ANALISIS PENGUASAAN KONSEP AWAL FISIKA PADA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBASIS
EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMK NEGERI 1 PANTAI LABU
T.P 2012/2013
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendikan Fisika
Oleh:
RAMLAN SUNGKAWAN NIM : 8116176013
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
RAMLAN SUNGKAWAN. Analisis Penguasaan Konsep Awal Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Advance Organizer Berbasis Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika Di SMK Negeri 1 Pantai Labu T.P. 2012/2013. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan: (1) hasil belajar Fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan model pembelajaran Direct Instruction. (2) hasil belajar Fisika siswa yang memiliki penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi. (3) interaksi antara model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan Direct Instruction dengan tingkat penguasaan konsep awal dalam meningkatkan hasil belajar Fisika. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Pantai Labu Deli Serdang. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes penguasaan konsep awal (2) tes hasil belajar dengan materi pokok listrik dinamis. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk essay. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Direct
Instruction. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil ANAVA dua jalur dari nilai
signifikan sebesar 0.02 < 0.05, dan dapat juga dilihat dari nilai Fhitung > Ftabel yaitu
6.038 > 4.021. (2) Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi baik di kelas
Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan di kelas Direct Instruction. Hal itu
dapat dibuktikan dari nilai signifikan sebesar 0.01 < 0.05. Dan dapat juga dilihat dari nilai Fhitung > Ftabel yaitu 7.922 > 4.021. (3) Tidak terdapat interaksi antara
model pembelajaran Advance Organizer Berbasis Eksperimen dan Direct
Instruction dengan tingkat penguasaan konsep awal dalam meningkatkan hasil
iii
ABSTRACT
RAMLAN SUNGKAWAN. The analysis of mastery the beginning concept of physic with advance organizer learning based experiment toward students’ physic learning achievement of SMK N 1 pantai labu. Thesis Medan. Physics Education Study Program Postgraduate School of University of Medan, 2013
This study was aimed to determine the differences between: (1) student’s study result of using advance organizer Model and direct instruction model and (2)student’s study result who at first have low or high comprehension in physical concept. (3) The relation between advance organizer model and direct instruction model to develop student study interest in physics. This is quasi experimental research which students of second semester of grade X SMK N 1 Pantai Labu Deli serdang as a population chose random sample of each class. The instrument that is used: (1) test for first comprehension of concept (2) test for study result which “Dynamic Power” as a basic material. The test is used to obtain the data is form of essay. And the data were collected in essay and analyzed according to ANAVA. It shows that: (1) there are the different between students’ study results that use advance organizer and direct instruction. The result ANAVA shows significant value 0.02 < 0.05, or Fhitung > Ftabel, 6.038 > 4.021. (2) There are the
differences between students’ study results that have low or high skill in advance organizer or Direct Instruction class. The result shows significant value 0.01 < 0.05 and Fhitung > Ftabel or 7.922 > 4.021 (3) there is no interaction between the
using learning of advance organizer or direct Instruction and the degree of concept comprehension to develop students’ study result. The result shows significant value 0.45 > 0.05, and Fhitung > Ftabel 0.582 > 4.021.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul
“ANALISIS PENGUASAAN KONSEP AWAL FISIKA PADA
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMK NEGERI 1 PANTAI LABU T.P. 2012/2013” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Pascasarjana UNIMED, Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si selaku
pembimbing I dan Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing II
ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan
sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu
memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S selaku narasumber I, Ibu Dr.
Betty M. Turnip, M.Pd selaku narasumber II, dan Bapak Dr. KMS M. Amin
Fauzi, M.Pd selaku narasumber III, yang telah memberikan saran dan
v
3. Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak
membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian
tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED dan Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D selaku Asisten
Direktur I Program Pascasarjana UNIMED.
5. Bapak Drs. Kasril selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Pantai Labu beserta
seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
6. Ayahanda Tercinta dan Ibunda, kakak serta adikku tersayang yang senantiasa
memberikan motivasi dan doa.
