19
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif. Mardalis, (2007: 26) menyebutkan bahwa: “Jenis penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan
informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka jenis penelitian deskriptif
digunakan sebagai proses melihat masalah yang diteliti dengan menggambarkan,
menganalisa, serta menginterpretasikan wacana-wacana dalam rubrik Catatan
Pinggir majalah Tempo edisi Agustus-Oktober 2016.
Untuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan pendekatan analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk. Alasan
menggunakan metode kualitatif karena metode ini lebih fokus pada representasi
terhadap fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks (Bungin, 2012:53).
Selain itu pendekatan kualitatif juga lebih menekankan pada interpretatif
dan menciptakan makna atas kebenaran yang didapat secara obyektif atau
alamiah. Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk menginterpretasikan tema-tema
yang dibahas oleh GM di rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo edisi
Agustus-Oktober 2016.
2. Unit Amatan dan Unit Analisa
Untuk menghasilkan penelitian yang akurat dan ilmiah maka pengumpulan
data atau informasi yang dibutuhkan amatlah penting. Namun terlebih dahulu unit
20
Unit amatan dalam penelitian ini adalah rubrik Catatan Pinggir majalah
Tempo edisi Agustus-Oktober 2016. yang terdiri atas 11 judul yaitu Rivera,
Batik, Fobia, Huesca, Tiga Dara, Molek, Angsa, Rakyat, Aura, Bhima dan Dylan.
Sedangkan unit analisa dalam penelitian ini yaitu 11 artikel di rubrik Catatan
Pinggir tersebut.
3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah sumber utama atau unit amatan yang
diperoleh secara langsung oleh peneliti yaitu berupa esai-esai GM dalam Catatan
Pinggir majalah Tempo edisi Agustus-Oktober 2016 yang terdiri atas 11 judul,
dan wawancara dari pihak majalah Tempo.
Sedangkan data sekunder adalah data pendukung atau data yang diperoleh
secara tidak langsung dari lapangan melainkan dari sumber yang resmi dan
relevan seperti skripsi, jurnal, buku-buku dan lain sebagainya.
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan atau pengambilan data berupa 11 esai GM, diperoleh dari
majalah Tempo edisi Agustus-Oktober 2016 bentuk cetak dan wawancara
langsung dengan GM dan pihak majalah Tempo. data-data ini dijadikan sebagai
data primer.
Untuk mendukung data primer tersebut, selanjutnya peneliti mencari,
membaca dan mengutip data dan informasi pendukung yang berhubungan dengan
GM dan esainya di rubrik Catatan Pinggir yang masing-masing berupa skripsi dan
jurnal penelitian terdahulu yang diperoleh melalui internet, buku-buku referensi,
majalah, ensiklopedia.
5. Metode Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk. Analisis data
21
Dalam esai-esai GM terdapat susunan-susunan kata dan kalimat yang
berhubungan dan memiliki maksud atau makna yang perlu diungkapkan.
Semua esai atau teks-teks GM di rubrik Catatan Pinggir, kemudian
dianalisis menurut pemikiran Teun A Van Dijk. Setelah proses analisis dilakukan,
kemudian peneliti melaporkan hasil penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk.
Konsep Teun A. Van Dijk membagi analisis wacana dalam tiga dimensi yaitu
bangunan teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Sementara itu, model analisis data yang digunakan adalah model Miles
dan Huberman, yang mengatakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2012 : 91).
Langkah-langkah dalam analisis data menurut model Miles dan Huburman
ini yaitu dengan melakukan tiga tahap yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, membuat
kategori, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data.
Dalam esai-esai GM terdapat kalimat dan struktur kata yang saling
berhubungan dan menyangkut isu-isu seputar peristwa yang terjadi dan
esai-esai ini memiliki makna yang perlu diungkapkan.
b. Data Display (penyajian data)
Tahap kedua ini adalah penyajian data. Penyajian data ini dilakukan dalam
bentuk naratif juga berupa tabel, grafik, phie chard, pictogram dan
22
dalam pola hubungan. Data yang telah terorganisir kemudian diinterpretasi
atau dibangun makna berdasarkan pendekatan analisis wacana milik Teun
A. Van Dijk.
c. Conclusing drawing / verification
Langkah ketiga ini berupa penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada
tahap ini, penulis melakukan penarikan kesimpulan atas dasar pembasaan dan
analisa esai GM “Rivera, Batik, Fobia, Huesca, Tiga Dara, Molek, Angsa, Rakyat, Aura, Bhima dan Dylan”, yang dilandaskan menurut analisa wacana Teun
A. Van Dijk.
6.1. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk
Untuk mengungkap dan melihat interpretasi makna dalam rubrik-rubrik Catatan Pinggir, maka penelitian ini juga didasari oleh metode analisis wacana
yang digagas oleh Teun A. Van Dijk.
Model ini dikenal sebagai kognisi sosial yaitu penelitian atas wacana yang
membantu memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan proses yang
kompleks dari proses produksi dan memperoleh suatu pengetahuan mengapa teks
bisa seperti itu (Eriyanto, 2001:221).
