• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Sekilas Kajian Akademis Tahun 2011 Galeri Kajian Akademis Tahun 2011

Hasil Kajian Akademis Tahun 2011

Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran

Peneliti : Mila Mumpuni, S.E., M. Si.

Penguji : Dr. Nurdin Ibrahim, M. Pd.

Drs. Anan Sutisna, M. Pd.

Peranan Ditjen Bea dan Cukai Sebagai Community Protector Dalam Importasi Precursor

Peneliti : Adang Karyana Syahbana , B.Sc., S.S.T.

Purjono, Ak., M.Comm.

Penguji : Agung Krisdiyanto, ST.

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec.

Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si.

Analisis Pengaruh Unconditional Grants, Pendapatan Asli Daerah (PAD),

dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Pemerintahan Daerah:

Studi Empiris Pada Kabupaten/ Kota Di Indonesia

Peneliti : Sampurna Budi Utama, S.S.T., Ak., ME.

Syahrul, S. Si

Penguji : Wahyu Widjayanto, SE., MM.

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec.

Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si.

Kajian Pengembangan Layanan Diklat Keuangan Negara Melalui Pendanaan Alternatif Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK

Peneliti : Achmat Subekan, S.E., M.Si.

Ita Hartati, Ak., M.B.A.

Penguji : Sudarso, MM.

Tinjauan Pengelolaan Aset Hasil Kegiatan Tugas Pembantuan Studi Kasus: Kota Depok dan Kabupaten Tangerang

Peneliti : Tanda Setiya, S.E., M.Si.

Rahmad Guntoro, S.E., MM.

Penguji : Dr. Asep Suryadi, S.E.., M.Si.

Sri Wahyuni, S.E., MFM.

(3)
(4)

KAJIAN AKADEMIS BPPK 2011

Ini adalah tahun kedua Kajian Akademis diselenggarakan. Dengan semangat yang sama, Kajian Akademis BPPK Tahun 2011 tetap diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kegiatan penelitian di bidang pengembangan SDM serta bidang keuangan dan kekayaan Negara sesuai dengan salah satu misi khusus BPPK.

(5)

Timeline

Diawali dengan permintaan proposal pada bulan Februari, kemudian Sekretariat Badan BPPK menentukan narasumber/penguji untuk masing-masing proposal tersebut berdasarkan tema tiap proposal. Narasumber/ penguji dalam Kajian Akademis kali ini terdiri dari narasumber/ penguji dari kalangan akademisi dan juga praktisi. Seperti di tahun ini, narasumber/ penguji berasal dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta dan praktisi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Pada tanggal 5 Juli 2011 diselenggarakan seminar proposal. Seminar tersebut dihadiri oleh 55 orang dari berbagai kalangan. Dari seminar tersebut akhirnya hanya lima buah proposal yang disetujui untuk melanjutkan ke tahap penelitian, yang keseluruhan biaya dalam penelitian tersebut ditanggung oleh BPPK sesuai dengan standar biaya yang berlaku. Penelitian dan penyusunan hasil penelitian dilakukan selama 3 bulan. Dalam waktu tersebut peneliti melakukan koordinasi dengan Sekretariat Badan terkait kelengkapan administrasi penelitian. Setelah hasil penelitian tersebut selesai, peneliti mengirimkan ke Sekretariat Badan dan selanjutnya dikirimkan ke masing-masing narasumber/ penguji. Tahap terakhir dari proses pelaksanaan kegiatan Kajian Akademis adalah pelaksanaan seminar hasil.

(6)

Pada seminar hasil tersebut, hasil penelitian peneliti diuji oleh para narasumber/penguji. Seminar hasil Kajian Akademis tahun 2011 diadakan pada hari Selasa tanggal 29 November 2011 di Gedung B lantai 5 BPPK dan dihadiri oleh 134 orang. Sebelum hasil kajian akademis tersebut dipublikasikan, peneliti melakukan revisi berdasarkan masukan narasumber/ penguji.

Timeline Kajian Akademis BPPK Tahun 2011

Pengumpulan Proposal

Penelaahan Proposal

oleh Narasumber

/ Penguji

Seminar Proposal

Pelaksanaan Penelitian

Pengujian Hasil Penelitian

Revisi Feb-Apr

2011

Mei-Jul

2011 5 Jul 2011

Ags-Okt 2011

29 Nov 2011

Feb 2012

Publikasi Des 2011 -

Jan 2012

(7)

Tulisan Kajian Akademis 2011

Dengan dihasilkannya lima hasil kajian akademis yang proses penelitiannya dibiayai oleh BPPK, maka dengan ini BPPK mempublikasikan kelima karya ilmiah tersebut dalam Buku Kajian Akademis BPPK dengan rincian:

NO NAMA PENELITI JUDUL

NAMA NARASUMBER/

PENGUJI 1. Mila Mumpuni Pengaruh Ragam Metode

Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi Dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran

Anan Sutisna, Nurdin Ibrahim, dan Yusman Syaukat

2. Achmat Subekan dan Ita Hartati

Kajian Pengembangan Layanan Diklat Keuangan Negara Melalui Pendanaan Alternatif Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK

Sudarso dan Yusman Syaukat

3. Sampurna Budi Utama dan Syahrul

Analisis Pengaruh Unconditional Grants, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Empiris Pada Kabupaten/ Kota Di Indonesia

Wahyu Widjayanto dan Yusman Syaukat

4. Adang Karyana dan Purjono

Peranan Ditjen Bea Cukai Sebagai Community Protector Dalam Importasi Precursor

Agung Krisdiyanto dan Yusman Syaukat 5. Tanda Setiya dan

Rahmad Guntoro

Tinjauan Pengelolaan Aset Hasil Kegiatan Tugan Pembantuan (Studi Kasus: Kota Depok dan Kabupaten Tangerang)

Asep Suryadi, Sri Wahyuni, dan Yusman Syaukat

(8)

(9)
(10)
(11)

i

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

Disusun oleh:

1. Peneliti/pengkaji Utama:

Nama peneliti/pengkaji : Achmat Subekan

NIP : 197305031994021003

Pangkat/Golongan : Penata Tk. I (III/d)

Jabatan : Widyaiswara Muda

2. Peneliti/pengkaji Pendamping:

Nama peneliti/pengkaji : Ita Hartati

NIP : 19620617 198302 2001

Pangkat/Golongan : Penata Tk. I (III/d)

Jabatan : Widyaiswara Muda

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN JAKARTA

2011

(12)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

ii

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKRETARIAT BADAN

JALAN PURNAWARMAN NOMOR 99, KEBAYORAN BARU, JAKARTA 12110 TELEPON (021) 7394666,7204131; FAKSIMILI (021) 7261775; SITUS www.bppk.depkeu.go.id

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Peneliti Utama

Nama Peneliti/Pengkaji : Achmat Subekan, S.E. M.Si.

NIP : 19730503 199402 1 003 Pangkat/Golongan : Penata Tk.I (III/d)

Jabatan : Widyaiswara Muda 2. Peneliti Pendamping

Nama Peneliti/Pengkaji : Ita Hartati, Ak.,M.B.A.

