• Tidak ada hasil yang ditemukan

WACANA PARTAI TENTANG KONFLIK PASCA KONGRES LUAR BIASA PARTAI DEMOKRAT DALAM PEMBERITAAN DETIKCOM. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WACANA PARTAI TENTANG KONFLIK PASCA KONGRES LUAR BIASA PARTAI DEMOKRAT DALAM PEMBERITAAN DETIKCOM. Oleh:"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERITAAN DETIKCOM Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

SINTA ASRIYANI NIM: 11170510000182

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/ 2021 M

(2)

i

PEMBERITAAN DETIK.COM Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Persyaratan Memperoleh Gelas Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Sinta Asriyani NIM: 11170510000182

Pembimbing

Dr. Rubiyanah, M.A.

NIP. 197308221998032001

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H/2021 M

(3)

ii Ketua Sidang

Kholis Ridho, M.Si NIP: 197801142009121002

Skripsi berjudul ‘Wacana Partai tentang Konflik Pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat dalam Pemberitaan Detikcom” telah diajukan dalam sidang Munaqosyah di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Desember 2021. Skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Jurnalistik

Jakarta, 21 Desember 2021

Sidang Munaqosyah

Anggota:

Pembimbing:

Sekretaris Sidang

Dra. Hj, Musfirah Nurlaily, MA NIP: 197104122000032001

Penguji I

Dr. Bintan Humeira, M.Si NIP: 197711052001122002

Penguji II

Ali Irfani, M.HI NIDN: 2008087803

Dr. Rubiyanah, M.A NIP: 197308221998032001

(4)

iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama: Sinta Asriyani NIM: 11170510000182

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul WACANA PARTAI TENTANG KONFLIK PASCA KONGRES LUAR BIASA PARTAI DEMOKRAT DALAM PEMBERITAAN DETIK.COM adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 7 Desember 2021

Sinta Asriyani

(5)

iv

Wacana Partai tentang Konflik Pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat dalam Pemberitaan Detik.com

Pemberitaan politik konflik Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat pada Maret 2021, telah membentuk isu politik yang menjadi polemik dan banyak diberitakan oleh media online.

Detikcom menjadi salah satu media online yang memiliki kuantitas hingga mencapai ribuan pemberitaan dalam memberitakan isu politik tersebut dibandingkan media online lainnya. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu, latar belakang kepemilikan media, kepentingan ekonomi dan berbagai aspek lainnya. Melihat permasalahan di atas, peneliti memunculkan tiga pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana konstruksi teks wacana pemberitaan, analisis kognisi sosial dan konteks sosial pada media online Detikcom dalam memberitakan konflik KLB Partai Demokrat.

Paradigma yang digunakan adalah paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen pada teks berita, wawancara, dan dokumentasi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teknik Analisis Wacana Kritis model Teun A. Van Dijk. Wacana Van Dijk memiliki tiga dimensi, yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial yang digunakan untuk mengetahui konstruksi wacana pemberitaan konflik KLB Partai Demokrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor kepentingan ekonomi-politik media, maka dalam melakukan strategi teks pemberitaan, Detikcom cenderung berpihak kepada Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono. Hal ini dibuktikan dengan temuan data yang kemudian dianalisis menggunakan struktur wacana Teun A. Van Dijk.

Kata Kunci: Analisis Wacana Kritis, Kongres Luar Biasa, Demokrasi, Partai Demokrat, Detikcom

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Rasa syukur setinggi-tingginya peneliti sampaikan kepada Allah SWT Shalawat serta salam semoga dijunjung kepada Nabi Muhammad SAW. penelitian skripsi berjudul “Wacana Partai tentang Konflik Pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat dalam Pemberitaan Detik.com” telah peneliti selesaikan. Peneliti mengakui bahwa banyaknya permasalahan dalam penelitian ini, dibantu, didukung, dan dibimbing dari berbagai pihak. Peneliti ingin berterima kasih kepada beberapa pihak, yakni:

1. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, M.S.W selaku Wadek I Bidang Akademik, Dr.

Sihabudin Noor, M.Ag selaku Wadek II Bidang Administrasi, dan Drs. Cecep Castrawijaya, M.A selaku Wadek III Bidang Kemahasiswaan di Fidikom.

3. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Program Studi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

4. Dr, Ismail Cawidu, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Dosen pembimbing, yakni Dr. Rubiyanah, M. A, yang senantiasa membimbing, mengarahkan, memberikan kritik dan sarannya terhadap penelitian ini.

(7)

vi

6. Seluruh Dosen Fakultas dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti.

7. Kepada Redaktur Pelaksana kanal Detik News, Ahmad Toriq dan Jurnalis Detikcom, Tiara Alliya Azzahra yang sudah bersedia menjadi narasumber penelitian untuk memenuhi data yang dibutuhkan dalam penelitian

8. Keluarga peneliti. Secara khusus kepada Bapak (Alm.) Hasanudin yang sudah berusaha hingga akhir hayatnya memberikan dukungan penuh dan Mamah Hartini yang selalu memberikan dukungan kelancaran perkuliahan hingga pada penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala-galanya.

9. Terima kasih kepada Shabrina Azzhafira yang sudah menjadi sahabat sejak hari pertama menjadi Mahasiswa Jurnalistik hingga saat ini dan Khairiah Afriza yang setia membantu dan mendengar keluh kesah selama ini.

10. Terima kasih kepada Zhafira Rishanidha Azizah, Mba Holifah, Ka Frida Aryani dan karyawan FlipFlopTV lainnya yang sudah memberikan dukungan dan diperbolehkan menggunakan Wi-fi kantor untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no days off, I wanna thank me for never quitting.

(8)

vii

Demikian ucapan terima kasih yang telah peneliti sampaikan.

Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan. Peneliti sadar penelitian ini memli kekurangan sehingga kritik dan saran begitu penting untuk membangun penelitian seperti ini dilakukan lebih sempurna. Semoga bermanfaat.

Jakarta, 2021

Sinta Asriyani 11170510000182

(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 15

E. Metodologi Penelitian ... 18

F. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 1

A. Landasan Teori ... 1

1. Kerangka Pemikiran ... 1

2. Media Massa ... 2

3. Konstruksi Realitas Media Massa ... 7

4. Ekonomi Politik Media Massa ... 10

5. Kajian Wacana ... 12

(10)

ix

6. Komunikasi Politik ... 28

7. Demokrasi ... 35

7.1 Demokrasi di Indonesia ... 38

8. Partai Politik ... 41

BAB III GAMBARAN UMUM ... 1

A. Sejarah Detikcom ... 1

B. Visi dan Misi Detikcom ... 11

C. Nilai Detikcom ... 12

D. Struktur Organisasi Detikcom ... 12

1. Struktur Manajemen Organisasi ... 13

2. Struktur Redaksional ... 13

E. Kanal Detikcom ... 21

F. Profil Detikcom ... 23

G. Traffic Overview Detikcom ... 23

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 1

A. Analisis Teks Pemberitaan ... 1

1. Analisis Teks Berita 1 ... 1

2. Analisis Teks Berita 2 ... 18

3. Analisis Teks Berita 3 ... 35

B. Wacana Pemberitaan tentang Konflik Pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com ... 53

1. Struktur Makro ... 53

2. Superstruktur ... 57

3. Struktur Mikro ... 58

(11)

x

A. Analisis Kognisi Sosial ... 1

1. Strategi dalam Memahami Peristiwa ... 10

2. Kognisi Penulis dalam Memahami Peristiwa ... 12

B. Analisis Konteks Sosial ... 14

1. Praktik kekuasaan ... 14

2. Akses Mempengaruhi Wacana ... 17

BAB VI PENUTUP ... 1

A. Kesimpulan ... 1

B. Saran ... 2

DAFTAR PUSTAKA ... 1 LAMPIRAN ...

