• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

2.1 Tipografi

Pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat makna tipografi semakin meluas. Menurut Rustan (2001:16) tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan dengan huruf. Tipografi merupakan media yang membawa manusia mengalami perkembangan dalam cara berkomunikasi. Komunikasi yang berakar dari simbol-simbol yang menggambarkan sebuah objek (pictograph), berkembang menjadi simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta konsep abstrak yang lain (ideograph). Kemudian berkembang menjadi bahasa tulis yang dapat dibunyikan dan memiliki arti (phonograph-setiap tanda atau huruf menandakan bunyi).

Huruf menjadi sesuatu yang memiliki makna ganda, huruf dapat menjadi sesuatu yang dapat dilihat (bentuk/rupa huruf) dan dapat menjadi sesuatu yang dapat dibaca (kata/kalimat). Selain itu huruf memiliki makna yang tersurat (pesan/gagasan) dan makna yang tersirat (kesan).

2.1.1 Sejarah Tipografi

Pada tahun 25.00 SM manusia gua mulai membuat ukiran/ rock engraving dan gambar / cave painting pada dinding gua. Itu juga adalah awal mula pictogram (suatu gambar untuk menerangkan sebuah objek, seperti orang, tempat, dan benda - benda).

Orang-orang Mesir mulai mengembangkan hieroglyph sekitar tahun 300 S.M.

Pada awalnya hieroglyph bersifat pictogram, lama-lama berkembang menjadi kombinasi yang kompleks dari pictogram, ideogram (simbol yang menerangkan pemikiran / gagasan abstrak) dan phonogram (simbol yang mewakili bunyi tertentu). Sistem tulisan pertama di percaya para ahli mulai ada sejak 3200 S.M. di Moesopotamia. Tulisan ini di ciptakan oleh orang-orang Sumeria yang di kenal dengan sistem tulisan cuneiform.

(2)

Sekitar tahun 1800 S.M. muncul kaligrafi Cina yang pertama. Berupa pictograph, dan ideograph yang di toreh pada tulang atau di tulis pada suatu benda. Sistem tulisan makin lama makin bertambah canggih dan kompleks.

Orang-orang Phoenicia menyederhanakan dan membaku kan alfabet dengan hanya menggunakan 22 karakter. Karena bangsa ini adalah pedagang dan pelaut, segera sistem tulisan itu menyebar luas di sekitar laut Mediterania pada sekitar tahun 1500 S.M.

Bangsa Yunani kurang lebih tahun 800 S.M. mulai mengadopsi alfabet Phoenician untuk digunakan dalam sistem tulisanya sendiri. Lima konsonanya diubah menjadi huruf hidup : alpha, epsilon, iota, omicron, upsilon (huruf a, i, u, e, o pada alfabet latin jaman sekarang).

Muncul huruf baru Yunani, yaitu uncial pada sekitar tahun 300. Uncial lebih mudah dan lebih cepat ditulis, karena stroke-nya lebih sedikit dan bentuknya lebih membulat dibanding huruf Yunani awal.

Bangsa Romawi menyerbu Yunani tahun 165 S.M. Seluruh artefak budaya, seni, filsafat, sistem pemerintahan Yunani di pelajari dan diadaptasi oleh kaisaran Romawi. Alfabet latin yang kita gunakan sekarang adalah berasal dari adaptasi ini. Pada abad pertengahan sekitar tahin 500-700, cikal bakal campuran huruf besar dan huruf kecil dalam teks. Pada tahun 1200 an Black letter mulai muncul sebagai cara untuk menghemat media tulis. Bentuk hurufnya sempit, tingi-tingi, berkesan berat, kaku, bersegi-segi. Makin sempit bentuk huruf, makin ekonomis.

Di Italia dan eropa bagian selatan pada abad 14 muncul white letter yang bentuknya bertolak blakang dengan black letter, Huruf ini berkesan ringan, lebih bulat-bulat, dan ornamenya sedikit.

semenjak itu tipografi mualai berkembang seperti munculnya huruf-huruf baru seperti humanist yang di ciptakan Nicolas Jenson tahun 1470, gaya old style pada tahun 1500-an, italic muncul sekitar tahun 1500 oleh Francesco griffo, sans serif pada tahun 1816 oleh William Caslon, Times New Roman diciptakan oleh Stanley Morison di London pada tahun 1932.

(3)

9 2.1.2 Permulaan munculnya Alfabet

Manusia berkembang begitu pula dengan komunikasi mereka sehari-hari.

Mereka memerlukan bahasa tulis yang lebih kompleks lagi agar bisa menggambarkan ide-ide yang ada di benak mereka. Pada tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Mesir menemukan alat tulis yaitu alang-alang dan papyrus sebagai tempat untuk menulis. Hal ini memberikan kontribusi yang sangat besar sebagai titik awal dari bentuk huruf yang akan terus berkembang dan berubah. Mesir sendiri memiliki huruf yang dikenal dengan Hieroglyph/Hieratic Script.

Dari simbol-simbol tipografi lambat laun berubah menjadi huruf-huruf yang di sebut Alfabet. Pada tahun 1500 sebelum masehi berbagai teori mengenai awal mula perkembangan alfabet telah dikemukakan dan semua teori itu berasal dari penemuan yang besar dari peradaban bangsa-bangsa. Alfabet merupakan sistem penulisan dengan satu bentuk visual yang unuk (huruf), setiap konsonan dan vikal dapat dikombinasikan menjadi bentuk unit visual (kata) yang dapat mereprestasikan sebuah bahasa. Yunani mulai mengembangkan penulisan alfabet tersebut. Barulah ketika alfabet tersebut samapai ke tangan bangsa Romawi, mereka memberikan perubahan dan kontribusi terbesar dalam sejarah perkembangan tipografi. Pada masa itu bangsa Romawi mengembangjan sistem penulisan huruf kapital, Huruf kecil, serta perkembangan bentuk-bentuk huruf dari bagian stroke yang bervariasi yang merupakan ciri fisik dari huruf-huruf Roman Script dan terus berkembang hingga sekarang.

2.1.3 Penemuan mesin cetak

Penemuan mesin cetak dengan sistem movable type pada tahun 1450 oleh johann Gensfleisch zum Gutenberg dari Jerman, telah membawa banyak perubahan yang pesat dalam sejarah tipografi, terutama dalam teknik pencetakan, pengukuran, serta produksi.

(4)

Gb.2.1.Johann Gensfleisch zum Gutenberg Sumber:Huruf Font Tipografi, 2011:17

Gb.2.2.Mesin cetak

Sumber:Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:06

Melalui sistem dan subsistem yang kompleks, Johann Gutenberg mengembangkan teknik cetak yang di buat di atas permukaan bahan metal yang diukir (engraving).

Setiap huruf, angka, tanda baca, serta ruang vertikal dan horisontal yang terdapat

(5)

11 di antara huruf-huruf di bentuk satu per satu. Guna mencapai akurasi serta mempercepat proses kerja pada saat pencetakan di atas kertas, Gutenberg memerlukan hapir 50.000 blok metal yang terdiri dari berbagai macam jenis huruf (metal type ). Sebelum melakukan pencetakan, setiap blok metal tersebut disusun satu per satu di atas sebuah wadah yang menjadi bagian permukaan cetak, yang mana cara ini disebut sebagai typecasting. Blok-blok huruf yang digunakan dapat dipindah-pindah atau diubah susunanya sesuai dengan kebutuhan dari naskah yang akan di cetak.

Pencetakan dengan movable type di gunakan hampir selama 400 tahun dengan berbagai macam penyempurnaan terhadap sistem yang telah diciptakan oleh Johann Gutenberg. Pada tahun 1886, Ottmar Mergenthaler, dari Jerman menemukan mesin typecasting yang cara kerjanya adalah dengan memasangkan sejumlah huruf yang disusun per baris (linecasting). Mesin temuan Mergenthaler ini desebut dengan Linotype, yang berasal dari kata 'Line of type' . Mesin teknologi cetak tinggi ini masih digunakan sampai saat ini. Selain Linotype, juga ada mesin-mesin typecasting yang lain seperti Monotype (cara kerjanya dengan menyusun huruf satu per satu).

