FTV adalah jenis film yang diproduksi untuk televisi yang dibuat oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi berdurasi 120 menit sampai 180 menit dengan tema yang beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, cinta dan agama.
1. Film televisi diproduksi oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi untuk disiarkan melalui televisi, film bioskop dibuat untuk ditayangkan di bioskop.
2. Proses pembuatan film televisi lebih singkat daripada film layar lebar. 3. Biaya pembuatan film televisi lebih murah daripada film layar lebar. 4. Cara menonton film televisi berbeda dengan film layar lebar karena saat
menonton film layar lebar tidak terdapat iklan seperti halnya saat menonton film televisi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi) Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan masyarakat atas sinetron. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan. Hampir semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk penayangan film televisi. Di Indonesia telah diproduksi banyak film televisi (FTV) yang diproduksi dalam kurun waktu tahun 1995 sampai sekarang. Kebanyakan tema yang diangkat adalah percintaan.
FTV memiliki beberapa kelebihan dari tayangan-tayangan lain yang senada dengannya. Disebut sebagai film televisi karena durasinya seperti film yang hanya 2-2,5 jam. Berbeda dengan sinetron yang memerlukan beberapa episode untuk menyelesaikan sebuah cerita hingga ending. FTV, dalam sekali tayang dapat selesai.
Daya tarik film televisi disebabkan oleh beberapa hal :
a. Pertama, oleh artis dan aktor yang berperan dalam FTV tersebut begitu cantik dan ganteng yang kala itu berkisah sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang trendi. Sedikit banyak penggambaran yang ada di dalamnya berbeda dengan lingkungan kampus yang penulis kira. b. Kedua, alur cerita yang sempurna dan ideal. Cerita yang sempurna di
sini bukan dari sisi kreativitas saja, melainkan dari cerita yang ingin disajikan membuat penonton berandai-andai ingin memiliki hidup seperti yang tercermin dalam sinetron tersebut.
c. Ketiga, yakni kelebihan dari FTV itu sendiri yang membuat penulis tetap duduk menjadi penikmat dan pengamat di depan layar televisi.
http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/11/20/terpikat-film-televisi-504553.html )
Jumlah film televisi yang banyak berkaitan dengan tingginya minat penonton terhadap film televisi serta persaingan industri televisi itu sendiri. Menurut pendapat Banardi pribadi dalam Festival Film Indonesia, “FTV akan tetap menjadi tayangan yang dinanti pemirsa. "Ia tidak bertele-tele, ditonton sehari selesai dan tidak harus menunggu seri berikutnya.
Sebuah tayangan sederhana yang akan tetap memiliki penonton. Namun, variasi, inovasi, dan kreativitas yang akan menentukan FTV ini akan seperti sekarang terus atau naik." Dengan adanya penghargaan, seperti FFI atau FTV
Awards, diharapkan ada inovasi pada tayangan FTV Indonesia. (dikutip dari artikel : (
http://filmindonesia.or.id/article/ffi-2011-kuantitas-ftv-belum-seiring-kualitas#.Uhgd9n8_iS0).
FTV yang tayang di Indonesia sudah semakin banyak. Dengan beragam kisah, FTV kerap mewarnai layar kaca. Berikut adalah beberapa judul FTV yang tayang di SCTV, yang masuk menjadi nominasi FTV di Festival Film Indonesia, yakni : Bintang Film, Cinta Pengamen Badut, Citra, Nama ku Pariyem, Pahala Terindah (
http://showbiz.liputan6.com/read/459484/inilah-nominasi-ftv-festival-film-indonesia-2012 )
2.4.1 FTV Indahnya Cinta Pertama
Indahnya cinta pertama merupakan salah satu FTV yang bertemakan remaja, cinta dan persahabatan. FTV ini diperankan oleh Boy William dan girl band blinkz. Isi cerita dalam FTV ini yakni tentang anak seorang tukang bengkel yang di perankan oleh Feby blinkz yang bersekolah di sekolah mewah karena mendapatkan bea siswa.
Cerita indahnya cinta pertama ini lebih kepada persahabatan bukan masalah percintaan belaka namun memang ada hubungannya. Vera atau feby blinkz merupakan remaja yang memang dari keluarga sederhana yang mempunyai Ketakutan dan minder pacaran dengan Jason dan bersahabat dengan siswa – siswa kaya lainnya. Dilain cerita Pinky (Pricilia Blinkz), Susan ( Sivia Blink) dan Meidy ( Ivy Blinkz) adalah siswa yang satu sekolah dengan Vera.
