• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HUJAN, PEMUPUKAN DAN JUMLAH TANDAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI KEBUN PABATU PTPN IV SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH HUJAN, PEMUPUKAN DAN JUMLAH TANDAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI KEBUN PABATU PTPN IV SKRIPSI OLEH :"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

RAHMAT DIANSYAH 160301230

AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

SKRIPSI

OLEH :

RAHMAT DIANSYAH 160301230

AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

i

RAHMAT DIANSYAH : Pengaruh Hujan, Pemupukan dan Jumlah Tandan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Pabatu PTPN IV dibimbing oleh Irsal dan Lisa Mawarni.

Produktifitas kelapa sawit dipengaruhi oleh hujan dan pemupukan dan jumlah tandan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pupuk dan jumlah tandan terhadap produktivitas kelapa sawit pada beberapa umur tanam. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Pabatu PT. Perkebunan Nusantara IV di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, pada bulan September 2020 sampai Agustus 2021. Penelitian ini mengunakan data sekunder yang tersedia di administrasi kebun, meliputi data produksi TBS dan data jumlah tandan tahun 2017, 2018, dan 2019, data curah hujan dan data hari hujan bulanan tahun 2016, 2017 dan 2018, data pemupukan NPK, dan Mg per kuartal tahun 2016, 2017 dan 2018. Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.22 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan curah hujan, hari hujan dan jumlah tandan berpengaruh nyata pada peningkatan produktivitas kelapa sawit pada tanaman kelapa sawit umur 5, 14 dan 19 tahun sedangkan pemupukan NPK dan pemupukan Mg berpengaruh tidak nyata pada peningkatan produktivitas kelapa sawit pada beberapa tahun tanam kelapa sawit. Korelasi curah hujan, hari hujan dan jumlah tandan pada tanaman umur 5, 14 dan 19 tahun memiliki pengaruh yang kuat dalam pencapaian produktivitas kelapa sawit. Korelasi pemupukan NPK dan pemupukan Mg memiliki pengaruh yang lemah dalam pencapaian produktivitas kelapa sawit.

Kata kunci : curah hujan, hari hujan, pemupukan , jumlah tandan, produktivitas TBS.

(5)

ii ABSTRACT

RAHMAT DIANSYAH: The Effect of Rain, Fertilization and The Number of Bunches on Palm Oil Productivity in PTPN IV's Pabatu Garden was guided by Irsal and Lisa Mawarni.

Palm oil productivity is affected by rain and fertilization and the number of bunches. This study aims to find out and analyze the influence of rain, fertilizer and the number of bunches on palm oil productivity in several planting ages. This research was conducted in Pabatu Garden PT. Nusantara IV plantation in Serdang Bedagai Regency of North Sumatra, from September 2020 to August 2021. The study used secondary data available in the garden administration, including Fresh Fruit Bunches (FFB ) production data and bunch count data in 2017, 2018, and 2019, rainfall data and monthly rainy day data in 2016, 2017 and 2018, NPK fertilization data, and Mg per quarter of 2016, 2017 and 2018. The analytical methods used are multiple linear regression analysis and correlation analysis.

Models tested for feasibility with classical assumption tests include normality tests, heteroskedasticity tests, multicollinearity tests, and autocorrelation tests using the statistics tool SPSS.v.22 for windows. The results showed rainfall, rainy days and the number of bunches had a noticeable effect on increasing palm oil productivity in palm oil crops aged 5, 14 and 19 years while NPK fertilization and mg fertilization had no real effect on increasing palm oil productivity in several years of palm oil cultivation. The correlation of rainfall, rainy days and the number of bunches in plants aged 5, 14 and 19 years has a strong influence in achieving palm oil productivity. The correlation of NPK fertilization and mg fertilization has a weak influence in achieving palm oil productivity.

Keywords: rainfall, rainy day, fertilization, number of bunches, FFB productivity.

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Rahmat Diansyah, lahir pada tanggal 17 April 1997 di Desa Kelembak , Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, anak ke tiga dari empat bersaudara putra dari ayahanda Sugiman dan ibunda Milawati Purba.

Tahun 2015 penulis lulus dari SMK Suasta Taman Siswa Tebing Tinggi dan pada tahun 2016 masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-PT. Penulis memilih minat Agronomi, Program Studi Agroteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi UKM BKM Al-Mukhlisin FP USU, Kordinator defisipembibitan UKM Himadita Nursery FP USU (2018-2019), anggota Himagrotek FP USU, dan penulis aktif sebagai asisten praktikum di Laboratorium Dasar Agronomi (2019-2020).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata - Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) desa Sei Siarti Kecamatan Pantai Tengah Kabupaten Labuan Batu Sumatra Utara pada tahun 2020. Kemudian penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT SMART TbK Padang Halaban Estate DesaPerkebunan Padang Halaban ,Kecamatan Aek KuoKabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2019.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini tepat pada waktunya.

Judul dari skripsi ini adalah ” Pengaruh Hujan, Pemupukan dan Jumlah Tandan Terhadap Produktivitas Kelapa sawit di Kebun Pabatu PT. PN IV, Serdang Bedagai” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kepadah Ayahanda Sugiman dan Ibunda Milawati Purba yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual.

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Irsal, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lisa Mawarni, M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2021 Penulis

(8)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Curah Hujan dan Hari Hujan ... 9

Pemupukan ... 10

Jumlah Tandan ... 14

Hubungan Iklim, Pupuk, Jumlah Tandan dan Umur Tanam Terhadap Produktivitas Kelapa sawit ... 15

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Metode Penelitian... 18

Peubah Amatan ... 19

Produktivitas Tandan Buah Segar ... 20

Jumlah Tandan ... 20

Curah Hujan ... 20

Hari Hujan... 20

Pemupukan NPK ... 21

Pemupukan Mg ... 21

PELAKSANAAN PENELITIAN Studi Kepustakaan ... 22

Pengumpulan data ... 22

Pengolahan Data dan Analisis Data ... 22

Uji Asumsi klasik ... 24

Uji Normalitas ... 24 Halaman

(9)

vi

Uji Heterokedastisitas ... 25

Uji Multikolinearitas ... 25

Uji Autokorelasi ... 25

Pengujian Hipotesis... 26

Penarikan Kesimpulan ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Tandan Buah Segar ... 28

