• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP AWAL FISIKA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMK NEGERI 1 PANTAI LABU T.P. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGUASAAN KONSEP AWAL FISIKA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMK NEGERI 1 PANTAI LABU T.P. 2012/2013."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP AWAL FISIKA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBASIS

EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMK NEGERI 1 PANTAI LABU

T.P 2012/2013

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendikan Fisika

Oleh:

RAMLAN SUNGKAWAN NIM : 8116176013

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

ABSTRAK

RAMLAN SUNGKAWAN. Analisis Penguasaan Konsep Awal Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Advance Organizer Berbasis Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika Di SMK Negeri 1 Pantai Labu T.P. 2012/2013. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) hasil belajar Fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan model pembelajaran Direct Instruction. (2) hasil belajar Fisika siswa yang memiliki penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi. (3) interaksi antara model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan Direct Instruction dengan tingkat penguasaan konsep awal dalam meningkatkan hasil belajar Fisika. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Pantai Labu Deli Serdang. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes penguasaan konsep awal (2) tes hasil belajar dengan materi pokok listrik dinamis. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk essay. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Direct

Instruction. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil ANAVA dua jalur dari nilai

signifikan sebesar 0.02 < 0.05, dan dapat juga dilihat dari nilai Fhitung > Ftabel yaitu

6.038 > 4.021. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi baik di kelas

Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan di kelas Direct Instruction. Hal itu

dapat dibuktikan dari nilai signifikan sebesar 0.01 < 0.05. Dan dapat juga dilihat dari nilai Fhitung > Ftabel yaitu 7.922 > 4.021. (3) Tidak terdapat interaksi antara

model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan Direct

Instruction dengan tingkat penguasaan konsep awal dalam meningkatkan hasil

(6)

iii

ABSTRACT

RAMLAN SUNGKAWAN. The analysis of mastery the beginning concept of physic with advance organizer learning based experiment toward students’ physic learning achievement of SMK N 1 pantai labu. Thesis Medan. Physics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2013

This study was aimed to determine the differences between: (1) student’s study result of using advance organizer Model and direct instruction model and (2)student’s study result who at first have low or high comprehension in physical concept. (3) The relation between advance organizer model and direct instruction model to develop student study interest in physics. This is quasi experimental research which students of second semester of grade X SMK N 1 Pantai Labu Deli serdang as a population chose random sample of each class. The instrument that is used: (1) test for first comprehension of concept (2) test for study result which “Dynamic Power” as a basic material. The test is used to obtain the data is form of essay. And the data were collected in essay and analyzed according to ANAVA. It shows that: (1) there are the different between students’ study results that use advance organizer and direct instruction. The result ANAVA shows significant value 0.02 < 0.05, or Fhitung > Ftabel, 6.038 > 4.021. (2) There are the

differences between students’ study results that have low or high skill in advance organizer or Direct Instruction class. The result shows significant value 0.01 < 0.05 and Fhitung > Ftabel or 7.922 > 4.021 (3) there is no interaction between the

using learning of advance organizer or direct Instruction and the degree of concept comprehension to develop students’ study result. The result shows significant value 0.45 > 0.05, and Fhitung > Ftabel 0.582 > 4.021.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat

Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul

“ANALISIS PENGUASAAN KONSEP AWAL FISIKA PADA

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMK NEGERI 1 PANTAI LABU T.P. 2012/2013” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika Pascasarjana UNIMED, Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si selaku

pembimbing I dan Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing II

ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan

sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu

memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S selaku narasumber I, Ibu Dr.

Betty M. Turnip, M.Pd selaku narasumber II, dan Bapak Dr. KMS M. Amin

Fauzi, M.Pd selaku narasumber III, yang telah memberikan saran dan

(8)

v

3. Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak

membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian

tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED dan Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D selaku Asisten

Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.

5. Bapak Drs. Kasril selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Pantai Labu beserta

seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

6. Ayahanda Tercinta dan Ibunda, kakak serta adikku tersayang yang senantiasa

memberikan motivasi dan doa.

