• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO (World Health Organization) memperkirakan penyakit tidak menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan gaya hidup, sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai suatu hal yang melatar belakangi meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (WHO , 2007 ).

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah penyakit tidak menular. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular tersebut yaitu hipertensi. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penyakit lainnya , seperti penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke dan diabetes mellitus (Depkes RI, 2006).

Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Penyakit ini akan menyerang berbagai organ dan menyebabkan penyakit lain contohnya adalah serangan jantung, stroke. Menurut hasil dari beberapa penelitian diketahui bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko terkena stroke sebanyak tujuh kali dan tiga kali lebih besar berisiko serangan jantung. (Sari C Y , 2015)

Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi (Lingga 2012).

American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.

Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara

(2)

berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000.

Jumlah

ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025 (Ardiansyah, 2012)

Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Departemen Kesehatan RI tahun 2017 mencapai sekitar 25,8% Kementerian Kesehatan RI (2017) juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2017 menjadi 9,5% pada tahun 2018. Berdasarkan urutan provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Dari sejumlah prevalensi tersebut, hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui bahwa dirinya memiliki hipertensi dan hanya 0,4% dari jumlah tersebut minum obat hipertensi. Sebesar 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis, yang mengindikasikan bahwa 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, prevalensi kejadian hipertensi tahun 2016 adalah 5,5/1000 penduduk (10.718 kasus) dengan jumlah penduduk 3.031.532 jiwa (Dinkes Jateng, 2016). Berdasarkan data 10 besar penyakit di kota Klaten, hipertensi berada pada urutan 3 dengan prevalensi 1,4 % (5.564 kasus) dengan jumlah penduduk 256.975 jiwa (Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten 2018).

Pengobatan hipertensi yaitu dengan menggunakan terapi alternatif dan komplementer. Terapi alternatif dan komplementer yang saat ini polpuler atapun dipercaya masyarakat untuk mengobati hipertensi diantaranya akupunktur, akupresur, bekam. Akupuntur merupakan salah satu cara pengobatan alternative secara nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi (Ekawati, 2009).

Salah satu upaya pencegahan untuk tekanan darah tinggi yaitu terapi akupunktur dengan penusukan pada titik-titik dipermukaan tubuh yang dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu di Cina sebagai bagian dari TCM (Traditional Chinse Medicine). Akupunktur melihat tekanan darah tinggi sebagai akibat

(3)

adanya ketidakseimbangan antara Yin Yang, yaitu adanya hiperaktivitas Yang Hati dan hiperktivitas Yin Ginjal atau adanya cairan dan lembab yang berlebihan. Akupunktur dalam menurunkan tekanan darah diterangkan dalam ilmu pengobatan Cina, yaitu dengan merangsang titik-titik akupunktur untuk menghantarkan dan memperlancar Qi (energi vital) untuk menyeimbangkan Yin Yang. (So’emah E. N. 2017)

Akupunktur bekerja pada tubuh di duga dengan cara melepaskan neurotransmiter yang terlibat pada berbagai proses dalam tubuh. Menurut teori neurohumoral efek akupunktur di mediasi melalui system saraf. Pacuan oleh saraf simpatis mampu meningkatkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung sedangkan pacuan oleh saraf parasimpatis mampu menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Hal-hal tersebut yang menyebabkan akupunktur dapat menurunkan tekanan darah. (So’emah, E. N. 2017)

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa penusukan pada titik Baihui (GV 20) meningkatkan parameter arteriosklerotik (Satoh, 2009), penusukan pada Sishenchong (EXHN-1) menunjukkan bahwa kemanjuran klinis akupunktur dalam pengobatan hipertensi menghasilkan neurotransmitter berupa norepinefrin, melatonin, asam gamma-aminobutyric, dan beta- endorphin (Lee & Lim, 2016). Sedangkan Titik Taichong (LV3) merupakan titik Yuan dari meridian hati dipilih untuk mengurangi api hati, menguatkan limpa dan menghilangkan kelembaban dan merupakan titik anti hipertensi (Khasanah, et al. 2018)

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2019 didapatkan data yang berasal dari Puskesmas Wonosari bahwa penderita hipertensi di Wonosari sebesar 172 jiwa atau sebesar 10% dari 1.725 dari total penduduk. Dan berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Rt Ngrodon didapatkan data bahwa penderita hipertensi sebesar 35 jiwa dari 195 dari total penduduk . Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang efektivitas titik akupunktur Baihui (GV 20), Sishencong (EX-HN 1) dan Taichong (LV 3) pada kasus hipertensi.

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terapi akupunktur titik Baihui (GV 20), Sishencong (EX-HN 1) dan Taichong (LV 3) efektif untuk menurunkan tekanan darah pada kasus Hipertensi di Ngrodon Jelobo Wonosari Klaten ?”

C. Tujuan Penilitian

Dari rumusan masalah diatas terdapat tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi akupunktur dengan titik Baihui (GV 20), Sishencong (EX- HN 1) dan Taichong (LV 3) pada kasus hipertensi di Ngrodon Jelobo Wonosari Klaten

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik subjek penelitian yang akan dilakukan terapi akupunktur dengan titik Baihui (GV 20), Sishencong (EX-HN 1) dan Taichong (LV 3) pada kasus hipertensi di Ngrodon Jelobo Wonosari Klaten .

b. Mengetahui kondisi tekanan darah sebelum dilakukan terapi akupunktur dengan titik Baihui (GV 20), Sishencong (EX-HN 1) dan Taichong (LV 3) pada kasus hipertensi di Ngrodon Jelobo Wonosari Klaten .

c. Mengetahui kondisi tekanan darah sesudah dilakukan terapi akupunktur dengan titik Baihui (GV 20), Sishencong (EX-HN 1) dan Taichong (LV 3) pada kasus hipertensi di Ngrodon Jelobo Wonosari Klaten .

d. Menganalisa efektivitas terapi akupunktur dengan titik Baihui (GV 20), Sishencong (EX-HN 1) dan Taichong (LV 3) pada kasus hipertensi di Ngrodon Jelobo Wonosari Klaten .

D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Penulis

(5)

Dapat dijadikan bekal dan ilmu tambahan bagi penulis dalam menangani pasien dengan khasus hipertensi.

2. Untuk Profesi

Dapat dijadikan bahan pengembangan dan peningkatan layanan serta penanganan untuk pasien dengan khasus hipertensi.

3. Untuk Masyarakat

a. Dapat memberikan dorongan kepada masyarakat untuk dapat mengetahui manfaat serta efektivitas terapi akupunktur pada khasus hipertensi.

b. Dapat menjadi salah satu pilihan dalam menjalani terapi untuk menangani kasus hipertensi.

E. Keaslian Penelitian

Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penyakit hipertensi :

1. Hongyan Chen, et al (2013) ‘Hypothalamus-Related Resting Brain Network Underlying Short-Term Acupuncture Treatment in Primary Hypertension’.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi jaringan otak yang mendasari sistem kardiovaskular pada pasien hipertensi primer setelah terapi akupunktur jangka pendek. 30 pasien (14 laki-laki) dibagi menjadi kelompok akupunktur dan kelompok kontrol. Kelompok akupunktur menerima terapi akupunktur 5 hari terus menerus dan melakukan 3 kali pemindaian fMRI saat istirahat dan pemantauan tekanan darah ambulatory 24 jam (ABPM) serta kuesioner SF-36 sebelum, setelah, dan 1 bulan setelah terapi akupunktur. Kelompok kontrol melakukan pemindaian fMRI dan ABPM 24 jam. Untuk akupunktur verum, tekanan darah rata-rata (BP) dan denyut jantung (HR) menurun setelah perawatan tetapi tidak menunjukkan perbedaan statistik. Tidak ada perbedaan signifikan dalam BP dan SDM antara akupunktur dan kelompok kontrol. Khususnya, SF-36 menunjukkan bahwa nyeri (ρ = 0,005) menurun dan vitalitas (ρ = 0,036) meningkat setelah akupunktur. Sebagai kesimpulan, akupunktur jangka pendek tidak menurunkan BP secara signifikan tetapi meningkatkan nyeri dan vitalitas

(6)

tubuh. Akupunktur dapat mengatur sistem kardiovaskular melalui jaringan otak, hipotalamus, dan batang otak.

2. Jing Li, et al (2015) ‘Effect of Acupuncture at LR3 on Cerebral Glucose Metabolism in a Rat Model of Hypertension’ : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek akupunktur di LR3 pada metabolisme glukosa otak pada tikus hipertensi spontan (SHRs). Penelitian ini menggunakan tomografi emisi positron 18F-2-fluoro-deoksi-D-glukosa (18F-FDG-PET) untuk menguji efek akupunktur di LR3 pada metabolisme glukosa serebral di SHR. SHR dialokasikan secara acak untuk tidak menerima pengobatan (kelompok SHR), penusukan di LR3 (kelompok SHR + LR3), atau sham acupunture (SHR + kelompok palsu). Tikus menerima 10 menit akupunktur sekali per hari selama 7 hari dan dibandingkan dengan tikus Wistar Kyoto (WKY) yang normotensif. Pengukuran tekanan darah (BP) dan PET dilakukan setelah penusukan akupunktur pertama dan periode pengobatan 7 hari. BP lebih rendah pada kelompok SHR + LR3 dibandingkan dengan kelompok SHR lainnya antara 30 dan 60 menit setelah penusukan akupunktur pertama dan pada 24 dan 48 jam setelah periode pengobatan 7 hari. Metabolisme glukosa di motorik, sensorik, dan korteks visual menurun pada kelompok SHR dibandingkan dengan kelompok WKY. Penusukan pada LR3 dikaitkan dengan penurunan metabolisme glukosa pada thalamus dorsal, thalamus, dan hipotalamus dan dengan peningkatan metabolisme di lobus anterior dan posterior serebelum, medula oblongata, dan korteks sensorik dibandingkan dengan kelompok SHR.

Penelitian ini menunjukkan bahwa akupunktur LR3 memperbaiki hipertensi melalui mekanisme yang melibatkan aktivasi otak yang berubah pada SHR.

3. Zhen Ci Yan Jiu .,2012 ‘Effect of acupuncture needle-retention duration at Baihui (GV 20) and sishencong (EX-HN 1) on blood pressure in hypertension patients’ Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati efek penusukan akupunktur di Baihui (GV 20) dan Sishencong (EX-HN 1) terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. 24 pasien dengan hipertensi esensial secara acak dibagi menjadi kelompok akupunktur dan kelompok

(7)

obat. Untuk pasien dari kelompok akupunktur, dilakukan penusukan Baihui (GV 20) dan Sishencong (EX-HN 1) dan dimanipulasi selama sekitar 10 detik hingga "Deqi", dan ditahan selama 8 jam. Pasien dari kelompok obat diberi obat dengan pemberian tablet Nifedipine (20 mg) oral di pagi hari.

Tekanan darah (arteri brakialis kanan) terdeteksi 0,5, 2, 4, 6 dan 8 jam setelah perawatan masing-masing. Dibandingkan dengan pra-perawatan, tingkat tekanan sistolik pada titik waktu 0,5, 2, 4, 6 dan 8 jam setelah mengambil Nifedipine dalam kelompok obat, dan tingkat tekanan sistolik pada titik waktu 2, 4 dan 6 jam setelah perawatan pada kelompok akupunktur, dan tingkat tekanan diastolik pada titik waktu 2, 4, 6 dan 8 jam pada kelompok akupunktur dan pengobatan menurun secara nyata (ρ <0,05, ρ <0,01). Efek kelompok akupunktur secara signifikan lebih lemah daripada kelompok obat dalam menurunkan tekanan sistolik pada titik waktu 0,5 dan 8 jam setelah perawatan (ρ <0,01). Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara akupunktur dan kelompok obat dalam menurunkan tekanan sistolik pada titik waktu 2, 4 dan 6 jam setelah perawatan, dan dalam menurunkan tekanan diastolik pada titik waktu 0,5, 2, 4, 6 dan 8 jam setelah perawatan (ρ < 0,05). Stimulasi akupunktur Baihui (GV 20) dan Sishencong (EX-HN 1) dengan retensi jarum yang berkelanjutan bekerja dengan baik dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, tetapi relatif lebih lambat dan memiliki periode waktu yang lebih singkat dalam menurunkan tekanan darah.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Faktor pendukung dalam pemanfaatan permainan tradisional untuk kegiatan kelompok B2 di TK Bumi Warta Yogyakarta, yaitu: halaman sekolah yang luas, antusiasme dari

Sebaliknya apabila pembebasan itu didasarkan pada penapsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana yang disebutkan dalam surat dakwaan dan bukan didasarkan pada

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Oleh kerana umat Islam biasanya tidak mampu memahami ajaran agama Islam dengan hanya membaca al-Quran atau Hadith sendiri sama ada dalam bahasa Arab atau bahasa lain, maka

Suku Dayak di Kalimantan terdiri dari tujuh suku, dari ketujuh suku dayak tersebut, di Kalteng terdapat paling sedikit 3 suku dengan tujuh anak sukunya yaitu suku Dayak

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk