• Tidak ada hasil yang ditemukan

RECEPTION ANALYSIS REMAJA PADA FTV SINEMA SIANG SCTV (Studi Reception Analysis Remaja tentang Identitas Remaja di FTV “Indahnya Cinta Pertama” SCTV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RECEPTION ANALYSIS REMAJA PADA FTV SINEMA SIANG SCTV (Studi Reception Analysis Remaja tentang Identitas Remaja di FTV “Indahnya Cinta Pertama” SCTV)."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagia n Per syaratan Dala m Memper oleh Gelar Sar jana Ilmu Komunikasi pa da FISIP UPN “Vetera n” J a wa Timur

Oleh

:

Yosua Ar istian Hendr a 1043010007

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

diberikan, sehingga skripsi dengan judul “RECEPTION ANALYSIS REMAJ A PADA FTV SINEMA SIANG SCTV” dapat penulis susun dalam ajuan syarat kelulusan dan memperoleh gelar sarjana. Ada pun ucapan terima kasih kepada Dra. Dyva Clar etta, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

Pada penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan, bimbingan, dukungan dan inspirasi yang telah diberikan. Sehingga penulis sampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi. Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Juwito, S. Sos, Msi. Sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dra. Sumardjiati, M.Si selaku dosen wali yang selalu memberikan dorongan motivasi bagi penulis untuk cepat lulus.

4. Bu Syafrida Nurrachmi F, S.Sos, M.Med.Kom yang selalu memberi semangat, motivasi, inspirasi, ilmu dan pengalaman, serta banyak sekali referensi untuk menyelesaikan skripsi ini.

(3)

6. Teman seperjuangan dari semester satu hingga pengerjaan skripsi Zakiyah jamal & Briefing Umbara “Thanks for being my best friend, we come

together and now time for getting graduated”. Buat Fitra Herdian alias

Ahonk, Terima Kasih buat Support nya, Ayo kamu juga buruan lulus. And Mas Windrey, Thanks for sharing time dan semua pinjaman referensinya. UPN Televisi 9 Crew, Pipit, Icha, Yayas, Enta, Kiki Bonek, Repo,Riri. 7. Buat Special Media “UPN Televisi” Semangat Dalam Berkreasi.

Lanjutkan Perjuangan yang tertunda. Terima Kasih sudah menjadi keluarga kedua bagi penulis. Aji, Yuli, Kiki, Lukman, Shima, Gana, Widya, Firda, Erdja, Arief, Fikri, Koes, Faiz, dan yang lainnya, semangat Rek !! tetap bimbing adik - adik AM ya !

8. Informan FGD yang luar biasa, Riski, Mentari, Dara, Fitra, Sisil, Kiki, bayu terima kasih buat waktunya.

9. Bu Ade, Bu Heidy, Bu Ririn, Pak Zam-Zamy, Bu Herlina, Pak didik, Pak Kusnarto, Pak Saifuddin, Abi, Pak Catur, Bu Diana dan semua dosen Ilmu Komunikasi – FISIP UPN Veteran Jatim.

(4)

Surabaya, November 2013

(5)

vi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.4.1. Secara Teoritis ... 11

1.4.2. Secara Praktis ... 11

1.4.3. Secara Sosial ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1. Penelitian Terdahulu ... 13

2.2.Televisi dan Perkembangannya ... 16

(6)

vii

2.3 Remaja sebagai Khalayak Televisi... 28

2.3.1. Identitas Remaja ... 30

2.3.2. Gaya Hidup Remaja dan Televisi ... 32

2.4 Film Televisi (FTV) dan Perkembangannya di Indonesia ... 34

2.4.1 FTV Indahnya Cinta Pertama ... 37

2.5 Media dan Culture Studies ... 40

2.6 Reception Analysis ... 43

2.7 Kerangka Berpikir ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1. Metode Penelitian ... 49

3.2 Definisi Konseptual ... 50

3.2.1. Reception Analysis ... 52

3.2.2 Identitas Remaja ... 53

3.2.3 FTV Indahnya Cinta Pertama .………..………....54

3.3 Infornan Penelitian ... 55

3.4 Jenis Sumber Data ………..56

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

(7)

viii

4.2.1 Identitas Informan ... 62

4.3. Analisis data ... 69

4.3.1 Aktivitas Remaja Dalam Menonton Televisi... 69

4.3.2 Remaja dan ketertarikan dalam Menonton FTV ... 71

4.3.3 Identitas diri Remaja pada FTV Sinema Siang SCTV ... 74

4.3.3.1 Gaya Hidup ... 75

4.3.3.2 Tingkah Laku ... 77

4.3.3.2 Model Pakaian ... 78

4.3.4 Identitas Remaja di FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV ... 80

4.3.5 Pengaruh FTV dalam Kehidupan Remaja ... 81

4.3.6 Studi Kasus FTV “Indahnya Cinta Pertama” ……….. 84

4.4 Pembahasan ……….……… 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA………... 95

(8)

ix

Ga mbar 2.4.1 ... 38

Ga mbar 2.4.2 ... 39

Ga mbar 2.4.3 ... 39

(9)

x

LAMPIRAN 1. Scr een Question ... 98

LAMPIRAN 2. Inter view Guide FGD………..100

LAMPIRAN 3. Tr anskip Focus Gr oup Discussion..………...…....101

(10)

Identitas Remaja di FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV)

Setelah munculnya berbagai macam saluran televisi, acara-acara di TV pun beragam, seperti Sinetron, Music, Talk show dan yang terbaru Film Televisi atau FTV. Penelitian ini didasarkan pada tayangan FTV Indahnya Cinta Pertama yang banyak menceritakan gaya hidup, tingkah laku, dan model pakaian remaja yang merupakan bagian dari identitas diri remaja, yang secara langsung di tampilkan oleh FTV. Tujuan penelitian ini yakni ingin mengetahui mengetahui Reception Analysis Remaja pada Identitas Remaja di FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV. Peneliti menggunakan studi Reception Analysis yang merupakan salah satu standar untuk mengukur khalayak media serta kajian makna pemahaman teks media. Peneliti menggunakan screening question dan focus

group discussion atau FGD. Kesimpulan dari penelitian ini yakni identitas remaja

yang ditampilkan oleh FTV Indahnya Cinta Pertama tidak sesuai dengan kehidupan nyata, dan yang ditampilkan oleh FTV sangatlah berlebihan dan terkesan di buat – buat sehingga dapat mempengaruhi penerimaan remaja.

Kata Kunci : Reception Analysis, Identitas Remaja, FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV

ABSTRACT

YOSUA ARISTIAN HENDRA, RECEPTION ANALYSIS OF TEENAGERS ON SCTV DAY CINEMA FTV (Study of Reception Analysis of Teenager s about Teenagers Identity on Indahnya Cinta Pertama FTV of SCTV)

After the emergence of various TV channels, the programs on TV were varied, such as Sinetron, Music, Talk shows and the latest are TV movies or FTV. The study was based on FTV Indahnya Cinta Pertama that were much tells about lifestyle, behavior, and teen clothing models that are the part of teenagers identity, which is directly shown by FTV. The purposes of this study are would like to find out the reception analysis of teenagers about teenagers identity on SCTV

Indahnya Cinta Pertama FTV. The researcher was using reception analysis study

that is one of standard to measuring media audiences as well as the meaning study of media texts understanding. The researcher used screening question and focus group discussion or FGD. The conclusion of this study are the teenagers identity that shown by Indahnya Cinta Pertama FTV does not correspond to the real life, and that is shown by FTV is excessive and impressed falsehood that may affect the teens reception.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan salah satu media massa yang tidak diragukan lagi, sebagai aktivitas pengisi waktu luang yang paling popular. Sebagai komponen yang telah masuk dalam prioritas kegiatan utama dibanyak rumah tangga, televisi dengan jangkauannya memiliki peran yang sangat besar. Berkat siaran yang luas dan mendalam, televisi mempunyai dampak yang besar dalam mengajar dan mendidik. (Effendy, 2008 : 4 - 10).

Televisi sebagai media telekomunikasi visual penerima siaran audio dan visual, sudah menjadi pemandangan biasa.TV kini bukan lagi barang mewah bagi sebagian besar penduduk di dunia. Semua warga negara yang ada di dunia ini pasti mengetahui TV.Dan hampir di setiap rumah, saat ini dipastikan memiliki TV.

(

http://www.tribunnews.com/tribunners/2012/02/01/dampak-positif-dan-negatif-menonton-televisi diakses pada 29 Juli 2013 ).

(12)

dampak ini memberikan atau menanamkan nilai – nilai sosial budaya yang telah ditayangkan televisi ke dalam kehidupan manusia.

Pengaruh Televisi sampai saat ini masih terbilang kuat, dibandikan media massa lainnya hal ini terjadi karena kekuatan bentuk audiovisual televisi yang menyentuh segi – segi kejiwaan manusia. Terlepas dari dampak negatif dan positif, televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang berkembang pesat. (Kuswandi, 1996 : 98 -101).

Kodrat Televisi telah memiliki tayangan yang dianggap “baik” dan “bermoral” disamping mengandung tayanagan yang dipandang buruk.Dalam hal ini berkaitan dengan fungsi dari televisi yakni mendidik dan menghibur.Namun seringkali harus mengalah dengan fungsi hiburan.

Lawak, kuis, sinetron, musik dan lainnya merupakan tayangan televisi yang bertemakan hiburan yang menyedot banyak pemirsa.Kehadiran pesawat televisi di tempat tinggal memberikan banyak pengaruh bagi pemirsa.Lantaran berbagai acara hiburan yang ditayangkan dalam televisi yang memikat dan menggiurkan. Saat ini banyaak remaja (pelajar dan mahasiswa) yang sebagian waktunya dihabiskan unutuk menikmati hiburan layar kaca televisi.(Abede Pareno, 2005 : 200 - 205)

(13)

dalam persaingan yang sehat dan transparan adalah mereka yang bisa menawarkan kualitasyang lebih baik.

Sebagai media massa terpopuler saat ini, Televisi merupakan sebuah industri yang produknya berupa pesan, simbol, produk kreatif news, entertainment, drama, variety show, olahraga, komedi, talk show, magazine dan

interactive.(

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/01/16/televisi-merangsang-semua-lini-kehidupan-manusia diakses 29 Juli : 2013).

Tayangan yang sesuai dengan realita kehidupan dan sesuai dengan kepribadian bangsa, akan jauh lebih baik bagi pembentukan kepribadian anak dan remaja. Dengan demikian media informasi dan hiburan akan menjadi pendukung utama dalam proses belajar dan pembentukan kepribadian anak dan remaja bangsa ini.(

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2012-1-00385-MC%20bab%201.pdf )

Maka dari itu televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mengetahui perubahan serta peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain mulai dari film, berita hingga kemajuan teknologi yang tengah berlangsung. Oleh karena itu media televisi dibandingkan dengan media massa yang lain paling efektif dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.(Effendy, 1996 : 122)

(14)

kepercayaan, pendidikan, cita – cita, keinginan, kesenangan (gaya hidup), dan lain sebagainya. Kegiatan pemirsa dalam menonton acara televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan mereka, baik kebutuhan berupa informasi maupun hiburan (Effendy, 1993 :8).

Televisi sebagai suatu perusahaan industri budaya dan menganut sistem kapitalisme, oleh karena itu dalam pengoperasiannya, televisi berusaha mempengaruhi pemirsa dengan menanamkan ideologinya ke benak para pemirsa melalui beragam tayangan yang sudah dikonstruksi sedemikian rupa hingga pemirsa tidak dapat berkutik dan bertekuk lutut pada acara-acara yang sengaja diciptakan dengan “segala cara” demi mendatangkan rating tingggi.

Berbagai macam program acara terlahir dari beberapa stasiun televisi yang saling bersaing dalam merebut hati pemirsanya, seperti Trans TV dengan program pemutaran film-film produksi Hollywood serta program varietyshow termehek-mehek, Trans-7 dengan program acara bukan empat mata yang dibawakan secara kocak oleh presenter Tukul, SCTV dengan FTVnya yang melantunkan gelora asmara anak muda dalam biasan cerita film televisi serta konser musik secara live lewat acara IN BOX, RCTI tak mau kalah dengan program sinetron berseri yang mengumbar cucuran air mata wanita dan perburuan harta warisan orang tua.(Dikutip dari artikel www.esaunggul.ac.id antara televisi dan gaya hidup oleh Teguh Imanto)

(15)

menggambarkan gaya hidup metropolitan yang senantiasa glamor. Pakaian, model rambut, sepatu bahkan make up yang dikenakan oleh artisnya banyak yang berkiblat dari mode barat, yang bercirikan mini dan seksi.(

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2012-1-00385-MC%20bab%201.pdf)

Beberapa waktu terakhir ini, banyak stasiun televisi yang memberikan suguhan acara yang menarik untuk ditonton.Namun di era 2013 ini, beberapa stasiun televis berlomba – lomba membuat film televisi atau biasa yang disebut FTV. SCTV dan RCTI adalah stasiun televisi yang saat ini yang bersaing dalam memproduksi program FTV. Di Indonesia, FTV muncul sejak tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV, hal ini ditujukan untuk menjawab kejenuhan pemirsa tentang sinetron yang semakin marak di Indonesia.(http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi diakses 29 Juli 2013)

Dilansir oleh liputan 6 melalui situs http://showbiz.liputan6.com

menyampaikan bahwa FTV sebagai bentuk lain dari film mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam 5 tahun terakhir ini, dan mampu memberikan warna dalam dunia hiburan tanah air. SCTV dan RCTI adalah stasiun televisi yang konsisten mengusung FTV sebagai program andalan sekaligus menjadi trendsetter dalam perkembangan FTV itu sendiri.

(16)

model rambut, pakaian, sampai gaya bahasa pembicaraan yang digunakan sehari-hari. Televisi (TV) sebagai media informasi dan komunikasi telah memperkenalkan sekaligus mempropaganda budaya di tayangan menjadi realitas massa.

Budaya yang diciptakan tim kreatif TV mengalir bagai air bah, karena media ini dianggap memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga khalayak tidak mampu membendung informasi yang dilancarkan.Tak bisa dipungkiri lagi, gaya berpakaian dan rambut menjadi trendsetter pemirsa TV Indonesia. Para remaja berpakaian mini dan terbuka memperlihatkan bagian-bagian sensitif tubuhnya ketika berkunjung ke tempat umum bahkan les ke sekolah seakan menjadi hal yang biasa. (http://hariansinggalang.co.id/televisi-dan-gaya-hidup/)

Remaja sendiri berdasarkan Monks et. Al. dalam bukunya psikologis perkembangan, menyebutkan bahwa remaja memiliki batas usia yakni antara 12 – 21 (Monks et. Al. 2002 : 260) Remaja merupakan sebagai massa transisi antara berakhirnya masa kanak – kanak dan menuju ke masa dewasa.

(17)

Remaja dan gaya hidup inilah yang menjadi strategi industri yang utama. Termasuk di dalamnya film televisi atau FTV. FTV yang bertemakan remaja seringkali menambahkan persoalan–persoalan besar, cara berpakaian dan berpenampilan, sebagai pemanis atau bumbu penarik untuk tetap mengahdirkan FTV yang “apik” sehingga penonton tidak kehilangan cerita dibalik setiap episode FTV.

Salah satu contoh identitas diri para remaja yang mengikuti mode orang barat dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah " Berpakaian ". Masalah berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman dan tekn ologi.Karena, sebagian remaja Indonesia khususnya, dalam berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku.