2.2 Jenis Huruf

Jadi setiap huruf memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dapat disebut nama-nama yang terdapat dalam abjad. Huruf tersebut baru bunyi setelah disusun sesuai dengan keinginan seseorang menjadi kata atau kalimat.Pada umumnya setiap huruf terdiri dari huruf besar dan kecil dan huruf ini juga terbagi menjadi tiga kelompok bentuk yaitu :

1. Huruf kait (serif),

2. Huruf tidak berkait (sanserif), 3. Huruf latin (script).

4. Huruf kaligrafi (calligraphy)

(6)

Gb.2.3.Serif dan San Serif Sumber: www.myfonts.com

Serif memiliki bentuk huruf yang memiliki tangkai besar dan kecil yang kontras.

Sanserif memiliki bentuk huruf yang tangkainya sederhana, seragam, memiliki tangkai (stroke) dan bersih.

Script memiliki bentuk huruf seperti tulisan tangan,hurufnya berhubungan, kesan mengalir, kekontrasannya antara tebal dan tipisnya tangkai sangat kecil.

Calligraphy memiliki bentuk huruf seperti tulisan tangan.

2.2.1 Menurut Kesejarahanya

Klasifikasi huruf dibuat berdasarkan atas latar belakang sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari momentum-momentum penting dalam perjalanan sejarah penciptaan dan pengembangan bentuk huruf. Walaupun saat ini lahir beragam jenis bentuk huruf, dunia tipografi sekarang masih banyak mengangkat jenis huruf-huruf lama, seperti Bodoni, Century, ataupun Garamond yang direproduksi serta dimodifikasi dengan teknologi digital.

Pengelompokan ini difungsikan untuk mengidentifikasi keberagaman font.

Dengan adanya klasifikasi ini kita akan lebih mudah untuk menggunakannya sebagai penunjang kemanfaatan tipografi dalam kehidupan sehari-hari. Klasifikasi Font dibagi menjadi 5, yaitu :

- Black Letter

Desain karakter Black Letter di buat berdasarkan bentuk dari tulisan tangan yang popular pada masanya. Biasanya huruf Black

(7)

13 letter Ditulis menggunakan pena berujung lebar sehingga mengasilkan kontras tebal dan tipis yang kuat

Gb.2.4.Black Letter Sumber:www.myfonts.com

- Humanist

Di Italia, orang tidak menggunakan typeface bergaya Black Leter, melainkan Roman/ Romawi kuno yang negative spacenya cukup banyak sehingga tulisan tampak lebih terang dan ringan, karenanya gaya Humanist mendapat julukan White Letter.

Gb.2.5.Humanist

Sumber:www.ilovetypography.com

(8)

- Old Style

Karakter-karakter pada kelompok typeface ini lebih presisi, lebih lancip, lebih kontras dan berkesan lebih ringan. Gaya Old Style mendominasi industry percetakan kurang lebih selama 200tahun.

Gb.2.6.Old Style Sumber:www.myfonts.com

- Script er cursive

Script dan cursive bentuknya di desain menyerupai tulisan tangan, ada yang seperti goresan kuas. Kalau script huruf-huruf kecilnya saling menyambunng, sedangkan cursive tidak.

Gb.2.7.Script er cursive Sumber:www.myfonts.com

(9)

15 - Transitional

Gaya transitional pertama di ciptakan sekitar tahun 1692 oleh Philip Granjean. Kelompok ini disebut transitional karena berada di antara Old Stle dan Modern.

Gb.2.8.Transitional Sumber:www.myfonts.com

- Modern

Dinamakan modern karena kemunculanya kelompok typeface ini pada akhir 17, menuju era yang di sebut Modern Age. Ciri-cirinya hampir lepas dari sifat kaligrais typeface.

Gb.2.9.Modern Sumber:www.myfonts.com

- Slab serif

Muncul sekitar abad 19, awalnya digunakan sebagai display type untuk menarik perhatian pembaca. Disebut juga Egyptian karena

(10)

bentuknya yang berkesan berat dan horizontal, mirip dengan gaya seni dan arsitektur gaya kuno.

Gb.2.10.Slab serif Sumber:www.myfonts.com

- Decorative (Display type)

Kelompok bergay display pertama muncul seitar abad 19 dan semakin banyak karena teknologi pembuatan huruf yang semakin murah. Huruf display sangat di butuhkan di dunia periklanan untuk menarik perhatian pembaca. Display type yang diprioritaskan bukan legibility nya melainkan keindahanya.

Gb.2.11.Display type Sumber:www.myfonts.com

(11)

17 2.2.2 Fungsi

Surianto Rustan (2011:52-53) mengklasifikasikan tipografi berdasarkan fungsinya sebagai berikut :

- Display type

Display type adalah semua teks yang berfungsi sebagai penarik perhatian

Gb. 2.12.Display type Sumber:www.myfonts.com

- Text type

Text type adalah teks-teks di luar display type yang fungsinya untuk di baca dengan seksama.

TEXT type

Gb.2.13.Text type

Kini banyak typeface yang khusus diciptakan sebagai display type maupun sebagai text untuk mempermudah pengguna dalam memilih sesuai kebutuhanya.

(12)

2.2.3 Karakteristik

Lebih lanjut, Rustan (2011:60) mengklasifikasikan tipografi berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut :

• Roman (huruf tegak)

Dalam merancang sebuah typeface, desainer huruf biasanya pertama-tama membuat versi roman. Karena dalam suatu layout di butuhkan berbagai macam teks.

a

Gb.2.14.Roman (Huruf Tegak)

• Italic (huruf miring)

Italic ini biasanya di gunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata. Di samping itu, huruf italic juga di pakai untuk menunjukan istilah atau kata yang berasal dari kata asing.

a

Gb.2.15.Italic (huruf miring)

• Bold (huruf tebal)

Bold, dalam bahasa indonesia yang berarti tebal, yang berfungsi memberikan cetak tebal pada sebuah kata atau kalimat yang diberikan fungsi bold ini.

a

Gb.2.16 .Bold (huruf tebal)

(13)

19 2.2.4 Menurut Sifat

Leslie Becker, (Rustan, 2011;126) mengklasifikasikan tipografi berdasarkan sifatnya sebagai berikut :

• Type as Text

Tipografi sebagai penyampai pesan sang penulisnya. Teks mendapat penanganan khusus dan memperhatikan faktor-faktor optis. Di sini legibility dan readability menjadi hal yang sangat penting.

Gb.2.17.Type as Text Sumber:google.com

• Type as Information delivery

Tipografi sebagai penyampai informasi, label, tanda pengenal, penunjuk arah.

Disini legibility dan readability menjadi hal yang sangat penting.

Gb.2.18.Type as Information delivery Sumber:www.antarafoto.com

• Type as Image

Tipografi sebagai penyampai pandangan, sikap dan ekspresi kreatif. Disini legibility dan readability tidak menjadi prioritas.

(14)

Gb.2.19.Type as Image Sumber:www.abduzeedo.com

Huruf dan gambar bisa digabungkan sehingga tercipta sebuah bentuk baru yang tak terduga sebelumnya dan tidak ada lagi batasan untuk bereksperimen.

Seperti yang diungkapkan (Rustan, 2011;142) “Pengolahan tipografi, pada kenyataannya tidak ada batasan bagi ide-ide kreatif seseorang”.

2.3 Anatomi Huruf

Seperti halnya tubuh manusia, huruf memiliki berbagai organ yang berbeda.Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan suatu identifikasi visual yang dapat membedakan antara huruf yang satu dengan huruf yang lain. Berikut ini adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf, menurut Surianto Rusta (2011:25-30):

Gb.2.20.Anatomi Huruf

Sumber:Huruf Font Tipografi, 2011:25-30

Berikut ini adalah terminology yang umum di gunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf (Sihombing,2001:13) :

(15)

21 1. Garis Dasar Bawah (Baseline), adalah sebuah garis bagian bawah atau dasar

(maya) yang arahnya horizontal menjadi batas di setiap huruf besar atau kecil 2. Garis Dasar Atas (Capline), adalah sebuah garis bagian teratas atau dasar atas

(maya) yang arahnya juga horizontal menjadi batas di setiap huruf besar atau kecil.

