• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENATAAN DESA WISATA BELALUAN, DESA SINGAPADU TENGAH, KABUPATEN GIANYAR, BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP PENATAAN DESA WISATA BELALUAN, DESA SINGAPADU TENGAH, KABUPATEN GIANYAR, BALI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENATAAN DESA WISATA BELALUAN, DESA SINGAPADU TENGAH, KABUPATEN GIANYAR, BALI

Nyoman Indra Wira Sasmita1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa2) dan I Ketut Muliawan Salain3)

1)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana indrawiras@gmail.com

2)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana paramadhyaksa@yahoo.co.jp

3)Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana muliawan@unud.ac.id

ABSTRACT

Belaluan Traditional Village, Central Singapadu Village, Gianyar Regency is one of the traditional village which has a va- riety of cultural potentials, natural potentials and the potential of the human resources that can be developed into a tourist attraction that is a tourist village. Carry through a tourist village development, it is necessary to consider the existing con- ditions and the local activities, such as by give the eye of the various existing problems and the probles that may be oc- cur in the future. Another thing that must be lived is dealing with the standardization of tourist attraction, both based on the government regulations or related theories. Through these guidelines, the concept of tourist village arrangement is not only compatible with the activities and functions that will be done, but also responsive to the various problems that occur in the village.

Keywords: development, concept, tourism village

ABSTRAK

Desa Adat Belaluan, Desa Singapadu Tengah, Kabupaten Gianyar merupakan salah satu desa bercorak tradisional yang memiliki beragam potensi budaya, potensi alam, dan potensi sumber daya manusia yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata yakni sebuah desa wisata. Dalam melakukan sebuah pengembangan desa wisata, tentunya perlu memperhatikan kondisi dan aktivitas eksisting yang terdapat pada kawasan tersebut, seperti dengan memperhatikan berbagai permasalahan eksisting maupun permasa- lahan yang mungkin terjadi kedepannya. Hal lain yang harus dihayati adalah berkenan dengan standarisasi mengenai daya tarik wisata, baik berdasarkan peraturan pemerintah maupun berdasarkan teori-teori terkait.

Melihat berbagai pedoman tersebut, maka diperoleh konsep penataan desa wisata yang tidak hanya sesuai dengan aktivitas dan fungsi yang akan dilakukan, tetapi juga responsif terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di desa tersebut.

Kata Kunci: pengembangan, konsep, desa wisata

PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan industri pariwisata di Bali dirasakan relatif sudah memasuki zona jenuh. Hal ini disebabkan oleh adanya polarisasi dalam perkembangan pariwisata yang semakin hari kian dikuasai oleh pihak-pihak swasta yang gemar menawarkan konsep pariwisata massal (mass tourism) yang lebih menekankan kuantitas wisatawan dan kamar hotel yang dibangun, demi menciptakan keuntungan maksi- mal. Demikian banyaknya pembangunan dan pengembangan berbagai fasilitas akomodasi pariwisata, mengakibatkan semakin menurunnya daya dukung lingkungan dan alam Bali.

Belakangan ini muncul trend pariwisata alternatif berbasis budaya sebagai salah satu daya tarik wisata (DTW) di Bali. Pariwisata alternatif berbasis budaya hadir sebagai akibat munculnya berbagai dampak negatif dari penarapan pariwisata massal (mass tourism), serta melihat dari terbatasnya daya dukung ling- kungan dan alam Bali untuk terus terus diekploitasi demi kepentingan pembangunan berbagai fasilitas ako- modasi pariwisata.

Salah satu produk dari pariwisata alternatif berbasis adalah desa wisata. Desa wisata merupakan salah satu ragam dari trend pariwisata alternatif berbasis budaya yang saat ini giat dikembangkan oleh pemerintah un-

(2)

tuk beberapa desa tradisional di Bali. Desa Wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, ako- modasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nurhayati, 1993:2-3).

Desa Adat Belaluan, Desa Singapadu Tengah, Kabupaten Gianyar merupakan salah satu desa yang akan dikembangkan menjadi daya tarik wisata baru berupa desa wisata oleh PEMDA Kabupaten Gianyar. Desa Adat Belaluan sebagai salah satu banjar yang secara kedinasan menjadi bagian dari Desa Singapadu Ten- gah, menyimpan berbagai potensi yang tersebar secara merata di wilayah tersebut. Potensi-potensi tersebut antara lain: (1) Arsitektur bangunan lama yang masih terjaga; (2) wisata alam berupa daerah tepi aliran Sungai Woos yang masih alami; dan (3) tradisi dan budaya, kreasi seni rupa, seni tabuh, dan seni tari.

