HUBUNGAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
( SLB-C Bagaskara Sragen )
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
SEPTI NUGROHONINGSIH A 410 070 105
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2
PENGESAHAN
HUBUNGAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
( SLB-C Bagaskara Sragen )
Oleh:
SEPTI NUGROHONINGSIH A 410 070 105
Susunan Dewan Penguji:
1. Idris Harta, MA , Phd. .( )
2. Drs. Tjipto Subadi, Msi. ( )
Surakarta, Maret 2013
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
3 ABSTRAK
HUBUNGAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
( SLB-C Bagaskara Sragen )
Septi Nugrohoningsih, NIM: A 410 070 105, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2012, 47 Halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara klasifikasi anak berkebutuhan khusus dengan prestasi belajar matematika. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SLB B-C Bagaskara Sragen tahun ajaran 2011/2012, yang merangkap sebagai sampel penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan metode observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji kruskal-walls. Hasil analisa data pada = 0,05 diperoleh bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa berdasarkan klasifikasi anak berkebutuhan khusus (SLB B-C Bagaskara Sragen) diperoleh nilai probabilitas signifikasi < 0,05 yaitu 0,008.
Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa berdasarkan klasifikasi anak berkebutuhan khusus, pada kelas tuna grahita ̅ = 4,6875, pada kelas tuna rungu wicara ̅ = 7,3750 dan tuna ganda adalah ̅ = 1,4375. Dengan demikian ada hubungan antara klasifikasi anak berkebutuhan khusus dengan prestasi belajar matematika.
4 A. PENDAHULUAN
Banyak daerah di wilayah Indonesia, khususnya yang jauh dari pusat kota, di mana sebagian penduduknya belum mengetahui banyak informasi tentang anak berkebutuhan khusus. Anak yang tergolong berkebutuhan khusus masih mendapat perlakuan yang tidak layak, dalam konteks ini adalah “gila” atau “aneh” oleh masyarakat atau tidak mendapat perawatan atau pun pendidikan yang tepat. Hal inilah yang menghambat proses pengoptimalisasian potensi yang dimiliki oleh anak-anak yang berkebutuhan khusus. Tidak jarang juga keluarga penderita mendapat atribusi dari masyarakat yang tidak menyenangkan. Akan tetapi sesungguhnya mereka adalah anak yang “luar biasa”,luar biasa dalam mengahadapi kekurangan yang mereka punya dan luar biasa dalam menggali kelebihan yang mereka miliki, sehingga kini mereka disebut Anak Berkebutuhan Khusus.
5
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa anak-anak berkebutuhan khusus mengalami masalah dalam hal proses pembelajaran dan kecerdasan. Hal ini berlaku bagi semua mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran matematika. Sebagaian besar siswa SLB-C Bagaskara Sragen, menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang kurang diminati dan kurangnya strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika menurut klasifikasi anak berkebutuhan yang ada di SLB-C Bagaskara Sragen. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap daya serap siswa pada mata pelajaran matematika, dan pengaruhnya secara langsung adalah prestasi belajar pada anak berkebutuhan khusus.
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut kurikulum Balitbang Diknas pengertian dari Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami hambatan dalam belajar dan perkembanganya. Hal tersebut disebabkan oleh tiga faktor.
a. Faktor lingkungan.
b. Faktor dalam diri anak itu sendiri. c. Kombinasi keduanya.
2. Klasifikasi Anak berkebutuhan Khusus
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 52-54) digolongkan berdasarkan cacat dan akibatnya.Pengertian cacat adalah kelainan.Kelainan ini meliputi fisik, mental, emosi maupun sosial, sehingga menimbulkan akibat hambatan tingkah laku sikap dalam mentesuaikan diri dengan lingkungan.
Ada tiga jenis cacat yaitu cacat tubuh, cacat mental, cacat sosial. a. Cacat tubuh,yaitu cacat pada anggota tubuh, tangan, kaki, indra
dan urat-urat syaraf yang diderita sejak lahir atau penderita CP (Cerebral Palsy)
6
superior, genius, (gifted talented), takut pada hal-hal tertentu
zoopbhi, cynopobi, dan sebagainya.kesulitan membaca(dyslexial). c. Pengaruh sosial, yakni tingkah laku seseorang dipengaruhi pula
oleh nilai-nilai tata kehidupan masyarakat. Bagaimana sikap dan hubungan pergaulan antara anggota masyarakat itu akan menentukan “kebiasaan yang dianut oleh semua anggota masyarakat”. Kecenderungan inilah yang dapat membawa peningkatan dari anak berkelainan di Indonesia.
3. Pengertian Matematika dan Karakteristiknya
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki obyek yang abstrak.Pola pikir deduktif dan konsisten juga tidak dapat dipisahkan dengan pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Terbukti dengan banyaknya permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.Matematika diberikan kepada semua pendidikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi (PT).Oleh karena itu, matematika hendaknya disahkan menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan (Maskur dan Abdul Halim, 2007: 25).
4. Pengertian Prestasi Belajar
7 B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SLB-C Bagaskara Sragen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data utama. Menurut Neuman dalam Nanang (2009) metode ini disebut pula metode Analisis Data Sekunder (Secondary Data Analysis). Sampel pada penelitian ini adalah kelas anak tuna grahita ( C ) yang terdiri dari 4 siswa, kelas tuna rungu wicara yang terdiri dari 4 siswa dan kelas ganda yang terdiri dari 4 siswa. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Metode dokumentasi sebagai metode utama dan metode observasi sebagai metode pendukung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji non-parametrik yaitu Walls.Uji Kruskal-Walls digunakan untuk menguji hipotesis sejumlah k (lebih dari 2) sampel independent dengan datanya berbentuk ordinal.Dengan demikian data prestasi belajar siswa yang berbentuk interval perlu diubah menjadi data berbentuk ordinal (rangking/ peringkat). Untuk memudahkan merangking urutan data dari yang terkecil ke terbesar, maka jumlah rangking terakhir harus sama dengan jumlah
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prestasi belajar adalah hal yang telah dicapai siswa dari suatu aktivitas belajar dalam menerima,memahami, dan menguasai materi yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu sehingga ada perubahan positif dalam hal ketrampilan, kecakapan, sifat sesuai dengan tujuan instruksional yang sudah ditetapkan yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.
8
Tabel 4.6. Hasil uji Kruskal-Walls
Pada tabel rank diketahui mean rank pada ketiga kelas yaitu pada kelas tuna ganda adalah 2,50, kelas tuna grahita adalah 6,63, dan pada kelas tuna rungu wicara adalah 10,38. Pada tabel statistik diketahui hasil dari Asymp.Sig (probabilitas signifikansi) adalah 0,008 yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelas, karena nilai dari asymp.Sig lebih kecil dari = 0,05.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Kruskal-Walls, diperoleh nilai probabilitas signifikansi < 0,05 yaitu 0,008. Yang berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika berdasarkan klasifikasi anak berkebutuhan khusus. Sedangkan berdasarkan mean rank diperoleh bahwa mean rank prestasi belajar siswa kelas tuna wicara/rungu > tuna grahita > tuna ganda, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa kelas tuna wicara/rungu lebih baik daripada prestasi belajar siswa tuna grahita dan prestasi belajar siswa tuna grahita lebih baik daripada prestasi belajar siswa tuna ganda. Ranks 4 2.50 4 6.63 4 10.38 12 Kelas Tuna ganda Tuna grahita Tuna rungu/ w icara Total
D.Rank
N Mean Rank
Tes t Statisticsa,b
9.649 2 .008 Chi-Square
df
A sy mp. Sig.
D.Rank
Kruskal Wallis Test a.
9 D. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan didukung dengan adanya hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Ada hubungan klasifikasi anak berkebutuhan khusus dengan prestasi belajar matematika dengan adanya perbedaan rata-rata pada ketiga kelas yaitu ̅ tuna wicara/rungu ̅ tuna grahita ̅ tuna ganda dan diperoleh nilai probabilitas signifikasi kurang dari 0,05 yaitu 0,008 . Artinya klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus berhubungan dengan prestasi belajar matematika.
E. DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dann Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Arikunto, S. 2003. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Djamarah, S.B. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali Press.
Effendi, Mohamad. 2006. Pengantar Pendagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.
http//:guruslb_ngeblog.blogspot.com/2010/12/managemen_pendidikan_khusu s.html.
Masykur dan Abdul Halim F. 2007. Mathematical Intellegence. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Nova, Sri (2009). Sekolah Luar Biasa YPAC disemarang. Universitas Diponegoro.
Russfendi, E.T. 1994. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departement Pendidikan dan Kebudayaan.
Salam, Barhanudin. 2002. Pengantar Pendagogik (Dasar – dasar ilmu mendidik). Jakarta:PT RINEKA CIPTA.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suciati, Nelly. 2008. “Studi Korelasi antara Kestabilan dan Religiusitas
dengan Prestasi Belajar pada Anak Tuna Laras SLB-E “BINA
PUTERA” Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Universitas
Muhammadyah Surakarta.
10
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV Alfabeta.
Susanti. 2004. Peranan Model Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Jenis Kelamin. Universitas Muhammadyah Surakarta.
Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakaya.
Tirtonegoro, Sutratinah. 1984. Anak Supernormal dan Program Pendidikanya. :Bumi Aksara.