• Tidak ada hasil yang ditemukan

AQLI Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AQLI Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2597-7601

AQLI

Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Volume 1, Nomor 1, 2017

Determinan dan konsekuensi modal kerja: Sebuah meta analisis Vina Winda Sari

Hal. 21-28

DOI: 10.5281/zenodo.1064369

Informasi Artikel

Cara sitasi

Sari, Vina Winda. (2017). Determinan dan konsekuensi modal kerja: Sebuah meta analisis. Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan, 1(1), 21-28. Retrieved from http://ejurnal.id/index.php/jsak/article/view/100

Atau,

Sari, Vina Winda. (2017). Determinan dan konsekuensi: Sebuah meta analisis. Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan, 1(1), 21-28. DOI: 10.5281/zenodo.1064369

Tautan permanen ke dokumen ini

(2)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

DETERMINAN DAN KONSEKUENSI

MODAL KERJA: SEBUAH META ANALISIS

Vina Winda Sari

Kopertis Wilayah 1 Provinsi Sumatera Utara Email: vina.sari1984@gmail.com

ABSTRACT

Purposes The purpose of this study is to present a systematic framework in order to understand how determinants and consequences of working capital. Methods The research presented in this paper is using a meta - analysis method to

observe the factors and consequences of working capital based on 13 samples of articles journal obtained from Google Scholar.

Findings The findings of this study indicate that the factors of working capital, including cash turnover, inventory turnover, receivable turnover, sales volume and the nature or type of company all have a positive and significant effect on working capital. This research also informs that working capital has a positive and significant effect on investment return (dividend), cost minimization and fund flow monitoring.

Keywords Working capital, Working capital determinants, Working capital consequences, Meta analysis

PENDAHULUAN

Modal kerja merupakan salah satu aspek yang paling penting bagi setiap perusahaan karena modal kerja merupakan faktor penentu berjalannya kegiatan operasional jangka pendek dalam perusahaan (Santoso, 2013; Timbul, 2013; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014). Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari, di mana modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya.

Kegiatan operasional tersebut berpengaruh pada pendapatan yang di peroleh perusahaan. Nilai tambah atau keuntungan yang sustainable (berkelanjutan) mampu dihasilkan perusahaan yang dapat memanfaatkan modal kerja secara efektif dan efisien. Kesalahan atau ketidakefektifan pengelolaan modal kerja bisa menyebabkan penurunan performa operasional perusahaan.

Oleh karena modal kerja merupakan elemen penentu berjalan-tidaknya perusahaan maka banyak peneliti dari berbagai ragam bidang ilmu yang tertarik untuk meneliti modal kerja tersebut baik dari akuntansi, ekonomi dan manajemen bisnis.

(3)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

Konsep modal kerja meliputi konsep kuantitatif, konsep kualitatif dan fungsional (Santoso, 2013). Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti mengembangkan model yang dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan modal kerja. Peneliti melakukan riset untuk menganalisis pengaruh modal dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi modal kerja serta dampak modal kerja terhadap perusahaan.

Untuk itu, artikel ini menyajikan hasil meta-analisis faktor dan dampak modal kerja terhadap perusahaan. Untuk analisis, dilakukan tinjauan sistematis terhadap artikel-artikel di dalam jurnal yang menganalisis modal kerja.

KAJIAN LITERATUR

Modal Kerja

Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk menjalankan kegiatan operasional harian perusahaan, misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar hutang dan lain sebagainya. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan berputar secara terus-menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan.

Oleh karena itu modal kerja merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan manajemen pembelanjaan perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasional hariannya, untuk itu diperlukan penanganan khusus tentang masalah kecukupan modal kerja dalam perusahaan. Tersedianya modal kerja yang cukup dapat menguntungkan perusahaan karena memungkinkan perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya secara efisien.

Artikel mengenai modal kerja telah banyak beredar, yang mengangkat fakta adanya waktu jeda antara pengeluaran untuk membeli bahan baku dan barang yang akan di jual di pasar (Shubita, 2013; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013). Pada akhirnya, pengelolaan modal kerja memerlukan keputusan jangka pendek dalam modal kerja dan pembiayaan dari semua aspek aset dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Dalam kajian sistematis ditemukan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja. Para peneliti telah melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja yaitu: (1) tingkat perputaran kas; (2) tingkat perputaran persediaan; (3) tingkat

(4)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

dengan seluruh faktor tersebut, penelitian telah menunjukkan bahwa aspek yang terkait dengan dimensi tersebut berhubungan positif dengan modal kerja (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Ghodrati & Ghanbari, 2014). Untuk memahami faktor-faktor di atas, berikut ini dianalisis bagaimana hubungan masing-masing faktor terhadap modal kerja.

Pertama, tingkat perputaran kas. Manajemen kas melibatkan penagihan, pengeluaran, dan investasi sementara kas yang efisien. Sehingga perusahaan dapat memberikan ketersediaan kas yang aman dan nyaman serta penghasilan dari investasi yang wajar atas investasi sementara kas. Penelitian menunjukkan tingkat perputaran kas mempunyai hubungan yang signifikan terhadap modal kerja (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Wibowo & Wartini, 2012; Timbul, 2013; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Wirasari & Sari, 2016; Syafitri & Wibowo, 2016).

Kedua, tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, disamping itu juga akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara perputaran persediaan dengan modal kerja (Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Hoiriya & Lestariningsih, 2015).

Ketiga, tingkat perputaran piutang. Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau pendek. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, Syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara perputaran piutang dengan modal kerja (Santoso, 2013; Shubita, 2013; Ghodrati & Ghanbari, 2014; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Hoiriya & Lestariningsih, 2015; Wirasari & Sari, 2016).

Keempat, volume penjualan. Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, Sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang rendah. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara volume penjualan dengan modal kerja (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Ghodrati & Ghanbari, 2014; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013).

Kelima, sifat atau jenis perusahaan. Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Modal kerja dari perusahaan jasa relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawai maupun untuk membiayai

(5)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya ditagih dalam waktu relatif pendek. Bagi perusahaan industri dibutuhkan modal kerja yang lebih besar karena perusahaan harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara sifat atau jenis perusahaan dengan modal kerja (Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Syam, 2017).

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas diasumsikan bahwa faktor-faktor tingkat perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, volume penjualan dan sifat atau jenis perusahaan berpengaruh positif terhadap modal kerja. Intinya, jika nilai-nilai faktor-faktor tersebut meningkat atau tinggi maka akan semakin tinggi pula modal kerja.

Dampak Modal Kerja

Dalam tinjauan literatur ditemukan beberapa variabel yang tergolong konsekuensi dari modal kerja. Dimensi ini disebut manajemen modal kerja yaitu sasaran yang ingin dicapai oleh manajemen modal kerja. Dimensi itu antara lain tingkat pengembalian investasi (deviden), meminimalkan biaya dan pengawasan terhadap arus dana (Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013).

Pertama, memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola modal kerja sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan perusahaan. Semakin mampu perusahaan mengelola modal kerja maka semakin tinggi pula pengembalian investasi (Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013). Kedua, meminimalkan biaya yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Biaya yang kecil akan menyebabkan modal kerja perusahaan kecil (Wibowo & Wartini, 2012).

Ketiga, pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dari ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. Semakin ketat akan pengawasan sumber dana maka semakin kecil pula penggunaan modal kerja (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014).

Penelitian-penelitian di atas menjadi asumsi bahwa modal kerja berdampak positif terhadap pengembalian investasi, biaya dan pengawasan terhadap arus dana. Jika perusahaan mampu mengelola modal kerja dengan melakukan pengawasan terhadap arus dana maka biaya akan minimal dan tentunya tingkat pengembalian investasi akan tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan meta analisis. Meta-analisis adalah metode mengkombinasikan hasil penelitian kuantitatif secara statistik (secara kuantitatif). Langkah-langkah melakukan meta analisis adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi pertanyaan

(6)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

data-base hasil penelitian sebagai wilayah pencarian; (4) Seleksi hasil-hasil penelitian yang relevan; (5) Memilih hasil-hasil penelitian yang berkualitas; (6) Ekstraksi data dari studi individual; (7) Sintesis hasil-hasil penelitian dengan metode meta-analisis; (8) Penyajian hasil penelitian dalam laporan penelitian hasil meta-analisis (Perry & Hammond, 2002). Untuk memenuhi persyaratan meta analisis tersebut, ada dua pertanyaan penelitian, yakni: bagaimana variabel-variabel faktor modal kerja berhubungan dengan modal kerja; dan modal kerja berhubungan dengan variabel-variabel yang dipengaruhinya. Untuk keperluan tersebut, peneliti menggunakan database hasil penelitian Google Scholar (https://scholar.google.com) dan menggunakan sampel 13 artikel penelitian yang berbeda.