3. Tinggi Huruf Kecil (X-Height) adalah Jarak ketinggian dari garis dasar (baseline) sampai garis dasar atas huruf kecil (meanline), dengan kata lain tinggi huruf kecil.

4. Tangkai Atas Huruf Kecil (ascender) adalah tangkai pada bagian huruf kecil yang posisinya mengarah keatas.

5. Tangkai Bawah Huruf Kecil (descender) adalah tangkai pada bagian huruf kecil yang posisinya mengarah kebawah.

6. Tangkai Huruf Kecil (stroke) adalah tangkai pada bagian huruf yang mengarahnya tegak maupun miring.

7. Upper case adalah Semua huruf besar 8. Lower case adalah Semua huruf kecil.

9. Meanline adalah Sebuah garis maya lurus horisontal yang menjadi batas dari bagian teratas dari setiap huruf kecil.

10. Counter adalah Ruang kosong yang berada pada bagian dalam setiap huruf.

11. Stem adalah Batang vertikal yang terdapat pada huruf kecil ataupun huruf besar yang pada bagian ujungnya dapat ditemukan beberapa akhir garis penutup yang disebut terminal.

Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (stroke) yang terbagi menjadi dua yaitu garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder ( secondary stroke)

2.4 Type Format

Dengan pesatnya pekembangan teknologi dalam dunia percetakan digital dan komunikasi digital, dunia teknologi font telah melakukan langkah yang besar dengan bermunculannya desain-desain huruf yang inovatif dan telah memperkaya dunia desain komunikasi visual. Diperjalanan awal dari teknologi font digital, font didesain dengan ukuran yang pasti seperti 9, 10, 12, 14, 18 dan 24 pt dengan

(16)

menggunakan standar bitmap layar komputer sehingga memiliki kelemahan ketika font harus diperbesar atau diperkecil. Akan tetapi kini dengan kehadiran teknologi vektor dan antialiasing teknologi font terus berkembang dengan meninggalkan teknologi bitmap.

• Postscript

Type ini memiliki dua bagian, satu set type bitmap berukuran pasti dan font berbasis postscript yang akan memberikan informasi outline dari bentuk type tersebut.

Gb.2.21.Format Postscript Sumber:http://www.opentype.info

• Truetype

Truetype adalah font berbasis informasi outline juga dan format vektor nya bisa di skala sesuai kebutuhan ukuran dengan akurasi yang tinggi. Font TrueType dapat diperbesar ukurannya dan jelas dibaca dalam semua ukuran.

(17)

23

Gb.2.22.Format Truetype Sumber:http://www.opentype.info

• Opentype

OpenType adalah cross-platform yang kompatibel sehingga mudah untuk berbagi file di sistem operasi. Font manajemen ini lebih sederhana karena hanya ada satu file yang terlibat. Sebuah file font OpenType berisi semua outline, data metrik dan bitmap dalam satu file.

Gb.2.23 Format opentype Sumber:http://www.opentype.info

(18)

2.5 Sistem Pengukuran dalam tipografi

Typographer perlu mempelajari pengukuran elemen-elemen tipografi supaya hasil karya yang dihasilkan nyaman di baca dan pesan dapat tersampaikan dengan baik, selayaknya baju yang pas di tubuh, nyaman di pakai dan enak dilihat. Hanya ada sedikit perbedaan, apabila penjahit cukup menggunakan sentimeter untuk mengukur berbagai macam anggota tubuh, dalam tipografi kita menggunakan beberapa satuan yang masing-masing khusus untuk mengukur elemen tertentu saja, yaitu:

• Pica untuk panjang baris teks.

• Point untuk tinggi huruf, jarak antar baris/ leading, baris, border.

• Em untuk jarak antar kata, indent dan dash.

• Unit adalah satuan terkecil, untuk lebar huruf, jarak antar huruf (tracking dan kerning).

• Line spacing adalah jarak antar baris

• X-height adalah yaitu jarak antara garis meanline dan baseline

Gb.2.24 .X-height

Perhitungan unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan teknologi phototypesetting dan digital composition – teknologi yang digunakan untuk pengetikan dan pencetakan huruf agar dapat mendapatkan hasil cetak yang tajam dan presisi. Pada tahun 1737, Pierre Fournier, seorang pembuat huruf (type founder) dari Paris menemukan sistem pengukuran huruf dalam satuan point.

Sistem pengukuran huruf yang lain diperkenalkan 40 tahun kemudian oleh Francois Ambroise Didot dari Perancis. Acuan yang dipakai sekarang adalah sistem Anglo-Saxon dengan perhitungan 72 pt setara dengan 1 inch atau 2,539 cm. Sistem pengukuran tipografi tersebut berawal dari teknik cetak movable type

(19)

25 yang pada perkembangan berikutnya diciptakan standarisasi pengukuran dan satuannya.

2.6 Prinsip Dasar Tipografi

Dalam suatu karya desain, semua elemen yang ada pada void (ruang tempat elemen-elemen desain disusun) saling berkaitan. Tipografi sebagai salah satu elemen desain juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen desain yang lain, serta dapat mempengaruhi keberhasilan suatu karya desain secara keseluruhan.

Penggunaan tipografi dalam desain komunikasi visual disebut dengan desain tipografi. Tulisan tangan adalah sederetan tanda-tanda yang mempunyai arti dan dibuat dengan tangan. Komponen dasar daripada tipografi adalah huruf (letterform), yang berkembang dari tulisan tangan (handwriting). Berdasarkan ini, maka dapat disimpulkan bahwa tipografi adalah sekumpulan tanda-tanda yang mempunyai arti.

Penggunaan tanda-tanda tersebut baru dapat dikatakan sebagai desain tipografi apabila digunakan dengan mempertimbangkan graphic clarity dan prinsip-prinsip tipografi yang ada. Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu legibility, clarity, visibility, dan readibility. Legibility adalah kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca.

Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik. Selain itu, penggunaan huruf yang mempunyai karakter yang sama dalam suatu kata dapat juga menyebabkan kata tersebut tidak terbaca dengan tepat, seperti contoh di bawah ini.

(20)

Gb.2.25.Legibility

Sumber:Typographic Form: Form and Communication;2012;77

Apabila menggunakan copping, bagian atas daripada huruf lebih dapat terbaca daripada bagian atasnya.

Readibility adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf.

Jarak antar huruf tersebut tidak dapat diukur secara matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidak tepatan menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan yang membuat informasi yang disampaikan pada suatu desain komunikasi visual terkesan kurang jelas. Huruf- huruf yang digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila pembaca merasa cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan lancar, maka teks tersebut dapat dikatakan tidak readible.

Pada papan iklan, penggunaan spasi yang kurang tepat sehingga mengurangi kemudahan pengamat dalam membaca informasi dapat mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak seluruhnya ditangkap oleh pengamat.

Apabila hal ini terjadi, maka dapat dikatakan bahwa karya desain komunikasi visual tersebut gagal karena kurang komunikatif. Kerapatan dan kerenggangan teks dalam suatu desain juga dapat mempengaruhi keseimbangan desain. Teks yang spasinya sangat rapat akan terasa menguasai bidang void dalam suatu bentuk, sedangkan teks yang berjarak sangat jauh akan terasa lebih seperti tekstur.

(21)

27 Prinsip yang ketiga adalah Visibility. Yang dimaksud dengan visibility adalah kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain komunikasi visual dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Fonts yang kita gunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang kita gunakan untuk papan iklan. Papan iklan harus menggunakan fonts yang cukup besar sehingga dapat terbaca dari jarak yang tertentu.

Setiap karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan

dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik.

Prinsip pokok yang terakhir adalah clarity, yaitu kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamat yang dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, visual hierarchy, warna, pemilihan type, dan lain-lain.

Keempat prinsip pokok daripada desain tipografi tersebut di atas mempunyai tujuan utama untuk memastkan agar informasi yang ingin disampaikan oleh suatu karya desain komunikasi visual dapat tersampaiakn dengan tepat. Penyampaian informasi tidak hanya merupakan satu-satunya peran dan digunakannya desain tipografi dalam desain komunikasi visual.

