• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk membekali ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk membekali ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana untuk membekali ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar dapat mengembangkan keahlian yang dimiliki. Pendidikan di Indonesia terdiri dari beberapa tingkatan yaitu Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas/Kejuruan sederajat, dan Perguruan Tinggi. Setiap tahapan tersebut memiliki tujuan masing-masing yaitu meningkatkan mutu sumber daya manusia dan menyiapkannya untuk kehidupan di masa mendatang. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan program pendidikan yang fokus mengembangkan keahlian peserta didik sesuai dengan bidang yang diminati.

Program pendidikan kejuruan memiliki kesetaraan dengan pendidikan menengah atas, tetapi lebih memfokuskan terhadap pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan (Galvao, Marques & Marques, 2018: 720). Kualitas pendidikan kejuruan yang baik akan membantu terciptanya tenaga kerja sesuai dengan kriteria dunia usaha.

Pendidikan selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya menciptakan pembelajaran inovatif sesuai dengan perkembangan zaman.

Serdyukov (2017: 8) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan muncul dari berbagai bidang, seperti inovasi dalam teknik pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran dan teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat memiliki pengaruh di bidang pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Wong (2018: 181) juga menjelaskan bahwa inovasi sangat dibutuhkan dalam bidang pendidikan untuk membantu menumbuhkan kreativitas peserta didik.

Guru harus berpartisipasi aktif dalam menciptakan inovasi agar kreativitas dapat dikembangkan secara optimal. Kreativitas merupakan salah satu komponen utama yang harus dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia karena dapat berkontribusi terhadap pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif dan berpengaruh terhadap kualitas kemajuan bangsa.

(2)

Berkaitan dengan pembelajaran inovatif di atas, mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan yaitu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik untuk jenjang kelas XI di Sekolah Menengah Kejuruan. Peraturan Kurikulum 2013 Revisi Nomor 130/D/KEP/KR/2017 Pasal 8 menjelaskan bahwa penerapan mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan tergolong dalam Kompetensi Keahlian (C3), artinya penerapan mata pelajaran tersebut harus disesuaikan dengan keahlian spesifik yang dipelajari peserta didik pada bidang keahlian masing-masing (Kemdikbud, 2017). Peserta didik bidang keahlian akuntansi dapat menerapkan mata pelajaran tersebut dengan mengembangkan keterampilan berwirausaha dan menciptakan produk kreatif yang berhubungan dengan ilmu akuntansi. Kompetensi sesuai dengan peraturan harus mampu diwujudkan oleh lembaga pendidikan dan guru sebagai faktor penentu keberhasilan pembelajaran, tetapi faktanya peserta didik belum mampu mewujudkan kreativitas sesuai dengan kompetensi yang dipelajari. Berikut hasil kreativitas peserta didik dengan menggunakan skala likert 4 kategori menurut Sugiyono (2017: 134-135).

Tabel 1.1. Data Kreativitas Peserta Didik di SMK N 1 Surakarta, SMK N 6 Surakarta, SMK Batik 1 Surakarta, dan SMK Batik 2 Surakarta

Kategori Interval Jumlah %

Tinggi 147 – 180 21 26,25

Sedang 113 – 146 24 30

Rendah 79 – 112 35 43,75

Sangat Rendah 45 – 78 0 0

(Sumber: Data diolah, 2020)

Tabel 1.1 membuktikkan bahwa kreativitas peserta didik masih tergolong dalam kategori rendah yaitu 43,75%. Sementara itu, kreativitas dalam kategori sedang memiliki persentase 30% dan kategori tinggi hanya mencapai 26,25%.

Rendahnya kreativitas dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya indikator kreativitas yang belum mampu dicapai oleh peserta didik. Beberapa indikator kreativitas dijelaskan oleh Gralewski (2019: 145) bahwa peserta didik harus memiliki beberapa karakter seperti, ingenious, thinks outside the box, original, imaginative, innovator, analyzes problems, breaks patterns, dan perceptive.

Berikut capaian indikator kreativitas peserta didik.

