• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN HIPERTENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN HIPERTENSI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017 Kendari, 8 April 2017

46

Received June 1st,2012; Revised June 25th, 2012; Accepted July 10th, 2012

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN HIPERTENSI

I Putu Sudayasa1, Ershanty Rahayu Safitrinas Yasin2, Lianawati3

¹Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

2Program Studi Pendidikan Dokter FK UHO

3Bagian Obstetri dan Ginekologi RS Bahteramas Sulawesi Tenggara/FK UHO email : [email protected]

Abstrak

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktordapat disebabkan karena kontrasepsi oral. Lama pemakaian kontrasepsi oral dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang diderita di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi adalah 25,8% di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama pemakaian kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi pada responden Klinik Kencana BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara.

Rancangan penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan desain kasus kontrol. Populasi penelitian ini adalah akseptor kontrasepsi oral Klinik Kencana BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel 136 orang terdiri dari 68 kelompok kasus dan 68 kelompok kontrol yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan Chi Square dan Odds Ratio, bermakna jika p value < 0,05, OR > 1.

Hasil menunjukkan bahwa lama pemakaian kontrasepsi oral berhubungan dan sebagai faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi (p = 0,003, OR = 3.894, CI 95%, 1,527-9,929).

Responden yang telah menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 6 bulan, memiliki 3,894 risiko menderita kejadian hipertensi.

Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama pemakaian kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi. Perlu ada edukasi kepada responden akseptor tentang keuntungan dan kerugian selama menggunakan kontrasepsi oral.

Kata kunci— Akseptor, LamaPemakaian, Hipertensi, Kencana Klinik BKKBN, Oral Kontrasepsi.

Abstract

Hypertension is one of the risk factor of cardiovascular disease that is caused by several factors. One of the factors can caused by oral contraception. Duration of use oral contraception can cause hypertension. Hypertension is one of the health problem that suffered in the whole world including Indonesian. Based on Riskesdas data in 2013 showed that prevalence of hypertension is 25,8% in Indonesian. This study aims to determine the relationship between duration of use oral contraception with hypertension occurences in respondent Kencana Clinic BKKBN Southeast Sulawesi Province.

These study design was observational analytic using case control design. Population of this study were oral contraception acceptors in Kencana Clinic BKKBN Southeast Sulawesi Province. The samples were 136 people consist of 68 case group and 68 control group that taken by purposive sampling technique. Data were analysed by Chi Square test and Odds Ratio (OR), that were signifivant if p value < 0.05, OR>1.

The result showed that duration of use oral contraception was related and as the risk factor that influenced hypertension (p = 0.003), OR =3,894, CI 95%, 1,527-9,929). Respondent who had used oral contraceptive more than 6 month, had 3.894 risk to suffer hypertension occurences.

(2)

The study showed that there were relationship between duration of use oral contraception with hypertension occurences. That should be education for acceptor respondent about the advantages and disadvantages of using oral contraception.

Keywords— Acceptors, Duration of Use, Hypertension, Kencana Clinic BKKBN, Oral Contraception.

1. PENDAHULUAN

ndonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Menurut World population data sheet 2013,Indonesia merupakan negara ke-5 dengan estimasi jumlah pendudukterbanyak, yaitu 249 juta jiwa1. Upaya pemerintah untuk menekan jumlah pertumbuhan penduduk, melalui program Keluarga Berencana(KB) dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Salah satu dukungan dari program Keluarga Berencana adalah pelayanan kontrasepsi2.

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan yang penggunaannya kebanyakan diberikan secara oral3. Kontrasepsi oral memiliki kandungan hormon estrogen dan progesteron. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi ini yaitu peningkatan berat badan dan peningkatan risiko gangguan sirkulasi tekanan darah. Efek samping peningkatan tekanan darah perlu perhatian khusus karena bila dalam waktu lama akan mengakibatkan hipertensi4.

Hipertensi adalah kondisi medis kronik dimana terjadi peningkatan tekanan darah arteri5. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak diderita diseluruh dunia termasuk Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan tinggi prevalensi hipertensi sebesar 25,8%6.Penelitian Pangaribuan dan Lolong, 2013, menunjukkan bahwa ada hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan hipertensi.

Hipertensi terjadi 2-3 kali lebih sering pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dibanding wanita dengan usia sama tetapi tidak menggunakan kontrasepsi oral7.