Sebagai seuatu elemen desain, desain tipografi dapat juga membawa emosi atau berekspressi, menunjukan pergerakan elemen dalam suatu desain, dan memperkuat arah daripada suatu karya desain seperti juga desain-desain elemen yang lain. Maka dari itu, banyak kita temui desain komunikasi visual yang hanya menggunakan tipografi sebagai elemen utamanya, tanpa objek gambar.

2.7 Gestalt

Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf 'm' dengan 'p' atau 'c' dengan 'Q'. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari

(22)

Jerman dan Australia pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang di kenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada 'pattern seeking' dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gambar dapat di analisis dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau membaca sebuah gambar di perlukan adanya kontras antara ruang positif yang di sebut dengan figure dan ruang negatif yang di sebut dengan ground.

Gb.2.26.figure and ground

sumber: tipografi dalam dunia desain,2001;12

Berikut beberapa penerapan prinsip persepsi visual dari teori Gestalt sebagai acuan serta beberapa contoh rancangan yang dapat memperjelas gambaran- gambaran terhadap penerapan dari teori tersebut (Sihombing, 2001:81).

• Similarity

Objek yang sama akan terlihat secara bersamaan sebagai kelompok.

Hal ini dapat ditentukan lewat bentuk, warna, arah dan ukuran.

Gb.2.27.Similarity

Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81

a

Ground Figure

(23)

29

• Continuation

Penataan visual yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu.

Gb.2.28.Continuation

Sumber :Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81

• Proximity

Sebuah kesatuan atau pengelompokan yang terbentuk karena adanya korelasi antara elemen-elemen yang saling berdekatan.

Gb.2.29.Proximity

Sumber:Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81

• Closure

Bentuk yang tertutup atau menyambung terlihat lebih stabil.

Gb.2.30.Closure

Sumber:Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001:81

(24)

2.8 BATIK

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal, yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literature Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.

Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.

Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

2.8.1 Sejarah Batik di Surabaya

Batik Surabaya Tidak seperti daerah lain yang bisa ditelusuri jejak sejarah perkembangan batiknya. Batik Surabaya agak susah karena memang dulunya adalah daerah transit untuk perdagangan. Sekilas, batik Surabaya memang tidak

(25)

31 berbeda dengan batik kebanyakan seperti batik Madura atau Batik Kenongo asal Sidoarjo.

Namun, jika diamati secara detail maka akan tampak perbedaannya.

Desain batik khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat. Batik surabaya memiliki ciri khas seperti, motif Kembang Semanggi, Ayam Jago dalam legenda Sawunggaling, perahu khas Surabaya, serta ikan Sura dan Buaya.

2.8.2 Jenis Batik Berdasarkan Tekniknya

• Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut : a) Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik

menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

b) Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

c) Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

2.8.3 Motif Batik di Surabaya

Surabaya juga memiliki batik dengan motif yang khas. Desain batik khas Surabaya memiliki konsep warna yang cukup kuat dan berani. Menurut masyarakat, batik Surabaya memiliki motif yang menggambarkan orang Surabaya yang berani dan kuat. Banyak juga batik Surabaya yang sudah teralkuturasi oleh nuansa-nuansa pecinan.

• Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Surabaya sampai saat ini adalah sebagai berikut :

a) Motif semanggi:

Dimana semanggi merupakan makanan khas Surabaya yang keberadaannya kini mulai punah. Menurut Putu, semanggi yang berwarna hijau cerah akan sangat cocok jika dipadukan dengan warna-warna cerah lain seperti merah, biru dan hijau.

(26)

Gb.2.31.Motif Semanggi Sumber:http://fitinline.com

b) Motif Cheng Ho:

Terinspirasi kapal yang digunakan Laksamana Chengho yang pernah mampir di sungai Kalimas Surabaya.

Gambar 2.32.Motif Cheng Ho Sumber:http://indo-art.com

c) Motif Sawunggaling:

Motif ini berasal dari kisah Joko Berek yang suka adu ayam. Joko Berek sendiri adalah nama asli Sawunggaling. Motif ini memang tidak menggambarkan Sawunggaling atau Joko Berek di dalam motif batiknya, namun hanya mengambil ayam jagonya saja. Sebagai gambaran kota

(27)

33 modern yang prural, warna-warna modern seperti ungu, Osaka atau warna-warna lain yang jarang ada di pasaran banyak menjadi primadona.

Gb.2.33.Motif Sawunggaling Sumber: http://fitinline.com

d) Batik Mangrove:

Munculnya batik ini berawal dari keprihatinan Lulut Sri Yuliani, salah satu warga di Wisma Kedung Asem Indah J 28 Surabaya atas rusaknya lingkungan yang ada di kawasan konservasi pantai Timur Surabaya. Dimana, banyak sekali tanaman Mangrove yang ditebang secara liar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Selain merusak lingkungan, banyak satwa yang terancam dan bahkan sering terjadi abrasi dan erosi di sekitar pantai. Karena itulah, Lulut yang juga kordinator batik SeRU (Seni batik Mangrove Rungkut) dan aktivis lingkungan melakukan upaya pencegahan dengan membuat batik mangrove. Ini merupakan kampanye yang paling efektif untuk mengajak masyarakat peduli lingkungan, terutama banyaknya mangrove yang rusak melalui seni membatik.

Batik mangrove yang sudah pernah dipamerkan antara lain motif aegieeras comiculatum, a. floridum, avieennia alba, bruguiera cylindrical, lummitzera racemaso, acanthus ilicifolius, xycarpus granatum, motif ecositem mangrove dan sebagainya. Desain batik mangrove sendiri murni mengadopsi jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar pantai

(28)

Wonorejo. Warna yang dipilih adalah warna-warna cerah. Meski ada pengaruh dari batik Madura, namun batik mangrove punya kekhasan sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam bentuk batik tulis, bukan cetak.

Gb 2.34.Motif batik mangrove Sumber : Dokumentasi foto pribadi

2.9 Studi Komparator

a) Typeface Motif Batik Parang Curiga

Penggabungan Typeface dengan elemen yang terdapat dalam batik Parang Curiga. Motif Batik Parang Curiga adalah salah satu motif yang termasuk pola geometrik-parang. Ciri khas dari pola ini adalah ragam hias yang disusun sejajar dengan sudut 45o. Kemudian selalu ada ragam hias berbentuk belah ketupat yang juga sejajar dengan ragam hias utama pola parang. Ragam hias ini disebut sebagai mlinjon.

(29)

35

Gb.2.35.Typeface Motif Batik Parang Curiga Sumber: dgi-indonesia.com

- Kelebihan

• Menggunakan batik sebagai acuan typefacenya. Secara tidak langsung dapat mempromosikan Motif Batik Parang Curiga kepada masyarakat luas.

• Termasuk typeface yang reability atau mudah di baca

- Kekurangan

• Beberapa karakter dalam typeface di atas perlu mendapat perhatian karena rendah legibility-nya contoh: huruf q, g dan a.

b) Typeface Nusantara-Garutan Adiwijaya

Typeface yang berlatarbelakang elemen-elemen yang terdapat dalam batik Garut

(30)

Gb.2.36.Typeface Nusantara-Garutan Adiwijaya, sumber: dgi-indonesia.com

- Kelebihan

• Termasuk typeface yang reability atau mudah di baca

• Jenis dekoratif / display seperti di atas sangat menarik perhatian pembaca dan di gunakan dalam ukuran yang cukup besar karena legibility memang bukan prioritasnya.

- Kekurangan

• Kurang meng eksplor untuk lowercase, tidak terlihat kalau itu menggunakan motif batik.

2.9.1 Studi Kompetitor a) A-Z of Archipelago

Gb.2.37.A-Z of Archipelago Sumber : dgi-indonesia.com

Font "A-Z of Archipelago" adalah font dekoratif berlatarbelakang warisan budaya Indonesia yang diciptakan oleh desainer Hermawan Tanzil dan kawan-

(31)

37 kawannya di LeBoYe. Dibutuhkan lebih dari 10 tahun lamanya untuk mempersiapkan desain font ini, mulai dari riset hingga eksperiman desain yang tak terhitung jumlahnya.