Gambaran fenomena-fenomena tersebut selanjutnya memunculkan ketertarikan untuk menyusun suatu ga- gasan berupa sebuah desa wisata yang mengedepankan konsep desa wisata partisipatif dengan adanya keterlibatan wisatawan dalam berbagai kegiatan atau tradisi yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Kese- luruhan hal tersebut juga akan didukung dengan sistem pengelolaan, serta sarana dan prasarana wisata yang memadai dan akomodatif. Selain dari pada itu, desa wisata Belaluan akan difungsikan sebagai tempat menetap sementara bagi wisatawan yang diwujudkan melalui adanya rancangan beberapa tipe homestay, serta adanya aktivitas wisata yang akan dikemas melalui penawaran beragam paket wisata menarik.

ANALISA POTENSI, KONDISI, DAN PERMASALAHAN EKSISTING

Desa Adat Belaluan memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai daya tarik wisata. Adapun potensi-potensi yang terdapat di Desa Adat Belaluan berdasarkan hasil observasi langsung pada bulan September 2016 – Januari 2017, dapat dibagi atas potensi tradisi budaya dan potensi alam.

Kesuluruhan penduduk Desa Adat Belaluan seratus persen masih merupakan penduduk asli yang memang berasal dari desa tersebut, sehingga keseluruhan tradisi dan budaya masih terjaga dan diwariskan secara turun temurun di tempat tersebut. Masyarakat Desa Adat Belaluan juga sarat akan kehidupan religius yang mana aktivitas keagamaan dan adatnya terjadi cukup padat di sepanjang tahunnya. Mata pencaharian penduduk Desa Adat Belaluan yang sebagian besar berprofesi sebagai petani menyebabkan masih ter- dapatnya hamparan persawahan yang relatif luas di bagian Selatan desa. Ada pula potensi lain berupa tepi aliran Sungai Woos di bagian Timur yang saat ini menjadi salah satu tracking wahana ATV, menjadikan De- sa Adat Belaluan kaya akan potensi alam yang dapat dikembangkan untuk menjadi daya tarik wisata.

Dalam pengembangan suatu kawasan baru, sangat penting untuk mengetahui serta menghayati karakteris- tik dari masing-masing zona eksting, tujuannya adalah sebagai pedoman awal serta sebagai penentu seperti apa arah pengembangan yang nantinya akan dilakukan. Secara eksisting, Desa Adat Belaluan terbagi atas beberapa zona yang memiliki karakteristik berbeda. Adapun zona-zona tersebut yakni: (a) zona entrance utama desa; (b) zona Pura Desa; (c) zona balai banjar; (d) zona Pura Puseh; (e) zona pura dalem; (f) zona permukiman; (g) zona persawahan; dan (g) zona tepi aliran sungai.

Berdasarkan hasil observasi langsung pada bulan September 2016 – Januari 2017 terhadap zona-zona ek- sisting di Desa Adat Belaluan, diperoleh informasi mengenai berbagai permasalahan yang ada di wilayah desa tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut dikaji berdasarkan tinjauan terhadap standar regulasi pemerintah dan berdasarkan teori syarat sebuah desa wisata. Adapun permasalahan tersebut secara garis besar antara lain, Belum adanya sarana dan prasarana yang mendukung untuk terciptanya sebuah daya tarik wisata seperti lahan parkir, penginapan atau homestay, kantor informasi wisata, dan lain sebagainya.

Masalah lainnya yakni masih kurangnya fasilitas serta infrastruktur jalan terutama di beberapa ruas jalan di wilayah desa yang masih terlihat rusak dan berlubang

.

Potensi-potensi lain yang dimiliki Desa Ada Belaluan berupa potensi alam, arsitektur, tradisi dan budaya juga belum dikembangkan untuk dimanfaat sebagai daya tarik yang nantinya dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat.

Gambar 1. Potensi Desa Adat Belaluan Sumber : Sasmita, 2017

(3)

Gambar 2. Block Plan Kasawan Desa Wisata Belaluan Sumber : Sasmita, 2017

Gambar 3. Perspektif Udara pada Zona A Sumber : Sasmita, 2017

KONSEP PENATAAN DESA WISATA

Berdasarkan analisis terhadap kondisi dan permasalahan di wilayah Desa Adat Belaluan khususnya pada beberapa zona eksisting, serta adanya analisis terhadap fungsi dan aktivitas yang terjadi di Desa Wisata Belaluan, maka diperoleh konsep penataan yang disesuaikan dengan pedoman-pedoman tersebut. Konsep penaatan yang dilakukan adalah dengan melakukan klasifikasi terhadap zona-zona yang akan di lakukan penataan, pengembangan, maupun yang akan dirancang menjadi daya tarik wisata baru. Strategi yang dil- akukan adalah dengan menyesuaikan antaran bangunan atau objek eksisting dengan bangunan penunjang pariwisata yang nantinya akan dirancang baru. Adapun zona yang akan dilakukan penataan adalah zona Pura Dalem, dan zona permukiman (zona D), yang akan dilakukan pengembangan adalah zona persawa- han (zona B) dan zona tepi aliran sungai (zona C), serta yang akan dirancang menjadi daya tari wisata baru adalah zona A sebagai zona penerima. Adapun block plan konsep zonasi wilayah secara makro dapat dilihat pada Gambar 2.