7. Sahabat seperjuangan terkhusus angkatan XX Prodi Fisika yang telah
memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini,
namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, Juli 2013 Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 11
1.3.Batasan Masalah 12
1.4.Rumusan Masalah 12
1.5.Tujuan Penelitian 13
1.6.Manfaat Penelitian 14
1.7.Definisi Operasional 15
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 17
2.1. Kerangka Teoritis 17
2.1.1. Pengertian Belajar 17
2.1.2. Hasil Belajar 19
2.1.3. Teori-Teori Belajar Yang Mendukung 20
2.1.4. Penguasaan Konsep 24
2.1.5. Model Pembelajaran 27
2.1.6. Model Pembelajaran Advance Organizer 30
2.1.7. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) 33
2.1.8. Metode Eksperimen 36
2.1.9. Karakteristik Siswa Menurut Teori Piaget 37
2.1.10. Pengertian Interaksi 39
2.1.11. Penelitian Yang Relevan 40
2.2. Kerangka Konseptual 42
2.2.1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Model 42
Pembelajaran Advance Organizer Dan Direct Instruction 2.2.2. Hasil Belajar Fisika Yang Memiliki Penguasaan Konsep 44
Siswa Rendah Dan Penguasaan Konsep Tinggi
2.2.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Advance Organizer 45 Dengan Penguasaan Konsep Siswa Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
2.2.4. Interaksi Antara Model Pembelajaran Direct Instruction 45 Dengan Penguasaan Konsep Siswa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
iii
BAB III : METODE PENELITIAN 49
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 49
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 49
3.3. Variabel Penelitian 50
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 50
3.5. Prosedur Penelitian 52
3.6. Instrumen Penelitian 53
3.6.1. Tes Penguasaan Konsep Awal 54
3.6.2. Tes Hasil Belajar Fisika 54
3.7. Analisis Butir Tes 55
3.7.1. Validitas Isi 55
3.7.2. Validitas Butir Soal 56
3.7.3. Reliabilitas Tes 57
3.7.4. Indeks Kesukaran 58
3.7.5. Daya Pembeda 59
3.8. Teknik Analisis Data 60
3.8.1. Analisis Secara Deskriptif 60
3.8.2. Analisis Secara Inferensial 60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Fase-Fase Model Pembelajaran Advance Organizer 32
Tabel 2.2. Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction 34
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 51
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 51
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Penguasaan Konsep Awal 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Dampak Instruktional Dan Pengiring Dari Model 34
Pembelajaran Direct Instructional
Gambar 3.1. Hubungan Antara Ketiga Variabel 50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus 69
Lampiran 2 : RPP 1, Bahan Ajar 1, & LKS 1 72
Lampiran 3 : RPP 2, Bahan Ajar 2, & LKS 2 91
Lampiran 4 : RPP 3, Bahan Ajar 3, & LKS 3 117
Lampiran 5 : Kisi-Kisi Tes Penguasaan Konsep Awal Dan Hasil Belajar 134
Lampiran 6 : Butir Soal Tes Hasil Belajar 135
Lampiran 7 : Jawaban Tes Hasil Belajar 138
Lampiran 8 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar 144
Lampiran 9 : Butir Soal Penguasaan Konsep 148
Lampiran 10: Jawaban Tes Penguasaan Konsep 149
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan
manusia. Pendidikan bagi manusia adalah proses, menemukan, menjadi dan
memperkembangkan diri sendiri dalam keseluruhan dimensi kepribadian. Dalam
dunia pendidikan formal tidak lepas dari proses pendidikan yaitu proses belajar
mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. “Adapun
fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang
bernilai tinggi yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan
ketrampilannya serta memiliki sikap yang benar” (Tabrani, 1989:113).
Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik
kepada tujuan yang diharapkan.