7. Sahabat seperjuangan terkhusus angkatan XX Prodi Fisika yang telah

memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini,

namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata

bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam

memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juli 2013 Penulis

(9)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 11

1.3.Batasan Masalah 12

1.4.Rumusan Masalah 12

1.5.Tujuan Penelitian 13

1.6.Manfaat Penelitian 14

1.7.Definisi Operasional 15

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 17

2.1. Kerangka Teoritis 17

2.1.1. Pengertian Belajar 17

2.1.2. Hasil Belajar 19

2.1.3. Teori-Teori Belajar Yang Mendukung 20

2.1.4. Penguasaan Konsep 24

2.1.5. Model Pembelajaran 27

2.1.6. Model Pembelajaran Advance Organizer 30

2.1.7. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) 33

2.1.8. Metode Eksperimen 36

2.1.9. Karakteristik Siswa Menurut Teori Piaget 37

2.1.10. Pengertian Interaksi 39

2.1.11. Penelitian Yang Relevan 40

2.2. Kerangka Konseptual 42

2.2.1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Model 42

Pembelajaran Advance Organizer Dan Direct Instruction 2.2.2. Hasil Belajar Fisika Yang Memiliki Penguasaan Konsep 44

Siswa Rendah Dan Penguasaan Konsep Tinggi

2.2.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Advance Organizer 45 Dengan Penguasaan Konsep Siswa Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar

2.2.4. Interaksi Antara Model Pembelajaran Direct Instruction 45 Dengan Penguasaan Konsep Siswa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

(10)

iii

BAB III : METODE PENELITIAN 49

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 49

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 49

3.3. Variabel Penelitian 50

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 50

3.5. Prosedur Penelitian 52

3.6. Instrumen Penelitian 53

3.6.1. Tes Penguasaan Konsep Awal 54

3.6.2. Tes Hasil Belajar Fisika 54

3.7. Analisis Butir Tes 55

3.7.1. Validitas Isi 55

3.7.2. Validitas Butir Soal 56

3.7.3. Reliabilitas Tes 57

3.7.4. Indeks Kesukaran 58

3.7.5. Daya Pembeda 59

3.8. Teknik Analisis Data 60

3.8.1. Analisis Secara Deskriptif 60

3.8.2. Analisis Secara Inferensial 60

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Fase-Fase Model Pembelajaran Advance Organizer 32

Tabel 2.2. Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction 34

Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 51

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 51

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Penguasaan Konsep Awal 54

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Dampak Instruktional Dan Pengiring Dari Model 34

Pembelajaran Direct Instructional

Gambar 3.1. Hubungan Antara Ketiga Variabel 50

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus 69

Lampiran 2 : RPP 1, Bahan Ajar 1, & LKS 1 72

Lampiran 3 : RPP 2, Bahan Ajar 2, & LKS 2 91

Lampiran 4 : RPP 3, Bahan Ajar 3, & LKS 3 117

Lampiran 5 : Kisi-Kisi Tes Penguasaan Konsep Awal Dan Hasil Belajar 134

Lampiran 6 : Butir Soal Tes Hasil Belajar 135

Lampiran 7 : Jawaban Tes Hasil Belajar 138

Lampiran 8 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar 144

Lampiran 9 : Butir Soal Penguasaan Konsep 148

Lampiran 10: Jawaban Tes Penguasaan Konsep 149

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan

memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam

dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar

mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun

fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang

bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan

ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:113).

Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik

kepada tujuan yang diharapkan.

Prawoto (Herdian, 2009:52) menyatakan bahwa proses pendidikan dan

pengajaran yang ideal pada hakikatnya merupakan suatu ajakan seorang pendidik

untuk menghantarkan seorang peserta didik ke tujuan belajarnya. Ini dapat

dilakukan dengan cara menyediakan situasi dan kondisi serta fasilitas yang

kondusif sehingga lahirlah suatu interaksi edukatif yang harmonis.

Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan

sehari-hari yang melibatkan individu secara keseluruhan baik fisik maupun psikis

untuk mencapai suatu tujuan. Belajar adalah suatu proses yang menitikberatkan

(15)

2

intelektualitas lainnya. Proses pembelajaran memegang peranan penting dalam

menghasilkan kualitas lulusan. Banyak aspek yang dapat mempengaruhi kualitas

pendidikan, antara lain: pengajar (guru atau dosen) yang professional dan

berkualitas dengan kualifikasi yang diamanahkan oleh undang-undang guru dan

dosen, penggunaan metode mengajar yang menarik dan bervariasi, perilaku

belajar peserta didik yang positif, kondisi dan suasana belajar yang kondusif untuk

belajar dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam mendukung proses

belajar.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara siswa dengan

guru dan antara siswa dengan siswa. Komunikasi yang terjalin hendaknya

merupakan komunikasi timbal balik yang diciptakan sedemikian rupa sehingga

pesan yang di sampaikan dalam bentuk pelajaran berlangsung efektif dan efisien.

Belajar efektif hanya mungkin kalau siswa itu sendiri turut aktif dalam dalam

pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sangat di tentukan juga oleh model

pembelajaran yang diterapkan.

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,

sehingga proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan pengumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang memerlukan proses berpikir

yang baik.

Menurut Mundilarto (2002:73), mengatakan bahwa Fisika yang

(16)

3

dan tidak disenangi sebagian besar siswa. Itu bisa terjadi karena guru tidak

menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang tepat. Secara umum,

rendahnya rata-rata perolehan nilai pada mata pelajaran Fisika mengindikasikan

proses pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Sebagai

mata pelajaran, Fisika sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan

kemampuan siswa baik aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif.

Proses pembelajaran Fisika pada saat ini secara umum belum berdampak

terhadap kemampuan penguasaan konsep. Pembelajaran Fisika sebagian besar

hanya menekankan pada aspek produk seperti menghapal konsep-konsep,

prinsip-prinsip atau rumus dan tidak memberikan kesempatan siswa terlibat aktif dalam

proses-proses Fisika sehingga tidak dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa.

Beberapa penelitian pembelajaran berbasis konstruktivis telah dilakukan untuk

melihat efektivitasnya dalam konstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri dan

menumbuh kembangkan sikap ilmiah. Hal ini dilakukan sesuai pendapat Bruner

(Dahar 1996:54), bahwa selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa

dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari.

Siswa memiliki kemampuan dasar pengetahuan pada dirinya, namun hal

tersebut sering tidak dikembangkan di sekolah. Menurut Sardiman (2006:113),

belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru, dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu

mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Pengembangan

(17)

4

keterampilan proses, keterampilan intelektual, sosial dan fisik siswa diproses

untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan lebih baik.

Jika siswa menguasai keterampilan proses, mereka akan dapat memahami

dan mengolah fakta dan konsep ilmu pengetahuan tersebut sehingga dapat

menyelesaikan permasalahan kontekstual yang dihadapi. Melalui penerapan

pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan

mental-intelektual siswa untuk digunakan melatih dan mengembangkan keterampilan

intelektual atau kemampuan berfikir siswa dan juga mengembangkan sikap-sikap

ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta,

konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan.

Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka dalam proses

pembelajarannya dituntut agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran terutama

melalui kegiatan penemuan, sedangkan guru yang semula bertindak sebagai

sumber belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan pembelajaran

yang berperan mengarahkan (membimbing) siswa untuk menemukan sendiri

konsep-konsep yang sedang dipelajari.

Permasalahan besar dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya

usaha pengembangan berpikir yang menuntun siswa untuk menguasai konsep.

Proses ini lebih banyak mendorong siswa agar dapat menguasai materi pelajaran

supaya dapat menjawab semua soal ujian yang diberikan. Kenyataan

menunjukkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar. Siswa lebih banyak

mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh guru di papan tulis.