(12)

xi

Tabel 2.1 Elemen Wacana Teun A. Van Dijk ... 18 Tabel 3.1 Struktur Redaksi Detik.com ... 14 Tabel 4.1 "Saiful Mujani: Pengambialihan Demokrat oleh

Moeldoko Kasar dan Ugly” ... 1 Tabel 4.2 “Satire AHY: Saya Salut dengan Moeldoko!” ... 16 Tabel 4.3 “PD: Di Mana Moeldoko Biang Kerok Kudeta

Demokrat?” ... 32

(13)

xii

Gambar 2.1 Jejaring Media oleh Mc Quail ... 6

Gambar 2.2 Model Konstruksi Realitas Media Massa ... 9

Gambar 3.1 Traffic Overview Detikcom ... 23

Gambar 3.2 Traffic Overview Detikcom ... 24

(14)

1 A. Latar Belakang

Kehidupan pers di Indonesia bisa dikatakan mulai memperoleh kebebasannya bersamaan dengan runtuhnya rezim Orde Baru atau bertepatan dengan lahirnya era Reformasi. Begitu pula sebaliknya, terjadinya Reformasi sendiri merupakan momen yang sangat tepat dan membawa angin segar bagi perkembangan pers. Karena, bagaimanapun media massa harus menyesuaikan diri dengan perkembangan media massa pada era globalisasi dan masa yang akan datang.

Media massa semakin memiliki fungsi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan politik. Kegiatan media ketika melaporkan kejadian-kejadian politik sering memberi efek yang sangat berhubungan bagi perkembangan politik. Kini, media bukan hanya menjadi informasi politik, melainkan juga selaku faktor pendorong (trigger) tumbuhnya perubahan politik.

Hal tersebut membuat tumbuhnya demokrasi di Indonesia juga berjalan dengan pesat. Hal ini seiring dengan terbentuknya partai-partai politik pasca orde baru atau era multi partai yang mengidentifikasi telah berakhirnya era tiga partai. Hal ini terjadi karena euphoria politik yang sempat terbatasi ruang berekspresi dalam

(15)

dunia politik. Jika pada masa orde baru partai harus menyertakan Pancasila sebagai ideologi dan asas partai, dengan julukan “Pancasila selaku asas tunggal”. Kini partai-partai politik terbuka untuk menggunakan ideologi politiknya baik ideologi kebangsaan, keagamaan, maupun kerakyatan.1

Partai politik saat memasuki masa demokrasi modern, kini dilihat sebagai salah satu dasar dalam melaksanakan konstelasi kehidupan masyarakat adil dan makmur. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengimplementasikan sistem politik demokrasi selama menjalankan roda pemerintahannya.

Pada sistem politik demokrasi modern, partai politik merupakan sistem yang dianggap penting dan sine qua non dalam menerapkan prinsip kedaulatan rakyat.2 Partai politik, yang menjadi salah satu tatanan negara demokrasi, merupakan “jiwa” dalam melahirkan konsep kedaulatan rakyat. Partai politik menjadi jembatan antara tujuan rakyat di satu pihak dan negara atau pemerintahan di pihak yang lain

Saat ini, Komisi Pemilihan Umum sudah mencatat puluhan partai politik yang sudah dideklarasikan lolos verifikasi dan mempunyai hak untuk mengikuti pemilu.

1 Akhmad Denial. Iklan Politik TV Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru, Yogyakarta. LkiS. 2000, hal.6

2 Firmanzah. Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

2011, hal. 44

(16)

Dimulai pada tahun 1999 terdaftar 48 Partai politik pada pemilu. 24 Partai politik di tahun 2004, 43 Partai politik di tahun 2009, 12 Partai politik di tahun 2014, dan 16 Partai politik di tahun 2019.

Salah satu partai yang masih bertahan sejak pemilu 2004 adalah Partai Demokrat. Demokrat mampu menguasai perpolitikan di Indonesia hampir selama 10 tahun tepat di saat partai itu dengan harapan membawa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat itu menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di bawah kepemimpinan Presiden Megawati.

Partai Demokrat dapat dikatakan memiliki presensi yang cukup tinggi karena partai tersebut lahir menjadi kendaraan politik bagi SBY untuk mendaftarkan diri dalam Pemilihan Presiden 2004 dan berhasil menjadi presiden selama dua periode. Sebab itu, Partai Demokrat kuat dengan sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sejak tahun 2013 sampai 2020, SBY memiliki jabatan penting sebagai ketua umum partai dan kini menjadi Ketua Majelis Tinggi Partai. Kemudian, pada 15 Maret 2020 kursi kekuasaan ketua umum di dalam partai dilanjutkan oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), anak pertama SBY. Namun, hal ini menjadi permulaan adanya konflik di internal partai, karena tidak semua anggota partai mengakui sosok baru tersebut. AHY diragukan kemampuannya sebagai ketua umum. Hal ini membuat konflik menjadi semakin ricuh, karena dugaan bahwa jika

(17)

kursi ketua umum diberikan kepada AHY akan membuat Dinasti Cikeas berlanjut dan menghilangkan arti demokrasi dalam Partai Demokrat.

Konflik memuncak pada 1 Februari 2021, setelah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Hari murti Yudhoyono (AHY) melangsungkan konferensi pers dan menyatakan bahwa ada gerakan pengambilalihan kepemimpinan partai. AHY pun segera mengambil tindak tegas dengan memberikan sanksi pemecatan secara tidak terhormat kepada tokoh-tokoh penggagas dan pengurus Partai Demokrat karena dianggap tidak lagi setia dan loyal pada partai. Anggota partai yang diberhentikan adalah Darmizal, Tri Yulianto, Yus Sudarso, Jhoni Allen Marbun, Ahmad Yahya dan Syofwatillah Mohzaib.

Pada 5 Maret 2021, beberapa kubu yang kontra dengan kepemimpinan AHY dan anggota yang diberhentikan secara tidak terhormat melangsungkan Konferensi Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, secara aklamasi melantik Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021/2025. Selain menimbulkan konflik internal partai hal ini juga menjadi pemicu kericuhan masyarakat kubu kontra KLB bentrok dengan massa pro KLB.

Kericuhan itu terjadi di SPBU yang tidak jauh dari lokasi pelaksanaan KLB Partai Demokrat yang berlokasi di The Hill Hotel and Resort, Kecamatan Sibolangit. Tercatat, Satu orang atas nama Armanta Sembiring terluka parah

(18)

akibat kericuhan tersebut.3 Konflik ini menjadi salah satu isu penting yang selalu menjadi wacana di pemberitaan.

Peristiwa mengenai Partai Demokrat menarik perhatian media massa menjadi pengkajian berita. Hal ini disebabkan dua faktor; pertama, politik ada di era mediasi, hampir tidak mungkin aktivitas politik dipisahkan dari media massa dan kini tokoh politik senantiasa berusaha menarik atensi jurnalis supaya kegiatan politiknya mendapatkan liputan dari media.

Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para tokoh politik lumrahnya memiliki nilai berita. Terutama jika peristiwa politik itu bersifat luar biasa seperti pergantian presiden di tengah masa jabatan dan pembubaran parlemen. Akhirnya liputan politik selalu menghiasi berbagai macam media setiap harinya setidaknya ada tiga langkah yang akan dilakukan oleh pekerja media dalam konstruksi realitas politik yang berakhir pada pembentukan citra sebuah partai politik, yaitu: bahasa, strategi framing, dan agenda setting yang digunakan oleh media.4

Media berada di tengah realitas sosial yang syarat dengan berbagai kepentingan, konfrontasi, dengan fakta

3https://www.merdeka.com/politik/kubu-pro-dan-kontra-klb-

demokrat-bentrok-di-deli-serdang-1-orang-terluka.html “Kubu Pro dan Kontra KLB Demokrat Bentrok di Deli Serdang, 1 Orang Terluka” diakses pada tanggal 23 Agustus 2021 pukul 11:40 WIB

4 Ibnu Hamad. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta.

Granit, 2004, hal.1

(19)

yang kompleks dan beragam. Althusser dan Gramsci menjelaskan mereka sependapat bahwa media massa bukan realitas yang independen. Namun, memiliki hubungan dengan realitas sosial. Menurutnya, ada beragam kepentingan yang ikut berperan serta, seperti prosedur redaksi, relevansi politik, kapitalisme pemilik hingga idealisme jurnalis. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada media massa ada sesuatu yang bisa ditonjolkan, diburamkan atau terlebih dihilangkan dalam konstruksi sebuah berita.5

Dengan begitu, sebenarnya media memiliki potensi untuk menjadi peredam ataupun pendorong konflik. Media bisa memperjelas sekaligus mempertajam konflik ataupun sebaliknya; menguburkan dan mengeliminirnya. Media bisa mengonstruksi sebuah realitas, tapi juga mampu menciptakan hiperrealitas.

Pemberitaan media di bawah dampak ideologi partai, instrumen pertama yang dipakai untuk menentukan struktur realitas adalah politik media yang kemudian dirumuskan dalam prosedur editorial, di mana realitas yang sama akan menghasilkan struktur berita yang berbeda,

5 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suiatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing, Bandung. Rosda Karya, Cetakan Keenam. 2012, hal. 30

(20)

kemudian merespon pasar. Pada Akhirnya jumlah pembaca ini juga akan mempengaruhi berita. 6

Media massa memiliki ideologinya masing-masing yang dipercaya akan memastikan arah dan tujuan pemberitaan juga menjadi alat untuk bersaing dengan media lain. Jadi, media memiliki definisi tertentu dalam memaknai realitas. Berita yang dihadirkan ke publik termasuk dengan ideologi suatu media. Namun ideologi yang dimasukkan ke dalam berita bersifat laten dan tersembunyi, sehingga khalayak yang terpengaruh tidak menyadari bahwa mereka selama ini dipengaruhi oleh media. Akhirnya, media massa dengan ideologinya, dapat mempengaruhi pola pikir khalayak.

Jurnalis media massa akan cenderung menggunakan instrumen asumsi tertentu yang akan berdampak pada pemilihan judul berita, struktur berita dan keberpihakannya pada personal atau kelompok, walaupun keberpihakan tersebut dikemas dengan rapi dan tidak sepenuhnya disadari.7

Media online tentunya memiliki ciri khas tersendiri terhadap output berita yang disampaikan. Media online serupa layaknya media massa lainnya, yakni memiliki anggota redaksi yang menentukan kebijakan

6 Eriyanto, dkk. Politik media mengemas berita Habibie dalam pemberitaan Kompas, Merdeka dan Republika. Jakarta. Institut Studi and informasi, 1999, hal. 22

7 Deddy Mulyana. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta. LkiS Pelangi Aksara, 2007, hal. 11

(21)

pemberitaannya. Proses berita tidak lepas dari prosedur redaksi media yang akan menghasilkan wacana tertentu terhadap berita.

Dalam situasi transisi pasca reformasi tahun 1999 yang ditandai dengan tumbuhnya kembali ideologi- ideologi politik serta menurunnya pengawasan negara terhadap pers dan politik. Hubungan antara keduanya adalah partai politik dengan macam ideologi dan media yang mempunyai latar belakang sejarah politik membuktikan satu hipotesis bahwa liputan politik pasca reformasi akan bersifat simpatisan.8

Media online yang dipilih oleh peneliti sebagai acuan media online di Indonesia yang cukup sering memberitakan konflik Partai Demokrat pasca diselenggarakannya KLB adalah Detik.com. Alasan pemilihan media ini karena Detik.com menempati peringkat ke- 6 di Alexa rank dan faktor kepemilikan media.

Detik.com adalah bagian dari PT Trans Corporation, salah satu anak perusahaan CT Corp yang pemiliknya adalah Chairul Tanjung, ia sempat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di bawah Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Presiden SBY mulai 19

8 Ibnu Hamad. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-Berita Politik. Jakarta.

Granit, 2004, hal.4

(22)

Mei hingga 20 Oktober 2014 dengan menggantikan Hatta Rajasa yang mengundurkan diri pada saat itu.

Sebelumya, Chairul Tanjung juga diberitakan mendekat ke Partai Demokrat. Berita yang diturunkan oleh Kompas.com yang berjudul “Ruhut: Dua Raja Media Gabung, Demokrat Makin "Pede".9

… Kata Ruhut, dua bos media yakni Dahlan Iskan dan Chairul Tanjung merapat ke Partai Demokrat.

Dahlan, kata Ruhut, dijadwalkan resmi mendeklarasikan diri sebagai kader Partai Demokrat pada hari pertama kampanye terbuka partai itu di lapangan Pujon, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (16/3/2014).

Selain Dahlan Iskan, bos Trans Corp, Chairul Tanjung juga sudah sejak lama merapat ke Partai Demokrat. Meski tidak secara resmi menjadi kader Demokrat, keberadaan Chairul diyakini akan terus menyokong Partai Demokrat karena kedekatannya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono….

Pemberitaan tersebut dapat menjelaskan bahwa Chairul Tanjung sebagai pengusaha media dan pernah memiliki kedekatan dengan partai politik. Menurut Curran

& Gurevitch Kepemilikan media tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan politik dan ekonominya. Kepentingan pemilik media dikhawatirkan akan memengaruhi informasi

9https://nasional.kompas.com/read/2014/03/16/0245238/Ruhut.Dua.R aja.Media.Gabung.Demokrat.Makin.Pede “Ruhut: Dua Raja Media Gabung, Demokrat Makin "Pede"” diakses pada tanggal 23 Agustus 2021 pukul 11:46 WIB

(23)

yang akan disampaikan oleh media dan pada akhirnya juga dapat berpengaruh pada hegemoni ideologi media publik.

Keberpihakan media bergantung pada pemilik media.

Karena tanpa hadir dan ikut dengan partai apa pun, media massa telah menjadi partai politik (tanpa struktur) dengan agenda politik. Berbagai wacana media menyampaikan kompleksitas konflik tersebut yang berujung pada politisasi pemberitaan.10

Kegiatan di bidang media massa dewasa ini, khususnya di Indonesia telah menjadi industri. Dengan hadirnya unsur kapital, media massa mau tidak mau harus mementingkan pasar agar memperoleh keuntungan (revenue) baik dari penjualan maupun iklan. Tidak terkecuali dalam menyediakan peristiwa politik, karena pengaruh pemilik modal media massa akan memberikan atensi lebih pada kepuasan khalayak (pelanggan dan pengiklan) sebagai pasar mereka dalam mengonsumsi berita-berita politik.11

Satu hari setelah acara KLB versi Moeldoko berlangsung, pada 6 Maret 2021, Detik.com menurunkan berita dengan judul “Saiful Mujani: Pengambilalihan Demokrat oleh Moeldoko Kasar dan Ugly!”. Dalam

10 James Curran and Michael Gurevitch, Mass Media and Society.

Third Edition. Newyork: Arnold London and Oxford University Press, 1982, hal. 19

11 Herman, Erdwad S dan Noam Chomsky, Manufacturing Consent, The Political Economy of The Mass Media New York. Phantheon Books Bab 1 hal.35

(24)

pemberitaan tersebut, Detik.com melakukan pengambilan narasumber Saiful Mujani menilai KLB sangat kasar dan buruk.

Di tanggal yang sama, Detik.com kembali menerbitkan berita dengan judul “Bicara Berlatar Spanduk 'Moeldoko Perusak Demokrasi', AHY: Lawan Kezaliman!”

dalam pemberitaan tersebut, Detik.com memberitakan dengan narasumber dari AHY mengajak setiap kadernya berani melawan kezaliman. Secara keseluruhan pada pemberitaan ini menonjolkan ketidakberpihakan Detik.com atas penyelenggaran Kongres Luar Biasa yang dilakukan oleh Moeldoko

Contoh kutipan dari berita di atas menunjukkan bahwa di balik usaha “keobjektifan” dari wartawan, nyatanya terdapat bias-bias dan interfensi makna dari media massa. Hal ini memperkuat pernyataan Eriyanto mengenai keobjektifan bahwa tidak ada satu pun media yang mempunyai independensi dan objektivitas yang absolute.12 Media memiliki posisi strategis dengan kekuasaan karena kekuatan legitimasinya dan dapat menjadi arena pertarungan kepentingan dan ideologi.

Liputan politik juga cenderung lebih sulit daripada reportase aspek kehidupan lainnya. Pertama, liputan politik mempunyai dimensi untuk membentuk opini publik, baik yang diinginkan oleh para politisi ataupun wartawan.

12 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik.

Yogyakarta. Lkis, 2002, hal. 25

(25)

Terutama oleh para aktor politik, berita politik diharapkan mempengaruhi sikap publik mengenai masalah yang dibicarakan si aktor dan menginginkan khalayak ikut serta dalam pembahasan dan tindakan politik melalui pesan politik yang disampaikannya. Pada komunikasi politik, bagian pembentukan opini ini sebenarnya menjadi tujuan utama, karena hal ini akan mempengaruhi keberhasilan politik para aktor politik.13

Fairlough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial.

Wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi. Konsumen media perlu mengetahui bahwa penulisan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal media. Pengungkapan faktor- faktor yang mempengaruhi penulisan berita dapat dilakukan dengan menggunakan analisis wacana kritis14

Berdasarkan analisis awal, bentuk, makna dan susunan wacana yang ada dalam berita Detik.com ini terdapat beberapa hal yang perlu dikaji. Dalam paradigma

13 Ibnu Hamad. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-Berita Politik.

Jakarta. Granit, 2004, hal. 2

14 Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta: LkiS, 2001, hal. 7

(26)

kritis, penggunaan bahasa pada media bersifat terencana dan memiliki maksud tertentu. Oleh karena itu, peneliti tertarik melihat wacana yang dibangun dalam berita tersebut pada Detik.com dengan judul “Wacana Partai tentang Konflik Pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat dalam Pemberitaan Detik.com”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan yang akan diteliti, maka peneliti membatasi masalah penelitian yaitu: Media yang akan diteliti adalah Detikcom yang memuat berita terkait Konflik Pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat pada periode 6 - 31 Maret 2021.

2. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti, peneliti merumuskan masalah-masalah penelitian, yakni:

1. Bagaimana wacana tentang pemberitaan konflik pasca Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di produksi oleh media online Detik.com?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(27)

• Untuk mengetahui bagaimana konstruksi wacana pemberitaan konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com

• Untuk mengetahui bagaimana kognisi sosial redaksi dalam menyajikan berita-berita tentang konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com.

• Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial yang digambarkan tentang konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya bagi Program Studi Jurnalistik, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis wacana kritis. Hasil penelitian diharapkan mendorong perkembangan penelitian interdisipliner yang terkait dengan institusi nasional, partai politik, opini publik dan pemerintahan.

b. Manfaat Praktis

• Diharapkan penelitian ini agar menjadi referensi, khususnya bagi pekerja atau praktisi media,

(28)

supaya memahami pembacanya sehingga dapat mendeskripsikan atau menyinggung dampak pemberitaan terhadap isu partai politik yang dikonsumsi masyarakat. Dengan cara ini, calon pekerja media dapat memberikan berita yang dikonstruksi di media massa, khususnya media online yang lebih baik untuk kedepannya.

• Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat menjadi inspirasi berpikir kritis masyarakat dalam menyikapi persoalan-persoalan yang ditampilkan oleh media massa, khususnya media online .

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

1. Skripsi Isnaanto Achmad Maulana, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013, dengan judul

“Komunikasi Politik di Media Massa: Studi Analisis Wacana Terhadap Pemberitaan Partai NasDem di Harian Media Indonesia.” Persamaan dengan penelitian ini ialah menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Skripsi ini fokus pada pemberitaan Partai NasDem di Harian Media Indonesia, sedangkan penelitian peneliti fokus

(29)

pada pemberitaan tentang konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com.

2. Skripsi Mohammad Iqbal Alimaghrobi, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2018, dengan judul “Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk dalam Pemberitaan Kebijakan Reklamasi Tahun 2015 Oleh Basuki Tjahja Purnama Pada Kompas.com dan Republika.co.id.” Persamaan denan penelitian ini ialah menggunakan analisis wacana kritis model Teun A.

Van Dijk, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Skripsi ini fokus pada perbedaan wacana yang disampaikan dua media online terkait pemberitaan kebijakan reklamasi tahun 2015 oleh Basuki Tjahja Purnama di Kompas.com dan Republika.co.id, sedangkan penelitian peneliti fokus pada pemberitaan tentang konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com.

3. Skripsi Ernawati Kurniawan, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017, dengan judul “Bias Pemberitaan Partai Perindo Dalam Program iNews Malam (Analisis Wacana Kritis Berita Kampanye

(30)

Politik Partai Perindro Dalam Program iNews Malam).” Persamaan dengan penelitian ini ialah menggunakan analisis wacana kritis model Teun A.

Van Dijk, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Skripsi ini fokus pada bias pemberitaan Partai Perindro dalam program iNews Malam, sedangkan penelitian peneliti fokus pada pemberitaan tentang konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com.

4. Jurnal yang ditulis oleh Azwar, Rizki Pratama Putra, dan Uljanatunnisa, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta tahun 2021 dengan judul

“Unsur Keberpihakan Pada Pemberitaan Media Online Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Kampanye pada Kumparan.Com.” Persamaan dengan penelitian ini ialah menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Jurnal ini menganalisis unsur keberpihakan pada pemberitaan kampanye di Kumparan.com, sedangakan penelitian peneliti fokus pada pemberitaan tentang konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com.

