• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN INTERNET IM2 DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN INTERNET IM2 DI SURABAYA."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 J ur usan Manajemen

Oleh:

BRAMANTHARA J ANUAR NUGRAHA 0612010186/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

S K R I P S I

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 J ur usan Manajemen

Oleh:

Ler ysa Rizqi Ramadhan 0412010058/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

S K R I P S I

Oleh:

Ler ysa Rizqi Ramadhan 0412010058/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(4)

Skripsi penelitian dengan judul “PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN INTERNET IM2 DI

SURABAYA”.

Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana S1

Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Sugeng Purwanto, MM, yang telah meluangkan waktu guna

membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyelesaian

(5)

doa dan restunya kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang

hati demi sempurnanya Skripsi ini.

Surabaya, November 2011

(6)

BRAMANTHARA J ANUAR NUGRAHA

Abstraksi

Salah satu profider internet yang menjadi pilihan dari banyak masyarakan adalah Indosat IM2. Hal tersebut dapat disebabkan karena PT Indosat Mega Media (IM2) melakukan inovasi layanan Internet Broom sebagai upaya kreatif meningkatkan pelayanan sekaligus menjaga loyalitas pelanggan, namun meskipun demikian berdasarkan informasi yang di himpun oleh bagian customer service

dari pihak Indosat IM2 masih banyak yang dikeluhkan, diantaranya adalah masalah speed yang lambat meskipun pelanggan mengambil paket turbo. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan apa yang telah dijanjikan oleh pihak provider, sehingga banyak yang meragukan kinerja yang dilakukan oleh pihak Indosat IM2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel Service Performance terhadap variabel Loyalitas Pelanggan Produk Internet IM2 di Surabaya.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Service Performance

(X), Kepuasan Pelanggan (Y) dan Loyalitas Pelanggan (Z). Skala pengukuran variabel menggunakan skala semantic differensial. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan Indosat yang menggunakan layanan internet IM2. Jenis data penelitian adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh sebagai tanggapan dari kuesioner yang disebarkan kepada responden dan juga hasil dari wawancara dengan pihak-pihak yang mendukung penelitian ini. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Service Performance yang baik dapat meningkatkan kepuasan Pelanggan. Berarti semakin baik kinerja layanan yang dimerikan oleh provider Internet IM2 maka para pelanggan tersebut akan semakin merasa puas,

Service Performance yang baik dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. semakin baik kinerja layanan yang dimerikan oleh provider Internet IM2 maka para pelanggan tersebut akan semakin setia dan loyal terhadap Internet IM2 dan Kepuasan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Berarti semakin terjaga dengan baik rasa puas dari para pelanggan Internet IM2 maka akan semakin loyal pula pelanggan tersebut terhadap Internet IM2.

(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 12

2.2.2. Konsep Pemasaran ... 13

2.2.3. Evolusi Konsep Pemasaran ... 14

2.2.4. Pengartian Perilaku Konsumen ... 16

2.2.5. Pengertian Jasa ... 18

(8)

2.2.10.Mengukur Kepuasan Pelanggan... 26

2.2.11.Loyalitas Pelanggan... 30

2.2.12.Pengaruh Kinerja Layanan Terhadap Loyalitas Pelanggan ... 31

2.2.13.Peran Kepuasan dalam Pengaruh Kinerja Layanan terhadap Kepuasan ... 33

2.3. Kerangka Konseptual ... 34

2.4. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.1.1. Definisi Operasional ... 35

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 38

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 38

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.3.1. Jenis Data ... 40

3.3.2. Pengumpulan Data ... 40

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40

3.4.1. Teknik Analisis ... 40

3.4.2. Asumsi Model (Structural Equation Model) ... 42

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 51

4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 51

4.1.2. Visi, Misi dan Moto Perusahaan ... 51

4.1.2.1. Visi Perusahaan ... 51

4.1.2.2. Misi Perusahaan ... 52

4.1.2.3. Moto Perusahaan ... 52

4.1.2.4. Logo PT Indosat Mega Media... 52

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden ... 54

4.2.2. Deskripsi Variabel Service Performance (X) ... 56

4.2.3. Deskripsi Variabel Kepuasan Pelanggan (Y) ... 58

4.2.4. Deskripsi Variabel Loyalitas Pelanggan (Z)... 59

4.3 Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis ... 61

4.3.1 Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ... 61

4.3.2 Evaluasi atas Outlier ... 62

4.3.3 Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 64

4.3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64

4.3.5 Pengujian Model Dengan One-Step Approach... 68

4.3.6 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal... 71

(10)

Loyalitas Pelanggan ... 73

4.4.3 Pengaruh Kepuasan Pelangganterhadap Loyalitas Pelanggan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Sarana ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Gambar 1.2. : Market Share Provider Internet ... 4

Gambar 1.4. : Item Keluhan Pelanggan ... 7

Gambar 3.1 : Goodness of Fit Indices ... 50

Gambar 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

Gambar 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 55

Gambar 4.3 : Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Service Performance (X) ... 56

Gambar 4.4 : Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kepuasan Pelanggan (Y)... 58

Gambar 4.5 : Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Loyalitas Pelanggan (Z) ... 58

Gambar 4.6 : Hasil Uji Normalitas ... 62

Gambar 4.7 : Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 63

Gambar 4.8 : Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis ... 65

Gambar 4.9 : Pengujian Reliability Consistency Internal ... 66

Gambar 4.10 : Construct Reliability & Variance Extrated ... 68

Gambar 4.11 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 69

Gambar 4.12 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 70

(12)

Gambar 4.2. Model Pengukuran Kausalitas One Step Approach

(13)

Lampiran 2 Hasil Jawaban Responden

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier Multivariate

Lampiran 5 Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor

Analysis

Lampiran 6 Pengujian Reliability Consistency Internal

Lampiran 7 Construct Reliability & Variance Extrated

(14)

1 1.1. Latar Belakang

Dunia usaha di Indonesia pada saat ini telah memasuki persaingan usaha yang sangat ketat. Persaingan ini muncul seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan peningkatan taraf hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan manusia yang semakin beragam. Untuk dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan dituntut untuk mengembangkan strategi usaha yang tepat. Salah satu strategi yang dapat menunjang keberhasilan usaha tersebut adalah berusaha menawarkan kualitas jasa dengan kualitas pelayanan yang tinggi yang nampak dalam kinerja dari layanan yang ada

Pada era seperti sekarang ini salah satu bisnis yang berkembang adalah bisnis provider yang akhir-akhir ini yang telah menunjukkan suatu gejala, yaitu semakin banyak dan beragamnya produk-produk internet yang ditawarkan oleh perusahaan kartu seluler seiring dengan pengembangan produk handphone yang semakin cepat. Pengembangan produk internet yang cepat tersebut terutama terletak pada harga yang ditawarkan dan fasilitasnya. Semakin lama fasilitas-fasilitas yang diberikan provider internet tersebut semakin membuat konsumen bebas memilih provider internet yang sesuai dengan kebutuhan.

