• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS-JENIS POLYPORACEAE DI TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS-JENIS POLYPORACEAE DI TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Repository FMIPA 1 JENIS-JENIS POLYPORACEAE DI TAMAN HUTAN RAYA

SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

Rizki Harja1*, Atria Martina2, Nery Sofiyanti3 1Mahasiswa Program S1 Biologi, FMIPA Universitas Riau 2Dosen Bidang Mikrobiologi Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Riau

3Dosen Bidang Botani Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

rizkiharja.bio10@gmail.com

ABSTRACT

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (TAHURA SSH) is a conservation area for the collection of flora and fauna, this area also used to support research, knowledge, cultural study, as well as tourism. The deforestation of this area is up to 60%, this condition may decrease the biodiversity, including fungi from Polyporaceae family. This research aimed to identify the Polyporaceae fungi in TAHURA SSH. The samples were collected using explorative descriptive method. There were 12 Polyporaceae fungi identified in this study that belong to 6 genus, i.e Gloephyllum (Gloephyllum odoratum), Fomes (Fomes fomentarius and Fomes sp.), Microporus (Microporus xanthopus, Microporus sp., R2, R9 and R20), Trametes (Trametes sp.1 and Trametes sp.2), Coriolus (Coriolus sp.), and Pavolus (Pavolus sp.).

Keywords : Polyporaceae, TAHURA Sultan Syarif Hasyim. ABSTRAK

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (TAHURA SSH) adalah kawasan konservasi untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan budaya dan pariwisata. Kondisi TAHURA SSH sudah mengalami deforestasi mencapai 60%, sehingga memungkinkan terjadinya penurunan keanekaragaman hayati yang ada, termasuk keanekaragaman jamur Polyporaceae di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis jamur Polyporaceae di kawasan TAHURA SSH. Sampel diambil menggunakan metode deskriptif eksploratif. Hasil penelitian diperoleh 12 jenis Polyporaceae yang termasuk ke dalam 6 genus, meliputi Gloephyllum (Gloephyllum odoratum), Fomes (Fomes fomentarius dan Fomes sp.), Microporus (Microporus xanthopus, Microporus sp., R2, R9 dan R20), Trametes (Trametes sp.1 dan Trametes sp.2), Coriolus (Coriolus sp.), dan Pavolus (Pavolus sp.).

(2)

Repository FMIPA 2 PENDAHULUAN

Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam atau konservasi untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, pariwisata dan rekreasi (Mulyadi 2002). Indonesia memiliki kurang lebih sekitar 22 kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan Hutan Raya yang salah satunya terletak di Provinsi Riau yaitu TAHURA Sultan Syarif Hasyim. Kondisi TAHURA SSH memasuki taraf yang memprihatinkan akibat penebangan liar (illegal logging) dengan luas yang mengalami deforestasi mencapai 60%, sehingga memungkinkan terjadinya penurunan keanekaragaman hayati yang ada, termasuk keanekaragaman jamur di dalamnya. Jamur berperan sabagai dekomposer membantu dalam proses dekomposisi bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan, menyuburkan tanah dengan menyediakan nutrisi bagi tumbuhan sehingga hutan tumbuh dengan subur dan menjadi lebat (Suharna 1993). Salah satunya adalah famili Polyporaceae. Menurut Alexopaulus et al (1996) Polyporaceae merupakan famili dengan jumlah spesies terbanyak dalam ordo Aphylloporalles, jumlahnya lebih dari 700 spesies dengan struktur mikroskpis, karakter pelapukan dan reaksi kimia yang bervariasi. Kendrick (2000) menyatakan bahwa jamur dari famili Polyporaceae pada umumnya

memiliki struktur basidiokarp yang keras, sehinggga mampu hidup untuk beberapa tahun, sering dikenal dengan

bracket atau shelf fungi. Pada

umumnya tubuh buah bagian bawah memiliki pori-pori dengan jumlah ± 1000.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di TAHURA SSH antara lain Herdalisa (2008) mengenai komunitas semut, Herlina (2008) mengenai isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Protease, Siahaan (2008) mengenai Vegetasi Pohon dan

Roza (2013) mengenai

Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan. Walaupun inventarisasi mengenai keanekaragaman hayati, termasuk inventarisasi jamur di kawasan ini pernah dilakukan seperti yang pernah dilakukan BPP (2012), namun data jenis jamur Polyporaceae masih terbatas dan diduga masih banyak spesies yang belum teridentifikasi. Oleh karenanya perlu dilakukan penelitian tersebut sebagai langkah awal melestarikan keanekaragaman hayati yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis jamur dari famili Polyporaceae di TAHURA SSH Provinsi Riau.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dengan melakukan eksplorasi di lokasi penelitian penelitian yang diperkirakan ditemukannya jamur Polyporaceae serta mendokumentasikan objek berupa foto dan mencatat deskripsi singkat dari jamur tersebut.

(3)

Repository FMIPA 3 Sampel diambil menggunakan parang

dan pisau dengan kondisi sampel jamur yang diambil beserta dengan substratnya, dengan tujuan agar jamur tetap memiliki substrat untuk hidup serta mempertahankan keutuhan ciri morfologi yang penting dalam identifikasi. Sampel yang ditemukan di lapangan langsung difoto dan diidentifikasi secara makroskopik kemudian dimasukan ke dalam amplop ataupun botol lalu ditandai dengan kertas label (etiket gantung) yang berisi keterangan nomer koleksi, lokasi, jenis substrat, deskripsi singkat mengenai sampel dan kolektor. Sampel kemudian diletakkan ke dalam keranjang sampel dan dibawa ke laboratorium untuk digunakan dalam identifikasi lanjutan. Pengawetan sampel jamur dilakukan dengan cara dijemur di bawah terik matahari sampai sampel benar-benar kering. Semua jenis jamur yang termasuk anggota famili Polyporaceae diamati karakter makroskopisnya seperti warna dan bentuk pileus bagian atas dan bawah, warna tangkai dan bau (jika ada), tipe pelapukan, dan basidiokarp

(tipe, diameter, ketebalan, dan tekstur). Karakter Mikroskpis yang diamati seperti koloni, hifa, bentuk dan jumlah Pori/mm, serta spora (bentuk, warna dan ukuran). Identifikasi jamur menggunakan beberapa buku seperti Introductory Mycology (Alexopoulos

et al 1996), The Fifth Kingdom

(Kendrick 2000), Mushrooms (Laessoe 1998), Mushrooms of the world (Pace 1998). Selain itu, identifikasi jamur juga dilakukan dengan menelurusuri web-site yang berkaitan dengan jamur seperti www.roger-mushroom.com dan www.mycoweb.com.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Polyporaceae di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau.

Hasil penelitian di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau diperoleh 12 jenis yang termasuk ke dalam enam genus dari famili Polyporaceae. Jenis-jenis jamur yang termasuk dalam famili Polyporaceae dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis Polyporaceae di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau

No Genus Spesies

1. Gloephyllum Gloephyllum odoratum

2. Fomes Fomes fomentarius

Fomes sp.

3. Microporus Microporus xanthopus

Microporus sp. R2 R9 R20 4. Trametes Trametes sp.1 Trametes sp.2 5. Coriolus Coriolus sp. 6. Pavolus Pavolus sp.

(4)

Repository FMIPA 4 Deskripsi Jenis-jenis Polyporaceae

di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau

Anggota famili Polyporaceae memiliki struktur basidiokarp, karakter mikroskpis, karakter pelapukan dan reaksi kimia yang bervariasi.

sehinggga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan mampu hidup untuk beberapa tahun. Sering dikenal dengan sebutan bracket atau shelf

fungi. Berikut deskripsi 12 jenis

Polyporaceae yang ditemukan dalam penelitian ini.

a. Gloephyllum odoratum

Basidiokarp semisirkular, bentuk menyerupai bantalan, tidak memiliki tangkai, hidup soliter. Diameter basidiokarp ↔ 2 cm ↕ 1,6 cm, lunak dengan ukuran 13 mm, tekstur halus, apabila dibelah tubuh buah bagian

dalamnya berwarna cokelat kehitaman. Bagian atas pileus berwarna cokelat dan bagian bawah berwarna putih. Pinggiran putih halus, tidak memiliki lingkaran konsentris. Hifa dimitik, jumlah pori 8/mm (Gambar 1).

Gambar 1. Basidiokarp Gloephyllum odoratum. a. Tampak samping, b. Tampak bawah, c. Pori-pori, 1. Basidiokarp.

b. Fomes fomentarius

Basidiokarp semisirkular perenial, bracket like, berbentuk bantalan setengah lingkaran berlapis-lapis, hidup berkoloni. Diameter basidiokarp ↔ 3,2 cm ↕ 1,95 cm, berdaging keras dengan ketebalan 16,5

mm, tekstur kasar. Warna pileus bagian atas cokelat dan kuning kehijauan dan hitam pada bagian bawah. Pinggiran rata, memiliki lingkaran konsentris. Hifa trimitik, jumlah pori 6/mm (Gambar 2).

1 mm

A

B

C

(5)

Repository FMIPA 5 Gambar 2. Basidiokarp Fomes fomentarius. a. Tampak atas, b. Tampak samping, c.

Pori-pori, 1. Basidiokarp c. Fomes sp.

Basidiokarp semisirkular, tidak memiliki tangkai, hidup berkoloni. Diameter basidiokarp ↔ 14 cm ↕ 6,5 cm, berdaging lunak dengan ketebalan basidiokarpnya 32,7 mm, tekstur kasar.

Warna pileus bagian atas hitam dan krem pada bagian bawah. Pinggiran meruncing, lingkaran konsentris jelas. Hifa trimitik, jumlah pori 5/mm (Gambar 3).

Gambar 3. Basidiokarp Fomes sp. a.Tampak atas, b. Tampak bawah/samping, c. Pori-pori, 1. Basidiokarp.

d. Microporus xanthopus

Basidiokarp stipitate, memiliki tangkai berwarna putih kekuningan dengan panjang 0,8 cm, bentuk seperti corong (funnel shape), hidup soliter. Diameter basidiokarp ↔ 3 cm ↕ 3 cm, tipis, berdaging lunak dengan

ketebalan 1 mm, tekstur licin. Warna pileus bagian atas cokelat krem dan bagian bawah berwarna putih halus. Pinggiran tidak rata, melengkung ke dalam, lingkaran konsentris sangat jelas. Hifa dimitik, spora bulat-oval, jumlah pori 10/mm (Gambar 4).

1 mm

C

A

B

1 C A B 1 mm 1

(6)

Repository FMIPA 6 Gambar 4. Basidiokarp Microporus xhantopus a.Tampak atas, b. Tampak bawah,

c. Pori-pori, 1. Basidiokarp, 2. Tangkai. e. Microporus sp.

Basidiokarp stipitate, memiliki tangkai dengan panjang 0,7 cm, berbentuk corong (funnel shape), hidup soliter. Diameter basidiokarp ↔ 1,9 cm ↕ 1,3 cm, berdaging lunak dengan ketebalan 1,35 mm, tekstur halus.

Warna pileus bagian atas perpaduan antara cokelat, hitam dan putih dan pileus bagian bawah cokelat. Pinggiran halus, lingkaran konsentris sangat jelas. Hifa dimitik, jumlah pori 8/mm (Gambar 5).

Gambar 5. Basidiokarp Microporus sp. a. Tampak atas, b. Tampak bawah, c. Pori-pori, 1. Basidiokarp, 2. Tangkai.

f. R2

Basidiokarp semisirkular, bentuk menyerupai telinga, tangkai sangat pendek, hidup soliter. Diameter basidiokarp ↔ 3 cm ↕ 2,5 cm, sangat tipis dengan ketebalan 1,9 mm, tekstur

kasar. Warna pileus bagian atas cokelat tua dan cokelat muda pada bagian bawah. Pinggiran menggulung ke bawah, lingkaran konsentris jelas. Hifa dimitik, spora bulat-oval, jumlah pori 12/mm (Gambar 6). C A B 1 mm 1 2 C B A 1 mm 1 2

(7)

Repository FMIPA 7 Gambar 6. Basidiokarp R2. a. Tampak atas, b. Tampak bawah, c. Pori-pori, 1.

Basidiokarp. g. R9

Basidiokarp semisirkular, memiliki bentuk kipas, tangkai pendek, hidup soliter. Diameter basidiokarp ↔ 4 cm ↕ 2,4 cm, sangat tipis dengan

ketebalan 1,1 mm, tekstur licin. Memiliki warna krem putih pada pileus bagian atas, putih pada bagian bawah. Pinggirannya tidak rata, lingkaran konsentris kurang jelas. Hifa dimitik, jumlah pori 7/mm (Gambar 7).

Gambar 7. Basidiokarp R9. a. Tampak atas, b. Tampak bawah, c. Pori-pori, 1. Basidiokarp, 2. Tangkai.

h. R2

Basidiokarp semisirkular, tidak memiliki tangkai, hidup berkoloni. Diameter basidiokarp ↔ 5 cm ↕ 3,6 cm, tipis berdaging lunak dengan ketebalan 2 mm, tektur tidak rata.

Warna pileus bagian atas hitam dan bawah cokelat. Pinggiran sedikit menggulung, memiliki lingkaran konsentris yang jelas. Jumlah pori 10/mm (Gambar 8).

A

B

C

1 mm 1 2 1 mm C A B 1

(8)

Repository FMIPA 8

Gambar 8. Basidiokarp R20. a. Tampak atas, b. Pori-pori, 1. Basidiokarp. i. Trametes sp.1

Basidiokarp efussed-reflexed,

tidak memiliki tangkai, hidup berkoloni. Diameter basidiokarp ↔ 2,5 cm ↕ 1 cm, berdaging lunak dengan ketebalan 1,75 mm, tekstur kasar.

Warna pileus atas cokelat tua, bagian bawah cokelat muda. Pinggiran meruncing, lingkaran konsentris tidak jelas. Hifa trimitik, jumlah pori 8/mm (Gambar 9).

Gambar 9. Basidiokarp Trametes sp.1 a.Tampak bawah, b. Tampak atas, c. Pori-pori, 1. Basidiokarp.

j. Trametes sp.2

Basidiokarp effused-reflexed,

tidak memiliki tangkai, hidup berkoloni. Diameter basidokarp ↔ 1,6 cm ↕ 1,5 cm, berdaging lunak dengan ketebalan 1,6 mm, tekstur halus.

Warna pileus bagian atas krem kekuningan dan bagian bawah berwarna krem. Pinggiran halus rata, lingkaran konsentris jelas. Hifa trimitik, jumlah pori 6/mm (Gambar 10).

B

1 mm

A

1 C B A 1 mm 1

(9)

Repository FMIPA 9 Gambar 10. Basidiokarp Trametes sp.2 a.Tampak atas, b.Pori-pori, 1. Basidiokarp. k. Coriolus sp.

Basidiokarp effused-reflexed,

tidak memiliki tangkai, hidup berkoloni. Diameter basidiokarp ↔ 6,4 cm ↕ 5,2 cm, berdaging lunak dengan ketebalan 1,6 mm, tekstur

kasar. Warna pileus bagian atas cokelat hitam dan bagian bawah berwarna krem. Pinggiran rata, lingkaran konsentris jelas. Hifa dimitik, jumlah pori 4/mm (Gambar 11).

Gambar 11. Basidiokarp Coriolus sp. a. Tampak atas, b. Tampak bawah, c. Pori-pori, 1. Basidiokarp.

l. Pavolus sp.

Basidiokarp fanshaped-spathulate, bentuk seperti kerang.

Memiliki tangkai yang pendek pada bagian lateral, hidup soliter. Diameter basidiokarp ↔ 1,5 cm ↕ 1 cm, berdaging liat dengan ketebalan 5,15

mm, tekstur halus tidak rata. Pileus bagian atas dan bawah berwarna krem. Pinggiran menipis, lingkaran konsentris jelas. Bentuk pori heksagonal dengan jumlah 1/mm (Gambar 12). 1 mm C A B 1

B

A

1 mm 1

(10)

Repository FMIPA 10 Gambar 12. Basidiokarp Pavolus sp. a. Tampak atas, b. Tampak bawah, c.

Pori-pori, 1. Basidiokarp, 2. Tangkai. KESIMPULAN

Pada penelitian ini didapat 12 jenis jamur Polyporaceae. Jamur yang didapat adalah Gloephyllum odoratum,

Fomes fomentarius, Fomes sp.,

Microporus xanthopus, Microporus

sp., Trametes sp.1, Trametes sp.2,

Coriolus sp., Pavolus sp., dan 3 jenis

diantaranya belum teridentifikasi sampai tingkat spesies yaitu R2, R9, dan R20.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kehutanan Provinsi Riau khususnya UPT TAHURA yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau.

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos C J Mims, C W Blackwell M. 1996. Introductory

Mycology. 4th ed. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Badan Penelitian dan Pengembangan

[BPP]. 2012. Kajian

Inventarisasi dan Identifikasi

Keanekaragaman Flora dan Fauna TAHURA SSH Sebagai Pusat Laboratorium Biologi dan Konservasi Alam. Riau. BPP. Herdalisa L. 2008. Komunitas Semut

di Bawah Tiga Jenis Vegetasi di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim II Minas Riau [Skripsi]. Universitas Riau. Pekanbaru. Herlina N. 2008. Isolasi dan

Karakterisasi Bakteri Penghasil Protease Asal Kawasan Hutan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Riau [Skripsi]. Universitas Riau. Pekanbaru. Kendrick B. 2000. The Fifth Kingdom.

4th ed. Mycologue Publications. Canada

Lassoe T. 1998. Eyewitness handbooks

Mushrooms. Dorling Kindersley

Limited. London.

Mulyadi A. 2002. Rencana

Pengelolaan Kawasan

Konservasi Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Minas Provinsi Riau. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Riau. Pekanbaru.

3 mm

C

A

B

2

(11)

Repository FMIPA 11 Pace G. 1998. Mushrooms of The

World. Firefly Books Ltd. Canada.

Roza A A. 2013. Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau [Skripsi]. Universitas Riau. Pekanbaru. Siahaan P H. 2008. Vegetasi Pohon di

Kawasan Pengembangan Gajah,

Pusat Pengendalian Gajah (PLG) TAHURA Sultan Syarif Hasyim Riau [Skripsi]. Universitas Riau. Pekanbaru.

Suharna N. 1993. Keberadaan Basidiomycetes di Cagar Alam Bantimurung, Karantea dan Sekitarnya, Maros Sulawesi Selatan [Prosiding Seminar Hasil]. Litbang LIPI Indonesia.

Gambar

Gambar  1.   Basidiokarp  Gloephyllum  odoratum.  a.  Tampak  samping,  b.  Tampak  bawah, c
Gambar  3.   Basidiokarp  Fomes  sp.  a.Tampak  atas,  b.  Tampak  bawah/samping,  c.
Gambar  5.   Basidiokarp Microporus sp. a. Tampak atas, b. Tampak bawah, c. Pori- Pori-pori, 1
Gambar  7.   Basidiokarp  R9.  a.  Tampak  atas,  b.  Tampak  bawah,  c.  Pori-pori,  1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan tentang strategi guru matematika menghadapi siswa yang malas mengikuti pelajaran matematika di

Proses penyimpanan bahan baku yang dilakukan ber- dasarkan jenis/kategori bahan baku sudah dilaksanakan dengan efektif dan sesuai dengan prosedur mutu yang ada, akan tetapi

merupakan inovasi baru dalam pembangunan dinding dan material ini tergolong material yang baru digunakan, perusahaan Modern Panel Indonesia masih belum memiliki

ABSTRAK: Metode yang banyak digunakan dalam perencanaan jadwal proyek adalah metode CPM Network yang memperlihatkan analisa jaringan antar aktivitas dan juga metode

Objek pada penelitian ini adalah perencanaan proyek, maka untuk melakukan perencanaan proyek dibutuhkan data-data awal sebagai input dalam pembuatan perencanaan

Dan menerapakan metode CPM dalam penjadwalan kembali proyek penataan bangunan kawasan strategis masjid raya sumbar kota padang dengan mengunakan metode CPM

Latar belakang yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah Latar belakang yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) sudah dapat menjawab, kenapa akhirnya

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (………….) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi pengumuman Pelelangan