• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DIPO ABSTRAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DIPO ABSTRAK."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DIPO LOKOMOTIF SEMARANG TAHUN 2017

ABSTRAK

Ika Ayu Rismawati

Universitas Dian Nuswantoro Semarang 411201301761@mhs.dinus.ac.id

Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) hingga saat ini menjadi permasalahan yang serius dan belum mendapat perhatian. Keadaan tersebut tentunya tidak akan menguntungkan bagi Indonesia, penerapan K3 diperusahaan masih timbulnya anggapan bahwa hal tersebut akan menjadi beban biaya. Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi timbulnya kecelakaan kerja pada pekerja Dipo Lokomotif.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif guna menggambarkan faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian kecelakaan kerja. Data primer diolah dan di lakukan analisa menggunakan uji korelasi rank spermean dan uji korelasi person.dengan populasi yang berjumlah 22 orang.

Hasil menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian kecelakaan kerja(р- value= 0,327), sikap(р- value= 0,440), penggunaan APD(р- value= 0,339) dan ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kejadian kecelakaan kerja(р- value= 0,103). Hal ini disimpulkan bahwa bila sesorang ketika memiliki pengetahuan yang cukup dan sikap baik ketika bekerja berpengaruh untuk menghindarkan dari kejadian kecelakaan kerja. Semua pekerja yang tidak lengkap menggunakan APD, lebih disiplin lagi dalam menggunakan APD ketika bekerja

Kata kunci : Kecelakaan Kerja, Pengetahuan, Sikap

(2)

FACTORS INFLUENCE THE INCIDENCE OF WORK ACCIDENT ON EMPLOYEE IN TENCHICAL SERVICES UNIT IN DIPO LOKOMOTIF SEMARANG 2017

ABSTRACT

Ika Ayu Rismawati

Universitas Dian Nuswantoro Semarang 411201301761@mhs.dinus.ac.id

Occupational health and saftey still become serious problem and less attention.

That circumstance will not profitable to indonesia. The implementation of occupational health and saftey in factory sill has assumption on increasing budget to the factory. The purpose of this reseacrh analyze factors which influence work accident on a Dipo locomotive worker.

The study was descriptive analytics with quantitative appoarch, to illustrate factors influence the incidence of work accident on employee in tenhical services Dipo Lokomotive. The population in his study amounted to 22 person. Primary data was processed and analyzed using using spermean rank test.

Result showed that employee there his no relationship between knowladge (р- value=0,327), attitude (р-value = 0,440), use of personal protective equiment (р- value=0,339) unit of work ( р- value =0,103).

It is concluded that khowladge, attitude and use personal protective equiment influential avoid from work accident. All that workes no complete use personal protective equiment, more disclipined in use personal protective equiment when it work.

Keyword : work accident, knowladge, attitude

(3)

PENDAHULUAN

Permasalahan Keselamatan dan Keselamatan Kerja(K3) hingga saat ini menjadi masalah yang serius dan belum mendapat perhatian, hal tersebut tentunya tidak akan menguntungkan bagi Indonesia di masa yang akan datang. Pentingnya menerapkan program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) pada perusahaan melalui undang-undang ketenagakerjaan guna meminimalisir angka kecelakaan kerja. Dampak dari permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Jarang Sekali diperhatikan, akibatnya kasus kecelakaan kerja semakin meningkat disetiap tahunya.

Kurangnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja disuatu perusahaan disebabkan oleh ruang lingkup yang amat luas, masih timbulnya anggapan bahwa program tersebut akan menjadi beban biaya. Kecelakaan kerja yang terjadi disuatu perusahaan disebabkan oleh faktor manusia, faktor manusia yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja misalnya, tindakan tidak aman, tidak menggunakan APD ketika bekerja, mengalami kelelahan. Kejadian kecelakaan kerja selalu menjadi perdebatan antara pekerja dengan pihak perusahaan.

(4)

METODE

Penelitian ini bersifat observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional study guna menggambarkan faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian kecelakaan kerja pada pekerja Dipo Lokomotif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017 sampai dengan selesai. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja Dipo dari keempat bagian yaitu angin, disel, elektrik, mekanik dengan jumlah pekerja 22 orang. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat untuk mengetahui distribusi frekuensi serta untuk menguji variabel bebas dan variabel terikat dalam peneliitian ini.