Pada zona A akan dikembangkan menjadi zona penerima, yang mana akan terjadi kegiatan penerimaan wisatawan yang cenderung bersifat publik, serta kegiatan pengelolaan dari Desa Wisata Belaluan. Letak zo- na A ini berada pada sisi Barat Daya Desa Adat Belaluan, yang mana langsung terhubung dengan Jl. Raya Singapadu, sehingga memudahkan dalam pencapaiann akses menuju zona ini. Fasilitas yang dirancang pada zona ini antara lain area parkir, lobi, bangunan briefing, toilet umum, kantor pengelola, restoran, dan toko cinderamata. Keseluruhan fasilitas yang dirancang tersebut akan mendukung aktivitas pariwisata yang terjadi di Desa Adat Belaluan.

(4)

Pada zona B yang merupakan area persawahan, akan dikembangkan sebagai wahana wisata berupa jalur tracking sawah. Jarak jalur tracking adalah sekitar 1,2 km dengan material perkerasan jalur yakni material dengan material perkerasan beton cetak, serta material perkerasan tanah padat. Pada beberapa titik jalur tracking, disediakan rest area berupa bangunan bale sake pat yang dapat digunakan wisatawan untuk beristirahat sekaligus menikmati view hamparan persawahan yang asri.

Pada zona C merupakan area tepi aliran Sungai Woos yang saat ini hanya sebatas dimanfaatkan sebagai wahana jalur tracking ATV dari Desa Adat Kutri. Sebagai upaya dalam menciptakan peningkatan taraf ekonomi masyarakat setempat, pengembangan yang dilakukan pada zona ini adalah dengan membuat area stop over untuk wahana ATV Kutri, area tersebut berupa bangunan untuk menjual berbagai kuliner tradi- sional serta cinderamata masyarakat lokal, serta terdapat beberapa bangunan rest area berupa bale sakepat yang disebar pada beberapa titik. Dalam zona ini juga terdapat view point dengan pemandangan utama berupa aliran Sungai Woos dengan airnya yang masih jernih dan alami, serta pemandangan rimbu- nan pepohanan pada tebing di sekeliling sungai.

Gambar 4. Perspektif Bangunan pada Zona A Sumber : Sasmita, 2017

Gambar 6. Perspektif Suasana pada Zona C Sumber : Sasmita, 2017

Gambar 5. Perspektif Udara pada Zona B Sumber : Sasmita, 2017

(5)

Gambar 9. Konsep Pengembangan Zona Pura Dalem Sumber : Sasmita, 2017

Gambar 7. Potongan Jalan dan Perspektif pada Zona D Sumber : Sasmita, 2017

Zona D merupakan area permukiman masyarakat Desa Adat Belaluan. Pada zona permukiman ini akan terbagi ke dalam empat klaster masing-masing cluster kamboja, cempaka, sandat, dan pudak. Adanya pem- bagian empat klaster ini disesuaian dengan tata letak permukiman sebagai penataan yang dapat memberi daya tarik. Keseluruhan ruang luar pada masing- masing klaster tersebut akan ditata dengan melakukan penyeragaman vegetasi dan tampilan angkul-angkul, serta adanya penambahan pencahayaan buatan, se- bagai media penerangan malam hari. Selain dari pada itu, akan diletakan dua buah entrance gate pada sisi Utara dan sisi Timur zona permukiman sebagai petanda memasuki wilayah Desa Wisata Belaluan. Pada beberapa area permukiman warga, akan disebar tiga variasi tipe homestay yakni tipe personal atau single, couple, dan family, sebagai sarana akomodasi wisatawan yang ingin bermalam di Desa Wisata Belaluan.

Pada zona Pura Dalem Desa Adat Belaluan, akan dikembangkan un- tuk kepentingan kegiatan wisata, yang mana pengembangan yang akan dilakukan adalah penataan terhadap ruang luar zona nista Pu- ra Dalem, baik penataan terjadap vegetasi maupun pencahayaan, serta pengembangan desain ter- hadap bangunan wantilan yang ada pada zona tersebut.