(3)

Tabel 1.2 Capaian Indikator Kreativitas Peserta Didik di SMK N 1 Surakarta, SMK N 6 Surakarta, SMK Batik 1 Surakarta, dan SMK Batik 2 Surakarta

No Indikator Kreativitas Deskripsi Nilai

1 Ingenious Memiliki banyak ide dan berani

menyampaikan pendapat 67,46

2 Thinks outside the box Memiliki pemikiran yang berbeda

atau pemikiran luar biasa 71,69 3 Original Memiliki ide-ide yang bersifat

orisinal hasil pemikiran sendiri 70,70 4 Imaginative Mampu menciptakan karya sesuai

keadaan sebenarnya 70,21

5 Inovator Agen yang mampu merealisasikan

pembaruan ide 68,39

6 Analyzes problems Mampu mengatasi permasalahan

secara cermat 72,05

7 Breaks patterns Mampu mengembangkan pola-pola

berdasarkan ide yang dimiliki 70,00 8 Perceptive Memiliki wawasan luas dan

bertanggung jawab 68,71

Rata-rata Nilai Kreativitas 69,90 (Sumber: data diolah, 2020)

Pada tabel 1.2 di atas menunjukkan nilai rata-rata kreativitas hanya mencapai 69,90. Sementara itu, KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan sekolah sebesar 75 sehingga kreativitas peserta didik masih tergolong rendah. Hasil observasi juga membuktikan bahwa kreativitas peserta didik masih rendah karena belum mampu menciptakan produk kewirausahaan di bidang akuntansi. Produk yang dihasilkan, seperti produk makanan yang diolah secara langsung oleh peserta didik dengan didampingi guru. Pihak sekolah menyediakan beberapa tempat berupa tenda latih untuk membantu peserta didik mengolah bahan makanan tersebut menjadi produk makanan yang siap untuk dikemas dan dipasarkan. Adapun produk lain yang dihasilkan peserta didik yaitu kerajinan berupa gantungan kunci, kain jumputan, rotan dari bambu, dan tempat pensil dari kain flanel. Selain itu, wawancara dengan guru mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan menunjukkan bahwa rendahnya kreativitas peserta didik disebabkan kurangnya pengetahuan guru dalam mengajarkan kewirausahaan di

(4)

bidang akuntansi sehingga peserta didik kesulitan untuk memahami, menganalisis dan menciptakan produk-produk yang berhubungan dengan pengetahuan akuntansi.

Berdasarkan data pra penelitian di atas, dilakukan wawancara lebih lanjut dengan guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan untuk mengetahui analisis kebutuhan sehingga dapat membantu meningkatkan kreativitas peserta didik. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru membutuhkan bahan ajar berupa modul khusus untuk dijadikan sebagai pedoman pembelajaran dalam menciptakan produk kreatif sesuai dengan bidang keahlian akuntansi. Bahan ajar yang digunakan sebelumnya yaitu modul yang masih bersifat umum untuk semua bidang keahlian, seperti bidang keahlian pemasaran dan administrasi perkantoran. Jadi, keterbatasan isi dalam modul membuat kreativitas peserta didik kurang berkembang sehingga belum mampu menciptakan produk sesuai bidang keahlian akuntansi. Upaya guru untuk mewujudkan kreativitas peserta didik dalam membuat produk juga belum mampu diwujudkan secara nyata karena prosedur pengembangan dalam modul yang digunakan belum lengkap. Oleh karena itu, modul yang sesuai kebutuhan pendidik memiliki peran penting untuk mendorong terciptanya kreativitas peserta didik.

Mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan menuntut peserta didik memiliki kemampuan berpikir kreatif dengan menciptakan produk sesuai bidang yang dipelajari. Kreativitas yang rendah sebagai permasalahan utama pendidikan penting untuk dilakukan penyelesaian secara tepat agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan mengurangi angka pengangguran.

Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2020), terjadi peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia yang semula hanya 6,82 juta pada tahun 2019 menjadi 6,88 juta pada tahun 2020. Tingkat pengangguran yang meningkat didominasi oleh SMK sebesar 8,49%. Data tersebut didukung oleh Tulung (2020) yang menyatakan bahwa jumlah wirausaha Indonesia pada bulan Februari 2020 hanya mencapai 3,47%. Rasio wirausaha harus mencapai 4% agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi jumlah pengangguran (Republika, 2020). Hal ini sesuai dengan pernyataan Anosike (2019: 43) bahwa pendidikan kewirausahaan sangat

(5)

dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya peserta didik agar mampu menciptakan peluang ekonomi.