5. Jurnal yang ditulis oleh Ridwan Rustandi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati tahun 2018, dengan judul “Analisis Wacana Kritis Komodifikasi Da’í

(31)

dalam Program Televisi.” Persamaan dengan penelitian ini ialah menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Jurnal ini menganalisis aspek komodifikasi pemilihan da’i dalam program televisi “Islam Itu Indah”, sedangkan penelitian peneliti fokus pada pemberitaan tentang konflik pasca Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Detik.com.

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan Paradigma kritis.

Paradigma kritis memandang media bukanlah perantara yang netral dan bebas, tetapi media dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan. Stuart Hall menjelaskan penelitian yang dilaksanakan berdasarkan paradigma kritis ini diarahkan dalam rangka membongkar kenyataan palsu yang telah diselewengkan dan dipalsukan tersebut oleh kelompok dominan untuk kepentingannya.15 Dalam hal ini peneliti memandang bawa pemberitaan konflik Partai Demokrat pasca kongres luar biasa di Detik.com memiliki pandangan bahwa media massa terutama

15 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik.

Yogyakarta. Lkis, 2002, hal. 26

(32)

online dengan kecepatannya dapat menjadi kekuatan besar yang memiliki peran dalam memanipulasi kesadaran dan kenyataan kepada khalayak.

2. Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian dengan metode kualitatif deskriptif dikarenakan untuk melakukan pendalaman deskripsi analisis kritis pada kajian berita. Penelitian kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata.16 Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif lebih menekankan data dan informasi yang mendalam, melalui pemaparan analisis deskriptif tanpa harus menggunakan angka.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah media online Detik.com yang masif memberitakan isu yang akan diteliti. Adapun objek penelitian ini adalah teks pemberitaan konflik Partai Demokrat pasca kongres luar biasa pada periode 6 - 31 Maret 2021 dengan 3 judul berita.

16 Imam Gunawan. METODE PENELITIAN KUALITATIF: Teori dan Praktik. Jakarta. PT Bumi Aksara, 2013, hal. 82

(33)

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kantor redaksi Detik.com yang terletak di Transmedia, Jl. Kapten Tendean No.12-14A, RT.2/RW.2, Mampang Prapatan., Kecamatan. Mampang Prapatan., Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12790, Indonesia.

Namun, karena adanya pandemi COVID-19, maka penelitian dilakukan secara online . Waktu penelitian terhitung dari bulan Agustus 2021.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Dokumen

Peneliti melakukan metode studi dokumen bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang sudah di-publish secara sistematis dan objektif.

Dokumen dapat berbentuk dokumen publik.

Dokumen publik seperti, pemberitaan surat kabar, laporan polisi, transkrip acara TV, dan sebagainya.17 Untuk menganalisa secara mendalam peneliti mengamati teks pemberitaan konflik Partai Demokrat pasca kongres luar biasa pada periode 6- 31 Maret 2021 yang diperoleh melalui internet, atau sumber lain.

17 Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi, Organisasi, Komunikasi Pemasaran Edisi 1, Cet ke-3. Jakarta. Kencana. 2008, hal. 118

(34)

b. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan.18

Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui kognisi sosial dari pembuat teks (wartawan) pada pemberitaan konflik Partai Demokrat pasca kongres luar biasa yang ditulis oleh Detik.com. Berikut nama-nama wartawan yang akan dijadikan narasumber penelitian yaitu Ahmad Toriq sebagai Redaktur Pelaksana Kanal detiknews dan Tiara Aliya Azzahra sebagai wartawan Detikcom

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain oleh subjek.

Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat

18 Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).

Bandung, CV Alfabeta, 2018, hal.140

(35)

dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.19

Dengan metode ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga penulis dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti: catatan- catatan, foto-foto dan sebagainya. Metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang belum didapatkan melalui metode studi dokumen dan wawancara.

6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif metode analisis wac ana kritis model Teun A. Van Dijk, wacana yang digambarkan oleh Van Dijk, memiliki tiga dimensi, yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang

19 Haris Herdiansyah. Metodelogi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu- Ilmu Sosial: Prespektif Konvensional dan Kontemporer Edisi 2. Jakarta.

Salemba Humanika, 2010, hal. 143

(36)

masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk kemudian membaginya ke dalam 3 tingkatan.

Pertama, struktur makro yang merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema dalam suatu berita. Kedua, superstruktur, yang artinya struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, cara bagian- bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.

Ketiga, struktur mikro, yaitu makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.20

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari enam bab di mana masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

20 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Dan Analisis Framing, Bandung . Rosda Karya, Cetakan Keenam. 2012, hal. 75

(37)

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini mencakup landasan kerangka konsep dan kerangka teori. Kerangka teori membahas Konstruksi Realitas Media Massa, Analisis Wacana Kritis model Teun A. Van Dijk, Komunikasi politik, Partai Politik, dan Demokrasi

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini menjelaskan tentang profil Detik.com, sejarah, visi dan misi, dan struktur redaksional Detik.com.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini menjelaskan tentang hasil temuan dan tabel analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisis kognisi dan konteks sosial pada berita.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi analisis kognisi sosial dan konteks sosial

(38)

1 A. Landasan Teori

1. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir yang dikembangkan dalam penelitian ini dimulai dari realitas sosial yaitu konflik Partai Demokrat pasca kongres luar biasa di Deli Serdang.

Realitas tersebut kemudian ditangkap oleh media online Detik.com dan dikonstruksikan oleh pelaku media.

Realitas media ini terbentuk oleh nilai-nilai jurnalisme, nilai berita, obyektivitas, yang kemudian disimbolkan ke dalam sebuah bahasa dan gaya penulisan, untuk menonjolkan wacana tertentu dan membentuk opini publik, sehingga kemudian menghasilkan sebuah teks berita.

Akhirnya, teks berita dianalisis menggunakan analisis wacana, yaitu dengan menggunakan elemen- elemen yang dikembangkan oleh Van Dijk, sehingga ditemukan wacana apa yang ditonjolkan dalam teks.

Berikut adalah kerangka berpikir yang dikembangkan oleh peneliti.

(39)

2. Media Massa

Media massa adalah salah satu aktor utama dalam demokrasi modern. Nilai yang paling nyata dari media massa (seperti radio, surat kabar, majalah, dan televisi) adalah, kemampuannya untuk menjangkau jumlah khalayak yang tidak terbatas. Menurut J. Keane, dalam buku Media dan Demokrasi (1991), perkembangan media massa selalu berjalan seiringan dengan aspirasi demokrasi dan pertarungan untuk meraih kekuasaan politik.1

Menurut Chaffe, media massa merupakan sumber informasi politik yang penting, tidak hanya sebagai pelengkap komunikasi antarpribadi, tetapi juga sebagai pendukung perkembangan politik seseorang atau sebuah

1 Ida Ayu Putri Sri Widnyani. Perilaku dan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Legislatif. Sidoarjo. Zifatama Jawara, 2010, hal.80

Bagan 1 Kerangka Pemikiran Peneliti

(40)

organisasi, dan pada akhirnya penentuan apakah media berpengaruh atau tidak adalah pengguna media itu sendiri.2

Menurut penjelasan Habermas mengenai publicsphere (ruang publik), media massa dapat diposisikan sebagai salah satu ruang publik. Ruang publik yang dimaksud adalah ruang di mana negara dan masyarakat, serta individu di dalamnya memiliki kesempatan dan peran yang sama untuk berpartisipasi dalam diskusi mengenai berbagai isu kepentingan bersama guna mencapai konsensus di antara mereka.3

Peran ideal media adalah untuk menyediakan atau wadah berbagi informasi, saluran komunikasi yang diperlukan untuk menentukan sikap dan memfasilitasi pembentukan opini publik dengan hadir secara independen dan otonom. Berbagai isu dapat diperdebatkan secara objektif dan adil. Beberapa tugas yang harus dilakukan oleh media massa dalam mencapai demokrasi: 4

1. Media massa harus menginformasikan (inform) dalam arti “pengawasan” atas hal yang terjadi di sekitar masyarakat.

2 Ida Ayu Putri Sri Widnyani. Perilaku dan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Legislatif. Sidoarjo. Zifatama Jawara, 2010, hal.81

3 David Midgley, Beyond Habermas: Democracy, Knowledge, and the Public Sphere. London. British Library, 2012, hal.23

4 McNair, Brian. An Introduction to Political Communication.

ROUTLEDGE, 1995, hal. 21-22

(41)

2. Media massa harus mendidik (educate) tentang makna dan manfaat fakta dengan tetap menjaga obyektivitasnya dalam menganalisis fakta.

3. Media massa harus menyediakan satu platform untuk publik mengenai wacana politik, memfasilitasi pembentukan opini publik, dan menyiapkan opini balikan dari mana saja datangnya.

4. Memberikan publisitas kepada pemerintah dan institusi lainnya. Di sini media massa berperan sebagai “watchdog”.

5. Media massa dalam masyarakat demokratis berperan sebagai saluran untuk memobilasi opini politik yang berbeda-beda

Media massa sendiri dalam studi komunikasi massa sering dipahami sebagai alat yang teroganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak dengan publik dalam waktu yang singkat. Teori Komunikasi juga sering dilihat dari segi pembahasan (subject in commmunication theory) seperti yang dilakukan oleh Littllejohn (1999) teori sistem, tanda dan bahasa, wacana, produksi pesan, pemrosesan dan penerimaan pesan, interksionime simbolik drama dan

(42)

narasi, realitas sosial dan budaya, pengalaman dan interpretasi, dan teori kritis. 5

Media massa memiliki keterkaitan yang erat dengan masyarakat. Bahkan dalam sistem sosial, media massa menjadi salah satu institusi sosial yang memiliki potensi dan efek yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, sebagai sumber kekuatan perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial politik. Sekaligus juga sebaliknya, media massa memiliki ketergantungan terhadap kehidupan politik.6

Media massa dalam suatu negara terikat dalam jejaring sistem sosial dan politik, sebagaimana dijelaskan oleh Mc Quail sebagai berikut : Media massa sebagai bagian dari sistem kenegaraan, maka kalangan otoritas kebijakan negara (society/nation) akan menentukan mekanisme operasionalisme media massa dalam menjalankan fungsinya sesuai kepentingan nasional/negara. Sementara itu, pemilik media (media owner) memperlakukan media massa sebagai sarana bisnis, sedangkan bagi para komunikator terutama wartawan yang ditujukan adalah kepuasan profesi dan idealisme.

5 Stephen W Littlejohn. Theories of Human Communication.

Belmont. Wadsworth Publishing Company, 1999, hal. 39

6 Arifin. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung.

Remaja Rosda Karya. 1992, hal. 17

(43)

Kelompok masyarakat tertentu berupaya menggunakan media massa sebagai infrastruktur kekuasaan. Untuk regulasi, kebijakan undang-undang dan regulasi terkait media yang mencerminkan partisipasi kelas penguasa dalam kehidupan media massa. Sementara itu, masyarakat (kelas bawah) mengharapkan media massa menampilkan dirinya sebagai wadah untuk kontrol dan perubahan sosial.7

Hal tersebut menunjukkan dilema media massa dalam konflik kepentingan berbagai pihak. Khususnya di bidang politik, posisi pers sering bergantung pada sistem politik yang berlaku. Sistem media massa sangat bergantung pada sistem politik yang dikembangkan oleh kekuasaan negara. Oleh karena itu, terdapat banyak teori yang berbeda untuk menjelaskan penerapan sistem komunikasi massa di suatu negara. Media massa, hubungan masyarakat dan periklanan cenderung menggunakan teknik enkapsulasi pesan untuk mencapai tujuan komunikasi.8

7 Denis Mc Quail. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta.

Salemba Humanika. 1989, hal.75-76

8 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik di Media Massa Sebuah Study Critical Discourse Analysis Discourse. Jakarta. Granit, 2004

(44)

Dari perspektif media massa Indonesia kontemporer, kehadiran media massa menghadapi dilema terkait tuntutan reformasi media massa. Khusus mengenai komunikasi politik, Idy Subandy Ibrahim mengamati bahwa komunikasi politik pasca reformasi ditandai dengan peleburan politik dalam budaya populer.9

3. Konstruksi Realitas Media Massa

Karya Peter L Berger dan Thomas Luckman berjudul “Membangun Realitas Sosial Konstruksi realitas di jejaring sosial (1996)” merupakan landasan teoritis untuk memahami bagaimana suatu peristiwa direproduksi oleh pelaku media untuk menyampaikannya kepada pembaca. Publik dapat memiliki konstruksi yang berbeda pada suatu kenyataan. Teori Konstruksi Realitas Sosial, yang berpendapat bahwa "realitas adalah konstruksi sosial”.

9 Bachtiar Effendi, Repolitisasi Islam : Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?, Bandung. Mizan, 2000, hal.195

Gambar 1 Jejaring Media oleh McQuail

(45)

Pendekatan konstruksi realitas sosial menurut Peter L Beger dan Luckman secara simultan mengalami tiga proses, yaitu eksternal, objektif dan internal. Pertama, tahap eksternalisasi merupakan upaya untuk mentransmisikan atau memanifestasikannya di dunia, baik dalam aktivitas moral maupun fisik. Pada tahap inilah masyarakat dilihat sebagai produk manusia. Kedua, objektivitas adalah hasil dari keadaan eksternal yang disadari orang, baik secara material maupun moral.

Hasilnya seperti fakta objektif yang tampak untuk dilihat semua orang. Ketiga, intrinsik adalah hasil penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran, sehingga subjektivitas individu diatur oleh struktur dunia sosial.10 Ketiga proses ini kemudian akan ada dalam diri individu dalam konsepsi pemahamannya tentang realitas sosial.

Liputan media terutama didasarkan pada pengumpulan fakta untuk membentuk wacana yang bermakna. Jadi, dapat dikatakan bahwa tugas jurnalis adalah menciptakan realitas. Komunikator ini bisa disebut pembangun realitas (reality builder).Dalam proses membangun realitas, bahasa merupakan faktor utama atau penting. Bahasa adalah alat utama untuk menciptakan realitas. Bahasa adalah alat untuk mempertahankan

10Peter L. Beger & Thomas Luckmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan:

Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan (diterjemahkan dari buku asli The Social Construction of Reality oleh Hasan Basari). Jakarta: LP3ES. 1990, hal.

87

(46)

dominasi atau memperoleh kekuasaan. Menurut kebiasaan, bahasa merupakan perpaduan antara hal-hal pribadi dan hal-hal sistematik/sosial.11

Media massa memiliki cara yang berbeda untuk mempengaruhi bahasa dan definisi ini: mengembangkan kata-kata baru dengan definisi yang terkait; memperluas arti istilah yang ada; mengganti arti lama suatu istilah dengan arti baru; memperkuat instruksi makna yang sudah ada dalam sistem linguistik.