Mereka adalah anak dari keluarga kaya. setiap kesekolah mereka selalu menggunakan make up dan juga di perhiasan – perhiasan mewah.
Singkat cerita, Vera yang tergolong anak yang sederhana dan sabar akhirnya berteman dengan Pinky. Vera selalu membantu pinky saatt kesusahan dan juga saat ia membutuhkan sahabatnya. Di akhir cerita FTV ini, konflik antara mereka kembali terjadi karena Vera dan Pinky kembali memperebutkan Jason untuk menjadi pacarnya.
Berikut adalah cuplikan gambar tayangan FTV di SCTV :
Gambar 2.4.1.2 (salah satu adegan Ivy Blink Make Up sebelum Sekolah)
Gambar 2.4.1.4 (Adegan Pinky ke sekolah menggunakan syal, make up dan tas fashion)
2.5 Media dan Culture studies
Dalam kajian budaya atau Cultural Studies konsep budaya dapat dipahami seiring dengan perubahan perilaku dan struktur masyarakat di Eropa pada abad ke-19. Perubahan ini atas dampak dari pengaruh teknologi yang berkembang pesat. (
http://sosbud.kompasiana.com/2010/07/21/konsep-budaya-dalam-kajian-budaya-cultural-studies-200323.html diakses 27 Agustus 2008)
Pada dasarnya konsep culture studies merupakan kajian tentang :
• Hubungan antara kesadaran dan kuasa – budaya sebagai politik
• Identitas – formasi dalam modernitas budaya sebagai kehidupan sehari – hari
• Budaya hiburan popular yang di mediasi, budaya sebagai teks
• Ekspansi dari perbedaan – budaya sebagai sesuatu hal yang plural.(Ibrahim : 2010 : 42-43)
Culture studies merupakan bidang penelitian multi dan post-disipliner
yang mengaburkan batas – batas antara dirinya dengan subjek lain. Dengan kata lain culture studies adalah satu teori yang dibangun dengan memandang produksi pengetahuan teoritis. Bennet (1998 : 28) dalam buku “Culture studies
Teori dan Praktik” culture studies didefinisikan terkait dengan semua praktik,
institusi dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam nilai – nilai, kepercayaan, kompetensi, rutinitas kehidupan dan bentuk – bentuk kebiasaan perilaku suatu masyarakat.(Barker : 2005 : 4 – 7)
Dalam kaitan ini lebih tepat mengikuti definisi Bernett (Barker, 2005:7) : 1. Cultural studies adalah suatu arena interdisipliner di mana perspektif dari
disiplin yang berlainan selektif dapat diambil dalam rangka menguji hubungan antara kebudayaan dan kekuasaan.
2. Cultural studies terkait dengan semua praktik, institusi, dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam nilai-nilai, kompetensi, rutinitas kehidupan, dan bentuk-bentuk kebiasaan perilaku masyarakat.
Cultural studies berupaya memganalisis praktik media guna membongkar praktik kuasa yang terkait dengan produksi makna. Pemahaman tcntang cultural studies, diakui atau tidak adalah sebatas pemahaman budaya atas teks sastra. Kajian-kajian refleksi budaya dalam teks itu sering disejajarkan dengan cultural studies.
Anggapan ini memang ada sedikit kekurangannya, karena realita cultural studies memang sulit lepas dari aspek budaya. Namun, cultural studies sebenarnya lebih luas dari sekedar studi budaya lewat teks. (Suwardi FBS Universitas Negeri Yogyakarta - Makalah Seminar Internasional Cultural Studies)
Menurt Stuart hall (1992) dalam buku cultural studies dan kajian budaya
popular, Culture studies mengandung wacana yang berlipat ganda, maksudnya
adalah culture studies mencakup berbagai jenis karya yang berbeda.Culture
studies didasarkan pada marxisme, yang mana menerangkan culture studies
dalam dua cara. Pertama adalah memahami makna dari teks atau praktik budaya, yang mana harus menganalisis dalam konteks sosial dan historis produksi dan konsumsinya.