Prawoto (Herdian, 2009:52) menyatakan bahwa proses pendidikan dan
pengajaran yang ideal pada hakikatnya merupakan suatu ajakan seorang pendidik
untuk menghantarkan seorang peserta didik ke tujuan belajarnya. Ini dapat
dilakukan dengan cara menyediakan situasi dan kondisi serta fasilitas yang
kondusif sehingga lahirlah suatu interaksi edukatif yang harmonis.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari yang melibatkan individu secara keseluruhan baik fisik maupun psikis
untuk mencapai suatu tujuan. Belajar adalah suatu proses yang menitikberatkan
2
intelektualitas lainnya. Proses pembelajaran memegang peranan penting dalam
menghasilkan kualitas lulusan. Banyak aspek yang dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan, antara lain: pengajar (guru atau dosen) yang professional dan
berkualitas dengan kualifikasi yang diamanahkan oleh undang-undang guru dan
dosen, penggunaan metode mengajar yang menarik dan bervariasi, perilaku
belajar peserta didik yang positif, kondisi dan suasana belajar yang kondusif untuk
belajar dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam mendukung proses
belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara siswa dengan
guru dan antara siswa dengan siswa. Komunikasi yang terjalin hendaknya
merupakan komunikasi timbal balik yang diciptakan sedemikian rupa sehingga
pesan yang di sampaikan dalam bentuk pelajaran berlangsung efektif dan efisien.
Belajar efektif hanya mungkin kalau siswa itu sendiri turut aktif dalam dalam
pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran sangat di tentukan juga oleh model
pembelajaran yang diterapkan.
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,
sehingga proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan pengumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang memerlukan proses berpikir
yang baik.
Menurut Mundilarto (2002:73), mengatakan bahwa Fisika yang
3
dan tidak disenangi sebagian besar siswa. Itu bisa terjadi karena guru tidak
menggunakan pendekatan atau strategi pembelajaran yang tepat. Secara umum,
rendahnya rata-rata perolehan nilai pada mata pelajaran Fisika mengindikasikan
proses pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Sebagai
mata pelajaran, Fisika sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan siswa baik aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
Proses pembelajaran Fisika pada saat ini secara umum belum berdampak
terhadap kemampuan penguasaan konsep. Pembelajaran Fisika sebagian besar
hanya menekankan pada aspek produk seperti menghapal konsep-konsep,
prinsip-prinsip atau rumus dan tidak memberikan kesempatan siswa terlibat aktif dalam
proses-proses Fisika sehingga tidak dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa.
Beberapa penelitian pembelajaran berbasis konstruktivis telah dilakukan untuk
melihat efektivitasnya dalam konstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri dan
menumbuh kembangkan sikap ilmiah. Hal ini dilakukan sesuai pendapat Bruner
(Dahar 1996:54), bahwa selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa
dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari.
Siswa memiliki kemampuan dasar pengetahuan pada dirinya, namun hal
tersebut sering tidak dikembangkan di sekolah. Menurut Sardiman (2006:113),
belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu
mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Pengembangan
4
keterampilan proses, keterampilan intelektual, sosial dan fisik siswa diproses
untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan lebih baik.
Jika siswa menguasai keterampilan proses, mereka akan dapat memahami
dan mengolah fakta dan konsep ilmu pengetahuan tersebut sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan kontekstual yang dihadapi. Melalui penerapan
pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan
mental-intelektual siswa untuk digunakan melatih dan mengembangkan keterampilan
intelektual atau kemampuan berfikir siswa dan juga mengembangkan sikap-sikap
ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta,
konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan.
Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka dalam proses
pembelajarannya dituntut agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran terutama
melalui kegiatan penemuan, sedangkan guru yang semula bertindak sebagai
sumber belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan pembelajaran
yang berperan mengarahkan (membimbing) siswa untuk menemukan sendiri
konsep-konsep yang sedang dipelajari.
Permasalahan besar dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya
usaha pengembangan berpikir yang menuntun siswa untuk menguasai konsep.
Proses ini lebih banyak mendorong siswa agar dapat menguasai materi pelajaran
supaya dapat menjawab semua soal ujian yang diberikan. Kenyataan
menunjukkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar. Siswa lebih banyak
mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh guru di papan tulis.
5
dengan guru menulis di papan tulis merupakan metode yang paling sering
digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata pelajaran Fisika dianggap sebagai bahan
hafalan, sehingga siswa tidak menguasai konsep.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Negeri 1 Pantai Labu dengan
memberikan soal mengenai listrik dinamis diperoleh bahwa siswa kurang dapat
membedakan rangkaian seri dan rangkaian paralel, hambatan pada rangkaian
listrik arus searah, konsep mengukur tegangan dan kuat arus dan beberapa siswa
salah mengerti tentang tegangan listrik. Siswa beranggapan bahwa tegangan
hanya terjadi pada rangkaian tertutup, bila ada suatu rangkaian terbuka yang
dihubungkan dengan baterai, siswa berkeyakinan tidak ada tegangan. Jika
konsep-konsep materi Fisika itu dapat dikuasai dan dipahami siswa maka akan disadari
bahwa Fisika itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sehingga dapat
menumbuhkan motivasi untuk menemukan sendiri pengalaman-pengalaman
Fisika di kehidupan.
Rendahnya hasil belajar Fisika dibuktikan dari hasil studi pendahuluan
yang telah dilakukan peneliti di SMK Negeri 1 Pantai Labu dengan cara menyebar
angket kepada siswa dan wawancara langsung dengan guru mata pelajaran Fisika
kelas X yang dilakukan pada tanggal 6 Februari 2013. Hasil evaluasi belajar
menunjukkan bahwa nilai rata-rata rapor untuk pelajaran Fisika masih tergolong
rendah dalam kategori cukup yaitu dengan nilai rata-rata 73, dengan KKM 70.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain
6
Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang disebarkan kepada 35 siswa kelas
X diperoleh data bahwa 17 orang mengatakan Fisika itu sulit dan kurang menarik,
8 orang mengatakan bahwa Fisika itu biasa saja. Sedangkan 10 orang mengatakan
Fisika itu mudah dan menyenangkan. Alasan siswa mengatakan bahwa Fisika
sulit dan kurang menarik karena Fisika tidak terlepas dari rumus-rumus yang
harus dihafal. Tetapi ada juga siswa yang sulit dalam pemahaman materi dan soal,
sehingga jika soal diubah dalam bentuk lain maka siswa tidak mampu
mengerjakannya.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan ibu Khairi Hayati selaku guru
kelas X di SMK Negeri 1 Pantai Labu dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya
penggunaan variasi model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan
selama ini hampir mendekati model pembelajaran Direct Instruction dengan
menggunakan metode demonstrasi. Selain model DI, guru tersebut sebelumnya
sudah pernah mencobakan model pembelajaran NHT dan TPS. Namun
menggunakan model yang berbasis penyelesaian masalah belum pernah dilakukan
sebab model ini memakan waktu yang lama sehingga tidak pernah digunakan
walaupun disekolah tersebut sudah ada laboratorium dengan alat KIT (walupun
belum lengkap keseluruhan) tetapi masih banyak guru-guru yang belum bisa
menggunakan KIT sehingga alat-alat laboratorium tersebut jarang digunakan. Hal
yang paling menarik di sekolah itu adalah bahwa sekolah tersebut sudah
menggunakan power point dalam penyampaian materi.
Konsep kelistrikan merupakan konsep yang cukup penting dalam
7
mengalami kesulitan terutama dalam mengaplikasikan listrik dinamis. Hal ini
dikarenakan dalam pengajarannya di sekolah, siswa tidak dilibatkan secara
langsung dalam menemukan hukum-hukum tersebut, sehingga begitu siswa
dihadapkan pada soal-soal Fisika, siswa mengalami kesulitan untuk memecahkan
dan mencari solusi mengapa sesuatu itu bisa terjadi.
Selama proses pembelajaran, guru jarang mengajak siswa melakukan
pengamatan atau praktikum untuk materi yang sedang dipelajari secara nyata.
Sebagai gantinya guru melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi
dilakukan karena guru memiliki pertimbangan bahwa kegiatan demonstrasi tidak
menghabiskan waktu yang banyak dan dapat menyelesaikan materi dengan cepat.
Penerapan pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa kurang mampu
melakukan praktikum, sehingga kemampuan siswa seperti melakukan
pengamatan, merumuskan hipotesis, menggunakan alat, mengumpulkan data,
mengidentifikasi variabel, membuat kesimpulan dan kegiatan lain yang dapat
mengembangkan keterampilan proses ilmiah yang ada pada diri siswa tidak
tampak.
Penguasaan konsep memberikan pengertian bahwa konsep-konsep yang
diajarkan kepada siswa bukanlah sekedar bahan hapalan saja, tetapi konsep itu
harus dipahami agar dapat digunakan untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapi. Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil proses belajar seseorang
sehingga dapat mendefenisikan atau menjelaskan suatu bagian informasi dengan
kata-kata sendiri, dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefenisikan
8
pelajaran, meskipun penjelasan yang diberikan susunan kalimatnya tidak sama
dengan konsep yang diberikan, tetapi kandungan atau maknanya tidak berbeda.
(Dahar, 1996:112)
Penguasaan konsep Fisika oleh siswa akan lebih berhasil jika diterapkan
model pembelajaran sesuai yang dapat membuat siswa mencari, menyelesaikan
masalah dan memahami Fisika itu sendiri sehingga siswa dapat membangun
konsep-konsep Fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian dikembangkan
atau mungkin diperbaiki oleh guru yang mengajar. Salah satu model yang cocok
untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat mengusai konsep Fisika
adalah dengan menggunakan model Advance Organizer berbasis eksperimen.
Metode eksperimen pada pembelajaran fisika dapat mengembangkan
keterampilan siswa, siswa dapat melaksanakan praktikum sesuai dengan materi
yang sedang dipelajari, karena guru sudah merancang praktikum yang akan
dilaksanakan. Siswa tinggal mengikuti langkah-langkah praktikum yang terdapat
di LKS. Hal ini sesuai dengan hakekat fisika yaitu siswa harus terlibat dalam
penemuan informasi dan prinsip serta dapat bersikap secara ilmiah seperti sikap
fisikawan.
Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan membuat variasi
pembelajaran di kelas. Diperlukan suatu pendekatan, model, atau metode
pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
Fisika dan pembelajaran menjadi lebih bermakna serta siswa menjadi lebih
9
digunakan adalah model pembelajaran Advance Organizer yang dikembangkan
oleh Ausubel.
Olio dan Tony (2007:388) mengemukakan bahwa model pembelajaran
Advance Organizer dapat membantu para siswa mengorganisir informasi yang
diperoleh untuk menguatkan struktur kognitif siswa ketika mempelajari konsep-
konsep atau informasi yang baru dan bagaimana sebaiknya pengetahuan itu
disusun serta dipahami dengan benar.
Melalui model pembelajaran Advance Organizer siswa diharapkan dapat
membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri tentang fakta dan
konsep-konsep Fisika dengan cara merekonstruksi sendiri makna melalui pemahaman
relevan pribadinya, sehingga siswa dapat mencari, menggunakan, mengingat dan
memahami lebih lama konsep Fisika tersebut, dan pembelajaran yang terlaksana
lebih bermakna. Dan model ini memfasilitasi tumbuhnya minat siswa dalam
memperkuat struktur kogintif. Agar pemahaman siswa dapat lebih muncul maka
pada pembelajaran dibantu dengan menggunakan metode yang mendukung hal
tersebut, yaitu metode eksperimen. Metode eksperimen pada pembelajaran Fisika
dapat mengembangkan keterampilan siswa di mana siswa dapat terlibat aktif
dalam penemuan informasi dalam memahami konsep dan dapat bersikap secara
ilmiah sehingga motivasi siswa dalam pembelajaran dapat meningkat.
Sejalan dengan beberapa hasil Penelitian tentang model pembelajaran
Advance Organizer dalam pembelajaran fisika dan sains lainnya menunjukkan
hasil yang positif dalam meningkatkan hasil belajar, keterampilan berfikir,
10
contoh, hasil penelitian Rahayu (2012) memperoleh hasil bahwa pengembangan
model pembelajaran advance organizer pada pelajaran kimia pokok bahasan
koloid dinyatakan efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
korelasi positif pada r = 0,770.
Dan hasil penelitian Rafiqoh (2012) memperlihatkan bahwa hasil penelitian
yang diperoleh terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diberi model
pembelajaran advance organizer berbasis peta konsep dan model pembelajaran
advance organizer tanpa berbasis peta konsep dan model pembelajaran advance
organizer dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang dan kelebihan model pembelajaran Advance
Organizer, penulis mengajukan sebuah penelitian yang berjudul “Analisis
Penguasaan Konsep Awal Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Advance Organizer Berbasis Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika di SMK Negeri 1 Pantai Labu T.P 2012/2013”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah
yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada
aspek menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus.
2. Kemampuan hasil belajar fisika yang relative rendah.
3. Kemampuan penguasaan konsep awal siswa masih rendah sebagai
11
4. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar
mengajar kurang bermakna.
5. Model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen belum
diterapkan disekolah.
6. Salah satu pokok bahasan fisika yang cocok dan tepat bila diajarkan
dengan model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen
adalah listrik dinamis.
1.3.Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran
Advance Organizer berbasis eksperimen dan Direct Instruction (DI).
2. Kemampuan siswa dalam penguasaan konsep awal fisika dan hasil
belajar fisika.
3. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Listrik Dinamis.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh
model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen terhadap
12
dinamis?”. Rumusan masalah ini dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa dengan penerapan
model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen dan
model pembelajaran Direct Instruction?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki
penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Advance Organizer
berbasis eksperimen dan Direct Instruction dengan tingkat penguasaan
konsep awal dalam meningkatkan hasil belajar Fisika?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh model
pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen terhadap penguasaan
konsep awal dan hasil belajar Fisika pada materi pokok listrik dinamis. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk Mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa dengan
penerapan model pembelajaran Advance Organizer berbasis
eksperimen dan model pembelajaran Direct Instruction.
2. Untuk Mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki
penguasaan konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi.
3. Untuk Mengetahui interaksi antara model pembelajaran Advance
13
penguasaan konsep awal siswa dalam meningkatkan hasil belajar
Fisika.
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Mengungkap secara jelas adanya pengaruh Model Pembelajaran Advance
Organizer berbasis eksperimen terhadap hasil belajar siswa.
b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMK agar
lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru di SMK
Negeri 1 Pantai Labu, agar menggunakan Model Pembelajaran Advance
Organizer berbasis eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan
dengan melibatkan lebih lengkap komponen model-model pembelajaran yang lain
untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik Model Pembelajaran
Advance Organizer berbasis eksperimen masih lebih unggul jika dibandingkan
14
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para
peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang sejenis.
1.7. Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
definisi operasional:
1. Model pembelajaran Advance Organizer adalah model pembelajaran
bertujuan memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan daya ingat
dalam memperoleh informasi baru (Joyce, 2009:286).
2. Metode Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari. (Djamarah dan Zain, 2006:76)
3. Penguasaan konsep memberikan pengertian bahwa konsep-konsep yang
diajarkan kepada siswa bukanlah sekedar bahan hapalan saja, tetapi
konsep itu harus dipahami agar dapat digunakan untuk dapat memecahkan
masalah yang dihadapi. Penguasaan konsep merupakan tingkatan hasil
proses belajar seseorang sehingga dapat mendefenisikan atau menjelaskan
suatu bagian informasi dengan kata-kata sendiri, dengan kemampuan
siswa menjelaskan atau mendefenisikan berarti siswa tersebut telah
memahami konsep atau prinsip dari bahan-bahan pelajaran, meskipun
15
yang diberikan, tetapi kandungan atau maknanya tidak berbeda. (Dahar,
1996:112)
4. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses
belajar. (Mudjiono, 2006:78)
5. Pembelajaran Direct Instruction merupakan suatu model pembelajaran
dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas akademik. Sehingga didalam
implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat
terhadap kemajuan belajar siswa, pemberian arahan dan kontrol secara
ketat dalam pengembangan model pembelajaran langsung dilakukan ketika
guru menjelaskan tentang tugas belajar, menjelaskan materi pelajaran.
(Joyce, 2009:289)
6. Dalam penelitian ini, interaksi yang dimaksud adalah dalam hal
menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbasis
eksperimen dan Direct Instruction pada setiap kategori penguasaan konsep
awal siswa mana yang lebih baik digunakan. Biasanya model
pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen memberikan efek
perbedaan yang lebih baik pada penguasaan konsep awal siswa rendah
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer
berbasis eksperimen dengan menekankan pada penguasaan konsep awal dan hasil
belajar, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran Advance Organizer berbasis eksperimen
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran
Direct Instruction.
b. Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang memiliki penguasaan
konsep awal rendah dan penguasaan konsep awal tinggi baik di kelas
Advance Organizer berbasis eksperimen dan di kelas Direct Instruction.
c. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Advance Organizer
berbasis eksperimen dan Direct Instruction dengan tingkat penguasaan
konsep awal dalam meningkatkan hasil belajar Fisika. Dengan kata lain,
siswa yang diberikan model pembelajaran Advance Organizer berbasis
eksperimen, penguasaan konsep awalnya selalu baik di setiap kelompok
kelas rendah dan tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Direct
103
5.2. Saran
a. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran Advance Organizer
berbasis eksperimen akan semakin meningkat jika siswa dilatih secara
berulang-ulang dalam kegiatan praktikum dan dapat menemukan
konsep-konsep Fisika pada saat melakukan praktikum.
b. Dilihat dari karakter siswa, sebelum model pembelajaran Advance
Organizer berbasis eksperimen diberikan sebaiknya terlebih dahulu
memperhatikan kemampuan awal siswa sehingga model pembelajaran
Advance Organizer berbasis eksperimen bisa berjalan dengan lancar.
c. Sebelum diberikan tes akhir, siswa terlebih dahulu dilatih dengan berbagai
soal yang berbeda tetapi masih dalam konsep yang sama sehingga ketika
mengerjakan soal tes akhir, siswa mampu mengerjakan dengan baik.
d. Dalam menerapkan model pembelajaran Advance Organizer berbasis
eksperimen, sebaiknya perhitungkan dengan baik pembagian jumlah
kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena
akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.
e. Pertimbangkan waktu dalam melaksanakan pembelajaran Advance
Organizer berbasis eksperimen sehingga kegiatan pembelajaran bisa
99
DAFTAR PUSTAKA
Amnah. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Komunikasi Interpersonal
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri Kecamatan Binjai. Tesis.
Medan. Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R.. 2001. A taxonomy for Learning, teaching, and
assessing: Arevision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York:
Addison Wesley Longman.
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (7th ed.). Belajar untuk Mengajar (Terjemahan
Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto pada Tahun 2008). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung
Ausubel. 1960. The use of advance organizers in learning and retention of Meaningful
Material. Journal of Educational Psychology, 51, 262-272.
Bell, F. 1978. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools). USA: Wm. C. Brown Company Publisher.
Budianto. 2006. Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer dan Sikap Siswa
dalam Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Medan Area.,Tesis. Medan : PPs Unimed.
Costa, A. 1985. Developing minds : A resource book for teaching thinking. Alexandria, VA : Association for Supervision and Curriculum Development.
Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga
Depdiknas. 2003. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA.Jakarta:Badan Standar Nasional Pendidikan.
Destini, R. 2005. Pengaruh Strategi Pembelajaran Advance Organizer dan Kreativitas
Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Swasta Al Washiliyah Medan. Tesis. Medan :
Perpustakaan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dike, W dan Raiser, A.R. 1996. Instructional Planning. Masaschussetts : Asimon & Schuter Company Needem Heights.
Djamarah, S. B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono, S. E.W. 2009.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.
Fakultas Pascasarjana. 2010. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan
Administrasi. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan UNIMED
Gagne, Robert J and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winston
100
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo
Hake, R. R. 2010. Analyzing Change/Gain Scores. http://Lists.Asu.Edu/Egi-Bin/Wa?A2=Ind9903&L=Aera_D&P=R6855,American Educational Rese-arch Associations Division, Measurement And Research Methodology.
Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara
Herlanti, Y. 2003. Science Education Research Tanya Jawab Seputar Pendidikan Sains. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Hudojo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA FMIPA UNM.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8th ed.). Model-Model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika SMA Kelas X A. Jakarta : Erlangga.
Karwono.2007. Efektivitas Pemberian Rangkuman Dan Advance Organizer Dalam
Remedial Teaching Terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Bidang Studi Fisika SMA Di Kota Metro., http://karwono.wordpress.com/
2007/11/15/efektifitas- pemberian-rangkuman-dan-advance-organizer-dalam-remedial-tecahing-terhadap-tingkat-ketuntasan-belajar-bidang-studi-fisika-sma-di-kota-metro/. Artikel : Studi Eksperimen pada Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Metro.
Khairi, A. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran Advance Organizer dan Minat
Belajar Biologi Terhadap Hasil Belajar Biolohi SMA Negeri 1 Tanjungpura.
Tesis. Medan : Program Pascasarjana Univesitas Negeri Medan.
Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.
Mardana, P. 2008. Inovasi Pendekatan Keterampilan Proses dengan Bantuan Komputer
Dalam Pembelajaran Fisika Modern Pada Sekolah Menengah Umum Negeri Di Singaraja. Jurnal. Singaraja : Aneka Widya STKIP Singaraja, No.1 TH. 2008.
M. Dell’Olio, J., dan Tony D. 2007. Models of Teaching. USA : Sage Publications. Merill, M.D dan Reigeluth C.M. 1979. A knowledge base for improving our method of
instruction. Educational Psychologist Volume 13, 57-70.
Munthe, B. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insani Madani.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Grasindo.
Nurhayati, E. 2006. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran
Matematika Siswa melalui Pembelajaran dengan Strategi Peta Konsep. Tesis: FPS
UPI: Tidak diterbitkan.
Pujiastuti, N.(2009). Panduan Belajar Fisika Untuk SMK/MAK. Pratama Pustaka, Jakarta.
Prikasih. 2003. Penggunaan Model Pembelajaran Advance Organizer untuk Meningkatkan
101
Rahayu, S. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Koloid. Journal
of Innovative Science Education. Semarang : Program Pascasarjana Pendidikan IPA.
Sahono. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar dalam
Pembelajaran IPA SD. Makalah disajikan Rapat Terbuka Senat, Universitas
Bengkulu,Bengkulu,29 Juni.
Santoso, S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 17. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit Grafindo. Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Jakarta : Penerbit
Andi.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjana, N. 1990. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
________ . 2005. Penilaian Proses Dan Hasil Belajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumarmo.1987. Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA
Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa Dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi. Bandung: FPS UPI.
Supiyanto.2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta Surya, H. 2009. Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: PT Gramedia
Syarifuddin, dan Nasution, I. 2005. Manajemen Pembelajaran. Ciputat : Penerbit Quantum Teaching.
Tim MKPBM. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Bandung: JICA FMIPA UPI.
Trianto. 2007. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Yogihati. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Umum Melalui
Pembelajaran Bermakna Dengan Menggunakan Peta Konsep. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia. Malang : Jurusan Fisika FMIPA,Universitas Negeri Malang. Yuliani, Y. 2007. Pembelajaran dengan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan
Pemahaman Matematis Siswa SMA. Tesis. Bandung : FPS UPI.