rakyat dengan pelakunya adalah petani dipahami sebagai

usaha tani yang dilakukan oleh petani dengan mengatur dan

menggiaatkan pertumbuhan tanaman dan hewan melaui produksi yang

khas. Petani sebagai pelaku usaha tani dapat digolongkan menjadi dua

golongan, sebagai berikut:

- Petani pemilik, yaitu yaitu petani yang memiliki lahan sendiri. Ada

petani pemilik yang menggarap lahan nya sendiriuntuk menggarap

lahan tersebut

- Petani penggarap, yaitu yang memiliki lahan sendiri tetapi

menggarap lahan milik orang lain yang biasanya ditempuh dengan jalan

bagi hasil atau semacamnya.

Jadi penyuluhan pertanian dimaksudkan sebagai kegiatan yang

berfungsi dalam membantumasyarakat tani untuk memecahakan

persoalan mereka melalui penerapan teknologi dan pengetahuan ilmiah

yang secara umum dapat meningkatkan produksi mereka. Unsure utama

dalam proses penyuluhan pertanian ini adalah petugas penyuluh

pertanian lapangan (PPL) sebagai sumber dan petani sebagai penerima

pesan-pesan pertanian.

c. Penggunaan

(39)

sehingga menjadi kata kerja “penggunaan” yang berarti pemanfaatan,

pemakaian, atau mempratekkan.

d. Bibit Padi Unggul

Bibit padi unggul adalah bibit padi yang memiliki

keunggulan-keunggulan sifat, antara lain:

1) Produktifitasnya tinggi

2) Umur tanaman lebih pendek, dalam arti cepat dipanen

3) Tahan terhadap penyakit/hama

4) Tahan kekeringan

5) Tahan genangan air

6) Tahan kerontokan

7) Tahan kerebahan

8) Rasa nasinya enak

9) Harga lebih mahal

Bibit padi unggul ini terdiri dua macam asal, yaitu padi unggul

lokal padi unggul modern. Padi unggul lokal adalah padi asli di suatu

daerah yang memenuhi kriteria padi unggul yang tumbuh dan

berkembangnya sesuai dengan kondisi lingkungan daerah asalnya,

seperti musim, iklim, dan keadaan lahan. Padi unggul lokal ini dapat

tumbuh pada daerah lain yang kondisi lingkungannya sama atau mirip

dengan daerah asalnya. Bibit padi unggul lokal terdiri dari beberapa

(40)

Sementara pada bibit unggul modern merupakan bibit padi unggul

hasil perkawinan silang (hibridisasi) antara variatas lokal diindonesia

dengan varietas dari Negara lain. Misalnya ; IR 64.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

tipe penelitian deskriptif. Metode ini dipakai untuk menjelaskan usaha-usaha

penerapan metode persuasi dalam komunikasi penyuluhan pertanian terhadap

penggunaan bibit padi unggul di desa wedoroklurak kecamatan candi kabupaten

sidoarjo. Kegiatan penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

3.2.1. Penelitian Lapangan

Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengamati pelaksaan

penyuluha pertanian yang dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL)

di desa wedoroklurak kecamatan candi kabupaten sidoarjo. Inti kegiatan yang

dilakukan adalah menentukan informan,yaitu orang yang dianggap

berkompeten dan dapat mewakili untuk memberikan informasi yang

berkaitan dengan permasalahan.

3.2.2. Studi Kepustakaan

Kegiatan yang dilakukan dalam studi kepustakaan ini adalah

(41)

majalah, karya tulis ilmiah serta bentuk-bentuk tulisan yang berkaitan erat

dan mununjang kegiatan penelitian.

3.3. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan maka digunakan teknik

pengumpulan data, sebagai berikut:

3.3.1) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan wawancara

langsung dengan orang-orang yang dianggap layak untuk memberikan

informasi yang berkaitan dengan penelitian.

3.3.2) Observasi, yaitu kegiatan pengumpulan data dengan mengamati dan

melihat langsung beberapa kegiatan penyuluhan terutama program rencana

kerja menyangkut penyuluhan bibit padi unggul oleh penyuluh penelitian

lapangan (PPL)

3.4. Key Informan

Adapun yang menjadi key informan dalam penelitian ini adalah petugas

penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan pihak terkait dengan kegiatan

penyuluhan, seperti tokoh-tokoh tani yang sering terlibat membantu petugas

(PPL) di lapangan. Key informan adalah orang yang dianggap mampu

memberikan informasi tentang bagaimana metode persuasi dilakukan.

