• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENALAN TENTANG BAHAN ADITIF BERBAHAYA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGENALAN TENTANG BAHAN ADITIF BERBAHAYA PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PPM MANDIRI UNIVERSITAS BENGKULU

PENGENALAN TENTANG BAHAN ADITIF BERBAHAYA

PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH

Oleh:

HERMANSYAH AMIR

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU 2017

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by UNIB Scholar Repository

(2)

ABSTRAK

Industri makanan danminuman yang ada pada umumnya selalu menggunakan bahan aditif dalam proses dan pasca produksi.Zat aditif adalah zat atau campuran zat yangakan ditambahkan pada makanan baik pada waktu pembuatan, penyimpanan dan pengepakan.Penambahan zat aditif dalam makanan ini diperbolehkan selama zat-zat tersebut tidak membahayakan dan tidak merugikan.Zat aditif ini ada yang bersifat alami dan ada juga yang bersifat sintetik.Dampak negatif dari kesalahan pemilihan dan penggunaan bahan pengawet yang umum terjadi pada produsen makanan dan minuman dapat membahayakan kesehatan konsumen atau masyarakat, khususnya pada jajanan anak.

Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk memberikan arahan dan penjelasan akan maksud dan tujuan penggunaan , serta dampak dari penggunaan berbagai zat aditif pada makanan khususnya pada jajanan anak, kepada orang tua di lingkungan RT 013/RW 05 Kompleks Diknas Kelurahan surabaya kota Bengkulu melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 23 Desember2017 bertempat di LPTIK Universitas Bengkulu dan dihadiri sebanyak 16 warga peserta dari RT013/RW05 kompleks Diknas Surabaya Kota Bengkulu .Metode Pelaksanaan kegiatan yang diterapkan adalah berupa pemberian penyuluhan dan informasi dengan materi mengenai hal zat aditif, zat aditif pada makanan jajanan anak, zat aditif yang diperbolehkan dan yang dilarang, dan dampak serta akibat konsumsi dari zat aditif terlarang.Kegiatan yang dilaksanakan telah berhasil dengan baik dan dirasakan sangat berguna yang dapat dilihat dari umpan balik dari peserta pada angket yang dibagikan dan diisi oleh seluruh peserta setelah selesaimengikuti pelatihan yang diberikan, dimana setelah para peserta mengikuti kegiatan penyuluhan ini, mereka sangat merasakan manfaat kegiatan, hal ini ditunjukkan dengan minat mereka untuk mengikuti acara serupa di waktu yang akan datang.

Kata Kunci :Zat Aditif , Anti Oksidan , Bahan Pengawet.

(3)

A. Pendahuluan

Pada saat ini pada produk makanan yang berasal dari industri makanan rumah tangga dan pabrikan , sudah secara umum selalu mengandung berbagai zat aditif yang ditambahkan kedalam produk dan sudah tidak mungkin lagi untuk dihindari [1], dengan tujuan agar makanan yang di produksi menjadi semakin enak , dan lebih menarik pada sisi penampakan, aroma, dan tekstur [2]. Hal umum yang sering terjadi adalah semakin maraknya pengabaian gizi, higienis dan keamanan pangan itu sendiri sehingga memiliki potensi kerawanan terhadap keamanan pangan yang diproduksi. Karena itu upaya sungguh-sungguh untuk menumbuhkan kesadaran dari pihak konsumen dan produsen tentang keamanan dan dampak negatif dari penambahan zat aditif pada makanan yang dihasilkan.

B. Perumusan Masalah

Suatu bahan makanan segar atau yang telah diolah bila dibiarkan secara bebas di uadara terbuka pada suhu kamar dalam jangka waktu tertentu secara alamiah akan menjadi rusak baik yang terjadi karena pengaruh kandungan kimia pada internal bahan sendiri oleh adanya enzim [3], ataupun akibat pengaruh dari luar seperti pengaruh dari gas oksigen pada udara, terkena pancaran cahaya matahari, penurunan kelembapan dan akibat adanya aktivitas dari mikroorganisme luar [4].

Untuk mencegah perubahan makanan oleh keberadaan gas oksigen pada udara, cahaya matahari dan enzim dapat digunakan zat aditif berupa bahan antioksidan [5] dan anti pencokelatan, sedangkan untuk menghambat pengaruh mikroorganisme luar dapat ditambahkan bahan tambahan pengawet (BTP) berupa zat antimikroba [6]. Beberapa jenis zat antimikroba telah digunakan sejak dahulu kala secara tradisional untuk mengawetkan makanan antara lain seperti penambahan gula, garam, asap kayu, dan cuka. Penambahan zat aditif kedalam makanan akan tidak merusak nilai gizi makanan itu, bila zat aditif tersebut tidak kedaluwarsa.

Karena dampak nagatif yang dapat terjadi, penggunaan zat aditif sebaiknya ditambahkan pada dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Karena itu kegiatan penyuluhan ini dianggap sangat penting bagi kelompok orang tua khususnya di lingkungan RT 013/RW 05 Kompleks Diknas Kelurahan Surabaya Kota Bengkulu , karena dengan demikian, para peserta akan memperoleh informasi dan pengetahuan tentang zat aditif ilegal dan terlarang yang sering digunakan pada makanan jajanan anak sekolah.

C. Tinjauan Pustaka C.1. Bahan Aditif

Zat aditif atau bahan pengawet pada makanan memiliki fungsi utama untuk mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan pada suatu makanan, baik yang terjadi secara kimiawi maupun secara mikrobiologis. Karena itu penambahan suatu bahan pengawet makanan akan memungkinkan makanan tersebut dapat diangkut untuk jarak jauh serta mampu disimpan untuk waktu yang sangat lama sebagai cadangan persedian untuk dikonsumsi diwaktu yang akan datang.

Tujuan penambahan dari suatu zat aditifkedalam makanan antara lain adalah untuk memperbaiki karakter dan meningkatkan kualitas dari makanan itu sendiri, menghambat atau menghentikan aktivitas

(4)

mikroba seperti bakteri, kapang, dan khamir untuk meningkatkan daya simpan, meningkatkan cita rasa, menstabilkan dan memperbaiki tekstur, dan warna serta memperkaya kandungan vitamin, mineral sehingga lebih bergizi.

Secara garis besarnya jenis zat aditif ada dua, yaitu:

1. Kelompok aditif Generally Recognized as Safe (GRAS)

Zat aditif dalam kelompok GRAS bersifat aman dan tidak berefek toksik bila digunakan dalam waktu yang lama. Contonya pemberi rasa seperti garam, pemanis seperti gula, rempah rempah seperti lada, dan pengawet seperti asam cuka.

2. Kelompok Acceptable Daily Intake (ADI).

Untuk bahan aditif jenis ADI merupakan suatu jenis bahan pengawet yang diizinkan dalam buah-buahan olahan demi menjaga kesehatan konsumen. Zat aditif atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang sudah dinyatakan aman dan boleh dikonsumsi masuk dalam kategori Food Grade.

C.2 Bahan Aditif Alami Dan Sintesis Yang Dipergunakan Pada Makanan

Pada awalnya zat aditif untuk makanan selalu berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang dikenal sebagai zat aditif alami, dan pada umumnya tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Dewasa ini ketersediaan zat aditif alami sudah tidak lagi mencukupi sehingga perlu diproduksinya zat aditif buatan(sintesik), yang bahan baku pembuatan zat aditif sintetik ini adalah hasil dari sintesa kimia dari berbagai zat-zat kimia organik dan anorganik yang umumnya diproduksi secara komersial dalam jumlah besar. Effek negatif dari penggunaan zat aditif sintesik secara berlebihan adalah dapat menimbulkan beberapa efek samping seperti reaksi alergi dan dan kanker.

C.3. Macam-macam Zat Aditif Makanan a) Zat Pewarna

Zat pewarna adalah bahan yang ditambahkan sehingga akan dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut akan terlihat lebih menarik. Beberapa contoh pewarna alami adalah Anato (orange) , Karamel (cokelat hitam) , Beta karoten (kuning) dan Klorofil (hijau). Untuk pewarna sintetik contohnya antara lain adalah Biru berlian (biru) , Coklat HT (coklat), Eritrosit (merah) dan Hijau FCF (hijau). Karena beragamnya selera konsumen terhadap warna suatu produk, menjadikan produsen selalu memvariasikan warna produk yang dibuat atau diolah. Dewasa ini karena adanya keterbatasan persediaan dari zat pewarna alami telah menyebabkan peningkatan penggunaan zat warna sintetik [7], karena kebutuhan dari pewarnaan tekstil, berbagai produk keperluan sehari-hari, bahan bangunan dan juga untuk berbagai produk industri makanan, minuman, dimana kemajuan teknologi telah mampu untuk menciptakan berbagai ragam zat pewarna sintetis dengan berbagai variasi warna [8] . Penggunaan pewarna sintetik berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan [9]. Seperti ditemukannya penggunaan pewarna sintetik untuk pewarna tekstil seperti

(5)

Rhodamin B pada makanan dan minuman, sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat memicu terjadinya kanker serta kerusakan ginjal dan hati [10], khususnya pada berbagai produk makanan yang dihasilkan dari usaha rumah tangga [11]. Selain itu limbah dari suatu pewarna sintetik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan merupakan bahan berbahaya, karena dapat terdegradasi menjadi senyawa yang bersifat karsinogenik dan beracun serta meningkatkan kekeruhan dan menjadikan penurunan kualitas perairan dan menyebabkan kematian makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. [12].

b..Penyedap Rasa dan Aroma serta Penguat Rasa

Zat aditif ini ditambahkan agar dapat memberikan, menambah, serta memperkuat rasa dan aroma dari makanan yang ditambahkan. Beberapa contoh dari zat aditif untuk penyedap rasa dan aroma antara lain yang berasal dari golongan ester seperti Isoamil asetat (memberikan rasa pisang), isoamil valerat (memberikan rasa apel), butil butirat (memberikan rasa nanas), dan isobutil propionat (memberikan rasa anggur) pada minuman ringan. Untuk bahan aditif penguat rasa yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang kita kenal sehari-hari dengan nama dagang vetsin. Selain dari zat penguat rasa dan aroma sintetik juga sering digunakan berupa zat penguat rasa alami yang umumnya berasal dari aneka tanaman, seperti antara lain seperti keluarga tanaman pandan yang selain berfungsi sebagai pemberi aroma juga sekaligus sebagai pemberi warna makanan. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai kandungan metabolit sekunder yang terkandung didalam tumbuhan pandan tersebut [13]. Adanya kandungan berbagai senyawa metabolit sekunder ini menyebabkan penggunaan bahan penguat rasa dan aroma alami yang ditambahkan kedalam suatu makanan juga sekaligus akan memberikan tambahan manfaat khususnya pada pengaruh terhadap kesehatan bagi yang mengkonsumsi bahan makanan tersebut.[14]

c. Zat Pemanis Buatan

Zat aditif ini ditambahkan kedalam produk makanan semata-mata untuk memberikan rasa manis, dan zat aditif ini umumnya tidak mempunyai nilai gizi. Beberapa contoh zat aditif ini antara lain adalah sakarin, dulsin , natrium siklamat dan sorbitol. Salah satu sifat dari bahan pemanis buatan adalah sifatnya yang tidak dapat dicerna oleh didalam tubuh manusia sehingga tidak akan berfungsi sebagai sumber energi.

Penggunaan zat pemanis buatan digunakan pada berbagai produk makanan olahan adalah untuk mengurangi biaya produksi karena zat pemanis buatan ini memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami seperti sukrosa. Sebagai contoh garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa, bahkan tingkat kemanisan dari garam natrium dan kalsium sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibadingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.

d. Zat Aditif Pengawet

Secara alamiah suatu bahan makanan bila disimpan dalam jangka waktu tertentu akan mengalami perubahan-perubahan seperti pembusukan yang dapat disebabkan oleh adanya berbagai reaksi kimia baik yang bersumber dari dalam dan dari luar bahan makanan tersebut. Karena itu untuk menghambat terjadinya

(6)

proses kerusakan bahan makanan , sejak dahulu kala selalu diupayakan pengawetan suatu bahan makanan baik secara kimiawi , fisika ataupun gabungan dari keduanya. Upaya pengawetan bahan makanan secara fisika dilakukan umpamanya dengan melakukan pengeringan bahan makanan tersebut. Proses pengeringan terhadap suatu bahan akan mempengaruhi keaktifan dari kandungan metabolit sekunder yang ada terkandung didalam bahan sendiri sehingga akan merubah atau mengurangi pengaruh internal dari bahan tersebut [15]. Selain itu kerusakan bahan makanan yang terbesar adalah akibat kontaminasi dari berbagai mikroorganisme yang ada di alam sekitar seperti fungi, bakteria dan mikroba lainnya dimana adanya kontaminasi mikroorganisme pada bahan makanan dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan yang dapat membahayakan kehidupan. Walaupun begitu tidak seluruh kontaminasi mikroorganisme pada bahan makanan adalah bersifat merugikan, karena ada juga upaya pengawetan yang dilakukan dengan mengkontaminasi suatu bahan dengan mikroorganisme tertentu dalam usaha untuk mengubah tekstur maupun nilai gizi bahan makanan tersebut seperti pada pembuatan tempe dan oncom. Hal ini karena adanya kandungan enzim tertentu sebagai metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut yang bersifat menguntungkan [16]. Untuk pengawetan bahan makanan dengan cara kombinasi cara fifika dan kimia telah dilakukan secara tradisional antara lain dengan cara pengasapan bahan makanan seperti ikan basah. Hal ini terjadi disebabkan adanya kandungan metabolit sekunder pada bahan bakar yang terbawa dengan asap hasil pembakaran dan bereaksi dengan bahan makanan , khususnya mampu bertindak sebagai anti mikroba [17]. Hal ini terjadi pada umumnya karena tingginya kandungan senyawa-senyawa polifenol yang terkandung pada bahan bakar yang bersifat toksik terhadap berbagai bakteri patogen [18]. Mekanisme anti bakteri ini umumnya terjadi akibat adanya interaksi antara membran bakteri dengan senyawa kimia yang ditambahkan sehingga akan menghambat metabolisme pertumbuhan dari bakteri patogen yang merusak mutu makanan [19]. Untuk zat aditif pengawet bahan makanan yang secara kimia dilakukan dengan penambahan bahan tambahan pangan pengawet (BTP Pengawet) baik alami ataupun sintetik.

Metabolit sekunder yang terkandung didalam berbagai bahan alam banyak diantaranya memiliki kemampuan sebagai anti mikroba sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan [20]. Untuk zat aditih pengawet sintetik yang banyak digunakan secara legal pada industri makanan antara lain adalah :

a). Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk campuran dalam produk minuman ringan dan sirup, kecap, acar ketimun dalam botol dan berbagai produk saos.

b). Natrium nitrat (NaNO3), untuk produk daging olahan dan keju.

c). Natrium nitrit (NaNO2), untuk produk daging olahan, pengawetan daging dan kornet kaleng.

d). Asam propionat, untuk produk roti dan keju olahan.

e. Bahan Penyedap dan Bahan Penambah Cita Rasa Makanan.

Zat aditif berupa bahan penyedap umumnya tidak merupakan zat tunggal melainkan merupakan suatu komponen campuran dari berbagai senyawa kimia tertentu yang memiliki sifat yang khas. Zat aditif berupa bahan penyedap adalah zat atau komponen yang mampu untuk memberikan rasa atau aroma tertentu

(7)

kedalam bahan makanan yang ditambahi zat tersebut. Sesungguhnya rasa sedap pada suatu bahan makanan merupakan gabungan dari perasaan yang terdapat dalam mulut yang mengkonsumsi makanan tersebut.

Zat aditif untuk penyedap makanan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Bahan penyedap alami,

Contoh nyata dari bahan penyedap alami antara lain adalah bumbu/herba masakan, minyak atsiri , getah tanaman , sari buah, ekstrak bahan penyedap, dan ekstrak tanaman atau hewan.

Keseluruhan dari bahan penyedap alami yang berasal dari tumbuhan merupakan kandungan metabolit sekunder khas dari tanaman tersebut.

2. Bahan penyedap sintetik atau penyedap buatan .

Zat aditif jenis ini merupakan komponen atau senyawa kimia yang disintesa sehingga mendapatkan produk yang memiliki karakteristik berupa bau dan rasa yang menyerupai rasa dan bau dari zat aditif penyedap alami. Bahan penyedap sintetik ini dibuat dari gabungan komponen dari bahan penyedap alami atau hanya dari komponen penyedap sintetik itu sendiri.

f. Anti Oksidan

Zat ditif makanan antioksidan sesungguhnya merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan kedalam bahan makanan untuk mencegah terjadinya peristiwa oksidasi pada makanan akibat adanya pengaruh internal dan eksternal pada makanan tersebut. Pengaruh eksternal umpamanya adalah paparan gas oksigen dari udara, sedangkan pengaruh internal terjadi karena adanya kandungan radikal bebas pada makanan tersebut. Molekul dalam bentuk radikal bebas sendiri merupakan suatu bentuk molekul yang tidak stabil dan secara kimia bersifat sangat reaktif yang dikarenakan adanya kandungan dari elektron yang tidak berpasangan (tunggal) sehingga radikal bebas ini hanya akan menjadi stabil bila telah bereaksi dengan molekul lainnya.[21]. Proses degradasi dari berbagai komponen makanan merupakan sumber terbentuknya radikal bebas yang ada didalam makanan tersebut. Karena itu mengkonsumsi suatu bahan makanan yang telah mengandung radikal bebas akan menambah jumlah radikal bebas yang secara alami telah ada didalam tubuh manusia. Semakin tingginya jumlah radikal bebas didalam tubuh manusia akan dapat menyerang jaringan tubuh yang sehat khususnya akan menyerang senyawa protein dan DNA sehingga akan dapat menyebabkan terpicunya berbagai penyakit antara lain seperti penyakit kanker, percepatan penuaan dini serta berbagai penyakit degeneratif lainnya [22]. Karena itu penambahan zat aditif antioksidan selain berfungsi sebagai pengawet bahan makanan juga bermanfaat untuk mencegah penyakit penyakit seperti kanker, dimana hal ini telah dilakukan dengan mengkonsumsi berbagai bahan alam yang kaya akan anti oksidan yang digunakan untuk pengobatan kanker khususnya bagi warga yang tidak mampu [23]. Bahan antioksidan secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yang didasari dari sumber perolehannya yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik, [24] . Bahan antioksidan alami adalah senyawa-senyawa khususnya berupa senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam bahan alam dan umumnya merupakan senyawa-senyawa turunan fenol, dan flavonoid. [25] . Selain berfungsi sebagai

(8)

penghambat radikal bebas, metabolit sekunder berupa senyawa anti oksidan juga akan berguna untuk metabolisme yang ada didalam tubuh manusia [26] dan karena itu juga sekaligus berfungsi dalam meningkatkan kesehatan tubuh [27]. Berbagai sumber anti oksidan alami ini banyak terkandung diberbagai tanaman baik yang berada di hutan tropis basah [28], perairan pantai baik berupa rumput laut [29], spons karang [30] bahkan bakteri yang berasosiasi dengan spons karang [31]. Berbagai bahan anti oksidan ini terbukti memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan sebagai obat alternatif pada berbagai penyakit seperti obat anti inflamantori [32], anti apotosis [33] anti parasit [34] dan bahkan anti malaria [35]. Selain itu sifat anti oksidan pada berbagai bahan alam terbukti juga mampu berikatan secara elektrokimia dengan logam membentuk senyawa baru [36] sehingga dapat dimanfaatkan potensi tersebut untuk mengikat berbagai bahan beracun khususnya logam berat yang mungkin terkonsumsi oleh manusia sehingga berpotensi sebagai bahan obat penangkal terhadap karacunan logam khususnya adalah logam berat yang sangat beracun [37]. Penggunaan zat aditif berupa antioksidan sintetik akan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit apabila digunakan dalam jangka waktu panjang

Beberapa contoh zat adtif antioksidan sintetik yang banyak digunakan pada industri makanan antara lain adalah :

 Kalium askorbat dan Natrium askorbat untuk daging olahan, kaldu, dan buah kaleng.

 Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk mencegah ketengikan pada produk produk yang mengandung lemak dan minyak makanan yang tinggi.

 Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan pada lemak, minyak makan, margarin dan mentega.

C.3 Dampak Pemakaian Bahan Aditif Pada Jajanan Anak

Dari berbagai zat aditif yang ditambahkan kedalam produk makanan pada saat ini lebih banyak dipergunakan zat aditif sintetik dari pada zat aditif alami. Penggunaan zat aditif sintetik pada makanan dalam jangka panjang dapat berpotensi menimbulkan berbagai penyakit , khususnya bila dikonsumsi secara berlebihan. Adapun macam zat aditif pada makanan serta potensi penyakit yang mungkin ditimbulkan antara lain adalah :

1. Pengawet

formalin : menyebabkan kanker paru-paru, gangguan berat pada alat pencernaan, memicu sakit jantung, serta akan merusak sistem syaraf.

boraks : menimbulkan rasa mual yang hebat, muntah, diare, berbagai penyakit kulit, terjadinya kerusakan ginjal, serta gangguan parah pada otak dan hati.

natamysin : rasa mual, muntah, menyebabkan tidak adanya nafsu makan, diare, dan ruam kulit.

kalium asetat : dapat menimbulkan terjadinya kerusakan dari fungsi ginjal.

(9)

nitrit dan nitrat : menimbulkan keracunan, dapat mempengaruhi kemampuan hemoglobin dalam sel darah merah dalam membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, kesulitan bernapas, menimbulkan rasa sakit kepala, mengakibatkan anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.

kalsium benzoate : dapat memicu terjadinya serangan penyakit asma.

Sulfur dioksida : tukak lambung, memperparah gejala penyakit asma, menimbulkan mutasi genetik, kanker dan alergi.

kalsium dan natrium propionate : penggunaan melebihi angka maksimum yang diizinkan dapat menyebabkan sakit kepala migren, rasa lelah, dan gangguan tidur.

natrium metasulfat : dapat menimbulkan alergi pada kulit.

2. Pewarna

rodhamin B (pewarna tekstil) : menyebabkan kanker serta menimbulkan keracunan parah pada paru- paru, selaput lendir pada tenggorokan, hidung, dan usus.

tartazine : meningkatkan kemungkinan penyakit hiperaktif khususnya pada anak-anak.

sunset yellow : dapat menyebabkan kerusakan krusakan kromosom yang permanen.

ponceau 4r : menimbulkan anemia dan serta tingkat kepekatan pada hemoglobin dalam darah.

carmoisine : (merah) dapat memicu terjadinya kanker hati dan dapat menimbulkan alergi.

3. Pemanis

siklamat : menimbulkan kanker (bersifat karsinogenik).

sakarin : menyebabkan terjadinya infeksi dan kanker pada organ kantong kemih.

aspartam : dapat menyebabkan terjadinya gangguan saraf serta tumor otak.

4. Penyedap Rasa

monosodium glutamat (MSG) : menimbulkan adanya kelainan hati, rasa trauma, memacu terjadinya hipertensi, stress, dan demam tinggi, terjadinya proses penuaan dini , alergi kulit, rasa mual, muntah, sakit kepala migren, memacu serangan penyakit asma, menimbulkan ketidakmampuan dalam belajar, serta terjadinya depresi.

D. Tujuan dan Manfaat

D.1. Tujuan Kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan awal mengenai segala hal tentang penggunaan zat aditif pada makanan khususnya pada jajanan anak sekolah yang sesuai dengan yang perlu diketahui oleh para orang tua terutama pada dampak negatif penggunaannya .

D.2. Manfaat Kegiatan

1. Memberi pengetahuan awal yang berguna tentang ragam, fungsi serta dampak penggunaan zat aditif khususnya pada jajanan anak sekolah .

(10)

2. Membekali para orang tua dengan informasi dan pengetahuan yang dapat diimplementasikan secara praktis untuk mencegah dampak negatif penggunaan zat aditif terlarang pada jajanan anak sekolah di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.

E. Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan seperti yang diuraikan perumusan masalah diatas maka dapat dilakukan berbagai pemecahan masalah sebagai berikut;

1. Memberi pemahaman mengenai Bahan Aditif sebagai modal awal dalam mengembangkan pengetahuan bagi para orang tua . Bentuk kegiatannya adalah ceramah pengetahuan dasar tentang bahan aditif legal dan terlarang pada makanan.

2. Mengembangkan pengetahuan tentang bahan aditif pada makanan jajanan anak sekolah yang berbahaya yang diperoleh sehingga dapat diimplementasikan secara praktis untuk lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sekolah .

F. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran yang strategis dalam kegiatan ini adalah para warga dilingkungan RT 013/RW 05 Kelurahan Surabaya kota Bengkulu. Jumlah peserta pelatihan sebanyak 20 orang terdiri atas ibu rumah tangga yang memiliki anak di usia sekolah.

G. Metode

Dalam rangka mencapai tujuan yang tercantum di atas, maka dilakukan ceramah dan tanya jawab dalam hal pengertian zat aditif pada makanan , penggunaan zat aditif pada makanan , pengaruh positif dan negatif penggunaan zat aditif pada makanan , zat aditif legal dan terlarang yang digunakan pada makanan , ciri ciri zat makanan yang mengandung zat aditif terlarang.

H. Keterkaitan

Kegiatan ini tidak akan mungkin berhasil tanpa adanya keterkaitan dengan beberapa pihak lain seperti Ketua RT 013/RW 05 Kelurahan Surabaya beserta para warga sekitar sebagai pihak yang berkepentingan di mana kegiatan PPM akan dilakukan.Pemberian dukungan dalam kegiatan ini dengan menyediakan tempat pelatihan.

I. Rancangan Evaluasi

Untuk menilai keberhasilan program kegiatan ini adalah : 1. 80% peserta yang diundang hadir dalam pelatihan.

2. Terlaksananya seluruh kegiatan pelatihan . 3. 40% peserta mampu memahami dampak 4. Pernyataan kepuasan dari peserta pelatihan.

(11)

J. Pelaksanaan Kegiatan 1. Waktu dan Tempat :

Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2017bertempat di Jln Tut Wuri I No 13 Kompleks Diknas RT 013/RW05 Kelurahan Surabaya Kota Bengkulu dan dihadiri sebanyak 16 orang tua sebagai peserta.

2. Metode Pelaksanaan

Metode yang diterapkan adalah :

a. Pemberian Materi mengenai hal ihwal dari berbagai Bahan Aditif khususnya pada makanan dan jajanan anak sekolah.

b. Pemberian contoh contoh langsung mengenai berbagai kandungan bahan aditif yang berbahaya pada jajanan anak sekolah beserta akibatnya.

K. Hasil Kegiatan

1. Pelaksanaan kegiatan kepada peserta guru berkeahlian ganda yang mengikuti kegiatan pelatihan, tercatat mendapatkan respon positif dari para warga yang hadir. Dari rencana semula kegiatan ini akan diikuti 20 orang , dapat dihadiri oleh 16 orang warga yang seluruhnya memiliki anak yang masih sekolah di kota Bengkulu

2. Secara umum seluruh tujuan kegiatan untuk memberikan pengetahuan awal mengenai zat aditif yang berbahaya pada jajanan anak sekolah telah tercapai dengan baik

3. Pelatihan pengetahuan awal tentang zat aditif berbahaya pada jajanan anak sekolah dirasakan oleh para warga sangat sesuai dan dirasakan sangat bermanfaat, dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki, sekaligus dapat membantu meningkatkan kewaspadaan orang tua terhadap perilaku anak didalam kesehariannya.

L. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan

Kegiatan PPM ini terbukti mampu memberikan manfaat kepada para orang tua khususnya yang berada di lingkungan RT 013/RW/05 Kompleks Diknas Kelurahan Surabaya Kota Bengkulu berupa pengetahuan awal mengenai zat aditif pada jajanan anak yang diharapkan dapat dicapai berupa :

a. Memperoleh pengetahuan awal tentang zat aditif yang berbahaya pada jajanan anak sekolah , sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dari orang tua dan masyarakat sekitar .

b. Mampu didalam membekali para orang tua denganpengetahuan tentang ciri ciri jajanan anak sekolah yang mengandung zat aditif yang berbahaya yang dapat diimplementasikan secara praktis untuk meningkatkan kewaspadaan didalam memilih makanan jajanan yang dijual bebas.

pembelajaran di sekolah .

(12)

2. Saran

Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat dijadikan kegiatan yang berkelanjutan secara teratur sehingga akan memberikan bekal pengetahuan yang selalu sesuai dengan perkembangan industri makanan UMKM yang ada di kota Bengkulu khususnya yang berkaitan dengan penjualan jajanan anak di sekolah .

DAFTAR PUSTAKA

1. Salosa, Yenni Y. , Uji kadar formalin, kadar garam dan total bakteri ikan asin tenggiri asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua., Depik, 2013: 2(1): 10-15.

2. Karunia, Finisa Bustani ., Kajian Penggunaan Zat Aditif Makanan (Pemanis Dan Pewarna ) Pada Kudapan Bahan Pangan Lokal Di Pasar Kota Semarang ., Food Science and Culinary Education Journal (FSCEJ) , 2013: 2(2): 72-78

3. Gustian, Erni ., Pengendalian Cemaran Mikroba Pada Bahan Pangan Asal Ternak (Daging Dan Susu) Mulai Dari Peternakan Sampai Dihidangkan , Jurnal Litbang Pertanian, 2009: 28(3): 96-100.

4. Djaafar, T.F. ,S. Rahayu., Cemaran mikroba pada produk pertanian, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007: 26 (2): 67−75 5. Ratnani , R.D., Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan ., Momentum, 2009: 5(1): 16- 22 6. Nuningtyas, Yuli Frita., Pengaruh Penambahan Tepung Bawang Putih (Allium sativum) Sebagai

Aditif Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging., J. Ternak Tropika, 2014: 15 (1): 21-30.

7. Paryanto., Purwanto, A., Kwartiningsih, E., dan Mastuti, E.. Pembuatan Zat warna Alami dalam Bentuk Serbuk untuk Mendukung Industri Batik di Indonesia., Jurnal Rekayasa Proses, 2012: 6(1):

26-29.

8. Manurung, M., Aplikasi Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Pewarna Alami pada Kain Katun secara Pre-Mordanting. Journal of Chemistry, 2012: 6(2): 183-190.

9. Purnomo, M.A.J., Zat Pewarna Alam sebagai Alternatif Zat Warna yang Ramah Lingkungan.Jurnal Seni Rupa STSI Surakarta, 2004: 1(2): 57-61.

10. Madina, F.E., Rina Elvia., I Nyoman Chandra., . Analisis Kapasitas Adsorpsi Silika dari Pasir Pantai Panjang Bengkulu Terhadap Pewarna Rhodamine B. Alotrop , 2017, 1(2): 98-101.

11. Kartina, B., Ashar, T., dan Hasan, W. , Karakteristik Pedagang, Sanitasi Pengolahan dan Analisa Kandungan Rhodamin B pada Bumbu Cabai Giling di Pasar Tradisional Kecamatan Medan Baru Tahun 2012. Lingkungan dan Kesehatan Kerja, 2013: 1(2): 1-7.

12. Sari, R.A., M. Lutfi Firdaus., Rina Elvia., Penentuan Kesetimbangan Termodinamika Dan Kinetika Adsorpsi Arang Aktif Tempurung Kelapa Sawit Pada Zat Warna Reactive Red Alotrop,2017: 1(1): 10-14.

13. Musa ,N. S, Nadia Madiha Ramli, Jaznizat Saidin,Yosie Andriani, Antioxidant And Cytotoxicity Propertise Of Ethyl Acetate Fractions Of Pandanus tectorius Fruit Against HELA Cell Line, Alotrop , 2017: 1(2): 106-112.

14. Eldeen, I., M.S. Habsah. H. Mohamed, W.N. Tan, J.Y.S. Fong. Y. Andriani, and T.S.T. Muhammad.

Cyclooxygenase, 5-Lipoxygenase and acetylcholinesterase inhibitory effects of fractions containing, α-Guaiene and oil isolated from the root of Xylocarpus moluccensis.,Research Journal of Medicinal Plant, 2016: 10(4): 286-294.

15. Mohamad, H., Y. Andriani., K. Bakar., C.C. Siang., D.F. Syamsumir., A. Alias et al ,Effect of drying method on anti -microbial, anti-oxidant activities and isolation of bioactive compounds from Peperomia pellucida (L) Hbk. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research , 2015: 7(8): 578- 584.

16. Andriani, Yosie., Uji aktivitas antioksidan ekstrak betaglukan dari Saccharomyces Cerevisiae.

Jurnal Gradien, 2007: 3(1): 226-230.

17 Agustina, W., Sumpono, Rina Elvia, Aktivitas Asap Cair Cangkang Buah Hevea Brazilensis sebagai Anti Bakteri Staphylococcus aureus, Alotrop , 2017: 1(1):6-9.

18. Oktarina,D.,Sumpono, Rina Elvia. ,Uji Effektivitas Asap Cair Cangkah Buah Hevea Brazilensis Terhadap Aktivitas Bakteria Escherichia coli, Alotrop, 2017:1(1):1-5.

19. Pangestu, N.S, Nurhamidah, Elvinawati, Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri Ekstrak Daun

(13)

Jatropha gossypifolia L, Alotrop, 2017:1(1): 15-19.

20. Sarfina,J, Nurhamidah, Dewi Handayani., 2017 , Uji Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri Ekstrak Daun Ricinus communis L (Jarak Kepyar) , Alotrop, 2017: 1 (1): 66-70.

21. Andriani, Y., M.E.A.Wahid, T.S.T. Muhammad, and H. Mohamad. ,Antibacterial, radical – scavenging activities and cytotoxicity properties of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl leaves in HEPG2 cell lines. International Journal of Pharmaceutical Science and Research.,2011: 2(7): 1700- 1706.

22. Amir, H, Bambang Gonggo Murrcitro, , Uji Microtetrazolium (MTT) Ekstrak Metanol Daun Phaleriamacrocarpa (Scheff.) Boerl Terhadap Sel Kanker Payudara MCF7 , Alotrop, 2017: 1 (1) : 27-32.

23. Amir, H , Bambang Gonggo Murcitro, AS Ahmad, Murni Nur Islamiah Kassim ,The Potential Use Of Phaleria macrocarpa Leaves Extract As An Alternative Drug For Breast Cancer Among Women Living In Poverty , ASIAN JOURNAL FOR POVERTY STUDIES (AJPS), 2017, 3(2): 138 – 145.

24. Andriani, Y., G.S. Chew, T.S.T. Muhammad, H. Mohamad, J. Latip, M.E.A. Wahid., A new 4',6- dihydroxy, 4-methoxybenzophenone-2-O-β-D-gentiobioside, and 4',6-dihydroxy,4 methoxy

benzophenone-2-O-β-D-glucoside isolated from methanolic extract of Phaleriamacrocarpa (Scheff.) Boerl leaves. International Journal of Phytomedicine , 2014: 6(1): 63-72.

25. Kuntari, Z, Sumpono, Nurhamidah , Aktivitas Antioksidan Metabolit Sekunder Bakteri Endofit Akar Tanaman Moringa oleifera L (Kelor) . Alotrop , 2017: 1(2) : 80-84.

26. Andriani, Yosie. ,Toksisitas fraksi aktif steroid ekstrak daun jati belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) terhadap aktivitas serum glutamat oksalat transaminase (SGOT) dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT) pada tikus putih. Jurnal Gradien,2008: 4(2): 365-371.

27. Andriani, Yosie., Pengaruh ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap bobot badan kelinci yang diberi pakan berlemak. Jurnal Gradien, 2005: 1(2): 74-76.

28. Andriani, Y, Habsah Mohamad, M.N.I, Kassim., N.D. Rosnan., D.F. Syamsumir., J.Saidin., et al , Evaluation on Hydnophytum formicarum Tuber from Setiu Wetland (Malaysia) and Muara Rupit ( Indonesia) for Antibacterial and Antioxidant activities and anti-cancer Potency against MCF-7 and HeLa Cell. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 2017: 7(9):30-37.

29. Andriani, Y., D.F. Syamsumir, T.C. Yee, F.S. Harisson, G.M. Herng, S.A. Abdullah, et al . Biological activities of isolated compounds from three edible Malaysian red seaweeds , Gracilaria changii, G.manilaensis and Gracilaria sp. Natural Product Communications (NPC), 2016: 11(8):

1117-1120.

30 Mohamad,H., Rosmiati., Muhammad, T.S.T., Andriani,Y., Bakar, K., Ismail,N., et al ., Potential Secondary Metabolites from Marine Sponge Aaptos aaptos for Artherosclerosis and Vibriosis Treatments, Natural Product Communications (NPC), 2017 : 12(8): 1227-1230.

31. Radzi, S.A.M., Y. Andriani, H. Mohamad, T.S.T. Muhammad, and J. Saidin. In-vitro anti- inflammatory activities of extracts from bacteria associated with marine sponges:Theonella SP.

Jurnal Teknologi (Sciences & Engineering), 2015: 77(25): 165–169.

32. Andriani , Y, Leni Marlina , Habsah Mohamad , Hermansyah Amir , Siti Aisha M Radzi , Jasnizat Saidin , Anti –Inflammantory Activity Of Bacteria Associated With Marine Sponge (Haliclona Amboinensis) Via Reducting No Production And Inhibiting Cyclooxygenase1-Cyclooxygenase-2, And Secretory Phospholipase A2 Activities , Asian J Pharm Clin Res, 2017: 10 (11): 95-100.

33. Zalilawati, M.R., Y. Andriani., K. Shaari., N. Bourgougnon., A.M. Ali., T.S.T. Muhammad, and H.Mohamad. Induction of apoptosis and anti HSV-1 activity of 3-(phenethylamino) demethyl (oxy) aaptamine from a Malaysian Aaptos aaptos. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research ,2015: 7(10): 330-341.

34. Ramadenti. F, Agus Sundaryono. , Dewi Handayani, . Uji Fraksi Etil Asetat Daun Sungkai Terhadap Plasmodium Berghei Pada Mus Musculus. Alotrop , 2017: l (2) : 94-97.

35. Andriani, F, Agus Sundaryono , Nurhamidah , Uji Aktivitas Antiplasmodium Fraksi N Heksan Daun Peronema Canescens Terhadap Mus Musculus , Alotrop 2017: 1(1) 33-38.

36. Sari, P.I., M.Lutfi Firdaus, Rina Elvia, Pembuatan Nano Partikel Perak (NPP) Dengan Bioreduktor Ekstrak Buah Muntingia calabura L Untuk Analisis Logam Merkuri, Alotrop, 2017:1(1) : 20-26.

37. Adriansyah, R. , M. Lutfi Firdaus, Elvinawati., Analisis Hg2+ Dengan Menggunakan Nanopartikel Perak (NPP) Sebagai Indikator Kolorimetri Dengan Metode Spektrofotometri , Alotrop , 2017: 1(2) : 136-143.

(14)

FOTO FOTO KEGIATAN PENGABDIAN

Foto 1. Penjelasan Singkat Zat Aditif Pada Makanan Foto 2. Sesi Diskusi dan Tanya Jawab

Foto.3. Peserta diskusi Foto 4.Peserta memperoleh penjelasan zat aditif pada jajanan anak

Foto 5. Gambaran singkat contoh makanan yang menggunakan zat aditif ilegal

(15)

Foto 6. Contoh Macam macam zat aditif terlarang

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Panjang tubuh mercu embung yang dimaksud adalah seluruh panjang mercu embung yang membentang dari ujung kiri sampai dengan ujung kanan tebing termasuk dengan

Pada Pendokumentasian tacit knowledge yaitu sharing knowledge guru SMP Negeri 46 Palembang belum dilakukan secara efektif sehingga pengetahuan yang ada dapat

[r]

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara GCS saat awal masuk dengan nilai GOS, dan terdapat hubungan yang bermakna antara lama waktu tunggu setelah cedera kepala

Proses kewirausahaan (entrepreneurial process) adalah proses untuk mengembangkan sebuah usaha baru, mungkin dalam membawa produk baru ke pasar yang ada, membawa produk yang ada

proximate % kadar volatil sampah Kecamatan Tampan yang tertinggi adalah bersumber dari pasar dan jalan sebesar 59,0% hal ini terlihat dari jenis sampah

guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;.. volume dan intonasi suara guru dalam