Selain itu, FTV, Film Televisi, yang hadir hampir setiap hari tayang ini selalu menyajikan cerita cinta yang unik dan tidak ‘biasa’. Unik dan tidak ‘biasa’ yang dimaksud disini adalah ceritanya yang terkadang terlalu mengada-ada dan sulit dicerna oleh nalar. Misalnya, seorang perempuan cantik yang berprofesi sebagai supir atau pembantu rumah tangga yang kemudian jatuh cinta kepada majikannya.

(18)

singkat.(

http://klinikmedia.blogdetik.com/2012/04/19/tayangan-ftv-dinilai-tidak-masuk-akal/ diakses pada 8 september 2013)

Dari serial FTV atau sinetron remaja saja misalnya. Banyak ketimpangan yang mempengaruhi perilaku masyarakat dari apa yang disajikan oleh tayangan FTV. Dari cara berpakaian saja,kita sering kali melihat bagaimana model seragam anak sekolah yang sangat tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan yang ada. Seperti baju dikeluarkan, rok yang pendek dan rambut yang gondrong.( http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/04/03/sudah-terlalu-

banyak-korban-kamuflase-televisi-sisi-negatif-tayangan-televisi-saat-ini-447193.html diakses pada 8 september 2013)

Bahkan yang lebih menyedihkan, di stasiun-stasiun televisi banyak ditampilkan contoh gaya hidup dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode orang barat. Otomatis bukan hanya remaja metropolitan saja yang mengikuti mode tersebut, tetapi juga orang-orang yang berada dalam perkampungan atau pedalaman. (

http://beritanet.com/Event/Best-of-Content-Contest2009/Remaja.html)

Hal tersebut saat ini yang menjadi fenomena menarik bagi yang terlibat dalam produksi FTV di Indonesia. Produser FTV melihat bahwa tema cinta dan remaja menjadi salah satu tema yang paling sering ditayangkan dan tetap menjadi pilihan yang relatif lama dan sukses menjadi FTV unggulan dan terfavorite dalam ajang FTV AWARD tahun 2011, FTV yang berjudul “WANTED : PACAR KAYA DAN GANTENG”.(

(19)

Sukses ini tentu saja menjadi sebuah fenomena besar bagi industri film televisi Indonesia.Tak heran di tahun 2013 ini semakin banyak film televisi yang bermunculan bahkan ikut menjadi trendsetter bagi para penontonnya. Para produser film televisi, melirik pasar FTV dengan tema anak sma, cinta, galau sampai dengan kehidupan remaja untuk mengikuti jejak FTV yang sudah sukses sebelumnya, seperti FTV yang ditayangkan oleh SCTV yang berjudul “ Indahnya Cinta Pertama”.

Hampir semua produk film televisi di Indonesia bertema remaja dan cinta. Yang mana saat ini remaja menjadi target dari program tayangan televisi. Kemudian bagaimanakah dengan gaya hidup yang terlihat dalam FTV unggulan “WANTED : PACAR KAYA DAN GANTENG”, bagaimana kehidupan percintaan yang diperlihatkan oleh artis Shareena dan Eza gionino yang menjadi trend percintaan. Serta bagaimana gaya berpakaian, gaya berbicara dan juga bersekolah ala Blinkz dalam FTVrtama Indahnya Cinta pe tersebut.

Yang paling tampak adalah gaya hidup remaja dalam FTV Indahnya Cinta Pertama yakni bagaimana remaja bersekolah yang dijadikan sebagai tempat nongkrong, selain itu sikap remaja dalam FTV saat berpamitan dengan orang tua, ada yang teriak “ Ma, Pa, berangkat ya !! aku telat nih” atau ada yang mencium pipi orang tua sambil memeluk. Selain itu gaya bahasa “gaul” yang terdengar seperti pengucapan kata – kata, “ciyus ??masalah buat gue..”, “ih, loe itu pagar

makan tanaman banget….”, “gue bête nih sama bokap nyokap….”. dan masih

(20)

Hal ini menimbulkan pertanyaan yang menarik untuk diteliti. Peneliti memilih topik ini karena ingin mengetahui bagaimana FTV Indonesia yang bertema remaja tersebut menimbulkan penerimaan terhadap identitas remaja para penonton khususnya remaja.

Hal ini sesuai menurut kutipan :(Remaja dan gaya hidup dalam film Indonesia oleh IGAK Satrya Wibawa, S.Sos – Lembaga Penelitian Univ. Airlangga) yang mengatakan bahwa kalangan remaja yang termasuk dalam kelompok ini adalah remaja yang secara psikologis, yang mana merupakan individu, baik laki – laki maupun perempuan dengan batasan usia antara 11 – 24 tahun adalah khalayak yang sangat potensial untuk diterpa media termasuk film.

Peneliti juga melihat bahwa remaja saat ini, memiliki identitas diri mengikuti trend di FTV. Dengan membeli pakaian mirip artis FTV sampai dengan gaya berpacaran serta berprilaku mereka. Dalam penelitian ini, peneliti sebelumnya telah melakukan observasi dilingkungan sekitar serta menyaksikan tayangan FTV bertema remaja. Selain itu peneliti akan melakukan screening

question dan focus group discussion untuk mengetahui bagaimana Reception

(21)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakag Masalah, diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana Reception Analysis Remaja tentang Identitas Remaja di FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV ?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Reception Analysis Remaja pada Identitas Remaja di FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi dalam analisis penerimaan, khususnya media massa televisi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai saran yang berguna bagi kegiatan penelitian informal ilmu komunikasi selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan referensi tambahan kajian culture studies. Serta mengungkapkan Televisi dan program acaranya yaitu FTV dalam mempengaruhi penontonnya, yakni remaja.

1.4.2 Praktis

(22)

1.4.3 Sosial

(23)

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan proses penelitian, peneliti mencari jurnal ilmiah di beberapa kampus yang memiliki jurusan ilmu komunikasi. Jurnal ini nantinya akan berguna sebagai referensi penelitian bagi peneliti. Jurnal pertama yang peneliti dapatkan berjudul “Penelitian dalam Per spektif reception analysis”. Penelitian ini diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya.

Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana penelitian reception

analysis. Saat ini salah satu standar untuk mengukur khalayak media adalah

menggunakan reception analysis, yang mana analisis ini mencoba memberikan sebuah makna atas teks media.

(24)

menginterpretasikan teks media dengan cara memberikan makna atas pemahaman pengalamannya sesuai dengan yang dilihat oleh khalayak.

Metode yang digunakan oleh penelitian ini adalah kualitatif dan menjadi poin penting dalam studi media dan budaya. Selain itu dijelaskan bahwa metodologi reception analysis ini termasuk dalam paradigm interpretative

konstruktivis. Dijelaskan juga teknik pengumpulan data yang bisa digunakan

yakni In depth interview dan juga yang menjadi pertimbangan oleh peneliti sebelumnya yakni FGD atau Focus Group Discussion untuk mendapatkan kedalaman data. Kesimpulan dari jurnal atau penelitian terdahulu ini adalah yang terpenting dalam melakukan penelitian khalayak dengan pendekatan kualitatif menggunakan reception analysis.

Jurnal ilmiah yang menjadi penelitian terdahulu bagi peneliti adalah jurnal dari Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul “Penerimaan Pembaca Per empuan terhadap Peranan Gender Laki – laki dalam kolom

Hot Papa pada Rubr ik J awa Pos For Her”.

Dalam jurnal ini mengkaji tentang penerimaan pembaca perempuan pada rubrik hot papa di Jawa Pos. dalam penelitian ini penerimaan yang dimaksud meliputi bagaimana pemaknaan, presepsi, opini, pemikiran, pengalaman pembaca dan perasaan khalayak setelah membaca kolom hot papa di Jawa Pos. Dalam penelitian ini, peneliti terdahulu menggunakan metode

reception analysis. Dimana peneliti ingin mengeksplorasi penerimaan pembaca

(25)

reception analysis dalam penelitian ini fokus pada perhatian individu

dalam proses decoding, yaitu pada proses pemaknaan dan pemahaman yang mendalam atas teks media dan bagaimana individu menginterpretasikan isi media. hal tersebut dapat diartikan bahwa individu secara aktif menginterpretasikan teks media dengan cara memberikan makna atas pemahaman pengalamannya sesuai dengan kehidupan sehari – hari.

Dalam penelitian ini “Penerimaan Pembaca Perempuan terhadap Peranan Gender Laki – laki dalam kolom Hot Papa pada Rubr ik J awa Pos

For Her” ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode reception

analysis. Dan tipe dari penelitian ini adalah eksploratif karena menggali lebih

dalam tentang penerimaan.Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni FGD atauu Focus Group Disscusion. Yang mana melalui FGD ini digunakan untuk mengeksplorasi data dari informan. Pembahasan dari penelitian ini yakni seputar bagaiaman penerimaan 6 orang informan terhadap visualisasi, bahasa, penempatan, dan pola konsumsi, pada kolom hot papa.

(26)

Kedua penelitian terdahulu diatas sama – sama membahas tentang

reception analysis. Namun jurnal “Penelitian dalam Perspektif reception

analysis” membahas secara konseptual teori dan penggunaan reception analysis.

Sedangkan penelitian yang kedua “Pener imaan Pembaca Perempuan terhadap Peranan Gender Laki – laki dalam kolom Hot Papa pada Rubr ik J awa Pos For Her” membahas implikasi dari penggunaan reception analysis. Hal tersebut yang menjadi alasan peneliti saat ini mengambil reception analysis. Karena sesuai dengan permasalahan yang dibahas yakni teks media dalam tayangan FTV.

2.2 Televisi dan Per kembangannya

Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Awal perkembangan bentuk komunikasi massa yakni berasal dari perkembangan kata, media of mass communication.

Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney, menyebutkan bahwa :

“Mass Communication is a process whereby mass – produce message are

transmitted to large, anonymous and heterogeneous masses of receivers”. Yang

di terjemahkan yakni komunikasi massa adalah proses dimana pesan – pesan yang di produksi secara massal atau tidak sedikit itu di sebarkan kepada massa penerimaan pesan yang luas yang bersifat anonim, dan heterogen.(Nurudin : 2007 : 3 – 12)

(27)

media televisi ini adalah dapat menyampaikan pesannya secara langsung. Menurut sosiolog Marshall McLuhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “desa global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batas – batasnya di terobos oleh media televisi. Keberadaan komunikasi massa media televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan lainnya dalam berbagai hal.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi – sisi pergaulan hidup manusia. Media televisi akhirnya melahirkan istilah baru dalam pola peradaban manusia yang lebih dikenal dengan Mass Culture atau kebudayaan massa. Manusia cenderung menjadi konsumen budaya massa melalui ‘kotak ajaib” yang menghasilkan suara dan gambar individu juga dihadapkan kepada realitas sosial yang tertayang di media massa.

(28)

melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama. (Kuswandi : 1996 : 20 – 29)

2.2.1 Televisi dan Budaya Populer

Televisi sudah bukan lagi merupakan barang mewah bagi sebagian besar penduduk di dunia. Hampir seluruh rumah memiliki benda yang satu ini. Beragam stasiun TV dengan aneka program siarannya yang disajikan dengan kualitas gambar dan tata suara yang apik, menjadikan televisi sebagai sumber segala informasi, berita, dan juga hiburan yang dibutuhkan kita semua. (artikel : Sejarah ditemukannya Televisi oleh http://www.engineeringtown.com/).

Media televisi saat ini lebih mendorong generasi bangsa ke dalam budaya pop. Ironisnya, budaya pop ini semakin mengikis nilai agama dan budaya,sehingga mengancam hilangnya jati diri generasi bangsa.

(29)

(

http://muda.kompasiana.com/2012/06/19/budaya-pop-bentuk-penjajahan-millenium-470961.html diakses pada 31 juli 2013)

Budaya pop merupakan fenomena global. Dengan lain kata, fenomena ini terjadi di banyak negara di dunia sebagai akibat arus globalisasi. Salah satu faktornya adalah media. Merebaknya berbagai macam media yang kian mudah diakses sangat menentukan terhadap masuknya berbagai macam budaya dari luar, terutama dari barat.

Tentu, masyarakat kota yang pertama-tama merasakan arus globalisasi ini. Peran media sangatlah besar dalam hal ini. Terutama televisi, ia menjelma kebutuhan penting bagi masyarakat perkotaan. Sebagian besar masyarakat kota memilikinya. Tanpa disadari, televisi yang menjadi ritual tontonan setiap hari, berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat. (artikel pada

http://forumkasogi.wordpress.com/2012/10/12/media-dan-budaya-pop/ diakses

pada 31 juli 2013)

Televisi adalah kekayaan yang terbuka bagi semua orang dalam masyarakat industri dan semakin mengalami pertumbuhan di Negara – Negara berkembang. Televisi juga merupakan sumber pengetahuan yang popular. Menurut Hall, 1977 : 140 televisi saat ini berdampak pada “ketentuan dan konstruksi selektif pengetahuan sosial, imajinasi sosial, dimana kita mempresepsikan dunia” realitas yang dijalani”.

(30)

pada televisi yakni berputar – putar dan hubungan interpersonal. Biasanya tema perkawinan, perceraian, putusnya hubungan, jalinan baru dan cekcok, aksi balas dendam, dan cinta kasih adalah tema yang dipilih. (Storey, 2007 : 271 & 278)

Sedangkan menurut McQuail (1996:38), wujud budaya pop beraneka ragam – misalnya ; bahasa, busana, musik, tata cara, dan sebagainya. Budaya pop berkaitan erat dengan media massa yang dalam hal ini adalah TV bahkan dapat dikatakan bahwa media massa berperan penting dalam imperialisme budaya sebagaimana teori imperialisme budaya atau imperialisme media yang berasumsi bahwa media dapat membantu modernisasi dengan memperkenalkan “nilai-nilai Barat” dan mengaburkan nilai-nilai tradisional serta hilangnya keaslian budaya lokal.

Media menghasilkan pengaruh negatif atau regresif terhadap budaya penerima melalui produk media aktual, tema dan gaya, serta melalui praktek dan nilai-nilai profesional (McQduail (1996:41).(dikutip berdasarkan jurnal ilmiah “Tayangan hiburan tv dan penerimaan budaya popular” oleh Nuryani Tri Rahayu – FISIP Univ. Veteran Bangun Nusantara).

2.2.2 Khalayak “Pemirsa” Televisi

Masyarakat pada umumnya mendefinisikan khalayak sebagai semua massa dan kadang – kadang sebagai sebuah komunitas.

(31)

a. Audience cenderung berisi individu – individu yang condong untuk

berbagi pengalaman dan di pengaruhi oleh hubungan sosial dalam memilih produk media yang digunakan

b. Audience cenderung besar dan luas.

c. Audience bersifat heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan sosial

dan masyarakat

d. Audience cenderung anonym yakni tidak mengenal satu sama lain.

Yang berbeda tempat.

e. Audience juga terpisah jauh dengan komunikator (televisi) (Nurudin:

2004 : 96 – 98)

Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuat pemirsannya ketagihan. Televisi mempunyai manfaat dan unsur positif yang berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Namun tergantung pada acara yang ditayangkan televisi. Salah satu manfaat televisi bagi pemirsanya yakni psikomotorik yakni berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif.