Orang-orang yang dianggap sebagai “key informan” adalah:

1) Penyuluh Pertanian Lapangan desa Wedoroklurak kecamatan Candi

kabupaten Sidoarjo Nama SITI KARYATI umur 57 tahun, alamat Sidodadi

(42)

2) Tiga orang petani yaitu SLAMET SUPARDI umur 59 tahun alamat

Kedungrejo RT 02 RW 01, KASENAN umur 48 tahun alamat Kedungmulyo

RT 09 RW 01 dan MOCH. SHOLEH umur 46 tahun alamat Kedungmulyo

RT 08 RW 02 Desa Wedoroklurak.

3.5. Teknik Analisa Data

Dalam pengelolaan data dipergunakan metode kualitatif dengan teknik

analisa data adalah analisa deskriptif. Dari hasil analisa data tersebut akan ditarik

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian.

3.6. Intrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara ini dijadikan

peedoman dalam melakukan indeph interview dengan informan sekaligus

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Desa Wedor oklurak

4.1.1. Geografis

Desa Wedoroklurak merupakan salah satu dari 24 (Dua Puluh Empat)

Desa yang berada di wilayah Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Posisi

wilayah Desa ini membujur dari Timur ke Barat. Jarak dari Kecamatan

Candi sekitar 2,5 km dan jarak dari Kabupaten Sidoarjo sekitar 6 km.

Batas-batas wilayah Desa Wedoroklurak dapat digambarkan sebagai berikut :

- Sebelah Selatan : Desa Klurak

- Sebelah Barat : Desa Bligo

- Sebelah Utara : Kelurahan Gebang

- Sebelah Timur : Desa Kalipecabean

Wilayah Desa Wedoroklurak terdiri dari 4 Dusun. Masing-masing

Dusun tersebut adalah Dusun Kedungrejo, Dusun Kedungmulyo, Dusun

Griya Permata Hijau dan Dusun Sentra Alam. Masing-masing Dusun terdiri

dari lingkungan RT dan RW.

Kemudian dari topografi wilayah Desa Wedoroklurak yang terdiri dari

dataran rendah yang penggunaannya juga bervariasi. Tanah pada umumnya

dipergunakan sebagai lahan pertanian. Untuk lahan persawahan luasnya

(44)

lain seluas 75,308 ha. Gambaran rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 4.1. Penggunaan Tanah di Wilayah Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo, 2012.

Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012

4.1.2. Mata Pencaharian

Penduduk Desa Wedoroklurak pada umumnya bermata pencaharian

sebagai petani. Dari data yang diperoleh bahwa dari 4592 jiwa penduduk

Desa ini 459 (10%) tergolong petani. Sedangkan yang menjadi Pegawai

Negeri Sipil/ABRI sekitar 69 orang. Penduduk yang tergolong

pengusaha/pedagang sekitar 165 orang, dan yang tergolong sebagai buruh

(bangunan,perkebunan,industri dan lain-lain) sebanyak 352 orang.

Kemudian yang tergolong pada pekerjaan lainnya, seperti tukang, dukun,

(45)

Tabel 4.2. Distribusi Desa Wedoroklurak menurut pekerjaan, 2012.

Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012

Hasil utama daerah ini adalah dari produksi hasil pertanian, yakni beras.

Sedangkan produksi pertanian lainnya adalah kacang tanah, kacang kedelai

dan kacang ijo. Sedangkan penghasilan sampingan penduduk yang nampak

adalah dari peternakan bebek.

4.1.3. Pendidikan

Secara umum keadaan pendidikan masyarakat Desa Wedoroklurak

adalah tamatan SMA. Sarana pendidikan telah dimiliki di Desa ini. Dari

data yang diperoleh tercatat 2 gedung SD, 2 Gedung TK dan 2 Gedung

PAUD.

Sementara itu keadaan status pendidikan penduduk Desa Wedoroklurak

berdasarkan data yang diperoleh tercatat masih ada 7 orang tergolong buta

(46)

SLTA. Sedangkan yang tergolong keluaran akademi sebanyak 145 orang

dan keluaran perguruan tinggi sebanyak 524 orang. Distribusi penduduk

menurut status pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Status Pendidikan, 2012

No. Jenis Pendidikan Frekuensi

1.

Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012

4.1.4. Sosial Budaya

Sebagaimana halnya daerah lain maka masyarakat Desa Wedoroklurak

juga memiliki adat istiadat/tradisi yang masih dipegang teguh sampai

sekarang ini, dalam persiapan menanam bibit, misalnya ada istilah “banjari”

(memilih/mempersiapkan bibit padi) yang dilakukan dengan cermat agar

hasilnya baik. Demikia juga pada saat sebelum dipanen pada umumnya

dilakukan acara selamatan dilahan sawahnya yang disebut dengan istilah

“wiwit”. Bahkan masih ada kebiasaan lain berupa acara perkawinan,

(47)

4.1.5. Agama

Masyarakat Desa Wedoroklurak mayoritas menganut agama Islam

dimana dari 4.592 jiwa penduduknya 3.952 (86%) jiwa diantaranya

tergolong menganut agama Islam. Sementara yang lainnya tergolong

penganut agama yang lain. Distribusi penduduk menurut agama dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Agama, 2012

No. Jenis Agama Frekuensi %

Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012

Sebagai usaha penunjang kegiatan peribadatan bagi pemeluk agama di

Desa ini, terdapat 2 buah Masjid dan 9 musholah. Untuk sarana peribatan

bagi mereka yang beragama di luar Islam, mereka melakukan ibadah di

tempat ibadah di tempat lain di luar Desa Wedoroklurak karena Desa

Wedoroklurak belum mempunyai sarana tempat Ibadah bagi masyarakat

(48)

Sementara gambaran mengenai kehidupan beragama di Desa

Wedoroklurak ini tercermin pada pemeluk agama yang hidup rukun.

Penganut agama Islam sebagai pemeluk mayoritas dapat hidup rukun di

antara sesama mereka. Demikian juga dengan toleransi mereka terhadap

pemeluk agama lain juga tercipta kerukunan.

4.1.6. Sar ana Komunikasi

Yang dimaksud dengan sarana komunikasi disini, yaitu wadah

pesan/informasi yang dapat mendukung atau memungkinkan bagi

masyarakat untuk memperoleh informasi. Khusus mengenai media massa

yang ada di Desa ini sperti halnya radio, televisi, surat kabar dan internet

pada umumnya sudah dapat menjangkau semua wilayah Desa. Data yang

diperoleh untuk pemilikan media massa, media yang paling menonjol

adalah pesawat televisi sebanyak 1205 buah. Untuk pemilikan media cetak,

seperti surat kabar data yang akurat belum diperoleh oleh pihak pendata,

baik dari pihak Desa maupun pihak kecamatan. Tetapi pelanggan surat

kabar pada umumnya dapat digambarkan bahwa penduduk yang berada di

wilayah perumahan banyak yang berlangganan surat kabar.

4.1.7. Sar ana Transportasi

Mengenai mobilitas transportasi dalam wilayah Desa Wedoroklurak

sangat terkait dengan peningkatan panghasilan masyarakat, tinkat

perkembangan wilayah dan hubungan antara wilayah Desa yang ada.

(49)

bermotor, baik yang beroda dua maupun beroda empat. Hal ini ditunjang

oleh kondisi jalan yang sudah cukup memadai.

4.2. Keadaan Umum Per sawahan Desa Wedoroklur ak

4.2.1. Pemanfaatan Lahan

Berdasarkan gambaran umum wilayah Desa Wedoroklurak, khususnya

dalam hal ini penggunaan tanah diketahui bahwa sekitar 75,575 ha lahan

tanah diketahui untuk areal pertanian. Khusus untuk lahan persawahan

didapatkan data bahwa sekitar 75,5 ha areal dipergunakan untuk lahan

tersebut.

4.2.2 Pr oduksi Padi

Menurut data yang diperoleh pada bagian penyuluhan pertanian kantor

Kecamatan Candi tahun 2012 menggambarkan bahwa produksi padi kadang

bervariasi untuk tiap tahunnya, dalam artian bahwa produksi padi desa ini

tidak tetap untuk tiap tahunnya. Dalam jangka waktu lima tahunan, terlihat

bahwa produksi padi tidak mengalami kenaikan dari standar semula.