Dalam pembentukan realitas, terdapat peran penting bahasa, seperti dijelaskan Stuart Hall, yaitu bahasa dan wacana dipandang sebagai arena persaingan sosial dan bentuk-bentuk realitas yang bermakna. Bahasa sebagaimana dipahami oleh kaum strukturalis adalah suatu bentuk di mana, pada peristiwa yang sama, realitas dapat ditandai secara berbeda. Makna yang berbeda dapat dihubungkan ke peristiwa yang sama.12

Gambar 2 Model Konstruksi Realitas Media Massa

11 R. Jenkins. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. (Nurhadi, Ed.).

Yogyakarta. Kreasi Wacana, 2004, hal.108

12 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta. LkiS. 2009, hal 29-30

(47)

4. Ekonomi Politik Media

Pertumbuhan media massa yang bebas dan secara global mencerminkan dominasi dunia atas struktur politik dan ekonomi serta pemilik modal. Di era globalisasi informasi yang melanda negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, media cenderung lebih memperhatikan sisi bisnis.13 Perhatian penelitian ekonomi politik diarahkan pada kepemilikan, kontrol, dan pengoperasian pasar media. Dalam pandangan ini, institusi media dipandang sebagai sistem ekonomi yang terkait erat dengan sistem politik.

Contohnya pada perusahaan media saat ini khususnya media online di Indonesia seperti MNC Group, Trans Corp, dan lain-lain. Media-media tersebut fokus pada segelintir pengusaha dan aktor politik yang memiliki akses kuat ke lingkaran kekuasaan. Ini bertujuan untuk mengklaim upaya yang mengarah pada konsolidasi dan konvergensi di bidang komunikasi modern. Jenis konsentrasi ini menimbulkan paradoks mengenai fungsi media sebagai ruang publik dengan fungsi sosial tertentu yang melekat di dalamnya.

Pendekatan ekonomi politik yang pada dasarnya menyatukan ekonomi (seperti kepemilikan dan kontrol media), keselarasan kepemimpinan, dan faktor-faktor lain

13 Doyle Paul Jhonhson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Penerjemah MZ. Lawang, Jakarta. Gramedia, 1988, hal. 237.

(48)

yang menyatukan industri media dengan industri lain, serta dengan elit politik, ekonomi, dan sosial. Pemahaman mengenai ekonomi politik media menjelaskan bahwa isi dan makna pesan media ditentukan oleh basis ekonomi organisasi media yang memproduksinya. Organisasi media komersial harus memahami kebutuhan pengiklan dan harus menghasilkan produk yang dapat menjangkau khalayak seluas-luasnya.14

Perspektif ekonomi politik kritis juga sepenuhnya menganalisis intervensi publik sebagai proses legitimasi melalui ketidaksepakatan publik atas bentuk apa yang harus diambil sebagai hasil dari upaya modal pemimpin politik dalam rangka mereduksi wacana dan representasi publik.

Terdapat kriteria yang dianalisis secara material dari segi ekonomi politik, meliputi tiga kriteria, yaitu;

Kriteria pertama adalah masyarakat kapitalis menjadi kelompok (kelas) yang dominan. Kedua, media dipandang sebagai elemen ideologis di mana kelas-kelas masyarakat berjuang, bahkan dalam konteks dominasi kelas tertentu.

Sebagai kriteria terakhir, profesional media menikmati otonomi yang disosialisasikan dalam norma-norma budaya yang dominan.15

14 Agus Sudibyo. Absennya Pendekatan Ekonomi Politik Media.

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN 1,410-4946 Volume 4, Nomor 2.

2000, hal. 115-134

15 Alfaribi. Kajian Komunikasi Kritis terhadap Ekonomi Politik Media. Jurnal IDEA FISIPOL UMB, Volume. 4, Nomor. 17. Juni 2010, hal. 1- 84

(49)

5. Kajian Wacana

Istilah “wacana” berasal dari bahasa Sansekerta wac / wak / vak, "berkata", "berbicara". Kata-kata setara dengan ucapan verbal dalam bahasa Inggris. Wacana sering digunakan di luar bidang bahasa dan sastra, tetapi juga dalam bidang sosiologi, antropologi, politik, dan filsafat. Di luar bidang linguistik dan sastra, kata wacana sering digunakan di atas atau dengan kata sifat diskursif.

Dalam bidang linguistik, tuturan verbal lebih jarang digunakan daripada tuturan verbal sehingga menjadi analisis wacana.16

Wacana adalah komunikasi linguistik yang melibatkan pertukaran antara pembicara dan pendengar.

Hal-hal menjadi relasi dalam kesatuan bahasa. Pertama, unsur abstraksi menyediakan pengajaran bahasa dan aturan yang digunakan bahasa itu. Kedua, unsur bahasa yang berkomunikasi saat berkomunikasi disebut sebagai wacana. Wacana tergolong dalam proses jurnalistik sebagai teks yang isinya memenuhi kriteria jurnalistik..17

Secara lebih sederhana, definisi Lull's Speech dalam Analisis Teks Media adalah tahap di mana objek atau ide didiskusikan secara terbuka dengan audiens untuk menghasilkan definisi yang tepat yang tersebar luas.

Wacana merupakan tuturan dimana seorang pembicara

16 Deddy Mulyana. Human Communication: prinsip – prinsip dasar.

Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 4

17 Aris Badara. Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapanya pada Wacana Media. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2012, hal.16

(50)

mentransmisikan sesuatu tentang sesuatu kepada pendengar. Bahasa merupakan perantara dalam proses ini.18

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi disebut wacana.19 Bahasa itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor politik yang dapat menjadikannya sebagai wacana politik. Para ahli politik memandang pidato sebagai strategi politik untuk menggunakan bahasa, karena bahasa adalah aspek utama untuk menggambarkan suatu subjek.

Secara umum, menurut konsep Geoffrey Leech, fungsi bahasa dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu fungsi informasional, fungsi ekspresif, fungsi indikatif, fungsi estetika, dan fungsi fonetik.20

Studi wacana merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dan sering disebut sebagai analisis wacana, seperti yang dikatakan Darma sebagai

"sebuah disiplin yang berusaha untuk mengkaji penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam komunikasi adalah analisis wacana". Analisis wacana adalah disiplin

18 Alex Sobur. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing. Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 11

19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta. LkiS. 2009, hal. 16

20 Geoffrey Leech. Semantic. Penguin Books. 1997, hal. 52

(51)

ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa dalam perilaku komunikatif. 21

Analisis wacana merupakan analisis isi yang lebih kualitatif dan dapat menjadi alternatif untuk melengkapi dan menyembunyikan kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang banyak digunakan oleh para peneliti. Jika dalam analisis kuantitatif pertanyaan lebih ditonjolkan untuk menjawab “apa” dari suatu pesan atau teks komunikasi, maka dalam analisis wacana lebih menitikberatkan pada “bagaimana”, khususnya isi teks berita. dan cara penyampaian pesan. 22