(32)

(http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/04/17/televisi-450473.html

diakses 27 agustus 2013)

Khalayak dibagi menjadi 2 bentuk yakni khalayak aktif dan khalayak pasif. Frank Biocca dalam diskusinya mengatakan bahwa ada lima ciri khalayak aktif yakni :

1. Khalayak aktif adalah khalayak yang selektif terhadap media yang digunakannya. (selektivitas)

2. Khalayak aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan tujuan – tujuan khusus. (utilitariansme)

3. Khalayak mengisyaratkan penggunaan isi media mempunyai tujuan tertentu. ( kesenjangan)

4. Khalayak secara aktif, mengikuti, memikirkan, dan menggunakan media. ( keterlibatan)

5. Khalayak aktif tahan terhadap pengaruh dan mereka tidak mudah di bujuk oleh media apa saja. (impervious to influences) (Puji 2005 : 73-74)

(33)

massa tidak dapat di kategorikan karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen.(Bungin : 2006 : 75 – 76)

Elvinaro dalam bukunya komunikasi massa sebagai suatu pengantar mengatakan bahwa dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian.

Komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa, baik yang masuk dalam kategori anak – anak, remaja, dewasa, maupun orang – orang pada umumnya. Kebiasaan dan minat tiap kelompok pemirsa, biasanya diketahui melalui survey. Jadi setiap acara televisi yang ditayangkan, benar – benar berdasarkan kebutuhan pemirsa bukan acara yang dijejalkan begitu saja. (Elvinaro & Komala : 2004 : 131).

Dampak negatifnya adalah penurunan kualitas tayangan yang disajikan kepada penonton karena hanya berorientasi kepada profit semata. Acara dari sebuah stasiun televisi yang baru dan fenomenal akan disambut masyarakat dengan rasa ingin tahu dan antusiasme yang tinggi.(http://eprints.undip.ac.id/37715/1/Amalia_Dessy_Witari_%28D2C00800

(34)

2.2.3 Televisi di Indonesia

Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia (Effendi, 2004).

Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Saat ini media layar kaca tersebut, menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Masuknya televisi di Indonesia ( Jakarta) pada tahun 1962. Televisi yang pertama muncul di Indonesia adalah TVRI, dan saat itu jumlah pesawat televisi yakni 10.000 buah.

Setelah mengalami peningkatan jumlah pesawat televisi dan juga perkembangan industry pertelevisian, maka semakin maraklah persaingan televisi di Indonesia ( Kuswandi : 1996 : 36) Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.

(35)

Saat ini, setelah munculnya berbagai macam saluran televisi, acara-acara di TV pun bermacam-macam, seperti hiburan dengan acara sinetron,music. Tetapi tidak hanya itu, TV tidak melupakan fungsi terdahulunya, sebagai pencari informasi, yaitu dengan adanya berita di setiap stasiun TV dan juga acara seperti bolang, untuk menambah wawasan yang ditunjukan kepada anak-anak.

Stasiun televisi swasta , baik yang bersifat lokal maupun nasional, di satu sisi mampu menghadirkan program tayangan beragam. Variasi ini bisa memberikan keleluasaan penonton untuk memilih program yang sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi dilain pihak, tingkat persaingan untuk memperoleh rating dan perhatian penonton juga semakian meningkat. Dampak negatifnya adalah penurunan kualitas tayangan yang disajikan kepada penonton karena hanya berorientasi kepada profit semata.( http://eprints.undip.ac.id/37715/1/Amalia_Dessy_Witari_%28D2C0080

07%29.pdf )

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

(36)

TVRI mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004)

2.2.4 Dampak Kehadir an Televisi

Setuju, apabila televisi merupakan sebuah media yang dipergunakan untuk mendidik, memberi informasi yang positif, dan bukan hanya memberikan hiburan kepada seluruh penontonnya.

(

http://infopublik.kominfo.go.id/read/49143/televisi-mendidik-dan-memberikan-dampak-positif.html )

Berdasarkan penelitian Nielsen Media Research, The New York November 2008, orang – orang menghabiskan waktu menonton TV meningkat secara konsisten setiap tahun sejak tahun 1950. Hal ini menunjukan semua orang yang ada di rumah rata – rata memiliki TV dan menyalakan televisi mereka. Dan saat ini televisi telah di tuduh menjadi sebab penurunan kemampuan.(Biagi 2008 : 201 – 202)

(37)

Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa didukung oleh beberapa hal, yaitu: pertama, televisi memiliki keunggulan sebagai media yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual) karena mempunyai gambar. Gambar yang muncul pada televisi bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Selain itu, televisi dapat diletakkan di sudut ruangan sehingga pemiliknya dapat menikmati

siarannya lebih santai dan

nyaman.(http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/23/dampak-media-televisi

terhadap-psikologi-masyarakat-357988.html)

Secara teoretis, Kuswandi mangatakan bahwa ada tiga dampak yang ditimbulkan acara televisi terhadap khalayak (pemirsa), yaitu:

1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada model yang sedang aktual sehingga pemirsa ikut-ikutan untuk mencontohnya.

3.Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari para pemirsa.(

(38)

Kebanyakan orang tidak menyadari bahayanya siaran televisi yang ada saat ini karena mungkin pola pikirnya sudah ikut pada pola pikir (doktrin/propaganda) yang sengaja ditanamkan oleh saluran tv yang ada. Yang paling rentan adalah anak-anak dan remaja yang sangat mudah dibentuk pola pikirnya oleh televisi. Jadi wajar jika saat ini sumber daya manusia di indonesia secara umum bisa dikatakan kurang berkualitas. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena tayangan tv di negara kita yang sangat buruk.(

http://organisasi.org/dampak-buruk-pengaruh-negatif-tayangan-televisi-murahan-bagi-masyarakat)

Terlepas dari pengaruh positif atau negatif, pada intinya media televisi telah menjadi cermin budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi yang semakin berkembang pesat. ( http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/23/dampak-media-televisi-terhadap-psikologi-masyarakat-357988.html diakses 8 September

2013

2.3 Remaja Sebagai Khalayak Televisi

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

(39)

– 21 (Monks et. Al. 2002 : 260) Kalangan remaja yang termasuk dalam kelompok ini adalah remaja yang secara psikologis, yang mana merupakan individu, baik laki – laki maupun perempuan dengan batasan usia antara 11 – 24 tahun adalah khalayak yang sangat potensial untuk diterpa media termasuk film. dikutip : Remaja dan gaya hidup dalam film Indonesia oleh IGAK Satrya Wibawa, S.Sos – Lembaga Penelitian Univ. Airlangga).

Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Berdasarkan portal berita http://kesehatan.kompasiana.com

perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Abin syamsudin maknum (1996) mengartikan kepribadian sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. (

(40)

Dengan kata lain Remaja adalah masa usia peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Masa remaja dipenuhi dengan kebimbangan, bimbang dalam mengambil sikap dan keputusan. Tidak dapat kita pungkiri kemodernan telah masuk dalam setiap sendi kehidupan kita. Informasi, teknologi, dan komunikasi telah berkembang dengan pesatnya.

Televisi bukan lagi barang mewah yang mahal. Permasalahan muncul ketika televisi memberikan tayangan-tayangan yang negatif, yang berdampak bagi kalangan remaja. Pornografi, kekerasan, dan budaya hedonisme sering disajikan dalam tayangan televisi, baik itu film, sinetron, maupun iklan. Remaja telah dijajah secara tidak langsung untuk melakukan dan mencontohi setiap apa yang ia lihat dan dengar dari tayangan televisi.(

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/05/22/ketika-layar-kaca-menjajah-remaja-459165.html)

2.3.1 Identitas Diri Remaja

(41)

mencari bentuk hingga biasanya individu matang identitas dirinya begitu lepas dari masa dewasa awal.

