• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SIR – 04 = GAMBAR TEKNIK

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

(SITE INSPECTOR OF ROADS)

2007

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

(2)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -i-

KATA PENGANTAR

Modul ini berisi bahasan tentang Membaca Gambar pekerjaan jalan dan jembatan mencakup gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).

Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan pelelangan.

Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum digunakan di lapangan.

Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing.

Dengan memahami kodefikasi dan standar gambar untuk pekerjaan jalan dan jembatan di maksud di atas, diharapkan hasil kerja juru ukur kuantitas dapat memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam jabatan ini.

Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan.

J

a

k

a

r

t

(3)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -ii-

a ,

D e s e m b e r

2

0

0

5

P

e

n

y

u

s

u

n

(4)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -iii-

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:

1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Melaksanakan Manajemen

3. Mengenal Bahan Jalan 4. Membuat Gambar Teknik 5. Mengenal Alat Berat

6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan 7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah

8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase

9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan 10. Melaksanakan Pekerjaan Beton

11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13. Melaksanakan Metode Kerja

14. Menyusun Pelaporan

(5)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -iv-

NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIR - 04 GAMBAR TEKNIK TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan gambar rencana pekerjaan jalan dan jembatan menjadi gambar kerja (shop drawing) dan selanjutnya dalam proses pelaksanaan di lapangan, sesuai dengan kondisi lapangan menjadi gambar hasil pelaksanaan(as-built drawing).

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menjelaskan kodefikasi dan normalisasi gambar.

2. Menjelaskan gambar rencana dan gambar kerja.

3. Menjelaskan sistematika gambar dan kelengkapan gambar.

(6)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -v-

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

LEMBAR TUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site

Inspector of Road)

vi

DAFTAR MODUL vii

PANDUAN INSTRUKTUR viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum

1.2. Fungsi Gambar

1.3. Gambar Sebagai Bahasa Teknik 1.4. Jenis Gambar Konstruksi

I – 1 I – 1 I – 2 I – 2 I – 3 BAB II PENYAJIAN GAMBAR

2.1. Ukuran Kertas Gambar 2.2. Garis Batas Atau Garis Tepi 2.3. Kepala Gambar

2.4. Skala Gambar

II – 1 II – 1 II – 1 II – 2 II – 3

BAB III KODEFIKASI DAN SIMBOL GAMBAR 3.1. Garis

3.2. Huruf Dan Angka 3.3. Gambar Jalan

3.4. Gambar Beton Bertulang 3

III – 1 III – 1 III – 2 III – 3 III – 3

BAB IV GAMBAR TEKNIK JALAN DAN DESAIN 4.1. Desain Geometrik

4.2. Desain Perkerasan Jalan Kabupaten 4.3. Desain Perkerasan Jalan Arteri

IV – 1

IV – 1

IV – 7

IV – 9

(7)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -vi-

4.4. Desain Jembatan IV – 12

BAB V KELENGKAPAN GAMBAR 5.1. Umum

5.2. Halaman Sampul 5.3. Daftar Gambar

5.4. Daftar Singkatan Dan Simbol 5.5. Gambar Situasi

5.6. Denah Perencanaan Jalan (Plan) 5.7. Potongan Memanjang (Profile)

5.8. Potongan Melintang Jalan (Cross Section) 5.9. Denah Perencanaan Drainase

5.10.Potongan Memanjang Saluran.

5.11.Gambar Detail

5.12.Gambar Perencanaan Traffic Engineering 5.13.Gambar Standar

V – 1 V – 1 V – 1 V – 1 V – 2 V – 2 V – 2 V – 2 V – 3 V – 3 V – 3 V – 3 V – 4 V – 4

BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR 6.1. Sistematika Gambar

6.2. Contoh Gambar

VI – 1 VI – 1 VI – 2

RANGKUMAN LAMPIRAN

Contoh Gambar-gambar Proyek DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

(8)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -vii-

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN

JALAN (Site Inspector of Road)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka

berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun

seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang

harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan

Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) .

(9)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -viii-

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja :

Site Inspector of Roads (SIR)

Nomor

Modul Kode Judul Modul

1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIR – 02 Manajemen

3 SIR – 03 Bahan Jalan

4 SIR – 04 Gambar Teknik

5 SIR – 05 Alat Berat

6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah

8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase

9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan 10 SIR – 10 Pekerjaan Beton

11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR – 13 Metode Kerja

14 SIR – 14 Teknik Pelaporan

(10)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -ix-

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads )

KODE MODUL : SIR-04

JUDUL MODUL : GAMBAR TEKNIK

DESKRIPSI : Modul ini membahas mengenai kodefikasi dan normalisasi gambar, gambar rencana dan gambar kerja, menjelaskan sistematika gambar dan kelengkapan gambar untuk pelatihan Inspektur Lapangan Pekerjaan Jalan.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

(11)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -x-

B. RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan, Bab I

Pendahuluan

Menjelaskan dan menguraikan tentang :

• Tujuan instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK)

• Pendahuluan

• Fungsi gambar

• Gambar sebagai bahasa teknik

• Jenis gambar konstruksi Waktu :10 menit

Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan

apabila kurang jelas.

