ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DENGAN MENGGUNAKAN SOAL MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI
PERBANDINGAN SISWA MTsN MEURAXA BANDA ACEH
SKRIPSI
diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
DEDEK SURYADI NIM. 141105016
PROGRAM STUDI PENDDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH 2018
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... .. 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah... 7
1.3 Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Definisi Operasional ... 8
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 9
2.1. Pembelajaran Matematika di SMP ... 9
2.1.1. Teori Pembelajaran ... 12
2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran... 16
2.1.2 Pembelajaran Kontruktis ... 18
2.1.2.1 Tujuan Kontruktivisme ... 20
2.2.Kemampuan Pemecahan Masalah ... 21
2.2.1 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 21
2.2.2 Komponen-Komponen Kemmapuan Pemecahan Masalah ... 25
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemmapuan Pemecahan Masalah ... 26
2.2.4 Manfaat Kemampuan Pemecahan Masalah ... 27
2.2.5 Indikator Pemecahan Masalah... 27
2.3.Matematik Realistik ... 30
2.4.Materi Perbandingan ... 33
2.4.1 Membandingkan Dua Besaran yang Sejenis ... 35
ii
2.4.2 Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai ... 36
2.4.3 Perhitungan dalam Perbandingan ... 40
2.4.4 Penerapan Perbandingan dalam Kehidupan Sehari-hari 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian... 43
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
3.3 Prosedur Penelitian ... 44
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 45
3.5 Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Hasil Penelitian ... 49
4.2 Pembahasan ... 57
BAB V PENUTUP ... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gelombang modernisasi yang dilakukan semua negara berkembang termasuk Indonesia telah membawa implikasi yang beragam dalam segala aspek kehidupan, terutama pada kondisi sosial. Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai dewasa. Pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah bukan hanya terfokus pada kemampuan siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan tetapi juga terfokus pada pembentukan moral siswa.
Menurut Jean Piaget dalam Irfan (2007:78) bahwa pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Pendidikan sebagai salah satu bagian dari aspek sosial mempunyai kedudukan ganda, yaitu kedudukan strategis dan kritis. Disebut strategis karena pendidikan mampu hidup konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan. Maksudnya adalah pendidikan harus bersifat futuristik atau berorientasi masa depan. Selain itu, pendidikan dikatakan menempati posisi kritis karena pendidikan harus melakukan langkah adaptif dan adoptif untuk menghadapi tantangan masa depan. Mengingat pentingnya proses pendidikan bagi diri seseorang, maka proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
1
2
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).
Matematika diajarkan sejak dari sekolah dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan mutu pengajaran matematika mempunyai peranan yang sangat dominan bagi kemajuan bangsa. Sanjaya (2011:209) menyatakan
“dalam pembelajaran matematika SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas”. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.
Pendidikan matematika di Indonesia, nampaknya perlu reformasi terutama dari segi pembelajarannya. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini begitu banyak siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu sangat sulit dan merupakan momok, akibatnya mereka tidak menyenangi bahkan benci pada pelajaran matematika. Jika perlu ada suatu gerakan untuk melakukan perubahan mendasar dalam pendidikan matematika, terutama dari strategi pembelajaran dan pendekatannya. Ini berarti untuk melakukan reformasi dalam pendekatan pembelajarannya, yaitu pendekatan pembelajaran matematika dari biasanya kegiatan terpusat pada guru ke situasi dimana siswa menjadi pusat perhatian. Guru sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan siswa membangun matematika
3
untuk mereka sendiri, tidak hanya menyalin mengikuti contoh-contoh tanpa mengerti konsep matematikanya.
Tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisisi matematis. Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat bergantung dengan adanya masalah yang ada di dalam matematika. Maka dari itu perlu adanya pembahasan mengenai masalah matematis. Suatu masalah adalah situasi yang mana siswa memperoleh suatu tujuan, dan harus menemukan suatu makna untuk mencapainya (Prabawanto, 2011:39). Secara umum masalah adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab dan direspon. Mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan suatun prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku. Fatra (2016:1) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu bentuk proses berpikir tingkat tinggi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Untuk mencapai kemampuan ini tentanya diperlukan kemampuan-kemampuan prasyarat salah satunya adalah pemahaman konsep matematika.
Kemampuan pemecahan masalah realistik merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa. Sumarmo (Febianti, 2012:14) mengemukakan indikator pemecahan masalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan
4
unsur yang diperlukan, (2) merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik, (3) menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika, (4) menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal, (5) menggunakan matematika secara bermakna.
Pendidikan matematika terkenal sulit dan kurang disukai oleh siswa. Hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas VII di MTsN Meuraxa menunjukkan bahwa prestasi matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada setiap pokok bahasan yang menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa, yaitu minimal 85% siswa mendapat nilai minimal 6,5. Sehingga, dapat dikatakan siswa belum menguasai pembelajaran matematika dengan baik.
Siswa tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika. Pada saat guru memberikan latihan kepada siswa, pada umumnya siswa tidak dapat menyelesaikan tepat waktu. Saat guru meminta siswa untuk mengumpulkan latihan, maka hanya beberapa siswa yang dapat menyelesaikannya, sedangkan siswa lainnya tidak menyelesaikannya dan hanya mengerjakan beberapa soal yang dianggapnya mudah. Sedangkan soal-soal yang sulit tidak dikerjakan. Hal ini dikarenakan siswa tidak memliki rasa ingin tahu, ulet dan percaya diri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Sehingga, pada saat menghadapi latihan yang sulit, siswa tidak akan menyelesaikannya.
5
Penelitian yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian pertama dilakukan oleh Annisa (2014) dengan judul Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan pembelajaran pendidikan matematika realistik lebih baik dibandingkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan komunikasi matematik dengan pembelajaran langsung. Pembelajaran dengan pendidikan matematika realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran matematika.
Penelitian kedua dilakukan oleh Darhim (2011) dengan judul Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajaran menggunakan PMR lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan PMB, untuk seluruh siswa maupun berdasarkan kelompok kemampun matematis siswa (tinggi, sedang, rendah). Ada pengaruh secara bersama yang signifikan antara pembelajaran PMR dan PMB dengan kelompok kemampuan matematis siswa (tinggi, sedang, rendah) dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan PMR, pada siswa kemampuan tinggi lebih baik daripada siswa kemampuan sedang dan
6
rendah. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan PMR, sangat aktif. Respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan PMR, positif.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Syaiful (2012) yang menunjukkan bahwa Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan PMR lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan PMB. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kelompok kemampuan matematis siswa terhadap peningkatan kemampuan tersebut. Kesulitan siswa terutama pada permasalahan pemecahan masalah matematis pada evaluasi level tinggi yang menuntut kemampuan yang kompleks seperti berpikir dan memberi alasan secara matematis, dan generalisasi yang sebagian besar perwujudannya dilakukan oleh siswa sendiri. Kesulitan lain bagi siswa pada aspek berpikir logis yang memuat kemampuan berpikir deduktif, dan kemampuan berpikir induktif. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan PMR, sangat aktif.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengembangan bahan ajar matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematika. Oleh karena itu, penulis menuliskannya dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dengan Menggunakan Soal Matematika Realistik pada Materi Perbandingan Siswa MTsN Meuraxa Banda Aceh”.
7
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan pendapat yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah maka penelitian dapat dirumuskan bagaimanakah kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan soal matematika realistik pada materi perbandingan siswa MTsN Meuraxa Banda Aceh?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan soal matematika realistik pada materi perbandingan siswa MTsN Meuraxa Banda Aceh.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru, sebagai informasi untuk bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran dan pendidikan di sekolah, khususnya dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah realistik.
2. Bagi siswa, sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan kemampuannya khususnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelajaran matematika.
8
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan guna perkembangan program pengajaran di sekolah khususnya dalam pengembangan kreativitas guru melalui pengembangan kemampuan mengajar pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan acuan dalam menganalisis kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaan matematika.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Kemampuan
Kemampuan merupakan kasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Pada penelitian ini, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan pemecahan masa
1.5.2 Pemecahan Masalah Realistik
Kemampuan pemecahan masalah realistik sangat bergantung dengan adanya masalah yang ada di dalam matematika. Maka dari itu perlu adanya pembahasan mengenai masalah matematis. Suatu masalah adalah situasi yang mana siswa memperoleh suatu tujuan, dan harus menemukan suatu makna untuk mencapainya.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)