Pembentukan identitas diri meliputi perpaduan antara berbagai keterampilan, keyakinan dan identifikasi. Masa anak menjadi suatu hal yang logis, khas yang terjadi pada masa remaja yang merupakan perpaduan pada masa lampau dan arah menuju masa depan. Marcia ( 1993)

Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. masa remaja adalah masa krisis pencarian identitas diri (identity

crisis) yang menunjukkan bahwa pada masa ini individu dihadapkan pada tugas

perkembangan yang utama yaitu menemukan kejelasan identitas. Krisis yang dialami pada masa remaja berfungsi untuk menetapkan suatu identitas stabil.( http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-identitas-diri.html

diakses 4 Agustus 20130)

(42)

dampak spesifik terhadap perkembangan pola pikir. hidup (elikson dalam papalia dan olds, 2001).

Hal ini bisa jelas terlihat pada tingkah laku, model pakaian, dan gaya hidup yang mana mencerminkan identitas diri remaja. Remaja yang gelisah dan selalu menginginkan hasil instan akan jauh lebih mudah menyerap nilai-nilai yang ditonton. Remaja yang sedang berkembang tentunya akan terus menantang dan memperbaharui pola pikir mereka. Salah satu informasi yang bisa jadi rujukan adalah tayangan media massa.(dikutip artikel : Kebiasaan Menonton

Sinetron Remaja Di Televisi Dengan Perilaku Seksual Remaja” portal berita

http://log.viva.co.id/search?q=dampak+televisi+bagi+remaja&m=art )

2.3.2 Gaya Hidup Remaja dan Televisi

Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya.(Kotler, 2002 : 108). Gaya hidup adalah pola – pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Yang mana pola – pola kehidupan ini kadang diartikan sebagai budaya.

(43)

bertutur kata, cara berpakaian, pilihan hiburan.(suyanto : 2004 : 162). Yang kesemuanya di dapat melalui media televisi.

Televisi sudah menjadi gaya hidup dan trendsetter bagi sebagian masyarakatt Indonesia. Dan saat ini televisi bukan lagi menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakat. Pemirsa televisi

Dengan hadirnya media Televisi serta aneka ragam acaranya, masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi secara tepat dari berbagai wilayah. Saat ini hadirnya film televisi, sinetron dan produk televisi lainnya semakin lama mencermikan kehidupan sosial yang di inginkan oleh masyarakat. Masyarakat jenuh dengan kehidupan penderitaan dan kemiskinan yang digambarkan oleh sinetron.

Dan saat ini mereka mungkin menginginkan kehidupan yang baru, yang mana mereka dapatkan dari televisi yang bercerita tentang kehidupan mewah dan bebas. Saat ini gaya hidup yang dihasilkan oleh televisi memberikan dampak yang cukup besar salah satunya bagi remaja. Saat ini remaja kurang selektif dalam memilih program televisi yang ditonton. Terkadang mereka menyaksikan cerita sinetron yang tidak sesuai dengan kehidupan pada umumnya. (Kuswandi, 2008 : 87 – 92)

(44)

televisi dinilai selain memberikan informasi secara aktual dan faktual, televisi juga menyajikan acara yang sifatnya menghibur.

Gaya hidup metropolis hasil dari rekonstruksi media telah merubah peradaban masyarakat perkotaaan menjadi gemerlap. Para remaja dengan dandanannya yang serba glamor dan terkadang menor serta tempat tongkrongan yang serba wah, seperti mall, cafe, diskotik, restoran hotel telah merubah image mereka menjadi kelas tersendiri. Para profesional entah apa jabatannya juga banyak terpengaruh oleh gaya hidup yang dilancarkan oleh media lewat tayangan program acara di televisi.

Gaya hidup yang di terapkan oleh para profesional itu selain menyesuaikan tuntutan Life Style dalam masyarakat modern dikarenakan adanya suatu konsekuensi yang diambil berkat pengaruh lingkungan kerja serta tempat tinggalnya yang telah tercipta dengan sistem pengkelasan status sosial. (Dikutip dari artikel esaunggul.ac.id antara televisi dan gaya hidup oleh Teguh Imanto : 2012)

2.4 FILM TELEVISI ( FTV)

FTV adalah jenis film yang diproduksi untuk televisi yang dibuat oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi berdurasi 120 menit sampai 180 menit dengan tema yang beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, cinta dan agama.

(45)

1. Film televisi diproduksi oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi untuk disiarkan melalui televisi, film bioskop dibuat untuk ditayangkan di bioskop.

2. Proses pembuatan film televisi lebih singkat daripada film layar lebar.

3. Biaya pembuatan film televisi lebih murah daripada film layar lebar.

4. Cara menonton film televisi berbeda dengan film layar lebar karena saat menonton film layar lebar tidak terdapat iklan seperti halnya saat menonton film televisi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi)

Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan masyarakat atas sinetron. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan. Hampir semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk penayangan film televisi. Di Indonesia telah diproduksi banyak film televisi (FTV) yang diproduksi dalam kurun waktu tahun 1995 sampai sekarang. Kebanyakan tema yang diangkat adalah percintaan.

(46)

Daya tarik film televisi disebabkan oleh beberapa hal :

a. Pertama, oleh artis dan aktor yang berperan dalam FTV tersebut begitu cantik dan ganteng yang kala itu berkisah sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang trendi. Sedikit banyak penggambaran yang ada di dalamnya berbeda dengan lingkungan kampus yang penulis kira.

b. Kedua, alur cerita yang sempurna dan ideal. Cerita yang sempurna di sini bukan dari sisi kreativitas saja, melainkan dari cerita yang ingin disajikan membuat penonton berandai-andai ingin memiliki hidup seperti yang tercermin dalam sinetron tersebut.

c. Ketiga, yakni kelebihan dari FTV itu sendiri yang membuat penulis tetap duduk menjadi penikmat dan pengamat di depan layar televisi.

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/11/20/terpikat-film-televisi-504553.html )

Jumlah film televisi yang banyak berkaitan dengan tingginya minat penonton terhadap film televisi serta persaingan industri televisi itu sendiri. Menurut pendapat Banardi pribadi dalam Festival Film Indonesia, “FTV akan tetap menjadi tayangan yang dinanti pemirsa. "Ia tidak bertele-tele, ditonton sehari selesai dan tidak harus menunggu seri berikutnya.

(47)

Awards, diharapkan ada inovasi pada tayangan FTV Indonesia. (dikutip dari artikel : (

http://filmindonesia.or.id/article/ffi-2011-kuantitas-ftv-belum-seiring-kualitas#.Uhgd9n8_iS0).

FTV yang tayang di Indonesia sudah semakin banyak. Dengan beragam kisah, FTV kerap mewarnai layar kaca. Berikut adalah beberapa judul FTV yang tayang di SCTV, yang masuk menjadi nominasi FTV di Festival Film Indonesia, yakni : Bintang Film, Cinta Pengamen Badut, Citra, Nama ku Pariyem, Pahala Terindah (

http://showbiz.liputan6.com/read/459484/inilah-nominasi-ftv-festival-film-indonesia-2012 )

2.4.1 FTV Indahnya Cinta Pertama

Indahnya cinta pertama merupakan salah satu FTV yang bertemakan remaja, cinta dan persahabatan. FTV ini diperankan oleh Boy William dan girl band blinkz. Isi cerita dalam FTV ini yakni tentang anak seorang tukang bengkel yang di perankan oleh Feby blinkz yang bersekolah di sekolah mewah karena mendapatkan bea siswa.

(48)

Mereka adalah anak dari keluarga kaya. setiap kesekolah mereka selalu menggunakan make up dan juga di perhiasan – perhiasan mewah.

Singkat cerita, Vera yang tergolong anak yang sederhana dan sabar akhirnya berteman dengan Pinky. Vera selalu membantu pinky saatt kesusahan dan juga saat ia membutuhkan sahabatnya. Di akhir cerita FTV ini, konflik antara mereka kembali terjadi karena Vera dan Pinky kembali memperebutkan Jason untuk menjadi pacarnya.

Berikut adalah cuplikan gambar tayangan FTV di SCTV :

(49)

Gambar 2.4.1.2 (salah satu adegan Ivy Blink Make Up sebelum Sekolah)

(50)

Gambar 2.4.1.4 (Adegan Pinky ke sekolah menggunakan syal, make up dan tas fashion)

2.5 Media dan Culture studies

Dalam kajian budaya atau Cultural Studies konsep budaya dapat dipahami seiring dengan perubahan perilaku dan struktur masyarakat di Eropa pada abad ke-19. Perubahan ini atas dampak dari pengaruh teknologi yang berkembang pesat. (

http://sosbud.kompasiana.com/2010/07/21/konsep-budaya-dalam-kajian-budaya-cultural-studies-200323.html diakses 27 Agustus 2008)

Pada dasarnya konsep culture studies merupakan kajian tentang :

• Hubungan antara kesadaran dan kuasa – budaya sebagai politik

• Identitas – formasi dalam modernitas budaya sebagai kehidupan sehari – hari

• Budaya hiburan popular yang di mediasi, budaya sebagai teks

(51)

Culture studies merupakan bidang penelitian multi dan post-disipliner

yang mengaburkan batas – batas antara dirinya dengan subjek lain. Dengan kata lain culture studies adalah satu teori yang dibangun dengan memandang produksi pengetahuan teoritis. Bennet (1998 : 28) dalam buku “Culture studies

Teori dan Praktik” culture studies didefinisikan terkait dengan semua praktik,

institusi dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam nilai – nilai, kepercayaan, kompetensi, rutinitas kehidupan dan bentuk – bentuk kebiasaan perilaku suatu masyarakat.(Barker : 2005 : 4 – 7)

Dalam kaitan ini lebih tepat mengikuti definisi Bernett (Barker, 2005:7) :

1. Cultural studies adalah suatu arena interdisipliner di mana perspektif dari disiplin yang berlainan selektif dapat diambil dalam rangka menguji hubungan antara kebudayaan dan kekuasaan.

2. Cultural studies terkait dengan semua praktik, institusi, dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam nilai-nilai, kompetensi, rutinitas kehidupan, dan bentuk-bentuk kebiasaan perilaku masyarakat.

(52)

Anggapan ini memang ada sedikit kekurangannya, karena realita cultural studies memang sulit lepas dari aspek budaya. Namun, cultural studies sebenarnya lebih luas dari sekedar studi budaya lewat teks. (Suwardi FBS Universitas Negeri Yogyakarta - Makalah Seminar Internasional Cultural Studies)

Menurt Stuart hall (1992) dalam buku cultural studies dan kajian budaya

popular, Culture studies mengandung wacana yang berlipat ganda, maksudnya

adalah culture studies mencakup berbagai jenis karya yang berbeda.Culture

studies didasarkan pada marxisme, yang mana menerangkan culture studies

dalam dua cara. Pertama adalah memahami makna dari teks atau praktik budaya, yang mana harus menganalisis dalam konteks sosial dan historis produksi dan konsumsinya.

Cultural studies menegaskan bahwa nilai pentingnya budaya berasal dari fakta, bahwa budaya membantu membangun struktur dan membentuk budaya. Culturak studies juga memunculkan perayaan terhadap konsumerisme yang tidak kritis, yang didalamnya konsumsi di pahami semata – mata dari segi kesenangan dan pembentukan makna. Hall (dalam storey 1996) mengatakan “pemahaman apa yang telah cultural studies sumbangkan kepada saya adalah

bahwa media memainkan satu peran dalam formasi, dalam penyusunan, atas

hal – hal yang direflesikannya”(Storey : 2008 : 1 – 8)

(53)

kode yang terpisah. Teks yang sama akan bermakna berbeda, tergantung bagaimana teks di interpretasikan. Sebuah teks hanya bisa bermakna sesuatu dalam konteks pengalaman dari situasi khalayaknya. Mempelajari teks media, berarti juga mempelajari bagaimana teks di interpretasikan dan bagaimana teks di fungsikan bagi khalayaknya.(Storey 2008 : 7 – 8)

Culture studies juga menegaskan bahwa penciptaan budaya pop ( praktik

produksi) bisa menentang pemahaman dominan terhadap dunia serta menjadi pemberdayaan bagi mereka yang subordinat. Dan dalam hal ini culture studies menegaskan bahwa untuk memutuskan perkara ini diperlukan kewaspadaan dan perhatian terhadap detail – detail produksi, distribusi dan konsumsi budaya.

2.6 Reception analysis

Dalam menjelaskan pandangannya mengenai penafsiran, Hall membuat pendekatan terhadap penelitian khalayak yang dikenal dengan studi penerimaan atau analysis penerimaan. Dan ciri dari penelitian ini adalah berfokus terhadap isi. Seiring dengan pendekatan studi penerimaan yang berkembang di kajian budaya, ahli sosiologi Pertti Alasuutari (1999) “penelitian Penerimaan telah memasuki tahapan ketiga. Tahap pertama berkutat pada pengodean panfsiran milik hall dan tahap kedua di dominasi oleh studi etnografi oleh Morley.(Baran & Davis 2010 : 303 – 306)

Salah stau tandar untuk mengukur khalayak media adalah menggunakan

reception analysis. Yang mana metode ini merupakan kajian makna atas

(54)

makna teks media penonton atau pembaca atau program televisi yang diciptakan antara interaksi antara khalayak dengan teks medianya. (Hadi,2009)

Reception analysis bisa dikatakan sebagai perspektif baru dalam aspek

wacana dan sosial dari teori komunikasi (Jensen,1999:135). Sebagai respon terhadap tradisi scientific dalam ilmu sosial, reception analysis menandaskan bahwa studi tentang pengalaman dan dampak media.Pemanfaatan teori

reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak

sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media.

Reception analysis menyarankan baik Audience maupun konteks

komunikasi massa perlu dilihat sebagai suatu spesifik sosial tersendiri dan menjadi objek analisis empiris. Perpaduan dari kedua pendekatan (sosial dan perspektif diskursif) itulah yang kemudian melahirkan konsep produksi sosial terhadap makna (the social production of meaning).

Analisis resepsi kemudian menjadi pendekatan tersendiri yang mencoba mengkaji secara mendalam bagaimana proses-proses aktual melalui mana wacana media diasimilasikan dengan berbagai wacana dan praktik kultural audiensnya (Jensen, 1999:137 dalam Mengkaji Khalayak Media dengan Metode Penelitian Resepsi oleh tri adi nugroho Universitas Jenderal Soedirman)

Reception analysis merupakan metode terbaru dalam meneliti khalayak

(55)

masyrakat yang tidak pasif dan hanya diam saat menerima terpaan media. selain itu reception analysis juga merupakan sebuah metode untuk melihat sebuah fenomena masyarakat yang memberikan makna terhadap isi media.

Reception analysis merupakan analisis penerimaan, namun setiap

individu memaknai pesan media berdasarkan field of experience dan frame of

reference masing masing individu.

Teori reception mempunyai argument, bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara khalayak memirsa atau membaca media, misalnya film atau program televisi. Secara konseptual khalayak mengkonsumsi media dalam berbagai cara dan kebutuhan. Dan dalam konteks ini, melihat individu sebagai pengkonsumsi teks media dan bagaimana memandang dan memahami teks media ketika berhubungan dengan media. Studi mengenai penerimaan media ini, harus menekankan kepada studi khalayak sebagai bagian dari interpretative.(Hadi : 2009)

Langkah – langkah dalam penelitian reception analysis yakni :

(56)

di kalangan pemirsa artinya, wawancara berlangsug untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya.

