• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP VARIETAS TANAMAN (STUDI KASUS VARIETAS TANAMAN JAMBU MADU HIJAU KABUPATEN LANGKAT) Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP VARIETAS TANAMAN (STUDI KASUS VARIETAS TANAMAN JAMBU MADU HIJAU KABUPATEN LANGKAT) Oleh :"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP VARIETAS TANAMAN (STUDI KASUS VARIETAS

TANAMAN JAMBU MADU HIJAU KABUPATEN LANGKAT)

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NAUFAL HIDAYAT NIM. 140200091

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam juga senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah MuhammadSAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan keselamatan dan keberkahan.

Skripsi dengan Judul“PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP VARIETAS TANAMAN (STUDI KASUS VARIETAS TANAMAN JAMBU MADU HIJAU KABUPATEN LANGKAT )” disusun untuk memenuhi tugas dan persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara .

Secara khusus saya mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Mistori dan Ibunda Sumiatin, yang telah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, dukugan bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai, sehingga saya dapat melanjutkan dan menyelesaikan study dengan baik.

Dalam proses penyususnan skripsi ini saya juga mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, Oleh karna itu, sebagaipenghargaan dan ucapan terimakasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada saya, saya menyampaikan terimakasih

kepada :

(4)

1. Kepada kedua Orang tua penulis yang sangat saya sayangi dan cintai, ayahanda Mistori dan ibunda saya Sumiatin yang tiada hentinya mengingatkan dan memberikan semangat serta nasihat kepada penulis selama penulis kuliah dan bisa sampai menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kedepannya tetap diberi kesehatan dan umur yang panjang.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.,M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi;

8. Ibu Dr. Tengku Keizeirina Devi Azwar, S.H. CN. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam setiap bimbingan, serta waktu yang Ibu berikan sehingga saya menyelesaikan skripsi ini;

9. Ibu Dr.Detania Sukarja, SH.,LLM selaku Dosen Pembimbing II.

Terimakasih atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang ibu berikan

(5)

selama ini disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;

10. Seluruh Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Seluruh staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi;

12. Ketiga saudaraku tersayang Abangda Faisal Amri Al-Azhari Syafrudin dan Adinda Alwan Hafiz Al- Farisi, yang tidak hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

13. Teman seperjuangan saya (Memo Bahari Sitorus, Muhammad Ardiansyah Harahap) yang selalu menemani saya dikala waktu senang dan susah yang terus mendukung dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman setambuk 2014 lainya yang selalu memberikan semangat terimakasih atas waktu dan bantuannya kepada penulis selama ini

15. Dini Fadillah Lubis yang selalu menemani dan mendampingi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini memberi semangat, dukungan pengorbanan baik itu waktu, tenaga dan lainya, sehingga penulis selalu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

(6)

16. Teman-teman Be-kombur Yaitu fachri husaini,Guivara,Faisal Mahyan,Muhammad Iqbal,Valdo,dan Farhan semoga kita menjadi sahabat dunia akhirat aminn.

17. Teman seperjuangan ku Nazri Ahsani,susah senang bareng dari sekolah sampai sekarang

18. Teman-teman di Pema USU dan di Kementrian Kajian Strategis semoga kita semua tetap amanah dalam menjalankan progja-progja yang sedang kita jalani saat ini.

19. Teman-teman organisasi baik internal maupun eksternal yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

20. Teman-teman seperjuangan di departemen hukum ekonomi yang sama berjuang untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatra Utara.

Medan, 19 Juli 2018 Penulis

Naufal Hidayat 140200091

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 11

D. Keaslian penulisan ... 12

E. Tinjauan Kepustakaan ... 14

F. Metode penelitian ... 17

G. Sistematika penulisan ... 20

BAB II BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI PERLINDUNGANVARIETAS TANAMAN DI INDONESIA ... 23

A. Gambaran umum tentang perlindungan varietas tanaman ... 23

1. Defenisi perlindungan varietas tanaman ... 23

2. Sejarah perlindungan varietas tanaman ... 25

B. Konvesi Internasional tentang pengaturan perlindungan Varietas Tanaman yang telah Diratifikasi Indonesia ... 27

C. Pengaturan perlindungan varietas tanaman di indonesia berdasarkan Undang-undang No 29 Tahun tentang perlindungan varietas tanaman ... 29

BAB III TANAMAN JAMBU MADU SEBAGAI OBJEK HAK VARIETAS TANAMAN... 34

A. Tinjauan Umum Tanaman Jambu Madu Hijau Di Kabupaten Langkat 1. Pengertian Varietas Jambu Air ... 34

2. Jenis-jenis Varietas Jambu Air ... 36

3. Varietas Jambu Madu Hijau ... 39

4. Perkembangan usaha jambu madu hjau di Kabupaten langkat .... 41

5. Permasalahan yang di hadapi dalam usaha jambu madu hijau di kabupaten langkat... 44

(8)

B. Tanaman Jambu Madu Hijau Sebagai Objek pemberian Hak Varietas Tanaman ... 47 1. Proses Permohonan dan Pemberian Hak terhadap Perlindungan

Varietas Tanaman ... 50 2. Berakhirnya jangka waktu Hak atas Perlindungan

Varietas Tanaman ... 55 3. Pembatalan Hak Perlindungan Varietas Tanaman ... 56 4. Pencabutan Hak Perlindungan Varietas Tanaman ... 58 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN

INTELEKTUAL TERHADAP VARIETAS TANAMAN

JAMBU MADU HIJAU KABUPATEN LANGKAT ... 62 A. Ruang Lingkup perilindungan Varietas Tanaman ... 66 B. Bentuk- Bentuk Pelanggaran Hukum Atas Perlindungan

Varietas Tanaman... 60 C. Penyelesaian Sengketa atas Pelanggaran Hukum Hak

Perlindungan Varietas Tanaman ... 76 D. Bentuk perlindungan hukum Perlindungan Varietas Tanaman

terhadap tanaman Jambu Madu hijau di Kabupaten Langkat ... 80 1. Instansi yang berwenang mengelola hak atas

Perlindungan Varietas Tanaman ... 81 2. Regulasi pemerintah dalam melaksanakan Perlindungan hak

atas Varietas Tanaman Jambu Madu hijau

Kabupaten Langkat ... 84 a. Bentuk regulasi yang bertujuan untuk kesejahteraan

dan membentuk kesadaran terhadap petani varietas Jambu Madu Hijau.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100 A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA

(9)

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP VARIETAS TANAMAN (STUDI KASUS VARIETAS

TANAMAN JAMBU MADU HIJAU KABUPATEN LANGKAT

ABSTRAK Naufal Hidayat*

Tengku Keizeirina Devi Azwar **

Detania Sukarja***

Perlindungan Varietas Tanaman merupakan suatu ketentuan dalam HAKI yang masih relatif baru dalam sejarah perlindungannya sebagai hak kebendaan immaterial yang diberikan kepada individu oleh negara. Perlindungan varietas tanaman (PVT) yang merupakan “Sui generis” daripaten merupakan perlindungan terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman yang mengandung unsur baru, unik, seragam,stabil (BUSS). Di Indonesia pengelolaan paten dan pengelola PVT tidak berada di satu tangan, paten berada di bawah kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia, sedangkan PVT dikelola di bawah kementrian pertaniaan Republik Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, maka keberadaan pemulia yang melakukan pemuliaan akan terlindungi, dimana pemulia menghasilkan varietas tanaman yang memenuhi ketentuaan Undang-Undang PVT tersebut dapat memperoleh hak PVT dan mendapatkan manfaat ekonomi dan hasil pemuliaanya itu.