Data pelayanan Klinik Kencana Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara tahun 2014-2016 menunjukkan akseptor kontrasepsi oral sebanyak 168 orang, yang mengalami hipertensi sebesar 112 akseptor (67%) dari keseluruhan pemakai kontrasepsi oral8.

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan lama pemakaian kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi pada akseptor

kontrasepsi oral di Klinik Kencana BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian analitik observasional dengan rancangan case control. Populasi adalah akseptor kontrasepsi oral yang tercatat di Klinik Kencana BKKBN Sulawesi Tenggara. Sampel dengan teknik Purposive Sampling, ditetapkan sebanyak 136 orang, terdiri atas 68 kasus dan 68 kontrol Kasus adalah akseptor kontrasepsi oral yang terdiagnosis hipertensi, sedangkan kontrol, yang tidak mengalami hipertensi. Analisis data dinyatakan bermakna bila nilaip value < 0,05, Odd Ratio (OR > 1), dimana nilai interval batas bawah dan batas atas tidak mencakup nilai 1.

3. HASIL PENELITIAN

Seperti tercantum dalam Tabel 1.

dipaparkan karakteristik responden menurut Tingkat Pendidikan, Indeks Masa Tubuh (IMT), dan Lama Pemakaian Kontrasepsi Oral, Diperoleh data rerata usia kelompok kasus adalah 31,9 tahun dengan rentang usia 20-43 tahun, sementararerata usia kelompok kontrol adalah 27,5 tahun dengan rentang usia 20-43 tahun. IMT masing-masing kelompok kasus dan kontrol dibagi dua kategori yaitu 18-21 (45,6%) dan 22-25 (54,4%). Lama pemakaian kontasepsi oral, > 6 bulan (79,4%), sedangkan ≤ 6 bulan (20,6%).

Data yang tercantum dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai p value = 0,003, OR = 3,894, yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara lama pemakaian kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi. Responden dengan lama pemakaian kontrasepsi oral > 6 bulan, berisiko 3,894 kali mengalami kejadian hipertensi, dibandingkan responden dengan lama pemakaian kontrasepsi oral ≤ 6 bulan.

I

(3)

Tabel 1. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan, IMT dan Lama Pemakaian Kontrasepsi Oral

Variabel

Kelompok Penelitian

Total Kasus Kontrol

n % n % n %

Tingkat Pendidikan

SD 3 50,0 3 50,0 6 4,4

SMP 12 48,0 13 52,0 25 18,4

SMA 24 50,0 24 50,0 48 35,3

PT 29 50,8 28 49,1 57 11,9

Indeks Masa Tubuh

18-21 28 45,2 34 54,8 62 45,6

22-25 41 55,4 33 44,6 74 54,4

Total 68 68 136

Tabel 2. Analisis Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Oral dengan Kejadian Hipertensi Lama

Pemakaia n

Kejadian Hipertensi

Total

OR 95% CI

p value Kasus Kontrol

n % n % N % LL UL

>6 bulan 61 56,4 47 43,5 108 79,4

3,894 1,527 9,929 0,003

≤6 bulan 7 25,0 21 75,0 28 20,6 Total 68 50,0 68 50,0 136 100

4. PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan bahwa jangka waktu lama pemakaian kontrasepsi oral merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada akseptor kontrasepsi oral di Klinik Kencana BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara.

Hal tersebut menunjukkan, lama pemakaian kontrasepsi oral merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi. Besar nilai odds ratio adalah 3,894 yang menunjukkan bahwa akseptor dengan pemakaian kontrasepsi oral yang lama, lebih berisikoterkena hipertensi sebesar 3,894 kali dibanding akseptor dengan jangka waktu pemakaian kurang lama.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Septya,dkk (2014) di Puskesmas Bahu Kota Manado, dengan desain kasus kontrol yang dibagi 71 kelompok kasus dan 71 kelompok kontrol pada wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi pil berisiko3,458 kali mengalami kejadian hipertensi dibandingkan WUS yang tidak menggunakan kontrasepsi pil9. Penelitian lain

yang juga sejalan dilakukan oleh Gaby, dkk (2012) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengguna pil KB dengan hipertensi pada wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja puskesmas Tanawangko Kecamatan Tombariri dan WUS pengguna pil KB 17,2 kali lebih berisiko terkena hipertensi daripada WUS yang tidak menggunakan pil KB sebagai kontrasepsi di Kecamatan Tombariri10.