(32)

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1. Definisi operasional judul Typeface

typeface adalah karakter-karakter yang di desain khusus untuk di gunakan bersama-sama. Istilah typeface lebih mengarah pada bentuk atau desain huruf yang di gunakan (Rustan, 2010:18).

Motif Batik Eco Mangrove

Batik mangrove sendiri murni mengadopsi jenis-jenis mangrove yang hidup di rawa-rawa sekitar pantai Wonorejo. Meski ada pengaruh dari batik Madura, namun batik mangrove punya kekhasan sulur-sulur mangrovenya dan selalu dalam bentuk batik tulis, bukan cetak. Desain batik mangrove khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat.

Sedangkan Motif Eco Mangrove adalah motif batik mangrove yang paling menonjol dari semua motif batik mangrove. Motif Ecosistem ini memiliki semua unsur dari ecosistem yang berada di hutan mangrove, seperti akar pohon mangrove, daun mangrove, dan batang pohon mangrove.

3.2 Teknik Pengumpulan data 3.2.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survey lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung (Sugiyono, 2008:137). Data premier dalam bab ini meliputi:

• observasi:

Metode Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tertentu (Kriyantono 2008:106). Onbservasi di lakukan

(33)

39 dengan cara mengamati objek secara langsung. Dalam hal ini, objek yang di amati adalah Intan Aulia mahasiswa yang suka dengan hasil Batik mangrove karya Ibu Lulut di JL.Rungkut Mapan no. 29 Surabaya dan tempat pembuatan batik mangrove di JL. Wisma Kedung Asem Indah J-29 Surabaya.

• Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset seseorang yang berharap mendapatkan informasi, dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang sesuatu objek (Kriyantono,2000:111). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara di lakukan secara tidak langsung dengan di berikan pertanyaan tentang perkembangan typeface yang berlatar belakang kesenian khas Indonesia secara detail kepada Surianto Rustan, S.Sn. melalui email dan wawancara dengan Bapak Widji selaku bagian promosi di Dinas kebudayaan dan Pariwisata mengenai perkembangan batik di surabaya terutama batik mangrove .

• Dokumentasi

Dokumentasi adalah pencatatan suatu peristiwa dan pemikiran terhadap suatu peristiwa yang di tulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merumuskan keterangan mengenai peristiwa tersebut (Winamo Surahman 1982:125). Dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa metode dokumentasi adalah merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan jalan melihatdata-data tersebut berupa catatan-catatan perist iwa atau tentang suatu kejadian yang perlu disimpan dan sebagai alat bukti bila sewaktu - waktu dibutuhkan. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data berupa foto atau gambar yang terkait dengan motif batik mangrove secara langsung ataupun tidak langsung.

Dokumentasi secara langsung dapat dilaksanakan dengan cara mengambil objek secara langsung, sedangkan dokumentasi secara tidak langsung

(34)

dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang terkait dengan motif batik mangrove.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari buku literature, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi bersangkutan atau media lain (Sugiyono 2005 : 62). Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data mengenai topik penelitian. Data sekunder yang di maksud adalah metode kepustakaan.

• Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan adalah kegiatan membaca buku yang relevan merupakan bagian utama dan mutlak yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Hal ini berkaitan dengan kajian teori dan tinjauan pustaka yang memunculkan gagasan dan melandasi dilakukannya penelitian. Kajian teori dan temuan bahan penelitian lain berguna sebagai acuan dan landasan teori ilmiah untuk menunjukkan ketepatan pilihan suatu tindakan yang akan diberikan (Susilo, 2007:11-12). Perancangan ini menggunakan metode kepustakaan untuk mengumpulkan data melalui sumber buku yang telah dikaji oleh penulis, tentunya memiliki kaitan yang erat dengan permasalahan yang diangkat untuk menunjang dan memperkuat hasil perancangan. Pengumpulan data berupa buku, majalah, dan artikel di intenet yang terkait dengan pembutan typeface batik mangrove yang sesuai dengan disiplin ilmu desain komunikasi visual sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

(35)

41 3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis TOWS Matrik

Strength (S)

• Belum adanya typeface khas Surabaya

• typeface mampu atau bisa di rancang dengan berbagai konsep

Weakness (W)

• Tidak banyak orang yang tertarik

• Belum mempunyai identitas yang kuat

Opportunity (O)

• Dapat di upload dan di download secara berbayar

Strength Opportunity ( S.O.)

• Typeface pertama yang menggunakan motif batik mangrove khas Surabaya

Weakness Opportunity (W.O.)

• Membutuhkan riset yang panjang agar bisa menjadi typeface yang bagus

Threat (T)

• Mayoritas orang kurang perduli dengan typeface

Strength Threat (S.T.)

• Typeface Sebagai media promosi untuk mengenalkan batik mangrove sebagai kesenian khas Surabaya dan membuat batik ini memiliki identitas di masyarakat

Weakness Threat (W.T.)

• Mempromosikanya agar semua masyarakat mengerti akan typeface ini

3.3.2 Analisis 5W +1H

Perancangan typeface eco mangrove supaya tepat mengenai sasaran dan berhasil mengambil hati masyarakat tentang kesenian batik khas Surabaya ini.

Analisa data yang digunakan adalah analisis 5W+1H. Dengan analisis 5W+1H (what , where, when, why, who, dan how), akan menjadi acuan dalam Perancangan typeface eco mangrove yang selalu mengacu pada target audience yang dituju.

Tabel 3.1 Analisis TOWS Matrik

(36)

1. What (apa): Apa yang ingin disampaikan dalam typeface?

Pesan dari perancangan typeface eco mangrove adalah ingin mengenalkan kesenian batik khas Surabaya kepada masyarakat agar keberadaanya tidak hilang begitu saja. Target audience dapat lebih mengenal batik mangrove khas Surabaya serta bangga terhadap kesenian batik kota Surabaya.

2. Where (dimana): Dimana typeface tersebut akan di jual?

Menurut hasil wawancara dari pihak stakeholder yaitu Bu Lulut selaku pengrajin Batik Mangrove, pihak stakeholder tertarik akan perancangan typeface tersebut, karena secara tidak langsung dapat mempromosikan batik buatanya kepada masyarakat. Typeface tersebut juga merupakan typeface nusantara yang memang unik asli Indonesia.

3. When (kapan): Kapan typeface tersebut akan di sebar luaskan?

Media yang dirancang harus memperhatikan kapan media tersebut akan dikeluarkan atau disebarluaskan kepada khalayak banyak. Jadi penyebaran media tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing media supaya media yang dibuat tepat mengenai sasaran yang dituju. Sehingga segala pesan yang ingin disampaikan langsung diterima oleh sasaran (masyarakat). Dalam hal ini waktu penyebaran media disesuaikan dengan program yang ada pada stakeholder yaitu Bu Lulut selaku pengrajin Batik Mangrove Surabaya.

Karena audiens khususnya adalah konsumen dari Bu Lulut.

4. Why (kenapa): Kenapa diperlukannya typeface tersebut?

Berdasarkan target audience agar pesan dalam perancangan typeface eco mangrove ini tersampaikan lebih efektif dan pada akhirnya target audience akan melakukan action, seperti pada langkah-langkah berikut ini yang mengikut i teori AIDA.

(37)

43 - A = Attention (perhatian)

Typeface yang dibuat dapat menarik perhatian target audience terhadap isi pesan yang ingin disampaikan, pemilihan media,motif atau ornamen yang akan di gambungkan, ilustrasi, gaya gambar, dan warna memegang peranan penting. Attention dilakukan untuk menggugah ketidaksadaran target audience terhadap bangga akan kesenian batik kota Surabaya.