Untuk mengetahui produksi padi Desa Wedoroklurak dalam jangka

(50)

Tabel 4.5. Jumlah Produksi Padi Dalam Lima Tahun Terakhir di Desa

Sumber : Dinas Pertanian Kecamatan Candi

4.3. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil interview dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan

Petani serta pengamatan terhadap keadaan penyuluhan di Desa Wedoroklurak,

maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

4.3.1. Kegiatan Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian

Kegiatan komunikasi dalam penyuluhan pertanian di Desa

Wedoroklurak yang dilaksanakan oleh Petugas Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) di Desa Wedoroklurak, berlangsung berdasarkan pada :

penetapan keadaan, penetapan masalah, penetapan tujuan, penetapan cara

(51)

4.3.2. Bentuk bentuk Metode Dalam Penyuluhan Pertanian

Selama perjalanan musim tanam I dan musim tanam II tahun 2012,

pelaksanaan penyuluhan pertanian menyangkut penggunaan bibit padi

unggul hampir menerapkan semua metode penyuluhan yang lazim

digunakan. Metode penyuluhan yang digunakan utamanya mengacu pada

bentuk komunikasi langsung, baik komunikasi antar personal maupun

komunikasi kelompok.

Dari delapan metode yang digunakan tercatat bahwa petugas penyuluh

pertanian seperti dalam tabel 4.6, utamanya PPL mengadakan pertemuan

dengan petani dan kelompok tani untuk dua musim tanam dalam tahun 2012

sebanyak 136 kali pertemuan. Pertemuan yang paling banyak dilakukan

petugas penyuluh atau PPL adalah metode diskusi atau dialog sebanyak 36

kali pertemuan dari seluruh pertemuan. Berikutnya pertemuan lewat

anjangsana atau kunjungan rumah tercatat sebanyak 32 kali pertemuan dari

seluruh pertemuan. Sementara metode penyuluhan dengan anjangkarya atau

kunjungan lahan menduduki prosentase ketiga, yaitu sebanyak 22 kali

pertemuan dari seluruh pertemuan. Untuk penyuluhan lewat metode kontak

tani tercatat 15 kali pertemuan. sementara pertemuan lewat metode lainnya,

seperti pertemuan umum, demonstrasi, pelatihan dan ceramah keseluruhan

tercatat 31 kali pertemuan. Perincian tentang metode penyuluhan pertanian

(52)

Tabel 4.6. Frekuensi Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo 2012.

No Metode Penyuluhan

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012

4.3.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Penyuluhan

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan serta data

lapangan yang dapat mrnunjang pengumpul data, maka faktor-faktor

pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian dapat

dikategorikan, sebagai berikut :

a. Faktor Pendukung

1. Waktu dan tempat pelaksanaan yang cocok atau sesuai menurut

jenis metode penyuluhan yang akan dilaksanakan. Rata-rata

(53)

kesepakatan penetapan waktu pelaksanaan masing-masing metode

penyuluhan untuk diterapkan pada WKPP masing-masing.

Untuk lebih jelasnya tentang waktu pelaksanaan penyuluhan

pertanian menurut metode penyuluhan, gambarannya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.7. Penggunan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul Menurut Musim Tanam dan Tempat Pelaksanaannya di Desa

Sumber : Data primer setelah diolah, 2012

b. Faktor Penghambat

Menurut data yang didapatkan bahwa yang dimaksud sebagai

penghambat dalam pelaksanaan metode penyuluhan pertanian dalam

hal penggunaan bibit padi unggul adalah hal-hal yang tidak mendukung

pelaksanaan penyuluhan. Meskipun keberadaan faktor tersebut pada

dasarnya sangat dibutuhkan dalam penyuluhan pertanian tetapi secara

factual dilapangan tidak memenuhi tuntutan pelaksanaan penyuluhan

(54)

Menurut keterangan yang didapatkan dari informan bahwa faktor

penghambat proses pelaksanaan masing-masing metode penyuluhan

terbagi atas hambatan dari segi teknis dan hambatan dari segi non

teknis.

1. Faktor penghambat dari segi teknis lebih banyak terkait dengan hal

pendanaan dan mengumpulkan masyarakat tani dalam hal ini petani

sawah.

2. Faktor penghambat dari segi non teknis

Kegiatan lebih banyak terkait kemampuan individual-individual

peserta penyuluhan, seperti tingkat pendidikan dan kurangnya

kerjasama tani yang ada dalam suatu WKPP. Untuk lebih jelasnya

tentang faktor penghambat pelaksanaan metode penyuluhan di

(55)

Tabel 4.8. Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul Menurut Faktor Penghambat dan Tindakan Antisipatif di Desa Wedoroklurak, 2012.