HASIL DAN DISKUSI

Analisis dari artikel ini adalah analisis meta sintesis. Artikel penelitian yang digunakan untuk melakukan meta sintesis mencakup 13 hasil-hasil penelitian di 6 negara yang berbeda (Ghodrati & Ghanbari, 2014; Hoiriya & Lestariningsih, 2015; Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Perry & Hammond, 2002; Santoso, 2013; Shubita, 2013; Syafitri & Wibowo, 2016; Syam, 2017; Timbul, 2013; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013; Wibowo & Wartini, 2012; Wirasari & Sari, 2016).

Enam negara berikut menghasilkan jumlah publikasi terbesar yang digunakan dalam analisis ini, antara lain: Malaysia dengan 1 penelitian; Kenya dengan 1 penelitian; Nigeria dengan 1 penelitian; Yordania dengan 1 penelitian; Iran dengan 2 penelitian dan Indonesia dengan 7 penelitian (lihat Gambar 1).

Gambar 1 area analisis

Tabel 1 memperlihatkan pengamatan terhadap 995 perusahaan, 52,26% perusahaan industri manufaktur, 37,99% perusahaan industri kecil dan menengah dan 9,75% koperasi.

Tabel 1 kategori perusahaan yang diamati

Kategori Perusahaan Jumlah Persen

Perusahaan Industri Manufaktur 520 52,26

Perusahaan Industri Kecil dan Menengah (UKM) 378 37,99

Koperasi 97 9,75

Total 995 100

Tabel 2 menunjukkan penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja, yakni: tingkat perputaran kas (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Wibowo & Wartini, 2012; Timbul, 2013; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Wirasari & Sari, 2016; Syafitri & Wibowo, 2016); tingkat perputaran persediaan (Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Hoiriya & Lestariningsih, 2015); tingkat

Malaysia Kenya Nigeria

(7)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

perputaran piutang (Santoso, 2013; Shubita, 2013; Ghodrati & Ghanbari, 2014; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Hoiriya & Lestariningsih, 2015; Wirasari & Sari, 2016); volume penjualan (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Ghodrati & Ghanbari, 2014; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013); dan sifat atau jenis perusahaan (Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Syam, 2017). Dari teori yang telah dikaji sebelumnya, diharapkan seluruh faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan yang positif dengan modal kerja.

Tabel 2 faktor modal kerja

Kategori Faktor Modal Kerja Sampel Hasil Perusahaan Industri Manufaktur Perusahaan Industri Kecil dan Menengah (UKM)

Koperasi Total P&S P&TS N&S N&TS Total

Tingkat perputaran kas 233 378 97 708 708 - - - 708

Tingkat perputaran persediaan 237 378 - 615 378 131 - 106 615

Tingkat perputaran piutang 305 378 97 780 649 131 - 780

Volume penjualan 250 - - 250 144 86 - 20 250

Sifat atau jenis perusahaan 20 378 - 398 378 - - 20 398

Rata-Rata 451,4 69,6 - 29,2

Keterangan: P=Positif, N=Negatif; S=Signifikan, TS=Tidak Signifikan

Dari penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa untuk faktor: (1) tingkat perputaran kas dari 708 penelitian sebanyak 708 penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan modal kerja; (2) tingkat perputaran persediaan dari 615 penelitian sebanyak 378 penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan modal kerja, dan 131 penelitian memperlihatkan hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan modal kerja; (3) tingkat perputaran piutang dari 780 penelitian sebanyak 649 penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan modal kerja, dan 131 penelitian memperlihatkan hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan modal kerja; (4) volume penjualan dari 250 penelitian sebanyak 144 penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan modal kerja, 86 penelitian memperlihatkan hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan modal kerja dan 20 penelitian memperlihatkan hubungan yang negatif dan tidak signifikan dengan modal kerja; (5) sifat atau jenis perusahaan dari 398 penelitian sebanyak 378 penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan modal kerja dan 20 penelitian memperlihatkan hubungan yang negatif dan tidak signifikan dengan modal kerja (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Wibowo & Wartini, 2012; Timbul, 2013; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Wirasari & Sari, 2016; Syafitri & Wibowo, 2016; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Hoiriya & Lestariningsih, 2015; Santoso, 2013; Shubita, 2013; Ghodrati & Ghanbari, 2014; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Hoiriya & Lestariningsih, 2015; Wirasari & Sari, 2016; Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Ghodrati & Ghanbari, 2014; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013); Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014; Syam, 2017).

Dengan demikian, mayoritas penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor modal kerja yang diteliti berhubungan positif dan signifikan dengan modal kerja dengan rata-rata sebesar 451,4 penelitian, sementara sebagian kecil menunjukkan bahwa faktor-faktor modal kerja yang diteliti berhubungan positif tetapi tidak signifikan dengan modal kerja dengan rata-rata sebesar 69,6 penelitian dan rata-rata 29,2 penelitian menunjukkan faktor-faktor modal kerja yang diteliti berhubungan negatif dan tidak signifikan dengan

(8)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

modal kerja. Hubungan yang positif berarti jika nilai suatu faktor modal kerja meningkat (yakni tingkat perputaran kas, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang, volume penjualan dan sifat atau jenis perusahaan) maka diikuti dengan peningkatan modal kerja. Sementara hubungan yang negatif berarti jika nilai suatu faktor modal kerja meningkat maka diikuti dengan penurunan modal kerja yang ada. Hubungan yang signifikan menunjukkan bahwa hubungan yang ada memang berarti atau nyata. Dan hubungan yang tidak signifikan menunjukkan bahwa hubungan yang ada tidak nyata. Tabel 3 menunjukkan penelitian tentang dampak modal kerja yakni tingkat pengembalian investasi (deviden) (Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013), meminimalkan biaya (Wibowo & Wartini, 2012); dan pengawasan terhadap arus dana (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013; Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014). Dari review terhadap penelitian yang telah dikaji sebelumnya tersebut, diharapkan seluruh faktor-faktor tersebut mempunyai hubungan yang positif dengan modal kerja.

Tabel 3 dampak modal kerja

Kategori Dampak Modal Kerja Sampel Hasil Perusahaan Manufaktur Perusahaan Kecil Menengah

Koperasi Total P&S P&TS N&S N&TS Total

Tingkat pengembalian investasi

(deviden) 12 - - 12 12 - - - 12

Meminimalkan biaya 149 - - 149 149 - - - 149

Pengawasan terhadap arus dana. 474 - - 474 474 - - - 474

Rata-Rata 211,67 - - -

Keterangan: P=Positif, N=Negatif; S=Signifikan, TS=Tidak Signifikan

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: (1) tingkat pengembalian investasi (deviden) sebanyak 12 penelitian menunjukkan hubungan positif dan signifikan terhadap modal kerja; (2) meminimalkan biaya sebanyak 149 penelitian menunjukkan hubungan positif dan signifikan terhadap modal kerja; dan (3) pengawasan terhadap arus dana sebanyak 474 penelitian menunjukkan hubungan positif dan signifikan terhadap modal kerja (Moradi, Salehi, & Arianpoor, 2012; Wibowo & Wartini, 2012; Oladipupo & Okafor, 2013; Wesley, Musiega, Douglas, & Atika, 2013; dan Tsagem, Aripin, & Ishak, 2014).

Dengan demikian, seluruh penelitian tersebut menunjukkan bahwa hubungan modal kerja dengan berbagai dampak yang ada berhubungan positif dan signifikan dengan modal dengan rata-rata sebesar 211,67 penelitian hasil dari gabungan analisis para peneliti di atas. Hubungan yang positif berarti jika modal kerja meningkat maka diikuti dengan peningkatan dampak-dampak yang ada. Sementara hubungan yang signifikan menunjukkan bahwa hubungan yang ada memang berarti atau nyata.

PENUTUP

Penelitian ini memperlihatkan mayoritas pengamatan menunjukkan bahwa faktor-faktor modal kerja yakni tingkat perputaran kas, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang, volume penjualan dan sifat atau jenis perusahaan berhubungan positif dan signifikan dengan modal kerja. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa modal kerja

(9)

© LPPI AQLI Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan

Vol. 1 No. 1 Hlm. 21-28

yakni berhubungan positif dan signifikan dengan tingkat pengembalian investasi (deviden), meminimalkan biaya dan pengawasan terhadap arus dana.

REFERENSI

Ghodrati, H., & Ghanbari, J. (2014). A study on relationship between working capital and profitability. Management Science Letters , 4 (8), 1675-1684.

Hoiriya, & Lestariningsih, M. (2015). Pengaruh perputaran modal kerja, perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen , 4 (4), 1-15.

Moradi, M., Salehi, M., & Arianpoor, A. (2012). A comparison of working capital management of chemical and medicine listed companies in Tehran Stock Exchange. International Journal of Business and Behavioral Sciences , 2 (5), 62-78.

Perry, A., & Hammond, N. (2002). Systematic review: The Experience of a PhD. Psychology Learning and Teaching , 2 (1), 32-35.

Santoso, C. E. (2013). Perputaran modal kerja dan perputaran piutang pengaruhnya terhadap profitabilitas pada PT. Pegadaian (Persero). EMBA , 1 (4), 1581-1590.

Shubita, M. F. (2013). Working capital management and profitability: a case of industrial Jordanian companies. International Journal of Business and Social Science , 4 (8), 108-115.

Syafitri, R. A., & Wibowo, S. S. (2016). Pengaruh komponen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis , 4 (1), 34-40.

Syam, A. (2017). Analisis prospek perkembangan modal dan tenaga kerja pada industri kecil di Kabupaten Sidenreng Rappang. Tasharruf-Journal Economics and Business of Islam , 1 (1), 1-25.

Timbul, Y. K. (2013). Perputaran modal kerja dalam mengukur tingkat profitabilitas pada PT. Jasa Angkasa Semesta, tbk. Jakarta. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi , 1 (4), 134-140.

Tsagem, M. M., Aripin, N., & Ishak, R. (2014). Impact of working capital management and corporate governance on the profitability of small and medium-sized entities in Nigeria: A proposed model. International Journal of Science Commerce and Humanities , 2 (5), 53-65.

Wesley, O. N., Musiega, M. G., Douglas, M., & Atika, M. G. (2013). Working capital management and corporate performance: Special reference to manufacturing firms on Nairobi Securities Exchange. International Journal of Innovative Research & Development , 2 (9), 177-183.

Wibowo, A., & Wartini, S. (2012). Efisiensi modal kerja, likuiditas dan leverage terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEI. Jurnal Dinamika Manajemen , 3 (1), 49-58.

Wirasari, N. P., & Sari, M. M. (2016). Pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang, dan pertumbuhan koperasi terhadap profitabilitas. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 17 (2), 885-912.

Gambar

Tabel 2 faktor modal kerja
Tabel 3 menunjukkan penelitian tentang dampak modal kerja yakni tingkat pengembalian  investasi  (deviden)  (Wesley,  Musiega,  Douglas,  &  Atika,  2013),  meminimalkan  biaya  (Wibowo  &  Wartini,  2012);  dan  pengawasan  terhadap  arus  dana  (

Referensi

Dokumen terkait

Nilai tambah per bahan baku dodol rumput laut pada industri Cita Rasa Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi yaitu sebesar Rp 24.445/kg, artinya untuk setiap satu

Apabila kondisi keluarga sudah baik, akan tetapi lingkungan sekitar tidak mendukung atau tidak kondusif, maka anak tersebut juga dapat terjerumus ke dalam pergaulan

Saran yang dapat penulis ajukan berkenaan dengan penelitian ini adalah guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dan

Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara metrik kualitas kohesi terutama pada kode sumber dengan kecenderungan kesalahan perangkat lunak

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari enam sasaran strategis yang ditetapkan dalam Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun 2016, terdapat 5 sasaran Strategis yang capaian

 Sortir atau rework ialah status materi yang saat dilakukan proses inspeksi ditemukan ketidaksesuaian dan diputuskan untuk dilakukan pemeriksaan materi secara menyeluruh

Contrariamente alle versioni a telaio oscillante, il sistema di guida lame senza tolleranze previene qualsiasi pressione laterale sulle seghe con il risultato di avere la

(Moleong, 2007), ”jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah jawaban atas pertanyaan penelitian yang ditujukan terhadap masalah yang telah dirumuskan dan