Jumlah Tandan ... 30

Curah Hujan dan Hari Hujan ... 32

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Tandan, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 5 Tahun ... 37

Analisis Data ... 38

Uji Asumsi Klasik ... 39

Analisis Korelasi ... 42

Analisis Regresi Linear Berganda ... 44

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 5 Tahun ... 47

Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 5 Tahun ... 48

Pengaruh Jumlah Tandan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 5 Tahun ... 51

Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Tandan, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 5 Tahun ... 51

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Tandan, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 14 Tahun ... 52

Analisis Data ... 52

Uji Asumsi Klasik ... 53

Analisis Korelasi ... 56

Analisis Regresi Linear Berganda ... 58

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 14 Tahun ... 61

Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 14 Tahun ... 63

Pengaruh Jumlah Tandan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 14 Tahun ... 64

Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Tandan, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 14 Tahun ... 65

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Tandan, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 19 Tahun ... 65

Analisis Data ... 66

Uji Asumsi Klasik ... 67

Analisis Korelasi ... 70

Analisis Regresi Linear Berganda ... 72

Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 19 Tahun ... 75

Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 19Tahun ... 77

(10)

vii

Pengaruh Jumlah Tandan Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman

Kelapa sawit Berumur 19 Tahun ... 79

Pengaruh Curah Hujan, Hari Hujan, Jumlah Tandan, Terhadap Produktivitas TBS Pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 19 Tahun ... 79

Produksi Tandan Buah Segar ... 80

Pemupukan NPK ... 80

Pemupukan Mg ... 81

Hubungan Pemupukan NPK, Mg Terhadap Produktivitas TBS Tanaman Kelapa sawit Berdasarkan Tahun Tanam ... 81

Analisis Data ... 82

Uji Asumsi Klasik ... 82

Analisis Korelasi ... 85

Analisis Regresi Linear Berganda ... 87

Pengaruh Pemupukan NPK, Mg Terhadap Produktivitas TBS Tanaman Kelapa sawit Berdasarkan Tahun Tanam ... 90

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 94

Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

viii

DAFTAR TABEL No.

1. Rataan produktivitas Kelapa sawit pada tanaman

Berumur 5 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 28 2. Rataan produktivitas Kelapa sawit pada tanaman

Berumur 14 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 29 3. Rataan produktivitas Kelapa sawit pada tanaman

Berumur 19 Tahun Selama 3 tahun (2017-2019) ... 30 4. Rataan jumlah tandan pada Tanaman Berumur 5 tahun

selama 3 Tahun (2017-2019) ... 31 5. Rataan jumlah tandan pada Tanaman Berumur 14 tahun

selama 3 Tahun (2017-2019) ... 31 6. Rataan jumlah tandan pada Tanaman Berumur 19 tahun

selama 3 Tahun (2017-2019) ... 32 7. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 5 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 33 8. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 14 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 34 9. Rataan curah hujan pada Tanaman Berumur 19 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 35 10. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 5 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 36 11. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 14 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 36 12. Rataan hari hujan pada Tanaman Berumur 19 tahun

selama 3 Tahun (2016-2018) ... 37 13. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah tandan pada

Tanaman Berumur 5 Tahun selama 3 tahun ... 38 14. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 39 15. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman

Kelapa sawit Berumur 5 Tahun selama 3 tahun (2017-2019)... 40 Halaman

(12)

ix

16. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance pada umur 5 tahun

Selama 3 tahun (2017-2019)) ... 41 17. Nilai hitung durbin watson (d) ... 42

18. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 42 19. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 5 Tahun

selama 3 tahun (2017-2019) ... 43 20. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman

Kelapa sawit Berumur 5 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 44 21. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman

Kelapa sawit berumur 5 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 45 22. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa sawit Berumur 5 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 46 23. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa sawit Berumur 5 Tahun (2017-2019)... 47 24. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah tandan pada

Tanaman Berumur 14 Tahun selama 3 tahun ... 52 25. Nilai signifikansi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 53 26. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman

Kelapa sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 54 27. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance pada umur 14 tahun

selama 3 tahun (2017-2019) ... 55 28. Nilai hitung durbin watson (d) ... 56 29. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 56 30. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa sawit

Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019)... 57 31. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman

Kelapa sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 58 32. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman

Kelapa sawit berumur 14 tahun selama 3 tahun (2017-2019)... 59 33. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman

(13)

x

Kelapa sawit Berumur 14 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 60

34. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 14 Tahun (2017-2019) ... 61

35. Rataan produktivitas, curah hujan, hari hujan, jumlah tandan pada tanaman Berumur 19 Tahun selama 3 tahun ... 66

36. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 67

37. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 19 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 68

38. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerancepada umur 19 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 69

39. Nilai hitung Durbin Watson (d) ... 70

40. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 70

41. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 19 Tahun selama 3 tahun (2017-2019)... 71

42. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman Kelapa sawit Berumur 19 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 72

43. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada Tanaman Kelapa sawit berumur 19 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 73

44. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman Kelapa sawit Berumur 19 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 74

45. Model pengujian analisis regresi linear berganda nj Kelapa sawit Berumur 19 Tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 75

46. Rataan Produktivitas Kelapa sawit Selama 3 tahun (2017-2019) ... 80

47. Rataan pemupukan NPK ... 80

48. Rataan pemupukan Mg ... 81

49. Rataan produktivitas, pemupukan NPK, Mg pada tanaman Kelapa sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 81

50. Nilai signifikansi uji one-sample kolmogorov-smirnov test ... 83

51. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada Tanaman Kelapa sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 84

(14)

xi

52. Uji multikolinearitas nilai VIF dan tolerance

selama 3 tahun (2017-2019) ... 85 53. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 86 54. Uji analisis korelasi pada Tanaman Kelapa sawit

selama 3 tahun (2017-2019) ... 86 55. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman

Kelapa sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 87 56. Uji T-parsial pada Tanaman Kelapa sawit selama

3 tahun (2017-2019) ... 88 57. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada Tanaman

Kelapa sawit B selama 3 tahun (2017-2019)... 89 58. Model pengujian analisis regresi linear berganda

Kelapa sawit selama 3 tahun (2017-2019) ... 89

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN No.