No. Metode Penyuluhan Faktor Penghambat Tindakan Antisipatif

1.

antara kelompok pada

suatu WKPP

(56)

4.3.4. Pelaksanaan Penyuluhan Untuk Penggunaan Bibit Padi Unggul

Menur ut J enis Metode Penyuluhan

Secara umum data yang diperoleh dari keseluruhan petugas

penyuluh/PPL secara kolektif dari masing-masing WKPP menujukkan

adanya konsep target yang ditetapkan sebelumnya untuk pelaksanaan

masing-masing jenis metode. Dengan demikian tujuan berdasarkan target

dapat membantu penyuluh dalam melangsungkan pelaksanaan metode

penyuluhan.

Untuk melihat target-target menurut jenis metode penyuluhan yang

dilaksanakan petugas penyuluh/PPL pada WKPP masing-masing, secara

kolektif dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Metode pertemuan umum, pelaksanaannya ditargetkan agar setiap

petani atau kelompok tani dapat menggunakan bibit padi unggul yang

disesuaikan luas areal, waktu tanaman, dan pengairan.

b. Metode demonstrasi, ditargetkan untuk meningkatkan pendapatan

petani, mencapai hasil yang setinggi-tingginya dan memperlihatkan

praktek yang menguntungkan jika petani menggunakan bibit padi

unggul.

c. Metode ceramah, pelaksanaannya ditargetkan agar petani dapat

mengubah pola pikirnya dan agar petani lebih mudah mengalami

(57)

d. Metode diskusi/dialog, ditargetkan untuk mengubah pola pikirnya,

meningkatkan pendapatan tani, dan mudah memecahkan

maslah-masalah yang dihadapi petani/kelompok tani.

e. Metode pelatihan, ditargetkan agar petani dapat mengerti tentang

penggunaan bibit padi unggul, agar dapat menggunakan bibit padi

unggul yang berlebel biru, dan agar petani dapat meyakini tentang

kebaikan bibit padi unggul dalam rangka meningkatkan produksi.

f. Anjangsana, pelaksanaannya ditargetkan agar petani dapat lebih

mengerti tentang penggunaan bibit padi unggul, agar petani mau

menggunakan bibit padi unggul yang dianjurkan dan agar petani dapat

menggunakan bibit padi unggul berlebel biru.

g. Anjangkarya, ditargetkan untuk mengajak petani agar menerapkan

teknologi tentang bercocok tanam padi unggul.

h. Kontak tani, pelaksanaannya ditargetkan agar petani/anggota kelompok

ini dekat dengan ketua kelompok tani/kontak tani, agar kontak tani

menjadi contoh tentang keberhasilannya dalam menggunakan bibit padi

unggul kepada anggota kelompoknya atau petani sawah pada

umumnya.

4.3.5. Penerimaan Bibit Padi Unggul oleh Petani

Berdasarkan data pada musim tanam I dan musaim tanam II tahun

2012, jenis padi unggul yang dianjurkan dalam pelaksanaan penyuluhan

(58)

a. Anjuran andalan I terdiri atas bibit dari jenis IR64 jenis anjuran andalan

I ini diprioritaskan ditanam pada musim tanam I.

b. Anjuran andalan II terdiri atas dari jenis Ciherang jenis anjuran andalan

II ini diprioritaskan ditanam pada musim tanam II.

Pembagian prioritas andalan tersebut didasarkan pada kriteria kualitas

masing-masing jenis padi yang disesuaikan dengan kondisi musim tanam

dan keadaan lahan sawah. Untuk jenis bibit andalan I, misalnya berdasarkan

kualitas yang dimiliki seperti tahan terhadap bakteri busuk daun yang

banyak pada musim hujan, kerontokan dan kerebahan lebih tanah maka

jenis bibit andalan II yang kualitasnya lebih tahan terhadap

kemarau/kekeringan, lebih tahan terhadap hama, seperti wereng yang lebih

banyak hidup pada keadaan kering maka jenis padi ini lebih dianjurkan

ditanam pada musim tanam II dimana curah hujan tergolong rendah.

Dengan melihat gambaran tentang kualitas bibit padi unggul menurut

jenisnya masing-masing tentu sudah dapat memberi kejelasan mengenai

kesesuaiannya dengan kondisi musim tanam dengan prioritas anjuran yang

ditetapkan oleh petugas penyuluh.

4.3.6. J enis Anjuran Yang Dilakukan Penyuluh dan Faktor Motivasi

Petani dalam Menggunakan Bibit Padi

Kategori data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan penyuluh

(59)

petani dalam menggunakan atau menanam padi, dibagi atas beberapa

spesifikasi sebagai berikut :

a. Tradisi, kebiasaan, dan keyakinan petani dalam menanam padi.

