• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi remaja

Masa remaja berlangsung antara umur 12 – 21 tahun. Rentang usia remaja ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja usia 12 atau 13 tahun – 17 atau 18 tahun termasuk dalam remaja awal, usia 17 atau 18 tahun – 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2014). Usia remaja memiliki banyak perbedaan, PBB menyatakan remaja adalah seseorang yang berada dalam usia 15 – 24 tahun, ada pula yang mengatakan usia 10 – 24 tahun termasuk dalam kategori dewasa muda (WHO, 2019).

Sebagaimana Ali & Asrori (2014) dalam mendefinisikan remaja harus disesuaikan dengan budaya setempat, di Indonesia batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah dikarenakan hal – hal sebagai berikut :

1. Pada umumnya tanda – tanda sekunder mulai muncul pada usia 11 tahun.

2. Di Indonesia, pada usia 11 tahun termasuk dalam akhir dari masa anak – anak, baik menurut adat maupun agama.

3. Pada usia tersebut terjadi proses perkembangan jiwa seperti, identitas ego, tercapainya fase genital, dan sempurnanya perkembangan kognitif maupun moral.

4. Batas usia remaja akhir adalah 24 tahun, selama remaja belum genap 24 tahun maka mereka dapat menggantungkan diri pada orang tua.

5. Individu yang telah memiliki status perkawinan maka tidak digolongkan pada usia remaja, walaupun usia mereka masih berada di antara 11 – 24 tahun.

Salah satu tahap perkembangan yang terjadi pada manusia adalah tahap remaja. Masa dimana terjadi perubahan atau peralihan dari masa

(2)

kanak-kanak menuju masa dewasa meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. Menurut WHO (World Health Organization) remaja adalah seseorang yang mengalami masa peralihan secara terus – menerus sehingga mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari anak – anak menjadi dewasa, dan perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi lebih mandiri. Masa remaja merupakan masa perubahan dari anak – anak menuju dewasa, terjadi perkembangan fisik, kognitif, emosional, social, dan perilaku pada masa remaja(Notoatmodjo, 2009).

2.1.2 Tugas perkembangan masa remaja

Tugas-tugas pada perkembangan masa remaja adalah bagaimana seseorang melalui sikap dan pola perilaku anak-anak dan mempersiapkan sikap dan perilaku menjadi orang dewasa. Sebagaimana Sumiati, et al (2009) menyebutkan bahwa tugas-tugas remaja adalah sebagai berikut : 1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.

2. Mencapai peran sosial feminism atau maskulin.

3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya dengan baik dan efektif.

4. Meminta, menerima, dan bertanggung jawab secara sosial.

5. Memiliki kemandirian secara emosional.

6. Mulai mempersiapkan diri untuk mencapai karir ekonomi pada masa mendatang.

7. Mempersiapkan diri untuk mencapai jenjang pernikahan dan berkeluarga.

8. Dapat mengarahkan perilaku secara mandiri.

Remaja lebih banyak menghabiskan waktu luang bersama teman sebaya dan persahabatan adalah sesuatu yang sangat penting bagi remaja.

Selain itu remaja juga mulai memiliki keinginan untuk mendapatkan popularitas dikalangan sebayanya. Pada masa remaja terjadi perubahan emosional sehingga banyak remaja keras kepala, bertengkar, agresif, pendiam dan menyendiri, semua itu dilakukan karena ketidaknyamanan emosional yang dialami (Eri, 2011).

(3)

2.1.3 Karakteristik remaja

Berbagai perubahan yang terjadi pada fase remaja dapat dibedakan dalam 3 kategori berdasarkan karakteristiknya. Hal tersebut dapat membedakan karakteristik pada setiap remaja sehingga menyebabkan perbedaan dalam kepuasan diri masing – masing remaja. Berikut karakteristik remaja menurut (Dieny, 2014) :

a. Remaja awal (early adolescence)

Pada tahap ini, remaja mengalami kebingungan dengan perubahan yang sedang terjadi pada tubuhnya sendiri. Remaja akan menciptakan pikiran – pikiran baru, meningkatnya kepekaan, dan mulai memiliki rasa ketertarikan pada lawan jenis. Pada fase ini remaja belum mampu mengendalikan ego dalam dirinya sehingga menyebabkan remaja sangat sulit untuk memahami dan dipahami oleh orang lain. Karakteristik pada remaja awal adalah :

1. Remaja sangat memperhatikan bentuk tubuh dan citra tubuhnya.

2. Mengalami kekhawatiran pada hubungan antar teman, remaja memiliki rasa takut jika ditinggalkan oleh teman dekatnya.

3. Mencoba sesuatu yang dapat membuat dirinya menjadi lebih baik dihadapan orang-orang pada lingkungan sekitarnya.

4. Mengalami ketidakstabilan perasaan dan emosi.

b. Remaja tengah (middle adolescence)

