• Tidak ada hasil yang ditemukan

D 1.3 Vial Thiamin (Vit. B1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "D 1.3 Vial Thiamin (Vit. B1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL

INJEKSI VITAMIN B1 DALAM VIAL

Disusun oleh: Kelompok D1-3

 Imelda Dian Alvita 2014210113

 Jatmiko Andrawino 2014210124

 Kevin Christopher 2014210128

 Lintang Pambuko WP 2014210135

 Mar’atus Solikhah 2014210140

 Muthi’ah Hafidza 2014210152

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA

2017

(2)

Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya ini termasuk sediaan parenteral, mata, dan irigasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik di antara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah fisik, kimia, atau mikrobiologis (Lachman, 1986 hal. 1292).

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi biasanya diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda (Farmakope Indonesia edisi IV, hal. 9).

Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangkan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi (R. Voight, hal. 464).

(3)

digantikan oleh senyawa lain. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh.

Tiamin atau vitamin B1 sangat penting untuk beberapa fungsi tubuh. Tiamin adalah koenzim untuk dekarboksilasi piruvat dan oksidasi asam alfa keto-glutamat. Tiamin sangat penting bagi tubuh untuk dapat menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi serta untuk metabolisme asam amino. Defisiensi tiamin (vit. B1) mengakibatkan penyakit beri-beri dan Wernicke’s encephalopathy syndrome. Gejala klinis defisiensi tiamin tampak setelah 2-3 minggu kekurangan asupan tiamin (Drug Information 88 hal. 2103).

II. DATA PRE FORMULASI

1. Zat Aktif dan Bahan Pembantu a. Zat Aktif :

Vitamin B1

Nama Zat aktif Vitamin B1 (Tiamin) Rumus Molekul C12H17CIN4OS.HCl

Bobot Molekul 337,27

Rumus Struktur

Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar

larut dalam etanol.

Khasiat Untuk mencegah dan mengobati penyakit defisiensi tiamin seperti beriberi, Wernicke’s encephalopathy syndrome, dan neuritis peripheral yang berhubungan dengan pellagra.

Dosis 3 kali sehari 5-100 mg ( Drug Information 88 AHFS, hal 2103).

OTT Larutan alkali dan netral.

Stabilitas Dengan adanya cahaya akan terurai

Sterilisasi Filtrasi

pH sediaan 2,5 – 4,5

Literatur Drug Information 88 AHFS hal 2103

(4)

b. Data Eksipien kekuningan, memiliki bau dan rasa khas.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter, sangat mudah larut dalam aseton, etanol (95 %), methanol, propanol dan air.

Penggunaan Pengawet, anti mikroba

Konsentrasi 0,01%

pH 5,0 – 8,0

OTT Dengan aluminium, surfaktan anionic, sitrat, flouresen, hydrogen peroksida, hidroksi propil metil selulosa, iodida, kaolin, lanolin, nitrat, surfaktan nonionik dengan konsentrasi tinggi, permanganat, protein, salisilat, sulfonamida, tartrat.

Stabilitas Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan tidak stabil terhadap cahaya, udara dan logam.

Sterilisasi Autoklaf

Literature Handbook of Pharmaceutical Excipient Ed VI hal 56

Aqua pro injection

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau Kegunaan Air untuk injeksi

Stabilitas Mudah terurai jika berhubungan dengan zat organik yang dapat teroksidasi, dengan logam tertentu dengan senyawanya atau dengan alkali Literature Farmakope Indonesia V hal 57

c. Teknologi Sediaan Farmasi 1. Sediaan Injeksi Vial

(5)

Injeksi merupakan terapi parenteral. Terapi parenteral memiliki beberapa keuntungan penting dibandingkan enteral. Sejak pemilihan tempat pemakaiannya, dapat ditetapkan saat muncul dan lamanya efek. Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat dan bila penderita tidak bisa dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif terhadap pemberian dengan cara lain.Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. (Farmakope Indonesia III hal. 13)

Persyaratan bagi larutan injeksi :

- Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya.

- Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antar aksi antar bahan obat dan material dinding wadah.

- Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk itu beberapa faktor yang paling menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, isotonis, isotonis, isohidris, bebas bahan melayang.

- Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 mL harus bebas pirogen.

Wadah yang digunakan untuk produk injeksi, salah satunya adalah vial. Vial adalah wadah gelas yang umumnya digunakan untuk dosis ganda, dengan kapasitas 5 ml, 10 ml, dan seterusnya. Pelarut yang digunakan aqua, non aqua (minyak/non minyak). Perlu pemberian pengawet, sehingga isi dapat diambil sebagian dan sisa masih steril, serta dapat dikalibrasi. Vial disterilisasikan di dalam oven, pada suhu 150ºC selama 1 jam, sedangkan untuk tutup vial karet dalam autoklaf, pada suhu 115ºC - 116ºC selama 30 menit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk injeksi dalam wadah vial (takaran ganda): 1. Perlu pengawet karena digunakan lebih dari satu kali sehingga dapat

mencegah terjadinya kontaminasi dari mikroorganisme

2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus isotonis (0,6-0,2%). (FI IV hal. 13)

3. Perlu dapar sesuai pH stabilitas zat aktifnya.

1.Formula Dasar Vial

Formula dasar untuk vial (sediaan parenteral volume kecil) yaitu: - Pembawa yang sesuai (air, non air, kosolven)

- Bahan tambahan (pengawet, antioksidan, dapar, agen pengkhelat, dan pengatur tonisitas)

(6)

lewat intravena. Larutan air atau minyak atau suspensi bahan obat dapat diberikan leawat intramuskular. Kecepatan absorpsi sangat berbeda-beda tergantung pada jenis sediaan yang diperlukan. Biasanya obat suntik dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorbsi daripada dalam bentuk suspensi dan obat dalam sediaan air lebih cepat diabsorbsi daripada sediaan minyak. Jenis sediaan yang digunakan berdasarkan pada sifat-sifat obat itu sendri dan pada efek terapi yang diharapkan. Suntikan intramuskular dilakukan dengan memasukkan ke dalam otot rangka. Lokasi yang biasanya digunakan adalah otot deltoid/ segitiga pada lengan atas, dimana disuntikan sebanyak 2 ml sediaan obat. Volume lebih besar maksimal 5 ml, dapat diinjeksikan kedalam otot gluteal medial dari setiap penonjolan, absorbsi melalui rute muskular lebih cepat daripada subkutan, dapat ditunda atau diperlama dengan cara pemberian obat dalam bentuk suspense steril, baik dalam pembawa air maupun minyak.

Keuntungan sediaan parenteral: (sediaaan farmasi steril Goeswin Agoes hal 12) 1. Terapi parenteral diperlukan untuk obat yang tidak efektif idak secara oral atau akan rusak oleh sekresi saluran cerna seperti insulin, hormon lain dan antibiotika.

2. Pengobatan untuk pasien yang tidak koperatif atau tidak sadar harus diberikan melalui injeksi.

3. Permberian obat secara parental dapat pula memberikan efek local jika diperlukan.

Kerugian sediaan parental: (sediaaan farmasi steril Goeswin Agoes hal 13) 1. Sediaan diberikan oleh tenaga ahli

2. Membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan pemberian obat menurut rute lain

3. Begitu obat diberikan secara parental sulit untuk membalikan atau mengurangi efeak fisiologisnya

Syarat-syarat sediaan parental: (sediaan farmasi steril Goeswin Agoes hal 15) 1. Aman secara toksikologi.

2. Steril, bebas dari kontaminasi mikroorganisme, baik bentuk vegetative, patogen, spora dan non patogen

3. Bebas dari kontaminasi pirogen. 4. Bebas dari partikel partikulat asing.

(7)

mikrobiologi.

c. Latar Belakang Penetapan Formula

Tiamin (vitamin B1) merupakan kompleks molekul organik yang mengandung satu inti tiazol dan pirimidin. Dalam badan zat ini akan diubah menjadi tiamin pirofosfat (tiamin-PP), dengan reaksi sebagai berikut. (Farmakologi dan Terapi edisi 5, hal 772)

