SIR – 09 =
PEKERJAAN PERKERASAN JALAN
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN
PEKERJAAN JALAN
(SITE INSPECTOR OF ROADS)
2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
i
KATA PENGANTAR
Pengawasan pekerjaan perkerasan jalan yang mencakup kegiatan pengawasan
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan semua struktur perkerasan jalan seperti: lapis
pondasi jalan dan lapis permukaan jalan, baik perkerasan lentur maupun
perkerasan kaku merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam rangka
pengendalian pelaksanaan pekerjaan jalan.
Modul ini disusun berdasarkan dokumen kontrak yang selama ini dipakai oleh
proyek-proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan para pengawas pekerjaan jalan dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai ketentuan-ketentuan
dokumen kontrak sehingga dapat melakukan tugas pengawasannya secara
profesional sesuai ketentuan dokumen kontrak dan mewujudkan sasaran proyek
secara tepat mutu, tepat waktu , dan tepat biaya.
Jakarta, Desember 2005
Penyusun
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
ii
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN
: Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan
Jalan
(Site Inspector of Roads)
MODEL PELATIHAN
: Lokakarya terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan
pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan
rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1.
Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.
Melaksanakan Manajemen
3.
Mengenal Bahan Jalan
4.
Membuat Gambar Teknik
5.
Mengenal Alat Berat
6.
Melaksanakan Pengukuran dan pematokan
7.
Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8.
Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9.
Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan
10.
Melaksanakan Pekerjaan Beton
11.
Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12.
Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas
13.
Melaksanakan Metode Kerja
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
iii
NOMOR
: SIR-09
JUDUL MODUL
: PERKERASAN JALAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memeriksa pekerjaan perkerasan
jalan sehingga diperoleh hasil pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan sesuai
ketentuan dokumen kontrak seperti spesifikasi teknis dan metode kerja yang
ditetapkan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1.
Memeriksa pekerjaan lapis pondasi agregat.
2.
Memeriksa pekerjaan lapis pondasi tanpa aspal.
3.
Memeriksa pekerjaan semen tanah.
4. Memeriksa pekerjaan aspal beton.
5. Memeriksa pekerjaan perkerasan beton semen
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...
i
LEMBAR TUJUAN ...
ii
DAFTAR ISI ...
iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JALAN
(Site
Inspector of Road) ...
xi
DAFTAR MODUL ...
xii
PANDUAN PEMBELAJARAN ...
xiii
BAB I
FUNGSI DAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN ...
I-1
1.1.
JENIS PERKERASAN ...
I-1
1.2.
PERKERASAN JALAN LENTUR ...
I-1
1.2.1Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan ...
I-1
1.2.2Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) ...
I-2
1.2.3Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) ...
I-2
1.2.4Lapisan Pondasi Atas (Base Course) ...
I-3
1.2.5Lapisan Permukaan / Penutup (Subface Course) ...
I-3
1.3
PERKERASAN JALAN KAKU ...
I-3
1.3.1Perkembangan Perkerasan Kaku ...
I-4
1.3.2Jenis Lapisan Perkerasan Jalan Beton Semen
Portland ...
I-7
1.4
COMPOSITE PAVEMENT ...
I-8
1.5
KONSTRUKSI PERKERASAN ...
I-8
BAB II
LAPIS PONDASI JALAN DENGAN AGREGAT ...
II-1
2.1.
KELAS LAPIS PONDASI AGREGAT ...
II-1
2.2.
PERSIAPAN ...
II-1
2.3.
CUACA YANG DIIJINKAN UNTUK BEKERJA...
II-1
2.4.
PERBAIKAN TERHADAP LAPIS PONDASI
AGREGAT ...
II-2
2.5
BAHAN ...
II-2
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
v
2.5.1
Sumber Bahan...
II-2
2.5.2
Fraksi Agregat Kasar ...
II-3
2.5.3
Fraksi Agregat Halust ...
II-3
2.5.4
Sifat-sifat Bahan yang Disyaratkan ...
II-3
2.5.5
Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat ....
II-4
2.6
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN ...
II-4
2.6.1
Penyiapan Penghamparan ...
II-4
2.6.2
Penghamparan ...
II-5
2.6.3
Pemadatan ...
II-5
2.6.4
Pengujian ...
II-6
2.7
TOLERANSI DIMENSI ...
II-6
BAB III
LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL, LAPIS
PONDASI JALAN KELAS C DAN WATERBOUND MACADAM .
III-1
3.1
PEMILIHAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA
PENUTUP ASPAL ...
III-1
3.2
PERSIAPAN ...
III-1
3.3
CUACA YANG DIIJINKAN UNTUK BEKERJA...
III-1
3.4
PERBAIKAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA
PENUTUP ASPAL ...
III-2
3.5
BAHAN ...
III-2
3.5.1Sumber Material ...
III-2
3.5.2Ketentuan Sifat-sifat Bahan ...
III-2
3.5.3Pencampuran Bahan Plastis ...
III-4
3.6
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN ...
III-5
3.6.1Pengiriman Bahan ...
III-5
3.6.2Agregat Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup
Aspal yang Dicampur di Tempat ...
III-5
3.6.3Pemadatan Lapis Pondasi Kelas C ...
III-6
3.4.8Pelaksanaan Waterbound Macadam ...
III-6
3.7
PENGUJIAN ...
III-7
3.8
TOLERANSI DIMENSI ...
III-8
BAB IV LAPIS PONDASI SEMEN TANAH
...
IV-1
4.1
UMUM ...
IV-1
4.2
PERSIAPAN ...
IV-1
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
vi
4.2.1Contoh Bahan ...
IV-1
4.2.2Pengiriman Semen Ke Lapangan ...
IV-1
4.2.3Perhitungan Pemakaian Semen ...