2. Kedua, menganalisis hasil atau temuan dari wawancara atau rekaman proses jalannya focus group discussions (FGD). Setelah wawancara dan FGD sebagaimana langkah pertama di atas dilakukan maka, tahap berikutnya peneliti akan mengkaji catatan wawancara tersebut yang berupa ratusan transkrip wawancara yang di dalamnya kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyaatan, pertanyaan, komentar dsb. dari peserta diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan dan sebaliknya, dilihat dari berbagai latar belakang sosio kultural peserta diskusi.

(57)

2.7 Kerangka Berpikir

Remaja adalah bagian dari perkembangan manusia tentunya membutuhkan informasi dari media televisi. Hidup di zaman cyber memang penuh dengan tantangan terutama bagi remaja salah satunya adalah televisi. Dengan hadirnya televisi Menimbulkan banyak dampak spesifik terhadap perkembangan pola pikir remaja. Hal ini bisa jelas terlihat pada tingkah laku, model pakaian dan pembentukan identitas diri. Identitas diri dalam hal ini mengungkapkan tentang cara berbicara sehingga berdampak pada perubahan remaja.

Selain itu televisi yang memiliki Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola – pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. (Kuswandi : 1996 : 20 – 29). Televisi sudah bukan lagi merupakan barang mewah bagi sebagian besar penduduk di dunia. Hampir seluruh rumah memiliki media audio visual ini.

(58)

FTV juga menimbulkan Interpretasi bagi para khalayak, khususnya remaja yang secara aktif, dalam arti mengikuti, memikirkan, dan menggunakan media.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih metode reception analysis. Peneliti menggunakan metode ini karena reception analysis, menganalisis pemaknaan khalayak tentang teks media. peneliti dalam mengumpulkan data, menggunakan screening question awalnya. Yang mana screening question ini nantinya akan membantu peneliti untuk menyaring informan yang sesuai dengan permasalahan peneliti.

Selanjutnya peneliti akan menggunakan Metode FGD untuk melihat bagaimana tanggapan dari informan yang akan peneliti kumpulkan dalam menjawab permasalahan yang disampaikan peneliti. Selain itu penenliti juga akan melihat dari segi pemaknaan, opini dan argument serta verbal dan non verbal dari informan.

(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Denzin dan lincoln dalam buku metodologi penelitian kualitatif, mengemukakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan. Selain itu penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pendangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.(Moleong 2006 : 5)

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin (1997), Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistic atau cara kuantifikasi lainnya.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam – dalamnya. Dalam penelitian kualitatif, yang lebih di tekankan adalah persoalan kedalaman data bukan banyaknya data.(Kriyantono 2006 : 192)

(60)

maknainya.Secara konseptual khalayak mengkonsumsi media dalam berbagai cara dan kebutuhan.

Dan dalam konteks ini, melihat individu sebagai pengkonsumsi teks media dan bagaimana memandang dan memahami teks media ketika berhubungan dengan media.(Hadi : 2009)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan screening question untuk menjaring khalayak media aktif yang nantinya akan peneliti jadikan informan yang sesuai dengan penelitian.Setelah melakukan screening question, peneliti juga melakukan teknik FGD atau Focus Group Disscusion.Yang mana teknik ini digunakan untuk mengeksplorasi dan mendapatkan kedalaman data dari informan. Dengan berpedoman pada penelitian kualitatif dan studi reception analysis, serta teknik pengumpulan data Screening Question dan FGD yang dibuat berdasarkan adanya kenyataan.Maka penelitian ini membahas tentang reception analysis remaja pada identitas remaja di FTV Sinema Siang SCTV.

3.2 Definisi Konseptual 3.2.1 Reception Analysis

Reception analysis merupakan metode terbaru dalam meneliti khalayak

(61)

Selain itu, reception analysis merupakan analysis penerimaan, namun setiap individu memaknai pesan media berdasarkan field of experience dan frame of reference masing masing individu. Reception analysis bisa dikatakan sebagai perspektif baru dalam aspek wacana dan sosial dari teori komunikasi (Jensen,1999:135)

Reception mempunyai argument, bahwa faktor kontekstual

mempengaruhi cara khalayak memirsa atau membaca media, misalnya film atau program televisi. Secara kaonseptual khalayak mengkonsumsi media dalam berbagai cara dan kebutuhan.(Hadi : 2009 )

Langkah – langkah dalam penelitian reception analysis yakni :

1. Pertama, mengumpulkan data dari khalayak. Data bisa diperoleh melalui wawancara mendalam (baik individual maupun kelompok). Dalam uraian ini lebih ditekankan perolehan data melalui wawancara kelompok yang akrab disebut focus group interview, sebagaimana pernah dilakukan oleh Jensen (1999). Perlu ditekankan bahwa dalam analisis resepsi, perhatian utama dalam wawancara mendalam secara kelompok tetap harus berpegang pada “wacana yang berkembang setelah diantarai media di kalangan pemirsa artinya, wawancara berlangsug untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya.

(62)

berikutnya peneliti akan mengkaji catatan wawancara tersebut yang berupa ratusan transkrip wawancara yang di dalamnya kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyaatan, pertanyaan, komentar dsb. dari peserta diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan dan sebaliknya, dilihat dari berbagai latar belakang sosio kultural peserta diskusi.

3. Ketiga, tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap pengalaman bermedia dari khalayaknya. Perlu dicatat bahwa dalam tahap ini sebenarnya seorang peneliti tidak sekedar mencocokkan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi di lapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan yang riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya.

(63)

3.2.2 Identitas Remaja

Identitas diri secara umum sebagai keberlanjutan menjadi seseorang yang tunggal dan pribadi yang sama, yang dikenali oleh orang lain. Secara jelas aspek social, identitas diri sebagai kesadaran seseorang akan bagaimana ia dikenali.

Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) remaja dalam hal ini memiliki batasan usia antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Adapun yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (elikson dalam papalia dan olds, 2001).(

http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2013/06/04/perkembangan-masa-remaja-562294.html)

Identitas diri inilah yang menuntun remaja untuk mulai mengkonsumsi media salah satunya televisi. Hal ini bisa jelas terlihat pada tingkah laku seperti yang terlihat dalam FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV, saat berpamitan dengan orang tua, ada yang teriak “ Ma, Pa, berangkat ya !! aku telat nih” atau ada yang mencium pipi orang tua sambil memeluk.

(64)

menyerap nilai-nilai yang ditonton.

(http://log.viva.co.id/search?q=dampak+televisi+bagi+remaja&m=art )

Dalam penelitian ini, identitas diri yang dimaksud adalah proses bagaiamana remaja itu dikenali dan bagaimana Pembentukan identitas diri meliputi keterampilan, keyakinan dan identifikasi dalam hal ini gaya hidup, tingkah laku dan model pakaian yang ada di FTV serta identitas remaja yang di tampilkan oleh FTV Indahnya Cinta Pertama SCTV.

3.2.3 FTV Indahnya Cinta Pertama

FTV adalah jenis film yang diproduksi untuk televisi yang dibuat oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi berdurasi 120 menit sampai 180 menit dengan tema yang beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, cinta dan agama.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi)

Daya tarik film televisi disebabkan oleh beberapa hal yakni pertama, oleh artis dan aktor yang berperan dalam FTV tersebut begitu cantik dan ganteng yang kala itu berkisah sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang trendi. Kedua, alur cerita yang sempurna dan ideal. Cerita yang sempurna di sini bukan dari sisi kreativitas saja, Ketiga, yakni kelebihan dari FTV itu sendiri yang membuat penulis tetap duduk menjadi penikmat dan pengamat di depan layar televisi.

http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/11/20/terpikat-film-televisi-504553.html )

Gambar

Gambar 2.4.1.1 (FTV Indahnya Cinta Pertama oleh Blinkz)
Gambar 2.4.1.2 (salah satu adegan Ivy Blink Make Up sebelum Sekolah)
Gambar 2.4.1.4 (Adegan Pinky ke sekolah menggunakan syal, make up

Referensi

Dokumen terkait