Hasil penelitian ini sejalan dengan suatu teori yang mengungkapkan bahwa perempuan memiliki kandungan estrogen dan progesteron alami dalam tubuh. Komponen estrogen dalam pil menghalangi maturasi folikel dalam ovarium, sedangkan komponen estrogen memperkuat daya estrogen utuk mencegah ovulasi. Pada keadaan biasa estrogen dan progesteron dihasilkan oleh ovarium, karena pengaruh follicle stimulating hormone (FSH) dan luteininzing hormone (LH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, akan berpengaruh pada endometrium sehingga terjadi siklus menstruasi.

Pada pemakaian kontrasepsi oral, estrogen dan progesteron yang diberikan akan mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron dalam darah

(4)

tetap tinggi, sehingga mekanisme feedback akan bekerja sehingga sistem Renin Angiotensin Aldosteron dalam tubuhakan terganggu11.

Lama penggunaan kontrasepsi oral dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon.

Apabila tidak ada keseimbangan pada hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh, maka akan dapat mempengaruhi tingkat tekanan darah dan kondisi pembuluh darah12. Hormon estrogen dan progesteron sintetis yang berfungsi menghambat fertilitas akan memberikan efek- efek tertentu bagi tubuh yaitu meningkatkan tekanan darah yang dimanifestasikan dengan hipertensi13.

Berbagai hormon ovarium terhadap fungsi gonadotropik dan hipofisis yang menonjol antara lain dari estrogen adalah inhibisi sekresi FSH dan dari progesteron inhibisi sekresi LH.

Apabila sekresi FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh yang akan memacu terjadinya gangguan pada pembuluh darah yang dapat meningkatkan tekanan darah4.

Komponen estrogen yang terdapat pada kontrasepsi oral akan menimbulkan efek tertentu terhadap pembuluh darah berupa hipertrofi arteriol atau vasokonstriksi. Estrogen

mempengaruhi sistem Renin

AngiotensinAldosteron sehingga tidak terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit yang mengakibatkan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh14. Status estrogen dan progesteron akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah yang dihubungkan dengan hipertrofi jantung dan peningkatan respon presor angiotensin II dengan melibatkan jalur Renin- Angiotensin System15.

Akibat terganggunya sistem Renin Angiotensin-Aldosteron mengakibatkan aktivasi abnormal dari Renin-Angiotensin system (RAS) yang berperan penting dalam perkembangan dan perbaikan hipertensi. Angiotensin II sebagai faktor pemicu yang mempengaruhi sistem renin angiotensin dapat meningkatkan tekanan darah, aktifitas sistem nervus simpatetik, pelepasan aldosteron, retensi air dan hipertrofi jantung16.

Kadar estrogen yang tinggi dalam tubuh memicu angiotensinogen untuk beraktifasi sehingga angiotensinogen yang dibantu oleh renin berubah menjadi angiotensin I. Sifat angiotensinogen I sebagai vasokonstriktor yang ringan tidak menyebabkan perubahanbermakna dalam peningkatan tekanan darah. Renin menetap dalam peredaran darah selama 30 sampai 1jam dan terus menyebabkan

pembentukan angiotensin I, setelah itu terdapat dua asam amino yang dipecah dari angiotensin I untuk membentuk angiotensin II yang dibantu oleh angiotensin converting enzym (ACE), perubahan ini hampir seluruhnya terjadi diparu12.

Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang sangat kuat yang mempunyai dua pengaruh utama untuk meningkatkan tekanan arteri.

Pengaruh pertama yaitu vasokonstriksi diberbagai region organ tubuh dan timbul dengan cepat. Efek vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan jauh lebih lemah di vena. Kontriksi pada pembuluh arteriol mengakibatkan tahanan perifer total sehingga meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh kedua adalah dengan menurunkan ekskresi air dan garam oleh ginjal, secara perlahan-lahan meningkatkan volume cairan ekstrasel, yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan berhari-hari berikutnya, sehingga meningkatkantekanan pembuluh darah12.

Penelitian Sanif (2009) menunjukkan bahwa hipertensi terjadi 2-3 kali lebih sering pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dibanding dengan wanita usia yang sama tetapi tidak menggunakan kontrasepsi oral. Risiko hipertensi meningkat sesuai dengan usia, durasi lama penggunaan kontrasepsi oral dan peningkatan berat badan. Menurut data yang tersedia menyatakan adanya korelasi antara dosis estrogen dengan progestin terhadap tekanan darah. Data terbaru menyatakan kontrasepsi oral dosis rendah estrogen meningkatkan risiko terjadi hipertensi dan makin meningkat dengan peningkatan penggunaan potensi progestin.