IV-1
4.2.4Data Survei ...
IV-2
4.2.5Pengendalian Pengujian ...
IV-2
4.2.6Pengujian Dengan DCP (
Dynamic Cone
Penetrometer)
...
IV-2
4.2.7Catatan Benda Uji Inti (Core) ...
IV-2
4.3
CUACA YANG DIIJINKAN UNTUK BEKERJA...
IV-2
4.4
PERBAIKAN PEKERJAAN YANG TIDAK
MEMENUHI KETENTUAN...
IV-3
4.5
PENGENDALIAN LALU-LINTAS ...
VI-3
4.6
BAHAN ...
IV-4
4.6.1Semen Portland ...
IV-4
4.6.2Air ...
IV-4
4.6.3Tanah ...
IV-5
4.7
CAMPURAN ...
IV-5
4.7.1 Komposisi umum untuk campuran ...
IV-5
4.7.2 Rancangan Campuran Laboratorium (Cara
UCS) ...
IV-6
4.7.3 Rancangan Campuran Laboratorium (Cara
CBR) ...
IV-7
4.7.4 Sifat-sifat campuran yang disyaratkan ...
IV-8
4.8
PERCOBAAN LAPANGAN (FIELD TRIALS) ...
IV-9
4.9
PENGHAMPARAN DAN PENCAMPURAN ... IV-11
4.9.1 Penyiapan tanah dasar ... IV-11
4.9.2 Pemilihan Cara Untuk Pencampuran Dan
Penghamparan ... IV-12
4.9.3 Penghamparan dan pencampuran dengan cara
Mix-In Place
... IV-13
4.9.4Pencampuran dan penghamparan
menggunakan
Central-Plant
... IV-15
4.9.5 Pemadatan ... IV-15
4.9.6 Perawatan ... IV-17
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
vii
4.10
PENGENDALIAN MUTU ... IV-18
4.10.1Pengendalian Penyiapan Tanah Dasar ... IV-18
4.10.2Pengendalian Penghalusan Tanah ... IV-18
4.10.3Pengendalian Kadar Air Untuk Operasi
Pencampuran di Tempat ... IV-18
4.10.4Pengendalian Pemadatan Pada Lapis Pondasi
Semen Tanah ... IV-19
4.10.5Pengendalian Kekuatan Dan Kehomogenan
Dari Lapis Pondasi Semen Tanah ... IV-20
4.10.6Pemantauan Ketebalan Lapis Pondasi Semen
Tanah ... IV-21
4.10.7Kadar Semen ... IV-22
4.11
TOLERANSI DIMENSI ... IV-22
BAB V
LAPIS ASPAL BETON (AC) ...
V-1
5.1
UMUM ...
V-1
5.2
PERSIAPAN ...
V-1
5.3
KONDISI CUACA YANG DIIJINKAN UNTUK
BEKERJA ...
V-1
5.4
PERBAIKAN CAMPURAN ASPAL YANG TIDAK
MEMENUHI KETENTUAN ...
V-1
5.5
BAHAN ...
V-2
5.5.1 Agregat Umum ...
V-2
5.5.2 Agregat Kasar ...
V-2
5.5.3 Agregat Halus ...
V-3
5.5.4 Bahan Pengisi
(Filler)
Untuk Campuran Aspal ...
V-4
5.5.5 Gradasi Agregat Gabungan ...
V-5
5.5.6 Bahan Aspal Untuk Campuran Aspal ...
V-6
5.5.7 Bahan Aditif Untuk Aspal ...
V-7
5.5.8 Sumber Bahan ...
V-7
5.6
CAMPURAN ...
V-7
5.6.1 Komposisi Umum Campuran ...
V-7
5.6.2 Kadar Aspal Dalam Campuran ...
V-7
5.6.3 Prosedur Rancangan Campuran ...
V-7
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
viii
5.6.4 Rumus Campuran Rancangan (Design Mix
Formula) ...
V-11
5.6.5 Rumus Perbandingan Campuran (Job Mix
Formula) ...
V-12
5.6.6 Penerapan Rumus Perbandingan Campuran
Dan Toleransi Yang Diijinkan ...
V-12
5.7
KETENTUAN INSTALASI PENCAMPUR ASPAL
(AMP) ...
V-14
5.7.1Umum ...
V-14
5.7.2Timbangan Pada Instalasi Pencampuran ...
V-14
5.7.3Perlengkapan Untuk Penyiapan Bahan Aspal ...
V-15
5.7.4Pemasok Untuk Mesin Pengering (Feeder For
Drier) ...
V-15
5.7.5Alat Pengering (Drier) ...
V-15
5.7.6Ayakan ...
V-16
5.7.7Penampung Panas
(Hotbin)
...
V-16
5.7.8Unit Pengendali Aspal ...
V-16
5.7.9Perlengkapan Pengukur Panas ...
V-17
5.7.10Pengumpul Debu (Dust Collector) ...
V-17
5.7.11Pengendali Waktu Pencampuran ...
V-17
5.7.12Timbangan Dan Rumah Timbang ...
V-17
5.7.13Ketentuan Keselamatan Kerja ...
V-18
5.7.14Ketentuan Khusus Untuk Amp Sistem
Penakaran (Batching Plant) ...
V-18
5.7.15Ketentuan Khusus Untuk Amp Sistem
Menerus (Continuous Mixing Plant) ...
V-20
5.7.16Peralatan Pengangkut ...
V-21
5.7.17Peralatan Penghampar Dan Pembentuk
(Asphalt Finisher)
...
V-22
5.7.18Peralatan Pemadat ...
V-23
5.8
PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL .
V-24
5.8.1Persiapan Lapangan ...