(15)

Media (IM2) melakukan inovasi layanan Internet Broom sebagai upaya kreatif meningkatkan pelayanan sekaligus menjaga loyalitas pelanggan. Salah satu inovasi tersebut adalah menyediakan aktivasi melalui pesan singkat (SMS) yang sudah mulai dapat dilakukan pada Februari 2011, dengan dimungkinkannya aktivasi melalui SMS ini, maka diharapkan masyarakat dan pelanggan akan semakin mudah dalam menggunakan produk Internet broadband prabayar dari IM2. Aktivasi melalui SMS dapat digunakan sebagai sarana alternatif untuk aktivasi yang diinginkan masyarakat dalam ber-Internet, sekaligus sebagai antisipasi anak usaha PT Indosat Tbk tu terhadap perkembangan dunia Internet

www.bisnis.com.

Saat ini, layanan Internet IM2 mencakup Broom yaitu layanan 3,5G

(16)

menguasai pangsa pasar modem. Telkomsel misalnya, sampai saat ini telah melayani sekitar 4 juta pelanggan Telkomsel Flash.

Berikut ini akan di jabarkan bentuk pelayanan dari Indosat IM2, selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 1.1 Fitur Pr oduk IM2

Sumber : www.IndosatIM2.com

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada dasarnya pihak provider internet Indosat IM2 telah menyadiakan fitur turbo speed agar layanan yang diberikan berkualitas dan mampu memuaskan pelanggan, namun meskipun demikian berdasarkan informasi yang di himpun oleh bagian customer service

dari pihak Indosat IM2 masih banyak yang dikeluhkan, diantaranya adalah masalah speed yang lambat meskipun pelanggan mengambil paket turbo. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan apa yang telah dijanjikan oleh pihak provider, sehingga banyak yang meragukan kinerja yang dilakukan oleh pihak Indosat IM2

(17)

Tabel 1.2

Market Share Provider Internet

Tahun IM2 Telkomsel Flash Telkom Flexi

2008 35% 57% 53%

2009 33% 59% 56%

2010 31% 61% 57%

Sumber : Swa Online

Apabila melihat kompetitor utama dari pihak IM2 diatas yakni Speedy dan Flexi, dua produk unggulan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) terus berprestasi dan meraih “Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) 2010” masing-masing untuk kategori internet service provider wireline/fixed dan

simcard pascabayar fixed wireless Accses. Layanan flexi yang pada tahun 2009 diestimasi mencapai 15,7 juta satuan sambungan (SS) pelanggan dengan market share 56% dan terus tumbuh menjadi sekitar 17,2 atau 17,5 juta SS pada akhir 2010 dengan penambahan bersih (net add) 1,5-1,8 juta SS. Untuk mencapai target tersebut, TELKOM akan berusaha melakukan penambahan alat produksi dengan memperhitungkan ketepatan waktu pengiriman, kualitas, kuantitas dan jangkauan (coverage). Bila hal ini dapat dipertahankan, maka pangsa pasar flexi dakan menjadi 57%. Untk broadband Speedy pada posisi akhir 2009 diestimasi mencapai 1,1 juta SS, pada akhir 2010 diproyeksikan bertambah menjadi 600 hingga 700 ribu SS menjadi antara 1,7 hingga 1,8 juta SS. Proyeksi yang cukup menantang ini tentunya selain menuntut pengerahan dukungan ketersediaan dan kualitas alat produksi yang optimal, juga mensyaratkan promosi yang gencar dan tepat sasaran.

(18)

tertinggi. Keterlibatan langsung masyarakat sebagai pemilih menjadikan penghargaan ICSA sebagai representasi kenyataan di lapangan. Meraih predikat

Best of the best selama 11 tahun berturut-turut menggambarkan konsistensi Telkomsel dalam upaya memberikan kemanfaatan yang lebih dibandingkan produk-produk sejenis di pasaran. “Penghargaan ini merupakan wujud customer experience yang mendasari kami untuk teru berinovasi menghadirkan nilai tambah bagi kepuasan pelanggan”.

Penghargaan ICSA 2010 diukur berdasarkan 4 parameter, yaitu kepuasan terhadap kualitas produk atau layanan (QSS), kepuasan terhadap harga berdasarkan kualitas yang diterima (VSS), persepsi bahwa salah satu merek dinilai lebih terbaik secara keseluruhan dibandingkan dengan merek lainnya (PBS), serta customer expectation (ES), yang merupakan parameter yang sangat menentukan kepuasan pelanggan sekaligus membeirkan potret yang lebih akurat terhadap hasil penilaian. Pada ICSA tahun ini Telkomsel memperoleh total satisfaction score (TSS) 4,053 untuk TELKOMSELfash.

Sedangkan Indosat IM2 yang tahun lalu menunjukkan jumlah pelanggan

wireless broadband hanya sekitar 33,5 juta. sementara, pangsa pasar IM2 di

(19)

kebutuhannya. Ini dibuktikan dengan peluncuran Broom Katalog, produk 3,5G terbaru ini secara khusus diciptakan untuk penggunaan akses internet pada malam hari yang tersedia dalam fitur unlimited maupun fitur classic, dengan demikian diharapkan kepuasan pelanggan dan pengguna dapat tercipta serta jumlah dari pelanggan tersebut dapat terus tumbuh lebih banyak.

Menurut hasil survey McKinsey (Marketing Research Indonesia, 2005) tentang personal financial service mengindikasikan bahwa perilaku pelanggan di Indonesia semakin tidak mudah di tebak. Pelanggan dapat merasakan kepuasan dari provider internet yang menjadi langganannya, tetapi mereka tetap mau berpindah ke provider internet lain memberikan kinerja layanan atau service performance yang lebih baik sesuai dengan harapan dari pelanggan.

Service performance adalah kinerja dari pelayanan yang diterima oleh konsumen itu sendiri dan menilai kualitas dari pelayanan yang benar-benar mereka rasakan (Cronin dan Taylor, 1994). Service performance lebih bisa menjawab permasalahan yang muncul dalam menentukan kualitas jasa karena bagaimanapun konsumen hanya akan bisa menilai kualitas yang mereka terima dari suatu produsen tertentu bukan pada persepsi mereka atas kualitas jasa pada umumnya (Bolton dan Drew, 1991; Cronin dan Taylor, 1992, 1994; eas 1993; Gotlieb, Grewal dan Brown,1994).

(20)

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), hal-hal yang kurang diperhatikan dan sering dikeluhakan oleh pelanggan internet mobile IM2 (Indosat Mega Media) adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Item Keluhan Pelanggan

No Item Keluhan

1 Kemampuan kapasitas dan lebar pita (bandwidth) jaringan dengan jumlah penggunanya tidak sesuai sehingga menyebabkan internet lambat.

2 Banyaknya penipuan dari iklan-iklan tentang kecepatan akses sampai hitungan gigabyte dimana hal tersebut tidak sesuai dengan realita.

