SEDIAAN INJEKSI VITAMIN C
Akhsan Wisnu Triaji, Asyrof Syahiroh, Erni Novitasari, Fera Agustiani, Hendrik, Nadiah Ghaisani Program Studi Farmasi Universitas Islam Indonesia Jalan Kaliurang km. 14,5 Yogyakarta
Abstract
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikan dengan cara menembus jaringan melalui kulit atau selaput lendir. Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Fungsi dasar vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan sebagai antioksidan yang menetralkan racun dan radikal bebas di dalam darah maupun cairan sel tubuh. PH yang didapat dari hasil percobaan yaitu 12,22. PH tersebut sangat tinggi atau tidak isohidris dengan PH cairan tubuh yaitu sekitar 7,4. PH yang terlalu tinggi ini dapat menyebabkan iritasi, nyeri dan nekrosis saat pemberian.
Kemudian hasil untuk uji kebocoran tidak begitu baik, karena 1 dari 5 kemasan injeksi bocor.
Hal ini dimungkinkan penutupan kemasan (ampul) saat pemanasan tidak sempurna.
Kata kunci: injeksi, vitamin C
PENDAHULUAN
Sediaan parenteral adalah sediaan obat steril, dapat berupa larutan atau suspensi yang dikemas sedemikian rupa sehingga cocok untuk diberikan dalam bentuk injeksi hypodermis dengan pembawa atau zat pensuspensi yang cocok.
Sediaan injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak tahun 1660. Meskipun demikian, perkembangan injeksi baru berlangsung tahun 1852. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikan
dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuan pemberian Injeksi : Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) dan distribusi obat, sehigga diharapkan akan mendapatkan efek obat yang cepat. Berdasarkan hal tersebut, pada percobaan ini dibuat vitamin C dalam sediaan injeksi intravena(1).
Vitamin C atau asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air.
Fungsi dasar vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan sebagai antioksidan
yang menetralkan racun dan radikal bebas di dalam darah maupun cairan sel tubuh. Selain itu, vitamin C juga berfungsi menjaga kesehatan paru-paru karena dapat menetralkan radikal bebas yang masuk melalui saluran pernafasan. Vitamin C juga meningkatkan fungsi sel-sel darah putih yang dapat melawan infeksi dan dapat meningkatkan penyerapan zat besi sehingga dapat mencegah anemia. Vitamin ini juga diperlukan untuk pembentukan kolagen, kartinin, dan neurotransmitter(2).
Struktur vitamin C
Pada sedian murni vitamin C,selain diberikan secara oral,Vitamin C juga dapat
diberikan secara suntikan yaitu suntikan intravena,intramuscular dan subkutan, dimana keuntungan pemberian suntikan efeknya lebih cepat dan teratur. Khususnya suntikan secara subkutan,dimana absorpsinya terjadi lambat dan konstan sehingga efeknya dapat bertahan lama.
Kekurangan asam askorbat dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan tulang. Pada skorbut (defisiensi vitamin C) dapat meyebabkan dinding pembuluh darah menjadi sangat rapuh karena terjadinya kegagalan sel endotel untuk saling merekat satu sama lain dengan baik dan kegagalan untuk terbentuknya fibril kolagen yang biasanya terdapat di dinding pembuluh darah Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap harinya akan menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu ginjal.
Metode Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam askorbat (vitamin C), Natrium hidroksida, asam klorida, benzalklonium klorida, dan water for injection.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah peralatan gelas (seperti pipet ukur, pipet tetes, gelas beker), cawan petri, vakum, kertas perkamen dan autoklaf.
Pembuatan Larutan Injeksi Vitamin C
Pembuatan larutan injeksi vitamin C dilakukan dengan metode sterilisasi panas basah dengan pemanasan dalam autoklaf suhu 121°C selama 15 menit. Pencampuran bahan dilakukan di white area. Vitamin C dilarutkan dengan WFI. NaOH dilarutkan dengan WFI. Kedua campuran dilarutkan dan ditambahkan benzalklonium klorida dan kemudian di add dengan WFI.
Evaluasi Sediaan
Setelah selesai pembuatan larutan injeksi vitamin C dilakukan evaluasi sediaan injeksi. Evaluasi yang dilakukan adalah uji pH dan uji kejernihan serta uji kebocoran dalam ampul. Uji pH dilakukan dengan mengukur larutvn injeksi menggunakan pHmeter. Uji kejernihan dilakukan secara visual. Uji kebocoran dilakukan dengan mengecek larutan injeksi vitamin C yang telah dimasukan dalam ampul.
Hasil
Uji PH 12,22
Tabel 1. Uji PH Uji kejernihan Larutan jernih
Tabel 2. Uji Kejernihan
Uji kebocoran
Ampul I Tidak bocor
Ampul II Tidak bocor
Ampul III Bocor
Ampul IV Tidak bocor
Ampul V Tidak bocor
Tabel 3. Uji Kebocoran Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sediaan injeksi vitamin C yang bertujuan agar dapat membuat preformulasi sediaan injeksi vitamin C dan melakukan uji evaluasi sediaan injeksi yang telah dibuat.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuan pemberian Injeksi : Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) dan distribusi obat, sehigga diharapkan akan mendapatkan efek obat yang cepat. Sediaan larutan injeksi memiliki persyaratan seperti harus aman, jernih, isohidris, isotonis, tidak berwarna, steril dan bebas pirogen. Sediaan injeksi harus isotonis karena apabila hipertonis saat injeksi
disuntikkan, cairan di dalam sel ditarik keluar dari sel sehingga sel akan mengkerut, sedangkan apabila larutan hipotonis disuntikkan maka air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel akibatnya sel akan lisis(3).