V-24
5.8.2 Penyiapan Bahan Aspal ...
V-24
5.8.3 Penyiapan Agregat ...
V-24
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
ix
5.8.4 Penyiapan Pencampuran ...
V-25
5.8.5 Pengangkutan Dan Penyerahan Di Lapangan...
V-26
5.9
PENGHAMPARAN CAMPURAN ...
V-27
5.9.1 Menyiapkan Permukaan Jalan Yang Akan
Dilapisi ...
V-27
5.9.2 Acuan Tepi ...
V-27
5.9.3 Penghamparan Dan Pembentukan ...
V-27
5.9.4 Pemadatan ...
V-28
5.9.5 Sambungan ...
V-30
5.10
PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI
LAPANGAN ...
V-31
5.10.1Pengujian Permukaan Perkerasan ...
V-31
5.10.2Ketentuan Kepadatan ...
V-31
5.10.3Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran
Aspal ...
V-32
5.10.4Pengendalian Kuantitas Dengan Menimbang
Campuran Aspal...
V-35
5.11
TEBAL LAPISAN DAN TOLERANSI ...
V-35
BAB VI PERKERASAN JALAN BETON SEMEN PORTLAND ...
VI -1
6.1
UMUM ...
VI -1
6.2
PENYIAPAN TANAH DASAR ATAU LAPIS
PONDASI ...
VI -1
6.2.1
Pembentukan Akhiran Permukaan ...
VI -1
6.2.2
Persyaratan Dan Pemeriksaan Bentuk Akhir...
VI -2
6.2.3
Pasangan Lembar Kedap Air ...
VI -2
6.2.4
Pembentukan Permukaan (Establishment Of
Grade) ...
VI -2
6.3
ACUAN PERKERASAN ...
VI -3
6.3.1
Bahan Dan Ukuran ...
VI -3
6.3.2
Pemasangan Acuan ...
VI -4
6.3.3
Pembongkaran Acuan ...
VI -4
6.4
BAHAN ...
VI -5
6.4.1 Semen ...
VI -5
6.4.2 Air ...
VI -5
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
x
6.4.3 Persyaratan Gradasi Agregat...
VI -5
6.4.4 Sifat Agregat ...
VI -6
6.4.5 Bahan Tambahan ...
VI -7
6.4.6 Membran Kedap Air ...
VI -7
6.4.7 Tulangan Baja...
VI -7
6.4.8 Bahan-Bahan Untuk Sambungan ...
VI -8
6.5
PENCAMPURAN DAN PENAKARAN ...
VI -8
6.5.1 Desain Campuran ...
VI -8
6.5.2 Campuran Percobaan ...
VI -9
6.5.3 Persyaratan Sifat Campuran ... VI -10
6.5.4 Kekuatan Beton... VI -11
6.5.5 Penyesuaian Campuran ... VI -11
6.5.6 Penakaran Agregat ... VI -12
6.5.7 Pencampuran ... VI -12
6.6
PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN... VI -13
6.6.1 Pengujian Untuk Kelecakan
(Workability)
... VI -13
6.6.2 Pengujian Kuat Tekan ... VI -13
6.6.3 Pengujian Tambahan ... VI -15
6.7
SAMBUNGAN DAN TULANGAN ... VI -15
6.7.1 Sambungan Memanjang Dan Melintang ... VI -15
6.7.2 Sistem Penyalur Beban ... VI -21
6.7.3 Pemasangan Perlengkapan Ruji ... VI -22
6.7.4 Penutup Sambungan
(Joint Sealing)
... VI -23
6.7.5 Tulangan ... VI -23
6.7.6 Penggergajian ... VI -24
6.7.7 Sekat Pemisah Tipis ... VI -24
6.7.8 Sekat pemisah lainnya ... VI -24
6.8
PENGECORAN DAN PENYELESAIAN AKHIR
BETON ... VI -24
6.8.1 Pengecoran ... VI -24
6.8.2 Penghamparan... VI -25
6.8.3 Pemadatan ... VI -26
6.8.4 Penyelesaian Akhir ... VI -27
6.8.5 Pembentukan tekstur permukaan ... VI -28
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
xi
6.9
PELEPAAN (FLOATING) ... VI -28
6.9.1 Metode Manual Pelepasan ... VI -28
6.9.2 Metode Pelepasan Dengan Mesin ... VI -29
6.10 MEMPERBAIKI PERMUKAAN ... VI -29
6.11 PENYELESAIAN PERMUKAAN ... VI -29
6.12 MENGUJI PERMUKAAN ... VI -30
6.13
PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON ... VI-30
6.13.1 Perawatan ... VI-30
6.13.2 Perlindungan Perkerasan Yang Sudah Selesai . VI-32
6.13.3 Perlindungan Terhadap Hujan... VI-32
6.14
TOLERANSI TEBAL ... VI-32
6.15
PEMBUKAAN DAN PEMBATASAN LALU-LINTAS ... VI-33
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
xii
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JALAN (Site Inspector of Road)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja
Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road)
dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan
Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road)
unit-unit tersebut menjadi
Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan
Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road)
.
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
xiii
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja :
Site Inspector of Roads (SIR)
Nomor
Modul Kode Judul Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 SIR – 02 Manajemen
3 SIR – 03 Bahan Jalan 4 SIR – 04 Gambar Teknik 5 SIR – 05 Alat Berat
6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah
8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase
9
SIR – 09
Pekerjaan Perkerasan Jalan
10 SIR – 10 Pekerjaan Beton
11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR – 13 Metode Kerja
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
xiv
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN
: Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan
(
Site Inspector of Roads
)
KODE MODUL
: SIR-09
JUDUL MODUL
: PERKERASAN JALAN
DESKRIPSI
:
Modul ini membahas pengetahuan pekerjaan lapis
pondasi agregat, lapis pondasi tanpa aspal, semen
tanah, aspal beton dan perkerasan beton semen
untuk pelatihan Inspektur Lapangan Pekerjaan
Jalan.
TEMPAT KEGIATAN
:
Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
xv
B. RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan, Bab I Pendahuluan
Menjelaskan dan menguraikan tentang :
Tujuan instruksional umum(TIU)
dan Tujuan instruksional khusus (TIK)
Jenis perkerasan
Perkerasan jalan lentur
Perkerasan jalan kaku
Composite pavement
Konstruksi perkerasan
Waktu :10 menit
Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Persiapan dan Survei Lapangan
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Pematokan dan pengukuran
Persiapan lapangan
Waktu : 10 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
3. Ceramah : Bab II Lapis Pondasi Jalan dengan Agregat
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Kelas Lapis Pondasi Agregat
Persiapan
Cuaca Yang Diijinkan Untuk
Bekerja
Perbaikan Terhadap Lapis
Pondasi Agregat
Bahan
Penghamparan Dan Pemadatan
Toleransi Dimensi
Waktu : 50 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
4. Ceramah : Bab III Lapis Pondasi Jalan tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Jalan Kelas C dan Waterbound Macadam
Menjelaskan dan menguraikan tentang :
Pemilihan Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal
Persiapan
Cuaca Yang Diijinkan Untuk
Bekerja
Perbaikan Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
xvi
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
Bahan
Penghamparan Dan Pemadatan
Pengujian
Toleransi Dimensi
Waktu : 50 menit
5. Ceramah : Bab IV Lapis Pondasi Semen Tanah
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Umum
Persiapan
Cuaca Yang Diijinkan Untuk
Bekerja
Perbaikan Pekerjaan Yang Tidak
Memenuhi Ketentuan
Pengendalian Lalu-Lintas
Bahan
Campuran
Percobaan Lapangan (Field
Trials) Penghamparan Dan Pencampuran Pengendalian Mutu Toleransi Dimensi Waktu : 50 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
6. Ceramah : Bab V Lapis Aspal Beton (AC)
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Umum
Persiapan
Kondisi Cuaca Yang Diijinkan
Untuk Bekerja
Perbaikan Campuran Aspal
Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Bahan
Campuran
Ketentuan Instalasi Pencampur
Aspal (Amp)
Pembuatan Dan Produksi
Campuran Aspal
Penghamparan Campuran
Pengendalian Mutu Dan
Pemeriksaan Di Lapangan
Tebal Lapisan Dan Toleransi
Waktu : 50 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
Modul SIR-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Kata Pengantar
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
xvii
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
7. Ceramah : Bab VI Perkerasan Jalan Beton Semen Portland
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Umum
Penyiapan tanah dasar atau
lapis pondasi
Acuan perkerasan
Bahan
Pencampuran dan penakaran
Pengendalian mutu di lapangan
Sambungan dan tulangan
Pengecoran dan penyelesaian
akhir beton
Pelepaan (floating)
Memperbaiki permukaan
Penyelesaian permukaan
Menguji permukaan
Perawatan dan perlindungan
beton
Toleransi tebal
Pembukaan dan pembatasan
lalu-lintas
Waktu : 50 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 1
BAB I
FUNGSI DAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN
1.1
JENIS PERKERASAN
Jenis / tipe perkerasan terdiri :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).
1.2 PERKERASAN JALAN LENTUR
1.2.1 JENIS DAN FUNGSI LAPISAN PERKERASAN
Perkerasan jalan lentur (hotmix) berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
Di dalam pelaksanaannya, perkerasan jalan lentur (hotmix) secara umum terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yaitu :
a. Lapisan tanah dasar (sub grade)
b. Lapisan pondasi bawah (subbase course) c. Lapisan pondasi atas (base course)
d. Lapisan permukaan / penutup (surface course)
Lapisan Permukaan
Lapisan Pondasi Atas
Lapisan Pondasi Bawah
Tanah Dasar
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 2
1.2.2 LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
a. Lapisan tanah dasar, tanah galian. b. Lapisan tanah dasar, tanah urugan. c. Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut : a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas. b. Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.
1.2.3 LAPIS AN PONDASI B AWAH (SUBBASE COURSE)
Lapisan pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapisan pondasi atas.
Lapisan pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. b. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
c. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
d. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
e. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan. Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain : a. Aggregate base course class B.
b. Sirtu (sandy gravel). c. Pitrun.
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 3
1.2.4 LAPIS AN PONDASI AT AS (BASE COURSE)Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya.
b. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi atas ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Jenis lapisan pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain : a. Aggregate base course class A.
b. Macadam.
c. Cement Treated Base (CTB). d. Asphalt Treated Base (ATB).
1.2.5 LAPIS AN PERMUKAAN / PENUTUP (SURF ACE COURSE)
Lapisan permukaan / penutup adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
a. Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
b. Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisan aus).
c. Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
d. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan dibawahnya.
Jenis lapisan permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain , Asphalt Concrete Wearing Course (AC wearing course).
1.3 PERKERASAN JALAN KAKU
Perkerasan jalan beton semen portland atau perkerasan kaku, terdiri dari beton semen portland dan lapisan pondasi (bisa juga tidak ada) diatas tanah dasar. Perkerasan beton
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 4
yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari lapisan-lapisan tebal pondasi bawah, pondasi dan lapisan permukaan. Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perancangan perkerasan beton adalah kekuatan beton itu sendiri. Maka adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.Lapisan pondasi atau kadang-kadang juga dianggap sebagai lapisan pondasi bawah jika digunakan dibawah perkerasan beton karena beberapa pertimbangan yaitu untuk kendali terhadap terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk mempercepat pekerjaan konstruksi.