Atas dasar peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT),yang mendapatkan perlindungan adalah varietas tanaman yang dihasilkan olehpemulia melalui kegiatan pemuliaan yang memiliki ciri-ciri: ungul dan potensial berkembang atau bernilai ekonomi, plasma nutfah, (SDG)dan aprent stock yang berharga dan berguna menghasilkan varietas hibrida atau varietas turunan esensial; memenuhi syarat BUSS (baru,unik,seragam,dan setabil).

Berbeda dengan tanaman hasil pemuliaan yang memperoleh perlindungan berdasarkan UU PVT, maka terhadap varietas tanaman local tidak dapat di PVT- kan, yang dapat dilakukan adalah mendaftarkannya. Pendaftaran varietas tanaman lokal oleh; Bupati/Walikot, dalam hal sebaran geografinya hanya dalam

(10)

1Kabupaten/Kota, Gubernur, apabila sebaran geografinya di beberapa Kabupaten/Kota dalam satu propinsi, pusat PVTPP, apabila sebaran geografinya di dalam beberapa kabupaten/kota dalam 1 propinsi.

Pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah apakah alasan pentingnya perlindungn terhadap Varietas Tanaman lokal? Apakah manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari pendaftaran terhadap varietas tanaman lokal? Siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari pendaftaran terhadap varietas tanaman lokal? Bagaimana manfaat lokal didasarkan atas beberapa alasan? Adanya tekananmemenuhi kebutuhan pangan akibat pertambahan populasi, keterbatasan lahan,stress air dan input pertaniaan; serbuan benih unggul baru ke dalam menejemenusaha tani; dan perkembangan teknologi dan menejemen usaha tani.Jika tidak ada perlindungan terhadap Varietas Tanaman lokal, maka varietas tanaman lo kal,tersebut akan semakin tersudut dan kemudian lenyap. Maka dari itu saya selaku penulis akan melaksanakan penelitian guna mempertahankan perkembangan teknologi dan menejemen tani atas perlindungan varietas tanaman, sehingga tanaman lokal dan benih benih tetap terjaga dalam hal pelestarian atas perlindungan varietas tanaman di bidang pertaniaan.

Kata Kunci : PerlindunganHak Varietas Tanaman, perkembangan teknologi dan menejemen tani

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke-IV menyatakan bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pengejawantahan alinea tersebut diuraikan lebih lanjut dalam Pasal 28C ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa:

”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”1

Ketentuan tersebut menyatakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia berkewajiban untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan memberikan kesempatan yang luas bagi rakyat untuk memperoleh dan mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya.

Era globalisasi saat ini, penghargaan terhadap hasil pengetahuan, seni dan budaya diakomodasikan melalui pemberian hak eksklusif bagi para penemu/pendapat,yaitu pengakuan terhadap hak kekayaan intelektual (selanjutnya disebut (HKI). Salah satunya adalah perlindungan varietas tanaman yang

1Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia UUD NRI 1945, Pasal 28 C ayat (1).

(12)

selanjutnya dsingkat PVT2, adalah perlindungan khusus yang diberikan oleh negara, yang dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan pelaksanaan nya dilakukan oleh kantor perlindungan varietas tanaman,terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Indonesia telah mengatur mengenai HKI melalui berbagai undang- undang.Berbagai pengaturan mengenai HKI tersebut juga berfungsi sebagai pelengkap dari Pasal 5 ayat (1),3 Pasal 20 ayat (2),4 dan Pasal 335 Undang-Undang UUD Negara RI Tahun 1945, serta Undang – Undang No 29 Tahun 2000 pasal (1) tentang Varietas Tanaman.6

Seperti halnya perlindungan desain dan paten,peraturan mengenai perlindungan varietas tanaman bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan para pemulia tanaman yang telah menemukan varietas tanaman baru dengan pemakai dan konsumen dari jenis varietas tanaman baru tersebut7.

2Indonesia (PVT) Undang-Undang tentang Perlindungan Varietas Tanaman UU No, 29 Tahun 200 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043, Pasal 1.

3Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

4Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

5 (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.’

6 Indonesia (PVT), op,cit

7Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual ( Suatu Penghantar), ( P.T Alumni 2011), halaman 230.

(13)

Sebagaimana halnya paten, apabila perlindungan tidak diberikan, perusahaan-perusahaan akan enggan melakukan investasi yang cukup besar untuk melakukan penelitian dan pengembangan varietas tanaman baru.

Alasannya adalah karna sifat alamiah dari varietas tanaman tersebut sangat mudah untuk diproduksi. Akibatnya, pihak ketiga memiliki kesempatan yang besar untuk menjual varietas tanaman tersebut dengan harga yang rendah mengingat dia tidak perlu melakukan investasi untuk penelitian.

Alasan lainya adalah berhubungan dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk dunia khusunya indonesia yang membutuhkan jumlah pangan yang lebih banyak. Pada akhir abad ini, diperkirakan jumlah penduduk dunia akan bertambah menjadi 6 Milyar, jiwa dan jumlah ini akan meningkat mejadi 8 miyar jiwa pada tahun 2020 nanti dan 10 miyar jiwa pada tahun 20358.Untuk menghidari bahaya kelaparan yang mugkin terjadi, diperlukan peningkatan produksi pertaniaan dalam jumlah besar. Karena lahan yang tersedia sangat terbatas, solusi satu-satunya yang bisa diharapkan adalah dengan menambah tingkat produksi per unit lahan pertaniaan. Kenyataan, melalui pembudidayaan secara alamiah, peningkatan produksi pertaniaan sejak ratusan tahun yang lalu berjalan sangat lambat.9 Meskipun demikian, dengan perkembangan bioteknologi sekarang ini serta penggunaan metode-metode pemisahan genetik secara langsung dan canggih, tingkat perbaikan hasil panen meningkat secara derastis. Dengan

8Eddy Daiman dkk, Hak Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), (Asian Law Group Pty.Ltd, Bandung 2011). halaman 230-231.