3 Kemampuan load selalu tidak stabil pada saat jam-jam tertentu

Sumber: www.kabarbisnis.com (PT. Airlangga Media Cakra Nusantara 2009-2011)

(21)

Fenomena yang ada telah mampu menggeser kepuasan menjadi variabel yang bias dalam bisnis sebagai penyedia layanan internet. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh Schnaars dalam Tjiptono (2000), bahwa terdapat empat kemungkinan hubungan antara kepuasan dengan loyalitas pelanggan yaitu

failures, forced loyalty, defector dan successes. Dalam prosesnya loyalitas ditimbulkan oleh kepuasan tetapi bukan kepuasan pada tingkat “cukup puas” tetapi kepuasan pada tingkat tertentu seperti “sangat puas”. Kepuasan hanya salah satu diantara terbentuknya loyalitas pelanggan (Dick dan Basu, 1994). Taylor dan Baker (1994) memperbaiki hubungan antara service performance, kepuasan pelanggan dan intensi pembelian konsumen yang tercermin melalui loyalitas. Hasil penelitiannya mengajukan teori bahwa kepuasan pelanggan adalah tepat dijelaskan sebagai variabel moderator dalam hubungan ini. Sehingga dalam peta pelayanan internet yang baru, service performance diyakini semakin kuat menciptakan loyalitas pelanggan, sedangkan kepuasan pelanggan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi serta memperkuat pengaruh service performance

terhadap loyalitas pelanggan (Bloener, Kode Ruyter dan Pascal Peeters, 1998). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH

(22)

1.2. Per umusa n Masalah

Perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah variabel Service Performance dapat berpengaruh positif terhadap variabel Loyalitas Pelanggan Produk Internet IM2 di Surabaya?

2. Apakah variabel Service Performance dapat berpengaruh positif terhadap variabel Kepuasan Pelanggan Produk Internet IM2 di Surabaya?

3. Apakah variabel Kepuasan Pelanggan dapat berpengaruh positif terhadap variabel Loyalitas Pelanggan Produk Internet IM2 di Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung dari variabel

Service Performance terhadap variabel Loyalitas Pelanggan Produk Internet IM2 di Surabaya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung dari Service Performance terhadap variabel Loyalitas Pelanggan yakni melalui kepuasan Produk Internet IM2 di Surabaya.

1.4. Ma nfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi ilmu pengetahuan dapat diketahui pengaruh service performance

terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan sebagai variabel moderating. 2. Bagi manajer perusahaan diharapkan penelitian ini akan mampu membantu

dalam mengembangkan suatu masukan dalam pengembangan kebijakan

(23)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dari penelitian

saat ini akan di jabarkan sebagai berikut :

1. Dharmayanti (2006)

Judul penelitian yang dilakukan adalah “Analisis Dampak Service

Performance Dan Kepuasan Sebagai Moderating Variabel Terhadap

Loyalitas Nasabah (Studi Pada Nasabah Bank Mandiri Cabang

Surabaya)”. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah

service performance/kinerja pelayanan mempunyai pengaruh secara langsung yang signifikan terhadap loyalitas nasabah Bank Mandiri

cabang Surabaya ? dan Sejauh manakah peran interaksi service performance/kinerja pelayanan dan kepuasan nasabahsebagai

moderating variable dalam mempengaruhi loyalitas nasabah Bank Mandiri cabang Surabaya ?. Hasil yang ditemukan dalam penelitian

ini adalah Service performance memiliki pengaruh langsung yang kuat

terhadap loyalitas nasabah dan service performance yang baik tidak

selalu menghasilkan kepuasan nasabah tetapi hadirnya kepuasan

nasabah sebagai variabel moderator, bukan sebagai variabel

intervening, adalah tepat karena telah terbukti bahwa kepuasan

(24)

2. Bahar, Tamin, Kusbiantoro dan Frazilla (2009)

Judul penelitian yang dilakukan adalah “Pengaruh Kualitas Layanan

Terhadap Dan Loyalitas Pengguna Moda Angkutan Umum Informal

(Studi Kasus Ojek Sepeda Motor)”. Perumusan masalah dari penelitian

ini adalah apakah kualitas berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan ?,

apakah kualitas berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan? dan apakah

terdapat pengaruh dari kepuasan terhadap loyalitas. Hasil penelitian ini

adalah pada analisis hubungan struktural antara kualitas (QUALITY),

kepuasan (SATIS) dan loyalitas (LOYAL) didapatkan bahwa kualitas

mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan kepuasan sebesar

0,90 dan kepuasan mempunyai hubungan yang baik dengan

terbentuknya loyalitas (0,65). Selain itu variable kualitas tidak

mempunyai hubungan langsung dengan loyalitas (-0,18), tetapi

mempunyai hubungan pengaruh yang tidak langsung melalui variable

kepuasan (0,40).

3. Rachmasari (2001)

Judul penelitian yang dilakukan adalah “analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi loyalitas nasabah (Studi Kasus Pada Bank Mandiri

(Persero) Eks BDN Bangkong Plaza Semarang”. Perumusan masalah

dari penelitian ini adalah apakah kualitas jasa mempengaruhi tingkat

kepuasan nasabah, apakah faktor kepuasan hidup mempengaruhi

tingkat nasabah dan apakah tingkat kepuasan nasabah mempengaruhi

(25)

positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah. Kepuasan hidup

secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah dan

kepuasan nasabah secara signifikan berpengaruh positif terhadap

loyalitas.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Istilah marketing pemasaran ialah kegiatan menganalisa,

merencana, mengimplementasi dan mengawasi segala kegiatan (programs),

guna mencapai tingkat pemasaran sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan utamanya terletak pada merancang

penawaran yang dilakukan perusahaan agar dapat memenuhi keinginan

dan kebutuhan yang dilakukan perusahaan agar dapat memenuhi keinginan

dan kebutuhan pasar dengan menggunakan politik harga, cara-cara

komunikasi dan cara distribusi, menyajikan informasi, memotivasi dan

melayani pasar Kotler (1978) dalam Alma (2000:86).

Shultz (1961) dalam Alma (2000:86) memberikan definisi

manajemen marketing ialah merencanakan, pengarahan dan pengawasan

seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dari

perusahaan.Kemudian menurut Ben M. Enis (1974) dalam Alma (2000:86)

secara ringkas ia menyatakan bahwa: Manajemen pemasaran ialah proses

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang

(26)

ialah apabila seseorang atau perusahaan, ingin memperbaiki pemasarannya,

maka harus melakukan kegiatan pemasaran itu sebaik mungkin.

Untuk keberhasilan kegiatan manajemen pemasaran pada sebuah

perusahaan, maka diperlukan masukan. Masukan ini misalnya informasi

kegiatan yang berjalan dilapangan. Ini adalah merupakan masukan

informasi yang harus diproses. Setelah diadakan analisis, dari berbagai

sumber informasi lainnya, akhirnya muncullah output (luaran), yaitu berupa suatu keputusan atau kebijaksanaan yang harus ditempuh guna

mencapi tujuan perusahaan. Setelah keputusan diambil dan dilaksanakan,

ditunggu bagaimana pelaksanaannya. Inilah yang disebut feedback

(balikan) yang sangat berguna bagi manajemen untuk memperbaiki

kebijaksanaan labih lanjut. Dengan demikian proses manajemen

pemasaran akan lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas. (Alma,

2000:87).

2.2.2. Konsep Pemasaran

Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran

merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan

mengetahui adanya cara dan falsafah baru yaitu konsep pemasaran yang

bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan

konsumen atau berorientasi pada konsumen.

Konsep pemasaran menurut Kotler (2007:17), falsafah manajemen

(27)

penyampaian kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien

dibandingkan para pesaing.

Konsep pemasaran menurut Swasta (2000:112) adalah falsafah

bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Dari definisi tersebut mempunyai konsekuensi bahwa semua kegiatan

perusahaan termasuk produksi, teknik, keuangan dan pemasaran harus

diarahkan pada usaha untuk mengetahui kebutuhan pembeli, kemudian

memuaskan kebutuhan tersebut dengan mendapatkan laba yang layak

dalam jangka panjang.