Cultural studies menegaskan bahwa nilai pentingnya budaya berasal dari fakta, bahwa budaya membantu membangun struktur dan membentuk budaya. Culturak studies juga memunculkan perayaan terhadap konsumerisme yang tidak kritis, yang didalamnya konsumsi di pahami semata – mata dari segi kesenangan dan pembentukan makna. Hall (dalam storey 1996) mengatakan “pemahaman apa yang telah cultural studies sumbangkan kepada saya adalah
bahwa media memainkan satu peran dalam formasi, dalam penyusunan, atas hal – hal yang direflesikannya”(Storey : 2008 : 1 – 8)
Sebagian besar hubungan antara khalayak dan teks popular hubungan yang aktif dan produktif. Makna teks tidak diberikan pada beberapa rangkaian
kode yang terpisah. Teks yang sama akan bermakna berbeda, tergantung bagaimana teks di interpretasikan. Sebuah teks hanya bisa bermakna sesuatu dalam konteks pengalaman dari situasi khalayaknya. Mempelajari teks media, berarti juga mempelajari bagaimana teks di interpretasikan dan bagaimana teks di fungsikan bagi khalayaknya.(Storey 2008 : 7 – 8)
Culture studies juga menegaskan bahwa penciptaan budaya pop ( praktik
produksi) bisa menentang pemahaman dominan terhadap dunia serta menjadi pemberdayaan bagi mereka yang subordinat. Dan dalam hal ini culture studies menegaskan bahwa untuk memutuskan perkara ini diperlukan kewaspadaan dan perhatian terhadap detail – detail produksi, distribusi dan konsumsi budaya. 2.6 Reception analysis
Dalam menjelaskan pandangannya mengenai penafsiran, Hall membuat pendekatan terhadap penelitian khalayak yang dikenal dengan studi penerimaan atau analysis penerimaan. Dan ciri dari penelitian ini adalah berfokus terhadap isi. Seiring dengan pendekatan studi penerimaan yang berkembang di kajian budaya, ahli sosiologi Pertti Alasuutari (1999) “penelitian Penerimaan telah memasuki tahapan ketiga. Tahap pertama berkutat pada pengodean panfsiran milik hall dan tahap kedua di dominasi oleh studi etnografi oleh Morley.(Baran & Davis 2010 : 303 – 306)
Salah stau tandar untuk mengukur khalayak media adalah menggunakan
reception analysis. Yang mana metode ini merupakan kajian makna atas
makna teks media penonton atau pembaca atau program televisi yang diciptakan antara interaksi antara khalayak dengan teks medianya. (Hadi,2009)
Reception analysis bisa dikatakan sebagai perspektif baru dalam aspek
wacana dan sosial dari teori komunikasi (Jensen,1999:135). Sebagai respon terhadap tradisi scientific dalam ilmu sosial, reception analysis menandaskan bahwa studi tentang pengalaman dan dampak media.Pemanfaatan teori
reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak
sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media.
Reception analysis menyarankan baik Audience maupun konteks
komunikasi massa perlu dilihat sebagai suatu spesifik sosial tersendiri dan menjadi objek analisis empiris. Perpaduan dari kedua pendekatan (sosial dan perspektif diskursif) itulah yang kemudian melahirkan konsep produksi sosial terhadap makna (the social production of meaning).
Analisis resepsi kemudian menjadi pendekatan tersendiri yang mencoba mengkaji secara mendalam bagaimana proses-proses aktual melalui mana wacana media diasimilasikan dengan berbagai wacana dan praktik kultural audiensnya (Jensen, 1999:137 dalam Mengkaji Khalayak Media dengan Metode Penelitian Resepsi oleh tri adi nugroho Universitas Jenderal Soedirman)
Reception analysis merupakan metode terbaru dalam meneliti khalayak
masyrakat yang tidak pasif dan hanya diam saat menerima terpaan media. selain itu reception analysis juga merupakan sebuah metode untuk melihat sebuah fenomena masyarakat yang memberikan makna terhadap isi media.
Reception analysis merupakan analisis penerimaan, namun setiap
individu memaknai pesan media berdasarkan field of experience dan frame of
reference masing masing individu.