(5)

HASIL

A. Analisis Univariat

Tabel 4.1

Distribusi Pengetahuan pekerja

Pertanyaan Benar Salah Total

F F

K3 tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak perusahaan tetapi juga pekerja yang ada di perusahaan.

20 2 22

Kecelakaan yang sering terjadi disebabkan karena faktor manusia.

10 12 22

Bekerja lebih dari 8 jam sehari menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja.

22 0 22

Fungsi dari menggunakan APD secara lengkap untuk mengurangi risiko timbulnya kecelakaan kerja.

17 5 22

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan menimbulkan cidera

13 9 22

Kebisingan,pencahayaan,getaran,

kebisingan adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

19 3 22

Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah melindungi pekerja dari potensi bahaya

18 4 22

Pada Pertanyaan pengetahuan bila pekerja memilih jawaban benar skor:2, sedangkan skor 1 bila pekerja memilih jawaban salah. Pengetahuan pekerja dikatakan cukup jika skor nilai yang didapat rentang antara 8-14 dan pengetahuan pekerja dikatakan kurang apabila skor nilai 1-6. Total skor

(6)

maksimal menjawab semua pertanyaan adalah 14, maka pengetahuan pekerja dapat dikatakan baik.Dio Cahya Pranajaya 8) dalam penelitianya, pengetahuan digolongkan menjadi cukup dan kurang.

Variabel sikap terdapat 6 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban setuju skor :2 dan tidak setuju skor: 1 Pekerja dapat dikatakan bersikap baik saat bekerja bila skor nilai yang diperoleh rentang antara 7-12 begitu pula dengan pekerja yang bersikap kurang baik saat bekerja skor yang didapat rentang antara 1-6. Hasil Erwin wahyu Pratama bahwa sikap seseorang dapat dibedakan menjadi baik dan kurang baik.

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan kartegori Pengetahuan Pekerja Dipo

Pengetahuan Jumlah

N %

Cukup 22 100

Kurang 0 0

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer 2017

(7)

Tabel 4.3

Distribusi Sikap Pekerja Dipo

Pertanyaan Setuju Tidak setuju Total

F F

Bekerja tidak perlu bercanda ataupun tergesa gesa karena hanya akan menimbulkan cidera.

15 7 22

Peduli terhadap risiko pajanan yang timbul dari pekerjaaan yang

Dilakukan itu penting

21 1 22

Setiap pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan SOP yang sudah diterapkan.

21 1 22

Pekerja perlu mengetahui cara menggunakan peralatan kerja yang digunakan ketika bekerja

22 0 22

Tidak perlu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap pada saat bekerja karena hanya akan mengganggu kenyamanan.

Pekerja perlu diberikan pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat menjaga keselamatan ketika bekerja

10

22

12

0

22

22

Sumber : Data Primer 2017

Variabel sikap terdapat 6 butir pertanyaan dengan pilihan jawaban setuju skor :2 dan tidak setuju skor: 1 Pekerja dapat dikatakan bersikap baik saat bekerja bila skor nilai yang diperoleh rentang antara 7-12 begitu pula dengan pekerja yang bersikap kurang baik saat bekerja skor yang didapat rentang antara 1-6. Hasil penelitian milik Erwin wahyu Pratama bahwa sikap seseorang dapat dibedakan menjadi baik dan kurang baik.

(8)

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Kartegori Sikap Pekerja Dipo

Sikap

Jumlah

N %

Baik 22 100

Kurang baik 0 0

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 4.5

Distribusi Penggunaan APD pekerja Dipo yang selalu, kadang kadang dan tidak pernah di gunakan ketika bekerja

Pertanyaan

Jumlah Total

Selalu Kadang kadang

Tidak pernah Menggunakan helm

ketika .

22 0 0 22

Menggunakan kacamata Saat pengelasan.

5 4 13 22

Menggunakan earplug saat mesin loko dioperasikan.

1 10 11 22

Menggunakan masker ketika .

5 13 4 22

Menggunakan sarung tangan.

2 13 7 22

Menggunakan pakaian pelindung .

20 2 0 22

Menggunakan saftey shoes.

21 1 0 22

Sumber : Data Primer 2017

(9)

Menggunakan APD yang lengkap ketika bekerja sangat penting dilakukan, pada distribusi penggunaan APD pekerja Dipo, bila pekerja selalu menggunakan APD ketika bekerja selama 1 minggu, skor 3, skor 2 : bila pekerja hanya menggunakan APD 1 hingga 2 kali, skor 1: sama sekali tidak pernah menggunakan APD ketika bekerja selama 1 minggu.

Delsyana Djunaid dalam penelitianya variabel penggunaan APD digolongkan menjadi lengkap dan tidak lengkap. Pekerja dikatakan lengkap menggunakan APD, bila menggunakan semua APD yang disediakan sedangkan Pekerja dikatakan tidak lengkap menggunakan APD, APD yang digunakan hanya helm, sepatu saftey, pakaian dan sarung tangan.

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarka n Kelengkapan Penggunaan APD

Penggunaan APD

Jumlah

N %

Lengkap 0 0

Tidak lengkap 22 100

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarka n Kelengkapan Penggunaan APD

Penggunaan APD

Jumlah

N %

Lengkap 0 0

Tidak lengkap 22 100

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer 2017

(10)

Tabel 4.8

Nama unit bagian pekerjaan Dipo Lokomotif yang pernah mengalami cidera

Nama unit bagian pekerjaan

Jumlah

Pernah Tidak pernah

Total

Angin 5 1 6

Disel 5 1 6

Elektrik 5 0 5

Mekanik 4 1 5

Jumlah 19 3 22

Sumber : Data Primer 2017

Tabel 4.9

Distribusi responden berdasarkan kejadian kecelakaan Yang pernah Dialami dalam 1 tahun

Kecelakaan kerja

Jumlah

N %

Pernah 18 81,8

Tidak pernah 4 18,2

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer 2017

(11)

Hasil Uji Korelasi

Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi

Variabel bebas Variabel terikat Р- value Hasil

Pengetahuan Kecelakaan kerja 0,327 Tidak adahubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja

Sikap Kecelakaan kerja 0,440 Tidak ada hubungan antara sikap dengan kecelakaan kerja Penggunaan APD Kecelakaan kerja 0,339 Tidak ada hubungan

antara penggunaan

APD dengan

kecelakaan kerja Unit Pekerjaan Kecelakaan kerja 0,103 Tidak ada hubungan

antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja

Hasil uji korelasi rank spermean dan uji korelasi person pada pengetahuan р- value(0,327), sikap р-value (0,440), penggunaan APD р- value(0,339), unit pekerjaan р-value (0,103). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, penggunaan APD dengan kecelakaan kerja .

(12)

PEMBAHASAN

A. Hubungan antara Pengetahuan dengan kecelakaan kerja

Pekerja yang memiliki pengetahuan yang cukup dengan skor nilai yang didapat rentang antara 9-14. Pekerja yang mendapat skor 9 sebanyak 2 orang, pekerja yang mendapat skor 10 sebanyak 2 orang, pekerja yang mendapat skor 11 sebanyak 4 orang, pekerja yang mendapat skor 13 sebanyak 6 orang pekerja yang mendapat skor 14 sebanyak 7 orang.

Pengetahuan pekerja dikatakan cukup apabila skor nilai yang didapat rentang antara 8-14 sedangkan pengetahuan pekerja dikatakan kurang apabila skor yang didapat 1-6. Skor nilai didapat dari total benar dan salah ketika menjawab keseluruhan pertanyaan. skor maksimal menjawab pertanyaan adalah 14. Hasil uji korelasi Rank Spermean menunjukan tidak ada hubungan antara pengetahuan yang cukup dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja Dipo dengan nilai р value (sig).0,327 >α 0,05.

Pekerja memiliki pengetahuan yang cukup tentang keselamatan dan kesehatan kerja tentunya dapat menjaga keselamatan ketika bekerja serta menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Berbeda dengan pekerja yang memiliki pengetahuan yang kurang ketika bekerja tidak mengetahui cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja 20) .

B. Hubungan antara sikap dengan kejadian kecelakaan kerja

Sikap seseorang dapat digolongkan menjadi sikap baik dan kurang baik, pekerja Dipo Lokomotif 22 responden disimpulkan bahwa sikap pekerja dikatakan baik sebab skor nilai yang diperoleh rentang antara 8-12.

Pekerja yang mendapat skor nilai 8 berjumlah 1 orang, pekerja yang mendapat skor nilai 11 berjumlah 17 dan pekerja yang mendapat skor 12 berjumlah 4 orang. Sikap pekerja dikatakan baik bila total skor nilai yang didapat mulai dari 7-12 sedangkan sikap pekerja dikatakan kurang baik apabila skor nilai yang didapat 1-6.

(13)

Uji korelasi rank spermean menunjukan tidak ada hubungan antara sikap pekerja yang baik dengan kejadian kecelakaan kerja dengan nilai р- value (sig). 0,440 >α 0,05. Bersikap baik saat bekerja juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang cukup, bila seorang pekerja memiliki pengetahuan yang cukup tentunya tidak akan melakukan tindakan berbahaya yang membahayakan bagi dirinya sendiri, berbeda dengan pekerja yang memiliki pengetahuan yang kurang, tidak mengetahui cara kerja yang harus di lakukan maka dampaknya akan melakukan tindakan berbahaya yang dapat membahayakan bagi diri sendiri maupun pekerja lain yang ada disekitarnya.

C. Hubungan antara penggunaan APD dengan kecelakaan kerja

Data yang didapat mengenai penggunaan APD 22 responden semuanya tidak lengkap dalam penggunaan APD, mereka dikatakan tidak lengkap dalam menggunakan APD sebab APD yang mereka gunakan hanya helm, sepatu, pakaian pelindung makser atau sarung tangan atau hanya menggunakan pakaian, helm dan sepatu saja, tidak menggunakan earplug ketika mesin loko dioperasikan serta saat melakukan pekerjaan pengelasan juga tidak menggunakan APD kacamata.

Pekerja dapat dikatakan lengkap dalam menggunakan APD bila mereka menggunakan helm, sarung tangan, masker, pakaian pelindung, earplug saat mesin loko dioperasikan dan menggunakan kacamata ketika melakukan kegiatan pengelasan. Dengan nilai р- value (sig). 0,339> α 0,05 bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja. Banyak alasan yang mereka katakan tidak lengkap menggunakan APD ketika bekerja karena mereka sudah nyaman tidak menggunakan APD ketika bekerja.

(14)

D. Hubungan antara unit bagian dengan kecelakaan kerja

Dari keempat unit bagian yang ada di Dipo, didapatkan hasil Bagian angin dari 6 orang pekerja 5 diantaranya pernah mengalami cidera kerja, bagian disel dengan pekerja yang berjumlah 6 orang, 5 orang diantaranya pernah mengalami cidera kerja. Bagian mekanik pekerja berjumlah 5 orang semuanya pernah mengalami cidera kerja, bagian mekanik pekerja berjumlah 5 orang, 4 orang diantaranya pernah mengalami cidera saat bekerja.

Maka dapat disimpulkan bahwa unit bagian yang paling banyak yang pernah mengalami cidera saat bekerja ada di unit bagian elektrik, bagian elektrik memiliki potensi bahaya potensi bahaya yang ditimbulkan tersengat arus listrik,terjatuh dan terkena solder15). Uji statistik korelasi diperoleh nilai р- value (sig). 0,103>α 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kejadian kecelakaan kerja. Unit bagian hanya menjadi faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja, pada pekerja unit bagian apabila tidak berhati-hati juga akan mengalami kecelakaan kerja.20).

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja nilai р-value(sig). 0,327>α 0,05.

2. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kecelakaan kerja dengan nilai р-value(sig). 0,440>α 0,05.

3. Tidak ada hubungan antara penggunaan APD dengan kecelakaan kerja р-value(sig). 0,339> α 0,05.

4. Tidak ada hubungan antara unit bagian dengan kecelakaan kerja diperoleh р-value(sig). 0,103>α 0,05.

Saran

1. Kepala Ruas Bagian Adiministrasi hendaknya memberikan teguran kepada pekerja yang tidak lengkap menggunakan APD, agar pekerja selalu disiplin dalam menggunakan APD, karena jika tidak kasus kecelakaan yang terjadi semakin meningkat.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aswar Ewin. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel Mobil Di Kota Kendari.2016.

2. Haryanti Sri. Analisis Keselamatan Kerja Pada Pekerja Pabrik Tepung (PT TRI JAYA TANGGUH) Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. 2015

3. Hikmawan Muhamad. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel Pengecatan Mobil Di Kota Makasar. 2013.

4. Handoko Dwi. Analisa Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Pekerja Bangunan Gedung Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum : Http//:digilib.its.ac.id/ITS-Master-Abstract-id.pdf . Jurnal Konstruksia, vol.5 , No. 2 Agustus 2014. Diakses pada tanggal 21 Desember 2016.

5. Widodo Imam Djati. Faktor Dan Penjadualan Shift Kerja ; Teknoin, volume. 13, Nomor.2, Desember 2008, 11-22.

6. Septiana Dwi Ayu. Faktor Yang Mempengaruhi Unsafe Action Pada Pekerja Di Bagian Pengantongan Urea; The Indonesian Journal Of Occupational Saftey and Health, Vol.3 No.1, Jan- Jun 2015: 25-34..

7. Aryatiningsih Dwi Sapta. Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Aspal Mixing Plant Di PT LWP Pekan baru; Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, April- September 2016, Vol.10, No. 2, Hal. 145-150.

8. Pranajaya Dio Cahya. Hubungan Antara Karakteristik Individu, Karyawan Dan Sikap Karyawan Kereta Api Indonesia ( KAI) Terhadap Penerapan K3 Bagian Dipo Loc Semarang.2013

(17)

9. Afiani Prilia Noor. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Di Unit Instalasi Pabrik Gula; Http//: Journal.unnes.ac.id/sju /index.php/ujph Journal Of Public Health (1). 2012. Diakses pada tanggal 27 Desember 2017

10. Ronal Malinan. Identifikasi Penyebab Risiko Kecelakaan Kerja Pada Kegiatan Kontruksi Bagunan Gedung Di Jakarta; Http//:e-journal.unsart.ac.id/index.

Php/article. Jurnal Ilmiah Media Engineering vol.2, No, 2, Juli 2012. Diakses pada tanggal 22 Desember 2016.

11. Vesta Erzian. Gambaran Presepsi Pekerja Tentang Faktor Risiko Kecelakaan Kerja Di Depratemen Produksi dan Utility PT WILMAR NABATI INDONESIA DUMAI. 2012

12. Endroyo Bambang. Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi;

Http: puslit2.petra.ac.id Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, No. 1, Vol.9 , Januari 2007, Hal : 21-31. Diakses pada tanggal 31 november 2016.

13. Pinggian Dornaria. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Angkut Sampah Di Kota Manado. 2016

14. Dauly Fristiyan Ahmad. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi Di Proyek Tiffany Aparatemen Kemang Jakarta Selatan. 2010

15. Kusuma Aditya Rendra. Analisis Risiko Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Dipo Loc PT KAI DAOP 4 Semarang. 2014

16. Hudori Muhamad. Analisis Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja dan Kerugian Yang Timbul Akibat Jam Kerja Yang Hilang; Jurnal Sistem Teknik Industri vol.7, No.4, Januari. 2006.

(18)

17. Swaputri Eka. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Di PT Jamu Air Mancur.

2009

18. Sutanto Hardi. Analisis Faktor Faktor Penyebab Kecelakan Kerja Pada Pembangunan Gedung Perkantoran Dan Perkuliahan TahapII Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.2010

19. Erwin Wahyu Prtama. Hubungan Antara Prilaku Pekerja Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi PT Linggarjati Mahardika Mulia Di Pacitan Tahun 2015.

20. Asawadi. Ananlisis Faktor Faktor Yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Bagian Drilling Di PT Sari Pari Pertiwi Abadi Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.2012

21. Nugrahaeni Rini. Analisis Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT APAC INTI CORPORA ; Jurnal Studi Manajemen Dan Organisasi Vol. 10, No.2, Juli, Thn 2013, hal.160-166.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu atau lebih tepatnya disebut penge- tahuan dalam teks SSBM diinisiasi secara sepihak oleh si penulis naskah sebagai ilmu warisan dari Nabi Kilir (baca: Khidhr as).

[r]

T{ant}a>wi> melihat teks ayat ini, tidak seperti al-’Asma>wi> yang ‘meng abaikan’ penafsiran teks sebelum dan sesudahnya, sejatinya ter fokus ( mah all al-sha } >

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng

Modal pada sektor lebih dipertimbangkan sebagai kendala untuk pemilihan saham daripada kelayakan dan keamanan.Untuk dapat meminimalkan risiko dalam berinvestasi,

semua elemen yang dibutuhkan seperti gambar, teks dan icon. –

Seluruh pihak independen anggota komite pemantau risiko tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan atau hubungan keluarga dengan dewan

Perubahan persepsi terhadap warna maskulin menyebabkan warna pink kehilangan bentuk pemaknaan, selain disebabkan dominasi warna baru maskulin, terdapat pengaruh yang kuat dari