Atau dapat diuraikan bahwa fungsi dari lapisan pondasi atau pondasi bawah adalah : a. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
b. Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k),
menjadi modulus reaksi komposit (modulus of composite reaction).
c. Mengurangi terjadinya keretakan pada pelat beton. d. Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat.
e. Melindungi gejala pumping butir-butiran halus tanah pada daerah sambungan, retakan dan ujung samping perkerasan.
Pumping : adalah proses keluarnya air dan butiran-butiran tanah dasar atau pondasi bawah melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas yang terakumulasi dibawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut. Perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel 1.3.
1.3.1 PERKEMBANGAN PERKERASAN KAKU
Pada awal mula rekayasa jalan raya, pelat perkerasan kaku dibangun langsung diatas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasinya. Pada umumnya dibangun slab setebal 6 - 7 inci. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 5
khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai diperhatikan bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama terjadinya pengaruh pumpingpada perkerasan. Oleh karena itu perancangan untuk mengatasi pumping adalah faktor yang sangat penting untuk diperhitungkan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 - 10 inci.
Dalam hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA, dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research Board. Maksudnya untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku. Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal 9 - 7 - 9 inci (potongan melintang), jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inci dan berjarak 15 inci di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tabel 1.3. : Perbedaan Antara Perkerasan Kaku Dengan Perkerasan Lentur.
Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
1. Desain sederhana namun pada bagian
sambungan perlu perhitungan lebih teliti. Kebanyakan digunakan hanya pada jalan-jalan tinggi, serta pada perkerasan lapangan terbang.
1. Perancangan sederhana dan dapat
digunakan untuk semua tingkat volume lalu-lintas dan semua jenis berdasarkan klasifikasi fungsi jalan raya.
2. Rancangan Job Mix lebih mudah untuk
dikendalikan kualitasnya. Modulus Elastisitas antara lapis permukaan dan pondasi sangat berbeda.
2. Kendali kualitas untuk Job Mix agak rumit
karena harus diteliti baik di laboratorium sebelum dihampar, maupun hasil setelah dihampar di lapangan.
3. Rongga udara didalam beton tidak dapat
mengurangi tegangan yang timbul akibat perubahan volume beton. Pada umumnya diperlukan sambungan untuk mengurangi tegangan akibat perubahan temperatur.
3. Rongga udara dapat mengurangi
tegangan yang timbul akibat perubahan volume campuran aspal. Oleh karena itu tidak diperlukan sambungan. Sulit untuk bertahan terhadap kondisi drainase yang
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 6
Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
Dapat lebih bertahan terhadap kondisi yang lebih buruk.
buruk.
4. Umur rencana dapat mencapai 15 – 40
tahun. Jika terjadi kerusakan maka
kerusakan tersebut cepat dan dalam waktu singkat.
4. Umur rencana relatif pendek 5 – 10 tahun.
Kerusakan tidak merambat ke bagian konstruksi yang lain, kecuali jika perkerasan terendam air.
5. Indeks Pelayanan tetap baik hampir
selama umur rencana, terutama jika
transverse joints dikerjakan dan dipelihara
dengan baik.
5. Indeks Pelayanan yang terbaik hanya
pada saat selesai pelaksanaan
konstruksi, setelah itu berkurang seiring dengan waktu dan frekuensi beban lalu-lintasnya.
6. Pada umumnya biaya awal konstruksi
tinggi.
6. Pada umumnya biaya awal konstruksi
rendah, terutama untuk jalan lokal dengan volume lalu-lintas rendah. Tetapi biaya awal hampir sama untuk jenis konstruksi jalan berkualitas tinggi yaitu jalan dengan tingkat volume lalu-lintas tinggi.
7. Pelaksanaan relatif sederhana kecuali
pada sambungan-sambungan.
7. Pelaksanaan cukup rumit disebabkan
kendali kualitas harus diperhatikan pada sejumlah varian, termasuk kendali terhadap temperatur.
8. Sangat penting untuk melaksanakan
pemeliharaan terhadap sambungan-sambungan secara tetap.
8. Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan,
mencapai lebih kurang dua kali lebih besar dari pada perkerasan kaku.
9. Agak sulit untuk menetapkan saat yang
tepat untuk melakukan pelapisan ulang. Apabila lapisan permukaan akan dilapis ulang, maka untuk mencegah terjadinya retak refleksi biasanya dibuat tebal perkerasan > 10 cm
9. Pelapisan ulang dapat dilaksanakan pada
semua tingkat ketebalan perkerasan yang diperlukan lebih mudah menentukan perkiraan saat pelapisan ulang harus dilakukan.
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 7
Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
ditentukan oleh kekuatan lapisan beton sendiri (tanah dasar tidak begitu menentukan).
ditentukan oleh kemampuan penyebaran tegangan setiap lapisan dan ditentukan oleh tebal setiap lapisan dan kekuatan tanah dasar yang dipadatkan.
11. Yang dimaksud dengan tebal konstruksi perkerasan kaku adalah tebal lapisan beton tidak termasuk pondasi.
11. Yang dimaksud dengan tebal konstruksi perkerasan lentur adalah tebal seluruh lapisan yang ada diatas tanah dasar dipadatkan termasuk pondasi.
Kegunaan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pound untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
1.3.2 JENIS LAPISAN PERKERASAN JALAN BETON SEMEN
PORTLAND
Lapisan perkerasan beton dapat diklasifikasikan atas 3 tipe sebagai berikut :
a. Perkerasan beton biasa tanpa tulangan untuk kendali retak dan transfer beban (kecuali pada sambungan memanjang).
b. Perkerasan beton dengan tulangan sederhana, dengan siar susut relatif cukup jauh dan transfer beban pada siar terjadi dengan adanya tulangan dowel. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 8
c. Perkerasan beton bertulang menerus terdiri dari prosentasi besi yang relatif cukup banyak dan tidak ada siar kecuali untuk keperluan pelaksanaan konstruksi dan beberapa siar muai.Pada masa kini, tipe perkerasan beton yang populer dan banyak digunakan di negara-negara maju adalah tipe perkerasan beton bertulang.
1.4 COMPOSITE PAVEMENT
Composite pavement merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement)
dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) diatasnya. Konstruksi ini umumnya mempunyai kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara dibandingkan jika konstruksi tersebut hanya terbuat dari rigid pavement saja.
1.5 KONSTRUKSI PERKERASAN
Contoh konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) ditunjukkan seperti pada Gambar 1.2.
Contoh konstruksi perkerasan jalan beton semen portland (rigid pavement).ditunjukkan seperti pada Gambar 1.3.
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 9
Gambar 1.2. : Flexible pavement
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR)
I - 10
TRANSISI STRUKTUR DENGAN PERKERASAN ASPAL.
CONSTRUCTION JOINT MELINTANG
Diisi joint sealer setelah
pemotongan
Pemotongan joint dengan
gergaji mesin setiap interval 5.00 m
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
PelatihanSite Inspector of Road (SIR) I-11
Modul SIR – 09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab I : Fungsi dan Struktur Perkerasan Jalan
Modul SE-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab II : Lapis Pondasi Dengan Agregat
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 1
BAB II
LAPIS PONDASI JALAN DENGAN AGREGAT
2.1 KELAS LAPIS PONDASI AGREGAT
Lapis pondasi agregat kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk statu lapisan di bawah lapisan beraspal.
Lapis pondasi agregat kelas B adalah untuk lapis pondasi bawah. Lapis pondasi agregat kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal.
2.2 PERSIAPAN
Kontraktor harus menyiapkan berikut di bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai lapis pondasi agregat :
1. Dua contoh masing-masing 50 kg bahan.
2. Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk lapis pondasi agregat, dan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Butir No. 3.5.4.(2) terpenuhi.
Kontraktor harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis segera setelah selesainya setiap segment pekerjaan dan sebelum persetujuan diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat :
1. Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan dalam Butir Nomor 3.6.4
2. Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survey pemeriksaan yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan dalam Butir Nomor 3.7. dipenuhi.
2.3 CUACA YANG DIIJINKAN UNTUK BEKERJA
Lapis pondasi agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan dalam Butir Nomor 3.6.3.
Modul SE-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab II : Lapis Pondasi Dengan Agregat
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 2
2.4 PERBAIKAN TERHADAP LAPIS PONDASI AGREGAT
Perbaikan terhadap lapis pondasi agregat yang tidak memenuhi ketentuan, dilakukan sebagai berikut ini :
1. Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi ketentuan toleransi yang disyaratkan dalam Butir Nomor 3.7, atau yang permukaannya menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau setelah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis permukaan tersebut dan membuang atau menambahkan bahan sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
2. Lapis pondasi agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal rentang kadar air seperti yang disyaratkan dalam Butir Nomor 3.6.3, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
3. Lapis pondasi agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Butir Nomor 3.6.3, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka bahan tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang memenuhi ketentuan.
4. Perbaikan atas lapis pondasi agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan, dapat meliputi pemadatan tambahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah suatu ketebalan dengan bahan tersebut.
2.5 BAHAN
2.5.1 SUMBER BAHAN
Modul SE-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab II : Lapis Pondasi Dengan Agregat
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 3
2.5.2 FRAKSI AGREGAT KASAR
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet.
Bilamana digunakan untuk lapis pondasi agregat kelas A maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
2.5.3 FRAKSI AGREGAT HALUS
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar 2/3 dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.
2.5.4 SIFAT-SIFAT BAHAN YANG DISYARATKAN
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.
Gradasi harus memenuhi ketentuan (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. : Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Ukuran Ayakan Persen berat yang lolosASTM (mm) Kelas A Kelas B
2” 50 100 1 ½” 37,5 100 88 - 95 1“ 25,0 79 - 85 70 - 85 3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 No.200 0,075 2 - 8 2 - 8
Modul SE-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab II : Lapis Pondasi Dengan Agregat
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 4
Tabel 2.2. : Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat
Sifat-sifat Kelas A Kelas B
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990) 0 - 40 % 0 - 40 % Indek Plastisitas (SNI-03-1966-1990) 0 - 6 0 - 10 Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos
Ayakan No.200
maks. 25 -
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) 0 - 25 0 - 35 Bagian yang lunak (SK SNI M-01-1994-03) 0 - 5 % 0 - 5 % CBR (SNI 03-1744-1989) min. 90 % min. 35 %
2.5.5 PENCAMPURAN BAHAN UNTUK LAPIS PONDASI AGREGAT
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan di lokasi crushing plant atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan cara mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh campuran dengan proporsi yang benar. Tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
2.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN
2.6.1 PENYIAPAN PENGHAMPARAN
Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan lapisan pondasi agregat, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.
Bilamana lapis pondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, maka harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
Modul SE-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab II : Lapis Pondasi Dengan Agregat
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 5
2.6.2 PENGHAMPARAN
Lapis pondasi agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dalam Butir Nomer 4.6.3.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm.
2.6.3 PEMADATAN
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum (modified)
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber ”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
Modul SE-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab II : Lapis Pondasi Dengan Agregat
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 6
2.6.4 PENGUJIAN
Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam Butir Nomer 3.5.4. minimum 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan.
Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.
Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang diproduksi paling sedikit
harus meliputi tidak kurang dari 5 pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi partikel, dan 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan.
Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
2.7 TOLERANSI DIMENSI
Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar, dengan toleransi :
Bahan dan lapisan pondasi agregat Toleransi tinggi
permukaan
Lapis pondasi agregat kelas B digunakan sebagai lapis pondasi bawah (hanya permukaan atas dari lapisan pondasi bawah).
+ 0 cm - 2 cm
Permukaan lapis pondasi agregat kelas A untuk lapis resap pengikat atau pelaburan (perkerasan atau bahu jalan)
+ 1 cm - 1 cm
Bahu jalan tanpa penutup aspal dengan lapis pondasi agregat kelas B (hanya pada lapis permukaan).
Memenuhi Butir No. 3.7.e.
Modul SE-09 : Pekerjaan Perkerasan Jalan Bab II : Lapis Pondasi Dengan Agregat
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 7
Pada permukaan semua lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidak-rataan yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas B tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang disyaratkan.
Pada permukaan lapis pondasi agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum 1 cm.
Untuk bahu jalan tanpa laburan aspal, permukaan akhir yang telah dipadatkan tidak boleh berbeda lebih dari 1,5 cm di bawah atau di atas elevasi rancangan, pada setiap titik. Permukaan akhir bahu jalan, tidak boleh lebih tinggi maupun lebih rendah 1 cm terhadap tepi jalur lalu-lintas yang bersebelahan. Lereng melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1 % dari lereng melintang rancangan.
Modul SE-09 : Perkerasan Jalan Bab III : Lapis Pondasi Tanpa Aspal
PelatihanSite Inspector of Roads (SIR)
III - 1
BAB III
LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL
LAPIS PONDASI JALAN KELAS C DAN
WATERBOUND MACADAM
3.1 PEMILIHAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP
ASPAL
Lapis pondasi jalan ini mencakup 2 kategori, yaitu : Lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal Kelas C dan Waterbound Macadam. Penentuan pilihan jenis lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal berdasarkan hasil pengujian bahan setempat yang tersedia.
Penggunaan Waterbound Macadam akan dibatasi hanya untuk pengembalian kondisi dan perbaikan jalan dengan waterbound macadam.
3.2 PERSIAPAN
Kontraktor harus menyiapkan berikut di bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal :
1. 2(Dua) contoh masing-masing seberat 50 kg bahan.
2. Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, dan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Butir Nomer 3.5.2.
terpenuhi.
3. Pernyataan perihal metode dan lokasi produksi dan pencampuran bahan untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal memenuhi ketentuan dari Butir Nomer 3.5.2. dan
3.6.2.
Segera setelah selesainya satu bagian pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan dalam bentuk tertulis hasil pengukuran permukaan dan data survey yang menyatakan bahwa toleransi permukaan dan tebal yang disyaratkan dalam Butir Nomer 3.8. dipenuhi.
3.3 CUACA YANG DIIJINKAN UNTUK BEKERJA
Lapis pondasi agregat jalan tanpa penutup aspal tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau juga bila kadar air bahan tidak memenuhi persyaratan pada Butir Nomer 3.6.3.
Modul SE-09 : Perkerasan Jalan Bab III : Lapis Pondasi Tanpa Aspal
PelatihanSite Inspector of Roads (SIR)
III - 2
3.4 PERBAIKAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP
ASPAL
Perbaikan atas lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal yang tidak memenuhi ketentuan, dilakukan sebagai berikut :
1. Lokasi dengan tebal dan kerataan permukaan yang tidak memenuhi toleransi yang disyaratkan dalam Butir Nomer 3.8, atau yang permukaannya bergelombang selama atau sesudah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan yang diperlukan, dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
2. Perbaikan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan harus diperbaiki dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan dilanjutkan dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah tebal bahan.
3.5 BAHAN
3.6.1 SUMBER MATERIAL
Material lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus dipilih dari sumber yang disetujui.
3.6.2 KETENTUAN SIFAT-SIFAT BAHAN
Bahan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus memenuhi ketentuan di bawah ini dan harus bebas dari gumpalan lempung, bahan organik, atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai mutu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lapis permukaan yang keras dan stabil.
3.5.2.1.
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C
Agregat untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal kelas C dapat terdiri atas kerikil pecah, batu pecah atau kerikil alam bulat yang memenuhi spesifikasi gradasi dalam Tabel 3.1. di bawah ini.
Modul SE-09 : Perkerasan Jalan Bab III : Lapis Pondasi Tanpa Aspal
PelatihanSite Inspector of Roads (SIR)
III - 3
Tabel 3.1. : Gradasi Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C.
Ukuran Ayakan
Persen berat yang lolos
ASTM (mm)
¾” 19 100
No.4 4,75 51 - 74 No.40 0,425 18 - 36 No.200 0,075 10 - 22
Kecuali ditentukan lain, berbagai komponen bahan untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal kelas C dapat dicampur di tempat di atas tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang sudah disiapkan sesuai dengan ketentuan Butir Nomor 3.5.3. dan 3.6.
Bahan, juga harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Tabel 3.2. di bawah ini :
Tabel 3.2. :
Sifat-Sifat Bahan Lapis Pondasi Jalan Tanpa
Penutup Aspal Kelas C
Sifat-sifat Nilai
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) Maks. 40
Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990) Min. 6 Maks. 20
Abrasi Agregat Kasar (SNI 03-2417-1991) Maks. 50
3.5.2.2. Waterbound Macadam
Agregat kasar dan halus untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal jenis Waterbound Macadam harus memenuhi ketentuan gradasi dari Tabel 3.3. di bawah ini. Ukuran agregat kasar harus sesuai dengan tebal rancangan yang tercantum dalam Gambar dan batas kedalaman lapisan yang tercantum dalam Tabel 3.3.