9Ibid

(14)

peningkatan tersebut, luas lahan pertaniaan yang dibutuhkan untuk produksi pangan dapat dijaga secara konstan.10

Untuk melengkapi peraturan di bidang HAKI, pada tanggal 20 Desember tahun 2000 pemerintah mengundangkan Undang-Undang PVT. Alasan utama di Undang-Undang kannya perlindungan varietas tanaman adalah untuk mendorong para peneliti di bidang tanaman meningatkan hasil penelitiannya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan sektor pertaniaan Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di pasar global.

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal 1 angka 3 Undang- Undang No. 29 tahun 2000, defenisi dari varietas Tanaman adalah sebagai berikut:

“sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,pertumbuhan tanaman, daun, bunga,buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang

menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.11

Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa varietas tanaman yang dihasilkan harus berbeda dengan varietas tanaman yang lain ditandai dengan perbedaan bentuk fisik sampai perbedaan karakteristik tamanan. Sebuah penelitian dan pengambilan data yang di ambil dari informan dan analisis dengan menggunakan (interactive models of analysis), hasil menunjukan bahwa indonesia merupakan sebagai salah satu negara Megabiodiversity, yang hanya mempunyai

10 Ibid,.

11Op, cit,. Pasal 1 angka 3.

(15)

sedikit plasma nutfah tetapi pada dasarnya tiap daerah memiliki potensi unggul yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pemuliaan tanaman dan dilindungi oleh PVT. PVT merupakan salah satu bentuk perlindungan hak ekonomi para pemulia tanaman, meskipun tiap tiap daerah memiliki potensi atas varietas nggulan yang dapat di minta permohonannya melalui PVT, tetapi pengetahuan masyarakan dan instansi terkait tentang perlidungan varietas tanaman masih kurang. Undang-Undangan dibidang PVT dan pangan belum mampu mendorong pemulia varietas tanaman menghasilkan bibit unggul tanaman pangan karena belum dapat melindungi hak ekonomi mereka.12

Salah satu alternatif untuk mengatasi persoalan kurangnya produk dan kurangnya luas lahan panen dalam hal pemuliaan tanaman adalah apabila tersedia bibit unggul yang dapat meningkatkan produktivitas. Ketersediaan varietas dan bibit unggul tersebut akan terpenuhi jika ada kegairahan pemulia maupu produsen untuk melakukan pemuliaan varietas, ini akan mereka lakukan apabila karya mereka di hargai dan dilindungi.

Dalam memasuki pembahasan tentang perlindungan varietas tanaman ada sebuah pengalaman hidup pada masa lalu, ketika kita menyantap nasi bersama hidangan lainya di meja makan, tak banyak orang yang bertanya nasi yang disantap itu berasa dari padi jenis apa. Dahulu ketika berumur 10 tahun, penulis masih sempat menyaksikan tanaman padi di sawah yang batang nya tinggi, bulirnya panjang dan usia panennya sekitar 6 (enam ) bulan bahkan ada yang

12Venantia Sri Hadiarianti, Op, cit,.Hlm. 67.

(16)

tujuh bulan. Padi jenis itu dikenal dengan nama “si jambu”. Kalau di tanak bau harumnya tercium sampai jarak beberapa meter.

Beberapa tahun kemudian padi jenis itu tidak pernah terlihat lagi. Sawah- sawah ditanami jenis padi yang rendah.kalau dahulu petani yang sedang mengentam padi tak terlihat di tengah sawah, karena batang padi jauh lebih tinggi dari si petani, sekarang tidak lagi demikian. Pohon jadi lebih tinggi sedikit dari lutut petani. Usia panennya-pun hanya 3 bulan 10 hari. Jenis padi mula-mula dikenal dengan jenis PB 5, kemudian PB 8 belakangan muncul jenis IR 12 dan seterusnya.

Bermacam-macam jenis bibit unggul ditemukan. Keunggulannya tidak hanya terbatas pada waktu atau tenggang waktu tanam untuk sampai kepada panen yang lebih singkat, lebih dari itu keunggulannya terlihat pula pada ketahanannya terhadap serangan hama, penyakit, serta kualitas buahnya yang lebih baik, hasilnya lebih banyak untuk ukuran las tertentu dan lain-lain. Dahulu dilokasi perkebunan karet milik keluarga penulis tumbuh pohon asam kumbang yang batangnya cukup besar dan ringdang.13 Siapa pun pada masa usia kanak- kanak yang mencium harum buah asam kumbang yang masak akan tertarik untuk memakannya. Apalagi kulitnya yang berwarna coklat dan daging buahnya merah kekuning-kuningan membuat daya tarik siapa saja untuk memakannya.14 Tapi bau harum dan warna daging yang menarik itu tak menjamin bahwa rasanya akan sama enaknya dengan tampilanya. Ternyata rasanya asam, lebih asam dari

13Ibid,.

14 Ibid,.

(17)

mangga muda. Namun mangga yang masak rasanya manis, tapi tak seharum bau buah asam kumbang. Demikian pula warna dagingnya tak semerah/kuning buah asam kumbang. Belakangan muncul buah mangga yang harum dan warna daging buahnya seperti asam kumbang dan rasa manis.

Waktu saya memasuki Sekolah Dasar, setiap pagi saya menelusuri perkebunan kelapa sawit dari rumah menuju tempat sekolah. Pohon kelapa sawit yang saya saksikan setinggi 2 (dua) meter baru mengeluarkan buah. Saat ini kelapa sawit batang rumpunya sejajar tanah sudah mengeluarkan buah. Sabut luarnya pun lebih tebal, sementara cangkangnya lebih kecil. Jenis kelapa sawit yang disebut terakhir ini dikembangbiakkan dengan sistem kultur jaringan.

Cerita-cerita masa lalu yang peulis alami diatas, mulai dari padi, mangga dan kelapasawit adalah sebuah perjalanan panjang para ahli pertaniaan untuk menemukan jenis tanman baru (varietas) yang lebih unggul, lebih berkualitas dari jenis tanaman yang samaa yang sudah ada sebelumnya.Varietas tanaman tersebut tidak hadir dan lahir begitu saja. Para peneliti bidang pertaniaan telah menghabiskan waktunya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dilaboratorium untuk menemukan varietas tanaman yang dikehendaki. Waktu, tenaga, dan biaya pun harus dikorbankan.15

Semua kita sepakat, bahwa temuan atas varietas tanaman itu adalah hasil olah pikir yang memerlukan kecerdasan intelektual. Oleh karna itu, tepatlah jika hak atas temuan itu dilindungi sebagai hak atas kekayaan intelektual.

15OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right) (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), halaman, 526

(18)

Ada dua tulisan yang membahas tentang temuan varietas baru tulisan pertama tentang usaha mencari varietas-varietas padi baru yang dapat diterima petani dan konsumen Indonesia sekaligus meningkatkan penghasilan beras di Indonesia.16 Kemudian tulisan yang kedua tulisan tersebut menjelaskan upaya pengembangan perorangan. Dalam hal ini varietas yang dicari adalah untuk tanaman kacang kedele. Jika ditelusuri naskah tulisan dapat dilihat langsung contoh-contoh usaha pengembanganvarietas tanaman baru yang dikerjakan di Indonesia. Juga tulisan-tulisan itu memberi dasar pemakaiaan istilah-istilah teknis yang dapat dirujuk guna pemahaman lebih rinci tentang varietas tanaman. Dalam tulisan yang pertama tentang varietas padi yang ditemukan melalui teknologi rekayasa (metode baku) untuk menemukan varietas baru tanaman, antara lain Bengawan, Syntah, Si gadis, Remaja, Jelita, PB 5, PB 8, Pelita I/I dan Pelita I/2.

Misalnya, tinggi tanaman, dan reaksi Inggrinsya strains. Selalu dalam usaha persilangan atau perkawinan didapat istilah ini. Penggunaan istilah sifat keistimewaan dibenarkan dalam tulisan kedua. 17

Perkembangan HKI yang berkaitan dengan perlindungan varietas tanaman baru dimulai dari Undang-Undang Paten 1998, yang tidak mengizinkan perlindungan paten bagi makanan, minuman dan varietas tanaman. Pada tahun 1997, UU tersebut diamandemen yang mencabut atau menghapus hak tersebut.

Artinya, dalam Undang-Undang Paten 1997, makanan, minuman dan varietas

16Zainudin Harahap, “Meningkatkan Penghasilan Beras Indonesia” Indonesia Magazine 18 Oktober 2013, Hlm 5.

17 Ishamzah “Metode Baku untuk menemukan varietas tanaman baru” Warta Ekonomi 3 Februari 2012 Hlm 7.

(19)

baru tanaman dapat memperoleh perlindungan paten. Dasar perubahan tersebut pada perinsip nya merupakan implikasi dari ratifikasi TRIPs. Walaupun dalam Undang-Undang tersebut mengizinkan perlindungan paten bagi tanaman, namun di dalam Undang-undang tersebut tidak dapat mengakomodasikan secara penuh

“keperluan” mengenai varietas tanaman baru.Selanjutnya pada Undang-Undang Paten yang baru (Undang-Undang Paten No 14 Tahun 2001) telah mengubah kembali hal yang berkaitan dengan perlindungan tanaman (Pasal 7 (c), yang menyatakan, bahwa paten tidak diberikan untuk invensi tentang :

a. Semua makluk hidup kecuali jasad renik.

b. Proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses nonbiologis atau proses mikrobiologis.18

Disamping peraturan yang berkaitan dengan HKI, terdapat peraturan yang paling relevan dengan bidang pertanian, yakni UU 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya tanaman, Pasal 55, yang menyatakan:

a. Kepada penemu teknologi tepat serta penemu teori ilmiah di bidang budidaya tanaman dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah.

b. Kepadaa penemu jenis baru dan/atau varietas unggulan, dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah serta mempunyai hak membei nama pada temuanya.

c. Setiap orang atau badan hukum yang tanamanya memiliki keunggulan tertentu dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah.

18Indonesia (Paten) Undang-Undang tentang Paten UU No, 14 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 109 Pasal 7 (c).

(20)

Akan tetapi hal tersebut tidak memberikan perlindunga terhadap hak-hak yang dimiliki oleh pemulia tanaman hanya memberikan penghargaan (reward), seperti halnya keuntungan/manfaat apa yang akan diperoleh pemulia tanman, apabila varietas tanaman barunya diperbanyak atau dijual; apakah ada saksi bagi pihak yang menjual atau menggunakan untuk tujuan komersial tanpa persetujuan/ izin dari si penulis tanaaman; apakah kriteria pelanggaran dan sebagainya.19

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah mengenai hal-hal berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai perlindungan varietas tanaman di Indonesia?

2. Apakah tanaman jambu madu merupakan objek perlindungan hak varietas tanaman?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak varietas tanaman jambu madu asal Kabupaten Langkat?

4. Bagaimana Regulasi Pemerintah Kabupaten Langkat dalam hal Perlindungan Varietas Tanaman?

19Damardjati S.D dkk Development of Plant Variety Protection in Indonesia, National Seminar on the Protection Of Plant Variety, Ministry Of Agriculture, jakarta. 2000.

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Penulisan ini bertujuan:

a. Memahami pengaturan HKI terutama dalam bidang pelindungan hak varietas tanaman di Indonesia

b. Mengetahui perkembangan di bidang pertanian khususnya mengenai pemuliaan tanaman yang tergolong masih baru,unik,seragam dan sebagai objek pemberian perlindungan hak atas varietas tanaman tersebut.

c. Memberikan gambaran bentuk perlindungan hukum terhadap varietas tanaman yang akan Ditinjau dari Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan varietas tanaman.

2. Manfaat Penulisan Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitia ini dapat memberikan Manfaat sebagai berikut:

a. Pemerintah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan untuk meningkatkan pengetahuan Pemerintah dalam melakukan pengembangan, pengawasan di bidang pertanian dan dalam hal ini perlindungan terhadap varietas tanaman sehingga nantinya pemerintah berperan aktif dalam pemuliaan tanaman dan perlindungan varietas tanaman.

(22)

b. Pemulia tanaman

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar yang di peroleh dari pemulia tanaman dalam pengembangan penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan sebagai informasi untuk melakukan pengkajian tentang peraturan perundang-undangan yang isinya mengenai varietas tanaman dan perlindungan terhadap penemuan varietas tanaman baru serta prosedur pendaftarannya.

c. Masyarakat umum

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan Hukum HKI terutama dibidang Perlindungan varietas tanaman dan secara tidak langsung masyarakat dituntut untuk berkreativitas menciptakan kreatifitas-kereatifitas dan penemuan-penemuan baru tanaman jenis baru yang dapat mensejahterakan masyarakat di berbagai bidang seperti bidang pertanian, hukum dan ekonomi.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai “Perlindungan Hukum Atas Kekayaan Intelektual Terhadap Varietas Tanaman (Studi Kasus Pendaftaran Varietas Tanaman Jambu Madu Asal Kabupaten Langkat). Pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti

(23)

sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut :

1. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Maileni Dwi Afnipada tahun 2010, Mahasiswa S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan Judul : “ Aspek Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas tanaman.”