(18)

5

dengan guru menulis di papan tulis merupakan metode yang paling sering

digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata pelajaran Fisika dianggap sebagai bahan

hafalan, sehingga siswa tidak menguasai konsep.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Negeri 1 Pantai Labu dengan

memberikan soal mengenai listrik dinamis diperoleh bahwa siswa kurang dapat

membedakan rangkaian seri dan rangkaian paralel, hambatan pada rangkaian

listrik arus searah, konsep mengukur tegangan dan kuat arus dan beberapa siswa

salah mengerti tentang tegangan listrik. Siswa beranggapan bahwa tegangan

hanya terjadi pada rangkaian tertutup, bila ada suatu rangkaian terbuka yang

dihubungkan dengan baterai, siswa berkeyakinan tidak ada tegangan. Jika

konsep-konsep materi Fisika itu dapat dikuasai dan dipahami siswa maka akan disadari

bahwa Fisika itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sehingga dapat

menumbuhkan motivasi untuk menemukan sendiri pengalaman-pengalaman

Fisika di kehidupan.

Rendahnya hasil belajar Fisika dibuktikan dari hasil studi pendahuluan

yang telah dilakukan peneliti di SMK Negeri 1 Pantai Labu dengan cara menyebar

angket kepada siswa dan wawancara langsung dengan guru mata pelajaran Fisika

kelas X yang dilakukan pada tanggal 6 Februari 2013. Hasil evaluasi belajar

menunjukkan bahwa nilai rata-rata rapor untuk pelajaran Fisika masih tergolong

rendah dalam kategori cukup yaitu dengan nilai rata-rata 73, dengan KKM 70.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain

(19)

6

Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang disebarkan kepada 35 siswa kelas

X diperoleh data bahwa 17 orang mengatakan Fisika itu sulit dan kurang menarik,

8 orang mengatakan bahwa Fisika itu biasa saja. Sedangkan 10 orang mengatakan

Fisika itu mudah dan menyenangkan. Alasan siswa mengatakan bahwa Fisika

sulit dan kurang menarik karena Fisika tidak terlepas dari rumus-rumus yang

harus dihafal. Tetapi ada juga siswa yang sulit dalam pemahaman materi dan soal,

sehingga jika soal diubah dalam bentuk lain maka siswa tidak mampu

mengerjakannya.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan ibu Khairi Hayati selaku guru

kelas X di SMK Negeri 1 Pantai Labu dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya

penggunaan variasi model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan

selama ini hampir mendekati model pembelajaran Direct Instruction dengan

menggunakan metode demonstrasi. Selain model DI, guru tersebut sebelumnya

sudah pernah mencobakan model pembelajaran NHT dan TPS. Namun

menggunakan model yang berbasis penyelesaian masalah belum pernah dilakukan

sebab model ini memakan waktu yang lama sehingga tidak pernah digunakan

walaupun disekolah tersebut sudah ada laboratorium dengan alat KIT (walupun

belum lengkap keseluruhan) tetapi masih banyak guru-guru yang belum bisa

menggunakan KIT sehingga alat-alat laboratorium tersebut jarang digunakan. Hal

yang paling menarik di sekolah itu adalah bahwa sekolah tersebut sudah

menggunakan power point dalam penyampaian materi.

Konsep kelistrikan merupakan konsep yang cukup penting dalam

(20)

7

mengalami kesulitan terutama dalam mengaplikasikan listrik dinamis. Hal ini

dikarenakan dalam pengajarannya di sekolah, siswa tidak dilibatkan secara

langsung dalam menemukan hukum-hukum tersebut, sehingga begitu siswa

dihadapkan pada soal-soal Fisika, siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan

dan mencari solusi mengapa sesuatu itu bisa terjadi.

Selama proses pembelajaran, guru jarang mengajak siswa melakukan

pengamatan atau praktikum untuk materi yang sedang dipelajari secara nyata.

Sebagai gantinya guru melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi

dilakukan karena guru memiliki pertimbangan bahwa kegiatan demonstrasi tidak

menghabiskan waktu yang banyak dan dapat menyelesaikan materi dengan cepat.

Penerapan pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa kurang mampu

melakukan praktikum, sehingga kemampuan siswa seperti melakukan

pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data,

mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat

mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak

tampak.