OHT

2. Ceramah : Bab II Penyajian Gambar

Menjelaskan dan menguraikan tentang:

• Ukuran kertas gambar

• Garis batas atau garis tepi

• Kepala gambar

• Skala gambar Waktu : 15 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

3. Ceramah : Bab III Kodefikasi dan Simbol Gambar

Menjelaskan dan menguraikan tentang :

• Garis

• Huruf Dan Angka

• Gambar Jalan

• Gambar Beton Bertulang Waktu : 15 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

4. Ceramah : Bab IV Gambar Teknik Jalan dan Desain

Menjelaskan dan menguraikan tentang:

• Desain Geometrik

• Desain Perkerasan Jalan Kabupaten

• Desain Perkerasan Jalan Arteri

• Desain Jembatan Waktu : 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

5. Ceramah : Bab V Kelengkapan Gambar

Menjelaskan dan menguraikan tentang:

• Umum

• Halaman sampul

• Daftar gambar

• Daftar singkatan dan symbol

• Gambar situasi

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

(12)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) -xi-

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

• Denah perencanaan jalan (plan)

• Potongan memanjang (profile)

• Potongan melintang jalan (cross section)

• Denah perencanaan drainase

• Potongan memanjang saluran

• Gambar detail

• Gambar perencanaan traffic engineering

• Gambar standard Waktu : 20 menit

6. Ceramah : Bab VI Sistematika dan Contoh Gambar

Menjelaskan dan menguraikan tentang:

• Sistematika gambar

• Contoh gambar Waktu : 10 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

(13)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1

BA B AB B I I

PE P EN ND D AH A H UL U LU UA AN N

1.1. UMUM

Untuk menciptakan sebuah proyek, kita harus membuat sketsa atau gambar berskala kecil yang memberi memberi gambaran tentang bentuk bangunan keseluruhan, situasi, dan kemungkinan-kemungkinan perencanaan.

Setelah sketsa pemikiran pertama dari proyek tersebut dikaji secara mendalam, termasuk garis besar biaya yang diperlukan dan manfaatnya, maka dibuatlah pra-rencana yang terdiri dari gambar / sketsa yang lebih detail dalam skala kecil dari bagian-bagian bangunan proyek. Dari gambar tersebut dibuatlah anggaran biaya secara lebih teliti.

Setelah dipelajari lebih mendalam dan dipandang feasible untuk diteruskan rencana proyek tersebut, maka dibuatlah rencana pelaksanaannya.

Tahap selanjutnya adalah membuat gambar-gambar (bestek) berdasarkan pra-rencana dan gambar detail yang lebih teliti dengan skala yang lebih besar. Kemudian dikaji lagi untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lebih menguntungkan dan lebih ekonomis. Setelah ini semua mantap, maka dibuatlah gambar yang lebih lengkap.

Gambar detail dibuat dengan skala yang cukup besar, supaya ada gambaran yang jelas tentang seluruh pekerjaan yang diperlukan lengkap dengan biaya-biayanya.

Dari uraian diatas maka jelas bahwa dalam bidang pembangunan konstruksi sangat diperlukan pengetahuan tentang gambar-gambar konstruksi. Pengetahuan tentang gambar konstruksi sudah cukup jika :

a. Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya :

• Gambar pasangan batu

• Gambar pekerjaan beton

• Garis-garis yang kelihatan

• Garis-garis yang tak kelihatan

b. Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya gambar bestek, gambar konstruksi / detail, dsb.

c. Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.

1.2. FUNGSI GAMBAR

Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :

• Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.

• Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.

(14)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2

1. Alat penyampaian informasi

Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat oleh seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencananya. Ini suatu bukti bahwa melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar.

2. Alat menyimpan data

Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data. Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan.

Sebagai contoh suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan pengarsipan gambar yang baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan jembatan dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan beban kendaraan yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat disimpang dengan menggunakan micro-film, dimana penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama.

1.3. GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK

Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai bahasa teknik. Dengan gambarr, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk menyampaikan ide / gagasan yang ada dipikiran seseorang untuk disampaikan kepada orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar, oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan obyektive.

Sebuah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambang- lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.

(15)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab I : Pendahuluan

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-3

1.4. JENIS GAMBAR KONSTRUKSI

Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :

• Gambar rencana

• Gambar kerja (shop drawing)

• Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)

Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu gambar dengan skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-hal yang perlu dijelaskan lebih rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa gambar potongan dan gambar tampak.

Gambar desain adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula gambar desain yang disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan negosiasi atau konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati / disetujui oleh Pengguna Jasa dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau pelelangan.

Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar- gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam dokumen tender. Gambar kerja harus mendapat persetujuan Pengawas / Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi.

Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi dan perawatan dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga record drawing.

(16)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

II-1

B B AB A B I II I

PE P EN NY YA AJ J IA I AN N G GA AM MB BA AR R

2.1. UKURAN KERTAS GAMBAR

Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran kertas gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan seri A yang diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.

Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2, dengan perbandingan ukuran panjang kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan membagi 2 ukuran yang mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0, ukuran A2 mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran setengah A2, ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas gambar dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. : Ukuran Kertas.

Lambang Panjang (mm) Lebar (mm)

A0 1.189 841

A1 841 594

A2 594 420

A3 420 297

A4 297 210

2.2. GARIS BATAS ATAU GARIS TEPI

Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas / tepi pada kertas gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm untuk kertas ukuran A0 dan A1.

Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3 dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10 mm. Untuk keperluan pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk menjepit kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga bila sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas gambar perlu disiapkan tempat untuk menjilid bundel kertas gambar tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri kertas gambar biasanya jarak garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya diambil

(17)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

II-2 30 sampai 40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis tepi ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.

2.3. KEPALA GAMBAR

Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai berikut :

• Nomor gambar

• Judul gambar

• Nama perusahaan

• Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab

• Keterangan gambar, seperti skala gambar

• Tempat untuk menulis catatan penting, dll.

Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun untuk kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang kekiri atau keatas sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada sisi bawah gambar sepanjang ukuran kertas gambar atau pada sisi kanan kertas gambar selebar ukuran kertas gambar, ada pula pada sisi atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.

Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang ditentukan oleh Pengguna Jasa.

Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti Gambar 2.3.

Garis tepi

(18)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

II-3 PROYEK PENINGKATAN JALAN ARJUNA DKI JAKARTA

CATATAN DENAH JALAN No. 2/8

NAMA TANDA-TANGAN

DIGAMBAR DIPERIKSA DISETUJUI Skala 1 : 100

Gambar 2.3. : Contoh Kepala Gambar Dan Letaknya.

2.4. SKALA GAMBAR

Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :

• 1 : 5

• 1 : 10

• 1 : 20

• 1 : 50

• 1 : 100

Kepala gambar

(19)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab II : Penyajian Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

II-4

• 1 : 200

• 1 : 500

• 1 : 1.000

Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan seterusnya hingga 1 : 50.000

Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi gambar adalah :

• Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000

• Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50

• Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5

(20)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-1

BA B AB B I II II I

KO K OD D EF E FI IK KA AS SI I D DA AN N S SI IM MB B OL O L G GA AM MB BA AR R

3.1. GARIS

Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya.

Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya terdiri dari 3 jenis, yaitu :

• Garis nyata atau garis penuh

• Garis putus-putus

• Garis putus titik

Jenis garis yang lain misalnya :

• Garis titik-titik

• Garis putus dengan dua titik

Garis-garis tersebut di atas menurut tebalnya, dibagi menjadi 3 jenis garis, yaitu :

• Garis tebal

• Garis sedang

• Garis tipis

Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7 : 0,5.

Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan garis sebenarnya juga tergantung dari besarnya gambar.

Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :

• Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar. Selain itu garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda. Tetapi garis benda biasanya dibuat dengan ukuran sedang.

• Garis tipis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran, garis penunjuk dan garis arsir.

• Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda yang mana dari arah kita memandang garis tersebut sebenarnya tidak terlihat.

• Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu (garis simetri), garis potong bidang benda, garis pada benda yang berada dibelakang kita. Bisa saja garis putus maupun garis putus-titik dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi keterangan.

(21)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-2

3.2. HURUF DAN ANGKA

Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keragu- raguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah :

• Dapat terbaca dengan jelas

• Bentuknya seragam, konsisten

Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang dipakai oleh ISO 3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 3.2.1. dan Gambar 3.2.2. Ukuran huruf secara umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf terhadap lebarnya adalah 3 : 2

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

[(!?.,”-=+x√%&)]Ø 0123456789IVX

10 mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

8 mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

6,3 mm A B C D E F G H I J

5 mm K L M N O P Q R S T

4 mm U V W X Y Z

3,2 mm a b c d e f g h i j 2,5 mm k l m n o p q r s t

2 mm u v w x y z

Gambar 3.2.1.:

Bentuk Huruf Sesuai Standar ISO

Gambar 3.2.2. : Bentuk Huruf Sesuai Standar JIS

(22)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-3

3.3. GAMBAR JALAN

Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.

Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti contoh gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar tersebut.

0 5 10 km

Gambar 3.3.1. : Simbol Mata Angin

Simbol-simbol yang sering dipakai biasanya dikumpulkan dalam satu daftar yang biasa disebut Legenda (Legend) seperti contoh pada Lampiran.

3.4. GAMBAR BETON BERTULANG

• Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm.

• Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah balok sampai tepi atas balok.

• Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.

• Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.

• Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.

• Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm.

• Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100

U

(23)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab III : Kodefikasi dan Simbol Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) III-4

Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas.

Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu segitiga, dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :

Tulangan bawah :

Letak batang pada tulangan bersilangan adalah :

Lapis terbawah, penulangan atas atau bawah :

Lapis teratas, penulangan bawah atau atas :

Pada Lampiran diberikan contoh-contoh gambar pekerjaan beton bertulang.

(24)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-1

B BA AB B I IV V

GA G AM MB B AR A R T TE EK KN N IK I K J JA AL LA AN N D D AN A N D DE ES SA AI IN N

4.1. DESAIN GEOMETRIK

4.1.1. DESAIN PARAMETER

Desain geometrik dari sebuah jalan tergantung dari beberapa faktor, misalnya volume lalu-lintas, muatan gandar, desain kecepatan dan kondisi lokasi atau daerah.

Kondisi daerah dapat digolongkan pada 3 kategori :

Kategori daerah Kemiringan

Datar < 10 %

Berbukit-bukit 10 – 25 % Bergunung-

gunung

> 25 %

Konstruksi jalan kabupaten didasarkan pada perkiraan dari rata-rata volume lalu-lintas tiap hari selama 5 tahun yang akan datang.

Bab ini antara lain akan menjelaskan penggunaan data volume lalu-lintas untuk menentukan ketebalan, yaitu pada sub-bab Desain Perkerasan.

4.1.2. ALINYEMEN HORIZONTAL DAN SUPER-ELEVASI

Perubahan besar pada alinyemen horizontal dan vertikal sejauh mungkin harus dihindari.

Perubahan besar hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan dan keadaan medan / lokasi mengijinkan terutama ditinjau dari segi biaya.

Jika kendaraan melintasi suatu lengkung bundar, akan mengakibatkan suatu gaya sentrifugal yang mana harus cukup untuk dapat dilalui pada jalan tikungan. Untuk menentukan jari-jari dan kecepatan, suatu usaha harus dibuat untuk menjaga agar kendaraan tetap pada jalurnya. Dalam desain jalan, usaha ini diberikan oleh gesekan tepi antara roda dan perkerasan dibantu dengan super-elevasi.

Untuk nilai kecil dari super-elevasi dan gesekan samping, rumus berikut dapat dipakai :

(25)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-2

R . g f v

e  

atau R 127

V2

di mana :

e = Super-elevasi perkerasan (tangen dari pada sebuah sudut), yang diambil adalah nilai positifnya apabila perkerasan jatuh pada pusat tikungan.

f = Koefisien gesekan antara roda kendaraan dengan perkerasan jalan. Ini diambil dari nilai positif, apabila tenaga gesekan pada kendaraan menuju ke pusat tikungan.

g = Gravitasi bumi = 9,8 m/det2 v = Kecepatan kendaraan (m/det) V = Kecepatan kendaraan (km/jam) R = Jari-jari lengkung (m)

Jari-jari lengkung minimum (R) dan super-elevasi (e) untuk bermacam-macam desain kecepatan V (km/jam) seperti pada Tabel 4.1.2.1.

Jari-jari minimum tanpa super-elevasi diberikan pada Tabel 4.1.2.2.

Tabel 4.1.2.1. : Jari-Jari Minimum (M) – Super-Elevasi (%).

Jari-jari Kecepatan rencana

30 40 50 60 70 80

Kemiringan nominal (e)

3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3

> 300 x x x x x x x x x x x x x

275 – 300 x x x x x x x x x x x x x

250 – 275 x x x x x x x x x x x x 3,0

225 – 250 x x x x x x x x x x x 5,0 3,0

200 – 225 x x x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 3,0

175 – 200 x x x x x x x x 3,0 5,0 3,0 5,0 5,0

150 – 175 x x x x x x x 5,0 3,0 5,0 4,5 5,0 6,6

135 – 150 x x x x x 6,0 3,0 5,0 3,5 5,0 6,0 6,0 8,5 120 – 135 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 4,7 5,0 7,5 7,5 10 110 – 120 x x x x 5,0 6,0 3,0 5,0 5,8 5,0 8,8 8,8 10

(26)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-3

Jari-jari Kecepatan rencana

30 40 50 60 70 80

Kemiringan nominal (e)

3 5 6 3 5 6 3 5 3 5 3 5 3

100 – 110 x x 6,0 3,0 5,0 6,0 3,0 5,0 7,0 5,0 10 10 10 90 – 100 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 4,8 5,0 8,2 8,2 10 10 10 80 – 90 x 5,0 6,0 3,0 5,0 6,0 6,2 6,2 10 10 10 10 10 70 – 80 3,0 5,0 6,0 3,6 5,0 6,0 8,0 8,0 10 10 10 10 60 – 70 3,0 5,0 6,0 5,2 5,0 10 10 10 10 10 10 10 50 – 60 3,0 5,0 6,0 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 45 – 50 3,6 5,0 6,0 9,3 9,3 10 10 10 10 10 10 10 40 – 45 4,8 5,0 6,0 10 10 10 10 10 10 10

35 – 40 6,2 6,2 6,2 10 10 10 10 10 30 – 35 8,5 8,5 8,5 10 10 10

25 – 30 10 10 10

Tabel 4.1.2.2. : Jari-Jari Minimum Super-Elevasi.

Kecepatan rencana

Jari-jari minimum

(km/jam) Punca k

3 % 5 % 6 %

80 260 (290) (300)

70 220 250 (270)

60 185 210 (230)

50 150 175 (190)

40 110 135 150

30 75 95 110

4.1.3. ALINYEMEN VERTIKAL

(27)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-4

Alinyemen vertikal sangat berpengaruh pada biaya konstruksi jalan. Maka, kemiringan yang memanjang harus diperhitungkan secara lebih berhati-hati, mengingat kondisi daerah untuk dapat mencapai desain jalan yang sempurna yang juga mempunyai sifat- sifat keindahan.

a. Gradien (tanjakan)

Maximum desain tanjakan untuk jalan-jalan kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.a.

Tabel 4.1.3.a. : Standar Perencanaan Untuk Jalan Kabupaten.

Klasifikasi jalan Kelas III A Kelas III B Kelas III C

Type perkerasan Aspal

(Lapen, Lasbutag)

Aspal (Lasbutag,

Burda)

Kerikil / Waterbound macadam dg seal coat (Burda, Buras,

Latasbum)

Kerikil / Japat with seal coat (Burtu, Buras, Latasbum) Volume lalu-lintas harian rata-

rata (kendaraan roda 4) 3.000 – 500 500 – 200 300 – 50 < 50

Daerah dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng dtr bkt gng

Jumlah jalur 2 2 2 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1+ 1 1 1

Kecepatan disarankan 70 60 40 70 40 30 60 40 30 50 30 riz

rencana (km/jam)

minimum 30 30 30 30 30 riz 30 30 riz 30

Landai disarankan 4 5 8 4 6 8 4 7 8 5 8 12

(%) maximum 7 8 10 7 8 10 7 9 12 7 12 16

Lebar bahu jalan disarankan 2,0 1,5 1,0 1,5 1,5 1,0 1,5 1,0 1,0 1,0 1,0 0,7 5

(m) minimum 1,5 1,0 0,7

5

1,0 1,0 0,7 5

1,0 0,75 0,75 0,7 5

0,7 5

0,7 5

Lebar perkerasan

disarankan 10, 0

9,0 9,0 8,0 7,5 6,5 7,5 6,5 6,5 5,5 5,5 5,5 jalan (m) minimum 7,5 6,5 6,0 5,5 5,5 5,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 4,0

Total lebar jalan disarankan 16 12 12 12

(m) minimum 12 10 10 8

Kemiringan disarankan 3 4 5 6

maximum (%) maximum 4 5 6 7

Riz = Realizable (dapat dicapai)

Apabila mendesain sebuah tanjakan, perhatian harus ditujukan pada panjangnya (panjang kemiringan kritis), dimana masih dapat menghasilkan kecepatan tetap tanpa menghambat arus lalu-lintas. Tabel di bawah ini menunjukkan panjang kritis yang dapat dipergunakan pada kemiringan tertentu.

(28)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-5

Landai (%)

3 4 5 6 7 8 10 12

Panjang (m)

480 330 250 200 170 150 135 120

b. Lengkung vertikal

Potongan memanjang jalan terdiri dari jalan lurus (landai) yang dihubungkan oleh lengkungan. Lengkungan-lengkungan dapat diketahui sebagai lengkung vertikal dan usulannya yang terdiri dari 2 maksud, yaitu :

• Melancarkan jalan lintasan kendaraan dari tanjakan yang satu dan yang lainnya.

• Meningkatkan jarak pandang di seberang persimpangan pada tanjakan.

Lengkung vertikal cembung dapat diketahui dari puncaknya atau bagian atas dan lengkung vertikal cekung adalah sebaliknya.

Biasanya spesifikasi jarak pandang ditetapkan dari panjang puncak lengkung vertikal.

Pada salah satunya diperlukan kenyamanan perjalanan atau tidak perlu panjang minimum jarak pandang yang pasti, dimana ada kelebihan batasan sampai garis pandang.

Lengkung vertikal biasanya berbentuk parabola. Selain itu, lengkung vertikal bisa berbentuk bundar. Tabel 4.1.3.b. dan 4.1.3.c. menggunakan data vertikal bundar.

Panjang puncak lengkung vertikal untuk memberikan jarak pandang diberikan rumus seperti tersebut dibawah ini :

V.h1 V.h2

A D 200 2

L  

(29)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-6

Tabel 4.1.3.b. : Panjang Lengkung Vertikal Cembung (M) Untuk Jalan 2 Jalur Berdasarkan Jarak Pandangan Menyiap (Henti).

Landai Kecepatan rencana ( V = km/jam )

V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30

0 – 1 52 47 30 23 20

1 – 2 300 47 30 23 20

2 – 3 650 300 50 23 20

3 – 4 900 430 160 23 20

4 – 5 > 1.000 550 225 50 20

5 – 6 > 1.000 650 275 85 20

6 – 7 > 1.000 790 325 120 20

7 – 8 > 1.000 900 380 145 25

8 – 9 > 1.000 > 1.000 440 160 40

9 – 10 > 1.000 > 1.000 500 170 55

10 – 11 > 1.000 > 1.000 540 200 60

11 – 12 > 1.000 > 1.000 575 220 75

12 – 13 > 1.000 > 1.000 600 230 90

13 – 14 > 1.000 > 1.000 750 260 100

Tabel 4.1.3.c. : Panjang Lengkung Vertikal Cekung (M).

Landai Kecepatan rencana ( V = km/jam )

V = 80 V = 60 V = 50 V = 40 V = 30

0 – 1 45 35 30 23 18

1 – 2 45 35 30 23 18

2 – 3 46 35 30 23 18

3 – 4 53 35 30 23 18

4 – 5 102 60 37 23 18

5 – 6 133 78 48 23 18

6 – 7 155 93 58 35 18

7 – 8 180 110 68 42 25

8 – 9 205 125 75 45 32

9 – 10 230 143 85 55 38

10 – 11 253 155 95 58 40

11 – 12 278 173 103 63 42

1. Bila panjang lengkung adalah kurang dari jarak pandang yang diminta :

V.h1 V.h2

2

A D 200 2

L  

(30)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-7

2. Bila panjang lengkung adalah lebih tinggi dari jarak pandang yang diminta :

1 2

2

2

h . V h . V 200

A L D

 

L = Panjang lengkung vertikal (m) D = Jarak pandang (m)

A = Perbedaan kemiringan secara aljabar (%) h1 = Tinggi penglihatan diatas jalan = 1,15 m h2 = Tinggi obyek diatas jalan

= 1,15 m, apabila berada di kendaraan yang lain.

= 0,20 m, apabila obyek berada diatas tanah.

Nilai h1 dan h2 yang dipakai dalam rumus adalah hubungan antara panjang lengkung vertikal, jarak pandang dan perubahan kemiringan.

Panjang lengkung vertikal miring untuk jarak pandang diberikan rumus seperti tersebut dibawah ini :

1. Dimana panjang lengkung, kurang dari jarak pandang yang dibutuhkan :

A D 5 , 3 D 150 2

L 

 (m)

2. Dimana panjang lengkung, lebih besar dari jarak pandang yang dibutuhkan :

D 5 , 3 150

A D D

2

L

2

 

(m)

4.2. DESAIN PERKERASAN JALAN KABUPATEN

Pada umumnya desain perkerasan berdasarkan pada :

• Volume lalu-lintas selama periode desain (biasanya minimum 10 tahun).

• Berat kendaraan yang melalui jalan tersebut.

• Nilai CBR dari tanah dasar.

• Material yang tersedia untuk pembangunan jalan.

(31)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-8

Ahli teknik bidang jalan harus mengetahui material yang berkualitas rendah secara tidak langsung akan menambah ketebalan lapisan apabila dibandingkan dengan ketebalan yang dibuat dengan material yang memenuhi standar yang lebih tinggi.

Penentuan tebal perkerasan didasarkan pada buku PETUNJUK PERENCANAAN PERKERASAN UNTUK JALAN KABUPATEN, adapun ketentuan-ketentuan dasarnya adalah sebagai berikut :

a. Pada umumnya, perencanaan tebal perkerasan jalan kabupaten tidak memberikan ketebalan yang terlalu tinggi jika CBR tanah dasar > 5 %. Jika kondisinya memungkinkan, CBR tanah dasar yang nilainya < 5 % perlu diperbaiki agar mencapai nilai yang > 5 % dengan cara-cara yang biasa berlaku.

b. Sebagai petunjuk praktis, berikut ini diberikan tabel perkerasan jalan kabupaten yang dihitung dengan umur rencana 10 tahun (Tabel 4.2.). Jika dikehendaki perencana dapat menghitung lebih teliti tebal perkerasan jalan yang diperlukan, sesuai dengan data yang tersedia.

c. Nilai tebal lapis perkerasan :

• Tebal perkerasan LPA ditetapkan min.15 cm.

• Jumlah beban kumulatif standar sumbu tunggal dapat didekati dengan perkiraan kelas jalan.

Tabel 4.2. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur.

Klasifikasi CBR AC ATB Macada

m

Sirtu

jalan (cm) (cm) (cm) (cm)

Lokal 6 5 5 20 15

Lokal 5 5 5 20 15

Lokal 4 5 5 20 20

CBR tanah dasar :

Kondisi CBR

Amat baik Didasarkan pada CBR 24 %

Baik Didasarkan pada CBR 8 %

Sedang Didasarkan pada CBR 5 % Buruk Didasarkan pada CBR 3 % Amat buruk Didasarkan pada CBR 2 %

(32)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-9

4.3. DESAIN PERKERASAN JALAN ARTERI

Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen No. SNI 1732-1989-F.

4.3.1. KOEFISIEN KEKUATAN RELATIF

Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang stabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah).

Daftar koefisien kekuatan relatif ditentukan menurut Tabel 4.3.1.