Pokok masalah dari penelitian adalah:

a. bagaimana proses untuk mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas tanaman menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman¥?

b. bagaimana perlindungan hukum yang didapat para pemegang hak perlindungan varietas tanaman jika terjadi pelanggaran?

2. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Novia Ujianty Silitongapada tahun 2008, Mahasiswa S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan Judul: ”Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman”

Pokok masalah dari penelitian tersebut adalah :

a. Bagaimanakah proses untuk mendapatkan hakperlindungan terhadap varietas tanaman menurut UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman ?

(24)

b. Bagaimanakah perlindungan hukum yang didapat para pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman jika terjadi pelanggaran ?

c.

Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan berakhirnya perlindungan hukum atas hak Perlindungan Varietas Tanaman.

E. Tinjaun Pustaka

1. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Istilah HKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right(selanjutnya disebut IPR) yang dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. IPR sendiri pada prinsipnya merupakan perlindungan hukum atas HKI yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah lembaga hukum yang disebut "Intellectual Property Right".20Konsepsi mengenai HKI didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang telah dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmati.21 Berdasarkan konsep tersebut maka mendorong kebutuhan adanya penghargaan atas hasil karya yang telah dihasilkan berupa perlindungan hukum bagi HKI. Tujuan pemberian perlindungan

20Andriana Krisnawati dkk, Perlindungan Hukum Varietas dan Tanaman dalam Perspektif Hak Paten dan Hak Pemulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), halaman 13- 14.

21Ibid,.

(25)

hukum ini untuk mendorong dan menumbuhkembangkan semangat berkarya dan mencipta.Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. 22 Sementara pendapat lain mengemukakan bahwa HKI adalah pengakuan dan penghargaan pada seseorang atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka dengan memberikan hak-hak khusus bagi m ereka baik yang bersifat sosial maupun ekonomis.23

Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa HKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual manusia yang mempunyai manfaat ekonomi.

a. Perlindungan Varietas tanaman

Perlindungan dapat diartikan sebagai penjagaan, memberikan pertolongan.24dan pengertian hukum menurut salah satu sarjana (E. Utrecht) adalah himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat tersebut, oleh hukum maka pelanggaran terhadap petunjuk hidup

22Bambang Kesowo, "Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia", makalah pada Pelatihan Teknis Yustisial Peningkatan Pengetahuan Hukum bagi Wakil Ketua/Hakim Tinggi seIndonesia yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung RI, Semarang, 20 - 24 Juni 1995, halaman 206.

23Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1990) halaman 45.

24Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta, 1995.

(26)

tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah masyarakat tersebut.25

Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabiladiperbanyak tidak mengalami perubahan.Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian varietas adalah perubahan rupa yang menurun dan pengertian tanaman adalah segala yang hidup yang ditandai dengan adanya akar, batang, daun, dan sebagainya.26

Varietas baru tanaman dihasilkan melalui perakitan yang lazim disebut proses pemuliaan tanaman.Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan.27

Pemulia tanaman adalah orang yang melakuk an kegiatan pemuliaan tanaman. Dalam proses menghasilkan suatu varietas baru tanaman, para pihak pemulia akan mendapat suatu perlindungan varietas tanaman (PVT) yaitu perlindungan khusus yang diberikan oleh negara, dalam hal ini diwakilkan oleh

25Syahruddin Husein, Pengantar Ilmu Hukum Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1998, halaman 7.

26Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit

27Op. cit., Pasal 1 Angka 4

(27)

Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pihak pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisa dan konstruksi.28 Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan metode penelitian hukum deskriptif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Research) Sebagaimana umumnya penelitian hukum deskriptif yang dilakukan dengan penelitian pustaka yakni penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder, serta mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Sumber- sumber tersebut antara lain berasal dari buku-buku, artikel, koran, majalah, nara sumber dengan cara wawancara serta melalui situs internet dengan cara membaca, menafsirkan, membandingkan serta menerjemahkan dari berbagai sumber yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap varietas tanaman.

28Soerjono Soekanto. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), halaman 20.

(28)

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam suatu penulisan skripsi, posisi metodologi sangatlah penting sebagai suatu pedoman. Metodologi merupakan logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah.29 Penelitian yang dilakukan dalam hal ini adalah penelitian hukum yuridis-normatif.30 Jenis penelitian yang digunakan didalam penulisian skripsi ini adalah penelitian hukum normatif atau kepustakaan, karena penelitian hukum ini hanya meneliti peraturan perundang-undangan, dan sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.31

a. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitain ini adalah data sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti misalnya literatur yang diperoleh dari perpustakaan seperti bahan bacaan, buku-buku, jurnal- jurnal, skripsi, tesis, dan artikel-artikel lain yang berhubungan dengan

29Soerjono Soekanto, op. cit., hlm. 6.

30Ibid.hlm. 9-10.

3131Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm.54.

(29)

merek kolektif sebagai upaya pemberdayaan Perlindungan Varietas Tanaman.

b. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, contohnya adalah kamus, ensiklopedia dan sebagainya.

c. Bahan Non Hukum

Di samping bahan-bahan hukum, skripsi ini juga akan menggunakan bahan non hukum. Penggunaan bahan non hukum ini bertujuan untuk memperluas wawasan dalam proses pembuatan skripsi ini. Studi yang dilakukan dengan menggunakan bahan non hukum seperti interview atau wawancara dengan narasumber-narasumber yang terkait dengan skripsi ini. Narasumber antara lain dengan bapak Sodikun, SH.M.Kn selaku Kepala Sub Bidang Kekayaan Intelektual di dalam Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara dan dengan bapak Sodikun S.P.d selaku Pengusaha Jambu Madu Hijau Kab.

Langkat dan beliau juga sebagai dan Bapak Mistori selaku Petani JambuMadu Hijau Langkat.

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran dalam penulisan skripsi, dalam hal ini digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library research), yaitu mempelajari dan menganalisis data secara sistematis melalui buku-buku,

(30)

surat kabar, makalah ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan- penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.32

2. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis.Untuk memuahkan penulisan skrispsi maka di perlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

32Ibid, hlm 24

(31)

BAB I PENDAHULAAN Berisi tentang Latar Belakang masalah, perumusan maslah tinjauan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skrispi ini.

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI VARIETAS TANAMAN

DI INDONESIA : Berisi uraian tentang gambaran umum varietas tanaman di indonesia pengertian,sejarah dan ruang lingkup dalam perlindungan varietas tanaman dan dasar hukum yang mengatur tentang varietas tanaman.

BAB III TANAMAN JAMBU MADU SEBAGAI OBJEK HAK

VARIETAS TANAMAN : Yang berisi uraian tentang tinjauan umum objek varietas tanaman yaitu jambu madu asal Kabupaten Langkat membahas tentang pengertian jambu, jenis-jenis jambu, pengertian varietas jambu madu, pengembangan usaha jambu madu di Kabupaten Langkat, dan penjelasan tanaman jambu madu sebagai objek perlindungan hak varietas tanaman.

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN

INTELEKTUAL TERHADAP VARIETAS TANAMAN (STUDI KASUS VARIETAS TANAMAN JAMBU MADU HIJAU KABUPATEN LANGKAT : Yang berisi uaira tentang ruang lingkup perlindungan varietas tanaman,prosedur permohonan hak perlindungan varietas tanaman yang terdiri dari sebagai berikut : a. Perosedur permohonan Pvt;

(32)

b. Pemberian Hak Pvt;

c. Pencabutan hak Pvt;

d. Peralihan hak Pvt;

Dan berisi uraian tentang bentuk perlindungan hukum terhadap tanaman jambu madu hijau Kabupaten Langkat yang mencakup pembahasan subjek-subjek manakah yang berwenang dan cara pemberian hak ekslusif terhadap varietas tanaman jambu madu hijau Kabupaten Langkat. Dan bagaimana peran pemerintah Kabupaten Langkat terhadap tanaman Jambu Madu hijau yang termasuk tanaman yang harus di berikan hak dan di lindungi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN : Yang berisi uraian tentang kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang di rekomendasikan dari siapapun dan manapun yang berkaitan dengan skripsi ini tentang perlindungan hukum hak atas kekayaan intelektual terhadap varietas tanaman (studi kasus varietas tanaman jambu madu hijau Kabupaten Langkat.

(33)

BAB II

PENGATURAN HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DI INDONESIA

A. Gambaran umum Tentang Perlindungan Varietas Tanaman 1. Defenisi perlindungan varietas tanaman

Indonesia merupakan salah atu negara di dunia yang memiliki sumberdaya hayati yang sangat beragam dan sering dinyatakan sebagai negara yang memiliki

“megabiodivesity”. Keanegaragaman hayati ini adalah rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, yang merupakan sumber plasma nutfah dan dapat di manfaatkan untuk merakit varietas ungul masa depan yang sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi sektor pertanian pada khususnya dan pembangunan nasionnal pada umunya. Selama ini dan juga masa yang akan datang keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan antara lain dengan keunggulan varietas tanaman yang dipakai, yang memiliki potensi hasil panen tertentu sesuai dengan karakteristik varietas tanaman tersebut.

Penemuan varietas unggul dilakukan melalui kegiatan pemuliaan tanaman, Pencarian dan pengumpulan plasma nutfah dalam rangka pemuliaan tanaman dilakukan oleh Pemerintah. Kegiatan pencarian dan pengumpulan plasma nutfah dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum berdasarkan izin. 33

33Indonesia (Budidaya Tanaman),Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman (LembaranNegara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

(34)

Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.34

varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.35 PVT diberikan kepada varietas dari jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama. Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan. Sedangkan kriteria varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan permohonan hak PVT.

Varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada varietas

34Ibid,Pasal 1 Angka 1

35http://inovasi.lipi(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).go.id tentang Perlindungan VarietasTanaman (diakses pada hari rabu tanggal 10 Januari 2018 pukul 07.55 WIB).

(35)

tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda. Sedangkan suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.

Berdasarkan pasal 4 UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, jangka waktu perlindungan yang diberikan adalah selama dua puluh tahun untuk tanaman semusim dan dua puluh lima tahun untuk tanaman tahunan.

Pengertian tanaman tahunan ditujukan untuk jenis pohon-pohonan dan tanaman merambat yang masa produksinya lebih dari satu tahun, sedangkan yang lainnya disebut sebagai tanaman semusim, PVT dapat didaftarkan ke Pusat PVT, yaitu Kementrian Pertanian.

2. Sejarah Perlindungan Varietas Tanaman

Sebagai bagian dari HAKI, varietas tanaman relatif baru dalam sejarah perlindungannya sebagai hak kebendaan inmateril yang diberikan kepada penulisan (adalah subjek yang melakukan kegiatan penelitian, pengujian, penemuan atau pengembangan untuk menghasilkan varietas tanaman) oleh negara. Di Amerika Serikat meskipun tidak disebut secara khusus dalam peraturan negaranya, varietas tanaman baru dilindungi pada tahun 1930, bersamaan dengan terbitnya (The United State Patent Act) 1930, meskipun di Eropa Undang-Undang

(36)

yang berkaitan dengan perlindungan varietas tanaman dan hasilnya telah dimulai sejak abad ke-16.36

Pada tahun 1961, oleh beberapa negara di dunia telah disepakati dalam satu konvensi internasional tentang perlindungan varietas tanaman. Persetujuan internasional itu termuat dalam Internasional Convention For The Protection Of Varieties Of Plants, yang dikenal dengan UPOV. UPOV merupakan akronim dari Union Internationale Pour La Protection Des Obtentions Vegetale37.

Di Indonesia perlindungan tentang varietas tanaman sudah dimulai sejak tahun 1990, yakni dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kemudian tahun 1992, terbit lagi Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman disusul dengan terbitnya Undang-Undang No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan dan Tanaman. Kesemuanya peraturan perundang- undangan hanya mengatur secara varsial (dan tersirat) tentang perlindungan varietas tanaman. Baru kemudian pada tahun 2000, melalui Undang-Undang No.

29 tahun 2000, Indonesia memiliki Undang-Undang yang sudah ada leibh rinci yang mengatur tentang Perlindungan Varietas Tanaman.38 Dengan kata lain negara Indonesia adalah negara agraris, maka pertaniaan yang maju, efisien dan tangguh mempunyai peranan penting dalam rangka untuk mencapai pembangunan nasional, untuk membangun pertaniaan yang maju, dan perlu di dukung antara

36Ibid,.

37Krisnani Setya wati, Pokok-Pokok Peraturan Perlindungan Varietas

Tanaman,disampaikan pada Training Of The Trainer Pengelola Gugus Hak kekayaan Intelektual Jakarta,24-27 September 2001.

38Ibid., hlm 7

(37)

lain dengan mempedulikan petani, memberi atau menyediakan varietas yang unggul, serta melestarikan sumber daya plasma nutfah tanpa merugikan pihak mana pun yang terkait guna mendorong pertumbuhan industri pembenihan.

B. Konvensi Internasional tentang pengaturan perlindungan Varietas Tanaman yang telah Diratifikasi Indonesia

Konvensi internasional yang mengatur tentang varietas tanaman atau UPOV (the Union pour la Protection des Obtentions Vegetables) yang pertama yaitu UPOV 1961 telah direvisi tahun 1978 dan yang terbaru yaitu revisi 1991.