Penguasaan konsep memberikan pengertian bahwa konsep-konsep yang

diajarkan kepada siswa bukanlah sekedar bahan hapalan saja, tetapi konsep itu

harus dipahami agar dapat digunakan untuk dapat memecahkan masalah yang

dihadapi. Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil proses belajar seseorang

sehingga dapat mendefenisikan atau menjelaskan suatu bagian informasi dengan

kata-kata sendiri, dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefenisikan

(21)

8

pelajaran, meskipun penjelasan yang diberikan susunan kalimatnya tidak sama

dengan konsep yang diberikan, tetapi kandungan atau maknanya tidak berbeda.

(Dahar, 1996:112)

Penguasaan konsep Fisika oleh siswa akan lebih berhasil jika diterapkan

model pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa mencari, menyelesaikan

masalah dan memahami Fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun

konsep-konsep Fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan

atau mungkin diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu model yang cocok

untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat mengusai konsep Fisika

adalah dengan menggunakan model Advance Organizer berbasis eksperimen.

Metode eksperimen pada pembelajaran fisika dapat mengembangkan

keterampilan siswa, siswa dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan materi

yang sedang dipelajari, karena guru sudah merancang praktikum yang akan

dilaksanakan. Siswa tinggal mengikuti langkah-langkah praktikum yang terdapat

di LKS. Hal ini sesuai dengan hakekat fisika yaitu siswa harus terlibat dalam

penemuan informasi dan prinsip serta dapat bersikap secara ilmiah seperti sikap

fisikawan.

Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan membuat variasi

pembelajaran di kelas. Diperlukan suatu pendekatan, model, atau metode

pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

Fisika dan pembelajaran menjadi lebih bermakna serta siswa menjadi lebih

(22)

9

digunakan adalah model pembelajaran Advance Organizer yang dikembangkan

oleh Ausubel.

Olio dan Tony (2007:388) mengemukakan bahwa model pembelajaran

Advance Organizer dapat membantu para siswa mengorganisir informasi yang

diperoleh untuk menguatkan struktur kognitif siswa ketika mempelajari konsep-

konsep atau informasi yang baru dan bagaimana sebaiknya pengetahuan itu

disusun serta dipahami dengan benar.

Melalui model pembelajaran Advance Organizer siswa diharapkan dapat

membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri tentang fakta dan

konsep-konsep Fisika dengan cara merekonstruksi sendiri makna melalui pemahaman

relevan pribadinya, sehingga siswa dapat mencari, menggunakan, mengingat dan

memahami lebih lama konsep Fisika tersebut, dan pembelajaran yang terlaksana

lebih bermakna. Dan model ini memfasilitasi tumbuhnya minat siswa dalam

memperkuat struktur kogintif. Agar pemahaman siswa dapat lebih muncul maka

pada pembelajaran dibantu dengan menggunakan metode yang mendukung hal

tersebut, yaitu metode eksperimen. Metode eksperimen pada pembelajaran Fisika

dapat mengembangkan keterampilan siswa di mana siswa dapat terlibat aktif

dalam penemuan informasi dalam memahami konsep dan dapat bersikap secara

ilmiah sehingga motivasi siswa dalam pembelajaran dapat meningkat.

Sejalan dengan beberapa hasil Penelitian tentang model pembelajaran

Advance Organizer dalam pembelajaran fisika dan sains lainnya menunjukkan

hasil yang positif dalam meningkatkan hasil belajar, keterampilan berfikir,

(23)

10

contoh, hasil penelitian Rahayu (2012) memperoleh hasil bahwa pengembangan

model pembelajaran advance organizer pada pelajaran kimia pokok bahasan

koloid dinyatakan efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan

korelasi positif pada r = 0,770.

Dan hasil penelitian Rafiqoh (2012) memperlihatkan bahwa hasil penelitian

yang diperoleh terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diberi model

pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran

advance organizer tanpa berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance

organizer dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang dan kelebihan model pembelajaran Advance

Organizer, penulis mengajukan sebuah penelitian yang berjudul “Analisis

Penguasaan Konsep Awal Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Advance Organizer Berbasis Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika di SMK Negeri 1 Pantai Labu T.P 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah

yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada

aspek menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus.