NIP : 19620617 198302 2 001 Pangkat/Golongan : Penata Tk.I (III/d)

Jabatan : Widyaiswara Muda

dengan ini menyatakan bahwa kajian akademis yang kami susun dengan judul:

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari artikel orang lain. Artikel ini belum pernah dipublikasikan pada jurnal atau media yang lain dan akan diserahkan kepada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk digandakan/diperbanyak dan disebarluaskan. Apabila kemudian hari pernyataan kami tidak benar, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan bilamana diperlukan.

Makassar, Desember 2011 Pembuat Pernyataan

Ita Hartati Achmat Subekan

NIP 19620617 198302 2 001 NIP 19730503 199402 1 003

(13)

iii

Kajian Pengembangan Layanan Diklat Keuangan Negara Melalui Pendanaan Alternatif

Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK

Abstrak

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui jenis strategi layanan apa yang dapat diterapkan pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk memperluas layanan diklat dan menjangkau para satuan kerja di luar Kementerian Keuangan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey. Informasi diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan kepada para responden yang bekerja di kantor pemerintah baik pusat dan maupun daerah. Kemudian dengan menggunakan analisis SWOT informasi tersebut diklasifikasikan menjadi aspek internal dan eksternal yang mempengaruhi institusi. Faktor internal diklasifikasikan menjadi kekuatan dan kesempatan, sementara faktor eksternal diklasifikasikan menjadi kelemahan dan ancaman. Dari faktor-faktor SWOT tersebut, indikator-indikator dihitung dan dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui di kuadran mana posisi BPPK. Selanjutnya, dengan mengetahui faktor- faktor internal, eksternal dan posisi kuadran tersebut dapat disusun strategi layanan yang tepat dan yang dapat diimplementasikan di BPPK.

BPPK memiliki kompetensi dan potensi dalam memberikan pendidikan dan pelatihan di sektor keuangan publik. Dalam kenyataannya, jenis pelatihan ini sangat dibutuhkan oleh para pegawai yang bekerja di bagian keuangan di setiap satuan kerja pemerintah baik pusat maupun daerah. Dari hasil survey diperoleh bahwa sebanyak 94,87% dari responden menyatakan bahwa mereka membutuhkan pelatihan di sektor keuangan publik. Inilah saatnya bagi BPPK untuk memperluas layanan diklat dengan menjangkau para stakeholder yang lebih luas dan mengembangkan alternatif pendanaan.

Kata kunci: Layanan dilklat, Keuangn Publik, Pengembanga Organisasi, Alternatif Pendanaan.

(14)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

iv

Kajian Pengembangan Layanan Diklat Keuangan Negara Melalui Pendanaan Alternatif

Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK

Abstract

This paper aims to find out what type of service strategy can be implemented in Finance and Education and Training Agency (FETA) by expanding the services which reach stakeholders outside the Ministry of Finance.

This research was conducted by survey methods. The information is collected by collecting information from questionnaires from the employees who work in government in both central and regional offices. Then by using SWOT analysis and quantified by Likert Method, the information is classified into internal and external factors which are exist and affect the institution. Internal factors are classified into Strengths and Opportunities, where as External factors classified into Weaknesses and Threats. Furthermore, from SWOT factors, indicators are calculated to find the results, so that those calculation can be put in quadrants.

FETA has good both competencies and potential to give education and training in public financial sector. In fact, public financial education and trainings are very needed by employees who work in financial section in both central and regional government offices The number 94.87% of respondents mention the need of education and training in public finance. It is time for FETA to expand services in public finance education and trainings in broader stakeholders by develop organization service and find funding alternative.

Keywords: Service Education and Training, Public Finance, Organization Development, Funding Alternative

(15)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada pengkaji sehingga dapat menyelesaikan kajian akademis ini. Tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya, pengkaji akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.

Era reformasi dewasa ini menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara di seluruh instansi pemerintah. Semua instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, sangat membutuhkan diklat di bidang pengelolaan keuangan. Sebagai lembaga diklat di bawah Kementerian Keuangan, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) menempati peran yang sangat strategis dalam penyelengaraan diklat keuangan dimaksud.

Tidak berlebihan apabila BPPK memiliki visi sebagai lembaga diklat terdepat dalam penyelenggaraan diklat keuangan negara.

Setiap instansi pemerintah membutuhkan anggaran yang cukup untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Demikian juga bagi BPPK. BPPK harus mampu melayani kebutuhan diklat semua kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Untuk itu BPPK membutuhkan dana yang lebih besar apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini. Dewasa ini BPPK hanya berkewajiban untuk menyelenggarakan diklat bagi pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan. Apabila harus melayani instansi pemerintah di luar Kementerian Keuangan maka BPPK memerlukan tambahan anggaran. Guna mengatasi hal ini, maka BPPK harus dapat mencari tambahan sumber pendanaan bagi diklatnya. Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan solusi alternatif terhadap kebutuhan tambahan pendanaan tersebut.

Guna mengetahui seberapa besar tingkat kebutuhan instansi pemerintah terhadap diklat keuangan maka dibutuhkan penelitian/kajian sehingga dapat diketahui tingkat validitasnya. Kajian/penelitian ini juga dimaksudkan guna mengatahui apakah visi/misi yang telah dicanangkan BPPK hanya sebuah angan-angan belaka ataukah benar-benar dapat diwujudkan.

Dalam menyelesaikan kajian ini, pengkaji mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, pengkaji mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala BPPK yang telah memberikan kesempatan kepada pengkaji untuk melakukan kajian/penelitian ini;

2. Sekretaris BPPK yang telah menugaskan pengkaji untuk melaksanakan kajian ini. Dengan penugasan tersebut pengkaji memiliki kekuatan formal untuk melaksanakan dan menyelesaikan kajian ini;

3. Kepada Balai Diklat Keuangan Makassar yang telah banyak memberikan dukungan dalam penyelesaian kajian ini; dan

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat pengkaji sebutkan satu persatu, yang telah membantu pelaksanaan kajian/penelitian ini dari awal hingga akhir.

Segala bantuan dan dukungan dari semua pihak, pengkaji hanya dapat berterima kasih dan berdoa semoga menjadi amal bakti yang bermanfaat.

(16)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

vi

Dalam melaksanakan kajian ini, pengkaji sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik. Walaupun demikian, pengkaji menyadari adanya berbagai kekurangan karena keterbatasan-keterbatasan yang ada pada pengkaji. Untuk itu pengkaji berharap adanya kritik yang membangun demi kesempurnaan hasil kajian ini. Di samping itu, pengkaji juga berharap semoga hasil kajian ini memiliki manfaat bagi siapa pun yang membutuhkannya.

