42
Penulis membuat rancangan penelitian (proposal penelitian) yang telah di setujui oleh dosen pembimbing akademik, lalu proposal tersebut di seminarkan. Selanjutnya penulis melakukan beberapa kali revisi proposal penelitian sampai kedua narasumber menyetujui proposal penelitian tersebut bisa di jadikan skripsi. Setelah kedua subjek menyetujui barulah penulis mendapatkan SK pembimbing dari jurusan kemudian penulis melakukan bimbingan skripsi hingga bab II sampai pada pembuatan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan pedoman Observasi yang mencakup aspek yang akan di teliti. Selanjutnya penulis mengurus surat izin penelitian ke bagian akademik Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang. Setelah surat izin penelitian di peroleh kemudian penulis menuju kantor Kesatuan Bangsa dan Politik yang berada di Painan Kabupaten Pesisir Selatan untuk mengurus surat rekomendasi untuk diteruskan ke tempat lokasi penelitian. Setelah surat rekomendasi di keluarkan selanjutnya penulis menyerahkan surat rekomendasi tersebut kepada kantor Wali Nagari Tigo Sepakat Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan tempat penulis melakukan penelitian kemudian barulah penulis melakukan penelitian pada tanggal 19 -30 juli 2017.
42
1. Gambaran Lokasi Nagari Tigo Sepakat
Kenagarian tigo sepakat merupakan salah satu Nagari yang ada di Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat.
Nagari ini terletak di bagian selatan. Penelitian yang penulis lakukan di Kenagarian Tigo Sepakat Inderapura Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan, dengan batasan wilayah sebelah Utara dengan kenagarian Embacang Limus, sebelah Selatan berbatasan dengan Kenagarian Geti Hilir, sebelah barat berbatasan dengan Kenagarian Pasar Sebelah dan sebelah timur berbatasan dengan Kenagarian Hilalang. Mayoritas penduduknya berdagang dan bertani, jumlah penduduk 5887 jiwa.
Kenagarian tersebut terdapat dua Mesjid, yaitu Masjid Nurul Haq dan Mesjid Fajrul Islam, dua Mushola Nagari Tigo Sepakat dikenal sebagai Nagari perkebunan sawit, jagung, dan padi. Masyarakat Nagari Tigo Sepakat 100% memeluk Agama Islam, pendidikan dewasa madya di Nagari tersebut 45% batas pendidikan sekolah menengah pertama, (SMP) dan 38 % batas pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan 17 % pendidikan Sarjana Strata 1 (S1). memiliki dua warung tempat perjudian yang pertama khusus pada dewasa tengah baya dan khusus pada remaja.
2. Gambaran Umum Subjek Penelitian Identitas Subjek I
Inisial : P M
Umur : 46 ahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
Identitas Pendukung
Inisial : SD (Istri Subjek)
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Identitas subjek II
Inisial : IM
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Tani
Identitas Pendukung
Inisial : RS (Istri subjek)
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Subjek I (PM) a. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap PM sebanyak dua kali.
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 19 Juli 2017, pukul 20.30 WIB sampai dengan 21.30 WIB. Wawancara ke dua dilakukan pada Tanggal 20 Juli 2017, wawancara ini dilakukan di rumah PM, dengan topik sikap keberagamaan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengetahuan keagamaan subjek dalam Aspek kognitif. Terdapat dua indikator yaitu :
1. Pengetahuan PM dalam memahami Akidah Islam.
2. Keyakinan yang dimiliki PM dalam beragama.
Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan subjek pendukung yang berinisial SD ( Istri Subjek). Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Juli 2017 sekitar pukul 16.25 WIB sampai dengan 16.58 WIB.
b. Observasi
Observasi dilakukan pada PM sebanyak 3 kali. Observasi pertama dilakukan pada hari Sabtu tanggal 22 Juli 2017 sekitar pukul 16.30 WIB sampai pukul 21.30 WIB di depan rumah PM. Peneliti melihat PM memakai baju batik berwarna hijau dan memakai kain sarung berwarna merah, sedang duduk merokok di teras rumahnya sambil minum kopi, setelah itu PM masuk ke dalam rumahnya mengambil peci kemudian pergi ke Mesjid dengan berjalan kaki, ketika itu PM berhenti di sebuah warung
membeli rokok dan sambil bercerita-cerita dengan bapak yang punya warung, beberapa menit kemudian Adzan sholat Magrib berkumandang dan PM langsung pergi ke Mesjid dan mengambil wud`uk, setelah itu PM langsung menjadi Imam sholat Magrib, dan langsung membacakan doa setelah sholat. Selesai sholat, PM langsung pulang kerumah. Pada pukul 19.25 WIB PM menunaikan Sholat sunnah dua rakaat dan sholat Isya berjemaah di Mesjid dan PM sebagai Imamnya. Setelah menunaikan shalat Isya PM pergi ke warung dan memesan kopi sambil merokok dan menonton televisi.
Observasi kedua dilakukan pada hari Minggu, 23 Juli 2017 sekitar pukul 21.30 WIB sampai pukul 01.42 WIB. Observasi tersebut dilakukan di warung. PM dan IM berkumpul dengan teman-teman seusianya, peneliti melihat PM dan IM mengeluarkan uangnya dan begitupun dengan teman- temanya yang lain meletakan ke atas meja dan memberikan kepada salah satu dari temannya untuk memegang uang tersebut, setelah itu PM dan IM dengan begitu tenang bermain koa, kemudian pada pukul 01.42 permainan koa tersebut usai.
Observasi ketiga pada hari Senin 24 Juli 2017 sekitar pukul 15.30 WIB sampai pukul 17. 30 WIB yang dilakukan di rumah subjek, penulis melihat subjek menunaikan sholat Ashar. Setelah menunaikan sholat Ashar, PM keluar rumahnya dengan menggunakan motor dan langsung ke warung, PM memesan segelas kopi dan sambil merokok dan bercerita- cerita dengan teman seusianya tersebut, PM mengambil sebuah batu
domino. bermain dengan teman-temanya. PM bercanda-canda dengan temanya kemudian PM ketawa bersama temanya. pada pukul 17.30 WIB PM pulang kerumahnya dan pergi ke Mesjid melaksanakan sholat Magrib.