Penelitian ini sejalan dengan teori yang menunjukkan bahwa pemberian estrogen sintetik secara rutin memiliki kecenderungan untuk beraktivasi terhadap angiotensin dan pemberian yang sedikit tidak memiliki kecenderungan angiotensin untuk beraktivasi. Hal ini menunjukkan bahwa status estrogen merupakan faktor yang paling penting dalam aktifitas Sistem Renin-Angiotensindan respon terhadap angiotensin II karena zat pemicu pada angiotensin bersifat responsif terhadap estrogen.15

5. KESIMPULAN

Terdapat hubungan lama pemakaian kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi pada

(5)

akseptor kontrasepsi oral di Klinik Kencana

BKKBN Provinsi Sulawesi

Tenggara.Responden akseptor dengan lama pemakaian kontrasepsi oral > 6 bulan, berisiko 3,894 kali mengalami kejadian hipertensi. Perlu ada edukasi kepada akseptor tentang keuntungan dan kerugian selama menggunakan kontrasepsi oral.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penelitian ini, khususnya pihak Klinik Kencana BKKBN, Provinsi Sulawesi Tenggara.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisa Keluarga Nasional. Jakarta Selatan: BKKBN.

[2] Manuaba, IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.

[3] Baziad, A. 2008. Kontrasepsi Hormonal.

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

[4] Hartanto, H. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

[5] Chobanian, A. V, dkk. 2003. Seventh Report of the Join National Committee on Prevention, Detection, Evaluation of High Blood Pressure The JNC Report. JAMA.

Vol. 30

[6] Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS.

[7] Jakarta : Balitbang Kemenkes RI.

[8] Pangaribuan, L. dan Lolong, 2013, Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia 15-49 tahun, di Indonesia, Analisis Data Riskesdas Balitbang Kemenkes RI, Jakarta 2013

[9] BKKBN Sultra, 2016, Data Prevalensi KB Provinsi Sulawesi Tenggara

[10] Septya, dkk., 2014, Hubungan antara penggunaan kontrasepsi pil dengan hipertensi pada wanita usia subur di Puskesmas Bahu Kota Manado,

[11] Gaby, dkk. 2012, Analisis hubungan Penggunaan pil KB dengan kejadian Hipertensi pada WUS di Kecamatan Tombariri

[12] Saifuddin, A.B. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBP-SP.

[13] Guyton, A.C. Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC [14] Handayani, S. D. 2010. Buku Ajar

Pelayanan Keluarga Berencana.

Yogyakarta : Pustaka Rihanna.

[15] Sanif, E. 2009. Hipertensi pada Wanita.

diakses pada tanggal 8 Juni 2016.

[16] Olatunji, L. A. and Soladoye, A.O. 2008.

Oral Contraceptive Induced Blood Pressure Is Prevented By Renin Angiotensin Suppression In Female Rats But Not By Sympathetic Nervous System Blokade. Indian Journal of Experimental Biology, 46(11):749-754.

[17] Dinh, D.T, Fraumon A.G, Johnston C.I, Fabiani M.E. 2001.Angiotensin Receptors:Distribution, Signaling and Function, Clin Sci, 100. Vol : 461.

Referensi

Dokumen terkait

Namun ada pula beberapa yang hanya merasa memiliki tingkat kepuasan sedang terhadap pelayanan Transjogja di mata mahasiswa yang sebanyak 40 orang, ini semua karena satu-

Berdasarkan hasil penelitian, bentuk perlindungan hukum bagi pasien dari pelayanan kebidanan oleh bidan praktik mandiri yang dilakukan IBI Cabang kabupaten Rembang adalah

Tujuan kajian ini dijalankan adalah untuk mengenalpasti persepsi pelajar tahun pertama terhadap aktiviti FYE di Fakulti Alam Bina, Fakulti Kejuruteraan dan Sains Geoinformasi

Dengan kata lain positioning adalah suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen didalam suatu segmen tertentu

[r]

Hubungan yang positif berarti jika nilai suatu faktor modal kerja meningkat (yakni tingkat perputaran kas, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang,

Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami

Peubah pertumbuhan yang diamati dan diukur adalah tinggi yang diukur dari pangkal batang (pada satu titik yang tetap dekat permukaan tanah) sampai titik tumbuh tertinggi