2.2.3. Evolusi Konsep Pemasar an

Ini dikatakan Evolusi Konsep sebab orientasi perusahaan terhadap

pasar, atau kemampuan perusahaan menghadapi persaingan makin lama

makin berkembang. Uraian berikut ini boleh juga disebut sebagai strategi

yang dianut perusahaan dalam menguasai pasar dan mengatasi saingan.

Ada lima konsep yang berkembang, yaitu :

1. Konsep produksi

Konsep produksi bertitik tolak dari anggapan, bahwa konsumen ingin

produk yang harga murah dan mudah didapatkan dimana-mana.

Produsen yang menganut konsep ini, akan membuat produksi secara

massal, menekan biaya dengan efisiensi tinggi, sehingga harga pokok

(28)

2. Orientasi pada produk

Pada saat barang masih langka di pasar, maka produsen memusatkan

perhatian pada teknis pembuatan produk saja. Produsen belum

memperhatikan selera konsumen. Produsen hanya membuat barang

dengan to please oneself, hanya menuruti bagaimana selera produsen sendiri.

3. Orientasi penjualan

Disini produsen membuat barang, kemudian harus menjual barang itu

dengan berbagai teknik promosi. Hal yang penting ialah adanya

kegiatan promosi secara maksimal. Paham dari konsep ini ialah

konsumen pasti mau membeli barang, bila mereka dirangsang untuk

membeli. Promosi besar-besaran merupakan ciri khas dari selling concept.

4. Orientasi pasar

Disini produsen tidak sekedar membuat barang, tidak pula asal

melancarkan promosi. Produsen memusatkan perhatian pada selera

konsumen, produsen memperhatikan needs dan wants dari konsumen. Jadi produsen tidak hanya memperhatikan kebutuhan konsumen saja,

tetapi juga memperhatikan apa keinginan konsumen. Konsumen juga

tidak hanya sekedar membeli fisik barang, tetapi mengharapkan sesuatu

dari barang itu. Ini adalah hal yang disebut dengan wants, yaitu ada sesuatu yang lain yang diharapkan setelah memberi barang tersebut.

Jika hal ini dapat terpuaskan maka kegiatan marketing perusahaan akan

(29)

5. Orientasi pada rasa tanggung jawab atau berwawasan sosial

Tingkat orientasi pada rasa tanggung jawab sosial dan kemanusiaan

karena banyaknya kritik dan sorotan dari luar perusahaan, baik yang

datang dari pemerintah maupun dari masyarakat melalui lembaga

konsumen, maka perusahaan harus memiliki rasa tanggung jawab moral

untuk melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Tanggung jawab

sosial ini dalam arti luas, harus menghasilkan barang yang baik tidak

merusak kesehatan masyarakat

2.2.4. Pengartian Perilaku Konsumen

Kebutuhan dan keinginan konsumen menjadi perhatian dan acuan

yang utama bagi perusahaan, yaitu dengan cara melihat konsumen yang

bersangkutan. Oleh karena itu perusahaan selalu dituntut untuk

menyesuaikan dan menyempurnakan kemampuan akan produk yang

dibuatnya, serta mengamati kebutuhan dan keinginan konsumen saat ini

maupun yang akan datang.

Perilaku konsumen merupakan refleksi dari perilaku manusia yang

komplek dan disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi.

Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting bagi

pengembangan program pemasaran suatu organisasi atau perusahaan.

Perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus melalui usahanya

dengan mengidentifikasi dan memahami kebutuhan konsumen.

Selanjutnya merumuskan dan menyusun suatu kombinasi dan kebijakan

(30)

Dengan meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen serta

bertambah banyaknya produk yang ditawarkan kepada konsumen

menyebabkan perilaku konsumen dapat berubah-ubah setiap saat. Perilaku

konsumen pada hakekatnya merupakan salah satu bagian dari perilaku

konsumen secara keseluruhan. Saat ini konsumen semakin selektif dalam

memilih barang dan jasa yang dibeli, oleh karena itu perusahaan perlu

mengetahui tentang perilaku konsumen agar nantinya berhasil dalam

usahanya.

Definisi perilaku konsumen menurut Corin (2003:133), adalah

tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

maenghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen didefinisikan

sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang

melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa,

pengalaman serta ide-ide. Sedangkan menurut Balqis (2009:151) Perilaku

konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang

mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, menggunakan,

menghabiskan, produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau

kegiatan mengevaluasi.

Definisi diatas telah memperlihatkan kepada kita bahwa dengan

mempelajari perilaku konsumen maka pemasar dapat mengetahui secara

(31)

pengaruh – pengaruh yang dihadapi dalam usaha memperoleh barang dan

jasa yang dibutuhkan.

2.2.5. Pengertian J asa

Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata

jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan (personal service) sampai jasa sebagai sesuatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang telah berusaha mendefinisikan pengetian jasa.

Payne sebagaimana yang dikutip oleh Yazid (2001:4) merumuskan jasa

sebagai aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai dan

manfaat) intangible yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, dan tidak

menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan dalam kondisi bisa saja

muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak

mempunyai kaitan dengan produk fisik.

Menurut Tjiptono (1997:23), jasa merupakan aktivitas, manfaat

atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, contohnya bengkel reparasi,

salon kencantikan, kursus ketrampilan, hotel, rumah sakit dan lain

sebagainya.

Adapun menurut Kotler (2007:83) jasa adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dapat dikaitkan pada suatu produk

(32)

2.2.6. Karekteristik J asa

Griffin (1996) yang dikutip oleh Lupiyoadi (2001:6) menjelaskan

tentang karakteristik produk jasa yang membedakan dengan produk fisik

(barang) yaitu :

1. Intangibility (tidak berwujud)

Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum

jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud

yang dialami kosumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan atau rasa

aman.

2. Unstorability

Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang

dihasilkan. Karakteristik ini juga tidak dapat dipisahkan mengingat

pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersama-sama.

3. Costumization

Jasa juga sering kali didesain khusus untuk kebutuhan pelanggan,

sebagaimana pada jasa asuransi dan kesehatan.

Produk jasa bagaimanapun juga tidak ada yang benar-benar satu

sama lain. Oleh karena itu, untuk memahami sektor jasa, ada beberapa

cara pengklasifikasian produk tersebut. Pertama, didasarkan atas tingkat

kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem jasa

tersebut dihasilkan. Kedua, jasa juga bisa diklasifiksikan berdasarkan

(33)

Menurut Kotler (2007:465) membagi macam-macam jasa sebagai

berikut :

1. Barang berwujud murni

Disini hanya terdiri dari barang-barang berwujud seperti sabun, pasta

gigi. Tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut.

2. Barang berwujud yang disertai jasa

Disini terdiri barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa

untuk mempertinggi daya tarik pelanggan. Contohnya : adalah

produsen mobil, produsen mobil tidak hanya menjual mobil saja,

melainkan juga kualitas dan pelayanan pada pelanggannya. (reparasi,

pelayanan pasca jual).

3. Campuran

Disini terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama.

Contohnya : restoran yang harus didukung oleh makanan dan

pelayanannya.

4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan

Disini terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan atau barang

pelengkap. Contohnya : penumpang pesawat terbang membeli jasa

transportasi. Mereka sampai ditujuan tanpa sesuatu hal yang berwujud

yang melibatkan pengeluaran mereka. Namun, perjalanan tersebut

meliputi barang-barang berwujud, seperti makanan dan minuman,

(34)

barang padat modal (pesawat udara) agar terealisasi, tapi komponen

utamanya adalah jasa.

5. Jasa Murni

Disini hanya terdiri dari jasa. Contohnya : jasa menjaga bayi,

psikoterapi.

2.2.7. Pengertian Service Per for mance

Service performance adalah kinerja dari pelayanan yang diterima oleh konsumen itu sendiri dan menilai kualitas dari pelayanan yang

benar-benar mereka rasakan (Cronin dan Taylor, 1994). Dari sekian peneliti yang

tidak sependapat dengan Parasuraman, Zeithaml, dan Berry adalah Cronin

dan taylor (1992,1994) yang menyatakanbahwa pengukuran kualitas jasa

seperti yang diajukan model Kualita Layanan telah menimbulkan

kebingungan dan mendwi arti. Penulis ini menyatakan bahwa ukuran yang

berdasarkan kinerja akan lebih merefleksikan kualitas jasa/pelayanan.

Selain itu para peneliti juga mengakui bahwa pengukuran terhadap kualitas

jasa dengan model Kualitas Layanan membentuk paradigma yang kurang

kuat karena harapan konsumen terhadap kualitas jasa mengacu kepada

harapan konsumen terhadap penyedia jasa secara umum, sedangkan

persepsi terhadap kinerja jasa mengarah kepada perusahaan jasa yang lebih

spesifik.

Skala Kinerja Layanan dinyatakan lebih tepat dalam mengukur

kualitas jasa (R.kenneth Teas, 1994) karena skala Kualitas Layanan yang

(35)

kualitas jasa, mendefinisikan konsep kualitas jasa yang diterima

dihubungkan dengan konsepsi (persepsi-harapan). Definisi harapan yang

digunakan, bukan sebagai apa yang akan disediakan melainkan apa yang

‘seharusnya’ disediakan oleh penyedia jasa. Dari kata ‘harus’ bias

disimpulkan bahwa yang dimaksud Parasuraman,et al tentang harapan

adalah harapan normative konsumen yang mewakili harapan standar ideal

kinerja jasa pada umumnya, bukan ukuran terhadap penyedia jasa tertentu.

Terdapat problem yang serius dalam kualitas jasa/pelayanan yang

dinyatakan sebagai perbedaan nilai antara harapan dan persepsi konsumen,

sehingga penggunaan pengukuran kualitas jasa yang paling tepat adalah

berdasarkan kinerja/performancebased. Hanya ada sedikit bukti yang mendukung relevansi dari adanya jarak atau gap yang terdapat diantara

harapan dan persepsi sebagai dasar dalam menilai kualitas jasa sehingga

kinerja jasa/SERVPERF menjadi prediktor yang baik baik bagi kualitas

jasa dan kepuasan konsumen (Schiffman, Leon G, Leslie Lazar Kanuk, 1997).

Service performance lebih bisa menjawab permasalahan yang muncul dalam menentukan kualitas jasa karena bagaimanapun konsumen

hanya akan bisa menilai kualitas yang mereka terima dari suatu produsen

tertentu bukan pada persepsi mereka atas kualitas jasa pada umumnya

(Bolton dan Drew, 1991; Cronin dan Taylor, 1992, 1994; Teas 1993;

Gotlieb, Grewal dan Brown,1994). Dari beberapa teori diatas dapat

(36)

pelayanan dari penyedia jasa, sehingga kualitas jasa/pelayanan lebih tepat

dan spesifik menggunakan model Kinerja Layanan.

2.2.8. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Definisi kepuasan sangat sederhana. Seseorang pelanggan merasa

puas jika kebutuhannya secara nyata atau hanya anggapan, terpenuhi atau

melebihi harapannya. Menurut Gerson (2004:5) kepuasan pelanggan

adalah bila sebuah produk atau jasa memenuhi atau melampaui harapan

pelanggan, biasanya pelanggan merasa puas.

Kepuasan pelanggan menurut Mowen (1995:511) adalah

keseluruhan sikap pelanggan setelah memperoleh dan menggunakan

barang/layanan yang diberikan. Dapat dilihat setelah pembelian ulang dan

pembelian yang direkomendasikan oleh pelanggan lama.

Sedangkan menurut Kotler (2002:42) kepuasan yaitu apakah

pelanggan akan puas setelah pembelian bergantung pada kinerja

penawaran sehubungan dengan harapan pelanggan. Secara umum

kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari

perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan

harapan-harapannya.

Seperti yang dijelaskan dalam definisi diatas , kepuasan merupakan

fungsi dari kesan kinerja dan harapan, bila kinerja melebihi dari harapan

akan dikonfirmasikan positif, yaitu dikonfirmasi yang menyenangkan

(37)

merasa lebih puas dibandingkan dengan rasa puas yang mungkin akan

timbul sebagai wujud terpenuhinya harapan mereka atas performasi dari

suatu produk. Tetapi bila ternyata kinerja produk lebih buruk dari yang

diharapkan pelanggan maka yang terjadi adalah diskonfirmasi negatif,

yaitu diskonfirmasi yang tidak menyenangkan terhadap harapan pelanggan

sebelumnya. Hal tersebut berarti bahwa pelanggan akan merasa lebih

kurang puas dibandingkan ketidak puasan mereka sebelumnya jika tidak

terpenuhi harapan atas kinerja produk.

Kepuasan terjadi bila produk sesuai atau lebih dari harapan

pelanggan. Sedangkan ketidak puasan pelanggan terjadi bila harapan

terhadap produk tidak terpenuhi. Dengan demikian semakin tinggi harapan

pra pembelian pelanggan, maka semakin besar kemungkinan ia tidak

merasa puas terhadap jasa yang dikonsumsinya. Pelanggan yang puas

memiliki probabilitas untuk melakukan pembelian ulang lebih tinggi dan

kecenderungan untuk menyampaikan informasi positif kepada orang lain.

2.2.9. Atr ibut – atribut Pembentuk Kepuasan Pelanggan

Memenuhi keinginan dan kebutuhan yang diinginkan oleh

pelanggan merupakan syarat mutlak dari suatu badan usaha untuk

mencapai kepuasan pelanggan. Seperti yang dikemukakan oleh Dutka

(1994:7) : ”Sales of products or service must satisfy the customer’s objectives and requirement”. Apabila produk atau layanan yang diberikan oleh badan usaha dapat memenuhi semua kebutuhan dan persyaratan dari

(38)

rasa puas dari diri pelanggan tersebut kemudian akan mempengaruhi sikap

pelanggan. Selanjutnya sikap yang dihasilkan ini akan mempengaruhi

pengambilan keputusan yang bersangkutan dalam pembelian ulang dan

akan mempengaruhi calon pelanggan lain. Oleh karena itu, badan usaha

harus dapat menumbuhkan dan memelihara rasa puas dalam diri pelanggan

karena kepuasan akan memberikan keuntungan bagi badan usaha itu

sendiri.

Menurut Dutka (1994 : 41) atribut-atribut yang membentuk

kepuasan tersebut adalah :

1. Atribut related to the product :

Value-price relationship : harga dari produk yang ditawarkan

Product quality : kualitas produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Product benefits : manfaat yang diterima dari pembelian produk.