1. Klasifikasi Tipe Iklim Scmidth-Ferguson Di Kebun

PT. Perkebunan Nusantara IV Indonesia kebun Pabatu ... 99 2. Interpretasi nilai r pada analisis korelasi ... 99 3. Uji T parsial analisis linear berganda pada tanaman berumur

5,14,dan 19 tahun selama 3 tahun ... 100 4. Uji T parsial analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 101 5. Nilai t-tabel ... 101 6. Sidik ragam analisis linear berganda pada tanaman berumur

5,14,dan 19 tahun selama 3 tahun (2017-2019) ... 101 7. Sidik ragam analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 102 8. Nilai F-tabel pada α = 5% ... 102 9. Nilai koefisien analisis linear berganda pada tanaman berumur

5,14,dan 19 tahun ... 103 10. Nilai koefisien analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 103 11. Model pengujian analisis linear berganda pada tanaman

Berumur 5,14,dan 19 tahun ... 104 12. Model pengujian analisis linear berganda pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 105 13. Uji analisis korelasi antar variabel pada tanaman berumur

5,14,dan 19 tahun selama 3 Tahun (2017-2019) ... 105 14. Uji analisis korelasi antar variabel pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 107 15. Uji kolmogorov-Smirnov pada tanaman berumur 5, 14 dan

19 tahun ... 107 16. Uji kolmogorov-Smirnov pada pemupukan

NPK, Mg selama 3 Tahun ... 109 Halaman

(16)

xiii

17. Nilai uji heterokedastisitas signifikansi pada absolute residual

Pada tanaman berumur 5,14,dan 19 tahun ... 109

18. Nilai uji heterokedastisitas signifikansi pada absolute residual pada pemupukan NPK, Mg selama 3 Tahun ... 110

19. Uji autokorelasi pada tanaman berumur 5,14,dan 19 tahun ... 111

20. Uji autokorelasi pada pemupukan NPK, Mg ... 111

21. Tabel durbin watson ... 111

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tahun 2019, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14.677.560 ha, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan akhir tahun 2015 yang hanya 11.260.277 ha. Produktivitas kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2019 adalah 3,702 ton/ha atau 42,869,429 ton/tahun jika dibandingkan dengan akhir tahun 2015 yang hanya 3,625 ton/ha atau 31,070,015 ton/tahun. Produktivitas kelapa sawit di Sumatera Utara mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 3,822 ton/ha jika dibandigkan dengan akhir tahun 2015 sebesar 4,375 ton/ha (Direktorat Jendral Perkebunan, 2020).

Produksi Tandan Buah Segar (TBS) merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Keberhasilan produksi TBS sangat tergantung oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor budidaya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor bahan tanam, curah hujan, pemupukan, populasi tanaman, kondisi lahan, umur tanaman, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, sarana dan prasarana panen, serta faktor pendukung lainnya (Prihutami, 2011).

Produktivitas tanaman kelapa sawit di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu iklim, bentuk wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya (PPKS, 2006). Hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi variable hari hujan pada produktivitas tanaman kelapa sawit tahun 2010-2013 memiliki tanda positif sebesar 2,020. Hal ini mengartikan bahwa penambahan satu satuan nilai hari

(18)

hujan akan menaikan nilai produktivitas kelapa sawit sebesar 2,020 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (Lubis, 2019).

Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500-4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal adalah 2.000-3.000 mm pert tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk pun relatif sedikit (Hartanto, 2011).

Pemupukan kelapa sawit bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara yang kurang atau tidak tersedia didalam tanah, yang mana unsur hara tersebut diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif agar didapatkan tandan buah segar yang optimal. Sutarta dan Winanrna (2003) pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif yang sehat dan produksi TBS hingga mencapai produktivitas maksimum.

Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40-60% dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau sekitar 24% dari total biaya produksi. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas (Adiwiganda, 2007).

Upaya menjamin kestabilan produksi kelapa sawit harus diikuti peningkatan pemeliharaan di lapang dengan penerapan teknologi budidaya

(19)

yang baik (good agricultutral practices) yang termasuk didalamnya aspek pemeliharaan, memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan produksi dan produktivitas (Lubis dan Iskandar, 2018). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh curah hujan , hari hujan , pemupukan NPK, Mg dan jumlah tandan terhadap produktivitsas kelapa sawit berumur 5, 14 dan 19 tahun di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Pabatu, Serdang Bedagai.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh hujan, pemupukan dan jumlah tandan terhadap produktivitas kelapa sawit di kebun Pabatu PTPN IV.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh nyata jumlah,hari hujan, pemupukan NPK,Mg dan jumlah tandan serta korelasinya terhadap produktivitas kelapa sawit pada beberapa umur tanam.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam kingdom Plantae, kelas Monocotyledoneae, ordo Palmales, famili Palmaceae, genus Elaeis, spesies Elaeis guineensis Jacq (dalam Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003 )

Akar kelapa sawit berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan hingga 6 bulan, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal dan vertikal hingga mencapai 15 - 20 m ke dalam tanah. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder dengan diameter 2 - 4 mm yang mengarah ke atas mendekati permukaan tanah. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 1 - 2 mm dan membentuk akar kuartener yang berada di dekat pemukaan tanah dengan panjang 2 cm dan berdiameter 0.5 mm (PT Tania Selatan, 1997).

Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 75cm.

Tinggi batang bertambah sekitar 25-60 cm per tahun (tergantung varietas). Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang per tahun.

Semakin rendah pertambahan tinggi batang.semakin panjang umur ekonomis tanaman (Pahan, 2008).

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip, membentuk satu pelepah dengan jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Jumlah pelepah daun yang terbentuk selama satu tahun dapat mencapai 20-30 helai.

(21)

Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit (Phylotaxis) ditentukan berdasarkan susunan duduk daun, dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8.

Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral, dengan dua set spiral yang berselang 8 daun.

Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21. Kedudukan pelepah daun Kelapa sawit bila digambarkan berdasarkan susunannya, yaitu pelepah ke-1, ke-9, ke-17, ke-25, dan seterusnya, begitu juga dengan kedudukan pelepah daun kelapa sawit lainnya (Yahya dan Suwarto 2011)

Letak bunga jantan dan bunga betina Kelapa sawit terpisah, masing- masing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih satu pohon. Oleh karena itu kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian, terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini disebut hermaprodit. Satu tandan bunga jantan terdiri dari 150-200 spinkelet atau manggar. Dalam satu spinkelet (manggar) terdapat 600-1.500 bunga jantan (Hadi, 2004).

Buah kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 - 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten ( Yunita, 2010 ).

Biji pada kelapa sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan lembaga (embrio). Embrio Kelapa sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm, berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam.

(22)

Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya sat, kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah (Soehardjo, 1999).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 ºC dengan suhu maksimum 33 ºC dan suhu minimum 22 ºC sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan adalah 1 250 - 3 000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan). Curah hujan optimal berkisar 1 750 - 2 500 mm. kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, meskipun demikian dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut menjadi faktor pembatas ringan. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan curah

hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air (Pusat Penelitian Kelapa sawit, 2006).

Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dengan kelembaban nisbi pada kisaran 50 – 90 % (optimal pada 80 %). Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut atau elevasi. Elevasi untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (Pusat Penelitian Kelapa sawit, 2006).

(23)

Kisaran rata-rata suhu udara tahunan yang optimum untuk kelapa sawit 25

oC – 28 oC, tetapi masih dapat berproduksi pada rata-rata suhu udara tahunan antara 24 oC – 38 oC. Kombinasi antara curah hujan dan suhu udara sangat berperan dalam mekanisme membuka dan menutupnya stomata daun yang berujung pada proses fotosintesis (Risza, 2009). Suhu optimal rata-rata yang diperlukan oleh kelapa sawit adalah 27oC - 32oC. Tinggi rendahnya suhu berkaitan erat dengan ketinggian lahan dari permukaan air laut. Oleh karena itu, ketinggian lahan yang baik untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0-400 m dpl, karena pada ketinggian tersebut temperatur udara diperkirakan 27 oC - 32 oC (Hadi, 2004).

Tanah

Lubis (1992) menuliskan tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 400 m di atas permukaan laut. Pusat Penelitian Kelapa sawit (2006) menambahkan bahwa bentuk wilayah yang sesuai untuk tanaman Kelapa sawit adalah datar sampai berombak, yaitu wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 8 persen. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan 8 - 30 %), kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan lebih dari 30 % tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengelolaannya, sedangkan produksi Kelapa sawit yang dihasilkan relatif rendah.

Bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, dan keefektivitasan pemupukan.

(24)

Dja’far et al (2001) memaparkan topografi lahan yang tidak disertai penerapan kultur teknis yang standar berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit dan penggunaan tenaga pemanen. Perbedaan produksi pada areal yang bertopografi berombak dengan areal bertopografi berbukit bisa mencapai 3.96 ton TBS/ha/tahun. Pada daerah berbukit walaupun pemakaian tenaga panen 9.11 % lebih banyak dibandingkan di daerah berombak tetapi produksi yang dihasilkan akan tetap rendah. Hal tersebut dikarenakan oleh sekitar 13.31 % tandan buah segar (TBS) tidak dipanen serta kehilangan brondolan mencapai 51.36 persen.

Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Oleh karena itu, untuk mendapat produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-pH optimum 5,0-5,5. Secara umum kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik, kelabu, alluvial, atau regosol. Secara umum kelapa sawit berproduksi dengan baik pada jenis tanah ultisol, inceptisol, andisol, dan histosol (Hartanto,2011).

Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit ialah memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur tanah yang paling ideal untuk Kelapa sawit adalah perkembangannya kuat, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain

(25)

itu,ketebalan gambut yang baik adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite (Soehardjo, 1999).

Curah hujan dan hari hujan

Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan. Hadi (2004) menyatakan bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 2500-3000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat 7 bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar. Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman Kelapa sawit dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina.

Pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Water deficit merupakan suatu kondisi dimana suplai air tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman. Batas pengaruh water deficit pada tanaman kelapa sawit adalah 400 mm, jika lebih besar dari 400 mm akan berpengaruh pada produksi secara langsung, yaitu tandan bunga yang telah muncul akan terganggu proses kematangannya serta dapat mengganggu munculnya bunga dan sex differentiation (Risza, 2009).

Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata (Siregar et. al, 2006). Tinggi

(26)

rendahnya curah hujan dapat dilakukan sebagai evaluasi produksi untuk tahun- tahun ke depan. Penyebaran produksi setiap bulan dalam setahun sangat dipengaruhi oleh curah hujan pada tahun-tahun sebelumnya. Risza (2009) produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini berubah setiap tahunnya sehingga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektar per tahunnya. Pemahaman terhadap pengaruh unsur cuaca dan umur tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar untuk memprediksi dan evaluasi terhadap produktivitas TBS Kelapa sawit ( Simanjuntak et al., 2014).

Secara umum, kekurangan air pada kelapa sawit dapat menyebabkan hal- hal berikut: a) buah lambat masak, b) bobot tandan buah berkurang dan hasil ekstraksi CPO menurun, c) jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, dan d) jumlah bunga jantan meningkat sedangkan bunga betina menurun ( Benny et al., 2015).

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Upaya pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi TBS yang maksimal serta menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) yang tinggi, baik kualitas maupun kuantitasnya (Mangoensoekarjo, 2005). Dalam kegiatan pemupukan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanaman yang

(27)

akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan,

dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno, 2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang

paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.

Adiwiganda (2002) menyatakan bahwa tidak kurang dari 50 % biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30 % terhadap biaya produksi atau sekitar 60 % terhadap biaya pemeliharaan. Akan tetapi dipihak lain pemupukan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Pemupukan yang tidak baik akan mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Manajemen pupuk dan pemupukan harus direncanakan dengan baik, dipersiapkan dengan matang, dilaksanakan secara terencana, dan diawasi dengan ketat sehingga aplikasi pupuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan.