Implementasi kewirausahaan harus dibekali dengan kreativitas, seperti pendapat Maria-del-Mar, Camacho-Minano, dan Del Campo (2017: 673) yaitu sifat yang harus dimiliki wirausaha mampu berpikir kreatif dalam menciptakan inovasi produk. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kreativitas rendah akan kesulitan menjadi seorang wirausaha sehingga dampak yang ditimbulkan dalam jangka panjang dapat meningkatkan pengangguran. Tingkat kreativitas peserta didik sebagian besar ditentukan oleh guru dengan cara memberikan berbagai macam teknik pembelajaran seperti model, media dan bahan ajar yang tepat. Kreativitas peserta didik menurut Semmler, Uchinokura, dan Pietzner (2018: 4) dibentuk dengan model yang beragam melalui proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan melalui bantuan dari berbagai macam media. Penggunaan strategi pembelajaran tersebut dapat berjalan secara efektif, apabila dilengkapi dengan bahan ajar yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar merupakan susunan beberapa materi yang terstruktur disesuaikan dengan tujuan kurikulum sehingga membantu proses belajar peserta didik (Depdiknas, 2008). Selain itu, Sung, Chang, dan Liu (2016: 262) juga mengemukakan bahwa pembelajaran yang memerlukan interaksi peserta didik dapat dirancang melalui bahan ajar berupa modul khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing program. Modul yang dirancang juga harus menyesuaikan ketentuan kurikulum yang berlaku agar tujuan kompetensi dapat tercapai.

Peningkatan kreativitas pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan bertujuan untuk membantu peserta didik mendalami materi kewirausahaan dan materi akuntansi. Peserta didik diharapkan mampu berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan dan menciptakan produk-produk kewirausahaan sesuai dengan kebutuhan industri. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan ajar sebagai pedoman pembelajaran dan pengembangan produk berupa modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan khusus bidang keahlian akuntansi.

Modul tersebut harus berisi cakupan materi yang mendukung pengembangan kreativitas sehingga dibutuhkan model Project Based Learning. Pan, Seow, dan

(6)

Koh (2019: 169) menjelaskan bahwa Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan tantangan untuk menyelesaikan permasalahan nyata melalui pendekatan interdisiplin. Pengajaran melalui pendekatan interdisiplin mampu mendorong peningkatan terhadap kreativitas peserta didik. Selain itu, model tersebut mendorong guru untuk melakukan eksplorasi agar kreativitas peserta didik dapat meningkat (Sormunen, Juuti & Lavonen, 2019: 19).

Implementasi model Project Based Learning ini dapat mengembangkan kreativitas secara optimal, apabila dibantu dengan penggunaan media yang berorientasi pada pengembangan kewirausahaan di bidang akuntansi. Spreadsheet merupakan media yang dapat digunakan untuk mengolah data akuntansi untuk kegiatan bisnis. Hal ini juga diuraikan oleh Jannach, Schmitz, Hofer, Schekotihin, Koch, dan Wotawa (2019: 214) Spreadsheet merupakan media yang banyak digunakan dalam organisasi untuk kegiatan bisnis berupa pengendalian keuangan, akuntansi dan pengambilan keputusan untuk setiap periode. Pembelajaran berbasis media Spreadsheet akan membantu peserta didik lebih kreatif dalam menciptakan produk, seperti pembuatan laporan keuangan, penjualan, laporan dan daftar gaji secara sederhana. Pembuatan produk tersebut juga akan membantu para pengelola usaha mikro dalam melakukan pencatatan transaksi usahanya secara sederhana.

Berdasarkan data pra penelitian yang diperoleh di SMK N 1 Surakarta, SMK N 6 Surakarta, SMK Batik 1 Surakarta dan SMK Batik 2 Surakarta menunjukkan bahwa peserta didik memiliki kreativitas yang rendah. Produk yang dihasilkan belum sesuai dengan tujuan kompetensi, sedangkan ketentuan Kurikulum 2013 Revisi menjelaskan bahwa peserta didik harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk sesuai bidang keahliannya masing-masing. Kendala yang dihadapi yaitu guru memiliki pengetahuan kewirausahaan di bidang akuntansi yang masih kurang sehingga pemahaman peserta didik tentang pembuatan produk kreatif yang berhubungan dengan akuntansi masih terhambat. Sementara itu, bahan ajar sebagai pedoman untuk menumbuhkan kreativitas tersebut belum berkaitan dengan bidang keahlian akuntansi. Modul yang digunakan peserta didik masih fokus untuk semua bidang keahlian. Oleh karena itu, dibutuhkan modul yang sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat meningkatkan kreativitas peserta didik pada mata