Kelebihan dan Kelemahan pemberian obat secara parenteral.
Kelebihan :
a. Obat memiliki onset (mula kerja yang cepat).
b. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
c. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna.
d. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindarkan
e. Obat dapat diberikan kepada penderita sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma(4).
Kelemahan :
a. Rasa nyeri pada saat disuntik
b. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik
c. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki, terutama sesudah pemberian intravena
d. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit atau ditempat praktik dokter oleh dokter dan perawat yang berkompeten(4).
Rute-rute daministrasi untuk sediaan injeksi antara lain :
a. Intradermal : Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
b.Intramuskular : Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam otot. Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.
c. Intravena : disuntikkan ke dalam vena.
Ketika tidak ada
absorpsi, puncakkonsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.
d.Subkutan : Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit.
Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat
dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.
e. Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
f. Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
g. Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
h. Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.
i. Intraperitoneal dan intrapleural ; Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
j. Intra-artikular : Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
k.Intrasisternal dan peridual ; Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya merupakan cara
yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.
l. Intrakutan (i.c) : Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.
m. Intratekal: Larutan yang digunakan untuk
menginduksi spinal atau
anestesi lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan.
Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien(5).
Vitamin C atau asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air.
Fungsi dasar vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan sebagai antioksidan yang menetralkan racun dan radikal bebas di dalam darah maupun cairan sel tubuh. Selain itu, vitamin C juga berfungsi menjaga kesehatan paru-paru karena dapat menetralkan radikal bebas yang masuk melalui saluran pernafasan. Vitamin C juga
meningkatkan fungsi sel-sel darah putih yang dapat melawan infeksi dan dapat meningkatkan penyerapan zat besi sehingga dapat mencegah anemia. Vitamin ini juga diperlukan untuk pembentukan kolagen, kartinin, dan neurotransmitter(2).
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting dalam pembuatan sediaan steril seperti tetes mata. Metode sterilisasi cukup beragam namun yang digunakan pada praktikum ini yaitu(6):
a. Sterilisasi uap (Autoklaf)
Prinsip autoklaf adalah mensterilkan berbagai macam alat dan bahan menggunakan tekanan 1 atm dan suhu 121°C selama 15 menit. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang di sterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas(6).
b. LAF
Prinsip sterilisasi dengan LAF adalah mengambil udara dari luar laminar disaring dengan filter yang khusus sehingga udara dari luar tidak dapat mengkontaminasi ruang kerja yang ada di LAF.Ada dua sistem pengolahan di LAF yaitu, sistem pengolahan udara vertical dan horizontal.LAF menggunakan prinsip filtrasi udara dan penggunaan radiasi ultraviolet(6).
Pada praktikum ini zat aktif yang dipilih adalah vitamin C atau asam askorbat.
Benzalkonium klorida digunakan sebagai pengawet yang bermanfaat untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme selama pemakaian. NaOH digunakan sebagai Buffer untuk mempertahankan pH. WFI digunakan sebagai zat pembawa. Aquabidestilata tidak digunakan karena masih mengandung pirogen dan mineral, sedangkan injeksi tidak mengandung pirogen dan mineral. Hasil yang didapat dalam praktikum ini , injeksi yang dibuat jernih dimana tidak terlihat partikel-partikel dalam larutan. PH yang didapat dari hasil percobaan yaitu 12,22. PH tersebut sangat tinggi atau tidak isohidris dengan PH cairan tubuh yaitu sekitar 7,4.
PH yang terlalu tinggi ini dapat menyebabkan iritasi, nyeri dan nekrosis saat pemberian.
Kemudian hasil untuk uji kebocoran tidak begitu baik, karena 1 dari 5 kemasan injeksi bocor. Hal ini dimungkinkan penutupan kemasan (ampul) saat pemanasan tidak sempurna.
Kesimpulan
Hasil yang didapat dalam praktikum ini , injeksi yang dibuat jernih dimana tidak terlihat partikel-partikel dalam larutan. PH yang didapat dari hasil percobaan yaitu
12,22. Kemudian hasil untuk uji kebocoran tidak begitu baik, karena 1 dari 5 kemasan injeksi bocor. Hal ini dimungkinkan penutupan kemasan (ampul) saat pemanasan tidak sempurna.
Daftar Pustaka
1) Groves, M. 1988. Parenteral Technology Manual. 2nd edition. USA:
Interpharm,Press. Hal. 41–42
2) Davies MB, Austin J, Partridge DA, 1991, Vitamin C: Its Chemistry and Biochemistry. The Royal Society of Chemistry, Cambridge.
3) Lukas, S., 2011, Formulasi Steril, Penerbit Andi, Yogyakarta
4) Anief, Moh., 2002, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
5) Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
6) Pratiwi, S., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Penerbit Erlangga, Jakarta