Penyusun

(17)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Kajian ... 6

D. Manfaat Kajian ... 7

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Landasan Pengembangan ... 8

B. Metode Analisis SWOT ... 25

C. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 28

BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS A. Jenis Kajian/Penelitian ... 31

B. Variabel Kajian/Penelitian ... 31

C. Jenis dan Sumber Data ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Metode Analisis Data ... 34

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT Terhadap Pengembangan Layanan Diklat BPPK ... 37

B. Strategi Kebijakan ... 50

BAB V PENUTUP Simpulan ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58 RIWAYAT HIDUP PENULIS

(18)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Sebaran Responden ... 35

Tabel 4.2. Bobot Faktor Internal ... 38

Tabel 4.3. Rate Strenghts dan Weaknesses ... 38

Tabel 4.4. Jumlah Widyaiswara BPPK Tahun 2011 ... 40

Tabel 4.5. Analisis SWOT Faktor Internal ... 42

Tabel 4.6. Bobot Faktor Eksternal ... 44

Tabel 4.7. Rate Opportunities dan Threats ... 44

Tabel 4.8. Kebutuhan Diklat Keuangan ... 45

Tabel 4.9. Analisis SWOT Faktor Eksternal ... 48

(19)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peran Sentral Birokrasi ... 15

Gambar 2.2. Bagan Pengembangan Organisasi ... 19

Gambar 2.3. Analisis Kualitatif SWOT ... 26

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran ... 29

Gambar 4.1. Posisi Kuadran ... 49

(20)
(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) memiliki tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara, termasuk di dalamnya mengenai barang milik negara. Keuangan Negara memiliki cakupan yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi juga mencakup keuangan daerah (APBD).

Dengan demikian, stakeholder yang membutuhkan layanan BPPK tidak hanya instansi di lingkungan Kementerian Keuangan, tetapi juga instansi vertikal lainnya dan instansi-instansi di lingkungan pemerintah daerah. BPPK harus mampu menjadi pusat bagi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara yang terdepan. Hal ini sesuai dengan visi dan misi BPPK. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 297/KMK.012/2010, visi BPPK adalah

“menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan terdepan dalam menghasilkan SDM keuangan dan kekayaan negara yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab”. Sedangkan misi BPPK dibedakan menjadi misi umum dan misi khusus. Misi umum yang dicanangkan BPPK adalah “melaksanakan pengembangan SDM pengelola keuangan dan kekayaan negara melalui pendidikan dan pelatihan”. Sedangkan misi khusus BPPK menurut keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas adalah:

1. Meningkatkan kegiatan penelitian di bidang pengembangan SDM serta bidang keuangan dan kekayaan negara;

(22)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

2

2. Melanjutkan reformasi birokrasi BPPK;

3. Mewujudkan tata kelola yang baik di BPPK.

Visi dan misi BPPK sebagaimana tersebut di atas bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Sebagai unit yang membidangi diklat keuangan negara, BPPK harus menjadi yang terdepan dalam penyelenggaraan diklat di bidang keuangan negara. Bahkan BPPK perlu terpanggil untuk berperan serta dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pengelola keuangan di kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Untuk melaksanakan visi dan misinya, BPPK memiliki 5 unit pusdiklat dan 12 unit balai diklat keuangan. Pusdiklat yang ada meliputi:

1. Pusdiklat Pengembangan SDM

2. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 3. Pusdiklat Pajak

4. Pusdiklat Bea dan Cukai 5. Pusdiklat Keuangan Umum

Sedangkan Balai Diklat Keuangan yang ada meliputi:

1. Balai Diklat Keuangan Medan 2. Balai Diklat Keuangan Pekanbaru 3. Balai Diklat Keuangan Palembang 4. Balai Diklat Keuangan Cimahi 5. Balai Diklat Keuangan Yogyakarta 6. Balai Diklat Kepemimpinan Magelang 7. Balai Diklat Keuangan Malang

8. Balai Diklat Keuangan Denpasar

(23)

BAB I PENDAHULUAN

3 9. Balai Diklat Keuangan Makassar

10. Balai Diklat Keuangan Manado 11. Balai Diklat Keuangan Balikpapan 12. Balai Diklat Keuangan Pontianak

Unit layanan diklat, baik berupa pusdiklat maupun balai diklat keuangan, didukung oleh para widyaiswara yang memiliki berbagai kompetensi di bidang keuangan negara. Jumlah widyaiswara yang dimiliki BPPK adalah sebanyak 156 orang. Hal ini merupakan potensi yang besar untuk upaya pengembangan layanan diklat.

Semua instansi pemerintah memerlukan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan negara, baik instansi vertikal maupun instansi pemerintah daerah. Selama ini instansi vertikal, walaupun tidak berkesempatan mengikuti diklat bidang keuangan negara yang diselenggarakan oleh BPPK (pusdiklat/balai diklat keuangan), selalu mendapatkan pembinaan dan pengendalian dari Kantor Pelayanan Perbendahaan Negara (KPPN). Selaku Kuasa Bendahara Umum Negara, KPPN selalu memberikan arahan dan binaan kepada semua satuan kerja pelaksana APBN. Pembinaan tersebut berupa konsultansi, bukan berupa layanan diklat. Instansi vertikal masih membutuhkan diklat pengelolaan keuangan bagi para pengelola keuangannya.

Pemerintah daerah mengalami kesulitan tersendiri dalam meningkatkan kapabilitas dan kualitas pejabat/pegawai pengelola keuangan di setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Mereka sangat membutuhkan diklat-diklat di bidang keuangan negara, terutama yang terkait dengan keuangan daerah yang dikelolanya. Regulasi pengelolaan keuangan daerah secara struktur berada pada

(24)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

4

Kementerian Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri tidak memiliki unit di daerah yang dapat memberikan pencerahan melalui kegiatan diklat di daerah.

Di lingkungan pemerintah daerah memang terdapat badan diklat. Tetapi satuan kerja ini tidak memiliki spesifikasi dalam penyelenggaraan diklat di bidang keuangan. Selama ini pemerintah daerah banyak belajar kepada lembaga- lembaga selain Kementerian Keuangan dan lembaga swasta (event organizer).

Kementerian Dalam Negeri selaku regulator telah menginstruksikan agar pemerintah daerah hanya menerima tawaran/undangan diklat yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau yang direkomendasikan oleh kementerian terkait (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2008).

Melihat uraian di atas, perlu kiranya ada kajian/penelitian mengenai peluang pengembangan layanan diklat yang dapat diselenggarakan oleh BPPK ke depan. Hasil kajian yang nantinya diperoleh akan menjadi landasan empiris bagi pengembangan layanan diklat dimaksud.

B. Rumusan Masalah

Pengembangan layanan diklat BPPK dianggap menarik untuk diteliti karena beberapa alasan, yaitu:

1. Pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik instansi pemerintah pusat (vertikal), instansi pemerintah daerah, badan usaha milik negara/daerah (BUMN/BUMD) maupun kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Hal ini seiring dengan perlunya transparansi pengelolaan keuangan di semua instansi pemerintah ataupun swasta.

(25)

BAB I PENDAHULUAN

5 2. Laporan keuangan, khususnya di lingkungan pemerintah daerah, sampai saat ini masih banyak yang belum memiliki opini terbaik (wajar tanpa pengecualian). Dari sini dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah sangat membutuhkan pendidikan dan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan sehingga kelak dapat mencapai opini terbaik tersebut.