Konvensi UPOV 1961 ini boleh dikatakan konvensi yang tidak begitu populer, karena hanya tiga negara yang menjadi penandatangan konvensi ini yaitu Amerika Serikat, Jerman dan Australia. Akan tetapi karena ketentuan TRIPs mensyaratkan negara-negara anggota yang mengecualikan paten untuk varietas tanaman baru untuk memberikan perlindungan sui generis, maka Konvensi UPOV 1961,1978 dan 1991 inilah yang dipakai model law untuk mengatur perlindungan varietas baru tanaman, dengan cara mengadopsi ketentuan-ketentuan dalam konvensi tersebut ke dalam hukum nasional masing-masing anggota.39

Misalnya, Australia merupakan negara anggota UPOV 1961, pada tahun 1987 memberlakukan Plant Variety Rights Act 1987 yang bersesuaian dengan ketentuan UPOV 1961 yang mengatur tetang varietas tanaman baru dan selanjutnya diamandemen dengan Plants Breeder’s Rights Act 1994 yang

39https://www.bphn.go.id/data/documents/pkj-2011-15.Haki.com konvensi internasional dalam hal perlindungan varietas tanaman, (diakses pada hari Rabu tanggal 17 januari Pukul 04:48 WIB).

(38)

bersesuaian dengan ketentuan Konvensi UPOV 1978 dan Konvensi UPOV 1991.

(Mc Keuogh dan Stewart,1997,h.344-345). Sedangkan Amerika mengadopsi ketentuan dalam UPOV ke dalam pasal 35 ayat 101 US Patent Law yang menyatakan bahwa:

“ Siapapun yang mengembangkan atau menemukan proses, mesin, cara produksi atau komposisi dari sesuatu yang baru dan berguna atau pengembangan lebih lanjut ,dapat mendapatkan paten menurut persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang”.40

Tujuan Konvensi ini, seperti tertuang dalam ketetapan-ketetapannya, ialah konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan komponen-komponennya secara berkelanjutan dan membagi keuntungan yang dihasilkan dari pendayagunaan sumber daya genetik secara adil dan merata, termasuk melalui akses yang memadai terhadap sumber daya genetik dan dengan alih teknologi yang tepat guna, dan dengan memperhatikan semua hak atas sumber-sumber daya dan teknologi itu, maupun dengan pendanaan yang memadai. 41

40UPOV, (Union for the Protection of New Varieties of Plants)., pasal 35 ayat 101 US

Patent Law., Persyaratan Hukum danEmpat Kategori Penemuandministrasi Paten, Kantor

Paten dan Merek Dagang,. Amerika Serikat 2015.

41Indonesia (Keanekaragaman hayati), Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994,LN 1994/41; TLN No 3556, tentang Pengesahan United nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Persarikatan Bangsa Bansa Mengenai Keanekaragaman Hayati). Jakarta 1994.

(39)

C. Pengaturan Perlindungan Varietas Tanaman di Indonesia Berdasarkan Undang-undang No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

Latar belakang lahirnya Undang-Undang No 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan varietas Tanaman. Pada tahun 1961, beberapa negara di dunia telah menyepakati suatu konvensi internasional tentang perlindungan varietas tanaman, kesepakatan internasional termuat dalam International Convention for the Protection of New Varieties of Plants, yang lebih dikenal dengan istilah UPOV.

UPOV merupakan akronim dari Union International pour la protection des obtentions vegetale

.

42

Di Indonesia, perlindungan terhadap varietas tanaman sudah mulai diatur sejak tahun 1989 yaitu dalam peraturan HAKI di bidang hak paten. Pada Undang- Undang Paten Tahun 1989 disebutkan bahwa perlindungan Paten tidak dapat diberikan terhadap makanan, minuman, dan varietas tanaman, khususnya bagi komoditi tanaman padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Pada tahun 1997, Undang-Undang Paten tersebut mengalami amandemen yaitu berupa pencabutan atau penghapusan terhadap ketentuan pelarangan pemberian perlindungan terhadap makanan, minuman dan varietas tanaman.43 Sehingga pada Undang- Undang Paten 1997, makanan, minuman dan varietas tanaman dapat memperoleh perlindungan berupa hak Paten. Amandemen terhadap Undang-Undang Paten terjadi sebagai akibat keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi ketentuan TRIPs

42Ibid,.

43 Rachmadi Usman. op,cit,. Hlm 132.

(40)

(Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights), dimana dalam ketentuan TRIPs pada Pasal 27 ayat (3) huruf b diatur bahwa “However, member shall provide for the protection of plants varieties either by patens or by an effective sui generis system or by any combination thereof”.44Pengaturan secara khusus mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman dilakukan sejak tahun 1990 dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kemudian pada tahun 1992, diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang mendorong kegiatan pemuliaan tanaman, dimana dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992.45

Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun1992 tidak mengatur adanya perlindungan terhadap hak-hak yang dimiliki pihak pemulia tanaman, sehingga para pemulia tanaman tidak mengetahui keuntungan/manfaat yang diperoleh apabila varietas temuannya diperbanyak atau dijual, dan apa sanksi bagi pihak yang menjual atau menggunakan varietas temuanya tanpa persetujuan dari pihak pemulia untuk tujuan komersial. Kemudian pada tanggal 20 Desember 2000, diterbitkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000, dimana Undang- Undang tersebut mengatur secara terperinci mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman.

44 http://portalgaruda, article.com Latar belakang dari lahirnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlidungan Varietas Tanaman Di akses pada hari Senin tanggal 29 Januari 2018 Pukul 10:56 WIB.

45Ibid,.

(41)

Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 ini mencakup aturan tentang memperoduksi atau memperbanyak benih, menyiapkan untuk tujuan propagasi, menjual atau memperdagangkan, mengekspor dan mengimpor.46

Kepada pemulia atau pihak lain yang memperoleh hak PVT diwajibkan untuk melaksanakannya di Indonesia. Pihak lain yang dirugikan sehubungan dengan pemberian hak PVT tersebut dapat menuntut pembatalan melalui pengadilan negeri. Undang-Undang ini disusun atas dasar iman dan takwa kepada tuhan

Yang Maha Esa, yang memakai kebenaraan ilmiah, manfaat, kompetitif, keberlanjutan fungsi dan mutu lingkungan yang bertujuan semata-mata untuk pemberian hak atas tanaman juga dilaksanakan untuk mendorong dan memberi peluang kepada dunia usaha meningkatkan perannya dalam berbagai aspek pembangunan pertanian.47

Selain itu adanya pengaturan secara khusus mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman ini akan meningkat kan minat dan peran serta serta baik secara perorangan maupun badan hukum untuk melakukan kegiatan pemuliaan tanaman dalam rangka menghasilkan varietas tanaman baru yang unggul, karena para pemulia atau pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman akan memiliki hal tertentu yang memiliki perlindungan hukum secara memadai. Dalam meracang peraturan per Undang-Undangan secara perlahan sudah memberikan dampak yang baik terhadap hak PVT maka dari itu pengaturan secara khusus

46Ibid,.