Teori reception mempunyai argument, bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara khalayak memirsa atau membaca media, misalnya film atau program televisi. Secara konseptual khalayak mengkonsumsi media dalam berbagai cara dan kebutuhan. Dan dalam konteks ini, melihat individu sebagai pengkonsumsi teks media dan bagaimana memandang dan memahami teks media ketika berhubungan dengan media. Studi mengenai penerimaan media ini, harus menekankan kepada studi khalayak sebagai bagian dari interpretative.(Hadi : 2009)
Langkah – langkah dalam penelitian reception analysis yakni :
1. Pertama, mengumpulkan data dari khalayak. Data bisa diperoleh melalui wawancara mendalam (baik individual maupun kelompok). Dalam uraian ini lebih ditekankan perolehan data melalui wawancara kelompok yang akrab disebut focus group interview, sebagaimana pernah dilakukan oleh Jensen (1999). Perlu ditekankan bahwa dalam analisis resepsi, perhatian utama dalam wawancara mendalam secara kelompok tetap harus berpegang pada “wacana yang berkembang setelah diantarai media
di kalangan pemirsa artinya, wawancara berlangsug untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya.
2. Kedua, menganalisis hasil atau temuan dari wawancara atau rekaman proses jalannya focus group discussions (FGD). Setelah wawancara dan FGD sebagaimana langkah pertama di atas dilakukan maka, tahap berikutnya peneliti akan mengkaji catatan wawancara tersebut yang berupa ratusan transkrip wawancara yang di dalamnya kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyaatan, pertanyaan, komentar dsb. dari peserta diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan dan sebaliknya, dilihat dari berbagai latar belakang sosio kultural peserta diskusi.
3. Ketiga, tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap pengalaman bermedia dari khalayaknya. Perlu dicatat bahwa dalam tahap ini sebenarnya seorang peneliti tidak sekedar mencocokkan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi di lapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan yang riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya.
2.7 Kerangka Berpikir
Remaja adalah bagian dari perkembangan manusia tentunya membutuhkan informasi dari media televisi. Hidup di zaman cyber memang penuh dengan tantangan terutama bagi remaja salah satunya adalah televisi. Dengan hadirnya televisi Menimbulkan banyak dampak spesifik terhadap perkembangan pola pikir remaja. Hal ini bisa jelas terlihat pada tingkah laku, model pakaian dan pembentukan identitas diri. Identitas diri dalam hal ini mengungkapkan tentang cara berbicara sehingga berdampak pada perubahan remaja.
Selain itu televisi yang memiliki Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola – pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. (Kuswandi : 1996 : 20 – 29). Televisi sudah bukan lagi merupakan barang mewah bagi sebagian besar penduduk di dunia. Hampir seluruh rumah memiliki media audio visual ini.
Televisi dalam perkembangannya memiliki banyak sekali program acara yang dihasilkan dan juga Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuat pemirsannya ketagihan.salah satunya adalah FTV. Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan Saat ini FTV sudah menjadi trend tayangan televisi bagi remaja yang juga memiliki cerita tentang kehidupan remaja. Kehadiran
FTV juga menimbulkan Interpretasi bagi para khalayak, khususnya remaja yang secara aktif, dalam arti mengikuti, memikirkan, dan menggunakan media.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih metode reception analysis. Peneliti menggunakan metode ini karena reception analysis, menganalisis pemaknaan khalayak tentang teks media. peneliti dalam mengumpulkan data, menggunakan screening question awalnya. Yang mana screening question ini nantinya akan membantu peneliti untuk menyaring informan yang sesuai dengan permasalahan peneliti.
Selanjutnya peneliti akan menggunakan Metode FGD untuk melihat bagaimana tanggapan dari informan yang akan peneliti kumpulkan dalam menjawab permasalahan yang disampaikan peneliti. Selain itu penenliti juga akan melihat dari segi pemaknaan, opini dan argument serta verbal dan non verbal dari informan.
Yang nantinya akan menjawab apakah khalayak FTV yakni remaja dalam konteks identitasnya, dipengaruhi oleh FTV tersebut atau tidak di pengaruhi. Bahkan nantinya remaja tersebut mengkritisi FTV tersebut. Dari sinilah peneliti ingin mengkaji bagaimana reception analysis remaja pada FTV Sinema siang SCTV dalam menampilkan tayangan remaja saat sini.