3. BPPK dan unit organisasi di bawahnya (Pusdiklat dan Balai Diklat Keuangan) memiliki kompetensi dan potensi yang besar untuk dapat memberikan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara. Potensi tersebut berupa fasilitas dan sarana pendidikan, pengajar yang memadai dan kompeten, serta dukungan peraturan perundangan yang berlaku. Di samping itu, BPPK adalah instansi yang (menurut peneliti) paling tepat dan sah untuk menyelenggarakan diklat di bidang keuangan negara/daerah.

Adapun masalah yang hendak diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah instansi di luar Kementerian Keuangan, instansi vertikal dan intansi di lingkungan pemerintah daerah, membutuhkan diklat-diklat di bidang keuangan negara/daerah yang diselenggarakan oleh BPPK melalui Pusdiklat dan Balai Diklat Keuangan.

2. Tantangan apa yang akan dihadapi BPPK dalam mengembangkan layanan diklat di bidang keuangan negara sehingga dapat menjangkau kementerian/lembaga dan pemerintah daerah di luar Kementerian Keuangan.

3. Strategi apa yang harus diambil oleh BPPK untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

Hasil penelitian yang sekaligus merupakan jawaban dari masalah yang diangkat tersebut di atas diharapkan dapat memberikan masukan yang

(26)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

6

bermanfaat bagi pengembangan layanan diklat bidang keuangan yang dilaksanakan oleh BPPK dan instansi di bawahnya.

C. Tujuan Kajian

Setiap penelitian ataupun kajian akademik memiliki tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan dimaksudkan untuk mengetahui waktu berakhirnya sebuah kajian/penelitian. Di samping itu, tujuan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas sehingga penelitian yang kelak dilakukan dapat lebih tepat sasaran. Tujuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum yang hendak dicapai dalam kajian/penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Adanya masukan bagi para pengambil keputusan/kebijakan di lingkungan BPPK dan Kementerian Keuangan lainnya dalam meningkatkan layanan diklat keuangan negara dalam rangka mencapai visi dan misi BPPK.

2. Memberikan tambahan khazanah ilmiah bagi dunia pendidikan dalam meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, khususnya di bidang kediklatan.

Di samping adanya tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus. Tujuan khusus ini dimaksudkan untuk memberikan jawaban terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan. Adapun tujuan khusus dalam kajian/penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sejauh mana instansi vertikal dan instansi pemerintah daerah di luar Kementerian Keuangan membutuhkan diklat-diklat di bidang keuangan

(27)

BAB I PENDAHULUAN

7 yang dapat diselenggarakan balai diklat keuangan dan BPPK pada umumnya;

2. Mengetahui tantangan yang dihadapi BPPK dalam memperluas objek layanan diklatnya sehingga dapat menjangkau pemerintah daerah dan kementerian/lembaga di luar Kementerian Keuangan.

3. Mengetahui strategi yang dapat diambil dalam pengembangan layanan diklat di bidang keuangan.

D. Manfaat Kajian

Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui kajian akademik ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan tambahan khazanah ilmiah dalam pengembangan organisasi kediklatan di lingkungan pemerintah.

2. Memberikan alternatif strategi bagi BPPK dalam mewujudkan visi dan misinya sebagai lembaga diklat terdepan di bidang pengelolaan keuangan negara.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pengembangan layanan diklat oleh BPPK sangat berkaitan dengan pengembangan BPPK sebagai sebuah organisasi. Sebagai instansi pemerintah, pengembangan ini juga tidak dapat dilepaskan dari peraturan perundangan yang berlaku. Dengan demikian, kerangka teoretis yang digunakan di sini mencakup peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dan teori-teori ilmiah yang dikembangkan oleh para pakar.

A. Landasan Pengembangan

Upaya pengembangan BPPK dan unit yang ada di bawahnya memiliki landasan baik berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku maupun berdasarkan teori-teori pengembangan organisasi. Kedua landasan tersebut diuraikan sebagaimana di bawah ini.

1. Alasan Peraturan Perundangan (Legalitas)

Terdapat beberapa peraturan perundangan yang dapat dijadikan dasar bagi pengembangan diklat yang diselenggarakan BPPK. Peraturan perundangan tersebut mulai dari undang-undang hingga peraturan perundangan yang ada di bawahnya. Di bawah ini akan diuraikan berbagai peraturan perundangan yang terkait.

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Undang-Undang ini menyatakan bahwa Menteri Keuangan merupakan Bendahara Umum Negara (BUN). Hal ini didasarkan pada Pasal 7 ayat (1)

(29)

BAB II LANDASAN TEORI

9 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Sebagai Bendahara Umum Negara, Menteri Keuangan juga memiliki fungsi untuk membina bendahara pengeluaran dan bendahara penerimaan. Undang-undang ini juga secara jelas menyebutkan bahwa bendahara penerimaan/ pengeluaran sebagai jabatan fungsional. Setiap jabatan fungsional di lingkungan pemerintahan selalu ada kementerian/lembaga yang menjadi pembinanya. Guna melakukan pembinaan jabatan bendahara ini, dalam penjelasan Pasal 10 undang-undang ini disebutkan bahwa “Persyaratan pengangkatan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh Bendahara Umum Negara selaku Pembina Nasional Jabatan Fungsional Bendahara”. Hal ini menegaskan bahwa fungsi Bendahara Umum Negara yang dipegang oleh Menteri Keuangan juga berperan sebagai “Pembina Nasional Jabatan Fungsional Bendahara”. Sebagai Pembina Nasional tentunya fungsi ini tidak terbatas hanya pada jabatan bendahara di lingkungan kementerian/lembaga, tetapi juga mencakup bendahara di lingkungan satuan kerja pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan pengertian bendahara penerimaan/pengeluaran sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 nomor 17 dan 18 sebagai berikut

“17.Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah.

18.Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah.”

Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa bendahara penerimaan/pengeluaran keberadaannya mencakup satuan kerja di

(30)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

10

kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, baik yang mengelola APBN maupun APBD. Dengan demikian pembinaan kebendaharaan yang dilakukan Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara juga mencakup pemerintah daerah.

b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara Pada dasarnya kewenangan di suatu negara dibedakan menjadi kewenangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Berdasarkan UUD 1945, kewenangan eksekutif di Indonesia dipegang oleh Presiden selaku kepala pemerintahan. Dalam melaksanakan tugasnya ini, presiden dibantu oleh menteri- menteri. Pengaturan kementerian negara dituangkan dalam UU No 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Berdasarkan pasal 5 ayat (2) undang-undang ini salah satu kementerian yang dibentuk Presiden adalah Kementerian Keuangan. Fungsi dari kementerian ini disebutkan dalam Pasal 8 ayat (2) adalah sebagai berikut:

“Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;

c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya;

d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan

e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Dari kelima fungsi yang ada tersebut di atas, salah satunya adalah bimbingan teknis dan supervisi di daerah (huruf d). Penjelasan dari ayat ini menyebutkan bahwa “Pelaksanaan urusan kementerian di daerah yang dimaksud adalah kegiatan teknis yang berskala provinsi/kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh dinas provinsi/kabupaten/kota disertai penyerahan keuangannya.”

(31)

BAB II LANDASAN TEORI

11 Pelaksanaan otonomi daerah berakibat diserahkannya sebagian urusan pemerintahan dari pemerintah pusat (kementerian/lembaga) kepada pemerintah daerah. Penyerahan urusan ini juga disertai dengan penyerahan keuangan untuk pendanaannya. Bahkan guna mengatur hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga telah diterbitkan undang-undang tersendiri, yaitu UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sebagian besar dana APBD bersumber dari APBN. Dana tersebut dapat berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH), ataupun dana otonomi khusus (khusus bagi Provinsi Papua dan NAD). Kementerian Keuangan yang membidangi pengelolaan keuangan negara juga memiliki fungsi untuk memberikan bimbingan teknis kepada dinas/daerah agar mereka dapat melaksanakan tugas pengelolaan keuangan tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

c. Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010

Peraturan Presiden ini merupakan pelaksanaan dari UU No 39 Tahun 2008 yang mengatur tentang kedudukan, tugas, dan fungsi Kementerian Negara serta susunan organsiasi, tugas, dan fungsi eselon I Kementerian Negara.

Sebagai salah satu kementerian negara, sesuai dengan Pasal 171 Perpres No.

24 Tahun 2010, Kementerian Keuangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan dan kekayaan negara;

2) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Keuangan;

(32)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

12

3) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan 4) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Keuangan di daerah;

5) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan 6) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Organisasi eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan salah satunya adalah Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Adapun tugas yang diemban oleh BPPK, sesuai dengan Pasal 195, adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan keuangan negara. Sedangkan fungsi yang dimiliki oleh BPPK disebutkan dalam Pasal 195 Peraturan Presiden ini sebagai berikut:

1) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara;

2) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara;

3) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara; dan

4) pelaksanaan administrasi Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.”

Fungsi yang diselenggarakan BPPK terkait dengan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara. Dalam pasal 195 tersebut di atas tidak disebutkan bahwa penyelenggaraan fungsi ini terbatas hanya untuk pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan. Pendekatan yang digunakan lebih bersifat pendekatan fungsional (yakni diklat di bidang keuangan negara) daripada pendekatan struktural (terbatas pada organisasi Kementerian Keuangan).

Untuk mengetahui secara pasti pengertian dan cakupan keuangan negara maka harus merujuk pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pasal 1 UU Keuangan Negara menyebutkan bahwa

(33)

BAB II LANDASAN TEORI

13

“Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.”

Sementara itu, cakupan keuangan negara ditegaskan dalam Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003 yang berbunyi sebagai berikut:

“Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi:

1) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

2) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

3) Penerimaan negara;

4) Pengeluaran negara;

5) Penerimaan daerah;

6) Pengeluaran daerah;

7) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak- hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;

8) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

9) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.”

Pasal di atas secara tegas menyebutkan bahwa keuangan negara juga meliputi penerimaan daerah, pengeluaran daerah, dan bahkan kekayaan daerah. Keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem keuangan negara secara keseluruhan. Dari pengertian keuangan negara dalam UU Keuangan Negara ini, maka pelaksanaan fungsi diklat bidang keuangan negara juga mencakup pada penerimaan daerah, pengeluaran daerah, dan bahkan kekayaan daerah. Dengan demikian, fungsi layanan diklat yang dilaksanakan BPPK seharusnya sampai pada pemerintah daerah, tidak hanya di lingkungan kementerian/lembaga. Layanan diklat kepada pemerintah daerah oleh BPPK bukan hanya masalah sekunder atau bahkan tidak menjadi urusan BPPK.

Kewajiban BPPK dalam memberikan layanan diklat di bidang keuangan negara kepada pemerintah daerah adalah sama halnya dengan kewajiban BPPK dalam

(34)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

14

memberikan layanan diklat bidang keuangan negara kepada kementerian/lembaga lainnya.

2. Landasan Teoretis

Selain didukung peraturan perundangan yang berlaku, pengembangan BPPK bersama pusdiklat dan balai diklat juga didukung oleh beberapa teori pengembangan organisasi. Sebagai organisasi pemerintah yang memberikan layanan kepada masyarakat (instansi pemerintah lainnya), maka pengembangan BPPK mengarah pada pengembangan layanan diklat yang diberikannya. Di bawah ini adalah landasan teoretis dalam pengembangan organisasi dan layanan tersebut.

a. Reinventing Government

Birokrasi merupakan merupakan inti dan pelaku utama kegiatan pemerintah dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Baik dan buruknya suatu pemerintahan sangat bergantung pada kualitas birokrasi yang menjalankannya. Dengan demikian, birokrasi menjadi hal yang pokok dalam membenahi pemerintahan (reinventing government). Peran sentral birokrasi dalam pemerintahan tersebut digambarkan oleh Riant Nugroho D (2003) dalam gambar 2.1.

(35)

BAB II LANDASAN TEORI

15 Gambar 2.1

Peran Sentral Birokrasi

Dengan posisinya yang sangat sentral tersebut, birokrasi perlu mendapatkan perhatian yang serius sehingga dapat memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Birokrasi yang terdiri dari organisasi, sistem, dan pegawai (SDM) perlu ditata ulang (reformasi) sesuai dengan kebutuhan. Pembenahan organisasi, sistem, dan SDM merupakan pilar utama reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Reformasi birokrasi pun sudah menjadi tuntutan masyarakat agar mereka mendapatkan layanan yang terbaik dari pemerintah (birokrasi).

Salah satu strategi penting dalam reformasi birokrasi, menurut Osborne dan Peter Plastrik (1996) adalah menanamkan semangat entrepreneur di jajaran PNS. Semangat entrepreneur di sini tidak semata-mata berhubungan dengan upaya meningkatkan penghasilan tetapi lebih kepada adanya daya berinovasi dan senantiasa meningkatkan kualitas sehingga dapat menjadi lebih baik dan

Negara-bangsa negara

eksekutif birokrasi

(36)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

16

kompeten. Semangat entrepreneur juga akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat.

Perubahan dalam tatanan birokrasi diarahkan pada upaya-upaya untuk menyehatkan birokrasi itu sendiri. Organisasi pemerintahan digerakkan oleh misi yang diperkuat oleh peraturan-peraturan. Di samping itu pemerintahan harus berorientasi kepada kebutuhan masyarakat (user). Organisasi BPPK dan unit layanan diklat di bawahnya saat ini telah cukup sehat. Namun, pelaksanaan diklat bidang keuangan negara yang menjadi fungsi utamanya belum dapat dilaksanakan secara luas yang mencakup unit organisasi pemerintah di luar Kementerian Keuangan.

b. Teori Organisasi: Organization as Organism

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184 Tahun 2010 tentang organiasi dan tata kerja Kementerian Keuangan, Balai Diklat Keuangan merupakan unit organisasi di bawah BPPK yang melayani penyelenggaraan diklat di daerah. Sebagai sebuah organisasi, teori-teori terkait dengan organisasi juga dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap kinerja balai diklat keuangan. Salah satu teori terkait dengan hal ini adalah cara pandang bahwa organisasi sebagai sebuah makhluk hidup atau organisme. Menurut Morgan (1989), sebagai sebuah organisme, organisasi memiliki berbagai kebutuhan, daya adaptasi, dan kemampuan untuk berpikir. Di samping kebutuhan tersebut organisasi juga perlu mendapatkan kesempatan untuk berpikir dan menciptakan kreativitas dan inovasi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kreativitas dan inovasi tersebut dimaksudkan untuk mendukung tercapainya visi dan misi yang dicanangkan, termasuk visi dan misi organisasi induknya.

(37)

BAB II LANDASAN TEORI

17 Hal lain yang tidak kalah pentingnya bagi organisasi adalah adaptasi terhadap lingkungan tempat mereka berada. Dengan melakukan adaptasi terhadap lingkungan tempat mereka berada, maka organisasi akan terjaga eksistensinya. Bahkan, keberadaannya semakin dibutuhkan oleh masyarakat.

Organisasi harus merespon tuntutan ataupun kebutuhan masyarakat sekitarnya.

Bahkan tuntutan tersebut merupakan peluang bagi pengembangan organisasi.

c. Pengembangan Organisasi

Menurut Barnard, dalam Kreitner dan Kinicki (2001), organisasi merupakan sebuah sistem dari aktivitas yang dikoordinasi secara sadar oleh dua orang atau lebih. Suatu organisasi mengandung empat karakteristik, yaitu (1) adanya koordinasi usaha; (2) mempunyai tujuan bersama; (3) terdapat pembagian kerja; dan (4) adanya hierarki kekuasaan. Organisasi bukanlah merupakan sistem yang statis, tetapi terus berkembang didasarkan kebutuhan sistem dan peluang yang ada.

Tyagi (2000) berpendapat bahwa pengembangan organisasi adalah usaha terencana, sistematis, terorganisasi, dan kolaboratif di mana prinsip pengetahuan tentang perilaku dan teori organisasi diaplikasikan dengan maksud meningkatkan kualitas kehidupan. Pengembangan organisasi dilakukan seiring dengan tuntutan yang meningkat dan berubah dari pihak-pihak yang memerlukan produk yang dihasilkan organisasi sehingga organisasi dan anggotanya semakin efektif. Seperti yang dikatakan Greenberg dan Baron (1997) bahwa pengembangan organisasi adalah serangkaian teknik ilmu sosial yang dirancang untuk merencanakan perubahan dalam pengaturan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pengembangan pribadi individual dan memperbaiki efektivitas fungsi organisasi. Pengembangan pada organisasi dapat dilihat dari dua hal yaitu

(38)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

18

pengembangan secara struktur dan pengembangan fungsi dengan menambah jenis pelayanan.

Dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi baik secara internal maupun eksternal organisasi, muncullah terminologi terkait dengan pengembangan organisasi yaitu organisasi pembelajaran (learning organization).

Organisasi pembelajaran adalah sebuah organisasi yang membangun kapasitas menyesuaikan dan berubah secara terus menerus.

Dalam organisasi-pembelajaran terdapat pengembangan kemampuan pembelajaran (learning capability) yaitu serangkaian kompetensi inti yang didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan pengetahuan teknis khusus. Menurut Wibowo (2006) kemampuan pembelajaran akan melengkapi organisasi untuk melihat ke depan dan merespons perubahan internal dan eksternal.

Dalam melakukan pengembangan organisasi, menurut Siagian (1989), terdapat beberapa pertimbangan yang dapat digunakan, yaitu:

1) Meningkatkan kemampuan organisasi untuk menampung perubahan yang terjadi di luar organisasi

2) Meningkatkan peran organisasi dalam menentukan arah perubahan 3) Melakukan penyesuaian intern demi peningkatan kemampuan

4) Meningkatkan daya tahan, pertumbuhan, dan perkembangan organisasi 5) Mengendalikan suasana kerja sehingga anggota organisasi tetap merasa

aman.

Pengembangan organisasi bukan merupakan hal yang tabu. Bahkan jika sebuah organisasi tidak mau berubah/berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka tidak tertutup kemungkinan organisasi tersebut

(39)

BAB II LANDASAN TEORI

19 akan ditinggalkan. Lebih lanjut Siagian (1989) memberikan konsep pengembangan organisasi. Terdapat enam variabel yang harus diperhatikan dalam pengembangan organisasi, yaitu (1) asal-usul organisasi, (2) keabsahan organisasi, (3) kesehatan organisasi, (4) pertumbuhan organisasi, (5) kepribadian organisasi, dan (6) citra organisasi. Secara keseluruhan, konsep pengembangan organisasi tersebut dapat digambarkan dalam gambar 2.2.

Gambar 2.2

Bagan Pengembangan Organisasi

Dalam melakukan pengembangan organisasi perlu diperhatikan asal-usul organisasi berkenaan. Selanjutnya harus dipastikan bahwa legitimasi organisasi itu tidak diragukan. Legitimasi ini didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku. Dari legitimasi yang yang kuat diharapkan akan menghasilkan organisasi yang sehat. Salah satu hal yang patut diperhatikan dalam kesehatan organisasi adalah kemampuan beradaptasi (adaptabilitas) terhadap perkembangan yang terjadi. Organisasi yang sehat akan dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat terbangun budaya organisasi yang mampu memunculkan kepribadian organisasi yang diharapkan. Hal ini akan mendukung bagi terciptanya citra organisasi yang positif di mata masyarakat. Citra positif ini akan

Asal-usul organisasi

Citra organisasi Legitimasi

organisasi

Kesehatan organisasi

Pertumbuhan organisasi

Kepribadian Organisasi

Filosofi Rencana Program Personal Anggaran Pengertian Penerimaan Dukungan Partisipasi

Tujuan

(40)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

20

mendukung organisasi dalam memperoleh pengertian, penerimaan, dukungan, dan partisipasi baik dari pihak internal maupun eksternal organisasi. Di samping itu, citra positif ini akan berdampak bagi organisasi dalam menyusun rencana, program, manajemen SDM, dan manajemen keuangan/anggaran yang dimilikinya. Semua tahapan dalam pengembangan organisasi akan bermuara pada tercapainya tujuan organisasi atau yang biasa disebut sebagai visi dan misi organisasi.

d. Nilai-Nilai Kementerian Keuangan

Sebuah organisasi selalu berusaha untuk melahirkan budaya organisasi dalam rangka mendukung kinerja yang dilaksanakannya. Kementerian Keuangan telah berusaha semaksimal mungkin mungkin menciptakan budaya organisasi yang positif melalui reformasi birokrasi. Bahkan Kementerian Keuangan merupakan pionir dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia. Sebagai sarana untuk lebih memberikan penekanan terhadap budaya organisasi, Kementerian Keuangan memiliki lima nilai-nilai (values) untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya. Kelima nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:

1) Integritas

Nilai ini dilaksanakan dengan berpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.

2) Profesionalisme

Dengan nilai ini maka pegawai/pejabat di Kementerian Keuangan harus dapat bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi.

(41)

BAB II LANDASAN TEORI

21 3) Sinergi

Semua pihak di Kementerian Keuangan harus mampu membangun dan memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas.

4) Pelayanan

Pihak-pihak yang terkait di Kementerian Keuangan harus dapat memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5) Kesempurnaan

Semua unit di Kementerian Keuangan harus senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.