2. Kemampuan hasil belajar fisika yang relative rendah.

3. Kemampuan penguasaan konsep awal siswa masih rendah sebagai

(24)

11

4. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar

mengajar kurang bermakna.

5. Model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen belum

diterapkan disekolah.

6. Salah satu pokok bahasan fisika yang cocok dan tepat bila diajarkan

dengan model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen

adalah listrik dinamis.

1.3.Batasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan

mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang

menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran

Advance Organizer berbasis eksperimen dan Direct Instruction (DI).

2. Kemampuan siswa dalam penguasaan konsep awal fisika dan hasil

belajar fisika.

3. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Listrik Dinamis.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah

maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh

model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen terhadap

(25)

12

dinamis?”. Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa dengan penerapan

model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen dan

model pembelajaran Direct Instruction?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki

penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Advance Organizer

berbasis eksperimen dan Direct Instruction dengan tingkat penguasaan

konsep awal dalam meningkatkan hasil belajar Fisika?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model

pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen terhadap penguasaan

konsep awal dan hasil belajar Fisika pada materi pokok listrik dinamis. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk Mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa dengan

penerapan model pembelajaran Advance Organizer berbasis

eksperimen dan model pembelajaran Direct Instruction.

2. Untuk Mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki

penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi.

3. Untuk Mengetahui interaksi antara model pembelajaran Advance

(26)

13

penguasaan konsep awal siswa dalam meningkatkan hasil belajar

Fisika.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat

penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Mengungkap secara jelas adanya pengaruh Model Pembelajaran Advance

Organizer berbasis eksperimen terhadap hasil belajar siswa.

b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMK agar

lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru di SMK

Negeri 1 Pantai Labu, agar menggunakan Model Pembelajaran Advance

Organizer berbasis eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan

dengan melibatkan lebih lengkap komponen model-model pembelajaran yang lain

untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik Model Pembelajaran

Advance Organizer berbasis eksperimen masih lebih unggul jika dibandingkan

(27)

14

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para

peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang sejenis.

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan

penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan

definisi operasional:

1. Model pembelajaran Advance Organizer adalah model pembelajaran

bertujuan memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan daya ingat

dalam memperoleh informasi baru (Joyce, 2009:286).

2. Metode Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa

melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

sesuatu yang dipelajari. (Djamarah dan Zain, 2006:76)

3. Penguasaan konsep memberikan pengertian bahwa konsep-konsep yang

diajarkan kepada siswa bukanlah sekedar bahan hapalan saja, tetapi

konsep itu harus dipahami agar dapat digunakan untuk dapat memecahkan

masalah yang dihadapi. Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil

proses belajar seseorang sehingga dapat mendefenisikan atau menjelaskan

suatu bagian informasi dengan kata-kata sendiri, dengan kemampuan

siswa menjelaskan atau mendefenisikan berarti siswa tersebut telah

memahami konsep atau prinsip dari bahan-bahan pelajaran, meskipun

(28)

15

yang diberikan, tetapi kandungan atau maknanya tidak berbeda. (Dahar,

1996:112)

4. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses

belajar. (Mudjiono, 2006:78)

5. Pembelajaran Direct Instruction merupakan suatu model pembelajaran

dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas akademik. Sehingga didalam

implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat

terhadap kemajuan belajar siswa, pemberian arahan dan kontrol secara

ketat dalam pengembangan model pembelajaran langsung dilakukan ketika

guru menjelaskan tentang tugas belajar, menjelaskan materi pelajaran.

(Joyce, 2009:289)

6. Dalam penelitian ini, interaksi yang dimaksud adalah dalam hal

menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbasis

eksperimen dan Direct Instruction pada setiap kategori penguasaan konsep

awal siswa mana yang lebih baik digunakan. Biasanya model

pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen memberikan efek

perbedaan yang lebih baik pada penguasaan konsep awal siswa rendah

(29)

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer

berbasis eksperimen dengan menekankan pada penguasaan konsep awal dan hasil

belajar, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara siswa yang menggunakan

model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen

dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran

Direct Instruction.

b. Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki penguasaan

konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi baik di kelas

Advance Organizer berbasis eksperimen dan di kelas Direct Instruction.

c. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Advance Organizer

berbasis eksperimen dan Direct Instruction dengan tingkat penguasaan

konsep awal dalam meningkatkan hasil belajar Fisika. Dengan kata lain,

siswa yang diberikan model pembelajaran Advance Organizer berbasis

eksperimen, penguasaan konsep awalnya selalu baik di setiap kelompok

kelas rendah dan tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Direct

(30)

103

5.2. Saran

a. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran Advance Organizer

berbasis eksperimen akan semakin meningkat jika siswa dilatih secara

berulang-ulang dalam kegiatan praktikum dan dapat menemukan

konsep-konsep Fisika pada saat melakukan praktikum.

b. Dilihat dari karakter siswa, sebelum model pembelajaran Advance

Organizer berbasis eksperimen diberikan sebaiknya terlebih dahulu

memperhatikan kemampuan awal siswa sehingga model pembelajaran

Advance Organizer berbasis eksperimen bisa berjalan dengan lancar.

c. Sebelum diberikan tes akhir, siswa terlebih dahulu dilatih dengan berbagai

soal yang berbeda tetapi masih dalam konsep yang sama sehingga ketika

mengerjakan soal tes akhir, siswa mampu mengerjakan dengan baik.

d. Dalam menerapkan model pembelajaran Advance Organizer berbasis

eksperimen, sebaiknya perhitungkan dengan baik pembagian jumlah

kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena

akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

e. Pertimbangkan waktu dalam melaksanakan pembelajaran Advance

Organizer berbasis eksperimen sehingga kegiatan pembelajaran bisa

(31)

99

DAFTAR PUSTAKA

Amnah. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri Kecamatan Binjai. Tesis.

Medan. Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R.. 2001. A taxonomy for Learning, teaching, and

assessing: Arevision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York:

Addison Wesley Longman.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (7th ed.). Belajar untuk Mengajar (Terjemahan

Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto pada Tahun 2008). Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung

Ausubel. 1960. The use of advance organizers in learning and retention of Meaningful

Material. Journal of Educational Psychology, 51, 262-272.

Bell, F. 1978. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools). USA: Wm. C. Brown Company Publisher.

Budianto. 2006. Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer dan Sikap Siswa

dalam Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Medan Area.,Tesis. Medan : PPs Unimed.

Costa, A. 1985. Developing minds : A resource book for teaching thinking. Alexandria, VA : Association for Supervision and Curriculum Development.

Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga

Depdiknas. 2003. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA.Jakarta:Badan Standar Nasional Pendidikan.

Destini, R. 2005. Pengaruh Strategi Pembelajaran Advance Organizer dan Kreativitas

Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Swasta Al Washiliyah Medan. Tesis. Medan :

Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dike, W dan Raiser, A.R. 1996. Instructional Planning. Masaschussetts : Asimon & Schuter Company Needem Heights.

Djamarah, S. B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono, S. E.W. 2009.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Fakultas Pascasarjana. 2010. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan

Administrasi. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan UNIMED

Gagne, Robert J and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winston

(32)

100

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Hake, R. R. 2010. Analyzing Change/Gain Scores. http://Lists.Asu.Edu/Egi-Bin/Wa?A2=Ind9903&L=Aera_D&P=R6855,American Educational Rese-arch Associations Division, Measurement And Research Methodology.

Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara

Herlanti, Y. 2003. Science Education Research Tanya Jawab Seputar Pendidikan Sains. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Hudojo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA FMIPA UNM.

Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Kanginan, Marthen. 2007. Fisika SMA Kelas X A. Jakarta : Erlangga.

Karwono.2007. Efektivitas Pemberian Rangkuman Dan Advance Organizer Dalam

Remedial Teaching Terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Bidang Studi Fisika SMA Di Kota Metro., http://karwono.wordpress.com/

2007/11/15/efektifitas- pemberian-rangkuman-dan-advance-organizer-dalam-remedial-tecahing-terhadap-tingkat-ketuntasan-belajar-bidang-studi-fisika-sma-di-kota-metro/. Artikel : Studi Eksperimen pada Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.