Product design : desain produk yang ditawarkan.

Product reliability : keandalan dari suatu produk yang and consistensy konsistensi.

Range of product : kelengkapan produk yang dijual beserta

or service pelayanan yang diberikan.

2. Atribut related to the service

(39)

Delivery : pengiriman produk.

Complain handling : penanganan atas keluhan yang disampaikan.

Resolution of problems : pemecahan masalah yang diberikan perusahaan atas keluhan pelanggan.

3. Atribut related to the purchase

Courtesy : kesopanan, keramahan karyawan dalam menangani pelanggan.

Comunication : komunikasi yang dapat dimengerti oleh pelanggan.

Ease or convenience : kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan

of acquisition tentang produk.

Company reputation : reputasi perusahaan.

Company competence : kompetensi perusahaan.

2.2.10.Mengukur Kepuasan Pelanggan

Kotler, et al., (1994) seperti dikutip oleh Tjiptono (2001;104-105)

mengungkapkan 4 metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran.

Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan

(costumer-orieted) perlu memberikan kesempatan yang luas kepada pelanggannya

untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka. Media

yang digunakan biasanya berupa kotak saran yang diletakkan

ditempat-tempat yang strategis (yang mudah dijangkau atau sering

(40)

maupun yang bisa dikirim via pos pada perusahaan), saluran telepon

khusus bebas pulsa dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh

melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang

berharga kepada perusahaan, sehingga kemungkinannya untuk

bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah

yang timbul. Akan tetapi, karena metode ini bersifat pasif maka sulit

mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan atau ketidak

puasan pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak merasa puas

akan menyampaikan keluhannya. Upaya mendapat saran yang bagus

dari pelanggan juga sulit diwujudkan dengan metode ini. Terlebih lagi

bila perusahaan tidak memberikan imbal balik dan tindak lanjut yang

memadai kepada mereka yang bersusah payah berpikir

(menyumbangkan ide) kepada perusahaan.

4. Ghost Shopping.

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai

kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang

(Ghost Shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan / pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka

melaporkan teman-temannya mengenai kekuatan dan kelemahan

produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka

dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost

shopper juga dapat mengamati para perusahaan dan pesaingnya

(41)

mengenai setiap keluhan. Ada baiknya para manajer perusahaan terjun

langsung menjadi ghost shopper untuk mengetahui langsung bagaimna

karyawannya berinteraksi dan memperlakukan para pelanggannya.

Tentunya karyawan tidak boleh tahu kalau atasannyasedang

melakukan penilaian (misalnya dengan cara menelepon perusahaannya

sendiri dan mengajukan berbagai keluhan dengan pertanyaan). Bila

mereka tahu sedang dinilai, tentu saja perilaku mereka akan sangat

manis dan hasil penilaian akan menjadi bias.

5. Lost Costomer Analysis.

Perusahaan seyogyanaya menghubungi para konsumen yang

telah berhenti membeli atau telah pindah pemasok agar dapat

memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil

kebijakan perbaikan / penyempurnaan selanjutnya.

6. Survey Kepuasan Pelanggan

Metode yang digunakan dengan cara melakukan survei, baik

dengan survey melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi

(McNeal dan Lambd dalam Peterson dan Wilson, 1992). Melalui

survey balik (feedback) secara langsung dari pelanggan dan juga

memberikan tanda sinyal positif bahwa perusahaan menaruh perhatian

terhadap para pelanggannya.

Implikasi dari pengukuran kepuasan pelanggan tersebut adalah

pelanggan dilibatkan dalam pengembangan produk atau jasa dengan cara

(42)

pelanggan dalam konsep tradisional, dimana mereka tidak dilibatkan

dalam pengembangan produk, karena mereka berada diluar sistem.

Tujuan untuk melibatkan pelanggan dalam pengembangan produk

dan jasa adalah agar perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan.

Persepsi yang akurat mengenai harapan pelanggan merupakan hal yang

perlu, namun tidak cukup memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Perusahaan harus dapat mewujudkan harapan pelanggan kedalam desain

dan standart kepuasan pelanggan dikembangkan atas dasar harapan

pelanggan dan prioritasnya. Upaya atau tindakan yang harus dilakukan

untuk mewujudkan harapan pelanggan kedalam desain dan standart

kepuasan pelanggan, akan efektif hanya bila pihak menejemen memiliki

filosofi komitmen dan ketulusan kehendak untuk memberikan kepuasan

kepada pelanggan.

Menurut Tjiptono (2001;102) Adanya kepuasan pelanggan dapat

memberikan beberapa manfaat, diantaranya :

1. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.

2. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.

3. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut kemulut yang

menguntungkanbagi perusahaan,

4. Reputasi perusahaan dapat menjadi baik dimata pelanggan.

(43)

2.2.11.Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan merupakan reaksi atau akibat dari terciptanya

kepuasan pelanggan sebagai implementasi dari keberhasilan pelayanan

yang berkualitas dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan yang

loyal adalah mereka yang antusiasme terhadap merek atau prouk yang

digunakannya. Pelanggan yang loyal kepada keputusan pembeliannya

tidak lagi mempertimbangkan faktor–faktor yang berpengauh dalam

penentuan pilihan seperti tingkat harga, jarak, kualitas, dan atribut lainnya,

karena telah tertanam dalam dirinya bahwa produk atau jasa yang dibeli

sesuai dengan harapn dan mampu memenuhi kebutuhan. Pelanggan yang

loyal atau setia adalah sesorang yang melakukan pembelian ulang dari

perusahaan yang sama, memberitahukan kekonsumen potensial yang lain

dari mulut ke mulut (Paliati, 2007).

Loyalitas adalah suatu perilaku pembelian pengulangan yang

menjadi kebiasaan, yang mana telah ada keterkaitan dan keterlibatan tinggi

pada pilihannya tehadap obyek tetentu, dan bercirikan dengan ketiadaan

pencarian informasi eksternal dan evaluasi alternatif (Engel, James F,

Rodger D Blakwell, Paul W Miniard, 1993) dalam Paliati (2007).

Pelanggan yang loyal sangat besar artinya bagi perusahaan, begitu juga

pelanggan layanan internet Flash Unlimited yang loyal sangat penting bagi perusahaan. Karena pelanggan yang loyal berarti kelangsungan hidup

perusahaan, dan tentu saja meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Pemahaman loyalitas pelanggan sebenarnya tidak hanya dilihat dari

(44)

Jika penilaian konsumen terhadap kualitas layanan tinggi

(superior), behavioral intentions konsumen tersebut akan bersifat favorable

(positif), yaitu berusaha memperkuat hubungan dengan perusahaan,

misalnya: menyatakan hal positif tentang perusahaan, tetap loyal pada

perusahaan, merekomendasikan perusahaan pada orang lain.

Meningkatkan volume pembeliannya atau bersedia membayar harga

premium. Behavioral intentions konsumen tersebut bersifat unfavorable

(negatif) dan hubungannya dengan perusahaan kemungkinan lemah.

Richins (1983) dalam Palilati (2007) menyatakan bahwa konsumen yang

mempersepsikan kualitas layanan secara inferior kemungkinan

menunjukan perilaku tertentu. Seperti, memutuskan hubungan dengan

perusahaan, mengurangi belanja dengan perusahaan, dan mengkomplain.