Dengan pendekatan model Teun A. Van Dijk, penulis dapat mendalami
proses pemaknaan yang tercipta atas esai-esai GM di rubrik Catatan Pinggir dan
tidak melihat semata arti dan makna atas teks melainkan mengkaji
hubungan-hubungan yang tercipta antara GM dan proses produksi (media). Eriyanto (2001:
224) mengemukakan bahwa:
“Wacana kritis oleh van Dijk dibagi dalam tiga dimensi yaitu bangunan teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Dalam level teks
yang dilihat adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana
yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level
kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan dalam level
23
Konteks Sosial Kognisi Sosial
Teks
Gambar 1.
Model Analisis van Dijk
24
Tabel 3.1
Skema Penelitian dan Metode Teun. A. Van Dijk
Struktur Metode
Teks
Menganalisis bagaimana strategi wacana yang
digunakan untuk menggambarkan seseorang
atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi
tekstual yang dipakai untuk memarjinalkan suatu
kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu
Critical linguistic
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam
memahami seseorang atau peristiwa tertentu
yang akan ditulis
Wawancara mendalam
Konteks Sosial
Menganalisis bagaimana wacana yang
berkembang dalam masyarakat, proses produksi
dan reproduksi seseorang atau peristiwa
digambarkan
Studi pustaka, penelusuran sejarah
Sumber : Eriyanto, “Analisis wacana; Pengantar Analisis Media”. April 2001.
6.1.1. Struktur Analisis Teks
Eriyanto (2001: 226) menyebutkan bahwa van Dijk membagi suatu teks
yang terdiri dari tiga struktur yaitu;
25
dikedepankan dalam suatu berita. Superstruktur adalah struktur
wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks,
bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara
utuh. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati
dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi,
anak kalimat, parafrase dan gambar”.
Tabel 3.2.
Elemen Struktur Teks Wacana Van Dijk
Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Struktur Makro Tematik
Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita
Topik
Seperstruktur Skematik
Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh
Skema
Struktur Mikro
Semantik
Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita
26
6.1.2. Analisis Dimensi Kognisi Sosial
Dimensi kognisi sosial merupakan sebuah dimensi yang dikemukakan oleh van Dijk sebagai sebuah kelanjutan analisis teks. Setelah melakukan analisis teks
dengan elemen-elemen di dalamnya kini, analisis kognisi sosial memusatkan
perhatiannya pada sang penulis atau pengarang teks dengan melihat kesadaran
mental seorang wartawan dalam menulis sebuah berita atau teks.
Pendekatan kognisi didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai
makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam
memproduksi suatu berita (Eriyanto, 2001:260).
Dalam hal ini analisis terhadap penulis teks-teks dalam catatan pinggir
majalah Tempo edisi Agustus-Oktober perlu dilakukan. GM sebagai penulis ke 11
teks tersebut dianalisis kognisi sosialnya untuk membongkar paham, ideologi atau
cara pandangnya dalam melihat sebuah peristiwa yang tengah dibicarakan dalam
setiap teks tersebut.
Untuk itu melalui penelusuran struktur mental wartawan dalam menulis
sebuah teks van Dijk menawarkan cara analisis, bagaimana teks terbentuk dan
hubungannya dengan peristiwa atau isu yang tengah berlangsung di tengah
masyarakat dengan menggunakan skema atau model analisis van Dijk.
Tabel 3.3
Skema/Model Analisis Kognisi Sosial van Dijk Skema Person (Person Schemas)
Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.
Skema Diri (Self Schemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
Skema Peran (Role Schemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi seseorang dalam masyarakat.
Skema Peristiwa (Event Schemas)
Skema ini yang paling sering dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaknai dengan skema tertentu.
27
6.1.3 Analisis konteks Sosial
Dimensi ketiga dalam analisis ini adalah melihat konteks sosial. Konteks
sosial merupakan sebuah analisis yang menunjukkan bagaimana makna yang
dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan
legitimasi. Ada dua hal yang menjadi titik fokusnya yaitu kekuasaan (power) dan
akses (acces) (Eriyanto, 2001:271-272).
a. Praktik Kekuasaan
Kekuasaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah bentuk kepemilikan
yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok dan bagaimana seseorang atau
kelompok tersebut memiliki pengaruh terhadap yang lainnya (dalam hal ini
dominasi).
Kekuasaan disini berdasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang
bernilai baik dalam bentuk fisik misal uang, status dan pengetahuan serta dalam
bentuk persuasif seperti tindakan seseorang atau kelompok dalam mempengaruhi
atau mengontrol seseorang melalui kondisi mental misal, kepercayaan, sikap dan
pengetahuan.
b. Akses Atas Media
Analisis van Dijk memberi perhatian pada akses atas media. Bagaimana
akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini akan
dikemukakan bagaimana seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kuasa
dan dominasi mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam hal akses atas
media. Melalui pengaruh ini maka seseorang atau sekelompok orang tersebut
tentu memiliki kuasa serta mampu mengontrol kesadaran khalayak lebih besar dan
menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan
kepada khlayak.
7. Penentuan Lokasi dan Schedule Penelitian
Penulis membaca dan menganalisa rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo di
Salatiga. Hal ini karena penulis berdomisi di Salatiga selanjutnya penulis
mengumpulkan majalah Tempo edisi Agustus hingga Oktober 2016 berjudul
Rivera, Batik, Fobia, Huesca, Tiga Dara, Molek, Angsa, Rakyat, Aura, Bhima,