Tiamin HCl biasa diberikan secara oral. Saat pemberian oral tidak memungkinkan, terjadi malabsorpsi, pasien Wernicke’s encephalopathy syndrome, atau gagal jantung penderita beriberi, obat dapat diberikan secara intramuscular (IM) atau intravena (IV) (Drug Information 88, Hal 2103). Yang termasuk kedalam sediaan parenteral volume kecil adalah ampul 1ml, 2ml, 3ml, 5ml, dan 20ml serta vial 2ml, 5ml, 10ml, 15ml, 20ml, dan 30 ml. Sediaan ini dapat digunakan secara intramuskular, intravena, intradermal, subkutan, intraspinal, dan intratekal. Pada sediaan ampul Vit B1 digunkan rute IM dan IV. Pada rute IM lokasi yang biasa digunakan adalah otot deltoid (segitiga) pada lengan bagian atas, dimana disuntikkan sebanyak 2ml larutan obat. Volume lebih besar, maksimal 5ml, dapat disuntikkan ke dalam otot gluteal medial dari setiap penonjolan. Pada rute IV akan didapatkan efek yang lebih cepat (sediaan farmasi steril, goeswin agoes hal 11 dan 13).

Defisiensi berat menimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada sistem saraf dan kardiovaskular. Gangguan saraf dapat berupa neuritis perifer dengan gejala rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti hiperestesia, anesthesia, rasa nyeri, dan rasa terbakar (Farmakologi dan Terapi, edisi V, hal 772).

Air pro injeksi digunakan karena zat aktif larut air, penggunaan benzalkonium klorida sebagai antimikroba/pengawet karena sediaan yang akan dibuat merupakan obat dosis ganda sehingga dibutuhkan pengawet, selain itu Benzalkonium klorida dipilih karena tahan pemanasan, tidak berinteraksi dengan wadah vial, pada pH rendah aktivitas antimikrobanya meningkat (Handbook of Pharmaceutical Excipients sixth edition, hal. 56).

(8)

Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan efek farmakodinamik yang nyata. Pada pemberian IV secara cepat dapat terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer berupa vasodilatasi ringan , disertai penurunan tekanan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin berperan dalam metabolisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula darah. Pada manusia reaksi toksik setelah pemberian parenteral biasanya terjadi karena reaksi alergi.

Tiamin pirofosfat adalah bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat dalam darah merupakan salah satu tanda defisiensi tiamin.

b. Farmakokinetika

Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung cepat dan sempurna. Absorpsi per oral berlangsung dalam usus halus dan duodenum, maksimal 8-15 mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg.

Dalam satu hari sebanyak 1 mg tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika asupan jauh melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dikeluarkan melalui urin sebagai tiamin atau pirimidin.

c. Efek Samping

Tiamin tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral dan bila kelebihan tiamin cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang, reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar pada pasien yang sensitive, dan beberapa di antaranya bersifat fatal.

III. FORMULA

1. Formula Rujukan

(Martindale edisi 36, hal. 1976) Tiap mL mengandung :

Thiamine HCl 100 mg

Sodium Formaldehyde Sulfoxylate 1 mg

Chlorobutanol 3,5 mg

(9)

2. Rencana Formula (Berdasarkan Drug Information 88 AHFS Hal 2106)

Latar Belakang Penetapan Formula 1. Vitamin B1

Vitamin B1 merupakan salah komponen vitamin B kompleks yang dipasaran terdapat dalam bentuk Tiamin Hidroklorida. Vitamin B1 digunakan untuk pengobatan defisiensi vitamin B1 dengan konsentrasi 100 mg/ml.

2. Benzalkonium klorida

Penggunaan benzalkonium klorida dalam sediaan ini yang berfungsi sebagai pengawet dikarenakan sediaan ini diberikan dalam bentuk vial dosis ganda yang digunakan berulang kali, oleh karena itu penggunaaan benzalkonium klorida digunakan mencegah kontaminasi mikroorganisme. Alasan pemilihan benzalkonium yang lain karena pH benzalkonium 5-8 dan semakin kecil pH maka aktivitas antimikroba semakin tinggi, sehingga diharapkan dapat bekerja pada pH sediaan (range pH sediaan 2,5-4,5).

3. Formula Jadi

Tiap 10 mL mengandung :

Thiamin HCl 1000 mg

Benzalkonium klorida 0,01 %

Aqua pro injeksi ad 10 ml

IV. ALAT dan BAHAN

1. ALAT: 2.

BAHAN:

1. Beaker glass 1. Vitamin B12

2. Erlenmeyer 2. Benzalkonium Klorida

3. Corong glass 3. Aqua Pro Injection

(10)

8. Spatula 9. Pinset 10. Kaca arloji 11. Pipet tetes 12. Penjepit besi

V. PEMBUATAN

- Perhitungan

Rumus = {(n x v) + (10-30 % x v)} ml n = jumlah vial yang akan dibuat v = volume injeksi tiap vial (ml)

Volume total 5 vial = {(n x v) + (30 % x [n x v])} ml

= {(5 x 10,3 ml) + (30 % x 5 x 10,3)} ml = 66,95 ml

Total Vitamin B1 = 66,95 ml x 500 mg 10 ml

= 3,35 g Total Benzalkonium klorida

= 0,01 % x 66,95 ml = 0,006695 ml = 6,7 mg Pengenceran Benzalkonium klorida:

= 6,7 mg x 10 ml 10 mg

= 6,7 ml

 Benzalkonium klorida = 10 mg

 Lar. aqua p.i = ad 10 ml

 Vol yang diambil = 6,7 ml

- Data Penimbangan Teoritis :

(11)

Vitamin B1 3,35 g

Benzalkonium klorida 6,7 mL

Aqua p.i Ad 66,95 mL

- Cara Kerja

Prinsip: sterilisasi aseptis

1. Dicuci alat-alat yang akan digunakan

2. Dikalibrasi vial 10,3 ml dan beaker glass 100 ml

3. Disterilkan semua alat yang digunakan dengan cara yang sesuai dengan literatur.

4. Ditimbang bahan – bahan yang digunakan (Vit B1), benzalkonium klorida)

5. Dibuat aqua pro injeksi dengan cara air suling dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit, dinginkan.

6. Dibuat pengenceran benzalkonium klorida dengan cara:

 Ditimbang 10 mg benzalkonium klorida

 Dilarutkan dalam 10 ml aqua pro injeksi

7. Hasil pengenceran bezalkonium klorida disterilisasi dalam autoklaf 8. Semua bahan dibawa ke dalam ruang LAF

9. Dilarutkan vitamin B1 dengan menggunakan aqua pro injeksi. 10. Dicampur larutan vitamin B1 dengan pengenceran benzalkonium

klorida.

11. Dilakukan evaluasi IPC yaitu cek pH 2,5-4,5, uji kejernihan dan uji keseragaman volume

12. Di ad kan dengan aqua pi samapai tanda kalibrasi 13. Disaring larutan dengan menggunakan kertas saring

14. Dimasukkan kedalam vial tepat tanda 10,3 ml, tutup dengan karet penutup dan bungkus vial coklat dengan kap alumnium.

15. Dilakukan evaluasi Quality Control yaitu keseragaman volume dan kejernihan

16. Dikemas, beri etiket, masukkan dalam dus, lengkapi dengan brosur, kemudian diserahkan

- Sterilisasi

(12)

Mulai Akhir

2 Gelas ukur, Kertas saring Autoklaf 1210C selama 15 menit 4 Karet tutup botol vial, karet

tutup pipet tetes

Digodok dalam air suling 30

menit 5 Aqua steril pro injection Didihkan selama

30 menit

(FI V, hal 7)

VI. EVALUASI

a. In Proses Control :

- Uji Kejernihan (Lachman III hal 1355)

Produk dalam wadah di periksa dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang dari reflek mata, latar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan suatu aksi mutar.

Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dari tiap partikel yang terlihat dibuang dari infus volume besar, atas 50 partikel 10 mikroliter dan lebih besar, serta 5 partikel lebih besar sama dengan 5 mikroliter/mililiter

- Uji pH ( FI IV hal. 1039 – 1040 )

Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.

(13)

Pilih satu/lebih wadah 10 ml/lebih. Ambil isi setiap wadah dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 x vol yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik No. 2, panjang tidak kurang dari 2,5 mm Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dari alat suntik. Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan hingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.

b. Quality Control

- Uji Keseragaman Volume [Farmakope Indonesia Edisi IV, hal. 1044]

Prosedur :

Pilih 1 atau lebih wadah bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.

Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40 % volume dari kapasitas yang tertera.

Persyaratan :

Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu per satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml tidak kurang dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.

- Uji Sterilitas (Farmakope Indonesia Edisi IV, hal. 858) Asas :

(14)

dapat dipisahkan dari cairan yang mengandung bakteriostatik atau fungistatik sebagai penghambat pertumbuhan.

Prosedur uji :

Penyaringan dengan filter membran (porositas 0,22 µm, diameter ± 47 mm, kecepatan aliran 55–75 ml/menit, tekanan 70 cmHg). Membran dibilas dengan larutan pepton 0,1%. Membran dipotong menjadi setengah bagian, jika hanya digunakan satu lalu dimasukkan ke dalam media Tioglikolat cair, inkubasi 30 - 35° C selama 7 hari dan Soybean – Casein Digest inkubasi 20-25° C selama 7 hari

- Uji kadar (FI V hal 1174)

Ukur saksama sejumlah volume larutan injeksi setara dengan tidak kurang 300µg, encerkan dengan air secara kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih kurang 30µg per ml

Di dalam sel 1cm pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 361nm, menggunakan air sebagai blangko, hitung jumlah dalam µg sianokobalamin tiap mili dengan rumus:

- Uji Kejernihan ( Lachman, hal 1355 – 1356 )

Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar partikel yang bergerak lebih mudah dilihat dari pada partikel yang diam, tetapi harus berhati-hati untuk mencegah masuknya gelembung udara yang sulit di bedakan dari partikel-partikel debu. Untuk melihat partikel-partikel yang berat, mungkin perlu untuk membalik wadah.

- Uji PH (FI IV hal. 1039-1040)

(15)

perlu isi lagi larutan jembatan garam. Untuk pembakuan ph meter pilih 2 larutan dapar untuk pembakuan yang mempunyai perbedaan ph tidak lebih dari 4 unit. Isi sel dengan salah satu larutan dapar untuk pembakuan pada suhu larutan ujimya akan diukur. Pasang kendali suhu pada suhu larutan dan atur kontrol kalibrasi untuk membuat ph identik. Bila electroda dan sel beberapa kali dengan larutan dapar untuk pembakuan, isi sel dengan larutan tersebut pada suhu yang sama dengan larutan uji. pH dari larutan dapar ke 2 +_ 0.007 unit ph dari harga yang dalam label yang tertera. Jika penyimpangan terlihat besar, periksa electroda atau ganti. Ulangi pembakuan hingga ke 2 larutan dapar untuk pembakuan

memberikan harga pH tidak lebih dari 0,002 unit ph dari harga yang tertera dalam label. Isi sel dengan larutan uji dan baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan atau pengeneran larutan uji. Jika hanya diperluksn harga ph perkirakan dapat digunakan indikator dan kertas indikator universal.

- Uji Kebocoran (Lachman III, hal 1354)

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Agoes, Goeswin. 2010. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: Penerbit ITB.

2. American Hospital Formulary Service, Drug Information 88, American Society of Hospital Pharmacist.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1969. Farmakope Indonesia. Edisi III . Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia ed IV. 1995. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia ed V. 2014. Jakarta. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

6. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ketiga. Jakarta: UI-Press..

7. Lawrence, A.T. 2003. Handbook on Injectable Drugs. Edisi ke 12. Bethesda: American Society of Health System Pharmacist.

8. Reynolds JEF.1998. Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th edition. London: The Pharmaceutical Press

9. Rowe, Raymond C., dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients sixth ed.VI London: PhP..

Referensi

Dokumen terkait

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus yang harus dilarutkan atau didispersikan dahulu sebelum digunakan yang harus

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang

Pengertian: sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspense atau serbuk yang harus dilarutkan atau dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan

Injeksi (FI Edisi III) adalah sediaan steril berupa larutan, suspense atau serbuk yang harus dilarutkan atau di suspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan,

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan

Sediaan parenteral adalah sediaan obat steril, dapat berupa larutan atau suspensi yang berupa larutan atau suspensi yang dikemas sedemkian rupa sehingga cocok untuk diberikan

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk