BAB II KERANGKA TEORITIS
B. Metode Analisis SWOT
Guna melakukan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi (problem solving) maka diperlukan metode untuk melakukan analisis terhadap berbagai faktor yang ada. Kajian ini menggunakan analisis SWOT sebagai instrument untuk menganalisis berbagai faktor yang ada dalam mengembangkan layanan diklat BPPK guna mencapai visi dan misinya.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) pada suatu kegiatan atau pada suatu spekulasi pengembangan fungsi institusi. Dalam kajian ini pengkaji menggunakan istilah strengths, weaknesses, opportunities), dan threats.
Teknik SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert Humphrey yang pada saat itu memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada 1960-1970-an. Menurut Rangkuty (2005), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
26
yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman/tantangan.
Analisis SWOT dilakukan dengan menganalisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor strenghts, weaknesses. Sementara analisis Eksternal mencakup faktor opportunities dan threats.
Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Pendekatan kualitatif matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT dikembangkan oleh Kearns dengan membuat matriks yang menggambarkan faktor internal dan eksternal dari analisis SWOT, sehingga diperoleh strategi dari kombinasi strengths-opportunities (SO), weaknesses-strengths-opportunities (WO), weaknesses-threats (WT), dan strengths-weaknesses (SW). Matriks tersebut digambarkan dalam Gambar 2.3.
Gambar 2.3
Analisis Kualitatif SWOT Eksternal
Internal
Opportunities Threats
Strengths Comparative advantage Mobilization Weaknesses Divestment/Investment Damage Control Sumber: Hisyam, 1998
2. Pendekatan kuantitatif analisis SWOT
Data SWOT juga dapat dikembangkan dengan secara kuatitatif melalui perhitungan analisis SWOT. Pendekatan kuantitatif ini dikembangkan oleh
BAB II LANDASAN TEORI
27 Pearce dan Robinson (1998). Dengan analisis ini dapat diketahui secara pasti posisi organisasi dalam kuadran analisis SWOT yang sesungguhnya.
Perhitungan ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Melakukan perhitungan rate dan bobot, serta jumlah total perkalian antara rate dan bobot pada setiap faktor SWOT.
2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor strengths dengan weaknesses dan faktor opportunities dengan threats.
3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh koordinat titik (x,y) pada kuadran SWOT.
Kombinasi antara faktor internal dan eksternal dituangkan dalam diagram analisis SWOT. Diagram dibagi dalam empat kuadran, yaitu:
1. Kuadran I (positif, positif)
Kuadran ini merupakan situasi yang sangat baik bagi organisasi karena di kuadran ini ada kombinasi kuat antara adanya opportunities dan adanya strengths. Organisasi dalam kondisi yang sangat baik sehingga dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Strategi pada kuadran ini mendukung strategi agresif.
2. Kuadran II (positif, negatif)
Kuadran ini menggambarkan sebuah organisasi yang memiliki strengths yang besar, meskipun menghadapi threats yang besar. Dalam situasi ini oganisasi dapat melakukan diversifikasi untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Organisasi akan mengalami kesulitan bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
28
3. Kuadran III (negatif, positif)
Pada kuadran ini organisasi memiliki opportunities yang baik, tetapi di pihak lain terdapat weaknesses internal. Jika kondisi ini yang terjadi, organisasi terlebih dahulu harus meminimalkan masalah-masalah internal organisasi. Dan strategi yang dapat dipakai adalah strategi turn around.
4. Kuadran IV (negatif, negatif)
Apabila sebuah organisasi berada dalam kuadran ini maka organisasi mengalami kondisi yang tidak menguntungkan. Organisasi mendapatkan threats eksternal di tengah-tengah adanya weaknesses internal. Strategi yang dapat dipakai pada kuadran ini adalah strategi bertahan untuk tetap dapat mempertahankan eksistensinya.
C. Kerangka Pemikiran Teoretis
Gagasan untuk mengembangkan layanan diklat BPPK didorong oleh tuntutan peraturan perundangan dan kebutuhan pengguna (kementerian/lembaga dan pemerintah daerah). Pengembangan ini akan menghadapi tantangan yang sekaligus juga memberikan dorongan kepada personil/pegawai di BPPK, Pusdiklat, dan balai diklat keuangan untuk meningkatkan kinerjanya.
Penelitian didasarkan pada kerangka pemikiran yang dibangun oleh peneliti. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan dalam gambar 2.4.
BAB II LANDASAN TEORI
29 Gambar 2.4.
Kerangka Pemikiran
Dari gambar 3 dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut:
1. BPPK dan unit layanan diklat yang ada di bawahnya dibentuk berdasarkan tugas dan fungsi yang diembannya, yakni melaksanakan diklat bidang keuangan negara.
2. Legitimasi BPPK dan unit layanan diklat di bawahnya sangat kuat karena didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku.
Tugas dan
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
30
3. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta didukung dengan legitimasi yang dimilikinya, BPPK dan unit layanan diklat di bawahnya melaksanakan diklat bidang keuangan negara.
4. Dalam penyelenggaraan layanan diklat, BPPK menghadapi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.
5. Kedua faktor tersebut dianalisis dengan metode analisis SWOT.
6. Analisis akan menghasilkan masukan strategi dan program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai visi dan misi BPPK.
7. Hasil dari pelaksanaan strategi dan program akan mendorong pelaksanaan layanan diklat lebih baik dan mampu menjangkau stakeholders yang lebih luas.
Tercapainya visi dan misi tersebut di atas sekaligus merupakan implementasi dari tugas dan fungsi yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Adanya umpan balik juga akan mendorong upaya perbaikan yang berkesinambungan.
BAB III
METODE KAJIAN AKADEMIS
A. Jenis Kajian/Penelitian
Kajian/penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Dengan demikian, penelitian ini akan melakukan eksplorasi secara deskriptif terhadap objek penelitian. Sesuai dengan jenisnya tersebut, peneliti berusaha mencari hubungan kausalitas antara data yang satu dengan data yang lainnya sehingga dapat diketahui keterkaitan dan hubungan logis di antara keduanya. Dari sini diharapkan dapat diperoleh simpulan yang tepat.
B. Variabel Kajian/Penelitian
Analisis dalam penelitian ini lebih bersifat kualitatif. Walaupun demikian, penelitian ini tidak meninggalkan data-data yang bersifat kuantitaif. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:
a. Strengths atau kekuatan yang dimiliki BPPK bersama Pusdiklat dan Balai Diklat Keuangan dalam mengembangkan layanan diklat bidang pengelolaan keuangan negara dan keuangan daerah;
b. Weaknesses atau kelemahan yang dimiliki BPPK dan unit di bawahnya (pusdiklat dan balai diklat keuangan) dalam mengembangkan layanan diklat yang diberikannya kepada instansi pemerintah lainnya.
c. Opportunities atau peluang yang ada bagi pengembangan diklat BPPK yang diselenggarakan oleh pusdiklat dan balai diklat keuangan
d. Threats atau ancaman/tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan layanan diklat.
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
32
Adapun lingkup yang menjadi objek penelitian adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) di lingkungan instansi vertikal dan instansi pemerintah daerah yang terkait dengan pengelolaan keuangan. Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini meliputi:
a. Satuan kerja di lingkungan pemerintah pusat (instansi vertikal) dan pemerintah daerah (SKPD) yang mengelola dana APBN ataupun APBD, b. Balai Diklat Keuangan sebagai unit yang menyelenggarakan diklat-diklat di
bidang keuangan negara/daerah sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing.
Dengan adanya pembatasan melalui ruang lingkup penelitian sebagaimana tersebut di atas, penelitian yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih tepat guna dan tepat sasaran.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini terdiri atas data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi yang menjadi sumber data yang diperoleh dengan mendokumentasikan data terkait penelitian yang dimiliki oleh instansi tersebut. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan pengumpulan data yang dilakukan sendiri oleh peneliti dari sumber yang kompeten.
Adapun sumber data yang terkait dengan penelitian ini adalah pusat/balai diklat keuangan, dan instansi pemerintah di lingkungan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Mengingat balai diklat keuangan
BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS
33 berada di berbagai daerah di Indonesia, maka digunakan beberapa balai diklat keuangan sebagai sumber data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada stakeholders BPPK. Dalam kajian/penelitian ini, stakeholders yang diteliti dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
1. Stakeholders internal, yakni adalah sumber daya yang dimiliki BPPK dan unit yang ada di bawahnya yang terdiri atas pusdiklat dan balai diklat keuangan.
2. Stakeholders eksternal, yakni instansi pemerintah di luar Kementerian Keuangan baik pusat maupun daerah.
Data pertama diperoleh dari balai diklat keuangan sendiri selaku objek penelitian. Data yang diperoleh dari balai diklat keuangan memberikan gambaran mengenai potensi berbagai sumber daya yang mendukung bagi pengembangan layanan diklat. Data dari responden kementerian/lembaga dan pemerintah daerah memberikan gambaran mengenai kebutuhan mereka terhadap diklat di bidang pengelolaan keuangan negara/daerah dan harapan-harapan mereka terhadap layanan jenis diklat yang dapat dilakukan oleh BPPK. Data dari dua sumber data yang berbeda tersebut elanjtunya dianalisis sehingga diperoleh simpulan yang tepat.
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
34
E. Metode Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif.
Dengan demikian, analisis didasarkan pada hubungan logis antara satu fenomena dengan fenomena yang lainnya. Dengan metode kualitatif ini, penelitian yang dihasilkan dapat memberikan gambaran seutuhnya terhadap objek kajian/penelitian. Untuk mendukung hal ini pengkaji memanfaatkan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, and Threats).
Analisis kualitatif yang didukung dengan analisis data kuantitatif ini dimaksudkan agar kajian menghasilkan simpulan dan saran/rekomendasi yang tepat dan valid. “Tepat” dalam arti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan dapat diimplementasikan. “Valid” dalam arti hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT. Data dalam kajian/penelitian ini bersumber dari data primer yang diperoleh dari para pegawai di lingkungan satuan kerja instansi vertikal dan pemerintah daerah. Dilihat dari sebaran geografis lokasi kantor, sebagian besar para responden berada di wilayah Indonesia bagian timur sebagaimana tertera dalam tabel 4.1. Penekanan sebaran geografis ke Indonesia bagian timur ini disebabkan oleh wilayah kerja Balai DIklat Keuangan Makassar, tempat pengkaji bekerja, yang mencakup Sulawesi (selatan, barat, dan tenggara) dan Papua.
Tabel 4.1 Sebaran Responden
No. Provinsi Asal Instansi Vertikal BPPK yaitu beberapa balai diklat keuangan untuk mengetahui kemampuan BPPK di daerah dalam menangkap peluang yang ada. Peneliti tidak memberikan daftar pertanyaan kepada para pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan karena kajian ini memfokuskan kepada upaya pengembangan
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
36
layanan diklat dengan memperluas jangkauan layanan di luar Kementerian Keuangan.
Anggaran di setiap satuan kerja kementerian/lembaga menganggarkan untuk peningkatan kualitas SDM yang dimilikinya. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga memiliki anggaran untuk pengembangan SDM-nya.
Pengembangan SDM tersebut termasuk di bidang pengelolaan keuangan.
Namun, instansi di luar Kementerian Keuangan tersebut tidak dapat memanfaatkan anggaran tersebut untuk mengirim pegawainya guna belajar di BPPK (pusdiklat dan balai diklat), kecuali dengan mekanisme kerja sama diklat.
Sedangkan kerja sama diklat membutuhkan dana yang cukup besar yang belum tentu dimiliki setiap satuan kerja. Di samping itu, setiap satuan kerja juga tidak memerlukan pegawai/pejabat pengelola keuangan sebanyak 30 orang yang merupakan jumlah ideal peserta diklat dalam satu kelas. Bendahara pengeluaran misalnya, satuan kerja hanya membutuhkan 1 orang saja.
Dengan alasan tersebut di atas, secara umum pemerintah daerah memanfaatkan lembaga-lembaga diklat swasta (event organizer) sebagai penyelenggara diklat/bimbingan teknis mengenai pengelolaan keuangan negara/daerah. Materi yang disampaikan kadang-kadang tidak/kurang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Bahkan, lembaga-lembaga yang banyak menawarkan diklat kepada pemerintah daerah sebagian besar hanya mengutamakan keuntungan (profit oriented). Karena pangsa pasar yang cukup besar, materi pengelolaan keuangan memiliki potensi yang besar pula untuk mendapatkan keuntungan.
Keadaan akan menjadi lebih buruk lagi apabila event organizer berkenaan tidak konsisten dan komitmen terhadap pelaksanaan diklat yang telah
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
37 mereka tawarkan. Apabila peserta yang datang ternyata tidak sesuai dengan harapan karena sangat sedikit, bisa jadi diklat/bimbingan teknis tersebut selanjutnya dibatalkan. Peserta yang sudah terlanjur datang akhirnya tidak jadi mendapatkan tambahan pemahaman dan pengetahuan, sementara itu SKPD bersangkutan sudah terlanjur mengeluarkan dana SPPD-nya. Lembaga-lembaga event organizer dapat dengan mudah membatalkan diklat yang telah mereka tawarkan karena memang tidak ada lembaga pemerintah yang mengawasinya.
A. Analisis SWOT Terhadap Pengembangan Layanan Diklat BPPK
Untuk mempermudah pelaksanaan analisis ini, maka diidentifikasi indikator-indikator yang menjadi pendukung faktor internal (strengths dan weaknesses) dan faktor eksternal (oportunities, dan threats).
1. Faktor Internal
Faktor-faktor internal atau berbagai sumber daya yang dimiliki BPPK dan unit di bawahnya meliputi:
1. Ketentuan yuridis (legalitas)
2. Jumlah dan kompetensi widyaiswara 3. Jaringan kerja layanan diklat
4. Sarana yang dimiliki 5. Modul yang kurang update
6. Ketidakmampuan mendapatkan pendanaan alternatif 7. Keterbukaan dalam menerima peserta
Ketujuh hal di atas memiliki bobot yang berbeda-beda dalam mendukung keberhasilan pencapaian visi dan misi BPPK. Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagaimana tabel 3.2.
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
38
Tabel 4.2
Bobot Faktor Internal
No. Strengths Respon Jumla
h Skor Bobot 3 Keterbukaan dalam menerima
peserta 0 6 9 44 19 78 310 0.142
Total kelemahan 919 0.422
Total Faktor Internal 2178 1.000
Data diolah
Adapun kondisi (rate) faktor strengths dan weaknesses yang dihadapi BPPK dan unit di bawahnya terhadap faktor-faktor internal di atas dibedakan menjadi lima. Notasi rate dan keterangannya untuk faktor strengths dan weaknesses adalah sebagaimana tabel 4.3.
Tabel 4.3
Rate Strengths dan Weaknesses Notasi
Rate Strengths Weaknesses Keterangan
1
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
39 Rate yang dimiliki oleh setiap faktor selanjutnya akan dikalikan dengan bobot yang telah diperoleh dari pengolahan data. Hasil secara keseluruhan akan memberikan gambaran terhadap faktor internal (strengths dan weaknesses) yang ada.
Ketentuan yuridis (legalitas) yang dimiliki BPPK dalam melaksanakan diklat keuangan sangat kuat dan tegas. Kondisi di masyarakat pun juga sangat mendukung hal ini. kementerian/lembaga dan satuan kerja pemerintah daerah memberikan kepercayaan terhadap BPPK dan unit di bawahnya dalam menyelenggarakan diklat keuangan. Rate yang diperoleh dari pengkajian adalah 4 (kuat). BPPK memang memiliki legalitas sangat kuat, tetapi ada juga lembaga pemerintah lain yang juga menyelenggarakan sebagian diklat keuangan negara, sehingga rate yang muncul adalah ”kuat”.
Jumlah widyaiswara yang dimiliki BPPK pada September 2011 berjumlah 117 orang dengan kompetensi yang bervariasi. Jumlah tersebut belum termasuk widyaiswara yang dilantik bulan Oktober 2011 yang berjumlah 39 orang. Dengan demikian jumlah widyaiswara yang dimiliki BPPK adalah 156 orang. Kendatipun demikian, hampir setiap tahun BPPK mengadakan recruitment widyaiswara baru guna mengisi formasi yang masih ada. Sedangkan kompetensi yang dimiliki widyaiswara BPPK sangat bervariasi. Seluruh bidang (mata pelajaran) yang dibuthkan dalam penyelenggaraan diklat keuangan negara telah tersedia. Namun terdapat beberapa kompetensi yang masih jarang/langka dimiliki widyaiswara BPPK, misalnya keuangan daerah. Kondisi riel ini pada akhirnya menghasilkan rate 4 (kuat). Jumlah dan kompetensi widyaiswara BPPK ”kuat” dalam mendukung terwujudnya visi dan misi BPPK.
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
40
Adapun jumlah widyaiswara yang dibutuhkan BPPK di tahun 2011 adalah sebagaimana tabel 4.4.
Tabel 4.4
Jumlah Widyaiswara yang dibutuhkan BPPK Tahun 2011
No. Unit Jumlah Kebutuhan
(orang)
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Balai Diklat Kepemimpinan Magelang
Sumber: Materi Sosialisasi Bagian Kepegawaian BPPK
Jaringan kerja (network) layanan diklat yang dimiliki BPPK sangat mendukung penyelenggaraan diklat BPPK. Sebagai unit di bawah Menteri Keuangan, BPPK memiliki hubungan kerja dengan instani eselon satu lainnya.
Pusdiklat dan balai diklat keuangan selalu dapat mengatasi kesulitan pengajar.
Kondisi ini pada akhirnya mengarah pada rate 4, yakni ”kuat”. Pusdiklat dan balai diklat memiliki jaringan kerja yang kuat dalam menyelenggarakan diklat
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
41 keuangan. Dari beberapa balai diklat yang menjadi sampel pengkajian menyatakan tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pengajar.
Terkait dengan sarana pendukung diklat yang dimiliki pusdiklat dan balai diklat juga diperoleh rate 4 (kuat). Kondisi rate yang tidak mencapai sempurna/sangat kuat ini disebabkan oleh adanya beberapa unit yang belum memiliki asrama bagi peserta diklat. Dari 18 pusdiklat/balai diklat keuangan, hanya 4 di antaranya yang belum memiliki asrama, yaitu Pudiklat Keuangan Umum, BDK Pekanbaru, BDK Pontianak, dan BDK Denpasar. Di tahun-tahun mendatang akan segera dibangun sarana diklat tersebut sehingga penyelenggaraan diklat dapat lebih mandiri.
Faktor modul merupakan salah satu kelemahan BPPK dalam menyelenggarakan diklat. Masih terdapat modul yang tidak disesuaikan dengan peraturan perundangan yang sedang berlaku. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurang terdorongnya widyaiswara dalam menulis modul karena nilai angkat kredit penulisan modul yang relatif kecil. Rate yang diperoleh terhadap faktor ini adalah 3, atau cukup. Rate ini merupakan kondisi pertengahan, modul yang ada tetap dapat digunakan tetapi akan lebih baik lagi apabila selalu di-update sesuai perkembangan peraturan perundangan yang sedang berlaku.
Terhadap faktor pendanaan alternatif, selama ini pusdiklat dan balai diklat dapat memperolehnya melalui kerja sama diklat (KSD). KSD dilaksanakan guna melayani instansi tertentu yang membutuhkan diklat keuangan dengan mekanisme kerja sama penyelenggaraan. Instansi lain tersebut menyediakan anggaran yang diperlukan, sedangkan pusdiklat/balai diklat menyediakan jasa penyelenggaraan diklatnya. KSD dilaksanakan dengna peserta yang homogen sehingga masih menyulitkan pusdiklat dan balai diklat apabila ingin mendapatkan
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
42
peserta yang heterogen, berasal dari kementerian/pemda yang bermacam-macam. Dari hasi pengkajian, rate yang diperoleh untuk faktor ini adalah 2, yaitu kurang kuat. KSD masih ”kurang kuat” dalam menjadikan BPPK sebagai lembaga diklat terdepan di bidang keuangan.
Keterbukaan pusdiklat/balai diklat dalam menerima peserta dari luar Kementerian Keuangan juga kurang mendukung pencapaian visi/misi BPPK.
Terdapat anggapan bahwa anggaran diklat BPPK hanya diperuntukkan bagi pegawai Kementerian Keuangan. Penggunaan anggaran tersebut bagi kementerian lain juga merupakan temuan apabila ada pemeriksaan dari Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Dari hasil pengkajian diperoleh bahwa rate untuk faktor ini adalah 2, yakni BPPK kurang terbuka dalam menerima peserta dari luar Kementerian Keuangan.
Secara keseluruhan, hasil pengkajian terhadap faktor internal di atas apabila dituangkan dalam analisis SWOT dapat digambarkan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5
Analisis SWOT Faktor Internal
No. Kekuatan Bobot
SWOT Rate Skor 1 Ketentuan yuridis (legalitas) 0.159 4 0.636 2 Jumlah dan kompetensi
widyaiswara 0.146 4 0.584 2 Sumber pendanaan alternative 0.146 2 0.292 3 Keterbukaan dalam menerima
peserta 0.142 2 0.284
Total kelemahan 0.422 0.978
Total Faktor Internal 1.000 1.334
Data diolah
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
43 Skor kekuatan yang tercapai adalah 2,312. Sedangkan kelemahan yang dimiliki adalah senilai -0,978. Kedua angka ini nantinya akan digabungkan dengan skor capaian analisis faktor eksternal sehingga dapat diketahui pada kuadran mana BPPK berada.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini merupakan kondisi yang berada di luar BPPK. BPPK tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikannya. Yang diidentifikasi sebagai faktor eksternal ini meliputi:
a. Kebutuhan instansi lain terhadap diklat-diklat pengelolaan keuangan yang diselenggarakan pusdiklat dan balai diklat keuangan.
b. Kepercayaan intansi lain terhadap diklat yang diselenggarakan pusdiklat dan balai diklat keuangan.
c. Variasi diklat yang dibutuhkan oleh intansi lain.
d. Ketidakpopuleran (ketidakterkenalan) BPPK dan unit di bawahnya di mata instansi lain.
e. Kompetitor (pesaing), yakni lembaga lain yang juga menyelenggarakan diklat-diklat tertentu di bidang keuangan negara.
Kelima faktor eksternal tersebut diberi bobot sesuai dengan hasil perhitungan berdasar dat yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan metode analsis SWOT. Dari hasil pengkajian diperoleh bobot sebagaimana tertera dalam tabel 4.6.
KAJIAN PENGEMBANGAN LAYANAN DIKLAT
KEUANGAN NEGARA MELALUI PENDANAAN ALTERNATIF DALAM RANGKA MENCAPAI VISI DAN MISI BPPK
44
Total faktor eksternal 1379 1.000
Data diolah
Seperti halnya faktor internal, kondisi (rate) faktor-faktor ekternal yang berupa opportunities dan threats juga dibedakan menjadi lima tingkatan yaitu:
Tabel 4.7
Rate Opportunities dan Threats Notasi
Rate Opportunities Threats Keterangan
1
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
45 Rate yang diperoleh oleh setiap faktor eksternal nantinya dikalikan dengan bobot yang dimiliki sebagaimana perhitungan pembobotan sebelumnya sehingga menghasilkan skor, baik untuk opportunities maupun untuk threats.
Kebutuhan instansi lain terhadap diklat keuangan negara, dari hasil penelitian/pengkajian, diperoleh bahwa instansi di lingkungan kementerian/lembaga dan pemda membutuhkan diklat keuangan negara yang diselenggarakan pusdiklat dan balai diklat keuangan. Data hasil penelitian mengenai kebutuhan terhadap diklat keuangan ini tergambar dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8 ekstrim, yakni menjadi sedikit butuh, cukup, dan butuh maka jumlah yang butuh
Tabel 4.8 ekstrim, yakni menjadi sedikit butuh, cukup, dan butuh maka jumlah yang butuh