Dewasa ini terjadi penggolongan jenis-jenis pupuk berdasarkan kandungan

unsur haranya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). pupuk tunggal adalah pupuk yang

hanya mengandung satu unsur hara primer (N, P, atau K), sementara itu unsur lain yang terkandung di dalamnya hanya berperan sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara primer.

Nitrogen mempunyai peranan yang penting dalam setiap proses fisiologis tanaman. Zat hijau daun (klorofil) banyak mengandung unsur N, sehingga

(28)

kekurangan unsur tersebut akan mengakibatkan penurunan aktivitas metabolisme yang ditandai dengan gejala warna daun memucat (klorosis). Gejala kekurangan unsur tersebut akan tampak jelas pada daun tua (Lubis, 1992 ).

Fosfor sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi tandan dimana komponennya terdapat aktif pada setiap proses fisiologis baik yang menyangkut perkembangan tumbuh maupun aktivitas generatif . menambahkan bahwa kekurangan unsur fosfor akan mengakibatkan daun tanaman Kelapa sawit terlihat mengkilap kemerah-merahan dan berbentuk pendek-pendek, bagian tepi daun, cabang, dan batang mengecil dan 8 berwarna merah keunguan kemudian berwarna kuning, tanaman lambat berbuah, kualitas buah jelek, kecil, dan cepat rusak.

Kalium merupakan unsur yang paling banyak dipakai dalam pembentukan tandan, tetapi dalam pemberiannya perlu diperhatikan karena adanya gejala antagonis antara unsur K dan Mg dan Kalium merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk membantu proses fotosintesis pada daun dan metabolisme tanaman, menjaga keseimbangan Mg dalam tanaman, penting dalam menentukan jumlah dan pembentukan ukuran janjangan, serta penting dalam ketahanan tanaman dalam serangan penyakit. Gejalah defisiensi K yaitu pelepah daun tua pada bagian bawah berwarna kuningtua kecokelatan dan berbintik orange (orange spot). (Lubis,1992).

Magnesium merupakan penyusun penting dari klorofil sehingga kekurangan Mg dapat menghambat proses fotosintesis dan tanaman akan berwarna kuning. Kekurangan unsur Mg akan mengakibatkan warna daun Kelapa

sawit memudar dan berwarna hijau kekuningan dan mengering (Adiwiganda , 2005).

(29)

Penentuan jenis dan dosis pupuk pada tanaman Kelapa sawit dilakukan oleh lembaga penelitian seperti Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS) Medan.

Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada 4T yaitu : tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan.

Namun demikian dalam pelaksanaannya sering dijumpai penyimpangan dalam aplikasi pemupukan di lapangan sehingga sasaran pemupukan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai dengan standar sulit tercapai (Darmosarkoro et al, 2003).

Penggunaan pupuk majemuk pada tanaman kelapa sawit menghasilkan tidak dianjurkan. Selain biaya per unit hara lebih mahal, manajemen aplikasinya juga akan lebih sulit. Secara teoritis pupuk majemuk memiliki bebrapa keunggulan, namun upaya pengurangan dosis pupuk majemuk perlu memperoleh perhatian yang serius. Kesalahan dalam aplikasi pupuk majemuk lambat tersedia di masa lampau terbukti menimbulkan kerusakan serius terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Oleh sebab itu, semua teknologi pemupukan yang akan digunakan pada perkebunan Kelapa sawit harus diuji lebih dahulu efektivitasnya sehingga tidak menimbukan kerugian bagi perkebunan (Darmosarkoro et al, 2003).

Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40- 60% dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau sekitar 24% dari total biaya produksi. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan

(30)

produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas ( Budiargo et al., 2015 )

Pemupukan kelapa sawit bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara yang kurang atau tidak tersedia didalam tanah, yang mana unsur hara tersebut diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif agar didapatkan tandan buah segar yang optimal dan pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif yang sehat dan produksi TBS hingga mencapai produktivitas maksimum ( Budiargo et al., 2015 ).

Jumlah Tandan

Pada keadaan normal-optimal, tandan buah kelapa sawit dapat mencapai matang panen untuk pertama kalinya setelah tanaman berumur 3-4 tahun di lapangan. Produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan dengan tanaman yang makin tua hingga umur ekonomis 25 tahun (Siregar et al., 2006).

Peningkatan produksi sampai umur 8-12 tahun menunjukkan pola yang sama dengan peningkatan luas dan yang mencapai luas maksimum pada umur yang sama. Terdapat korelasi yang positif antara luas daun dan produktivitas tandan sebelum tajuk-tajuk tanaman saling tumpang tindih sehingga terjadi 9 persaingan dalam memperoleh radiasi matahari. Penurunan produktivitas dengan menuanya umur tanaman berhubungan dengan penggunaan asimilat hasil fotosintesis untuk respirasi utamanya pada bagian batang yang merupakan organ

(31)

dengan biomassa terbesar, sehingga proporsi untuk organ generatif berkurang (Marni, 2009).

Produktivitas tandan buah kelapa sawit dapat diperhitungkan dari komponen-komponennya, yaitu jumlah tandan dan rerata berat tandan. Rerata berat tandan akan meningkat sejalan dengan umur tanaman, sedangkan jumlah

tandan akan menurun dengan semakin bertambahnya umur tanaman (Siregar, 1998).

Hubungan Iklim, Pupuk, Jumlah Tandan, dan Umur Tanam Terhadap Produktivitas Kelapa sawit

Lubis dan Iskandar (2018) menyatakan bahwa nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor pengaruh curah hujan dalam persamaan regresi adalah 0.074. Nilai ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara curah hujan dan produksi TBS di Kebun Buatan terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari taraf uji 0.05 (α = 1%). Curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS di Kebun ini dikarenakan rata-rata curah hujan tahunan selama lima tahun terakhir sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit.

Menurut PPKS (2006), curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara 2 000-2 500 mm/tahun dengan curah hujan yang merata

Parlindungan et al (2012) menyatakan jumlah curah hujan berpengaruh nyata terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hal ini ditunjukkan nilai t hitung > t tabel (t tabel sebesar 1,833). Variasi jumlah curah hujan mempunyai hubungan positif terhadap produksi TBS kelapa sawit yang berarti bahwa ada kecenderungan setiap penambahan jumlah curah hujan satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 1,833 persen. Selanjutnya, jumlah curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan tahun produksi yang bersangkutan. Hal

(32)

ini dikarenakan curah hujan yang bersangkutan mempengaruhi berhasil atau tidaknya matang tandan. Data iklim perlu sekali diketahui dan dipelajari sebaik- baiknya karena keberhasilan beberapa jenis pekerjaan tergantung dari iklim.

Defisit air yang tinggi menyebaban produksi turun dratis dan baru normal pada tahun ketiga dan keempat karena merusak bunga sebelum periode penyerbukan (anthesis) dan pada bunga setelah anthesis sampai tandan matang panen memerlukan waktu 5-6 bulan atau 158-160 ( Parlindungan et al., 2012).

Jenis pupuk yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kelapa sawit. Produksi tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk campuran (tunggal+ majemuk) lebih besar daripada produksi

tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk tunggal (Yunita, 2010).

Yunita (2010) selanjutnya menyatakan bahwa curah hujan, umur tanaman, jenis pupuk, dan buah mentah dipanen merupakan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations. Interaksi jenis pupuk dan umur tanaman, interaksi curah hujan dan jenis pupuk, interaksi umur tanaman dan buah mentah, serta interaksi topografi dan buah mentah menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penurunan produktivitas tersebut. Variasi variabel penentu produktivitas tanaman kelapa sawit dapat diterangkan sebesar 92.8 % oleh model.

Lubis (2019) dari hasil penelitiannya di PT.Perkebunan Nusantara IV Medan Persero kebun Laras Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa pemupukan N, P, Mg berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan produksi kelapa sawit sedangkan pemupukan K berpengaruh Nyata dalam meningkatkan

(33)

produksi. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara dan air yang cukup. Unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, dan B.

Hara- hara tersebut diharapkan tersedia cukup di dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara.

(34)

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara mulai bulan September 2020 sampai dengan Juli 2021.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif (descriptive analysis) kuantitatif maupun kualitatif. Data dikumpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi yang diuraikan secara deskriptif. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS.v.22 (Statistical Package of Social Science) for windows.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi linier berganda dan korelasi. Teknik analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh fungsional antar variabel terikat dan variabel bebas, dan analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat serta hubungan antar variabel komponen produktivitas.

Variabel tidak bebas adalah varibel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dinotasikan dengan Y. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah produktivitas TBS Kelapa sawit, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel tidak bebas dan dinotasikan dengan X. Variabel bebas pada penelitian ini adalah curah hujan, hari hujan , pemupukan NPK, Mg dan jumlah tandan. Pengaruh fungsional variabel curah hujan, hari hujan, jumlah tandan bulanan terhadap produksi TBS yang dinalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut :

(35)

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3 + ε Keterangan :

Y : produktivitas TBS

a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X1 :curah hujan bulanan X2: hari hujan bulanan X3: jumlah tandan ε : error

Pengaruh fungsional variabel pemupukan NPK dan Mg per tahun terhadap produksi TBS yang dinalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut :

Y = a+b1X1+b2X2 + ε Keterangan :

Y : produktivitas TBS

a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X1 : Pemupukan NPK X2 : Pemupukan Mg ε : error

Peubah Amatan

Peubah amatan yang diamati adalah data sekunder dari PT. Perkebunan Nusantara IV Persero, Kebun Pabatu, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Berdagai, Provinsi Sumatera Utara.

(36)

Produktivitas Tandan Buah Segar ( kg )

Data produktivitas tandan buah segar (kg/bulan) yang digunakan berdasarkan data produksi Kelapa sawit bulanan selama 3 tahun yakni tahun 2017, 2018 dan 2019.

Data produktivitas berdasarkan umur tanam 5,14 dan 19 tahun di lapangan yaitu pada tahun tanam 2012, 2013, 2014 (umur 5 tahun); tahun tanam 2003, 2004, 2005 (umur 14 tahun); tahun tanam 1998,1999,2000 (umur 19 tahun).

Jumlah Tandan (tandan)

Jumlah tandan yang digunakan berdasarkan data produksi Kelapa sawit bulanan selama 3 tahun yakni tahun 2017, 2018 dan 2019. Data jumlah tandan berdasarkan umur tanam 5,14 dan 19 tahun dilapanagan yaitu pada tahun tanam 2012, 2013, 2014 (umur 5 tahun); tahun tanam 2003, 2004, 2005 (umur 14 tahun);

tahun tanam 1998,1999,2000 (umur 19 tahun). Data jumlah tandan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi.

Curah Hujan (mm)

Data curah hujan yang digunakan berdasarkan data pengukuran curah hujan bulanan selama 3 tahun yakni tahun 2016, 2017 dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara Kebun Pabatu, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Hari Hujan (hari)

Data hari hujan yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan hari dimana turunnya hujan setiap bulannya selama 3 tahun yakni tahun 2016, 2017 dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu, , Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

(37)

Pemupukan NPK

Data pemupukan NPK yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan pengaplikasian pupuk per semester selama 3 tahun yakni 2016, 2017 dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu,.

Sumber pupuk adalah NPK (14:7:25 +1 TE). Unsur TE (Trace Element) seperti Copper, Zinc, Mangan, dan Boron.

Pemupukan Mg

Data pemupukan magnesium yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan pengaplikasian pupuk per semester selama 3 tahun yakni tahun 2016, 2017 dan 2018. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara Kebun Pabatu, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Berdagai, Provinsi Sumatera Utara. Sumber pupuk adalah Dolomite. (CaO 30 % : MgO 22 %).

(38)

PELAKSANAAN PENELITIAN Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri dan mempelajari studi pustaka yang berkaitan dengan curah hujan, hari hujan, pemupukan NPK, Mg, jumlah tandan, umur tanaman dan produktivitas Kelapa sawit.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder yang digunakan untuk kebutuhan penelitian dan di dapatkan dari studi kepustakaan di kantor kebun. Data primer untuk analisis disesuaikan dengan kelengkapan data pada administrasi kebun. Data sekunder untuk keperluan analisis ini diambil data bulanan selama 3 tahun yakni pada tahun 2016, 2017, 2018 meliputi data curah hujan, hari hujan, pemupukan NPK, Mg dan pada tahun 2017, 2018, 2019 meliputi data jumlah tandan serta data produktivitas berdasarkan umur tanaman di lapangan.

Pengolahan Data Dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi. Regresi linier berganda berguna untuk menghitung besarnya pengaruh hubungan dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Pengolahan data dibantu dengan software SPSS.v.22.

Analisis data bersifat deskriptif dengan menggunakan bantuan statistic untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan data. Data yang diperoleh tersebut

(39)

dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh curah hujan, hari hujan, pemupukan NPK, Mg, dan jumlah janjang tahunan yang mempengaruhi produksi Kelapa sawit dan hubungan kedua variabel bebas dan terikat pada tanaman berumur 5, 14 dan 19 tahun berdasarkan data yang diperoleh dari administrasi kebun.

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Uji hipotesis menggunakan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 0,05. Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Uji hipotesis menggunakan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 0,05.

Teknik analisis data dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan model pertama persamaan berikut :

Y = a+b1X1+b2X2+ b3X3 + ε Keterangan :

Y : produktivitas TBS

a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X1 :curah hujan bulanan X2: hari hujan bulanan X3 : jumlah tandan ε : error

(40)

model kedua

Y = a+b1X1+b2X2 + ε Keterangan :

Y : produktivitas TBS

a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier

X1 : Pupuk NPK X2 : Pupuk Mg ε : error

Model yang digunakan dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda ini, dapat terjadi beberapa keadaan yang dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi tidak lagi menjadi penduga koefisien tak bias terbaik, sehingga diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan dengan melakukan uji asumsi klasik.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedasitisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan.

Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak digunakan.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal

(41)

atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal dan mendekati normal. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji one sample Kolmogorov – Sminov dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan dan nilai uji one sample Kolmogorov – Sminov lebih besar dari 5%

atau 0,05.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan adalah uji Glejser. Uji glejser dilakukan dalam meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai β signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model.

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah yang terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF<5 dan nilai tolerance > 0,1.

(42)

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan adanya pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika d lebih kecil dari -2 maka diindikasikan terdapat autokorelasi positif.

2. Jika d terletak antara -2 sampai 2, maka diindikasikan tidak ada autokorelasi.

3. Jika d lebih besar dari 2, maka diindikasikan adanya autokorelasi negatif.

(Qudratullah, 2012).

Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau ditolak. Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat besarnya presentase pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat. Nilai R2 semakin mendekati nol memperlihatkan semakin kecil pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel terikat sedangkan nilai R2 semakin mendekati satu memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel terikat. Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel dependen terhadap variabel independen.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai T-hitung dengan T-Tabel. Uji hipotesis secara serempak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel

(43)

independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F Tabel, hipotesis yang diajukan dalam analisis ialah :

H0 : bi = 0 Hi : bi ≠ 0,

Bi = koefisien regresi variabel ke-i

Pengambilan keputusan untuk melihat apakah hipotesis H0 diterima atau ditolak. Hipotesis H0 ditolak membuktikan bahwa variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produktivitas Kelapa sawit.

Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan untuk meringkas hasil pengolahan data yang telah di analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi. Kesimpulan dapat menjelaskan kebenaran dari hipotesis yang telah dibuat apakah diterima atau ditolak.

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data produktivitas TBS (kg/ha), data jumlah tandan (tandan/ha), pada tahun 2017,2018,2019, curah hujan (mm/bulan), hari hujan (hari/bulan), dan pemupukan (kg/ha/tahun) pada tahun 2016,2017,2018 dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu pada tanaman berumur 5, 14 dan 19 tahun dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 1 – 3, Tabel 4 - 6 dan Tabel 7 – 12.

Produktivitas TBS (kg/ha)

Data produktivitas TBS (kg/ha) pada tahun 2017, 2018 dan 2019 dari kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu pada tanaman berumur 5, 14 dan 19 tahun dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 1 – 3. Berikut ini data produktivitas TBS (kg/ha) pada tanaman berumur 5 tahun selama 3 tahun (2017- 2019) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

Tabel 1. Rataan produktivitas TBS pada tanaman berumur 5 tahun selama 3 tahun (2017-2019)

Bulan Tahun

Rataan 2017 2018 2019

...kg/ha...

Januari 1222 366 646 745

Februari 1082 291 813 729

Maret 1416 428 938 927

April 1602 388 860 950

Mei 1888 532 1165 1195

Juni 1501 222 986 903

Juli 1642 730 1049 1140

Agustus 1680 519 954 1051

September 1247 288 1408 981

Oktober 1244 283 1034 854

November 1443 240 910 864

Desember 1252 322 804 793

Total 17219 4609 11567

(45)

Berikut ini data produktivitas TBS (kg/ha) pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2017-2019) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

Tabel 2. Rataan produktivitas TBS pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2017-2019)

Bulan Tahun

Rataan 2017 2018 2019

...kg/ha...

Januari 1719 1923 1796 1813

Februari 2418 1731 1858 2002

Maret 2132 1829 2080 2014

April 2520 1912 2300 2244

Mei 2312 2341 2395 2349

Juni 2224 2071 2187 2161

Juli 2911 1655 2194 2253

Agustus 2958 1584 2476 2339

September 1728 2355 1812 1965

Oktober 1815 1599 1899 1771

November 2004 1729 1311 1681

Desember 1654 2234 1421 1770

Total 26395 22963 23729

(46)

Berikut ini data produktivitas TBS (kg/ha) pada tanaman berumur 19 tahun selama 3 tahun (2017-2019) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

Tabel 3. Rataan produktivitas TBS pada tanaman berumur 19 tahun selama 3 tahun (2017-2019)

Bulan Tahun

Rataan 2017 2018 2019

...kg/ha...

Januari 1228 1513 1255 1332

Februari 983 1168 1122 1091

Maret 1303 1755 1186 1415

April 1215 1866 1529 1537

Mei 1575 1718 1527 1607

Juni 1277 1432 1414 1374

Juli 1198 1096 1702 1332

Agustus 1194 1124 1666 1328

September 1087 1345 1701 1378

Oktober 963 1004 1928 1298

November 1301 1028 875 1068

Desember 1128 1397 1034 1186

Total 14452 16446 16939

Jumlah Tandan

Data rataan jumlah tandan (tandan/ha) pada tanaman Kelapa sawit berumur 5, 14 dan 19 tahun selama 3 tahun (2017-2019) PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu pada tanaman berumur 5, 14 dan 19 tahun dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 4 – 6.

Berikut ini data jumlah tandan (tandan/ha) pada tanaman berumur 5 tahun selama 3 tahun (2017-2019) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

(47)

Tabel 4. Rataan jumlah tandan pada tanaman berumur 5 tahun selama 3 tahun (2017-2019)

Bulan Tahun

Rataan

2017 2018 2019

...tandan/ha...

Januari 176 73 140 130

Februari 174 62 165 134

Maret 226 82 177 162

April 243 64 171 159

Mei 298 69 228 198

Juni 239 44 176 153

Juli 256 75 182 171

Agustus 248 79 158 162

September 179 58 226 154

Oktober 181 40 166 129

November 192 46 144 128

Desember 157 55 118 110

Total 2570 746 2050

Berikut ini data jumlah tandan (tandan/ha) pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2017-2019) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

Tabel 5. Rataan jumlah tandan pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2017-2019)

Bulan Tahun

Rataan

2017 2018 2019

...tandan/ha...

Januari 89 96 95 93

Februari 129 116 95 113

Maret 112 116 107 112

April 127 121 122 124

Mei 121 121 544 262

Juni 117 102 111 110

Juli 150 98 111 120

Agustus 155 99 121 125

September 99 155 108 121

Oktober 94 108 93 98

November 107 109 64 93

Desember 84 141 67 97

Total 1384 1382 1638

(48)

Berikut ini data jumlah tandan (tandan/ha) pada tanaman berumur 19 tahun selama 3 tahun (2017-2019) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

Tabel 6. Rataan jumlah tandan pada tanaman berumur 19 tahun selama 3 tahun (2017-2019)

Bulan Tahun

Rataan

2017 2018 2019

...tandan/ha...

Januari 55 72 60 62

Februari 45 56 52 51

Maret 60 86 56 67

April 57 92 76 75

Mei 76 83 73 77

Juni 61 74 70 68

Juli 58 55 83 65

Agustus 56 54 91 67

September 50 64 85 66

Oktober 43 45 100 63

November 61 44 46 50

Desember 54 59 52 55

Total 675 784 844

Curah Hujan dan Hari Hujan

Data rataan curah hujan (mm/bulan) dan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 5, 14 dan 19 tahun selama 3 tahun (2016-2018) PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu pada tanaman berumur 5, 14 dan 19 tahun dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 7 – 12.

Berikut ini data curah hujan (mm/bulan) pada tanaman berumur 5 tahun selama 3 tahun (2016-2018) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

(49)

Tabel 7. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman berumur 5 tahun selama 3 tahun (2016-2018).

Bulan Tahun

Rataan 2016 2017 2018

...mm/bulan...

Januari 103 123 121 115

Februari 138 158 82 126

Maret 9 178 43 77

April 44 109 87 80

Mei 190 276 123 196

Juni 152 118 84 118

Juli 150 66 193 136

Agustus 87 318 66 157

September 244 386 305 312

Oktober 214 208 285 235

November 72 149 286 169

Desember 69 332 40 147

Total 1470 2421 1712

Berikut ini data curah hujan (mm/bulan) pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2016-2018) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

(50)

Tabel 8. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2016-2018).

Bulan Tahun

Rataan 2016 2017 2018

...mm/bulan...

Januari 109 109 112 110

Februari 154 125 40 106

Maret 27 163 63 84

April 8 130 111 83

Mei 202 224 113 180

Juni 148 115 115 126

Juli 206 76 244 175

Agustus 101 296 83 160

September 200 366 320 295

Oktober 195 180 278 218

November 114 174 279 189

Desember 50 239 52 114

Total 1514 2198 1810

Berikut ini data curah hujan (mm/bulan) pada tanaman berumur 19 tahun selama 3 tahun (2016-2018) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

(51)

Tabel 9. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman berumur 19 tahun selama 3 tahun (2016-2018).

Bulan Tahun

Rataan 2016 2017 2018

...mm/bulan...

Januari 88 75 134 99

Februari 157 94 166 139

Maret 11 245 119 125

April 30 123 154 102

Mei 212 175 117 168

Juni 136 244 127 169

Juli 167 107 346 207

Agustus 119 317 116 184

September 221 507 541 423

Oktober 197 174 358 243

November 83 244 337 221

Desember 67 188 42 99

Total 1487 2493 2557

Berikut ini data hari hujan (hari/bulan) pada tanaman berumur 5 tahun selama 3 tahun (2016-2018) di kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut HZ bahwa pelaksanaan sarana dan prasarana jangka panjang di SMAN N Titian Teras Muaro Jambi sudah dilakukan dengan baik. Karena pelaksanaan sarana dan

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: memeriksa data hasil observasi kemudian mengelompokan data berdasarkan kesesuaian masalah penelitian yaitu

Subjek penelitian pada tahap I (kuantitatif) adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Semarang sebagai kelas penelitian yang menggunakan pembelajaran Meaningful Instructional Design

Bila electron-elektron bebas bergerak dengan arah yang tetap, maka listrik dinamis ini disebut listrik arus searah.. Bila arah gerakan dan jumlah arus (besar arus)

Those research questions arewhat kind of the functions of speech applied by the English teacher in classroom interaction at SMK Negeri 3 Banjarmasin, andwhat are

Dengan dilaksanakannya program Subsidi Angkutan Barang Tol Laut pada enam (6) rute/trayek non-komersil pada tahun 2016 akan menurunkan disparitas harga dan meningkatkan

Some English books and media education present volume provides practical help for the teachers wishing to include media education within the work of the

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan