BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul Afiks Derivasional ke-an dalam Bahasa Indonesia ini merupakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik (Subroto, 1992:5). Selain itu, penelitian ini bersifat deskriptif, yang artinya penelitian ini diakukan semata-mata hanya didasarkan pada fenomena atau fakta yang ada sehingga hasilnya adalah bahasa yang memiliki sifat pemaparan dan apa adanya.
B. Data dan Sumber Data
Sudaryanto (1990:3) menyatakan bahwa data sebagai bahan penelitian berupa hasil pemilihan dan pemilahan aneka macam tuturan. Data merupakan wadah objek penelitian yang artinya objek penelitian itu terdapat di dalam data.
Sudaryanto (1990:14) juga menyatakan bahwa data adalah objek plus segmen atau plus potongan atau unsur sisa yang disebut sebagai konteks. Oleh karena itu, data (D) dirumuskan sebagai objek penelitian (Op) plus konteksnya (K).
Data (D) = Objek penelitian (Op) + Konteks (K)
Data pada penelitian ini berupa kalimat yang di dalamnya terdapat kata dengan afiks ke-an karena objek yang diteliti adalah afiks ke-an.
commit to user commit to user
Dalam sebuah penelitian, data memiliki sumber atau asal yang disebut sebagai sumber data yang dari sumber tersebut peneliti memperoleh data yang dimaksud dan diinginkan (Sudaryanto, 1990:3). Lebih lanjut, sumber data dapat dipilah menjadi dua jenis, yaitu sumber data tulis dan sumber data lisan. Sumber data tulis dapat berupa karya tulis, bacaan umum, majalah, surat kabar, pidato resmi yang dituliskan, peraturan pemerintah maupun perundang-undangan, karya sastra, serta karya ilmiah. Sementara itu, sumber data lisan merupakan bentuk penggunaan bahasa secara lisan yang diperoleh melalui perekaman.
Sumber data pada penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu sumber tulis dan lisan. Sumber tulis diambil dari media cetak Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas yang terbit pada bulan September 2018, novel berjudul Eliana karya Tere Liye dan Ayah karya Andrea Hirata, serta buku Pengantar Sosiologi yang ditulis oleh Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Sementara itu, sumber data lisan dalam penelitian ini adalah berupa rekaman/video Debat Final Pilgub Jateng 2018 yang diambil dari Youtube CNN Indonesia. Pemilihan sumber data berupa penggunaan bahasa dari berbagai bidang dimaksudkan agar hasil penelitian menjadi lebih akurat karena adanya variasi dalam data.
Media cetak berupa surat kabar dipilih sebagi sumber data karena dalam surat kabar digunakan bahasa ragam tulis yang cenderung baku. Penggunaan bahasa baku dalam surat kabar ini memungkinkan ditemukannya data sebagai objek analisis pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan tiga media cetak, yaitu Solopos yang merupakan surat kabar lokal di Soloraya, Suara Merdeka sebagai
commit to user commit to user
surat kabar yang mencakup wilayah Jawa Tengah, dan Kompas yang merupakan surat kabar nasional.
Sumber data berupa novel berjudul Eliana karya Tere Liye dan Ayah karya Andrea Hirata dipilih karena kedua novel tersebut menggunakan bahasa Indonesia yang cenderung baku. Baku dalam hal ini diartikan meskipun berupa karya sastra, kedua novel tersebut cenderung masih sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia serta tidak banyak menggunakan makna kiasan. Hal ini menjadi poin penting mengingat penelitian ini termasuk dalam kajian morfologi yang mana masalah yang diteliti ialah berkaitan dengan pembentukan kata termasuk makna gramatikalnya. Pada penelitian ini juga digunakan sumber data berupa buku yang berjudul Pengantar Sosiologi karya Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Buku tersebut dipilih karena merupakan karya ilmiah serta pada buku ini ditemukan penggunakan bentuk turunan dari pembubuhan afiks ke-an.
Sementara itu, sumber data lisan yang digunakan ialah berupa rekaman Debat Final Pilgub Jateng 2018. Pemilihan rekaman tersebut dikarenakan pada kegiatan debat dimungkinkan cenderung menggunakan bahasa lisan yang formal sehingga dimungkinkan akan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Penggunaan sumber data lisan ditujukan guna melengkapi keterbatasan data yang berasal dari sumber data tulis.
C. Metode Penyediaan Data
Menurut Sudaryanto (2015:201), penyediaan data adalah penyediaan data
sangat patut atau sangat pantas dipercaya kualitas kedataannya. Pada penelitian ini, penyediaan data dilakukan dengan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Metode simak tersebut dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu pencatatan yang disimpan dalam file komputer yang dilanjutkan dengan klasifikasi.
Klasifikasi data didasarkan pada 1) bentuk kata turunan afiks ke-an; dan 2) merupakan bentuk derivasi yang artinya bentuk dasar dan bentuk turunan memiliki identitas leksikal yang berbeda. Berikut adalah contoh pencatatan data pada Microsoft Word:
Suasana pertemuan warga Desa Balerante, Kemalang, Klaten dan Desa Kebondalem Lor, Prambanan, Klaten dalam rangka desa paseduluran di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. (1/S/10918/hlm.1)
Keterangan:
1 : nomor data
S : nama surat kabar, yaitu Solopos
10918 : tanggal terbit surat kabar ( 1 September 2018) hlm.1 : nomor halaman
D. Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan metode agih. Metode agih ialah metode analisis data yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015:18). Alat penentu dalam metode agih berupa bagian atau unsur dari bahasa objek penelitian, seperti kata, fungsi sintaksis, klausa, silabe kata, titinada, dan lain sebagainya.
commit to user commit to user
Metode agih dalam pelaksanaannya akan dilanjutkan dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung atau BUL. Teknik BUL adalah teknik analisis yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur, serta unsur-unsur tersebut dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Teknik ini digunakan untuk mengetahui unsur-unsur lingual apa saja yang membentuk sebuah kata. Contoh penerapan teknik BUL pada data sebagai berikut.
(5) Suasana pertemuan warga Desa Balerante, Kemalang, Klaten dan Desa Kebondalem Lor, Prambanan, Klaten dalam rangka desa paseduluran di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang.
(S/10918/hlm.1)
Pada data (5) terdapat bentuk turunan dari afiksasi ke-an yaitu berupa kata kecamatan. Pada penelitian ini, teknik BUL digunakan untuk membagi unsur dari bentuk bahasa yang diteliti sehingga dapat diuraikan proses morfologinya.
Berdasarkan contoh data, proses morfologi dari bentuk turunan kecamatan dapat diuraikan sebagai berikut.
afiks + bentuk dasar (D) → bentuk turunan
ke-an + camat → kecamatan
Berdasarkan urairan proses morfologi dari kecamatan tersebut, diketahui bahwa kata kecamatan terdiri atas dua unsur, yaitu afiks ke-an yang merupakan morfem terikat dan camat yang merupakan morfem bebas. Afiks ke-an disebut sebagai morfem terikat karena tidak dapat berdiri sendiri dan harus menempel pada morfem lain sehingga menjadi bermakna, sedangkan camat disebut morfem bebas karena memiliki makna sehingga dapat berdiri sendiri sebagai sebuah
Pada penelitian ini, teknik BUL menjadi langkah awal dalam analisis data karena setelah diketahui proses morfologi dari suatu data selanjutnya dapat dilakukan analisis dengan teknik lanjutan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan.
Penerapan teknik BUL dalam proses analisis data pada penelitian ini menggunakan sejumlah teknik lanjutan. Pertama adalah teknik lesap yang dilaksanakan dengan cara melesapkan unsur tertentu dari satuan lingual (Sudaryanto, 2015:43). Pada penelitian ini, teknik lesap diwujudkan dengan menghilangkan afiks ke-an sebagai unsur pokok dalam data. Pelesapan terhadap afiks ke-an pada data ini ditujukan untuk mengetahui bentuk dasar dari data serta kadar keintian dari unsur yang dilesapkan.
Teknik lanjutan berupa teknik lesap diwujudkan dengan melesapkan afiks ke-an pada data sehingga diketahui bentuk dasar dari bentuk turunan tersebut adalah camat. Penggunaan teknik lesap tidak hanya ditujukan untuk mengetahui bentuk dasar dari sebuah data. Teknik lesap juga digunakan untuk mengetahui kadar keintian dari unsur yang dilesapkan pada data. Untuk mengetahui kadar keintian dari unsur yang dilesapkan, yaitu afiks ke-an maka dilakukan pengujian pada data. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan fungsi bentuk turunan yaitu kecamatan dan camat sebagai bentuk dasar pada kalimat seperti berikut.
(5a) Suasana pertemuan warga Desa Balerante, Kemalang, Klaten dan Desa Kebondalem Lor, Prambanan, Klaten dalam rangka desa paseduluran di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang.