(7)

pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Alasan ini menjadi dasar penelitian untuk mengetahui “Pengembangan Modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan Berbasis Model Project Based Learning dan Media Spreadsheet untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Bidang Keahlian Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Surakarta.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengembangan modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis model Project Based Learning dan media Spreadsheet yang layak untuk meningkatkan kreativitas peserta didik bidang keahlian akuntansi?

2. Bagaimana efektivitas modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis model Project Based Learning dan media Spreadsheet untuk meningkatkan kreativitas peserta didik bidang keahlian akuntansi?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengembangkan modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis model Project Based Learning dan media Spreadsheet yang layak untuk meningkatkan kreativitas peserta didik bidang keahlian akuntansi.

2. Mengukur efektivitas modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis model Project Based Learning dan media Spreadsheet untuk meningkatkan kreativitas peserta didik bidang keahlian akuntansi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah literatur di bidang pendidikan tentang modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis Project Based Learning dan media Spreadsheet untuk meningkatkan kreativitas peserta didik.

(8)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Pengembangan modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis Project Based Learning dan media Spreadsheet diharapkan menjadi salah satu strategi guru untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menciptakan beberapa produk kreatif.

b. Bagi Peserta Didik

Pengembangan modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis Project Based Learning dan media Spreadsheet diharapkan dapat membantu peserta didik dalam menciptakan produk kreatif sesuai bidang keahlian akuntansi.

c. Bagi Sekolah

Pengembangan modul dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran kepada sekolah sehingga kelas XI Akuntansi dapat menciptakan produk kreatif yang sesuai dengan bidangnya.

E. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Penelitian pengembangan modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis Project Based Learning dan media Spreadsheet untuk meningkatkan kreativitas peserta didik kelas XI Bidang Keahlian Akuntansi terdapat asumsi dan keterbatasan pengembangan sebagai berikut:

1. Asumsi

a. Modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan

Modul sebagai pedoman pembelajaran dapat membantu peserta didik menciptakan produk sesuai bidang keahlian akuntansi sehingga mendorong terciptanya pemikiran kreatif dalam menganalisis dan membuat produk yang memiliki nilai jual di masyarakat.

b. Project Based Learning

Project Based Learning membantu meningkatkan keahlian eksplorasi kreativitas sehingga peserta didik dapat menghasilkan suatu keputusan yang tepat untuk membuat produk kreatif.

(9)

c. Spreadsheet

Media Spreadsheet memudahkan peserta didik dalam membuat produk kreatif yang dapat dipasarkan kepada UMKM sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang usaha.

2. Keterbatasan

a. Subjek penelitian dan pengembangan modul Produk Kreatif dan Kewirausahaan berbasis Project Based Learning dan media Spreadsheet hanya untuk kelas XI Jurusan Akuntansi.

b. Media spreadsheet yang digunakan hanya dapat diterapkan untuk Bidang Keahlian Akuntansi.

Referensi

Dokumen terkait

The results showed that the conditions of the PCR reaction largely determine the amplification process for the identification disease resistance gene marker of tiger shrimp,

Laporan ini pada prinsipnya adalah rekam informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang disusun berdasarkan Peraturan Bupati

Dari hasil model regresi pengaruh PDRB, pengangguran, inflasi, dan dummy wilayah terhadap kemiskinan di 44 kota Indonesia tahun 2007-2010, dapat disimpulkan: 1) Besarnya angka

Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen perusahan di PT Keong Nusantara Abadi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk

Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan murtu melalui Manajemen Berbasis Sekolah, melakukan analisis lingkungan strategis dengan mengacu pada visi,

Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan

Konsekuensi lebih lanjut dari metode laku di atas tampak jelas, bahwa metode berfilsafat Damardjati Supadjar dimulai dari laku terhadap diri sendiri dan selalu

Untuk melakukan pengujian validitas terhadap instrumen penelitian strategi KMS yang nantinya akan diterapkan untuk meningkatkan kinerja dosen di STIKOM Bali dilakukan