Behavioral intentions inilah yang akan memberi tanda apakah konsumen

akan tetap setia (loyal) atau berpindah.

Pelanggan yang loyal sangat besar artinya bagi perusahaan, karena

pelanggan yang loyal berarti kelangsungan hidup perusahaan, dan tentu

saja meningkatkan profitabilitas perusahaan. Pemahaman loyalitas

pelanggan sebenarnya tidak hanya dilihat dari transaksinya saja atau

pembelian berulang

2.2.12.Pengaruh Service Performance Terhadap Loyalitas Pelanggan

Service performance adalah kinerja dari pelayanan yang diterima oleh konsumen itu sendiri dan menilai kualitas dari pelayanan yang

(45)

lebih bisa menjawab permasalahan yang muncul dalam menentukan

kualitas jasa karena bagaimanapun konsumen hanya akan bisa menilai

kualitas yang mereka terima dari suatu produsen tertentu bukan pada

persepsi mereka atas kualitas jasa pada umumnya (Bolton dan Drew, 1991;

Cronin dan Taylor, 1992, 1994; eas 1993; Gotlieb, Grewal dan

Brown,1994).

Pelanggan dapat menyikapi service performance melalui perilaku pasca pembelian. Perilaku setelah pembelian akan menimbulkan sikap

puas atau tidak puas pada konsumen, maka kepuasan konsumen

merupakan fungsi dari harapan pembeli atas produk atau jasa dengan

kinerja yang dirasakan (Spreng, Mackenzie, dan Olshvskhy, 1996).

Sedangkan Menurut Griffin (1996), pelanggan yang loyal adalah mereka

yangsangat puas dengan produk atau jasa tertentu sehingga mempunyai

antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka

kenal. Kemudian pendapat yang dikemukakan oleh Dharmayanti (2006)

yang menyatakan bahwa Service performance memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap loyalitas nasabah dan service performance yang baik tidak

selalu menghasilkan kepuasan nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah sebagai

variabel moderator, bukan sebagai variabel intervening, adalah tepat karena telah

terbukti bahwa kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service performance terhadap loyalitas nasabah.

Kesimpulan dari pernyataan diatas adalah apabila pihak provider

ingin menggapai loyalitas pelanggan, maka seharusnya harus

(46)

memberikan rasa puas pada pelanggan sehingga mampu menunjang

loyalitas dari pelanggan itu sendiri, atau dapat dikatakan bahwa kinerja

layanan memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan.

2.2.13.Peran Kepuasan dalam Pengaruh Kinerja Layanan terhadap

Kepuasan

Kepuasan hanya salah satu diantara beberapa penyebab loyalitas

nasabah (Dick dan Basu,1994). Taylor dan Baker (1994) memperbaiki

hubungan antara service performance, kepuasan pelanggan, dan intensi pembelian konsumen yang tercermin melalui loyalitas. Hasil penelitiannya

mengajukan teori bahwa kepuasan pelanggan adalah tepat dijelaskan

sebagai variabel moderator dalam hubungan ini. Sehingga dalam peta

pelayanan perbankan yang baru, posisi service performance diyakini semakin kuat menciptakan loyalitas nasabah, sedangkan kepuasan nasabah

menjadi faktor yang dapat mempengaruhi serta memperkuat pengaruh

service performance terhadap loyalitas nasabah (Josee Bloemer, Kode Ruyter, dan Pascal Peeters, 1998). Demikian halnyapendapat yang

dikemukakan oleh Rachmasari (2001) yang menyatakan bahwa kualitas

jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah.

Kepuasan hidup secara signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan

nasabah dan kepuasan nasabah secara signifikan berpengaruh positif

terhadap loyalitas.

Melalui studi empiris yang dilakukannya untuk menginvestigasi

(47)

ini lebih tepat sebagai moderating variable, dimana pengaruh service performance pada loyalitas, dapat diperkuat dengan kehadiran kepuasan nasabah sebagai moderating variable daripada sebagai intervening variable (Josee Bloemer, Kode Ruyter, dan Pascal Peeters, 1998) .

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdsarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian

dan landasan teori , maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bahwa variabel Service Performance dapat berpengaruh positif terhadap variabel Loyalitas Pelanggan Produk Internet IM2 di

Surabaya.

2. Bahwa variabel Service Performance dapat berpengaruh positif terhadap variabel Kepuasan Pelanggan Produk Internet IM2 di

Surabaya.

3. Bahwa variabel Kepuasan Pelanggan dapat berpengaruh positif

terhadap variabel Loyalitas Pelanggan Produk Internet IM2 di

Surabaya.

Service Performance

X

Loyalitas Pelanggan

Z

Kepuasan Pelanggan

(48)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Variable adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.

Sedangkan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada

suatu variable dengan memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan

atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

kegiatan variable tersebut. Variable-variabel yang diamati dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Service performance (X)

Service performance atau kinerja layanan adalah kinerja dari pelayanan yang diterima oleh konsumen itu sendiri dan menilai

kualitas dari pelayanan yang benar-benar mereka rasakan (Cronin dan

Taylor, 1994).

Indikator dari Service performance adalah (diadaptasi dari Hung (2006):

1 Kepedulian akan Kebutuhan

Merupakan rasa kepedulian dari pihak provider internet mobile

(49)

2 Sikap atas Layanan

Merupakan sikap yang ditunjukkan oleh provider internet mobile

IM2 (Indosat Mega Media) atas layanan yang diberikan kepada

para pelanggannya.

3 Pemberian Informasi

Merupakan penyampaian informasi-informasi yang berkaitan

dengan produk/jasa layanan internet mobile IM2 (Indosat Mega Media)

4 Kompetensi/kemampuan

Merupakan kompetensi atau kemampuan dari provider internet

mobile IM2 (Indosat Mega Media) dalam memberikan layanan. 2. Loyalitas Pelanggan (Z)

Loyalitas pelanggan merupakan reaksi atau akibat dari terciptanya kepuasan pelanggan sebagai implementasi dari keberhasilan pelayanan yang berkualitas dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan yang loyal adalah mereka yang antusiasme terhadap merek atau produk yang digunakannya.

Indikator dari loyalitas pelanggan adalah (Retnowati, 2009) : 1 Kognitif

Adalah loyalitas pelanggan internet IM2 berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya mengenai produk dan jasa layanan dari internet IM2. 2 Afektif

(50)

3 Konatif

Adalah loyalitas pelanggan internet IM2 berdasarkan komitmen mendalam untuk selalu menggunakan jasa IM2 apabila harus menggunakan koneksi jaringan internet.

4 Tindakan

Adalah loyalitas pelanggan internet IM2 yang berupa tindakan untuk merekomendasikan kepada orang lain dan menggunakan jasa IM2 kembali apabila menggunakan koneksi jaringan internet

3. Kepuasan Pelanggan (Y)

Kepuasan pelanggan menurut Mowen (1995:511) adalah keseluruhan

sikap pelanggan setelah memperoleh dan menggunakan

barang/layanan yang diberikan. Dapat dilihat setelah pembelian ulang

dan pembelian yang direkomendasikan oleh pelanggan lama.

Indikator dari kepuasan pelanggan adalah diadaptasi dari Swastha (1999) serta Peter dan Olson(2000) :

1 Derajat kepentingan

Berkaitan dengan fungsi internet sebagai media yang cukup penting untuk mengakses informasi.