- I = Interest (Berminat)

Target audience memahami pesan lebih mendalam, misalnya pada saat melihat typeface, ia mendapatkatkan pesan yang terkandung dalam typeface tersebut. Dengan memiliki keinginan memahami pesan lebih mendalam, diharapkan dapat membangun kesadaran (awareness) target audience, terhadap batik mangrove khas Surabaya. Melalui typeface target audiens lebih mengenal dan menyukai tentang batik mangrove khas Surabaya

- D = Desire (Memiliki hasrat atau keinginan)

Setelah memahami pesan, ia mulai tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi, misalnya dengan mencari informasi lebih lanjut, melakuka n perbandingan dengan typeface yang lain. Dalam hal ini, menggugah target audience untuk memiliki keinginan mengetahui dan mengenal pesan dari typeface lebih lanjut melalui pihak stakeholeder terkait.

- A = Action ( Melakukan Aksi)

Pada fase ini target audience mulai tertarik dengan typeface batik mangrove dan mulai sadar akan pentingnya keindahan yang di miliki batik tersebut. Serta kesadaran target audiens untuk lebih mengenal motif-motif batik mangrove yang lain .

5. (siapa): Siapa target audience yang akan dituju?

Tujuan pemilihan Who sasaran adalah untuk menentukan target audiens yang menjadi prioritas. Target premier yang dituju adalah konsumen dari Bu Lulut, dan target sekundernya adalah masyarakat kota Surabaya . Jadi sasaran yang dituju bukan semua masyarakat, melainkan difokuskan pada konsumen

(38)

dari Bu Lulut. Sesuai keadaan dilapangan, konsumen dari Bu Lulut yang dominan menyukai Batik Mangrove. Tugas dari perancang adalah mempromosikan typeface yang sudah jadi agar dapat digunakan oleh masyarakat dan secara tidak langsung dapat mempromosikan Batik Mangrove kepada target audiens. Berikut merupakan penetapan segmentasi target audiens yaitu:

Geografis

Segmentasi geografis merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis berbeda, misalnya wilayah, negara, negara bagian, propinsi, kota, dan kepulauan (Suyanto, 2004:2). Berdasarkan geografis sasaran yang diinginkan adalah seluruh daerah kota Surabaya. Jadi jangkauan hanya terbatas pada wilayah kota Surabaya.

Demografis

Segmentasi demografis adalah pasar dikelompokkan berdasarkan variabel- variabel pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, jumlah penduduk, usia ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pekerjaan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial (Suyanto, 2004:3). Berdasarkan demografi sasaran yang diinginkan adalah Target premier yang dituju adalah konsumen dari Ibu Lulut, dan target sekundernya adalah masyarakat yang senang mempelajari sesuatu, rajin meng up-date aneka ragam batik, mencintai kesenian terutama kecintaan terhadap batik , tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan cetak mencetak. Laki-laki maupun perempuan dengan pendidikan Mahasiswa dan pekerja kantor. Dengan range umur 20-40 tahun, bisa saja lebih luas tergantung dengan efektifitas media.

Psikografis

Upaya membagi pasar menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas social, gaya hidup atau karakteristik kepribadian(Kotler, 1995:11). Berdasarkan psikografis sasaran yang diinginkan target premier yang dituju adalah konsumen Ibu Lulut, dan target sekundernya adalah

(39)

45 masyarakat kota Surabaya dan yang senang mempelajari sesuatu, mencintai kesenian terutama kecintaan terhadap batik, dan tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan cetak mencetak. Karena sesuai dengan target audience.

Behaviouristis

Segmentasi behaviouristis adalah membagi sebuah pasar menjadi kelompok-kelompok menurut manfaat yang mereka cari, penggunaan volume produk, dan loyalitas merek. (Suyanto, 2004:5). Behaviouristis disini diartikan kesukaan, dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Jadi dalam media ini diharapkan mempunyai suatu daya tarik pesan yang mampu mempengaruhi, mengajak, dan membujuk masyarakat ataupun dapat mempromosikan kepada masyarakat tentang batik mangrove

6. How (bagaimana): Bagaimana merancang typeface agar lebih efektif dan efisien?

Menentukan pesan kreatif merupakan taktik dalam menyampaikan pesan supaya mudah diingat. Merancang typeface yang kreatif dan award-winning, perlu disiplin tersendiri. typeface yang menjual atau sukses harus dirancang lebih “serious” yaitu dapat dibagi menjadi 7 bagian sesuai huruf pada kata SERIOUS (Concept, Vol05 edisi30 2009 halaman 38-41), antara lain:

a. S (Single Message)

Dengan banyaknya pesan yang berebut minta perhatian, audiens akan sulit untuk mengingat semuanya. Karena itu, sangat penting memilih pesan yang ingin disampaikan. Jadi sangat penting memahami consumer insight sehingga pesan yang disampaikan dapat menggerakan khalayak sesuai isi pesan.

b. E (Entertaining)

Tugas terberat typeface adalah merebut perhatian konsumen, jadi typeface harus melakukan engagement dengan menghibur khalayak sasarannya.

Dengan senyum, simpati dapat dibangun dan relasi alias bonding antara stakeholder dan khalayaknya dapat tercapai.

(40)

c. R (Relevance)

Kunci dari kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir out of the box.

Karena kreatifitas menuntut sesuatu yang baru, segar, dan unik, yang membuat typeface cepat menarik perhatian. Relevansi menggambarkan, “How pertinent, connected, or applicable something is to a given matter”. Artinya ide kreatif tidak berdiri sendiri atau terjun bebas dari langit. Ia merupakan suatu proses pemikiran yang melibatkan harapan target audience.

d. I (Idea)

Sebuah typeface yang baik pada awalnya berakar dari sebuah ide. Tapi hanya ide besar yang bisa menarik perhatian target audience dan menghipnotis target audience. Maka dari itu, jadi sangat penting menggali ide besar, dari beberapa ide yang terlintas dalam dipikiran.

e. O (Original)

Kreatifitas memerlukan kesegaran dan keunikan, karena itu menuntut orisinalitas. typeface yang telah terlihat sebelumnya tak lagi memiliki greget dalam upaya persuasi, karena target audience akan mebandingkan dengan pendahulunya.

f. U (Unexpected)

Mungkin inilah faktor penting untuk membangkitkan daya tarik yang membuat target audience memerhatikan pesan typeface. Yaitu dengan penyampaikan pesan secara tidak terduga akan membuat target audience terpaku memerhatikan typeface tersebut.

g. S (Sells)

Typeface yang menjual dan memperoleh penghargaan bukanlah suatu dikotomi. Typeface mampu menjual karena berhasil tampil kreatif, dan sebaliknya. Jadi typeface yang berhasil tampil kreatif akan sukses menciptakan awareness, yang akan membangkitkan ketertarikan, gairah, dan akhirnya mendorong target audience untuk bertindak (action) sesuai isi dari pesan.

(41)

47 Jadi merancang typeface yang kreatif dan efesien secara serious, akan memiliki appeal yaitu membuat orang menoleh. Serta dibutuhkan kreatif dan ide besar yang diambil dari filosofi pada desainer komunikasi visual.

Dipadukan dengan motif batik mangrove dengan di padukan dengan typeface.

Sehingga tercapainya typeface yang menarik dipadukan dengan daya tarik emosional dalam pendekatan rasa penasaran, melalui gaya gambar yang disukai oleh target audience. Diharapkan menarik perhatian target audience, sehingga dapat menggugah kesadaran target audience dalam kebanggaan terhadap kesenian batik kota Surabaya .

3.4 Consumer Insight

Insight dalam konteks psikologi adalah mencari tahu secara mendalam mengenai latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perbuatan, pemikiran, dan perilaku seseorang. Dalam hal ini Consumer Insight merupakan rangkaian proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang calon konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya. Bisa juga dikatakan bagaimana komunikasi dapat menyentuh hati target audiens.

Target audiens dalam perancangan ini target premier yang dituju adalah konsumen dari Ibu Lulut, dan target sekundernya adalah masyarakat, terutama yang menyukai kesenian batik. Banyaknya masyarakat di Surabaya yang mulai meninggalkan kesenian batik kota mereka dan lebih menyukai kesenian batik milik kota lain. Padahal kota Surabaya sendiri memiliki batik yang tidak kalah bersaing dengan batik kota-kota lain yaitu batik mangrove. Batik mangrove memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat. Geografis target audience yang difokuskan ialah wilayah Surabaya, maka yang diangkat adalah typeface menggunakan motif mangrove.

Hal ini dikarenakan batik mangrove ini membutuhkan promosi salah satunya dengan membuat typeface . typeface sendiri mampu atau bisa di rancang dengan berbagai konsep.

(42)

3.5 Consumer Journey

Menurut Djito Kasilo dalam bukunya berjudul Komunikasi Cinta, Consumer Journey dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengetahui tentang target audiens dengan menapaki detik demi detik kehidupannya. Consumer insight merupakan bekal untuk membuat strategi komunikasi jadi efektif, sedangkan consumer journey akan membuat strategi tersebut bisa disampaikan secara lebih efisien.

Target primer perancangan ini adalah desainer komunikasi visual berusia 20- 40 tahun, Mahasiswa dan pekerja kantor dengan kegiatan di kampus dan aktifitas kesehariannya. Salah satu target audience adalah Intan Aulia pekerja kantor yang suka dengan hasil Batik mangrove karya Ibu Lulut di JL.Rungkut Mapan no. 29 Surabaya Ketika hari aktif :

Jam Keterangan

6.30am Bangun tidur, melihat jam, merapikan tempat tidur.

7.30 – 8.00am Mengambil handuk dan bergegas mandi 8.30 – 9.00am Sholat lalu persiapan berangkat ke kantor

9.00 – 9.10am Mengambil kunci, mengeluarkan mobil, berangkat ke kantor

9.15am Mengomentari billboard yang ada di pinggir jalan

9.45 – 10.30am Sampai di kantor, memarkir mobil, membuka HP, menuju ruang kantor, ngobrol dengan teman, buka laptop browsing internet hanya sekedar meng update berita baru.

10.45 – 13.30pm Bekerja

13.30 – 14.30pm Menikmati makan siang bersama teman – teman di kantin kantor

14.34 – 17.00pm Kembali ke ruangan dan kembali bekerja

17.15 – 18.00pm Pulang kerumah, mampir ke toko ibu Lulut hanya untuk

Tabel 3.2 Costumer journey

(43)

49 sekedar melihat desain terbaru dari bu Lulut.

18.15 – 19.30pm Sampai di rumah, menyalakan komputer untuk mengecek email

19.30 – 20.00pm Istirahat sambil nyamil makanan ringan

20.10 – 21.00pm Keluar rumah untuk mencari makan, sesampai di tempat makan, membuka Hp,cek bbm ,setelah selesai makan langsung bergegas pulang

21.15 – 24.00pm Sampai di rumah , menyalakan computer untuk update berita yang sedang tren, mengambil kertas kosong lalu dia menggambar untuk membuang kepenatanya.

01.00am Istirahat (tidur malam).

Berdasarkan cerita singkat consumer journey dari salah satu target audience yang dijabarkan diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa target audiens yang menjadi target sasaran dalam perancangan ini adalah konsumen batik mangrove khas Surabaya, hoby meng updatet desain batik dari majalah maupun internet.

3.6 Point Of Contact

Point of Contact (PoC) untuk menentukan kegiatan, waktu, tempat maupun suasana yang penuh dengan titik point.Melalui pengamatan yang jeli titik-titik point untuk melakukan kontak dengan target audience yang bisa dijadikan pedoman dalam menentukan media penyampaian pesan. Berangkat dari PoC inilah berbagai media yang sesuai dengan kehidupan target audience dapat diciptakan dan akan ditemukan berbagai media baru (unconventional media).

Dari penggalan jadwal yang dilakukan target audience sebagai dewasa muda, dapat ditemukan berbagai titik point yang sering bersinggungan dengan target audience, point ini tentunya dapat disisipi pesan promosi sebagai alat untuk menyampaikan pesan.

(44)

• Kamar Tidur: jam weaker, hand phone, sandal, keset kaki, gorden, bantal, selimut, sarung, seprai kasur, pintu kamar, kontak listrik buat lampu, pintu lemari, jendela kamar, meja komputer, sisir, cermin, gantungan baju, topi, buku, baju, komputer, mouse, mouse pad, kursi, monitor, kalender, televisi, pulpen

• Kamar mandi : pintu kamar mandi, gantungan baju, handuk, gayung, tempat sikat gigi, cermin

• Ruang makan : meja makan, kursi, lemari piring, piring, gelas, sendok, garpu, serbet, mangkok, taplak meja makan

 Pada kendaraan (motor/mobil) selama perjalanan : jok kursi, kaca bagian belakang mobil, sayap motor belakang (dibawah plat motor), helm, tembok rumah, pagar, spanduk, billboard, bis, taksi, trotoar, lampu lalu lintas, halte, jalan layang, pos polisi, billboard, spanduk, taman/lapangan kota

 Kegiatan dikampus : buku, tas, jam dinding, papan pengumuman, madding, pagar kampus, pos satpam, parkiran, pintu ruang dosen, tembok, pintu studio, lapangan , tempat duduk pinggir lapangan, jendela, meja, bangku, taplak meja, rak buku, jendela, pintu, poster, buku, papan tulis/whiteboard,laptop.

 Kantin kampus : jam dinding, tempat sampah, kaleng krupuk diatas meja, minuman (mug, gelas, cangkir), kursi dan meja kantin

 Warung makan

Meja, kursi, sendok, garpu, tissue, gelas,tempat es batu, penggorengan, tempat sampah, jam dinding, lampu, kipas angin.

(45)

51 3.6 Kerangka Berpikir

Tabel 3.3 Kerangka Berpikir

Perancangan typeface eco mangrove

Fenomena Survey Riset Pasar

batik mangrove yang tidak memiliki identitas yang kuat di masyarakat.

Padahal, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk

mempromosikan batik tersebut.

Wawancara kepada bapak widji selaku bagian promosi di Dinas

kebudayaan dan Pariwisata mengenai perkembangan batik di surabaya terutama batik mangrove .

Penyebaran Kuisioner kepada dewasa muda.

Data IDENTIFIKASI MASALAH :

masyarakat Surabaya membutuhkan typeface tentang Surabaya.

masyarakat Surabaya yang tidak mengertinya akan keberadaan Batik mangrove khas Surabaya.

Rumusan masalah Judul

Studi Literatur Studi Eksisting Studi Komparator

Analisa

Targer Audiens DEMOGRAFIS:

Demografi Target Audiens

• Unisex

• Usia 30-40 tahun

• pekerja

• Tinggal di kota Surabaya

• Kelas ekonomi menengah keatas

Analisa Keyword

Konsep Alternatif 1 Alternatif 2 final Desain

(46)

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN TYPEFACE

4.1 Sintesa

Target audiens yang menjadi target sasaran dalam perancangan ini target premier yang dituju adalah konsumen dari batik mangrove khas Surabaya, dan target sekundernya adalah masyarakat kota Surabaya. Sasaran yang dituju bukan semua masyarakat, melainkan difokuskan pada konsumen dari batik mangrove khas Surabaya. Sesuai keadaan dilapangan, Target audience sering mencari refrensi desain batik menggunakan internet dari pada majalah-majalah luar negri.

Target audience juga menyukai warna-warna sekunder karena warna ini memiliki sensasi visual (penglihatan) akan perasaan warna dingin, maksudnya warna yang memberikan rasa kalem dan tenang. Warna dingin juga mempunyai sifat yang cukup beragam, mulai dari yang sifatnya tenang menyejukkan, sampai kepada dingin yang memberi nuansa tenang menyegarkan. Warna-warna dingin menyejukkan bisa didapatkan dari warna-warna biru sampai warna-warna biru keunguan. Sementara warna-warna dingin yang menyegarkan kita peroleh dari warna-warna hijau, di tambah warna hangat seperti coklat dan mengambil warna- warna sekunder seperti magenta. Tugas dari perancang ini adalah mempromosikan typeface yang sudah jadi agar dapat digunakan oleh masyarakat.

(47)

53 4.2 Perumusan Konsep (Keyword)

4.2.1 Definisi Konsep Keyword

Dari perumasan konsep yang telah ditentutakn maka perancangan typeface batik mangrove mengambil konsep “ Tradisional Typeface ”. Tradisional merupakan kata yang diadopsi dari penjabaran dari batik mangrove. Batik mangrove merupakan seni tradisional yang berasal dari kota Surabaya. Sedangkan

Latar Belakang

Batik mangrove adalah kesenian tradisional khas Surabaya. Desain batik mangrove khas Surabaya memiliki konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat. Proses pembuatan batik mangrove memang berbeda dengan batik-batik pada umumnya.

Batik Mangrove proses pembuatannya dan bahan bakunya berasal dari tumbuhan mangrove, yang kemudian corak designnya juga berbentuk mangrove. Proses pewarnaan batik mangrove dikerjakan dengan alami.

Aspek-aspek dalam typeface

• Gaya desain yang mengikuti gaya desain decorative

• dapat di rancang dengan berbagai konsep.

• typeface sendiri merupakan aspek penting pada perancangan ini

Typeface yang mengangkat seni tradisional batik

• gaya desain lebih ke tradisional , jika batik yang di angkat

• seni tradisional mengangkat sebuah batik khas Surabaya

• menimumbulkan rasa kecintaan pada batik khas kota surabaya.

Kesenian Typeface Tradisional

Kesenian Tradisional Typeface

=

“Tradisional Typeface”

Target Audiens :

memiliki jiwa seni

Suka dengan kesenian terutama batik

Suka terhadap typeface Tabel 4.1.Perumusan Konsep "Keyword"

(48)

typeface adalah karakter dari sekumpulan huruf. Typeface merupakan

"perwajahan" yang membentuk karakteristik suatu kumpulan huruf sehingga membedakannya dengan jenis huruf yang lain.

Tradisional typeface mempunyai arti bembuat karakter huruf dengan unsur tradisional, maksudnya nanti merancang sebuah typeface baru menggunakan unsur kesenian berupa batik. Batik yang di angkat adalah batik mangrove khas Surabaya. Batik mangrove ini memiliki konsep yang unik yaitu konsep warna yang kuat dan berani seperti gambaran orang Surabaya yang berani dan kuat.

Typeface menjadi penting karena mampu atau bisa di rancang dengan berbagai konsep.

4.3 Penjabaran Konsep 4.3.1 Penjaringan Ide

Pada penjaringan ide dalam mendesain typeface di butuhkan konsep perancangan yang matang. Konsep typeface yang akan di gunakan nanti lebih menonjol ke readibility karena typeface yang akan di rancang ini merupakan huruf yang jelas untuk membentuk suatu kata, maksudnya keseluruhannya huruf mudah dibaca. Apabila legibility lebih membahas kejelasan karakter satu-persatu, readibility tidak menyangkut huruf/karakter satu persatu, melainkan keseluruhan teks yang disusun dalam suatu komposisi. Typeface yang di rancang nantinya mengambil typeface dengan ciri-ciri tidak memiliki kait pada terminal dan berukuran besar.

Gaya visual pada perancangan ini mengambil ciri khas dari batik mangrove, motif yang di ambil adalah ekosistem mangrove. Karena motif tersebut menjadi motif yang paling menarik untuk di ambil dan motif ini juga bisa di bilang motif utama pada batik mangrove yang ada. Motif yang di ambil ini merupakan motif keseluruhan dari satu kain batik mangrove.

Pendekatan yang di gunakan untuk menghasilkan typeface yang mampu mewakili motif ekosistem mangrove pada batik perlu dipelajari ciri khas atau karakteristik dari motif ekosistem mangrove itu sendiri. Pengambilan motif akan menggunakan teknik trace ulang. Teknik ini diharapkan lebih memudahkan perancang memasukan motif tersebut ke dalam typeface yang akan di rancang.

(49)

55

Gb.4.1.Motif ecosistem mangrove Sumber: Dokumentasi foto pribadi

4.3.2 Bentuk Perwajahan Huruf 4.3.2.1 Huruf Acuan

Typeface yang di rancang nantinya mengambil typeface 'Hackman-Bold' sebagai dasar untuk merancang typeface yang baru. Dari typeface 'hackman-Bold' tersebut, nantinya akan di olah kembali sehingga dapat menjadi typeface yang bagus.

Jenis huruf yang akan di gunakan adalah huruf yang masuk kedalam kelompok decorative karena untuk menarik perhatian pembaca. Biasanya decorative atau diplay type di buat dalam ukuran besar dan di beri ornamen- oranmen yang indah. Display type ini memang yang di prioritaskan bukan legibilty-nya melainkan keindahanya.

Dalam merancang typeface ini nantinya desain typeface dapat lebih variatif dan motif yang di gunakan yaitu elemen mangrove. Huruf Decorative dapat dimengerti oleh target pengamat yang dituju karena tidak punya karakteristik yang mirip antara satu huruf dengan huruf lainnya sehingga membuat pengamat tidak bosan.

(50)

Gb.4.2.typeface Hackman

4.3.2.2 Anatomi

Anatomi pada huruf juga akan di susun ulang di antaranya mengatur word spacing nya saja, untuk Baseline, Capline, X-Height, meanline, ascender dan descender sama dengan huruf acuan, sedangkan teori yang di gunakan yaitu teori similarity.

4.3.2.3 Studi bentuk

Desain uppercase, di ambil motif bunga Rhizophoraceae. Motif yang di ambil adalah motif keseluruhan , dari daun, tanah, sungai dan tunas yang menjulur, menjadi motif utama dikelilingi jajaran bunga. Seperti motif Bruguiera cylinelrica ini berselang-seling dengan motif bunga Rhizophoraceae.

Gb.4.3.Sketsa Desain uppercase

(51)

57

Gb. 4.4.Desain uppercase

Desain lowercase, di buat rancangan yang lebih sederhana dibandingkan uppercase. Hal tersebut bertujuan agar typeface yang telah di rancang dapat digunakan pada display. Desain lowercase hanya di ambil motif bunga Myrsinaceae cylinelrica, daun, batu, sungai dan tunas saja.

(52)

Gb.4.5.Sketsa Desain lowercase

Gb.4.6.Desain lowercase

(53)

59 Desain numerical , tetap mengacu pada desain uppercase dan lowercase yang ada.

Numerical mengambil motif bunga Myrsinaceae cylinelrica.

Gb. 4.7.Sketsa Desain numerical

Gb.4.8.Desain numerical

(54)

Sedangkan desain punctuation menggunakan motif bunga Myrsinaceae cylinelrica tetapi hanya di ambil motif bunga,daun, batu dan sungai.

Gb.4.9.Sketsa Desain punctuation

Gb.4.10.Desain punctuation

Gambar

Gambar 2.32.Motif Cheng Ho  Sumber:http://indo-art.com
Tabel 3.1 Analisis TOWS Matrik
Tabel 3.2 Costumer journey
Tabel 3.3  Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap kualitas hasil buah sawo, yaitu perubahan pada nilai kekerasan buah, kadar air, total padatan

Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Menengah (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang

Atas dasar itu, maka pada tugas akhir ini akan dilakukan audit sistem informasi untuk menilai IT Governance yang selama ini sudah berjalan pada PT.. TOTAL E&P Indonesie

Pelatihan dan pendampingan mengenai GMP merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar UKM ini dapat menghasilkan produk makanan yang aman untuk dikonsumsi dan memenuhi

Hasil penelitian yang didapatkan dari partisipan dan didukung dengan laporan petugas Puskesmas didapatkan beberapa pengalaman penderita HIV/AIDS yang menjalani

Gambar 4.9 Isen – isen Kain SarungBatik Bakaran Klasik Motif Gandrung……… 58 Gambar 4.10 Motif Bagian Tengah Pada Setiap Kain Sarung Batik Bakaran Klasik…… 59 Gambar

Lampu ini dikembangkan sejak tahun 1980, prinsip kerjanya menggunakan media gas mineral fluor yang berfungsi untuk menghasilkan cahaya, dimana energi listrik akan

PT. Kusumahadi Santosa di Karanganyar memiliki kegiatan pokok mulai dari mengolah kapas menjadi benang, menenun benang menjadi kain, membuat pakaian jadi maupun