(33)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-10

Tabel 4.3.1. : Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien kekuatan relatif Kekuatan Bahan

Jenis Bahan a1 a2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm2) CBR (%)

0,40 - - 744 - -

0,35 - - 590 - - Laston

0,32 - - 454 - -

0,30 - - 340 - -

0,35 - - 744 - -

0,31 - - 590 - - Lasbutag

0,28 - - 454 - -

0,26 - - 340 - -

0,30 - - 340 - - HRA

0,26 - - 340 - - Aspal Macadam

0,25 - - - Lapen(mekanis)

0,20 - - - Lapen(manual)

- 0,28 - 590 - -

- 0,26 - 454 - - Laston Atas

- 0,24 - 340 - -

- 0,23 - - - - Lapen (mekanis)

- 0,19 - - - - Lapen (manual)

- 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg semen

- 0,13 - - 18 -

- 0,15 - - 22 - Stab. tanah dg kapur

- 0,13 - - 18 -

- 0,14 - - - 100 Batu pecah (kelas A)

- 0,13 - - - 80 Batu pecah (kelas B)

- 0,12 - - - 60 Batu pecah (kelas C)

- - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A)

- - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B)

- - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C)

- - 0,10 - - 20 Tnh/lempung kepasiran

(Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, 1987).

Koefisien kekuatan relatif bahan untuk Cement Treated Base (CTB) sebagai berikut :

• CTB dengan kuat tekan > 45 kg/cm2 : a = 0,23

• CTB dengan kuat tekan 28 - 45 kg/cm2 : a = 0,20

(34)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-11

• CTB dengan kuat tekan < 28 kg/cm2 : a = 0,15

(Sumber : Teknik Jalan Raya, Clarkson H Oglesby, R Gary Hicks, Jilid 2, 1996).

4.3.2. BATAS MINIMUM TEBAL PERKERASAN

1. Lapis permukaan.

ITP Tebal min.

(cm)

Bahan

< 3,00 5 Lapis pelindung : Buras, Burtu, Burda

3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA,

Lasbutag, Laston

6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA,

Lasbutag, Laston 7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston

 10,00 10 Laston

(Sumber : Petunjuk Perencanaantebal Perkerasan Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, 1987).

2. Lapis pondasi.

ITP Tebal min.

(cm)

Bahan

< 3,00 15 Batu pecah,stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur.

3,00 – 7,49 20 *) 10

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur.

Laston atas.

7,50 – 9,99 20 15

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, Macadam.

Laston atas

10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas.

 12,25 25 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, Macadam, Lapen, Laston atas.

(Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen, 1987).

*) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material berbutir kasar.

(35)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-12

3. Lapis pondasi bawah.

Untuk setiap nilai ITP, bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm.

4.3.3. PENDEKATAN DESAIN TEBAL PERKERASAN

Pendekatan desain tebal perkerasan lentur (full depth pavement) dapat dilakukan untuk perkiraan / pendekatan awal guna keperluan-keperluan khusus dan tertentu dengan asumsi-asumsi, peng-kondisi-an, tentang parameter-parameter yang dibutuhkan untuk penentuan / perencanaan tebal perkerasan lentur.

Tabel 4.3.3. : Pendekatan Desain Tebal Perkerasan Lentur.

Klasifikasi

jalan CBR AC (cm)

ATB (cm)

Macadam (cm)

Sirtu (cm)

AC (cm)

ATB (cm)

CTB (cm)

Sirtu (cm)

Arteri 6 5 7 30 40 - - - -

Arteri 5 5 7 30 40 - - - -

Arteri 4 5 7 35 40 - - - -

Arteri 6 - - - - 5 7 25 25

Arteri 5 - - - - 5 7 25 25

Arteri 4 - - - - 5 7 25 30

Kolektor 6 5 7 20 25 - - - -

Kolektor 5 5 7 20 25 - - - -

Kolektor 4 5 7 20 30 - - - -

Kolektor 6 - - - - 5 7 20 10

Kolektor 5 - - - - 5 7 20 10

Kolektor 4 - - - - 5 7 20 15

4.4. DESAIN JEMBATAN

Desain jembatan untuk jalan lokal (jalan transmigrasi, perkebunan, jalan kabupaten, dll.) harus memakai standar Bina Marga :

• Standar spesifikasi untuk konstruksi jembatan Bina Marga No. 04/ST/BM/1974.

• Spesifikasi pembebanan jembatan Bina Marga No. 12/1970.

Daya muat jembatan untuk jalan kabupaten yang diijinkan oleh Bina Marga adalah seperti berikut :

Kelas LHR Desain Jembatan Catatan

(36)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab IV : Gambar Teknik Jalan dan Desain

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)

IV-13

Jalan (beban)

III A 3.000 – 500 70 % BM Jembatan permanen III B 500 – 200 70 % BM Jembatan permanen / kayu

200 – 50 50 % BM Jembatan kayu

III C < 50 50 % BM Jembatan kayu

(37)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-1

BA B AB B V V

KE K EL LE EN NG GK KA AP PA AN N G GA AM MB B AR A R

5.1. UMUM

Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut.

Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :

1.

Halaman sampul.

2.

Daftar gambar.

3.

Daftar singkatan dan simbol.

4.

Gambar situasi.

5.

Denah perencanaan jalan (plan).

6.

Potongan memanjang (profile).

7.

Potongan melintang jalan (cross section).

8.

Denah perencanaan drainase.

9.

Potongan memanjang saluran.

10.

Gambar detail.

11.

Gambar perencanaan traffic engineering.

12.

Gambar standard.

5.2. HALAMAN SAMPUL

Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :

• Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.

• Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.