Bangunan wantilan akan didesain multifungsi, serta pada ruang luar yang mana vegetasi Pohon Kam- boja menjadi vegetasi utama, serta adanya pencahayaan buatan yakni spothlight dan lamp garden se- bagai media penerangan pada malam hari.

Gambar 8. Tiga Variasi Tipe Homestay pada Zona D Sumber : Sasmita, 2017

Vegetasi Garden Lamp

Lampu Jalan Penyeragaman Angkul-Angkul

Vegetasi Penanda/Peneduh Penyeragaman

Angkul-Angkul Lampu Jalan

Garden Lamp

(6)

Gambar 10. Perspektif Zona Pura Dalem Sumber : Sasmita, 2017

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap potensi serta permasalahan yang terdapat pada Desa Adat Belaluan yang merupakan objek dari perancangan desa wisata, maka dapat dipetik hasil berupa konsep penataan yang sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan. Melalui konsep tersebut, Desa Adat Belaluan dibagi kedalam beberapa zona yaitu: (1) Zona A, yang merupakan zona penerimaan; (2) Zona B, yang merupakan zona persawahan; (3) Zona C, yang merupakan zona tepi sungai; dan (4) Zona D, yang meru- pakan zona permukiman. Pada masing-masing zona tersebut akan dikembangkan menjadi daya Tarik wisata baru yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mampu menunjang aktivitas pariwisata di Desa Adat Belaluan. Hal tersebut tidak hanya akan berdampak positif secara fisik untuk kawasan itu sendiri, melainkan juga dapat berpengaruh terhadap aspek non-fisik salah satunya yakni peningkatan kesejahteraan dan taraf perekonomian bagi seluruh masyarakat setempat.

Saran

Pariwisata alternatif berbasis budaya seperti desa wisata hendaknya saat ini terus giat dikembangkan se- bagai daya tarik wisata. Dengan terus berkembangnya pariwisata alternatif berbasis budaya tersebut, maka akan mampu mengurangi kerusakan-kerusakan akibat dampak negatif dari konsep pariwisata massal yang dalam pengembangannya, sangat eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia. Pengembangan pariwisata alternatif berbasis budaya juga akan dapat berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan dan taraf perekonomian masyarakat lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Ardika, I Wayan. 2003. Pariwisata Budaya Berkelanjutan: Refleksi dan Harapan di Tengah Perlembangan Global. Denpasar: Program Studi Magister Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udaya- na.

Jayadinata, T. Johana. 1992. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan Dan Wilayah.

Bandung: Penerbit ITB.

Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, Makalah Bagian Dari Laporan Konferensi In- ternasional Mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Peraturan Gubernur Bali No. 41 tahun 2010 tentang Standarisasi Daya Tarik Wisata

Sasmita, I Nyoman Indra Wira. 2017. Pengembangan Daya Tarik Wisata Desa Adat Belaluan, Desa Singa- padu Tengah, Kabupaten Gianyar. Badung: Universitas Udayana.

Gambar

Gambar 1. Potensi Desa Adat Belaluan  Sumber : Sasmita, 2017
Gambar 3. Perspektif Udara pada Zona A  Sumber : Sasmita, 2017
Gambar 4. Perspektif Bangunan pada Zona A  Sumber : Sasmita, 2017
Gambar 9. Konsep Pengembangan Zona Pura Dalem  Sumber : Sasmita, 2017
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terjadi karena semakin kaya udara menyebabkan bahan bakar memiliki udara yang berlebih sehingga bahan bakar (fuel) yang terbakar secara difusi semakin

melalui pesan singkat dalam produk tersebut. Di samping unik, menarik, dan edukatif desain yang disajikan juga kreatif, original, dan inovatif. Penyajian yang

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan anggapan dasar yaitu, kemampuan siswa dalam menguasai verba (doushi) dapat ditingkatkan dengan latihan menggunakan gesture, karena

Pertemuan pertama guru melakukan refleksi dan menyuruh siswa untuk menyebutkan tentang apa yang telah dipelajari, yaitu mengenai apa itu dongeng, apa saja

Produk mempunyai kelebihan yang dapat meningkatkan kualitas produk hasil produksi IKM (Industri Kecil Menengah) dengan parameter kualitas produk yaitu, dari aspek

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan level perkembangan moral kognitif akuntan yaitu auditor internal dan auditor eksternal dalam pengambilan keputusan etis

Tidak adanya pengaruh moderat budaya etis organisasi terhadap hubungan antara orientasi etis (idealisme) dan pertimbangan etis auditor diduga disebabkan oleh karena

Dalam penilaian ini, pendekatan perhitungan HHI yang digunakan ialah besaran data impor dalam perhitungan nilai HHI untuk produk biji kedelai, produk soybean meals,