2 Kesan terhadap kinerja akual

Berkaitan dengan kesan terhadap layanan secara keseluruhan .

3 Kesesuaian dengan harapan

(51)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

interval dengan menggunakan metode Likert yaitu metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima butir yang menyatakan

verbal dua kutub (bipolar). Sedangkan arah pengukurannya menggunakan

interval yaitu dengan memberikan skor pada jawaban yang dipilih

responden, contoh sbb :

Dimana tanggapan atau jawaban tesebut dinyatakan dengan

memberi skor yang berbeda dalam rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada

masing – masing skala, dimana nilai 1 menunjukkan sangat tidak

setuju ,nilai 3 netral dan nilai 5 sangat setuju.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelanggan Indosat yang

menggunakan layanan internet IM2. Sangat Tidak

Setuju

1 5

Sangat Setuju 3

Ragu-ragu

(52)

2. Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sample non probabilitas, yaitu teknik yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Sedangkan teknik penentuan sampling yang dipergunakan adalah

accidental sampling penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Sedangkan jenis pengambilan sampel didasari oleh asumsi Struktural Equation Modelling (SEM). Pedoman menentukan jumlah sampel seperti ditulis oleh Ferdinand dalam bukunya “(2002 : 48)” seperti

dibawah ini :

a. Sebanyak 100 – 200 sampel untuk teknik Maximum Likehood

Estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yan diestimasi.

Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang

diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indicator yang digunakan dalam

seluruh variabel latent. Jumlah sampel adalah jumlah indicator

dikali 5 sampai 10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel

adalah 100–200.

d. Bila sampelnya sangat besar, maka penelitian dapat memilih

teknik estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2.500,

teknik estimasi ADF (Aymtotically Distribution Free

Astimation) dapat digunakan.

Pada penelitian ini sampel yang diambil sebanyak (11 x 10 = 110).

(53)

3.3. Teknik Pengumoulan Data

3.3.1. J enis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ditempat

yang menjadi obyek penelitian, perolehan data dalam penelitian ini

ditekankan pada penggunaan kuisioner pada responden.

b. Data Sekunder

Berupa data yang diperoleh website indosat IM2 yang berkaitan

dengan tarif, kecapatan akses dan fitur-fitur yang ditawarkan oleh

pihak IM2.

3.3.2. Pengumpulan Data

a. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara mewawancarai responden

yang langsung dapat ditemui diberikan pertanyaan yang berhubungan

dengan data yang dibutuhkan dalam pembahasan selanjutnya.

b. Kuisioner

Pengumpulan data dengan jalan memberikan

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian

ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Model pengukuran factor tangible, reliability, responsiveness, assurance, emphaty, service quality,

(54)

Analisis factor konfirmatori adalah salah satu jenis analisis factor yang

ditujukan untuk menguji sebuah teori atau konsep mengenai sebuah proses

atau sebuah pengertian atau sebuah fenomena (Ferdinand, 2002 : 126)

Penaksiran pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap variabel

terikatnya mengunakan koefisien jalur. Langkah-langkah dalam analisis

SEM model dengan contoh factor tangible dilakukan sebagai berikut :

X11 = λ 1 service performance + er _ 1 X12 = λ 1 service performance + er _ 2 X13 = λ 3 service performance + er _ 3

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk

diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka pengukuran dengan contoh factor service performance nampak sebagai berikut :

Gambar 1

1

1

1

Keterangan :

X1.1 = Pernyataan tentang teknologi.

X1.2 = Pernyataan tentang pemulihan kegagalan layanan

X1.3 = Pernyataan tentang visi layanan Service

performance :

X1.1

X1.2

X1.3

er_1

er_2

(55)

er_ j = error term X1j

Demikian juga factor lain seperti kepuasan pelanggan dan loyalitas

pelanggan.

3.4.2. Asumsi Model (Str uctural Equation Modelling)

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1). Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histrogam data

atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2). Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value

yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.

Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai

kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak

normal.

3). Normal Probability Plot (SPSS’10.1)

4). Linieritas dengan mengamati scatierplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk

menduga ada tidaknya linieritas.

b. Evaluasi atas Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya

dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal

(56)

2002 : 97). Dalam hal ini Outlier dapat di evaluasi dengan daua cara

yaitu analisis univariate outliers dan analisis multivariate outlier.

1). Pada Univariate outliers, sampel besar (diatas 80 observasi)

pedoman evaluasi adalah bahwa nilai ambang batas dari Z-score

itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair. et.al., 1995,

dikutip oleh Ferdinand, 2002 : 98).

2). Evaluasi terhadap Multivariate outlier juga perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers

pada tingkat univariat, tetapi observasi-observasi itu dapat

menjadi outlier bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair. et.al., 1995;

Norusis, 1994; Tabanick & Fidell, 1996, dikutip oleh Ferdinand,

2002 : 102). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001.

jarak diuji dengan Chi-Square [ χ ] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai χ

adalah multivariate outlier.

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

untuk melihat apakah terdapat multicolliniearity atau Singularity

dalam sebuah kombinasi variabel, peneliti perlu mengamati

(57)

multikolinieritas dan singularitas ( Tabachnick & Fidell, 1998, dikutip

oleh Ferdinand, 2002 : 109)

d. Uji Validitas dan Realibilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa

yang seharusnya diukur. Sedangkan realibilitas adalah ukuran,

mengenai konsistensi internal dari inikator-indikator sebuah konstruk

yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indicator itu

mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.

Karena indicator multidimensi, maka uji validitas dari setiap

latent variabel / construct maka diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observed variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct realibility dan Variance-extractec. Construct reliability dan Variance-extractec dihitung dengan rumus berikut :

[ Σ Standardize Loading ]

Construct reliability =

[[ Σ Standardize Loading ] + ΣεJ ]

[ Σ Standardize Loading ]

Variance-extractec =

[[ Σ Standardize Loading ] + ΣεJ ]

Gambar

Tabel 1.1 Fitur Produk IM2
Tabel 1.2
Gambar 1
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Effective Financial Structure) Rasio struktur keuangan efektif menunjukkan bahwa rasio aset lancer (E2), rasio pinjaman dari luar (E6) dan rasio modal lembaga (E8)

Namun dalam menarik perhatian audience, media LCD Flat sudah dapat dikategorikan efektif karena didapati 100 responden pada tahap perhatian mengetahui keberadaan media LCD Flat

Ada 3 metode mengatasinya yaitu dengan metode menggeser sikat motor,menambahkan kutub bantu atau belitan kompensasi.Dalam penelitian ini ada cara lain yang digunakan yaitu

Jadi, variabel merupakan faktor-faktor yang ber- pengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah. Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel

Permasalahan tersebut dijabarkan dalam 7 buah pertanyaan penelitian yaitu (1) Apakah terdapat perbedaan kompetensi guru PAI MTs kota Mataram yang berstatus

Sasaran Jaringan aman prasarana e-Pemerintahan nasional Pangkalan data (database) e-Pemerintahan Program nasional pengembangan konten Pembaruan proses bisnis layanan

2.4 Kerangka Konsep Studi Kasus Respon Pasien Halusinasi Pendengaran Setelah Diberikan Obat Antipsikotik Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

menyelesaikan dengan baik skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Profitabilitas Yang Di Moderasi Oleh Jenis Perusahaan Pada Perusahaan Tambang