1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial.
Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih.
Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihisamin dalam proses terapi. Dalam proses terapi difenhidramin termasuk ketegori antidot, reaksi hipersensitivitas, antihistamin dan sedative. Memiliki sinonim Diphenhydramine HCl dan digunakan untuk mengatasi gejala alergi pernafasan dan alergi kulit, memberi efek mengantuk bagi orang yang sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif, anti mual dan anastesi topikal.
Pada makalah ini kami membahas tentang injeksi Difenhidramin HCl dalam sediaan vial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl ? 1.2.2 Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui praformulasi injeksi Difenhidramin HCl.
1.3.2 Untuk mengetahui formulasi injeksi Difenhidramin HCl.
2 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Praformulasi
2.1.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat a. Farmakologi
Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihisamin dalam proses terapi. Dalam proses terapi difenhidramin termasuk ketegori antidot, reaksi hipersensitivitas, antihistamin dan sedative. Memiliki sinonim Diphenhydramine HCl dan digunakan untuk mengatasi gejala alergi pernafasan dan alergi kulit, memberi efek mengantuk bagi orang yang sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif, anti mual dan anastesi topikal.
b. Farmakokinetik
Onset: efek sedatif maksimum: 1-3 jam. Durasi: 4-7 jam. Ikatan dengan protein: 78%. Metabolisme: sebagian besar di hati dan sedikit di paru dan ginjal. ;Bioavailabilitas : Oral : 40-60%. Waktu eliminasi: 2-8 jam; usia: 13,5 jam, waktu serum puncak 2-4 jam. Ekskresi: urin (dalam bentuk tidak berubah).
Difenhidramin yang diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah kira kira 2 jam dan menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya. Kemudian dieliminasi dengan masa penuh kira kira 4jam.
c. Indikasi
Digunakan untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
3 d. Efek Samping Obat
Efek samping yang paling sering adalah sedasi. Dan efek samping yang berhubungan dengan efek sentral ialah vertigo, tinitus, lelah, penatinkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, eufonia, gelisah, imsonia dan tremor. Efek samping yang sering digunakan juga ialah nafsu makan berkurang mual, muntah, keluhan pada epigastrum, konstipasi atau diare.
Efek samping lain yang mungkin timbul ialah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan
e. Cara Pemakaian
Diphenhidramin HCl digunakan melalui injeksi intramuskular (im), disuntikan secra perlahan dengan jalur iv atau terus menerus/infus iv intermitten, injeksi subkutan/perivaskular harus dihindarkan karena dapat menyebabkan iritasi.
2.1.2 Tinjauan Sifat Fisika Kimia Bahan Obat a. Difenhidramin HCl (Bahan Aktif)
1. Struktur dan Berat Molekul Struktur Molekul
Rumus Molekul: C17H22NOHCl Berat Molekul: 291,82
4 2. Pemerian
Serbuk hablur, putih, tidak berbau, jika terkena cahaya, perlahan lahan warnanya menjadi gelap. Larutannya praktis netral terhadap kertas lakmus P.
3. Kelarutan
Mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzen dan eter.
4. Stabilitas
Diphenhidramin HCl harus terlindung dari cahaya, didalam ruang yang temperturnya terjaga (handbook On Injectable Drug hal 424).
5. Titik Lebur
Titik lebur antara 167o– 172o C 6. Inkompabilitas
Difenhidramin HCl inkompatibel dengan amfoterisin B, natrium sefmetazol, natrium sefalotin, hidrokortison natrium suksinat, beberapa larutan barbiturat dan larutan basa atau asam kuat (Martindale ed 36.
2009. hal 577).
b. Benzalkonium Klorida (Bahan Tambahan) 1. Pemerian
Serbuk amorf berwarna putih atau putih kekuningan, memiliki bau dan rasa khas.
2. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam eter, sangat mudah larut dalam aseton, etanol (95 %), methanol, propanol dan air.
3. Stabilitas
Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan tidak stabil terhadap cahaya, udara dan logam.
5 4. Inkompabilitas
Oksidasi agent, dan asam kuat, sabun dan surfaktan anionik, sitrat, iodida nitrat pemanganat, salisialat, garam perak, tartrat dan alkalis.
c. NaCl 1. Pemerian
Hablur heksahedral, tidak berwarna, atau serbuk hablur putih tidak berbau, rasa asin.
2. Kelarutan
Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 250 bagian etanol 95%;
larut dalam 10 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 2,6 bagian air pada suhu 1000C.
4. Stabilitas
Larutan sodium klorida stabil tetapi dapat menyebabkan perpecahan partikel kaca dari tipe tertentu wadah kaca. Larutan steril ini dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi dalam bentuk padatan stabil yang harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat kering.
5. Inkompabilitas
Larutan natrium klorida bersifat korosif dengan besi, membentuk endapan bila bereaksi dengan perak, garam merkuri, agen oksidasi kuat pembebas klorine dari larutan asam sodium klorida, kelarutan pengawet nipagin menurun dalam larutan sodium klorida.
d. Aqua Pro Injeksi (Bahan Pembawa) 1. Pemerian
Cairan jernih atau tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa.
2. Kelarutan
Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.