Khairi, A. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran Advance Organizer dan Minat

Belajar Biologi Terhadap Hasil Belajar Biolohi SMA Negeri 1 Tanjungpura.

Tesis. Medan : Program Pascasarjana Univesitas Negeri Medan.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Mardana, P. 2008. Inovasi Pendekatan Keterampilan Proses dengan Bantuan Komputer

Dalam Pembelajaran Fisika Modern Pada Sekolah Menengah Umum Negeri Di Singaraja. Jurnal. Singaraja : Aneka Widya STKIP Singaraja, No.1 TH. 2008.

M. Dell’Olio, J., dan Tony D. 2007. Models of Teaching. USA : Sage Publications. Merill, M.D dan Reigeluth C.M. 1979. A knowledge base for improving our method of

instruction. Educational Psychologist Volume 13, 57-70.

Munthe, B. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insani Madani.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Grasindo.

Nurhayati, E. 2006. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematika Siswa melalui Pembelajaran dengan Strategi Peta Konsep. Tesis: FPS

UPI: Tidak diterbitkan.

Pujiastuti, N.(2009). Panduan Belajar Fisika Untuk SMK/MAK. Pratama Pustaka, Jakarta.

Prikasih. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan

(33)

101

Rahayu, S. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Koloid. Journal

of Innovative Science Education. Semarang : Program Pascasarjana Pendidikan IPA.

Sahono. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar dalam

Pembelajaran IPA SD. Makalah disajikan Rapat Terbuka Senat, Universitas

Bengkulu,Bengkulu,29 Juni.

Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 17. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit Grafindo. Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Jakarta : Penerbit

Andi.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, N. 1990. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

________ . 2005. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Sumarmo.1987. Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA

Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa Dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi. Bandung: FPS UPI.

Supiyanto.2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta Surya, H. 2009. Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: PT Gramedia

Syarifuddin, dan Nasution, I. 2005. Manajemen Pembelajaran. Ciputat : Penerbit Quantum Teaching.

Tim MKPBM. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Bandung: JICA FMIPA UPI.

Trianto. 2007. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Yogihati. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Umum Melalui

Pembelajaran Bermakna Dengan Menggunakan Peta Konsep. Jurnal Pendidikan

Fisika Indonesia. Malang : Jurusan Fisika FMIPA,Universitas Negeri Malang. Yuliani, Y. 2007. Pembelajaran dengan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan

Pemahaman Matematis Siswa SMA. Tesis. Bandung : FPS UPI.

Gambar

Tabel 2.1. Fase-Fase Model Pembelajaran Advance OrganizerTabel 2.2. Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction Tabel 3.1
Gambar 2.1. Dampak Instruktional Dan Pengiring Dari Model  Pembelajaran Direct Instructional Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

A. Pada tingkat SMP, peserta didik sudah memasuki tahap perkembangan intelektual operasi formal. Hal ini menurut teori belajar .... Teori belajar bermakna, Ausuble C. Di dalam

(2) Besarnya kekayaan dan aset LPPL Siak TV pada saat diberlakukannya Peraturan Daerah ini adalah seluruh kekayaan dan asetdaerah yang tidak dipisahkan dan

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. It is proved from the need of 3D modeling in every sector of industry. Modeling is the process of creating

VII 40-41 PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR KUALIFIKASI Cukup jelas VIII 42-43 TATA CARA EVALUASI KUALIFIKASI Cukup jelas IX 44-46 BENTUK KONTRAK Cukup jelas X 47-69

Maka Pejabat Pengadaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bone Bolango Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut :.

Universitas Nusa Cendana (Undana) sebagai bagian integral dari masyarakat NTT berusaha membantu meningkatkan pengembangan peralatan teknologi tepat guna untuk

(2) Dengan dibentuknya Desa Kaduagung Tengah Kecamatan Cibadak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka wilayah kerja Desa Kaduagung Timur Kecamatan Cibadak dikurangi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk penerapan model pembelajaran quantum untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di sekolah dasar.. Penelitian