47Ermansyah Djaja, Hukum Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta 2009, hlm 245.

(42)

mengen ai perlindungan terhadap varietas tanaman pada mulanya yaitu dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.48 Kemudian pada tahun 1992, diterbitkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang mendorong kegiatan pemuliaan tanaman, dimana dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 menyatakan bahwa:

a. Kepada penemu teknologi tepat serta penemu teori dan metode ilmiah baru di bidang budidaya tanaman dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah.

b. Kepada penemu jenis baru dan/atau varietas unggul dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah serta mempunyai hak memberi nama pada temuannya.

c. Setiap orang atau badan hukum yang tanamannya memiliki keunggulan tertentu dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah.

d. Ketentuan mengenai pemberian penghargaan sebagai maksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh pemerintah.49

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, pihak pemulia hanya memperoleh penghargaan dari pemerintah, sebagai balas jasa dari hasil penemuan varietas baru. Ketentuan lain yang mengatur tentang

48Indonesia(SDA), Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 ,Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya,(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

49Ibid,.

(43)

pemberian penghargaan terhadap penemuan varietas unggul terdapat dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Pembenihan Tanaman yang menyatakan bahwa Menteri memberikan penghargaan kepada penemu varietas unggul dan/atau teknologi di bidang perbenihan.50

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 diterbitkan pada tanggal 20 Desember 2000, dimana undang-undang tersebut mengatur secara terperinci mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman. Pemerintah juga mengatur hak imbalan dan penggunaan varietas tersebut dalam kaitannya dengan Perlindungan Varietas Tanaman serta usaha pelestarian plasma nutfah.

Perlindungan terhadap varietas tanaman berupa hak pemulia diharapkan harus mampu:

1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan petani akan benih yang bermutu secara berkesinambungan dan merata di seluruh wilayah Indonesia

2. Mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat dan mendorong tumbuhnya industri perbenihan, dan merangsang invensi serta pengembangan varietas-varietas baru tanaman sebanyak mungkin oleh masyarakat.

50Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Pembenihan Tanaman .

(44)

BAB III

TANAMAN JAMBU MADU SEBAGAI OBJEK HAK VARIETAS TANAMAN

A. Tinjauan Umum Tanaman Jambu Madu Di Kabupaten Langkat 1. Pengertian Varietas Jambu Air

Jambu air adalah tanaman buah tropis yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, banyak ditemukan di Indonesia dan Malaysia nama jambu air digunakan untuk menyebut dua tanaman yang memiliki spesies berbeda, yakni Syzygium aqueum dan Syzygium samarangense, kedua tanaman tersebut memiliki bentuk pohon dan buah yang mirip, sulit dibedakan. Sebutan yang lebih tepat untuk jambu air sebenarnya dialamatkan pada S aqueum, sedangkan S samarangense lebih tepat disebut jambu semarang, namun di masyarakat umum kedua buah tersebut sering dianggap sama, bahkan pada beberapa varietasnya sangat sulit dibedakan.51

Jambu air termasuk dalam kingdom tumbuhan berpembuluh yang memiliki bunga dan menghasilkan biji termasuk dalam tumbuhan dikotil dan termasuk dalam suku jambu-jambuan.52 Ada beberapa klasifikasi dari Varietas jambu Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping

51 https://jurnalbumi.com Pengertian Varietas Jambu Air Diakses pada Hari Selasa Tanggal 30 Januari 2018 Pukul 11:31 WIB.

52Sabarno, dkk, Konservasi tumbuhan, Jambu Air termasuk dalam Tumbuhan Dikotil dan Jambu-Jambuan.( Raja Grafindo, Jakarta 2009), hlm 34.

(45)

dua/dikotil), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Myrtales, Famili: Myrtaceae (suku jambu-jambuan), Genus: Eugenia, Spesies: Eugenia aquea.

Tumbuhan jambu air berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris, tegak, kulit kasar, batang berwarna coklat kehitaman, percabangan simpodial arah tumbuh batang tegak lurus arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang mendatar.53 Adapun beberapa bentuk pohon Varietas Jambu Air dalam bahasa ilmiahnya, daun Eugenia aquea merupakan daun tunggal tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina), lazimnya disebut daun bertangkai. Daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai 0,5-1,5 cm. Helaian daun berbentuk jorong, 7-25 x 2,5-16 cm. Daun bertulang menyirip, ibu tulang daun (costa), tulang-tulang cabang (nervus lateralis) tampak jelas, dan urat-urat daun (vena) terlihat jelas.

Daging daun tipis seperti perkamen (perkamenteus), permukaan daun gundul (glaber) dan memiliki daun dengan tepi rata ujung daun membentuk sudut tumpul (obtusus), pangkal daun tidak membentuk sudut melainkan berlekuk.

tangkai daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya. Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli, jam/berbentuk awetan lainnya. Selain sebagai “buah meja” jambu air juga telah menjadi santapan canggih dengan dibuat salada dan fruit coctail. 54

53https://www.petanihebat.com (di akses Pada hari Selasa Tanggal 30 Januari 2018 Pukul 12:05 WIB).

54http://desiliamartinda.co.id Manfaat dari Varietas Jambu Air Diakses Pada hari selasa Tanggal 30 Januari 2018 Pukul 12:46 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian Bern merupakan tonggak sejarah penting dalam hukum internasional untuk memberikan perlindungan hukum atas Hak Milik Intelektual, khususnya Hak Cipta,

Hasil penelitian menemukan bahwa Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual terhadap rahasia dagang obat-obatan tradisional tidak akan dapat terlaksana baik karena

Sistem hukum perlindungan HKI di Indonesia yang mendasarkan pada perjanjian-perjanjian internasional mengandung nilai atau ide dasar perlindungan HKI mengadopsi gagasan

Hasil penelitian menemukan bahwa Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual terhadap rahasia dagang obat-obatan tradisional tidak akan dapat terlaksana baik karena

Perlindungan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran kaitannya dengan hasil karya fashion di antaranya dilindungi oleh Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Kendala yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam menerapkan perlindungan hukum terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia adalah belum adanya

Dalam hubungan ini hak-hak yang timbul dari Hak Kekayaan Intelektual, khususnya hak atas merek suatu produk akan menjadi sangat penting yaitu dari segi perlindungan hukum,

Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak secara tegas memberikan pengertian dari peristiwa perdata yang dimaksudkan untuk melakukan peralihan hak milik atas hak