6 3. Stabilitas
Air stabil dalam setiap keadaan (es;cairan;uap panas). Air untuk penggunaan khusus harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
4. Inkompabilitas
Dalam sediaan farmasi, air dapat beraksi dengan obat dan zat tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis (mudah terurai dengan adanya atau kelembaban). Air dapat bereaksi kuat & cepat dengan logam alkali dan zat pengoksidanya seperti kalsium oksidan Magnesium oksida, air juga bereaksi dengan bahan organik.
2.1.3 Bentuk Sediaan, Dosis, dan Pemakaian a. Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan larutan injeksi iv (intra vena), pH sediaan 4-6.5, terlindung dari cahaya.
b. Dosis
Dosis 10-50 mg, 1 ml – 5 ml
c. Cara Pemakaian
Digunakan melalui injeksi intramuskular (im), disuntikan secara perlahan dengan jalur iv.
2.2 Formulasi
2.2.1 Bentuk dan Volume yang Dibuat a. Bentuk sediaan
Injeksi Difenhidramin HCl 1%
b. Volume 5 ml
7 2.2.2 Permasalahan Formulasi
a. Bahan obat tidak tahan cahaya, jika terkena cahaya perlahan-lahan warnanya menjadi gelap.
b. Sediaan parenteral (injeksi) harus bebas dari mikroorganisme patogen.
c. Sediaan dosis ganda (multiple dose) dan mengandung air merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
2.2.3 Penyelesaian Masalah Formulasi
a. Bahan obat disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Pembuatan sediaan di dalam ruangan yang terlindung dari sinar UV.
b. Untuk bebas mikroorganisme patogen dilakukan sterilisasi dengan cara panas basah (autoklaf) pada suhu 1210 C selama 15 menit.
c. Ditambahkan pengawet yang tidak inkompatibel dengan sediaan.
Pengawet yang digunakan adalah benzalkonium klorida yang mempunyai kelarutan baik dalam aqua pro injeksi.
2.2.4 Formulasi yang Direncanakan
Formula yang akan dibuat adalah Injeksi Diphenhidramin 1%, dengan formula sebagai berikut:
R/ Diphenhidramin HCl 1%
Benzalkonium Cl 0.01%
NaCl ad isotonis
Aqua pro injeksi ad 5 ml
2.2.5 Perhitungan Volume dan Berat Obat
Jumlah yang diminta : 5 ml injeksi Difenhidramin HCl x 20 vial Volume persediaan : 6 ml x 20 = 120 ml
8 2.2.6 Perhitungan Bahan
a. Diphenhidramin HCl 1%
Diphenhidramin HCl yang diperlukan =
( ) Penimbangan :
( )
b. Benzalkonium Cl 0.01%
Benzalkonium yang diperlukan =
( ) Penimbangan :
(
)
c. Nacl ad isotonis
BNaCl =
(( ) ( ))
=
(( ) ( ))
Penimbangan :
(
) ( )
𝑔
= 0.045 – 0.01709 = 0.0279 g
9 d. Aqua Pro Injeksi 5 ml
Penimbangan = ( )
Jadi, Formula akhir yang digunakan adalah R/ Diphenhidramin HCl g
Benzalkonium Cl g
NaCl g
Aqua Pro Injeksi ad 5 ml
2.2.7 Pembuatan Sediaan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Alat-alat disterilkan.
3. Ambil Aqua PI 120 ml.
4. Ditimbang Difenhidramin HCl , dilarutkan dalam 30 ml Aqua PI.
5. Ditimbang Benzalkonium Cl dengan kaca arloji, dilarutkan dengan Aqua PI.
6. Ditimbang NaCl , dilarutkan dalam 30 ml Aqua PI.
7. Dicampur semua larutan dalam beaker glass, gelas arloji dibilas dengan sedikit Aqua PI.
8. Ditambahkan sisa Aqua PI, larutan diaduk ad homogen.
9. Larutan disaring dengan kertas saring yang sudah dibasahi Aqua PI.
10. pH dicek.
11. Diisikan larutan ke dalam vial sebanyak @ 5 ml dengan menggunakan spuit.
12. Vial ditutup dengan tutup karet dan alumunium foil.
13. Sediaan disterilkan akhir dengan autoklaf pada suhu 121 15 menit.
14. Etiket ditempelkan pada vial.
15. Brosur dan vial dimasukkan dalam kemasan sekunder.
10 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.
2. Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihisamin dalam proses terapi. Memiliki sifat fisik berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, jika terkena cahaya, perlahan lahan warnanya menjadi gelap. Difenhidramin HCl diindikasikan untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
3. Bentuk sediaan yang dibuat berupa larutan injeksi iv (intra vena) Dipfenhidramin HCl 1%, pH sediaan 4-6.5, terlindung dari cahaya.
4. Volume yang dibuat adalah 6 ml, yaitu dari volume awal yang seharusnya 5 ml lalu ditambahkan dengan volume terpindahkan sebanyak 1 ml maka menjadi 6 ml.
6. Sediaan disterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih mengetahui tentang sediaan steril serta prosedur dalam pembuatan sediaan steril, sehingga dapat mengaplikasikan teori dalam tugas sebagai tenaga kesehatan.
3.2.2 Bagi Dosen
Diharapkan dosen dapat menjelaskan tentang sediaan steril serta prosedur dalam pembuatan sediaan steril kepada mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikan teori dalam tugas sebagai tenaga kesehatan.