Setelah selesai sholat, PM dan IM pun bercerita di Masjid, kemudian IM dan PM pergi pulang kerumah masing-masing PM makan dengan keluarganya.
Beberapa jam kemudian PM keluar rumah pada pukul 19.30 WIB dan PM pergi ke warung setelah itu PM memasang angka atau biasa disebut dengan togel. Kemudian PM duduk sambil menunggu nomor yang dipasang PM keluar, setelah itu PM pulang ke rumah dan melaksanakan sholat Isya.
2. Deskripsi Data Subjek II (IM) a. Wawancara
Wawancara ini dilakukan pada hari Rabu 26 Juli 2017 di rumah sekitar pukul 20.30 WIB sampai dengan pukul 21.35 WIB, Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengetahuan keagamaan IM dalam aspek kognitif. terdapat dua indikator yaitu :
1. Pengetahuan IM dalam memahami Akidah Islam.
2. Keyakinan yang dimiliki IM dalam beragama.
Selanjutnya penulis melakukan wawancara terhadap subjek pendukung yaitu Istri subjek yang berinisial RS. Wawancara dilakukan pada hari Jumat tanggal 27 juli 2017 pada pukul 14.35 WIB.
b. Observasi
Observasi pada subjek IM pada hari Sabtu pada tanggal 28 juli 2017 sekitar pukul 18.10 WIB sampai dengan pukul 21.30 WIB Observasi tersebut dilakukan di Mesjid, penulis melihat IM menggunakan baju yang berwarna putih dan celana berwarna hitam, penulis melihat IM mengaji setelah itu IM Adzan dan langsung qomad, kemudian PM menjadi Imam Sholat Magrib dan setelah menunaikan shalat Magrib IM duduk dalam Mesjid sambil merokok dan bercerita-cerita dengan teman seusianya di Mesjid.
Pada waktu shalat Magrib masuk IM mengambil wudu`k dan melaksanakan shalat Magrib, setelah itu IM pergi ke warung IM berkumpul dengan teman-temanya dan dihadiri oleh PM dan IM bermain koa dengan teman-temanya yang berjumlah empat orang. Penulis melihat subjek mengeluarkan uangnya dan meletakan ke atas meja.
Observasi ke dua dilakukan pada tanggal 29 Juli 2017 sekitar pukul 20.30 WIB sampai pukul 23. 00 WIB Observasi dilakukan di Mesjid karena pada waktu itu Wirid Remaja di Mesjid dan peneliti melihat IM dan PM menghadiri Wirid tersebut dan kemudian IM dan PM dengan tenang mendengarkan ceramah Agama tersebut.
Setelah acara Wirid usai IM dan PM berdiskusi dengan Ustadz tersebut masalah keagamaan, pada pukul 23.00 WIB pulang ke rumah masing-masing.
Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 30 Juli 2017 pada pukul 17.30 WIB sampai dengan pukul 23.30 WIB Observasi dilakukan di rumah, penulis melihat IM berkumpul dengan istri dan anaknya kemudian IM melaksanakan shalat Magrib di rumahnya.
Beberapa lama setelah itu subjek keluar dari rumahnya dengan menggoncengi istrinya dengan motor. pada pukul 23.teman-temanya.
dengan asik menonton televisi sambil merokok kemudian IM pulang kerumahnya.
C. Analisis Data 1. Subjek I (PM)
a. Sikap Keberagamaan Subjek di Kenagarian Tigo Sepakat Kecamatan Pancung Soal
Sikap keberagamaan dapat dilihat dari Aspek kognitif, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Jalaluddin (2012) mengatakan suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan ketaatan terhadap Agama. Keberagamaan tersebut adanya konsistensi, antara kepercayaan terhadap Agama sebagai unsur koginif,
perasaan terhadap Agama sebagai unsur afektif dan prilaku terhadap Agama sebagai unsur konatf. Berikut kutipan wawancara dengan subjek 1 (PM) mengenai sikap keberagamaan.
1) Ditinjau dari Aspek kognitif
Wawancara ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 19 Juli 2017 di rumah PM sekitar pukul 20.30 WIB sampai dengan pukul 21.30 WIB Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengetahuan keagamaan subjek . Aspek ini terdiri dari dua indikator yaitu :
1. Pengetahuan tentang keagamaan memahami tentang Akidah dalam Islam. Hal ini tergambar dari jawaban atas pertanyaan mengenai pemahaman Akidah Islam.
“Akidah Islam, kalau memahami Akidah Islam tu, tantu itu keyakinan awak kapado Tuhan, Tuhan awak yang di yakini, Akidah tu kan ikatan, ikatan awak sebagai makhluk dengan Allah yang menciptakan awak, alah ado ikatanyo, ikatan awak sebagai makluk dengan Khalik itu punya hubungan. nah sebagai makhluk awak punyo hak dan kewajiban kapado Khalik yang telah menciptakan awak dalam bahaso awaknyo tantu kito mintak tarimo kASih kapado yang telah manciptakan awak, awak harus mangarati tentang apo pun yang kito inginkan kapado Tuhan terhadap diri awak, dan apo yang manjadi hak awak dan yang manjadi kewajiban awak. tantu hak ndak akan bisa kito tarimo kalau wak ndak melaksanakan kewajiban awak, apo kewajiban awak, kewajiban awak tu otomatis melaksanakan apo yang di perintahkan Allah tu, dalam quran kan alah ado tu apo perintah Allah tu misal sholat, zakat macam-macam ha jalani itu sebagai kewajiban, jadi katiko itu lah wak jalani itu, mako kito mandapek ganjaran dari Allah kemudian apo hak awak katiko hak itu lah di jalani mangko kito mandapek ganjaran dari Allah. pi katiko wak ndak menjalankan kewajiban awak, hak awak tetap diagiah dek Allah berupa resiko, nah Akidah tu arek kaitanyo ikatan emosional awak dengan yang telah menciptakan awak nah intinyo kita harus bisa memahami Tuhan awak tu. Akidah Islamiah itu otomatis ado dasar dalam memahami Tuhan awak tu, awak selalu baco Al- Qur`an, kitabnyo sehinggo awak ndak salah paham adolah pemahaman awak kapado Tuhan tu jadi ndak sumbarang- sumbarang baakidah do nah Akidah Islamiah tu bagaimana cara kita menghubungkan diri awak kepado Allah yang menciptakan awak kadunia ko. nah macam-macam lah nantinyo nyo tu ado caronyo awak tu mentauhidkan Allah, bahwasanyo apo yang ado
nan awak tarimo ko sadonyo berasal dari Allah, elok, buruak dan apo pun itu yang ado dalam diri awak disukuri dan segala sesuatu yang ado pado diri awak ko atau yang dirasoan elok atau indak itu datangnyo dari Allah, yo untuk samantaro manurut apak Akidah Islamiah tu lebih cendrung apak memahaminyo sebagai ikatan emosional awak kapado sang Khalik, ha itu menurut apak nyo (W1/L 26 -58).
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa :
“Akidah Islam, kalau memahami Akidah Islam itu, tentu itu keyakinan kita kapada Tuhan, Tuhan kita yang di yakini, Akidah itu kan ikatan, ikatan kita sebagai makhluk dengan Allah yang menciptakan kita. sudah ada ikatannya, ikatan kita sebagai makluk dengan sang Khalik itu punya hubungan. sebagai makhluk kita punya hak dan kewajiban kapada Khalik yang telah menciptakan kita dalam bahasa kitanya tentu kita mintak terima kasih kapada yang telah manciptakan kita, kita harus mengerti tentang apa pun yang kita inginkan kepada Tuhan terhadap diri kita, dan apa yang manjadi hak kita, dan yang manjadi kewajiban kita. tentu hak tidak akan bisa kita terima kalau kita tidak melaksanakan kewajiban kita, apa kewajiban kita, kewajiban kita tentu otomatis melaksanakan apa yang di perintahkan Allah, dalam Al-Qur`an kan sudah ada, apa yang diperintah Allah, misalnya Shalat, Zakat macam-macam jalani itu sebagai kewajiban, jadi ketika itu sudah kita jalani, maka kita mandapatkan ganjaran dari Allah, kemudian apa hak kita ketika hak itu telah di jalani maka kita mandapat ganjaran dari Allah. tapi ketika kita tidak menjalankan kewajiban kita, hak kita tetap di berikan Allah berupa resiko, nah Akidah itu erat kaitanya ikatan emosional kita dengan yang telah menciptakan kita, intinya kita harus bisa memahami Tuhan kita. Akidah Islamiah itu otomatis ada dasar dalam memahami Tuhan kita, kita selalu baca Al-Qur`an, kitabnya sehingga kita tidak salah paham. jadi kita tidak asal-asalan dalam berakidah, Akidah Islamiah itu, bagaimana cara kita menghubungkan diri kita kepada Allah yang menciptakan kita kedunia ini. nah macam-macam nantinya, caranya kita mentauhidkan Allah, bahwasanya apa yang ada pada kita terima ini semuanya berasal dari Allah, baik, buruk. Dan apa pun itu yang ada dalam diri kita disukuri dan segala sesuatu yang ada pada diri kita atau yang dirasakan baik atau tidak itu datangnya dari Allah, ya untuk sementara menurut bapak Akidah Islamiah itu lebih cendrung bapak memahaminya sebagai ikatan emosional kita kapada sang Khalik, menurut bapak itu (W1/L 26 -58).
Berdasarkan ungkapan subjek di atas dapat dipahami bahwa Akidah Islam itu adalah ikatan atau keyakinan kita kepada Allah, diucapkan dengan lisan dan diaplikasikan dalam perbuatan sehari- hari, dalam berakidah kita harus ada dasar dalam memahaminya, kita harus membaca Al-Qur`an dan memahami isi kandungan dalam Al-Qur`an tersebut agar kita tidak salah paham dalam berakidah.
Hasil Observasi juga menunjukan bahwa PM ketika Adzan shalat Magrib berkumandang PM langsung ke Mesjid mengambil wudhu dan menjadi Imam shalat Magrib, kemudian membacakan doa setelah shalat, pada pukul 19.25 WIB menunaikan shalat sun’nah dua rakaat di Mesjid setelah itu shalat Isya berjemaah di Masjid, setelah itu PM membaca doa setelah shalat, tidak lama setelah itu PM pergi ke warung dan memesan kopi, sambil merokok dan menonton televisi, (Observasi: tanggal 22 juli 2017).
Selanjutnya ungkapan dari subjek menyatakan bahwa :
“Konsep baibadah tu laweh ma tu ma nak, jan di sangko ibadah tu cuman sholat, zikir se laweh tu mak nak, duduak awak niat kan karano Allah baibadah, bakarajo awak niek kan karano Allah ibadah, senyum ka urang baibadah macam-macam, dengan syarat ikhlas mangarajoan sesuatu karano Allah. Kemudian sholat yang wak karajoan tu yo sesuai lo dengan nabi awak kalau subuh tu duo rakaat yang nyo karajoan dek nabi yo duo rakaat pulo yang wak karajoan, yo ndak buliah awak tambah-tambah dan wak kurangi, zuhur ampek rakaat nyo karajoan dek nabi yo ampek rakaat wak karajoan kalau ibadah dalam sholat yo kayak gitu” (W1/L 149-159).
Pernyataan subjek di atas dapat diartikan bahwa :
“Konsep beribadah itu luas, jangan di kira Ibadah itu cuman shalat, zikir saja, luas itu nak, duduk kita niatkan karena Allah beribadah, bekerja kita niatkan karena Allah Ibadah, senyum kita pada orang, beribadah macam- macam, dengan syarat Ikhlas mengerjakan sesuatu karena Allah.
Kemudian shalat yang kita kerjakan itu ya sesuai pula dengan Nabi kita kalau subuh itu dua rakaat yang ia kerjakan dua rakaat pula yang kita kerjakan, tidak boleh kita tambah-tambah dan kita kurangi, Zuhur empat rakaat, di kerjakan Nabi kita, empat rakaat pula dikerjakan.
Selanjutnya ungkapan dari Istri PM (RS), bahwa:
Apak tu, aa katiko dalam keluarga nyo biaso yo nyo, lai batangguang jawabnyo, perhatian nyo lai lah jo anak-anak kebuTuhan balanjo lai nyo penuhi. Kemudian katiko sumbayang nyo sumbayang, katiko puaso nyo puaso, ndak namuh apak tu maningga shalatnyo do, puaso bagai, setahu ibuk itunyo kalau masalah ibadahko lai taatnyo nampak di ibuk. (W2/L 22-27)
Senada dengan pernyataan istri subjek mengatakan bahwa :
Bapak itu, ketika dalam keluarga dia biasa saja, dia bertanggung jawab, perhatiannya kepada anak-anak. kebutuhan keluarga bapak penuhi.
Kemudian ketika waktu sholat bapak sholat, ketika puasa bapak puasa, tidak mau bapak itu meninggalkan shalatnya, puasanya, setahu ibuk bapak taat beribadah.
Indikator kedua adalah keyakinan subjek kepada keagamaanya. Hal ini terungkap dari pernyataan subjek yaitu :
“Awak kan urang baagamo, dalam agamokan lah jaleh tu, dalam Al-Qur`an kan lah jaleh tu, lah ado dalam Al-Qur`an ma, jadi padoman bagi awak katiko wak baco Al-Qur`an tu lah jaleh tu zalika kita bularai bafih ndak buliah ragu-ragu jadi petunjuk bagi kito yang bertakwama dan ndak buliah do kito ragu kapado Allah itu sebagai illah wak, yo Allah adalah Tuhan awak dan Al-Qur`an alah manjalehkan tentang itu banyak, dari Al-Qur`an yang bapak baco banyak tu, salah satu nyo tu manjalehkan kapado awak baso awak ndak boleh ragu, kalau wak lah ragu kapado Allah tantu awak ndak namuah mambaco Al-Qur`an do, tapi mambaco Al- Qur`an mananmbah keyakinan awak kapado Allah, nah kiro-kiro alasan apak yo itunyo, Al-Qur`an lah ado, hadislah lah ado, nabi dan rasul tlah diutus baa caro mentauhidkan Allah ko, mengesakan Allah ko itu Allah tu lah Tuhan awak jadi itu menurut apak, jadi ndak lo paralu Panjang lebar kayaknyo do ndak, jadi yang Allah ko yo apak yakini sebagai Tuhan apak yang akan membalasi apo yang awak karajoan itu nyo nak” (W1/L 62-79).
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa :
“Kita kan orang beragama, dalam Agamakan sudah jelah tu, dalam Al-Qur`an kan udah jelaskan, sudah ada dalam Al-Qur`an, jadi pedoman bagi kita ketika membaca Al-Qur`an itu sudah jelas, zalika Kita Bularai Bafih, tidak boleh ragu-ragu jadi petunjuk bagi kita yang bertakwa dan tidak boleh kita ragu kapada Allah itu sebagai Illah kita, Allah adalah Tuhan kita dan Al-Qur`an sudah menjelaskan tentang itu banyak, dari Al-Qur`an yang bapak baca banyak, salah satu nya manjelaskan kapada kita, bahwasanya kita tidak boleh ragu, kalau kita ragu kapada Allah tentu kita tidak mau membaca Al-Qur`an, tapi mambaca Al-Qur`an menambah keyakinan kita kepada Allah, nah kira-kira alasan apak itu, Al- Qur`an sudah ada, hadis sudah ada, Nabi dan rasul telah diutus bagaImana cara mentauhidkan Allah”
Berdasarkan penyataan di atas dapat dipahami subjek mengukapkan bahwa tidak boleh ragu dalam beragama, karena dalam Al- Qur`an sudah banyak dijelaskan dan Al-Qur`an adalah petunjuk dalam Islam.
Kemudian ungkapan dari Istri PM (RS), kalau syirik itu ndak pernah do setahu ibuk, bahkan baubek ka dukun yo ndak namuah nyo do, apo lagi tanuang mananuang atau ramalan dukun itu ndak picayo bagai nyo tu do (W2/L 59-61).
Sesuai dengan pernyataan istri subjek mengatakan bahwa subjek tidak pernah menduakan Allah dan berprilaku syirik.
Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi dari pengetahuan keagamaan PM di Nagari Tigo Sepakat, Kecamatan Pancung soal, Kabupaten Pesisir Selatan dapat disimpulkan bahwa pada Aspek ini menyatakan bahwa subjek pada indikator pertama memiliki pengetahuan dan pemahaman yang matang terhadap Akidah Islam. Kemudian pada Indikator kedua yaitu keyakinan yang dimiliki individu terhadap keagamaan memiliki komitmen terhadap keyakinan beragama dan tidak meragukan ajaran Islam.
2) Ditinjau dari Aspek afektif
Pada Aspek ini memiliki satu indikator yaitu reaksi emosional perasaan yang bersifat senang dan tidak senang pada individu hal ini di ungkapkan oleh subjek PM bahwa ikhlas dalam menjalankan perintah Allah SWT dengan pernyataan subjek sebagai berikut :
“ Kalau ikhlas lae, insya Allah apak karjokan dengan sepenuh hati apak apak serahkan diri apak hati apak kapado Allah dengan setulus hati apak, yo itu nyo nak. Kalau ikhlas insya Allah apak ikhlas menjalankan perintah Allah ko” (W1/L 212-215).
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa :
Kalau ikhlas bapak Ikhlas, Insyaallah bapak kerjakan dengan sepenuh hati bapak, bapak serahkan diri bapak hati bapak kepada Allah dengan setulus hati bapak. Kalau ikhlas insyaallah bapak Ikhlas menjalankan perintah Allah.
Pengukapan di atas dapat dipahami bahwa subjek ikhlas dalam menjalankan perintah Allah SWT, dan subjek ketika beribadah menyerahkan jiwa raganya kepada Allah.
Selanjutnya pernyataan subjek setelah menunaikan ibadah shalat mengukapkan bahwa :
“ Insyaallaah, yo tanang hati apak awak alah siap mangadok Tuhan ma, sabananyo ketenangan tu katiko awak mengahayati sholat awak, dan kemudian awak ibaratkan katiko awak baibadah sholat tu bagaikan mati besuak pagi dan khusuk awaaak, mangko katiko itu lah awak mandapek ketenanangan batin tu jadi gitu nyo, tapi Insyaallah lah apak katiko setelah menyelesaikan sholat tu yo tanang hati apak dek nyo karano modeko bapak mengagap sholat itu adalah kebutuhan awak, jadi katiko kebutuhan itu lah awak penuhi mangko nak ado raso gelisah atau nan kurang didiri awak tu lae do karano kebutuhan awak tu lah di penuhi, samo yo jo makan, katiko paruik awak lapa dan dan itu indak awak penuhi baa kiro-kiro nyaman ndak awak tanang ndak awak modetu lho dengan sholat ko kalau alah awak penuhi kebutuhan ruh awak ko mangko nyaman awak rasonyo itunyo manurut apak” (W1/L 225- 238).
Pernyataan di atas dapat dipahami subjek merasa tenang sesudah melaksanakan shalat, subjek juga menyatakan bahwa shalat itu adalah kebutuhan baginya, dan apabila kebutuhan itu sudah kita penuhi maka kita akan mendapatkan kenyamanan dan ketenangan baik secara zahir maupun batin.
Selanjutnya subjek mengukapkan kekhusukan dalam menunaikan Ibadah sholat bahwa :
“Alhamdulillah kadang-kadang khusuk kadang ndak, cuman untuk mandapek kekhusukan tu yo harus harus sabana fokus awak, pikiran awak, hati awak yo awak tujukan ka Allah samato-mato yo nyo, yo nak ado panggana ka nan lain lai do, cuman kadang awak ko kan acok lo ndak fokus bagai kan niat hati ko lai nio sumbayang katiko takbir panggana awak ntah kamano-mano kadang kito sadang mancari kunci onda bagai ndak sobok-sobok katiko awak sumbayang mangucap takbir baru takana awak latak kunci onda tu, jadi tu lah ndak khusuk sumbayang awak tu do jadi kalau masalah maraso khusuk sumbayang apak yo kadang-kadang lonyo, cuman apak selalu mancubo untuk khusuk katiko sholat .(W1/L 240-250).
Ungkapan di atas dapat dipahami bahwa PM dalam melaksanakan Ibadah sholat terkadang khusuk terkadang tidak, tergantung suasana hati dan pikiran subjek. Ketika PM sedang banyak masalah maka subjek tidak fokus dalam menjalankan ibadah shalat, dan ketika dalam kondisi shalat banyak urusan dunia yang teringat oleh subjek, tetapi subjek selalu berusaha untuk khusuk ketika sholat.
b. Prilaku Keberagamaan ditinjau dari Komponen Konatif
Perilaku keagamaan dapat dilihat dari Aspek konatif, hal ini sesuai dengan apa yang katakan oleh Jalaluddin (2012) yaitu prilaku terhadap Agama sebagai unsur konatif. berikut kutipan wawancara bersama PM mengenai prilaku keagamaan.
Apakah bapak mentaati perintah Allah dan Rasul ?
“Insyaallah bapak mentaatinyo, tapi masih banyak juo kekurangan lae masih banyak yang bapak perbaiki lae didiri apak.
dan kemudian manusia tu nak lo luput dari doso dan mambuek salah do ma cuman awak tu harus selalu koreksi diri awak katiko awak mambuek salah capek awak mamintak ampun kapado Allah, cuman kalau mentati dalam bentuk mengerjakan shalat
mengerjakan puaso, tu insyaallah apak karajoan .(W1/L 259- 265).
Pengukapan di atas dapat diartikan bahwa :
Insyaallah bapak mentaatinya, tapi masih banyak juga kekurangan lagi, masih banyak yang bapak perbaiki lagi pada bapak. kemudian manusia itu tidak luput dari dosa dan berbuat salah. cuman kita harus selalu koreksi diri, ketika kita membuat salah, cepat kita meminta ampun kapada Allah, cuman mentaati dalam bentuk mengerjakan shalat mengerjakan puasa, itu Insyaallah bapak kerjakan.
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa subjek mentaati perintah Allah kemudian menurut subjek manusia itu tidak luput dari kesalahan maka dari itu subjek selalu mempebaiki dirinya dan segera meminta ampun kepada Allah ketika berbuat dosa.
Hal itu juga diungkapkan oleh Istri subjek yang berinisial (RS) mengukapkan bahwa :
Kira-kira bapak pernah meninggalkan shalatnya buk ?
“Ndeee kurang tau lo ibuk nak, cuman sumbayang limo wakatu ko lae lah ndak pernah tingga nampak dek ibuk do itu nyo nak satahu ibuk itunyo.
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa :
Shalat lima waktu bapak tidak pernah meninggalkannya
Indikator ke dua yaitu bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu dalam bentuk hubungan dengan orang lain. Sebagaimana di ungkapkan oleh subjek PM menyatakan bahwa :
“Kalau minum-minuman kareh wakatu apak bujangan dulu ado, cuman kalau bazina apak insyaallah jauh dari apak, ko bujangan ko yo. Tapi kini insyaallah ndak ado lae, samanjak anak apak alah gadang gadang apak alah mulai bapikia, ciek lai ndak lo ado manfaatnyo do minum tu kironyo badan nan ka abih deknyo, itu mangkonyo apak baranti, alah kepeang abih badan usak lo wek nyo tu mangko apak ndak namuah lae, tapi kalau maen koa tu jan ditanyo lae namuah hati apak nyo, susah apak maningganyo maen ko, tapi apak maen sausia jo apak lo nyo. Ndak lo namuah apak maen jo anak mudo-mudo ko do (W1/L 352-369).
Pernyataan subjek bahwa subjek juga pernah minum- minuman keras waktu remaja tapi dengan bertambahnya usia dan anak-anak subjek sudah besar-besar maka subjek tidak minum-minuman keras lagi. subjek pun menyesali perbuatan masa lalunya, sekarang ini subjek beralih pada perjudian.
Hal itu juga diungkapkan subjek mengatakan alasan susah meninggalkan judi bahwa :
“Yo itu tadi, kadang ndak lo ngarti apak do, cuman sacaro Agamo emang yo salah tu ma, cuman mungkin dek hobi tu mah duduak- duduak jo kawan-kawan manjalang mato mangantuak itu nyo, tapi apak berharap ambiak dari sisi positifnyo dari apak jan diambiak yang negatif dari apak ndak. (W1/L 362-368).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa subjek suka bergaul dengan teman-teman seusianya, dan subjek mengetahui bahwa dalam Agama dilarang dalam berjudi tapi subjek susah untuk meninggalkanya.
Kemudian subjek juga suka menolong orang lain sebagaimana ungkapan subjek mengatakan bahwa :
Apakah bapak suka menolong orang dalam kesusahan ?
Insyaallah apak tolong sesuai dengan kemampuan apak (W1/L 313).
Istri subjek juga mengukapkan bahwa subjek PM juga suka bersosialisasi dengan teman temanya sebagaimana ungkapan RS mengatakan bahwa:
Kalau sosialisasi acok nampak de ibuk nyo, ngumpua-ngumpua di kadai sa partai nan samo jo inyo ee maen-maen karate ko ha, ntah bajudi nyo kini, ntah apo ndak lo tau ibuk do, cuman bini rang kadae tu mangecek ka ibuk, nyo bataruah kepeang kecek nyo. Katiko ibuk batanyo jo apak ndak kecek nyo acara aie kecek inyo, tapi bia lah inyo yang manangguangnyo dikhirat bisuak ASai lah di inyo.
Pernyataan istri subjek di atas bahwa subjek suka berkelompok dan bermain kertas koa di warung dengan berkumpul dengan teman- temanya.
1. Subjek II (IM)
a. Sikap Keberagamaan
1) Ditinjau dari Aspek kognitif
Wawancara ini dilakukan pada hari Rabu 26 juli 2017 di Rumah IM sekitar pukul 20.30 WIB sampai dengan 21.35 WIB, Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengetahuan keagamaan
subjek . Aspek ini terdiri dari dua indikator. Indikator pertama adalah pengetahuan tentang keagamaan IM memahami tentang Akidah dalam Islam. Hal ini terungkap dari pernyataannya IM memahami Akidah Islam.
Apakah bapak meyakini Allah adalah satu-satunya illah yang patut di sembah?
“Aaa,, sebenarnya kita semua ini, aa baik yang beriman maupun yang kafir, semua sudah pernah ditanya sama Allah sesaat kita sebelum lahir, tentang pengakuan kita terhadap Allah SWT tersebut, dan saat itu kita dengan tulus mengakui, bahwa Allah lah satu-satunya illah kita. Jadi pada dasarnya, kita itu telah beriman sejak masih bayi, tetapi tentu saja bagaimana kemudian kita dibesarkan oleh orang tua kita, bagaImana lingkungan yang ada di sekitar kita dan semua itu mempengaruhi kita untuk tetap mengingat janji kita untuk mengesakan Allah atau justru lupa sama sekali terhadap janji yang pernah kita ucapkan itu. Itu sebabnya, sebenarnya orang – orang yang kafir sekalipun jika mereka mau jujur terhadap dirinya sendiri mereka sebenarnya mengakui bahwa ada kekuatan besar di luar mereka yang lebih hebat, lebih kuat dan lebih berkuasa di atas segala-galanya hanya saja mereka itu sering kali tidak mendengarkan hati nuraninya bahkan membuangnya jauh-jauh sehingga mereka itu tidak menemukan jalan untuk kembali kepada Allah. Ringkasnya aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah utusan Allah, itu adalah sebuah janji kita kepada Allah dan juga kepada Nabi Muhammad Saw janji yang seperti apa? Janji untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya ilah atau menjadikan Allah sebagai sesuatu yang pertama dan utama untuk kita cintai, kita rindukan, kita merasa tentram bila di didekatnya dan merasa mendapatkan pertolongan, serta tempat kita meminta perlindungan (W1/L 20-62).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya, subjek mengatakan bahwa kita itu telah beriman sejak masih dalam kandungan, tetapi tentu saja bagaImana kemudian kita dibesarkan oleh orang tua kita dan bagaimana lingkungan yang ada disekitar kita. semua itu
mempengaruhi kita untuk tetap mengingat janji kita untuk mengesakan Allah atau justru lupa sama sekali terhadap janji yang pernah kita ucapkan itu subjek juga mengatakan bahwa Akidah itu adalah sebuah janji atau sumpah yang kita ucapkan dan kita yakini.
Selanjutnya subjek IM juga mengukapkan bentuk pengakuan dan pemahaman dalam bentuk syahadat kepada Allah SWT dengan menyatakan bahwa :
“Ya itu tadi dengan mengucapkan Ashadu,Allaillahailallah Waashadu Anna Muhammaddarasulullah dan itu pun tidak cukup dengan bentuk ucapan saja karena itu adalah tahap awal pengakuan dalam menanamkan pondasi dalam diri kita dan itupun harus di laksanakan dalam bentuk tindakan saya ibarat kan seperti ini kita berjanji kepada seseorang dan kemudian kita tidak memenuhi janji tersebut kecewa ndak teman kita itu, pasti kecewa kan ,begitu pula dengan Allah, sesama manusia saja kita kita berkhianat marah teman kita, apalagi sama Tuhan ya ndak (W1/L 66-79).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa menurut IM syahadat tidak cukup dengan bentuk ucapan saja karena syahadat tidak cukup dengan ucapan saja harus direalisasikan dalam bentuk tindakan dalam kehidupan sehari-hari dan mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi segala laranganya.
Subjek juga mengatakan cara merealisasikan janji-janji kepada Allah SWT sebagaImana pengakuan subjek mengatakan bahwa :
Bagaimana bentuk janji-janji kita terhadap Allah itu pak ?
“Iyaaa.. kalau kita telah berjanji atau meyakini Allah itu adalah Tuhan kita maka kita harus mengikuti apa yang diperintahkanya seperti shalat, puasa dan lain sebagainya dan menjauhi larangannya seperti berzina, minum-minuman keras dan lain sebagainya (W1/L 76-80).
Istri subjek SD juga mngatakan bahwa subjek mengatakan bahwa suaminya tidak pernah meninggalkan shalat, puasa dan lain sebagainya sebagaimana yang diungkapkan bahwa :
Nn,,, bisa ibuk ceritakan mengenai sikap bapak terhadap Agama maupun terhadap keluarga ?
“Yo, apak tu kalau tibo wakatu sumbayang nyo sumbayang, tibo wakatu puasonyo lai puaso Nn nampak di ibuk ..aa itunyo, yo kalau sikapnyo ka anak-anak maupun ka ibuk lai biaso yo nyo, katiko itu maraso patuik rasonyo nyo berang nyo berang dan biasonyo apak tu jarang berang ka anak-anaknyo ka ibuk ndak lo pernah do tapi kalau nyo dapek berang sakali buruak lo berangnyo (W2/L 27-34).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa IM mengikuti perintah Allah seperti shalat, puasa dan lain sebagainya
Subjek juga taat mengerjakan perintah Allah dan Rasul sebagaimana subjek mengatakan bahwa :
Apakah bapak mentaati perintah Allah dan Rasul ?
“Iyaaa.. kalau berbicara mentaati perintah Allah dan Rasul mm.. mungkin sudah, seperti mengerjakan shalat wajib, shalat sunat, puasa, zakat, berbuat baik kepada sesama manusia kalau itu insyaallah saya kerjakan, ya namanya manusia ya pasti memiliki sifat kilaf dan salah, itulah manusia kalau mentaaati secara utuh mungkin belum tapi saya berusaha untuk mentaati Allah dan Rasul secara utuh tapi sekarang masih dalam menuju ketahap utuh (W1/L 101-108).
Kemudian subjek juga termotivasi dalam mendekat diri kepada Allah sebagimana pernyataan subjek bahwa :
Apa yang menjadi motivasi bapak dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT ?
“Ya kalau menjadi motivasi dalam menjalankan ibadah, ya saya merasa Allah itu dekat dengan saya maka ketika saya mendekatkan diri kepada Allah maka hati saya itu tenang, tentram dan saya merasa terpanggil ketika mendengarkan panggilan Adzan untuk menunaikan shalat dan saya merasa butuh dengan Allah mungkin itu motivasi saya (W1/L 113-120).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa memenuhi Indikator sebagaimana ditinjau dari tanggapan yang dimiliki individu mengenai pengetahuan keagamaan.
Indikator yang kedua yaitu keyakinan yang dimiliki individu mengenai keagamaan. Sebagaimana yang diungkapkan subjek IM mengatakan bahwa :
Apakah bapak ada keraguan dalam ajaran Islam ?
“Tidak ada sedikit pun bagi saya keraguan dalam memeluk Agama Islam karena Islam adalah Agama yang di ridhoi Allah yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah Agamaku, Al-Qur`an dan sunnah Nabi adalah petuntunjukku (W1/L 143-146).
Subjek juga mengatakan bahwa Allah bersifat adil seluruh umat sebagimana pernyataan IM mengukapkan bahwa :
Menurut bapak apakah Allah bersifat adil seluruh umat ?
“Iyaa,, karena seluruh manusia disisi Allah sama karena Allah tidak menilai seseorang dari segi jabatan atau pangkat seseorang, karena yang menjadi perbedaan disisi Allah itu hanya taqwa, seberapa sering dia beribadah kepada Allah (W1/L 160-163).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa subjek berpendapat bahwa Allah berlaku adil pada manusia hanya amal Ibadah yang membedakanya.
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keyakinan yang dimiliki individu memenuhi indikator sebagaimana pernyataan subjek tidak ada keraguan dalam Islam
2) Ditinjau dari Aspek afektif
Aspek ini terdapat satu indikator yaitu reaksi emosional/perasaan yang bersifat senang dan tidak senang pada individu sebagaimana pernyataan subjek mengatakan bahwa :
Apakah bapak Ikhlas melaksanakan perintah Allah ?
“Yaa saya ikhlas atas apa yang Allah tetapkan kepada saya” (W1/L 165).
“Kemudian subjek mengatakan bahwa subjek juga merasa terpanggil melaksanakan Ibadah shalat ketika mendengarkan suara Adzan sebagaimana yang di katakan IM ketika suara Adzan berkumandang apakah bapak merasa terpanggil dalam melaksanakan Ibadah
“Ya saya segera menunaikan ibadah shalat (W1/L 168).
Senada dikatakan istri IM bahwa suaminya tahu dengan jam shalat Sebagaimana ungkapan SD mengatakan bahwa :
Ketika bapak mendengarkan suara Adzan apakah bapak langsung melaksanakan Ibadah shalat buk ?
“Tagantuang situasi kondisi yo kan kalau apak tu sadang karajo biasonyo tau di jam nyo sholat tu ma contohnyo katiko Zuhur masuk misalnyokan, sebelum zuhur atau jam 12 tu nyo lah branti biasonyo dan modetu lo dengan Ashar sebelum Ashar nyo baranti lo, cuman namonyo manusio kan itu punyo sifat kilaf kan kadang ado yo nan ndak tapek wakatu bagaikan namunyo awak maklum yo kan karajo kasawah kaladang kadang baju ko kumuah bagai, tu alah maleh yo shalat bagai, tu pai lo pulang lu talambek lo wakatu sholat tukan biaso kan.
Subjek juga mendapatkan ketenangan setelah shalat sesuai dengan pernyataan subjek mengatakan bahwa :
Apakah bapak mendapatkan ketenangan setelah sholat ?
“Yaa , saya tenang, tentram dan nyaman rasanya kalau sesudah shalat itu (W1/L 170).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa sesudah shalat IM mendapatkan ketenangan setelah sholat.
Subjek Khusuk dalam melaksanakan shalat sebagimana pernyataan subjek sebagi berikut :
Apakah bapak merasa Khusuk dalam shalat ? Yaa Alhamdulillah Khusuk (W1/L 173).
Pernyataan di atas dapat dipahami bahwa subjek memenuhi indikator Reaksi emosional/perasaan yang bersifat senang dan tidak senang pada individu.
b. Prilaku Keberagamaan Ditinjau dari Aspek Konatif
Pada aspek di atas terdapat empat indikator yaitu bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu dalam bentuk hubungan dengan Allah.
Sebagaimana pernyataan subjek yang di katakan bahwa : Apakah bapak mentaati perintah Allah dan Rasul ?
“Ya saya mentaatinya (W1/L 180).
Subjek juga ridha terhadap segala sesuatu yang diberikan Allah kepada subjek sebagaimana pernyataan subjek mengukapkan :
Ketika bapak mendapat cobaan apakah bapak menerima dengan ridha terhadap segala sesuatu yang diberikan Allah?
Saya terima, karena Allah memberi cobaan kepada umatnya itu sesuai dengan kesanggupan masing-masing umatnya (W1/L 183- 185).
Indikator yang ke dua yaitu bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu dalam bentuk hubungan dengan orang lain. Sebagaimana pernyataan subjek mengatakan bahwa:
Apakah bapak bersikap lemah lembut terhadap seluruh mukmin ?
“Iya, Insyaallah (W1/L 193).
Apakah bapak pernah memperolok-olokkan orang lain atau memanggil orang dengan gelar yang jelek ?
“Tidak pernah (W1/L 195).
Apakah bapak suka berprasangka buruk terhadap orang lain ?
“Insyaallah tidak pernah (W1/L 198).
Apakah bapak suka menolong orang lain ketika dalam kesusahan ? “ya, suka menolong orang yang sedang kesusahan (W1/L 200).
Apakah bapak memenuhi hak orang muslim seperti bayar zakat, menyatuni anak yatim dan lain sebagainya pak ?
Insyaallah saya penuhi (W1/L 203).
Indikator ketiga yaitu Akhlak terhadap orang tua subjek mengatakan bahwa:
Apakah bapak melakukan kedua orang tua bapak secara baik ?
“ Ya,, Insyaallah (W1/L 205)
Indikator ke empat yaitu akhlak terhadap diri sendiri sebagaimana pengakuan subjek mengatakan bahwa:
Apakah paham keagamaan bapak sejalan dengan apa yang bapak terapkan, apakah bapak sekedar tahu saja tentang ilmu Agama tapi tidak di terapkan dalam bentuk tindakan apakah begitu atau bagaimana ?
“Owh, kalau yang saya ketahui masih banyak yang belum terpenuhi dan itu masih dalam proses perbaikan diri (W1/L 230- 231).
Apakah bapak melaksanakan shalat tepat waktu ?
“Oo,,kadang-kadang tepat waktu kadang-kadang tidak, karena tergantung pada pekerjaan kalau seandainya kerja sedang banyak, maka saya sering juga tidak tepat waktu, maklum sajalahkan pekerjaan bapakkan kesawah keladang kadang-kadang jam tidak ada, pedoman waktu shalat hanya melihat matahari ya wajar sajalah kan maleset dikit (W1/L 246-251).
ketika waktu sholat masuk apakah bapak meninggalkan pekerjaan atau malah sebaliknya ?
“meninggalkan pekerjaan dan segera menunaikan shalat (W1/L 254).
Apakah bapak merasa nyaman ketika berada dalam keluarga bapak ataupun masyarakat ?
“Ya,, saya rasa nyaman, baik-baik saja tidak masalah bagi saya”
(W1/L 257).
C. Interpretasi Data 1. Sikap keberagamaan
Sikap keberagamaan dapat kita lihat dari dua aspek, yaitu kognitif dan afektif. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap PM dan IM
mengenai aspek kognitif dapat dikatakan terpenuhi, hal ini tergambar dari pernyataan PM bahwa dalam memahami alqur’an kita harus punya dasar terlebih dahulu dalam beragama. Hal ini juga tergambar dari hasil observasi dilakukan terhadap PM yaitu ketika PM menjadi imam di mesjid, terlihat jelas bahwa PM memiliki pemahaman yang sesuai keagamaan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap IM dapat dikatakan kedua aspek mengenai sikap keberagamaan terpenuhi. Hal ini tergambar dari pernyataan IM bahwa dalam beragama perlu komitmen dan keyakinan serta tidak meragukan ajaran Islam. Hal ini juga tergambar dari pernyataan IM bahwa dalam menjalankan kegiatan keagamaan IM senang melakukannya. Hal ini sesuai dengan sikap keberagamaan menurut Jalaluddin (2012) mengatakan suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan ketaatan terhadap Agama. Keberagamaan tersebut adanya konsistensi, antara kepercayaan
terhadap Agama sebagai unsur koginif, perasaan terhadap Agama sebagai unsur afektif.
1. Prilaku keberagamaan
Menurut Jalaluddin (2012) prilaku keberagamaan meliputi unsur konatif yaitu kecendrungan dalam bertindak, dalam hal ini PM dan IM terlihat cendrung melakukan kegiatan keagamaan hal ini terlihat dari PM menjadi Imam di Mesjid. Tetapi PM dan IM juga berjudi di warung, dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa prilaku keagamaan dalam aspek konatif tidak terpenuhi. Karena berjudi adalah suatu tindakan yang bertentangan dengan ajaran Agama Islam.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan analisis penelitian dan pembahasan tentang sikap keberagamaan dewasa madya di Inderapura Nagari Tigo Sepakat Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan, maka sesuai dengan fokus penelitian yang ingin diketahui maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sikap keberagamaan dewasa madya di Nagari Tigo Sepakat Kecamatan Pancung Soal, memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran Agama Islam, dan Memiliki keyakinan dalam beragama Islam.
2. Perilaku dewasa madya di Nagari Tigo Sepakat Kecamatan Pancung Soal, bersikap sesuai dengan pemahamanya dalam menilai terhadap suatu objek tertentu, hal ini dapat dilihat dari kesenangan dalam bersikap dan berprilaku terhadap sesama manusia, baik dalam bentuk positif maupun negatif.
3. Dewasa madya di Nagari Tigo Sepakat Kecamatan Pancung Soal, bersikap atas dasar pertimbangan pemikiran dalam berprilaku.
B. Saran
Beberapa hal yang dapat dilakukan baik untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya maupun saran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Bagi subjek dan dewasa madya diharapkan untuk memperbaiki kesalahan dan memaksimalkan kualitas diri untuk menghadapi permasalahan-permasalahan, sehingga dapat menjadi individu yang lebih baik.
2. Diharapkan kepada generasi Remaja yang menuju dewasa agar mengambil hikmah serta pelajaran dalam bersikap dan berprilaku yang sesuai tuntunan Agama Islam.
3. Diharapkan kepada orang tua, serta dosen dan segenap pihak akademis untuk memberikan arahan kepada mahasiswa untuk menjaga sikap dalam beragama dan selalu menjaga hubungan silaturahmi dengan sesama.