Nilai-nilai tersebut di atas sangat relevan dengan usaha mengembangkan layanan diklat BPPK. Melalui pengembangan ini berarti BPPK meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan yang diberikannya kepada para pemangku kepentingan, kementerian/lembaga dan pemerintah daerah di luar Kementerian Keuangan. Dengan pengembangan diklat BPPK juga berarti senantiasa melakukan perbaikan untuk memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasanya.

e. Sumber Anggaran Belanja Satuan Kerja

Pelaksanaan APBN mencakup kegiatan budget execution yang dilakukan oleh satuan kerja di kementerian/lembaga. Pelaksanaan anggaran mencakup penerimaan dan pengeluaran anggaran. Sebuah instansi pemerintah adakalanya melaksanakan pengeluaran anggaran tanpa memberikan

(42)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

22

penerimaan kepada negara, dan adakalanya melaksanakan keduanya.

Penerimaan negara yang diterima oleh instansi atau satuan kerja pemerintah ada yang ditetapkan pemerintah dapat ditarik kembali oleh instansi penyetor dan ada yang tidak dapat ditarik kembali. Di samping itu, ada juga instansi atau satuan kerja yang dapat menggunakan penerimaannya secara langsung tanpa harus disetor terlebih dahulu ke kas negara.

Di lingkungan APBN, pelaksanaan anggaran didasarkan pada dokumen pelaksanaan anggaran yang disebut dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Dalam DIPA terdapat informasi jumlah pagu anggaran yang dapat digunakan oleh satuan kerja bersangkutan. Selain itu di dalamnya juga terdapat target penerimaan negara yang akan disetorkan ke rekening kas negara di tahun anggaran berkenaan. Dilihat dari keleluasaan kewenangannya dalam menggunakan anggaran belanja (DIPA) yang dimilikinya, satuan kerja tersebut dibedakan menjadi:

1) Kantor/satuan kerja yang seluruh anggaran belanjanya disediakan dalam DIPA dan tidak memiliki hak untuk menarik kembali PNBP yang disetorkannya ke rekening kas negara walaupun ada setoran PNBP. Semua kebutuhan untuk menutupi belanja/operasional kantor bersangkutan dibiayai dari anggaran yang tersedia. Pencairan anggaran yang mereka lakukan tidak diperkenankan melebihi pagu anggaran yang telah ditentukan dalam DIPA.

Pagu anggaran ini biasanya ditandai sebagai RM (rupiah murni). Tidak tertutup kemungkinan kantor ini memperoleh penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Namun, PNBP yang mereka terima hanya dapat disetorkan ke rekening kas negera dan tidak diperkenankan ditarik/dicairkan kembali walaupun untuk membiayai belanja operasional kantor bersangkutan.

(43)

BAB II LANDASAN TEORI

23 2) Instansi Pengguna PNBP, yakni kantor/satuan kerja yang selain anggaran belanjanya bersumber dari rupiah murni juga terdapat belanja yang dapat didanai dari PNBP yang telah disetorkannya ke rekening kas negara. Kantor yang berstatus sebagai pengguna PNBP biasanya adalah kantor pemerintah yang memberikan layanan kepada masyarakat, misalnya kantor pertanahan, kantor pelabuhan, dan sebagainya. Atas pelayanan yang diberikannya kepada masyarakat, peraturan perundangan mengizinkan kantor ini untuk melakukan pungutan kepada masyarakat yang dilayaninya. Hasil pungutan ini merupakan PNBP yang harus disetor ke rekening kas negara. PNBP yang telah disetor ke rekening kas negara tersebut dapat ditarik/dicairkan kembali untuk mendanai dan mendukung pelayanan yang diberikannya kepada masyarakat. Jumlah dana PNBP yang dapat ditarik tersebut ditentukan persentasenya dalam Peraturan/keputusan Menteri Keuangan. Dengan demikian, instansi pengguna PNBP ini memiliki dua sumber pendanaan dalam DIPA-nya yaitu rupiah murni (ditandai dengan “RM”) dan PNBP (ditandai dengan “PNP”). Dua sumber pendanaan ini dimaksudkan agar kantor bersangkutan selalu dapat memberikan layanan yang optimal kepada masyarakat.

3) Badan Layanan Umum (BLU), yaitu kantor/satuan kerja yang dapat menggunakan PNBP-nya secara langsung untuk mendanai operasionalnya tanpa harus menyetorkannya terlebih dahulu ke kas negara. Satuan kerja ini juga merupakan satuan kerja yang memberikan layanan kepada masyarakat, misalnya rumah sakit, perguruan tinggi negeri (yang sudah berstatus BLU), dan sebagainya. Apabila dibandingkan dengan instansi pengguna PNBP, BLU jauh lebih fleksibel dalam menggunakan PNBP yang diterimanya. BLU

(44)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

24

tidak perlu menyetorkan PNBP-nya terlebih dahulu ke rekening kas negara.

BLU dapat menggunakannya secara langsung untuk mendanai operasional layanan kepada masyarakat. Walaupun demikian, jumlah PNBP yang diterima dan digunakannya tetap dilaporkan dan harus disahkan pencairannya oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pengesahan tersebut dilakukan dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Pengesahan. Adanya kewenangan untuk menggunakan PNBP tersebut secara langsung dilandasi dengan pertimbangan diperlukannya PNBP yang diterimanya dengan segera guna mendukung pelayanan terbaik pada masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat yang berobat ke rumah sakit perlu segera dilayani, misalnya layanan ketersediaan obat. Apabila layanan ini tertunda karena PNBP yang diperoleh dari pasien harus disetor dahulu ke rekening kas negara maka dapat berakibat fatal bagi pasien bersangkutan.

Penetapan satuan kerja sebagai instansi pengguna PNBP adalah wewenang Kementerian Keuangan. Penetapan tersebut biasanya didasarkan pada pertimbangan bahwa satker berkenaan memiliki tugas memberikan layanan kepada masyarakat, sementara itu anggaran yang digunakan tidak dapat sepenuhnya ditanggung oleh APBN (beban rupiah murni), sehingga satuan kerja berangkutan perlu diizinkan untuk melakukan pungutan (PNBP) kepada para pengguna jasa layanannya. PNBP yang disetor oleh para pengguna jasa layanan harus disetorkan dahulu ke kas negara dengan formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP). Selanjutnya setoran tersebut dapat ditarik kembali dari rekening kas Negara melalui pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) ke KPPN sesuai dengan mekanisme dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 66 Tahun 2005 dan perubahannya (Perdirjen Perbendaharaan Nomor 11 Tahun 2011).

(45)

BAB II LANDASAN TEORI

25 Persentase yang dapat ditarik kembali (dicairkan) ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan.

Status sebagai pengguna PNBP juga akan berdampak pada optimalisasi dan intensifikasi perolehan PNBP. Hal ini sangat sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menyebutkan bahwa “setiap kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.”

B. Metode Analisis SWOT

Guna melakukan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi (problem solving) maka diperlukan metode untuk melakukan analisis terhadap berbagai faktor yang ada. Kajian ini menggunakan analisis SWOT sebagai instrument untuk menganalisis berbagai faktor yang ada dalam mengembangkan layanan diklat BPPK guna mencapai visi dan misinya.

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) pada suatu kegiatan atau pada suatu spekulasi pengembangan fungsi institusi. Dalam kajian ini pengkaji menggunakan istilah strengths, weaknesses, opportunities), dan threats.

Teknik SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert Humphrey yang pada saat itu memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada 1960-1970- an. Menurut Rangkuty (2005), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika

(46)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

26

yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman/tantangan.

Analisis SWOT dilakukan dengan menganalisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor strenghts, weaknesses. Sementara analisis Eksternal mencakup faktor opportunities dan threats.

Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:

1. Pendekatan kualitatif matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT dikembangkan oleh Kearns dengan membuat matriks yang menggambarkan faktor internal dan eksternal dari analisis SWOT, sehingga diperoleh strategi dari kombinasi strengths- opportunities (SO), weaknesses-opportunities (WO), weaknesses-threats (WT), dan strengths-weaknesses (SW). Matriks tersebut digambarkan dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3

Analisis Kualitatif SWOT Eksternal

Internal

Opportunities Threats

Strengths Comparative advantage Mobilization Weaknesses Divestment/Investment Damage Control Sumber: Hisyam, 1998

2. Pendekatan kuantitatif analisis SWOT

Data SWOT juga dapat dikembangkan dengan secara kuatitatif melalui perhitungan analisis SWOT. Pendekatan kuantitatif ini dikembangkan oleh

(47)

BAB II LANDASAN TEORI

27 Pearce dan Robinson (1998). Dengan analisis ini dapat diketahui secara pasti posisi organisasi dalam kuadran analisis SWOT yang sesungguhnya.

Perhitungan ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Melakukan perhitungan rate dan bobot, serta jumlah total perkalian antara rate dan bobot pada setiap faktor SWOT.

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor strengths dengan weaknesses dan faktor opportunities dengan threats.

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh koordinat titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Kombinasi antara faktor internal dan eksternal dituangkan dalam diagram analisis SWOT. Diagram dibagi dalam empat kuadran, yaitu:

1. Kuadran I (positif, positif)

Kuadran ini merupakan situasi yang sangat baik bagi organisasi karena di kuadran ini ada kombinasi kuat antara adanya opportunities dan adanya strengths. Organisasi dalam kondisi yang sangat baik sehingga dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Strategi pada kuadran ini mendukung strategi agresif.

2. Kuadran II (positif, negatif)

Kuadran ini menggambarkan sebuah organisasi yang memiliki strengths yang besar, meskipun menghadapi threats yang besar. Dalam situasi ini oganisasi dapat melakukan diversifikasi untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Organisasi akan mengalami kesulitan bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.

(48)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

28

3. Kuadran III (negatif, positif)

Pada kuadran ini organisasi memiliki opportunities yang baik, tetapi di pihak lain terdapat weaknesses internal. Jika kondisi ini yang terjadi, organisasi terlebih dahulu harus meminimalkan masalah-masalah internal organisasi. Dan strategi yang dapat dipakai adalah strategi turn around.

4. Kuadran IV (negatif, negatif)

Apabila sebuah organisasi berada dalam kuadran ini maka organisasi mengalami kondisi yang tidak menguntungkan. Organisasi mendapatkan threats eksternal di tengah-tengah adanya weaknesses internal. Strategi yang dapat dipakai pada kuadran ini adalah strategi bertahan untuk tetap dapat mempertahankan eksistensinya.

C. Kerangka Pemikiran Teoretis

Gagasan untuk mengembangkan layanan diklat BPPK didorong oleh tuntutan peraturan perundangan dan kebutuhan pengguna (kementerian/lembaga dan pemerintah daerah). Pengembangan ini akan menghadapi tantangan yang sekaligus juga memberikan dorongan kepada personil/pegawai di BPPK, Pusdiklat, dan balai diklat keuangan untuk meningkatkan kinerjanya.

Penelitian didasarkan pada kerangka pemikiran yang dibangun oleh peneliti. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan dalam gambar 2.4.

(49)

BAB II LANDASAN TEORI

29 Gambar 2.4.

Kerangka Pemikiran

Dari gambar 3 dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:

1. BPPK dan unit layanan diklat yang ada di bawahnya dibentuk berdasarkan tugas dan fungsi yang diembannya, yakni melaksanakan diklat bidang keuangan negara.

2. Legitimasi BPPK dan unit layanan diklat di bawahnya sangat kuat karena didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku.

Tugas dan Fungsi Layanan

diklat

Legitimasi Strategi dan

Program Visi dan Misi

BPPK

Faktor Internal:

1. Legalitas 2. Kompetensi WI 3. Jaringan 4. Sarana 5. Modul 6. Pendanaan

alternatif 7. Keterbukaan

Analisis SWOT

Faktor Eksternal:

1. Kebutuhan 2. Kepercayaan 3. Variasi diklat 4. Popularitas 5. Kompetitor

(50)

KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT

KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK

30

3. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta didukung dengan legitimasi yang dimilikinya, BPPK dan unit layanan diklat di bawahnya melaksanakan diklat bidang keuangan negara.

4. Dalam penyelenggaraan layanan diklat, BPPK menghadapi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.

5. Kedua faktor tersebut dianalisis dengan metode analisis SWOT.

6. Analisis akan menghasilkan masukan strategi dan program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai visi dan misi BPPK.

7. Hasil dari pelaksanaan strategi dan program akan mendorong pelaksanaan layanan diklat lebih baik dan mampu menjangkau stakeholders yang lebih luas.

Tercapainya visi dan misi tersebut di atas sekaligus merupakan implementasi dari tugas dan fungsi yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Adanya umpan balik juga akan mendorong upaya perbaikan yang berkesinambungan.

Referensi

Dokumen terkait

Puncak yang kedua pada suhu 300°C merupakan puncak baru yang lebih lebar yang dapat diasumsikan telah terjadinya proses pencangkokan atau ikatan silang antara bagas

Selama ini, peningkatan mutu pendidikan lebih banyak difokuskan pada aspek proses belajar mengajar, misalnya: perubahan kurikulum, pelatihan guru

Penggunaan data spasial lain (aksesibilitas, lahan terbangun eksisting, pusat kegiatan, dan sungai) memberikan pengaruh terhadap perubahan lahan sawah dan akurasi model CA

Böyle bir havada Tanzimat Fermanı'nııı ge­ lirmiş olduğu havada batıjı deslcklcriıı baskısı da Osmanlı Devletine karşı bütün şiddetini gös­

Baginda saw bersabda lagi: ³Tidak halal harta zakat orang yang meninggalkan sembahyang dan tidak harus kita bersedudukan dengannya dan tidak harus kita tinggal sekampung dengannya

Hasil penelitian Arson Abdul Rasyid Nunu (2015) menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.Kinerja keuangan

Berdasarkan susunan lapisan pada sistem panas bumi bahwa di bawah batuan penudung terdapat daerah reservoir pada kedalaman kurang lebih 2000 sampai dengan 3000

L1: Tentu saja, apa yang anda lukiskan tergantung pada jenis barangnya, dan kita tidak punya waktu untuk mencakup semuanya disini, tetapi mari kita berkonsentrasi pada