SKRIPSI
Oleh :
Safi’i
NPM: 0643310412
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Nama Mahasiswa : Safi’i
NPM : 0643310412
Program studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing utama
IR.H. DIDIEK TRANGGONO, M.Si NIP. 195812251990011001
Mengetahui
DEKAN
Oleh :
SAFI’I NPM. 0643310412
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 13 Desember 2012
Pembimbing Utama
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
telah selesailah penyusunan Skripsi Penelitian ini dengan judul : “Penerapan
Metode Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian (Kasus Penggunaan
Bibit Padi Unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo)”.
Skripsi ini dibuat dalam rangka melakukan penelitian untuk menyusun
skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di bidang kajian
ilmu komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan
dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Perkenankan pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan Skripsi ini,
dengan rasa hormat yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
3. Bapak Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si, selaku Sesprodi Ilmu Komunikasi
4. Bapak Ir.H.Didiek Tranggono,M.Si; selaku Dosen Pembimbing Utama
yang senantiasa membimbing dan meluangkan waktu guna memberikan
pengarahan pada penulis dalam penyusunan Skripsi.
5. Bapak-Bapak dan Ibu-ibu Dosen Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan ilmu dalam rangka menambah banyak wawasan saya.
6. Orang tuaku tercinta, yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan
bantuan baik materil maupun moril, serta do’a tulus ikhlas hingga penulis
Saran dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya Skripsi ini
sangatlah saya harapkan. Mudah-mudahan semuanya dapat berjalan sesuai dengan
apa yang telah saya rencanakan.
Surabaya, Desember 2012
HALAMAN J UDUL... i
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI……... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
ABSTRAKSI……….. x
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA... 5
2.1. Proses Persuasi dan Faktor Motivasi... 5
2.1.1. Pengertian Persuasi... 5
2.1.2. Faktor Motivasi... 12
2.2. Proses dan Bentuk komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian... 14
2.2.1. Pengertian Komunikasi... 14
2.2.2. Proses Komunikasi... 15
3.1.2. Metode persuasi... 24
3.1.3. Komunikasi... 25
3.1.4. Penyuluhan Pertanian... 25
3.2. Metode Penelitian... 28
3.2.1. Penelitian Lapangan... 28
3.2.2. Studi Kepustakaan... 28
3.3. Pengumpulan Data... 29
3.3.1. Wawancara... 29
3.3.2. Observasi... 29
3.4. Key Informan... 29
3.5. Teknik Analisa Data... 30
3.6. Intrumen Penelitian... 30
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31
4.1. Keadaan Umum Desa Wedoroklurak... 31
4.1.1. Geografis... 31
4.1.2. Mata Pencaharian... 32
4.1.3. Pendidikan... 33
4.1.4. Sosial Budaya... 34
4.1.5. Agama... 35
4.1.6. Sarana Komunikasi... 36
4.3. Hasil Penelitian... 38
4.3.1. Kegiatan KomunikasidalamPenyuluhan Pertanian... 38
4.3.2. Bentuk-Bentuk Metode Dalam Penyuluhan Pertanian... 39
4.3.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Penyuluhan... 40
4.3.4. Pelaksanaan Penyuluhan Untuk Penggunaan Bibit Padi- Unggul Menurut Jenis Metode Penyuluhan... 44
4.3.5. Penerimaan Bibit Padi Unggul oleh Petani... 45
4.3.6. Jenis Anjuran Yang Dilakukan Penyuluh dan Faktor Motivasi- Petani dalam Menggunakan Bibit Padi... 46
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian... 49
4.4.1. PenerapanMetode PersuasiDalamKomunikasiPenyuluhan Pertanian... 50
4.4.2 Analisa Penerapan Metode Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian- Terhadap Penggunaan Bibit Padi Unggul... 54
BAB VKESIMPULAN... 64
5.1 Kesimpulan... 64
5.1.1. PenerapanMetode PersuasiDalamKomunikasiPenyuluhan Pertanian…………. 64
5.1.2.Analisa Penerapan Metode Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian- Terhadap Penggunaan Bibit Padi Unggul……….………… 65
5.2. Saran-Saran... 67
DAFTAR PUSTAKA... 68
Halaman
Tabel 4.1. Penggunaan Tanah di Wilayah Desa Wedoroklurak-
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, 2012... 32
Tabel 4.2. Distribusi Desa Wedoroklurak Menurut Pekerjaan, 2012... 33
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Status Pendidikan... 34
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Agama... 35
Tabel 4.5. Daftar Produksi Padi Dalam Lima Tahun Terakhir di Desa Wedoroklurak... 38
Tabel 4.6. Frekuensi Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Wedoroklurak- Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo 2012... 40
Tabel 4.7. Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul- Menurut Musim Tanam dan Tempat Pelaksanaannya di Desa Wedoroklurak... 41
Tabel 4.8. Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul-
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara... 70
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoar jo)
Penelitian ini didasarkan pada fenomena komunikasi dalam penyuluhan pertanian yakni
penggunaan bibit padi unggul yang merupakan bibit padi anjuran pemerintah melalui PPL. Selama
ini para petani didesa wedoroklurak pada umumnya menggunakan bibit padi lokalmeskipun
berbagai kekurangan /kelemahan. Dengan demikian, melalui penerapan metode persuasi dalam
penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh PPL, diharapkan para petani mampu menerapkam bibit
padi unggul anjuran pemerintah tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode persuasi dan analisa
bagaimana penerapannya dalam komunikasi penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi
ungguldi Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian
deskriptif. Salanjutnya dalam pencarian data dilakukan melalui key informan yakni penyuluh
pertanian lapangan (PPL) dan beberapa petani.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, penerapan metode persuasi dalam penyuluhan
pertanian pada umumnya dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun dengan tingkat keberhasilan
yang didasarkan pada karakteristik masing-masing metode, intensitas penerapan, dan kemampuan
penyuluh pertanian lapangan (PPL).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia masih akan lama
menghadapi masalah-masalah pangan. Bahkan masalah itu cenderung semakin
serius dan berat seiring dengan perkembangan zaman yang kian maju. Salah satu
indikasinya adalah tentang produksi pertanian dalam negeri yang dari waktu ke
waktu kurang dapat mengimbangi kebutuhan konsumsi. Penduduk semakin
bertambah sedangkan produktivitas usaha-usaha pertanian tidak mencapai
peningkatan maksimal.
Kurang maksimalnya hasil usaha-usaha pertanian terutama disebabkan
kurangnya keselarasan antara produktivitas pertanian dengan penghasilan yang
dicapai petani. Lebih jauh hal ini terkait langsung juga dengan kurangnya
penanganan yang serius terhadap usaha-usaha untuk pembinaan petani yang
meliputi kepandaian, dan semangat kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan
mereka, dimana pemecahannya membutuhkan penanganan yang serius dan
tersendiri mengingat pembangunan pertanian dalam hal pembinaan petani sangat
erat kaitannya dengan perkembangan dan partisipasi secara individu.
Perwujudannya harus ditempuh melalui sebuah proses belajar bagi petani secara
komperehensip dan berkesinambungan.
Untuk mendukung proses belajar bagi petani maka dikenal istilah pendidikan
penyuluhan pertanian melalui proses komunikasi yang pertama kali diperkenalkan
di Universitas Cambrigde pada tahun 1973. Sebagaimana gagasan utama lahirnya
istilah ini maka penyuluhan pertanian dilakukan untuk membantu masyarakat tani
dalam memecahkan persoalan sendiri melalui penerapan metode persuasi dan
pengetahuan ilmiah yang secara umum dapat meningkatkan produksi usaha tani
Proses pendidikan penyuluhan pertanian dapat berlangsung karena adanya
peristiwa komunikasi yang berlangsung didalamnya. Bahkan dapat dikatakan
bahwa keberadaan komunikasi merupakan syarat mutlak dalam pelaksanaan
penyuluhan pertanian.
Lebih lanjut pendidikan penyuluhan pertanian disebut sebagai komunikasi
penyuluhan pertanian yang tercakup sebagai salah satu sektor komunikasi
pembangunan. Secara detail komunikasi penyuluhan pertanian sebagai salah satu
sektor komunikasi pembangunan adalah upaya penerangan dan penyebaran
gagasan atau pesan-pesan menyangkut pertanian agar khalayak dalam hal ini
petani dapat memahami, mendukung, dan timbul kesadaran untuk melaksanakan
gagasan tersebut.
Didalam komunikasi pada umumnya dan komunikasi Penyuluhan pertanian
pada khususnya dikenal suatu pendekatan sebagai strategi komunikasi yaitu
metode persuasi. Sebuah istilah yang berasal dari bahasa Latin “persuasio” yang
artinya membujuk. Dalam bahasa Inggris, persuasi dikenal dengan istilah
“persuasuion”. Kata sifatnya adalah “persuasive” yang dalam konteks
komunikologis diterjemahkan sebagai persuasive communication atau komunikasi
persuasi.
Dalam rangka strategi komunikasi pula, persuasi tidak sekedar dipahami
sebagai usaha membujuk belaka. Secara spesifik komunikasi persuasi memiliki
makna tersendiri yang menurut Astrid S. Susanto ( 2005 : 96 ) menyebutkan
bahwa Persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap seseorang ataupun suatu
kelompok untuk menerima pendapat yang lain, akan tetapi persuasi merupakan
suatu teknik mempengaruhi suatu manusia dengan memanfaatkan/menggunakan
data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan (audience) yang
handal dipengaruhi.
Sehubungan dengan teori tersebut maka metode persuasi menempatkan
komunikator sebagai unsur penentu dalam upaya melakukan pendekatan
khalayak. Cara efektif untuk penerima pesan bagi komunikan adalah dengan jalan
komunikator harus mampu mengetahui dan memanfaatkan kerangka berfikir dan
Dalam penyuluhan pertanian, teknik persuasi dipergunakan oleh tenaga
penyuluh sebagai komunikator untuk strategis dalam melakukan kegiatan
penyuluhan agar pesan-pesan pertanian yang disampaikan dapat membangkitkan
minat dan kesadaran, wawasan dan pengetahuan serta keterampilan
petani/keluarga tani. Lebih dari itu tentunya diharapkan agar petani dapat
mengadopsi sekaligus menerapkan pesan-pesan inovatif yang disampaikan
penyuluh.Sehubungan dengan hal tersebut peneliti ingin mencoba mengamati
keterkaitan antara penerapan metode persuasi dalam penyuluhan pertanian sebagai
pendekatan komunikasi yang ditempuh oleh petugas penyuluh pertanian di satu
sisi dengan penggunaan bibit padi unggul sebagai isi atau objek pesan persuasif di
sisi lainnya. Selain itu tentu sudah implisit dicermati pula teknik-teknik penerapan
termasuk media atau saluran yang dipergunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan pesan persuasif tentang penggunaan bibit padi unggul.
Untuk melakukan pengamatan secara terarah tentang tema diatas maka
peneliti memformulasikan dalam sebuah judul, yakni “ Penerapan Metode
Persuasi Dalam Komunikasi Penyuluhan Pertanian ( Kasus Penggunaan Bibit
Padi Unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo ).
1.2. Perumusan Masalah
Untuk melihat lebih lanjut penerapan metode persuasi dalam komunikasi
penyuluhan pertanian serta kaitannya dengan penggunaan bibit padi unggul bagi
petani maka peneliti ajukan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode persuasi dalam penyuluhan pertanian terhadap
penggunaan bibit padi unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo ?
2. Bagaimana analisa penerapan metode persuasi dalam komunikasi penyuluhan
pertanian terhadap penggunaan bibit padi unggul di Desa Wedoroklurak
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.1. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui penerapan metode persuasi dalam komunikasi
penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi unggul di
Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.
b) Untuk mengetahui analisa penerapan metode persuasi dalam
komunikasi penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi
unggul di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo.
1.2. Kegunaan Penelitian
a) Menjadi bahan pustaka dan rujukan bagi mereka yang memerlukan.
b) Sebagai bahan masukan dalam rangka membuatKebijaksanaan oleh
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Latar Belakang Masalah
2.1.1. Pengertian Persuasi
Persuasi merupakan istilah yang bersumber dari bahasa latin
“Persuasio” yang artinya membujuk atau merayu. Kata kerja latinnya adalah
“persuadere”. Dalam bahasa Inggris kata persuasi dikenal dengan istilah
“Persusion” dengan kata kerja “to persude” dan kata sifatnya “persuasive”
yang berarti suatu teknik membujuk atau mempengaruhi manusia. Dalam
konteks komunikalogis, persuasi dikenal dengan istilah “persuasive
communication” atau komunikasi persuasi.
Dalam rangka strategi komunikasi pula, persuasi tidak sekedar difahami
sebagai usaha atau teknik membujuk belaka. Secara spesifik komunikasi
persuasi memiliki makna tersendiri yang menurut Astrid S. Susanto
(2005:96), menyebutkan bahwa persuasi bukan merupakan pembujukan
terhadap seseorang ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang
lain, akan tetapi persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi manusia
dengan memanfaatkan/menggunakan data dan fakta psikologis maupun
sosiologis dari komunikan (audience) yang hendak dipengaruhi.
Dari batasan tersebut maka metode persuasi atau komunikasi persuasi
menempatkan komunikator atau sumber sebagai penentu dalam upaya
atau khalayak adalah dengan jalan komunikator harus mampu mengetahui
dan memanfaatkan kerangka berfikir dan kerangka pengalaman, baik secara
psikologis maupun sosiologis individu atau khalayak.
Sebagaimana tujuan komunikasi pada umumnya, yakni untuk
mengubah sikap dan perilaku penerima atau audience ke arah yang
dikehendaki oleh sumber atau komunikasi pesuasi secara spesifikasi
memberikan teknik khusus dalam upaya mempengaruhi penerima dengan
penggunaan lambang atau simbol tertentu. Kenneth Anderson, dalam Teguh
Mainanda (2007:325), mengemukakan bahwa
“Persuasion as a proses of interpersonal communication in which the
communicator seek trough the use of symbol effect a voluntary change
in attitude or action desired by the communicator”.
Artinya :
Meyakinkan sebagai suatu proses komunikasi antara pribadi dimana
komunikator berusaha dengan memakai lambang-lambang untuk
meyakinkan pendengar/penerima sikap atau perbuatan secara sukarela yang
diinginkan oleh komunikator.
Dalam hubungannya dengan perubahan sikap dan adanya kesesuaian
kerangka berfikir dan kerangka pengalaman antara komunikator dan
komunikan berikut Carl I. Hovaland dalam S. Sunarjo dan djoenaesih
“A mayor effect of communication lies in stemulatin the individual to
think both of his initial opinion and of the new opinion recomended in
the communication”.
Artinya :
Efek umum dari komunikasi persuasi terletak pada dorongan agar individu
berfikir dalam dua segi yaitu pendapatnya sendiri dan pendapat baru yang
diajukan oleh pihak lain.
Secara prinsipal batasan-batasan tersebut menekankan bahwa persuasi
merupakan suatu upaya untuk memperoleh efek dari komunikasi yang
sebaik-baiknya. Dengan kata lain lebih diperjelas bahwa komunikasi
persuasif bukan merupakan usaha membujuk atau merayu belaka akan tetapi
merupakan teknik dengan cara tertentu mempengaruhi manusia dengan
memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari penerima
dengan menggunakan lambang atau simbol-simbol tertentu pula.
Disinilah tampak perlunya pengalaman seseorang komunikator dengan
ruang lingkup dan luas pengalaman atau referensi dari komunikan. Hal ini
penting agar tercipta kesamaan pengertian antara komunikator dan
komunikan sehingga proses persuasi berjalan dengan efektif.
Efektifitas sebuah proses persuasi, selain menuntut pengenalan latar
belakang audience, maka komunikator juga harus memperhitungkan
penyusunan pesan yang baik. Langkah-langkah penyusunan proses persuasif
menurut H. Menning dalam Teguh Mainanda1982:3), menyebutkan bahwa :
2. You view point interpretation
3. Adaptation oven personalization posible
4. Positive statenet, and
5. Succes consiounness.
Pada prisip pertama, diusahakan agar penyampaian pesan senantiasa harus
selalu terencana dari tujuan seseorang komunikator. Dalam prinsip ini
pesan/informasi benar-benar harus diarahkan dengan jalan
menggolongkannya menjadi :
a. Pesan pasti dapat diterima apabila diperhitungkan cara pengaturan
pemberian pesan agar komunikan menerima tidak kurang atau tidak
berlebihan.
b. Penyampaian pesan dilaksanakan dengan kehati-hatian dan seksama
untuk menghindari sikap negatif dari komunikan terhadap suatu pesan.
c. Pesan harus memberi parhatian terhadap diri komunikan agar tertarik
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Pada prinsip kedua, pesan yang harus disampaikan didasarkan pada
pihak penerima/komunikan. Artinya, pesan harus bertolak dari keinginan
penerima.
Prinsip ketiga harus mampu memahami kebutuhan komunikan dan
komunikator. Prinsip ini dibagi dalam kategori :
a. Penyesuaian terhadap pesan dengan tema pesan
b. Penyesuaian bahasa/gaya bahasa, umur, pendidikan dan lain-lain.
d. Penyesuaian keintiman/persahabatan
Prinsip keempat, yakni pemberian pesan harus mengarah pada hal-hal
yang positif dan menghindari hal-hal yang negatif. Sedangkan prinsip yang
kelima menekankan agar komunikator harus meyakinkan diri untuk
kesuksesan penyampaian pesan.
Dalam metode persuasi juga dikenal pendekatan psikologis praktis
lainnya dalam usaha mempersuasikan seseorang atau sekelompok orang.
Dalam perkembangannya Wilbur Sckramm dalam Sunarjo dan Djoenaesih
S (2008:1) mengembangkan pendekatan ini lewat rumus AIDDA yang
merupakan singkatan dari :
A = Attention (perhatian)
B = Interest (minat)
D = Desire (hasrat)
D = Decision (keputusan)
A = Action (tindakan)
Proses pentahapan dalam pendekatan AIDDA ini menekankan usaha
persuasi ditempuh dengan diawali membangkitkan perhatian komunikan.
Dengan demikian komunikan akan tumbuh minatnya kemudian berhasrat
terhadap pesan yang disampaikan. Selanjutnya komunikan akan mengambil
keputusan untuk mengambil tindakan sesuai dengan yang diinginkan
Sehubungan dengan pendekatan AIDDA ini, Darwin Cartwright dalam
Effendy (2006:52) mengemukakan empat “guilding principle” dalam
kaitannya dengan persuasi sebagai berikut :
a. Emosional appeal, yaitu pesan-pesan dilancarkan dengan emosional
sampai menumbuhkan perhatian.
b. Diusahakan pesan tersebut dapat diterima sebagai salah satu bagian dari
pendapat dan kepercayaannya kemudian.
c. Berusaha agar kegiatan yang dianjurkan itu dianggap sebagai salah satu
jalan tercapainya tujuan.
d. Mendorong untuk bertingkah laku seperti itu dianggap sebagi
komunikator.
Jadi kegiatan pesuasi senantiasa terkontrol oleh motivasi, sikap dan
pendapat.
Untuk mencipakan pesan-pesan persuasif yang efektif, tentu terlebih
dahulu harus dipahami berbagia faktor yang mendukung lahirnya sebuah
pesan. Artinya, sebelum pesan persuasif disusun, selain membutuhkan data
dan fakta sosiologis maupun psikologis dari individu atau khalayak
menerima pesan juga harus dirinci secara spesifik faktor-faktor yang saling
berhubungan dan mendukung dari keseluruhan muatan kedua data dan fakta
tersebut.
Penciptaan pesan-pesan persuasif senatiasa dilatar belakangi adanya
hubungan yang erat antara faktor-faktor motivasi dengan opini, sikap
sejalan kepercayaan yang berkembang lewat observasi dan pengalaman
(fakta, kesimpulan dan keputusan).
Sikap dipahami sebagai sebuah kecenderungan untuk bereaksi baik,
buruk, atau netral terhadap objek atau sekelompok objek. Hal ini sejalan
dengan batasan sikap yang diketengahkan oleh Martin Fishbein dalam Dedy
Djamaluddin Malik dan Yosal Iiriantara (2008:37), sebagai berikut :
“Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberi reaksi yang
menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek
atau sebuah kumpulan objek”.
Istilah objek disini tidak sebatas sebagai benda-benda yang dapat dilihat
dan diraba melainkan dipakai dalam pandangan yang lebih luas dan terbuka
terhadap orang, tempat, benda, konsep dan lain-lain.
Selanjutnya, dari pengetahuan tentang sikap terhadap obyek-obyek
dikembangkan predisposisi-predisposisi untuk menanggapi sebagai akibat
dari kepercayaan kita kepada dan kepercayaan kita tentang obyek sikap.
Lebih lanjut Fishin dalam D. Djamaluddin M. dan Y. Iiriantara (2008:37),
bahwa suatu objek itu ada dan hubungan yang terjadi di antara objek dan
pertimbangan objek-objek lainnya. Dengan kata lain, terdapat dua macam
kepercayaan, yaitu kepercayaan kepada objek-objek dan kepercayaan
tentang objek-objek kepercayaan akan objek-objek berkembang melalui
observasi dan pengalaman yang meliputi fakta, kesimpulan, dan keputusan.
Disini kepercayaan merupakan hipotesis mengenai sifat dan keberadaan
2.1.2 Faktor Motivasi
Faktor motivasi yang ada sesungguhnya dipandang sebagai harapan
untuk memiliki kepercayaan tertentu yang benar lewat hubungan diantara
kepercayaan dan faktor-faktor motivasi. Istilah motivasi yang dipakai
mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, nilai-nilai
sosial, politik, moral, agama, serta kebutuhan fisik dan psikologis.
Faktor terpenting dari motivasi adalah kebutuhan. Sebagai salah satu
dasar lahirnya motivasi, kebutuhan meupakan faktor gejalanya sangat
transparan. Hal inilah yang mendorong individu untuk termotivasi.
Dalam motivasi personal, faktor kebutuhan dipahami sebagai sumber
motivasi lewat dorongan-dorongan fisiologis (perlindungan diri, rasa lapar,
rasa aman, dan seks) dan dorongan emosional (efeksi, keamanan emosional
atau rasa percaya diri, dan signifikasi personal).
Sementara dalam motivasi kelompok, manusia bertindak dalam sebuah
kontes sosial yang baru diperhitungkan ketika memutuskan apa yang akan
dilakukannya. Variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku manusia,
seperti keanggotaan organisasi, peranan kerja, kelompok referensi, norma
kultur, dan norma kelompok primeryang ekspresinya ditemukan dalam
kelompok seseorang. Jadi komunikator yang menyadari hal tersebut harus
memperhitungkan kelompok yang diikuti seseorang. Hal ini sangat
menunjang efektivitas pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Dalam hubungan timbal balik antara tujuan, nilai dan kebutuhan
ketiganya. Semuanya menjadi dasar-dasar motivasi yang kuat dari
seseorang. Persuasi yang efektif senantiasa ditandai dengan adanya
hubungan-hubungan erat antara faktor-faktor motivasi.
Penegasan sederhana tentang suatu hubungan tidaklah cukup.
Pernyataan atau argumentasi yang tegas harus didukung dangan fakta.
Fakta-fakta tersebut mungkinterwujud dalam bentuk kesaksian ahli, ilustrsi,
faktual, statistik, dan lain-lain. Gary Cronkhite (2001:80-84) dalam Deddy
Djamaluddin M dan Y. Iiriantara (2008:47-50) telah memperkenalkan lima
macam argumen yang cenderung membentuk hubungan antara faktor
motivasi dengan objek persuasi.
Hubungan ini mencakup
a. Kontingensi (kemungkinan)
Hubungan kemungkinan atau kontingensi ini dimaksud sebagai
penggunaan faktor-faktor untuk membangun mata rantai sebab-akibat
antara tujuan persuasi yang diinginkan sumber dengan faktor motivasi
pendengar. Persuasi yang dilakukan dengan cara-cara hubungan
kemungkinan daiambil dari pemikiran bahwatanggapan yang benar
terhadap objek persuasi akan meghasilkan pemuasan kebutuhan,
pencapaian tujuan, atau ungkapan nilai.
b. Kategorisasi (penggolongan)
Kategorisasi atau penggolongan biasanya dilakukan jika akan
atau tidak sejalan dengan faktor motivasi, sebagian atau tidak sebagian
dari tujuan-tujuan individu, nilai-nilai, atau kebutuhan individu.
c. Persamaan (argumen perbandingan)
Persamaan biasa juga disebut penalaran analogi. Dimaksud untuk
menghubungkan objek persuasi dengan objek lainnya sehingga
pendengar akan memandang menyenagkan atau tidak menyenangkan.
Disini faktor motivasi bukan tujuan, nilai atau kebutuhan, melainkan
objek lainnya.
d. Hubungan yang saling mendukung (aproval)
Hubungan biasa juga disebut sebagai alasan diasosiasikan dengan suatu
sumber prestisius yang mungkin menyetujui atau tidak menyetujui
pesan persuasi yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa diharapkan
pendengar akan mempersepsikan sumber yang menyetujui sebelum
dihubungkan dengan objek pesan persuasi yang disampaikan.
e. Hubungan kejadian yang tidak disengaja (koinsidental)
Hubungan ini berkaitan dengan penyajian objek persuasi dan
pesan-pesan motivasi didalam konteks yang sama. Pesan yang disampaikan
diperbandikan dengan objek lainnya yang sangat buruk.
2.2. Pr oses dan Bentuk Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian
2.2.1. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (Inggris : Communication) berasal dari
komunikasi menurut ahli kamus bahasa menunjuk pada satu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Demikian uraian Mastoni
Sani dan Sumarto Priyitno (2008:2). Sejalan dengan uraian ini, Astrid S.
Susanto (2005:9) merumuskan komunikasi sebagai berikut :
“Suatu kegiatan pengoperan lambang yang mengandung
arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak-pihak yang
terkait dalam suatu kegiatan komunikasi”.
Selain dipahami sebagai saling berbagi atau milik bersama, komunikasi
juga merupakan proses penyampaian/pertukaran. Akan halnya Carl Hovland
dalam Hamdana Tazhan (2005:13) menyebutkan bahwa komunikasi adalah
sebagai proses dimana individu memindahkan stimulus verbal untuk
mengubah kelakuan individu yang lain.
Maka secara umum komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran
tertentu dengan tujuan tertentu pula. Proses yang dimaksud ialah merupakan
salah satu aspek utama dari komunikasi. Proses dapat diartkan sebagai suatu
gejala yang menunjukkan adanya perubahan didalam waktu secara kontinyu
atau dapat dirumuskan sebagai kegiatan terus menerus.
2.2.2. Pr oses Komunikasi
Langkah awal dari sebuah proses komunikasi dalah perencanaan atau
strategi komunikasi dalam hal ini berupa usaha-usaha untuk mencapai
tujuan dari suatu proses komunikasi misalnya perubahan pengetahuan,
manajemen komunikasi yang didalamnya diatur tindakan-tindakan yang
akan diambil dalam pelaksanaan suatu perencanaan komunikasi. Sejalan
dengan hal ini, A.S. Ahmad (2007:7) menyebutkan bahwa perencanaan
komunikasi adalah apa yang dilakukan sedangkan manajemen komunikasi
adalah menyangkut bagaimana membuat hal itu terjadi.
Perencanaan komunikasi berorientasi kepada hal-hal yang ingin dicapai
dari kegiatan komunikasi dan kemudian merumuskan cara-cara atau strategi
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Perencanaan komunikasi ini
memerlukan kiat-kiat menurut A.S. Ahmad (2007:52), menyebutkan
sebagai berikut :
a. Menetukan atau membatasi masalah
b. Memilih obyektive atau goal
c. Memikirkan cara-cara untuk melaksanakan tujuan
d. Mengukur kemajuan ke arah pencapaian tujuan atau goal achevement.
Proses komunikasi, selain ditentukan oleh perencanaan dan manajemen
komunikasi juga sangat didukung oleh pendekatan bentuk-bentuk
komunikasi sebagai salurannya. Hal ini juga turut menunjang tercapainya
efektifitas komunikasi yang sedang berlangsung.
2.2.3. Bentuk Komunikasi
Menurut Onong U. Effendy (2007:25-33) bentuk-bentuk komunikasi
dapat dibagi, sebagai berikut :
Komunikasi langsung atau biasa juga disebut komunikasi tatap muka
(face to face communication). Dalam komunikasi primer, komunikasi
berbentuk bahasa, gerakan tubuh yang mengandung makna, dan
penggunaan isyarat-isyarat, komunikasi bentuk ini meliputi komunikasi
antar personal dan komunikasi kelompok.
2. Komunikasi Sekunder (komunikasi tidak langsung)
Dalam komunikasi bentuk ini komunikasi dilakukan dengan
menggunakan alat atau media (mediated communication).
Komunikasi langsung ditinjau dari besarnya sasaran dapat dibagi
menjadi komunikasi perorangan dan komunikasi kelompok. Komunikasi
perorangan atau antar personal merupakan penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Dalam komunikasi perorangan ini kemungkinan terjadinya adopsi atas
pesan disampaikan umumnya besar sekali. Sementara komunikasi kelompok
merupakan komunikasi yang sasarannya adalah orang yang umumnya dan
dapat dikenal. Komunikasi kelompok ini dalam hal penafsiran pesan oleh
penerima pesan sangat kecil karena hubungan bersifat timbal balik. Juga
dapat mencapai tingkat kesadaran dan pemahaman bagi penerima terhadap
pesan, bahkan sampai pada adopsi karena mengetahui bahwa anggota
kelompok yang lain juga menerima, jadi ada semacam dukungan kelompok.
Selain itu komunikator juga dapat lebih banyak mengenal atau mengetahui
Dari pemahaman tentang proses komunikasi dan beberapa bentuk
komunikasi serta tentang perencanaan komunikasi, maka dapat
digambarkan hubungannya dengan komunikasi penyuluhan, khususnya
komunikasi penyuluhan pertanian. Sebagiamana telah diuraikan bahwa
selain sebagai sebuah hubungan, komunikasi juga merupakan proses
penyampaian atau pertukaran. Sehubungan dengan ini Mastoni Sani
(2008:2) memberikan batasan tentang komunikasi penyuluhan, sebagai
berikut :
“komunikasi yang dilakukan untuk penerangan, menyampaikan
dan menjelaskan gagasan-gagasan kepada orang lain atau
khalayak dengan harapan orang/khalayak tersebut memahami
informasi tersebut, bersikap menyetujui atau mendukung gagasan
dan pesan yang disampaikan”
Lebih jauh sasaran yang paling penting dari komunikasi penyuluhan
selain untuk penerangan dan penyampaian adalah sebagai suatu bentuk
pendidikan. Seperti halnya yang dirumuskan oleh Soekandar Wiraatmadja
(2005:7), sebagai berikut :
“Penyuluhan berarti suatu bentuk pendidikan yang cara bahan dan
sarannya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan
kepentingan, baik dari sasaran, waktu maupun tempat, karena
sifatnya demikian maka penyuluhan juga sering disebut
Dalam hubungannya sebagai suatu bentuk pendidikan non formal,
khusus dalam penyuluhan pertanian unsur pendidikan ini terkait langsung
dengan kegiatan proses belajar mengajar bagi petani dalam rangka upaya
peningkatan usaha tani dan kesejahteraannya. Uraian serupa ditengahkan
oleh Salmon Padmanagara (2005:3) dengan mengartikan penyuluhan
pertanian sebagai berikut :
“Suatu sistem pendidikan informal untuk para petani/nelayan dan
keluarganya dengan tujuan agar mereka, sanggup dan berswadaya
memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri dan
masyarakat”.
Sebagaimana diuraikan terdahulu bahwa dalam kegiatan penyuluhan
pada intinya adalah suatu proses komunikasi . dengan sendirinya, proses
belajar dalam penyuluhan pertanian sesungguhnya adalah proses
komunikasi yang pada umumnya berlangsung secara tatap muka dengan
unsur sebagai peserta adalah penyuluh sebagai sumber dan petani/keluarga
sebagai sasaran dan sebaliknya. Demikian juga halnya dalam proses
komunikasi, saluran adalah salah satu unsurnya.
Dalam penyuluhan pertanian, saluran yang dimaksud ialah metode
penyuluhan. Sumardi Suriatna (2006:3), menyebutkan bahwa :
“metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara
penyampaian materi penyuluhan melalui media komunikasi oleh
penyuluh kepada petani/nelayan beserta keluarganya agar bisa dan
Dengan berdasarkan pada bentuk-bentuk komunikasi maka penyuluhan
pertanian dapat digolongkan, yaitu metode penyuluhan langsung dan tidak
langsung. Menurut Sumardi Suriatna (2006:17-18) membagi metode dan
pendekatan sasaran beserta target-target proses adopsi yang diorientasikan
terhadap petani, sebagai berikut :
1. Metode dengan pendekatan masalah dipergunakan untuk menarik
perhatian, menumbuhkan minat dan serta memberikan informasi
lanjutan.
2. Metode dengan pendekatan kelompok dipergunakan untuk memberikan
informasi yang lebih terperinci tentang suatu teknologi baru dengan
tujuan dapat membantu seseorang untuk mencoba.
3. Metode dengan pendekatan perorangan dipergunakan untuk lebih
meyakinkan seseorang agar mau menerapkan teknologi baru dan
digunakan juga untuk mengadakan bimbingan lanjutan.
Sementara itu indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang dalam hal
ini petani dalam setiap tahapan adopsi sekaligus saluran atau media yang
dianggap tepat menurut Soekandar Wiraatmadja (2005:21), adalah :
1. Tahap sadar, dimana seseorang sudah maklum atau mengetahui sesuatu
yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan orang lain. Tahap
sadar ini diperlukan untuk membangkitkan perhatian atau kesadaran.
Metode penyuluhan yang dapat digunakan ialah metode dengan
2. Tahap minat, dimana seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak
tentang hal yang baru itu dengan mencari keterangan yang lebih rinci.
Usaha ini lebih banyak berhasil lewat hubungan perorangan seperti
anjangsana dan anjangkarya. Agar dapat menjangkau lebih banyak
orang maka metode pendekatan penyuluhan yang tepat biasanya lewat
kursus tani.
3. Tahap menilai, dimana seseorang petani biasanya menilai keterangan
yang telah diperoleh dan menghubungkannya dengan keadaannya
sendiri. Jadi keadaan teknis, ekonomis, dan sosiologis menjadi
pertimbangan. Metode pendekatan kelompok pada tahap ini lebih tepat
dengan demonstrasi, latihan-latihan, dan lain-lain.
4. Tahap mencoba, dimana seseorang mulai menerapkan pesan-pesan
yang diterimanya dalam lusa kecil. Petani biasanya membutuhkan data
teknis yang dapat meyakinkannya. Adanya kesempatan untuk mencoba
atau demonstrasi di lahannya sendiri dengan mendapat bimbingan dari
penyuluh. Metode yang cocok untuk pendekatan penyuluhan ialah
mengadakan kunjungan ke orang atau petani yang telah berhasil.
5. Tahap adopsi atau penerapan, dimana seseorang sudah yakin akan hal
baru dan mulai melakukan dalam skala usaha yang luas. Bahkan ia bisa
menjadi pelopor tokoh tani. Pendekatan yang palin efektif adalah
kunjungan ke rumah atau lahan.
Dari uraian di atas maka bentuk-bentuk komunikasi dalam penyuluhan
a. Komunikasi Langsung (Direct communication)
Komunikasi langsung atau secara tatap muka (face to face
communication) dalam penyuluhan pertanian digolongkan sebagai
metode penyuluhan langsung. Artinya para penyuluh berhadapan muka
dengan petani. Miaslnya, pertemuan umum, pertemuan khusus,
demonstrasi, anjangsana, anjangkarya, dan lain-lain.
Komunikasi tatap muka ini meliputi komunikasi antar personal dan
komunikasi antar kelompok. Komunikasi antar personal dalam
penyuluhan pertanian dilakukan dengan metode anjangsana,
anjangkarya, dan kontak tani. Sedangkan komunikasi kelompok
dilakukan dengan metode demonstrasi, ceramah, dan diskusi.
b. Komunikasi Tak Langsung (Indirect communication)
Komunikasi tak langsung sering pula dinamakan komunikasi bermedia
(mediated communication) karena prosesnya komunikator
menggunakan media untuk menyampaikan pesan-pesannya kepada
komunikasi. Dalam penyuluhan pertanian, komunikasi bermedia
digolongkan sebagai metode tak langsung. Penyampaian pesan
dilakukan oleh penyuluh dengan menggunakan media.
Komunikasi bermedia diklasifikasikan menjadi komunikasi massa
(mass communication) dan komunikasi non massa ( non mass
communication). Komunikasi media massa dalam penyuluhan pertanian
pemutaran film. Sementara komunikasi non media dilakukan dengan
metode surat menyurat, pengedaran bahan tertulis, dan lain-lain.
Khusus penerapan metode persuasi dalam penyuluhan pertanian, bentuk
komunikasi atau metode penyuluhan yang umum dipakai dalam upaya
pembentukan sikap dan perubahan perilaku adalah bentuk komunikasi
langsung atau metode penyuluhan langsung. Sedangkan metode penyuluhan
tak langsung dianggap tidak efektif dalam pembentukan sikap dan
perubahan perilaku khlayak. Mengingat kemampuan media massa hanya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Konseptual
Untuk memudahkan pemahaman konsep yang digunakan dalam tahap-tahap
penelitian ini maka dikemukakan beberapa batasan yang disebut definisi
konseptual
3.1.1. Penerapan
Penerapan berasal dari kata “terap” yang berarti kena. Kemudian kata
“terap” ini sebagai kata diberi imbuhan “pen” dan “an” sehingga menjadi
kata kerja “penerapan” yang berarti mengenakan. Makna kata penerapan
akan lebih jelas jika dikenakan pada suatu obyek tertentu, misalnya
penerapan metode persuasi yang berarti mengenakan atau memberlakukan
metode persuasi.
3.1.2. Metode persuasi
Metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan. Metode atau
cara tidak bisa dilepaskan dari kegiatan. Sedangkan persuasi berarti suatu
teknik membujuk mempengaruhi manusia yang dalam penelitian ini adalah
3.1.3. Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari
komunikator (penyuluh) kepada komunikan (petani) melalui suatu media
tertentu
3.1.4. Penyuluhan Pertanian
Pengertian penyuluhan pertanian didasarkan pada unsur dua unsur
pokok, sebagai berikut:
a. Penyuluhan; berasal dari kata “suluh” yang artinya obor, api untuk
menerangi. Kemudian kata “suluh” diberi imbuhan “pen” dan “an”
sehingga menjadi kata kerja “penyuluhan” yang artinya penerangan.
Jadi dalam rangka proses komunikasi maka penyuluhan dapat dikatakan
sebagai komunikasi yang dilakukan untuk kegiatan penerangan,
menyampaikan dan menjelaskan gagasan kepada orang lain/khalayak
dengan harapan mereka bisa memahami informasi, besikap menyetujui
atau mendukung gagasan tersebut, bahkan melaksanakan dan
berperilaku sesuai dengan gagasan dan pesan yang disampaikan oleh
petugas penyuluh
b Pertanian ; dibedakan dalam dua arti, yakni pertanian dalam arti kata
luas dan pertanian dalam arti kata sempit. Pertanian dalam arti kata luas
meliputi semua kegiatan usaha dalam reproduksi fauna dan flora, yang
arti kata sempit pertanian khusus ditujukan terhadap pertanian rakyat.
Pertanian rakyat dengan pelakunya adalah petani dipahami sebagai
usaha tani yang dilakukan oleh petani dengan mengatur dan
menggiaatkan pertumbuhan tanaman dan hewan melaui produksi yang
khas. Petani sebagai pelaku usaha tani dapat digolongkan menjadi dua
golongan, sebagai berikut:
- Petani pemilik, yaitu yaitu petani yang memiliki lahan sendiri. Ada
petani pemilik yang menggarap lahan nya sendiriuntuk menggarap
lahan tersebut
- Petani penggarap, yaitu yang memiliki lahan sendiri tetapi
menggarap lahan milik orang lain yang biasanya ditempuh dengan jalan
bagi hasil atau semacamnya.
Jadi penyuluhan pertanian dimaksudkan sebagai kegiatan yang
berfungsi dalam membantumasyarakat tani untuk memecahakan
persoalan mereka melalui penerapan teknologi dan pengetahuan ilmiah
yang secara umum dapat meningkatkan produksi mereka. Unsure utama
dalam proses penyuluhan pertanian ini adalah petugas penyuluh
pertanian lapangan (PPL) sebagai sumber dan petani sebagai penerima
pesan-pesan pertanian.
c. Penggunaan
sehingga menjadi kata kerja “penggunaan” yang berarti pemanfaatan,
pemakaian, atau mempratekkan.
d. Bibit Padi Unggul
Bibit padi unggul adalah bibit padi yang memiliki
keunggulan-keunggulan sifat, antara lain:
1) Produktifitasnya tinggi
2) Umur tanaman lebih pendek, dalam arti cepat dipanen
3) Tahan terhadap penyakit/hama
4) Tahan kekeringan
5) Tahan genangan air
6) Tahan kerontokan
7) Tahan kerebahan
8) Rasa nasinya enak
9) Harga lebih mahal
Bibit padi unggul ini terdiri dua macam asal, yaitu padi unggul
lokal padi unggul modern. Padi unggul lokal adalah padi asli di suatu
daerah yang memenuhi kriteria padi unggul yang tumbuh dan
berkembangnya sesuai dengan kondisi lingkungan daerah asalnya,
seperti musim, iklim, dan keadaan lahan. Padi unggul lokal ini dapat
tumbuh pada daerah lain yang kondisi lingkungannya sama atau mirip
dengan daerah asalnya. Bibit padi unggul lokal terdiri dari beberapa
Sementara pada bibit unggul modern merupakan bibit padi unggul
hasil perkawinan silang (hibridisasi) antara variatas lokal diindonesia
dengan varietas dari Negara lain. Misalnya ; IR 64.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
tipe penelitian deskriptif. Metode ini dipakai untuk menjelaskan usaha-usaha
penerapan metode persuasi dalam komunikasi penyuluhan pertanian terhadap
penggunaan bibit padi unggul di desa wedoroklurak kecamatan candi kabupaten
sidoarjo. Kegiatan penelitian ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
3.2.1. Penelitian Lapangan
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengamati pelaksaan
penyuluha pertanian yang dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL)
di desa wedoroklurak kecamatan candi kabupaten sidoarjo. Inti kegiatan yang
dilakukan adalah menentukan informan,yaitu orang yang dianggap
berkompeten dan dapat mewakili untuk memberikan informasi yang
berkaitan dengan permasalahan.
3.2.2. Studi Kepustakaan
Kegiatan yang dilakukan dalam studi kepustakaan ini adalah
majalah, karya tulis ilmiah serta bentuk-bentuk tulisan yang berkaitan erat
dan mununjang kegiatan penelitian.
3.3. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan maka digunakan teknik
pengumpulan data, sebagai berikut:
3.3.1) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan wawancara
langsung dengan orang-orang yang dianggap layak untuk memberikan
informasi yang berkaitan dengan penelitian.
3.3.2) Observasi, yaitu kegiatan pengumpulan data dengan mengamati dan
melihat langsung beberapa kegiatan penyuluhan terutama program rencana
kerja menyangkut penyuluhan bibit padi unggul oleh penyuluh penelitian
lapangan (PPL)
3.4. Key Informan
Adapun yang menjadi key informan dalam penelitian ini adalah petugas
penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan pihak terkait dengan kegiatan
penyuluhan, seperti tokoh-tokoh tani yang sering terlibat membantu petugas
(PPL) di lapangan. Key informan adalah orang yang dianggap mampu
memberikan informasi tentang bagaimana metode persuasi dilakukan.
Orang-orang yang dianggap sebagai “key informan” adalah:
1) Penyuluh Pertanian Lapangan desa Wedoroklurak kecamatan Candi
kabupaten Sidoarjo Nama SITI KARYATI umur 57 tahun, alamat Sidodadi
2) Tiga orang petani yaitu SLAMET SUPARDI umur 59 tahun alamat
Kedungrejo RT 02 RW 01, KASENAN umur 48 tahun alamat Kedungmulyo
RT 09 RW 01 dan MOCH. SHOLEH umur 46 tahun alamat Kedungmulyo
RT 08 RW 02 Desa Wedoroklurak.
3.5. Teknik Analisa Data
Dalam pengelolaan data dipergunakan metode kualitatif dengan teknik
analisa data adalah analisa deskriptif. Dari hasil analisa data tersebut akan ditarik
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian.
3.6. Intrumen Penelitian
Intrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara ini dijadikan
peedoman dalam melakukan indeph interview dengan informan sekaligus
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Desa Wedor oklurak
4.1.1. Geografis
Desa Wedoroklurak merupakan salah satu dari 24 (Dua Puluh Empat)
Desa yang berada di wilayah Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Posisi
wilayah Desa ini membujur dari Timur ke Barat. Jarak dari Kecamatan
Candi sekitar 2,5 km dan jarak dari Kabupaten Sidoarjo sekitar 6 km.
Batas-batas wilayah Desa Wedoroklurak dapat digambarkan sebagai berikut :
- Sebelah Selatan : Desa Klurak
- Sebelah Barat : Desa Bligo
- Sebelah Utara : Kelurahan Gebang
- Sebelah Timur : Desa Kalipecabean
Wilayah Desa Wedoroklurak terdiri dari 4 Dusun. Masing-masing
Dusun tersebut adalah Dusun Kedungrejo, Dusun Kedungmulyo, Dusun
Griya Permata Hijau dan Dusun Sentra Alam. Masing-masing Dusun terdiri
dari lingkungan RT dan RW.
Kemudian dari topografi wilayah Desa Wedoroklurak yang terdiri dari
dataran rendah yang penggunaannya juga bervariasi. Tanah pada umumnya
dipergunakan sebagai lahan pertanian. Untuk lahan persawahan luasnya
lain seluas 75,308 ha. Gambaran rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.1. Penggunaan Tanah di Wilayah Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo, 2012.
Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012
4.1.2. Mata Pencaharian
Penduduk Desa Wedoroklurak pada umumnya bermata pencaharian
sebagai petani. Dari data yang diperoleh bahwa dari 4592 jiwa penduduk
Desa ini 459 (10%) tergolong petani. Sedangkan yang menjadi Pegawai
Negeri Sipil/ABRI sekitar 69 orang. Penduduk yang tergolong
pengusaha/pedagang sekitar 165 orang, dan yang tergolong sebagai buruh
(bangunan,perkebunan,industri dan lain-lain) sebanyak 352 orang.
Kemudian yang tergolong pada pekerjaan lainnya, seperti tukang, dukun,
Tabel 4.2. Distribusi Desa Wedoroklurak menurut pekerjaan, 2012.
Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012
Hasil utama daerah ini adalah dari produksi hasil pertanian, yakni beras.
Sedangkan produksi pertanian lainnya adalah kacang tanah, kacang kedelai
dan kacang ijo. Sedangkan penghasilan sampingan penduduk yang nampak
adalah dari peternakan bebek.
4.1.3. Pendidikan
Secara umum keadaan pendidikan masyarakat Desa Wedoroklurak
adalah tamatan SMA. Sarana pendidikan telah dimiliki di Desa ini. Dari
data yang diperoleh tercatat 2 gedung SD, 2 Gedung TK dan 2 Gedung
PAUD.
Sementara itu keadaan status pendidikan penduduk Desa Wedoroklurak
berdasarkan data yang diperoleh tercatat masih ada 7 orang tergolong buta
SLTA. Sedangkan yang tergolong keluaran akademi sebanyak 145 orang
dan keluaran perguruan tinggi sebanyak 524 orang. Distribusi penduduk
menurut status pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Status Pendidikan, 2012
No. Jenis Pendidikan Frekuensi
1.
Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012
4.1.4. Sosial Budaya
Sebagaimana halnya daerah lain maka masyarakat Desa Wedoroklurak
juga memiliki adat istiadat/tradisi yang masih dipegang teguh sampai
sekarang ini, dalam persiapan menanam bibit, misalnya ada istilah “banjari”
(memilih/mempersiapkan bibit padi) yang dilakukan dengan cermat agar
hasilnya baik. Demikia juga pada saat sebelum dipanen pada umumnya
dilakukan acara selamatan dilahan sawahnya yang disebut dengan istilah
“wiwit”. Bahkan masih ada kebiasaan lain berupa acara perkawinan,
4.1.5. Agama
Masyarakat Desa Wedoroklurak mayoritas menganut agama Islam
dimana dari 4.592 jiwa penduduknya 3.952 (86%) jiwa diantaranya
tergolong menganut agama Islam. Sementara yang lainnya tergolong
penganut agama yang lain. Distribusi penduduk menurut agama dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Desa Wedoroklurak Menurut Agama, 2012
No. Jenis Agama Frekuensi %
Sumber : Kantor Desa Wedoroklurak 2012
Sebagai usaha penunjang kegiatan peribadatan bagi pemeluk agama di
Desa ini, terdapat 2 buah Masjid dan 9 musholah. Untuk sarana peribatan
bagi mereka yang beragama di luar Islam, mereka melakukan ibadah di
tempat ibadah di tempat lain di luar Desa Wedoroklurak karena Desa
Wedoroklurak belum mempunyai sarana tempat Ibadah bagi masyarakat
Sementara gambaran mengenai kehidupan beragama di Desa
Wedoroklurak ini tercermin pada pemeluk agama yang hidup rukun.
Penganut agama Islam sebagai pemeluk mayoritas dapat hidup rukun di
antara sesama mereka. Demikian juga dengan toleransi mereka terhadap
pemeluk agama lain juga tercipta kerukunan.
4.1.6. Sar ana Komunikasi
Yang dimaksud dengan sarana komunikasi disini, yaitu wadah
pesan/informasi yang dapat mendukung atau memungkinkan bagi
masyarakat untuk memperoleh informasi. Khusus mengenai media massa
yang ada di Desa ini sperti halnya radio, televisi, surat kabar dan internet
pada umumnya sudah dapat menjangkau semua wilayah Desa. Data yang
diperoleh untuk pemilikan media massa, media yang paling menonjol
adalah pesawat televisi sebanyak 1205 buah. Untuk pemilikan media cetak,
seperti surat kabar data yang akurat belum diperoleh oleh pihak pendata,
baik dari pihak Desa maupun pihak kecamatan. Tetapi pelanggan surat
kabar pada umumnya dapat digambarkan bahwa penduduk yang berada di
wilayah perumahan banyak yang berlangganan surat kabar.
4.1.7. Sar ana Transportasi
Mengenai mobilitas transportasi dalam wilayah Desa Wedoroklurak
sangat terkait dengan peningkatan panghasilan masyarakat, tinkat
perkembangan wilayah dan hubungan antara wilayah Desa yang ada.
bermotor, baik yang beroda dua maupun beroda empat. Hal ini ditunjang
oleh kondisi jalan yang sudah cukup memadai.
4.2. Keadaan Umum Per sawahan Desa Wedoroklur ak
4.2.1. Pemanfaatan Lahan
Berdasarkan gambaran umum wilayah Desa Wedoroklurak, khususnya
dalam hal ini penggunaan tanah diketahui bahwa sekitar 75,575 ha lahan
tanah diketahui untuk areal pertanian. Khusus untuk lahan persawahan
didapatkan data bahwa sekitar 75,5 ha areal dipergunakan untuk lahan
tersebut.
4.2.2 Pr oduksi Padi
Menurut data yang diperoleh pada bagian penyuluhan pertanian kantor
Kecamatan Candi tahun 2012 menggambarkan bahwa produksi padi kadang
bervariasi untuk tiap tahunnya, dalam artian bahwa produksi padi desa ini
tidak tetap untuk tiap tahunnya. Dalam jangka waktu lima tahunan, terlihat
bahwa produksi padi tidak mengalami kenaikan dari standar semula.
Untuk mengetahui produksi padi Desa Wedoroklurak dalam jangka
Tabel 4.5. Jumlah Produksi Padi Dalam Lima Tahun Terakhir di Desa
Sumber : Dinas Pertanian Kecamatan Candi
4.3. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil interview dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan
Petani serta pengamatan terhadap keadaan penyuluhan di Desa Wedoroklurak,
maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
4.3.1. Kegiatan Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian
Kegiatan komunikasi dalam penyuluhan pertanian di Desa
Wedoroklurak yang dilaksanakan oleh Petugas Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) di Desa Wedoroklurak, berlangsung berdasarkan pada :
penetapan keadaan, penetapan masalah, penetapan tujuan, penetapan cara
4.3.2. Bentuk bentuk Metode Dalam Penyuluhan Pertanian
Selama perjalanan musim tanam I dan musim tanam II tahun 2012,
pelaksanaan penyuluhan pertanian menyangkut penggunaan bibit padi
unggul hampir menerapkan semua metode penyuluhan yang lazim
digunakan. Metode penyuluhan yang digunakan utamanya mengacu pada
bentuk komunikasi langsung, baik komunikasi antar personal maupun
komunikasi kelompok.
Dari delapan metode yang digunakan tercatat bahwa petugas penyuluh
pertanian seperti dalam tabel 4.6, utamanya PPL mengadakan pertemuan
dengan petani dan kelompok tani untuk dua musim tanam dalam tahun 2012
sebanyak 136 kali pertemuan. Pertemuan yang paling banyak dilakukan
petugas penyuluh atau PPL adalah metode diskusi atau dialog sebanyak 36
kali pertemuan dari seluruh pertemuan. Berikutnya pertemuan lewat
anjangsana atau kunjungan rumah tercatat sebanyak 32 kali pertemuan dari
seluruh pertemuan. Sementara metode penyuluhan dengan anjangkarya atau
kunjungan lahan menduduki prosentase ketiga, yaitu sebanyak 22 kali
pertemuan dari seluruh pertemuan. Untuk penyuluhan lewat metode kontak
tani tercatat 15 kali pertemuan. sementara pertemuan lewat metode lainnya,
seperti pertemuan umum, demonstrasi, pelatihan dan ceramah keseluruhan
tercatat 31 kali pertemuan. Perincian tentang metode penyuluhan pertanian
Tabel 4.6. Frekuensi Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo 2012.
No Metode Penyuluhan
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
4.3.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Penyuluhan
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan serta data
lapangan yang dapat mrnunjang pengumpul data, maka faktor-faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian dapat
dikategorikan, sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1. Waktu dan tempat pelaksanaan yang cocok atau sesuai menurut
jenis metode penyuluhan yang akan dilaksanakan. Rata-rata
kesepakatan penetapan waktu pelaksanaan masing-masing metode
penyuluhan untuk diterapkan pada WKPP masing-masing.
Untuk lebih jelasnya tentang waktu pelaksanaan penyuluhan
pertanian menurut metode penyuluhan, gambarannya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7. Penggunan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul Menurut Musim Tanam dan Tempat Pelaksanaannya di Desa
Sumber : Data primer setelah diolah, 2012
b. Faktor Penghambat
Menurut data yang didapatkan bahwa yang dimaksud sebagai
penghambat dalam pelaksanaan metode penyuluhan pertanian dalam
hal penggunaan bibit padi unggul adalah hal-hal yang tidak mendukung
pelaksanaan penyuluhan. Meskipun keberadaan faktor tersebut pada
dasarnya sangat dibutuhkan dalam penyuluhan pertanian tetapi secara
factual dilapangan tidak memenuhi tuntutan pelaksanaan penyuluhan
Menurut keterangan yang didapatkan dari informan bahwa faktor
penghambat proses pelaksanaan masing-masing metode penyuluhan
terbagi atas hambatan dari segi teknis dan hambatan dari segi non
teknis.
1. Faktor penghambat dari segi teknis lebih banyak terkait dengan hal
pendanaan dan mengumpulkan masyarakat tani dalam hal ini petani
sawah.
2. Faktor penghambat dari segi non teknis
Kegiatan lebih banyak terkait kemampuan individual-individual
peserta penyuluhan, seperti tingkat pendidikan dan kurangnya
kerjasama tani yang ada dalam suatu WKPP. Untuk lebih jelasnya
tentang faktor penghambat pelaksanaan metode penyuluhan di
Tabel 4.8. Penggunaan Metode Penyuluhan Pertanian Tentang Bibit Padi Unggul Menurut Faktor Penghambat dan Tindakan Antisipatif di Desa Wedoroklurak, 2012.
No. Metode Penyuluhan Faktor Penghambat Tindakan Antisipatif
1.
antara kelompok pada
suatu WKPP
4.3.4. Pelaksanaan Penyuluhan Untuk Penggunaan Bibit Padi Unggul
Menur ut J enis Metode Penyuluhan
Secara umum data yang diperoleh dari keseluruhan petugas
penyuluh/PPL secara kolektif dari masing-masing WKPP menujukkan
adanya konsep target yang ditetapkan sebelumnya untuk pelaksanaan
masing-masing jenis metode. Dengan demikian tujuan berdasarkan target
dapat membantu penyuluh dalam melangsungkan pelaksanaan metode
penyuluhan.
Untuk melihat target-target menurut jenis metode penyuluhan yang
dilaksanakan petugas penyuluh/PPL pada WKPP masing-masing, secara
kolektif dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Metode pertemuan umum, pelaksanaannya ditargetkan agar setiap
petani atau kelompok tani dapat menggunakan bibit padi unggul yang
disesuaikan luas areal, waktu tanaman, dan pengairan.
b. Metode demonstrasi, ditargetkan untuk meningkatkan pendapatan
petani, mencapai hasil yang setinggi-tingginya dan memperlihatkan
praktek yang menguntungkan jika petani menggunakan bibit padi
unggul.
c. Metode ceramah, pelaksanaannya ditargetkan agar petani dapat
mengubah pola pikirnya dan agar petani lebih mudah mengalami
d. Metode diskusi/dialog, ditargetkan untuk mengubah pola pikirnya,
meningkatkan pendapatan tani, dan mudah memecahkan
maslah-masalah yang dihadapi petani/kelompok tani.
e. Metode pelatihan, ditargetkan agar petani dapat mengerti tentang
penggunaan bibit padi unggul, agar dapat menggunakan bibit padi
unggul yang berlebel biru, dan agar petani dapat meyakini tentang
kebaikan bibit padi unggul dalam rangka meningkatkan produksi.
f. Anjangsana, pelaksanaannya ditargetkan agar petani dapat lebih
mengerti tentang penggunaan bibit padi unggul, agar petani mau
menggunakan bibit padi unggul yang dianjurkan dan agar petani dapat
menggunakan bibit padi unggul berlebel biru.
g. Anjangkarya, ditargetkan untuk mengajak petani agar menerapkan
teknologi tentang bercocok tanam padi unggul.
h. Kontak tani, pelaksanaannya ditargetkan agar petani/anggota kelompok
ini dekat dengan ketua kelompok tani/kontak tani, agar kontak tani
menjadi contoh tentang keberhasilannya dalam menggunakan bibit padi
unggul kepada anggota kelompoknya atau petani sawah pada
umumnya.
4.3.5. Penerimaan Bibit Padi Unggul oleh Petani
Berdasarkan data pada musim tanam I dan musaim tanam II tahun
2012, jenis padi unggul yang dianjurkan dalam pelaksanaan penyuluhan
a. Anjuran andalan I terdiri atas bibit dari jenis IR64 jenis anjuran andalan
I ini diprioritaskan ditanam pada musim tanam I.
b. Anjuran andalan II terdiri atas dari jenis Ciherang jenis anjuran andalan
II ini diprioritaskan ditanam pada musim tanam II.
Pembagian prioritas andalan tersebut didasarkan pada kriteria kualitas
masing-masing jenis padi yang disesuaikan dengan kondisi musim tanam
dan keadaan lahan sawah. Untuk jenis bibit andalan I, misalnya berdasarkan
kualitas yang dimiliki seperti tahan terhadap bakteri busuk daun yang
banyak pada musim hujan, kerontokan dan kerebahan lebih tanah maka
jenis bibit andalan II yang kualitasnya lebih tahan terhadap
kemarau/kekeringan, lebih tahan terhadap hama, seperti wereng yang lebih
banyak hidup pada keadaan kering maka jenis padi ini lebih dianjurkan
ditanam pada musim tanam II dimana curah hujan tergolong rendah.
Dengan melihat gambaran tentang kualitas bibit padi unggul menurut
jenisnya masing-masing tentu sudah dapat memberi kejelasan mengenai
kesesuaiannya dengan kondisi musim tanam dengan prioritas anjuran yang
ditetapkan oleh petugas penyuluh.
4.3.6. J enis Anjuran Yang Dilakukan Penyuluh dan Faktor Motivasi
Petani dalam Menggunakan Bibit Padi
Kategori data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan penyuluh
petani dalam menggunakan atau menanam padi, dibagi atas beberapa
spesifikasi sebagai berikut :
a. Tradisi, kebiasaan, dan keyakinan petani dalam menanam padi.
Dalam hubungannya dengan tradisi, kebiasaan, keyakinan petani
yang didapatkan penyuluh dalam kaitannya dengan penggunaan bibit
padi unggul, rata-rata PPL menyampaikan materi pesan dengan jalan,
sebagai berikut
1. Mengadakan percontohan, baik demonstrasi cara maupun
demonstrasi hasil
2. Petani diundang untuk menyaksikan seluruh perlakuan dari
demonstraso plot
3. Membuat petak percontohan
b. Perubahan Perilaku Petani
Upaya untuk mengubah perilaku petani dari kebiasaan
menggunakan padi lokal/biasa, rata-rata penyuluh menyampaikan pesan
dengan jalan, sebagai berikut :
1. Menganjurkan kepada petani agar menanami lahannya sebagian
dari bibit padi unggul dan sebagian dari bibit padi biasa.
2. Mengharapkan petani menggunakan bibit padi kriterianya hampir
3. Mengharapkan agar petani menggunakan bibit padi unggul lokal.
4. Menganjurkan agar petani menggunakan varietas dari bibit padi
lokal yang cocok dengan kondisi lahan.
c. Keuntungan Bagi Petani
Faktor motivasi bagi petani untuk menggunakan bibit padi unggul
agar dapat memberi keuntungan hasil, rata-rata dihadapi oleh penyuluh
dengan penyampaian materi pesan, sebagai berikut :
1. Menganjurkan menggunakan bibit berlebel biru (kualitas bagus).
2. Melakukan pergiliran varietas.
3. Meyakinkan petani bahwa bibit padi unggul dapat dinaikkan
produksi.
4. Diterangkan sejelasnya tentang kebaikan hasil proses produksi.
5. Dianjurkan agar petani pertama-tama mencoba dahulu sampai
dilihat hasilnya.
d. Kebutuhan Petani
Harapan petani agar bibt padi unggul dapat memenuhi hasil
produksi sesuai yang dikehendaki, pada umumnya dihadapi penyuluh
dengan cara penyampaian materi, sebagai berikut :
2. Mengajak melihat atau menunjukkan petani yang sudah berhasil
dalam menggunakan bibit padi unggul.
3. Menunjukkan contoh hasil, nasi dari beras produksi bibit padi
unggul.
e. Keakraban antara Penyuluh dengan Petani
Untuk menjalin keakraban dengan petani maka rata-rata petugas
penyuluh menempuh cara-cara, sebagai berikut :
1. Lebih banyak mengunjungi petani di lahan.
2. Mengadakan pendekatan formal.
3. Mengadakan pertemuan-pertemuan pada tempat-tempat lain selain
tempat yang biasa dilakukan penyuluhan.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh dari
wawancara dengan informan dalam hal ini petugas PPL serta pengamatan
lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian, selanjutnya dilakukan analisis
pembahasan mengenai data tersebut. Secara umum pembahasan mencakup analisa
penggunaan metode komunikasi dan penyuluhan pertanian dan analisa penerapan
metode persuasi dalam penyuluhan pertanian terhadap penggunaan bibit padi