Dalam hubungannya dengan tradisi, kebiasaan, keyakinan petani

yang didapatkan penyuluh dalam kaitannya dengan penggunaan bibit

padi unggul, rata-rata PPL menyampaikan materi pesan dengan jalan,

sebagai berikut

1. Mengadakan percontohan, baik demonstrasi cara maupun

demonstrasi hasil

2. Petani diundang untuk menyaksikan seluruh perlakuan dari

demonstraso plot

3. Membuat petak percontohan

b. Perubahan Perilaku Petani

Upaya untuk mengubah perilaku petani dari kebiasaan

menggunakan padi lokal/biasa, rata-rata penyuluh menyampaikan pesan

dengan jalan, sebagai berikut :

1. Menganjurkan kepada petani agar menanami lahannya sebagian

dari bibit padi unggul dan sebagian dari bibit padi biasa.

2. Mengharapkan petani menggunakan bibit padi kriterianya hampir

(60)

3. Mengharapkan agar petani menggunakan bibit padi unggul lokal.

4. Menganjurkan agar petani menggunakan varietas dari bibit padi

lokal yang cocok dengan kondisi lahan.

c. Keuntungan Bagi Petani

Faktor motivasi bagi petani untuk menggunakan bibit padi unggul

agar dapat memberi keuntungan hasil, rata-rata dihadapi oleh penyuluh

dengan penyampaian materi pesan, sebagai berikut :

1. Menganjurkan menggunakan bibit berlebel biru (kualitas bagus).

2. Melakukan pergiliran varietas.

3. Meyakinkan petani bahwa bibit padi unggul dapat dinaikkan

produksi.

4. Diterangkan sejelasnya tentang kebaikan hasil proses produksi.

5. Dianjurkan agar petani pertama-tama mencoba dahulu sampai

dilihat hasilnya.

d. Kebutuhan Petani

Harapan petani agar bibt padi unggul dapat memenuhi hasil

produksi sesuai yang dikehendaki, pada umumnya dihadapi penyuluh

dengan cara penyampaian materi, sebagai berikut :

(61)

2. Mengajak melihat atau menunjukkan petani yang sudah berhasil

dalam menggunakan bibit padi unggul.

3. Menunjukkan contoh hasil, nasi dari beras produksi bibit padi

unggul.

e. Keakraban antara Penyuluh dengan Petani

Untuk menjalin keakraban dengan petani maka rata-rata petugas

penyuluh menempuh cara-cara, sebagai berikut :

1. Lebih banyak mengunjungi petani di lahan.

2. Mengadakan pendekatan formal.

3. Mengadakan pertemuan-pertemuan pada tempat-tempat lain selain

tempat yang biasa dilakukan penyuluhan.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh dari

wawancara dengan informan dalam hal ini petugas PPL serta pengamatan

lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian, selanjutnya dilakukan analisis

pembahasan mengenai data tersebut. Secara umum pembahasan mencakup analisa

penggunaan metode komunikasi dan penyuluhan pertanian dan analisa penerapan

metode persuasi dalam penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi

Gambar

Tabel 4.1.  Penggunaan Tanah di Wilayah Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi
Tabel 4.2. Distribusi Desa Wedoroklurak menurut pekerjaan, 2012.
Tabel 4.3.  Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Status Pendidikan, 2012
Tabel 4.4.  Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Agama, 2012
+5

Referensi

Dokumen terkait

Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum (Mulyasa, 2010). Menunjukkan bahwa dari hasil workshop siklus II tampak

Dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri pasangan suami istri merupakan hal yang berbeda dengan menyesuaikan diri dalam.

Asas keturunan adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari orang tua

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pembuktian tindak pidana kesusilaan yang menggunakan media sosial berdasarkan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor

Sistem pendidikan Islam juga memiliki tujuan lain yang lebih luas cakupannya, di antaranya: menurut Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya

1. Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terpusat daripada indsutri di mana mereka menjual. Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada

Jelaskan dan sebutkan sendi-sendi (tipe, pergerakan dan tulang yang mengadakan persendian) dan otot-otot yang terdapat di bagian anterior dan posterior tubuh5. Jelaskan dan

Purnianingrum, Leny Shela. Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model Make a Match Berbantuan Media Kartu Bergambar Siswa Kelas V SDN Karanganyar 02 Kota