Analisis wacana tidak dimaksudkan untuk mencari aturan dan peraturan seperti tata bahasa, tetapi perlu untuk mengetahui aturan tentang penerimaan audiens terhadap munculnya pidato lintas bahasa. Mengenai penggunaan bahasa dalam analisis wacana, Hikam membagi tiga sudut pandang sebagai berikut: 23

a. Dari perspektif positivisme empiris, pendekatan ini berpendapat bahwa wacana yang mengandung kohesi dan koherensi. Kohesi merupakan hubungan antar bagian yang ditandai dengan adanya unsur kebahasaan. Adapun koherensi

21 Aliah Darma. Analisis Wacana Kritis, Bandung. Yayasan Widya bekerja sama dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI, 2009, hal.15

22 Zaenal Mukarom, Teori-Teori Komunikasi. Bandung. Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, hal. 254

23 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta. LkiS. 2009, hal. 4

(52)

adalah hubungan antara bagian-bagian yang mengandung makna dalam sebuah wacana.

b. Pandangan konstruktivis, pandangan ini menganggap bahasa bukan sebagai realitas objek dan terpisah dari subjek dalam tuturan, tetapi subjek sebagai bagian dari faktor utama dalam wacana dan hubungan sosial.

c. Pandangan kritis, pandangan ini mengoreksi pandangan konstruktivis yang kurang sensitif terhadap produksi dan reproduksi makna (historis dan institusional). Analisis wacana kritis menunjukkan bahwa jika individu tidak dilihat sebagai subjek netral untuk menafsirkan apa pun yang mereka inginkan, itu karena hubungan dan pengaruh kekuatan sosial dalam masyarakat.

Dengan demikian, wacana dapat menemukan kekuatan yang ada dalam semua proses linguistik.

Perspektif kritis inilah yang membedakan model ketiga ini dari dua model sebelumnya. Ahli bahasa menyebutnya Critical Discourse Analysis (CDA). Inti dari analisis wacana adalah interpretasi teks dan konteks secara bersamaan dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, mengingat sifat bahasa yang tidak netral, analisis wacana kritis harus dikembangkan dan digunakan sebagai

(53)

metode untuk mengekspresikan preferensi, ide, dan kekuatan latihan dalam proses bahasa dan berwacana. 24 5.1 Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis adalah salah satu jenis praktik analisis wacana. Analisis wacana kritis mulai berkembang pada akhir tahun 1970-an berkenaan dengan bentuk wacana, proses membaca, dan potensi sosial melalui analisis kritis dan interpretasi opini dan penjelasan wacana untuk memperoleh titik temu antara bahasa, ideologi, dan hak asasi.25

Menurut Eriyanto kualitas analisis wacana kritis selalu dilihat dari kemampuannya menempatkan teks dalam konteksnya yang penuh dan utuh melalui hubungan antara analisis pada tahap teks dan analisis semantik pada tahap yang lebih tinggi.26 Dari penjelasan di atas, analisis wacana kritis juga menggunakan metode kritis, dalam analisis linguistik tidak hanya dilihat dari sudut pandang kebahasaan tetapi juga dari segi konteks yaitu tujuan dan sasaran dan praktik yang ada dalam setiap wacana.

Eriyanto dalam buku Analisis Wacana, misalnya, menghadirkan model analisis wacana kritis dari

24 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta. LkiS. 2009, hal. 9

25 Pang Hongmei & Wu Sijun. Critical Instance Analysis of News English Discourse. Kanada. Canadian Center of Science and Education, 2009, hal. 148

26 Aris Badara. Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapanya pada Wacana Media. Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2012, hal.15

(54)

sejumlah tokoh di lapangan, termasuk Teun A. van Dijk, Fairclough dan Wodak. Di antara sekian banyak model analisis wacana, model Van Dijk adalah yang paling banyak digunakan.27 Teori Analisis Wacana Kritis (AWK) dikembangkan oleh Teun A. Van Djik, seorang pelopor dalam analisis wacana. Analisis wacana kritis merupakan perspektif baru dalam analisis wacana. Implementasi yang dilakukan oleh AWK menggunakan pendekatan interdisipliner dengan proses interpretasi yang lebih kritis dan sensitif .28

5.2 Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk Penelitian ini menggunakan metode Analisis Wacana Kritis menurut model Teun A. Van Dijk. Van Dijk menyusun unsur-unsur wacana itu agar dapat dipergunakan dan dipergunakan secara praktis. Model yang digunakan oleh Van Dijk sering disebut sebagai

“kesadaran sosial”. Menurut Van Dijk, kajian wacana tidak semata-mata didasarkan pada analisis tekstual, karena teks muncul dari aktivitas produktif yang juga harus diamati.

Analisis wacana kritis dibedakan dengan analisis wacana dari ideologi lain. Perbedaan antara analisis

27 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2012 , hal.16

28 Haryatmoko. Critical Discourse Analysis : Landasan Teori, Metodologi dan Penerapan. Jakarta. Rajawali Pers, 2016, hal.18

(55)

wacana dan analisis wacana kritis secara umum adalah bahwa (1) tujuan utama analisis wacana kritis tidak hanya untuk berkontribusi pada suatu bidang ilmu, paradigma atau teori wacana pada khususnya, tetapi juga lebih terfokus pada analisis sosio-sosial, isu-isu politik dan (2) analisis wacana kritis dengan pemikiran sosial politik yang jernih, yaitu mengesampingkan ide, pendapat, dan prinsip pada tujuan tindakan politik. 29

Fenomena penciptaan makna dalam wacana politik dapat dielakkan melalui analisis wacana yang dikembangkan oleh Van Dijk, dalam praktiknya menggunakan kajian linguistik, khususnya ketika menganalisis aspek tekstual wacana politik. Ini terbukti ketika menganalisis unit-unit linguistik pada tingkat transmisi leksikal, sintaksis, dan gaya dalam kerangka struktur mikro. Namun dengan menganalisis konteks, proses produksi dan maknanya.

Analisis wacana menganggap teks sebagai bagian dari struktur makro. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan bahwa citraan diskursif tidak hanya mencakup aspek kebahasaan, tetapi juga proses

29 Teun A. Van Dijk. Discourse, Power and Access , in C.R. Caldas (ed.) Studies in Critical Discourse Analysis. London. Routledge (in press), 1993b, hal. 252

Gambar

Gambar 1 Jejaring Media oleh McQuail
Gambar 2 Model Konstruksi Realitas Media Massa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat mengenai implementasi kebijakan luar negeri Indonesia terhadap konflik Israel- Palestina pasca reformasi dimana

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kecenderungan dari surat kabar kompas untuk memberikan porsi yang besar kepada pengamat politik untuk mengkritisi hasil Kongres

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan seleksi terhadap artikel berita pada Harian Republika yang terkait dengan konflik PKS dan Partai Demokrat

Konflik Antara Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat tentang Kenaikan Harga BBM (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Konflik Partai Keadilan Sejahtera dan

Tulisan ini ingin menjelaskan pelembagaan partai politik lokal dalam transisi demokrasi di Aceh pasca konflik. Bagaimana institusionali- sasi partai politik lokal untuk

Konflik tersebut terjadi pada pra Kongres Pertama Partai yang terdiri dari beberapa motif politik pasca wacana pengusungan Surya Paloh sebagai Ketua Umum

Tulisan ini ingin menjelaskan pelembagaan partai politik lokal dalam transisi demokrasi di Aceh pasca konflik. Bagaimana institusionali- sasi partai politik lokal untuk

Gejala yang terjadi di dalam partai Demokrat pasca Anas Urbaningrum tampaknya sesuai dengan yang disebutkan oleh Nurhasim 2018, bahwa setelah konflik justru partai mengarah pada proses