• Siapa konsultan perencana-nya.

5.3. DAFTAR GAMBAR

Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang

(38)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-2

sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan setelah huruf kapital tersebut di atas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah lembarnya.

5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah (khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar perencanaan / kerja.

5.5. GAMBAR SITUASI

Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan seperlunya.

5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN)

Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.

Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta fasilitas-fasilitas jalan.

5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE)

Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan rencana dasar saluran.

(39)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-3

5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION)

Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi, kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.

5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE

Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup.

5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN

Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk pembuatan saluran air.

5.11. GAMBAR DETAIL

Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 : 10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan : detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll.

(40)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab V : Kelengkapan Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) V-4

5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING

Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar- gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain : perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light, dll.

5.13. GAMBAR STANDARD

Gambar standard, antara lain : marka jalan, rambu jalan, penerangan jalan termasuk pondasinya, lampu lalu-lintas, kerb, guardrail, patok KM, guide post, bisa juga box culvert, gorong-gorong bulat, dll.

(41)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) VI-1

BA B AB B V VI I

SI S IS ST TE EM MA AT TI IK KA A D D AN A N C C ON O N TO T OH H G GA AM MB B AR A R

6.1. SISTEMATIKA GAMBAR

Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari :

No. Kode Gambar

SAMPUL SAMPUL A UMUM 1. A/1/1 Daftar gambar 2. A/2/1 Peta lokasi proyek 3. A/2/2 Key Plan

4. A/2/3 Peta Quarry

5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum 6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan

B TYPICAL CROSS SECTION 7. B/1 Typical Cross Section Type I 8. B/2 Typical Cross Section Type II

C ALIGNMENT LAYOUT

9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750 10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500

D PLAN & PROFILE

11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750 12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500

E CROSS SECTION

13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500 14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000

F INTERSECTION

15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000

16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000 17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000

G STRUKTUR

18. G/1/1 Tampak samping jembatan 19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan 20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section 21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement 22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder 23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement 24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab 25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement 26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing 27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement 28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment 29. G/1/12 Detail pondasi

30. G/1/13 Detail Expansion Joint

(42)

Modul SIR-04 : Gambar Teknik Bab VI : Sistematika dan Contoh Gambar

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) VI-2

No. Kode Gambar

H DRAINASE

31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750 32. H/2/1 Ditch – Type I

33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I 34. H/4/1 Catch Basins – Type I

35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert 36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I 37. H/6/1 Box Culvert – Type I

38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I 39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I

40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I 41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II 42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement 43. H/6/10 Sub Surface Drain

I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION 44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I 45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II 46. I/2/1 Bar Reinforcement

47. I/3 River Bank Slope Protection 48. I/4 Rip-rap Slope Protection

J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING

49. J/1 Curb

50. J/2/1 Median 51. J/3 Concrete Barrier 52. J/4/1 Side-walk 53. J/5/1 Island

54. J/6/1 U-Turn – Type I 55. J/7 Truck Parking Area 56. J/8/1 Traffic Signs 57. J/9/1 Road Marking 58. J/10 Guardrail 59. J/11 KM Post 60. J/12/1 Lighting – Type I 61. J/13 Bus Bay 62. J/14/1 Lanscape Plan 63. J/14/2 Detail planting plan 64. J/14/3 Description of planting plan

6.2. CONTOH GAMBAR

Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan contoh dari proyek-proyek dari instansi :Depatemen Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.

(43)

L L A A M M P P I I R R A A N N

C C o o n n t t o o h h Ga G a m m b b a a r r - - g g a a m m b b a a r r P P r r o o ye y e k k

(44)

Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-1

(45)

Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-2

(46)

Modul SIR-04 Gambar Teknik Lampiran

Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) L-3

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi dari penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering untuk mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses

Penerapan model hasil analisis CI pada Sapi Bali di Kabupaten Pringsewu dengan nilai rata-rata kondisi nyata di lapangan dapat diartikan bahwa lama thawing yang dilakukan

4). Program pengembangan bidang Kelembagaan dan Organisasi. Reorientasi dan hasil kerja yang mendalam serta diperkuat dengan profesionalisme, upaya yang sungguh-sungguh

Proses pelatihan diawali dengan input citra digital, kemudian ditransformasi dari Red Green Blue (RGB) ke Grayscale, ekstraksi fitur tekstur dengan GLCM dan

URAIAN Time Days Persons Unit CONTRACT AMENDMENT XI INVOICE LALU INVOICE SAAT INI INVOICE S/D SAAT INI SISA KONTRAK.. BREAKDOWN OF

Penerimaan yang diperoleh petani ubi kayu lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan, berarti pengelolaan agribisnis ubi kayu di DAS Bengawan Solo Kabupaten

Kode etik pengelolaan perikanan bertanggung jawab ini pada prinsipnya mengamanahkan beberapa hal penting kepada negara pengguna sumberdaya ikan, yakni: harus

Agrobacterium-perantara transformasi genetika merupakan teknologi yang paling banyak digunakan untuk mengekspresikan protein rekombinan (yang dikode dari DNA hasil rekayasa