Modul SE-09 : Perkerasan Jalan Bab III : Lapis Pondasi Tanpa Aspal
PelatihanSite Inspector of Roads (SIR)
III - 4
Tabel 3.3. : Gradasi Untuk Waterbound Macadam
Jenis Agregat
Ukuran Ayakan Tebal Lapisan Padat
ASTM (mm) 7 - 10 cm 5 - 8 cm Persen Berat Yang Lolos
Agregat Pokok 3” 75 100 - 2 ½” 63 95 - 100 100 2” 50 35 - 70 100 1 ½” 37,5 0 - 15 95 - 100 1” 25 0 - 5 35 - 70 ¾” 19 - 0 – 5 Agregat Halus 3/8” 9,5 100 No.4 4,75 70 - 95 No.8 2,36 45 - 65 No.20 1,0 33 - 60 No.40 0,425 22 - 45 N0.200 0,075 10 - 28
Agregat kasar juga harus memenuhi ketentuan berikut :
Keausan agregat dengan mesin Los Angeles (SNI 03-2417-1991) : max 40 Agregat halus juga harus memenuhi ketentuan berikut :
Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990) : min 4 dan max 12
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) : max 353.5.3. Pencampuran Bahan Plastis
Pencampuran bahan plastis tidak boleh dilaksanakan bila bahan aslinya telah memenuhi ketentuan plastisitas minimum, kecuali jika ditentukan lain atau disetujui.
Bahan plastis tidak boleh mengandung bahan organik.
Bahan plastis tidak boleh mengandung butiran atau gumpalan lempung yang berukuran lebih dari 4,75 mm.
Kadar air bahan plastis dan semua fraksi lainnya harus sedemikian rupa sehingga bahan plastis itu tetap lepas sebelum dan selama proses pencampuran.
Modul SE-09 : Perkerasan Jalan Bab III : Lapis Pondasi Tanpa Aspal
PelatihanSite Inspector of Roads (SIR)
III - 5
Bahan ini harus dicampur seluruhnya sampai merata. Cara pencampuran harus mendapat persetujuan terlebih dahulu.
3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN
3.6.1 PENGIRIMAN BAHAN
Agregat kasar dan halus untuk Waterbound Macadam harus dikirim ke badan jalan sebagai campuran yang merata. Kadar air harus sedemikian hingga hanya cukup untuk mengikat bahan halus, air bebas tidak diperbolehkan. Kadar air dalam bahan harus benar-benar terdistribusi secara merata.
Jika lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal kelas C dipasok sebagai bahan yang dicampur lebih dahulu, bahan itu harus dikirim ke badan jalan sesuai dengan ketentuan Bilamana agregat dikirim dalam bentuk dua atau tiga komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai dengan ketentuan kecuali jika komponen itu harus dikirim dalam keadaan kering.
Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari 2 kali ukuran agregat maksimum. Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan lain atau disetujui.
3.6.2 AGREGAT LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL
YANG DICAMPUR DI TEMPAT
Bila bahan badan jalan yang ada harus dicampur untuk digunakan sebagai salah satu komponen lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, lokasi-lokasi tertentu yang bahannya agak basah atau mutunya kurang baik harus digali dan dibuang terlebih dahulu, diganti dengan bahan badan jalan dari lokasi lain yang bermutu sama atau lebih baik. Bahan badan jalan harus dikeringkan seluruhnya dan kemudian dicampur sampai seluruh lokasi itu merata secara memanjang dan melintang.
Komponen bahan untuk setiap lapis harus dihampar dengan ketebalan yang sama di seluruh lokasi. Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca panas.
Modul SE-09 : Perkerasan Jalan Bab III : Lapis Pondasi Tanpa Aspal
PelatihanSite Inspector of Roads (SIR)
III - 6
3.6.3 PEMADATAN LAPIS PONDASI KELAS C
Segera setelah pembentukan awal selesai, setiap lapis bahan harus dipadatkan seluruhnya dengan alat pemadat yang cocok dan memadai.
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan paling sedikit setelah dua lintasan pemadatan melintasi seluruh lokasi tersebut.
Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal. Agregat harus dipertahankan dalam keadaan lembab dengan penyemprotan air yang diatur dengan ketat sehingga bahan halus yang berada di permukaan tidak terganggu. Sebelum pemadatan selesai, kontraktor harus membuang setiap agregat yang terlalu basah sehingga tidak merusak tanah dasar. Pemadatan tidak boleh dilanjutkan jika bahan menunjukkan tanda-tanda agak bergelombang. Dalam keadaan demikian, bahan harus dibuang atau diperbaiki sesuai dengan Butir Nomor 3.4.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada tempat ber ”superelevasi” penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian yang tinggi.
Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat mekanis.
Pemadatan harus berlanjut sampai seluruh lokasi yang telah dipadatkan menjadi suatu permukaan yang keras dengan kepadatan yang merata serta semua bekas jejak roda mesin gilas tidak tampak. Suatu lapisan yang keras dan stabil harus diperoleh dalam penggilasan akibat saling mengunci antar agregat dengan rapat.
Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam jumlah kecil pada saat pemadatan tahap akhir dapat diijinkan agar dapat meningkatkan pengikatan pada lapis permukaan. Abu batu dan pasir tidak boleh dihampar terlalu tebal sedemikian hingga agregat kasar menjadi tidak tampak.
3.6.4 PELAKSANAAN WATERBOUND MACADAM
3.6.4.1. Kedalaman lapisan
Lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal jenis Waterbound Macadam harus dilaksanakan lapis demi lapis dan memenuhi ketentuan kedalaman lapisan seperti yang tercantum dalam Tabel 3.3.