(5b)*Suasana pertemuan warga Desa Balerante, Kemalang, Klaten dan Desa Kebondalem Lor, Prambanan, Klaten dalam rangka desa paseduluran di Desa Balerante, Camat Kemalang.commit to user commit to user
Pada contoh pelesapan tersebut, dapat diketahui bahwa hasil dari pelesapan (5b) itu tidak berterima secara gramatikal. Hal itu menunjukkan bahwa unsur yang dilesapkan yaitu afiks ke-an memiliki kadar keintian yang tinggi atau bersifat inti yang artinya unsur tersebut mutlak diperlukan sebagai unsur pembentuk satuan lingual. Pelesapan afiks pada kata kecamatan menjadi camat menyebabkan adanya perubahan makna yang mengakibatkan referen yang ditunjuk keduanya berbeda. Kata kecamatan pada (5a) menunjuk wilayah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang camat yang wilayah tersebut memiliki nama Kemalang.
Sementara itu, kata camat pada (5b) menunjuk pada seseorang yang menduduki jabatan sebagai camat. Kalimat (5b) menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima karena pada kalimat tersebut, kata camat didahului oleh preposisi di yang menunjukkan tempat → … di Desa Balerante, Camat Kemalang. Berkaitan dengan penelitian ini, teknik lesap dapat menunjukkan bahwa afiks ke-an sebagai unsur pembentuk satuan lingual merupakan unsur inti yang mutlak diperlukan.
Selain itu, perbedaan makna antara bentuk dasar dan bentuk turunan juga menunjukkan bahwa hubungan antara data (contoh: kecamatan) dengan hasil pelesapan (contoh: camat) adalah derivasi.
Teknik lanjutan berikutnya adalah teknik perluas yang bertujuan untuk mengetahui komponen makna dari satuan lingual (Sudaryanto, 2015:72). Analisis terhadap komponen makna baik pada kata turunan yang merupakan data pada penelitian maupun bentuk dasarnya digunakan sebagai dasar dalam menentukan proses morfologi pada data termasuk derivasi atau infleksi. Hal tersebut
Kata kecamatan termasuk ke dalam kelas nomina yang didasarkan pada teori Kridalaksana (2005). Nomina memiliki kemungkinan untuk dapat bergabung dengan kata dari → dari kecamatan (berterima), serta tidak dapat bergabung dengan kata tidak → tidak kecamatan (tidak berterima). Kata kecamatan diturunkan dari bentuk dasar camat yang juga termasuk ke dalam kelas nomina.
Meskipun tidak ada perubahan kelas kata dalam proses morfologi tersebut, pembubuhan afiks ke-an pada bentuk dasar camat yang menghasilkan bentuk turunan berupa kata kecamatan termasuk ke dalam proses morfologi derivasional.
Hal itu didasarkan pada adanya perbedaan komponen makna antara bentuk dasar dan bentuk turunannnya. Perbandingan komponen makna kedua bentuk tersebut dapat dirincikan sebagai berikut.
komponen makna camat kecamatan
benda + +
bernyawa + -
tidak bernyawa - +
manusia + -
bukan manusia - +
Tabel tersebut menunjukkan perbandingan komponen makna dari kata camat dan kecamatan. Adanya perubahan komponen makna dari bentuk dasar dan bentuk turunan yang merupakan hasil dari proses morfologi derivasional.
Selain perbedaan komponen makna, kedua kata tersebut juga merujuk pada referen yang berbeda. Kata camat menunjuk pada seseorang yang menduduki posisi atau jabatan sebagai camat dalam sebuah sistem pemerintahan di tingkat kecamatan, sedangkat kata kecamatan menunjuk pada sistem pemrintahan dicommit to user commit to user
bawah kabupaten. Kata kecamatan juga dapat menunjuk suatu wilayah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang camat.
E. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis pada penelitian ini disajikan dengan metode informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 2015:241). Adapun tanda yang dimaksud di antaranya adalah: tanda tambah ( + ), tanda kurang ( - ), tanda bintang ( * ), tanda panah ( → ), tanda kurung biasa ( ( ) ), tanda kurung kurawal ( { } ), serta tanda kurung siku ( [ ] ). Sementara itu, lambang yang dimaksud di antaranya adalah:
lambang huruf sebagai singkatan kelas kata (V, Adv., Adj., N), singkatan bentuk dasar (D), dan lain sebagainya.