Pada tahap ini, remaja memiliki kecenderungan sangat membutuhkan teman. Mereka merasa nyaman jika mempunyai banyak teman di lingkungannya. Remaja memiliki sifat narcistic, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman – teman yang memiliki sifat serupa dengan dirinya. Karakteristik remaja tengah antara lain :

1. Menciptakan citra tubuh.

2. Mudah dipengaruhi oleh teman sebayanya.

3. Sulit percaya dengan orang yang lebih dewasa.

(4)

4. Berfikir kebebasan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi mereka.

5. Lebih percaya kepada perkataan teman sebaya dibandingkan perkataan orang tuanya.

c. Remaja akhir (late adolescence)

Pada tahap ini merupakan fase menuju dewasa dan ditandai beberapa hal, yaitu fungsi intelektual yang semakin matang, kemampuan dalam mengendalikan ego meningkat, dapat menyeimbangkan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Karakteristik remaja akhir antara lain :

1. Berfikir untuk masa depan dan menyusun rencana yang akan dilakukan pada masa mendatang.

2. Memiliki konsistensi pada nilai dan kepercayaan.

Meningkatnya kebebasan.

2.2 Kebutuhan gizi remaja

Pada masa remaja kebutuhan gizi menjadi meningkat, tidak terpenuhinya kebutuhan gizi pada masa remaja akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kematangan seksual. Jumlah energy yang dibutuhkan remaja perlu dihitung sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan aktivitas, usia, dan jenis kelamin. Konsumsi berbagai macam jenis makanan siap saji dapat menyebabkan remaja rentan mengalami kekurangan gizi serta remaja akan mengalami perubahan patologis yang terlalu dini (Wawan & Dewi, 2011). Masa remaja rentan mengalami defisiensi zat gizi hal ini dikarenakan :

1. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada saat remaja sehingga tubuh memerlukan asupan zat besi dan energy yang lebih banyak.

2. Kebiasaan makan dan gaya hidup remaja cenderung mengikuti perkembangan zaman sehingga jumlah energy dan protein tidak terpenuhi.

(5)

3. Olahraga yang berlebihan namun konsumsi makanan tidak tercukupi.

4. Kecanduan rokok dan alcohol.

Tidak sedikit survey yang menyatakan gangguan pemenuhan kebutuhan gizi pada remaja dikarenakan konsumsi makanan cepat saji (Veena, 2018).

a. Kebutuhan energi

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat kebutuhan energi pada remaja adalah tingkat aktivitas, metabolism basal, dan adanya peningkatan kebutuhan untuk tahap pubertas dan pertumbuhan. Kebutuhan kalori pada remaja laki – laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. angka Kecukupan Energi (AKG) pada remaja putri usia 10 – 12 tahun sebanyak 2050 kcal, usia 13 – 15 tahun 2350 kcal, dan untuk usia 16 – 19 tahun sebanyak 2200 kcal. Pada remaja laki – laki dengan usia yang sama membutuhkan energy sebanyak 2050 kcal, 2400 kcal, 2600 kcal. Sebanyak 60% dari total kalori yang dibutuhkan digunakan untuk metabolisme basal.Aktifitas fisik memerlukan jumlah energi yang lebih tinggi dibandingan dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat disebabkan karena kurangnya sumber yang dapat menghasilkan energi (Dieny, 2014).

b. Kebutuhan protein

Protein diperlukan untuk sebagian besar proses metabolic, terutama pertumbuhan. Kebutuhan protein yang dibutuhkan remaja tergantung dengan tingkat pertumbuhan setiap individu. Angka kecukupan protein pada remaja laki – laki adalah 50 gram untuk usia 10 – 12 tahun, 60 gram untuk usia 13 – 15 tahun, dan 65 gram untuk usia 16 – 19 tahun. Angka kecukupan protein pada remaja putri dengan usia yang sama secara berurutan adalah 50 gram, 57 gram, dan 55 gram. Kebutuhan protein tertinggi pada remaja putri adalah pada usia 11 – 14 tahun sedangkan untuk remaja laki – laki adalah usia 15 – 18 tahun (Soetardjo, 2011).

(6)

c. Kebutuhan mineral

Mineral adalah komponen penting dalam kebutuhan gizi remaja.

Semua proses yang terjadi di dalam tubuh sebagian besar pasti membutuhkan mineral. Pada remaja awal membutuhkan mineral kalsium, besi, seng, magnesium, dan nitrogen dua kali lebih banyak dibandingkan pada usia lainnya(Dieny, 2014).

d. Kebutuhan vitamin

Vitamin memiliki peran pada sebagian besar proses yang terjadi dalam tubuh, terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Meningkatnya kebutuhan energi, menyebabkan peningkatan tiamin, riboflafin, dan niasin untuk melepas energi yang berasal dari metabolisme karbohidrat. Kebutuhan asam folat juga mengalami peningkatan karena pematangan seksual, sedangkan meningkatnya pertumbuhan tulang menyebabkan peningkatan kebutuhan vitamin D. Vitamin A, C, dan E dibutuhkan lebih banyak untuk pertumbuhan sel – sel baru(Soetardjo, 2011).

2.2.1 Indeks masa tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai berat badan ideal yang diperoleh dari rasio perhitungan berat badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mendeteksi kelebihan berat badan dan obesitas pada individu (Ali & Nuryani, 2018). IMT merupakan rasio berat badan terhadap tinggi badan yang paling sering digunakan disebut juga sebagai indeks Quetelet (Eri, 2011). WHO mengklasifikasikan hasil IMT orang remaja asia dalam 4 kategori yaitu:

(7)

Tabel 1. Kategori Status Gizi Berdasarkan IMT

Eri (2011)

2.3 Konsumsi makanan

Konsumsi adalah cara individu untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Budiwati, 2014). Frekuensi konsumsi makanan tertentu dapat menjadi sebuah penilaian jenis makanan yang paling sering dikonsumsi oleh individu (Budiwati,2014). Frekuensi konsumsi dikelompokkan menjadi 6 yaitu : lebih dari 1 kali perhari (> 1x / hari) artinya bahan makanan dikonsumsi setiap kali makan. Satu kali per hari (1x per hari), bahan makanan dikonsumsi 4 – 6 kali per minggu. Tiga kali per minggu (3x / minggu) bahan makanan dikonsumsi 3 kali per minggu. Kurang dari 3x per minggu (< 3x / minggu) bahan makanan dikonsumsi 1 sampai 2 kali perminggu. Kurang dari 1 kali per minggu (< 1x / minggu) bahan makanan tidak pernah dikonsumsi(Soetardjo, 2011).

2.3.1 Faktor yang mempengaruhi makanan cepat saji

Pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang terjadi hal ini menyebabkan remaja memiliki beragam gaya hidup , perilaku, dan tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan yang akan dikonsumsi (Ali & Asrori, 2014). Menurut Soetardjo (2011) faktor – faktor konsumsi makanan cepat saji adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan Gizi

Masalah gizi terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi yang didapat.

Klasifikasi IMT (𝑘𝑔/𝑚2)

Underweight < 18,50

Normal 18,50 – 22,99

Overweight 23,00 – 27,49

Obesitas > 27,50

(8)

2. Lingkungan Sosial

Setiap daerah di Indonesia mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang berbeda sesuai dengan budaya yang dianut dan dipercayai.

Bahkan kebiasaan makan yang berbeda juga terjadi pada suami dan istri, anak- anak, tua dan muda. Lingkungan sekitar juga memiliki pengaruh dalam konsumsi makanan salah satunya adalah teman dan orang yang sering berinteraksi.

3. Lingkungan Ekonomi

Golongan masyarakat dengan tingkat perekonomian yang tinggi mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan secara berlebihan sesuai dengan keinginannya. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah cenderung mengkonsumsi makanan seadanya sehingga kebutuhan makanan tidak tercukupi.

4. Faktor Pribadi

Sebagian besar seseorang mengkonsumsi makanan berdasarkan makanan yang telah dikenal dan disukai.

2.4 Konsep makanan cepat saji 2.4.1 Definisi makanan cepat saji

Makanan cepat saji adalah makanan yang dapat tersedia dalam waktu cepat. Makanan cepat saji sangat mudah diperoleh, penyajian yang mudah dan cepat menjadikan makanan cepat saji sebagai pilihan bagi seseorang yang memiliki kesibukan dalam pekerjaan (Veena, 2018).

Makanan cepat saji adalah makanan yang mengandung sedikit protein,vitamin,atau mineral namun banyak mengandung garam,gula,lemak, dan kalori yang tinggi. Makanan cepat saji seperti keripik memiliki kandungan garam yang tinggi, permen mengandung karbohidrat tinggi dan tidak memiliki kandungan zat gizi lainnya, makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi yaitu cake dan coklat (Asgarian, et al., 2018).

(9)

Industri makanan cepat saji di Indonesia sangat berpengaruh pada pola makan remaja saat ini. Restoran makanan cepat saji dianggap sebagai tempat yang tepat untuk bersantai dan menghabiskan waktu bersama teman – teman. WHO menyatakan perkembangan pasar untuk makanan cepat saji salah satu penyebab tingginya konsumsi makanan cepat saji sehingga berdampak pada peningkatan Body Mass Index(Vogli, 2014).

Tiga penyebab utama makanan cepat saji cenderung memberikan kontribusi dengan kejadian obesitas, yaitu: porsi makanan yang banyak, harga yang terjangkau dan jumlah energy yang tinggi.Berdasarkan sebuah study penelitian didapatkan data jenis makanan siap saji yang banyak dikonsumsi oleh remaja, diantaranya adalah (Fitriani, Segala, Ardiani, &

Lubis, 2018):

Tabel 2. Jenis makanan cepat saji yang paling banyak dikonsumsi remaja.

No Nama Makanan Jumlah Konsumen

1 Fried Chicken 52%

2 Hamburger 20%

3 Pizza 13%

4 Mie Instans 10%

5 Kentang goreng 5%

Beberapa istilah yang berkaitan dengan makanan cepat saji menurut Suswanti (2013) :

1. Makanan cepat saji

Makanan cepat saji adalah makanan yang dijual di restoran dengan waktu yang cepat seperti burger, pizza, fried chicken.

2. Makanan Instan

Makanan yang melalui proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Porsi makanan instan hanya untuk sekali makan dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengolahan seperti, mie instan, bubur instan, spaghetti.

(10)

3. Street Food

Makanan yang dijual di pinggir jalan atau tempat umum seperti siomay, batagor, otak-otak, cakwe.

2.4.2 Dampak konsumsi makanan cepat saji

Terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Ada beberapa dampak negatif mengkonsumsi makanan cepat saji (Khomson, 2009) :

a. Obesitas

Obesitas adalah peningkatan berat badan diatas 20% dari batas normal. Pada penderita obesitas memiliki status nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolisme karena asupan kalori berlebihan. Asupan kalori yang berlebih tidak diimbangi dengan aktivitas yang seimbang sehingga akan menyebabkan peningkatan berat badan. Pada makanan cepat saji memiliki jumlah kalori yang sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan resiko obesitas.

b. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat karena adanya defisiensi insulin. Diabetus mellitus dapat disebabkan oleh konsumsi makanan. Makanan cepat saji memiliki kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi, sehingga dapat terjadi resisten insulin dan menyebabkan terjadinya penyakit diabetes. Resisten insulin terjadi ketika sel dalam tubuh tidak merespon insulin sehingga penyerapan glukosa mengalami penurunan sehingga glukosa akan menumpuk pada aliran darah.

c. Hipertensi

Garam adalah salah satu bumbu yang digunakan pada makanan cepat saji. Garam mengandung natrium, ketika kadar natrium tinggi dalam darah dan ginjal tidak dapat mengeluarkannya, volume darah meningkat.

(11)

Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh yang menyebabkan tekanan darah tinggi.

d. Penyakit jantung koroner

Faktor utama yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner adalah peningkatan kolesterol dalam darah, hipertensi, dan merokok.

Selain faktor utama ada faktor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner yaitu, stress, gaya hidup, obesitas, dan diabetes mellitus. Makanan cepat saji memiliki kandungan kolesterol yang tinggi, hal ini dapat mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah.

Penyumbatan pada pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah tidak lancer dan dapat menyebabkan serangan jantung koroner.

e. Kanker

Dari hasil penelitian disebutkan bahwa ada hubungan antara jumlah lemak yang dikonsumsi dari makanan dengan kejadian kanker khusunya kanker payudara, usus besar, dan prostat. Makanan cepat saji memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker.

Gambar

Tabel 1. Kategori Status Gizi Berdasarkan IMT
Tabel 2. Jenis makanan cepat saji yang paling banyak dikonsumsi remaja.

Referensi

Dokumen terkait

Master production Schedule (MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industry manufaktur yang merencanakan produksi output berkaitan

Dari wawancara tersebut peneliti memperoleh data berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan yang diikuti oleh anak tunarungu terkait dengan pembimbing, metode dan media

Model sebelumnya tentang model konseptual menghasilkan pendugaan bahwa faktor Customer Relationship Marketing yaitu variabel dari Ikatan, Empati, Timbal Balik, Kepercayaan,

Ouput yang dihasilkan telah dianalisis dengan penilaian dari peran yang telah dilaksanakan, meskipun dari masing-masing stakeholders memiliki kendala dalam

We go all out for all in MEMILIkI vOLuME INTERIOR TERBAIk DALAM kELASNyA, RENEGADE MEMILIkI RuANG yANG LuAS SEhINGGA ANDA DAPAT BERPETuALANG DENGAN NyAMAN.. adJuStable cargo floor

Konsekuensi dari kondisi ini adalah bahwa rencana proyek pada akhirnya juga harus uptodate apabila pada saat pelaksanaan memungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan baik

Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi sastra, yaitu mendeskripsikan secara sosiologis data yang tersedia dari teks sastra dalam novel Ketika Lampu Berwarna

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan