• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT REMAJA: Studi Deskriptif tentang Perilaku Seksual Siswa Kelas IX SMPN 4 CimahiTahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT REMAJA: Studi Deskriptif tentang Perilaku Seksual Siswa Kelas IX SMPN 4 CimahiTahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT REMAJA

(Studi Deskriptif tentang Perilaku Seksual Siswa Kelas IX SMPN 4 CimahiTahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh Afifah 0700418

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT REMAJA

(Studi Deskriptif tentang Perilaku Seksual Siswa Kelas IX SMPN 4 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh Afifah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas IlmuPendidikan

© Afifah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0700418

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT REMAJA

(Studi Deskriptif tentang Perilaku Seksual Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Hj.Nani M. Sugandhi, M.Pd. NIP.19570830 1981012 001

Pembimbing II

Dra. Hj.Setiawati, M.Pd. NIP.19621112 198610 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Afifah (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Remaja (Studi Deskriptif tentang Perilaku Seksual Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013).

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan program Bimbingan dan Konseling pribadi sosial yang optimal untuk mengembangkan perilaku seksual sehat siswa SMP Negeri 4 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 4 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 secara keseluruhan berjumlah 387 siswa dan yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 151 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) secara umum siswa SMP Negeri 4 Cimahi berada pada kategori sehat namun butuh pengembangan agar termasuk dalam kategori sangat sehat; (2) rumusan program khusus Bimbingan dan Konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat; (3) program mengacu pada Bimbingan dan Konseling Komprehensif dengan pendekatan berorientasi pada pencegahan dan pengembangan.

Kata Kunci :

Perilaku Seksual Sehat, Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial

(5)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT

Afifah (2013). Development and Counseling Program to development

Student’s Healthy Sexual Behavior. (Development Base on the Study Student’s Healthy Behavior Junior Hight School 4 Cimahi Academic Year of

2012/2013).

The porpose of this research is to produce a guidance and counseling program that optimized to develop healthy sexual behavior of junior high school student 4 Cimahi in academic year of 2012 / 2013. The approach which is used to research the sexual behavior of students is a quantitative approach with descriptive methods, which quantity are 387 students and research sampled number is 151 students. Random sampling is a technique which is used when the data was collected. The result of this research show that : (1) Generally the student have healthy catagory but needs that development includes in category so healthy ; (2) Formula program guidance special and social person counsellings to develop healthy sexual behaviours ; (3 ) Point on komprehensif's guidance and counselling with preventive approach and developmental.

Keywords:

(6)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii DAFTAR ISI

PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Anggapan Dasar ... 8

F. Metode Penelitian... 9

G. Populasi dan Sampel Penelitian ... 10

BAB II PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU SEKSUAL SEHAT REMAJA ... 11

A. Remaja... 11

1. Konsep Remaja ... 11

(7)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja ... 14

B. Perilaku Remaja ... 18

1. Pengertian Perilaku seksual Remaja ... 18

2. Bentuk Perilaku Seksual ... 19

3. Karakteristik seksual Remaja ... 21

4. Faktor-Faktor Penyebab Masalah Perilaku Seksual Remaja 24 5. Perilaku seksual sehat Remaja ... 25

C. Bimbingan dan Konseling Pribadi sosial ... 27

1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ... 27

2. Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ... 29

D. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ... 31

1. Pengertian dan Karakteristik ... 31

2. Komponen Program BK ... 33

3. Langkah-langkah Penyusunan Program BK ... 35

4. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Remaja ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 40

B. Definisi Operasional Variabel ... 40

1. Perilaku Seksual Sehat Remaja ... 40

2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial ... 42

C. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel ... 42

D. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data... 44

1. Instrumen Pengungkap Perilaku Seksual Sehat Siswa ... 44

2. Instrumen Pengungkap Perumusan Rancangan Hipotetik Program BK untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Remaja ... 49

(8)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 57

G. Prosedur Penelitian... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(9)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa yang paling mengesankan dan indah dalam perkembangan hidup manusia, karena pada masa tersebut penuh dengan tantangan, gejolak emosi dan perubahan yang menyangkut perubahan jasmani, psikologis, dan sosial. Menurut (Yusuf, 2007:184) secara tentatif rentangan masa remaja berkisar antara 12 – 15 tahun sampai 19-22 tahun.

Kelompok usia remaja merupakan sumber daya manusia yang paling potensial sebagai tunas bangsa dan penentu masa depan bangsa. Salah satu tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini terkait dengan munculnya sejumlah masalah pada siswa sebagai akibat perkembangan teknologi informasi. Dampak perkembangan teknologi informasi tidak selamanya positif bagi siswa terutama dalam mengembangkan proses belajarnya, melainkan tidak dapat dihindarkan juga adanya dampak yang kurang menguntungkan, berupa kecenderungan seks bebas. Kelompok remaja perlu mendapatkan penanganan dan perhatian serius untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna serta berkembang baik dan benar, meningkatkan kualitas serta kemampuannya sehingga hasil kerjanya akan maksimal. Banyaknya remaja yang menunjukkan perilaku positif dengan prestasi gemilang dari berbagai bidang, namun tidak sedikit pula remaja di kalangan pelajar yang berperilaku mengarah pada hal-hal yang negatif, mulai dari tawuran, merokok, penggunaan narkoba, bahkan sampai perilaku seksual bebas yang berakibat terjadinya kehamilan yang tak diinginkan, adanya tindakan aborsi, serta resiko terkena penyakit HIV/ AIDS atau penyakit menular seksual lainnya.

(10)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan mulai berfungsinya organ – organ tubuh termasuk organ reproduksi. Perubahan psikis yang dialami pada masa pubertas tersebut adalah lebih memperhatikan diri sendiri, dan juga ingin diperhatikan oleh lawan jenisnya dengan menjaga penampilannnya. Adapun perubahan sosial yang dialami remaja pada fase ini adalah remaja akan lebih dekat dengan teman sebayanya dibandingkan dengan orang tuanya sendiri. Hal ini tentu banyak sekali menimbulkan akibat, salah satunya adalah sumber informasi, karena remaja cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya maka kemungkinan dia pun akan lebih percaya pada informasi yang berasal dari teman – temannya, termasuk informasi tentang seksualitas. Padahal informasi seperti itu belum tentu dapat dipertanggung jawabkan.

Penggunaan teknologi informasi oleh masyarakat terutama remaja, baik berupa televisi dan perfilman serta internet yang digunakan untuk tujuan lain seperti dengan memperkenalkan budaya pacaran yang bebas, menampilkan tayangan – tayangan porno, adegan – adegan yang kurang senonoh, serta tayangan – tayangan dan informasi yang merangsang birahi, yang menjajakan sejumlah menu sajian pemuas syahwat, merupakan faktor yang berkontribusi terhadap perilaku seksual bebas.

(11)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kehidupannya dengan mengabaikan ajaran agama yang dianutnya dan nilai normatif yang ditanamkan pada dirinya dalam menyelesaikan persoalan. Pada akhirnya pergaulan bebas yang menjadi solusi dalam memecahkan berbagai persoalan hidupnya.

Fakta kecenderungan perilaku seks bebas dan situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi terhadap dekadensi moral, kriminalitas, dan kekerasan seks di kalangan remaja usia sekolah menengah terus mengalami peningkatan. Disebutkan oleh M. Masri Muadz, direktur remaja dan perlindungan hak – hak reproduksi BKKBN, menurutnya berdasarkan hasil penelitian Lembaga Survey BKKBN pada tahun 2008 dengan mengambil sampel di 33 provinsi di indonesia, 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks, sebanyak 21% diantaranya melakukan aborsi. Angka ini naik dibandingkan dengan penelitian tahun – tahun sebelumnya yakni, berdasar data penelitian yang dilakukan oleh Synovate Research (www.kompas.com), diakses tanggal 20 Maret 2012, pada tahun 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar, masih berkisar 47,54% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah. Namun, hasil survey terakhir tahun 2008 meningkat menjadi 63%.

Berdasarkan hasil Survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pada tahun 2009 terhadap siswa SMP dan SMA di Bandung dari 12.742 responden 0,64% responden melakukan hubungan seks, 0,77% responden melakukan petting, 2,56% responden saling meraba anggota badan yang sensitif, 2,86% melakukan necking, 6,62% berciuman bibir, 9,85% responden mencium pipi/kening, 12,11% saling berpelukan/saling merangkul, 23,53% responden berpegangan tangan, dan 41,06% responden hanya mengobrol selama masa pacaran. Berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi, 41,71% responden berpengetahuan baik dan 58,29% responden berpengetahuan kurang. (Tribun – Jakarta 19 Desember 2008).

(12)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

siswa di delapan sekolah di kota Bandung, memperkuat kebenaran fakta tersebut, dari 250 remaja yang menjadi sampel penelitian ditemukan mayoritas remaja yaitu 217 orang atau 87% memiliki teman dekat atau pacar, bahkan 94% dari total 250 remaja mengatakan bahwa memiliki pacar itu perlu. Dari 87% remaja yang memiliki pacar, 97% remaja pernah melakukan persentuhan fisik, 61% atau 152 orang pernah melakukan cumbuan, sementara hubungan badan sebanyak 17% atau 42 remaja.

Di sisi lain, perilaku remaja yang berpacaran juga tergambar dari survey yang juga dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah tahun 2005 (www.kompas.com) diakses tanggal 20 Maret 2012, perilaku yang dilakukan yaitu, saling ngobrol 100%, berpegangan tangan 93,3%, berciuman bibir 60,9%, mencium leher mencium pipi 84,6% kening 36,1% saling meraba (payudara dan kelamin) 25% dan melakukan hubungan seks 7,6%. Khusus untuk yang melakukan hubungan seks, pasangannya adalah pacar 78,4%, teman 10,3% dan pekerja seks 9,3%. Alasan mereka melakukan hubungan seks adalah coba – coba 15,5%, sebagai ungkapan rasa cinta 43,3%, kebutuhan biologis 29,9%. Adapun tempat untuk melakukan hubungan seks adalah rumah sendiri/pacar 30%, tempat kos/kontrak 32%, hotel 28%, dan lainnya 9%.

Perilaku seksual tersebut merupakan salah satu penyimpangan perilaku remaja. Menurut Sarwono (2010:174) perilaku seks adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis (heteroseksual) maupun sesama jenis (homoseksual). Bentuk – bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan, hewan, atau diri sendiri.

(13)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah coba – coba sendiri mencari sumber informal. Sebagai contoh informasi tersebut mereka coba penuhi dengan cara membahas bersama teman – teman, buku – buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan jalan matsurbasi, bercumbu atau berhubungan seksual. (Tribun – Jakarta, 19 Desember 2008).

Hasil studi pendahuluan di SMPN 4 Cimahi, sebagai sekolah penelitian, kondisinya pun tidak jauh berbeda dengan sekolah lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator BK di sekolah tersebut menyebutkan bahwa terdapat beberapa kasus yang mennjukkan gejala kemerosotan moral berkaitan dengan masalah seksual pada siswa yang terjadi di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Pernah ditemukan beberapa kali di handphone siswa terdapat gambar maupun video porno, dan melakukan aktivitas berpacaran di luar batas, pihak sekolah mengkhawatirkan hal ini akan berpengaruh terhadap perilaku seksual siswa. Oleh karena itu diperlukan adanya program bimbingan khusus pribadi sosial sebagai komplemen program bimbingan yang sudah ada untuk mengatasi masalah perilaku seksual tersebut.

(14)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam kajian psikologi perkembangan, masa remaja adalah masa memungkinkan seseorang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu ingin mencoba banyak hal termasuk masalah seksualitasnya. Maka pemberian pemahaman tentang pendidikan seks yang benar perlu diberikan kepada mereka khususnya di lembaga pendidikan formal maupun non formal atau bahkan di dalam keluarga sebagai wadah awal pendidikan seks bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar remaja tidak mencari informasi tentang masalah seksual dari orang lain atau sumber – sumber yang tidak jelas kebenarannya bahkan keliru sama sekali.

Berkaitan dengan fenomena tersebut pemberian layanan bimbingan dan konseling untuk memberikan pemahaman mengenai masalah-masalah perilaku seksual sehat perlu diberikan kepada remaja. Hal ini dimaksud agar remaja tidak mencari infomasi tentang masalah seksual dari orang lain atau sumber-sumber yang diragukan kebenarannya atau bahkan tidak benar sama sekali.

Layanan Bimbingan dan Konseling pribadi-sosial diharapkan dapat membantu siswa dalam pengenalan perilaku seksual sehat serta memberikan arahan terhadap perkembangan remaja. Program Bimbingan dan Konseling pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka membantu siswa agar dapat mengetahui, memahami perilaku seksual yang sesuai dengan norma agama, sosial, dan moral dan dapat mengambil keputusan perilaku seksual dalam kehidupannya secara sehat baik secara fisik, psikis, maupun sosial sehingga perilaku yang dimunculkan adalah perilaku seksual yang bertanggung jawab baik pada diri sendiri, orang lain terlebih lagi bertanggung jawab kepada Allah SWT.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

(15)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

remaja tidak jatuh dalam perilaku seksual bebas maka perlu mendapat perhatian serius salah satu diantaranya adalah pendidikan seksual remaja dan kesehatan reproduksi. Selama ini masalah remaja banyak terlupakan karena usaha penanggulangan dan pencegahan PMS akibat dari seksual bebas lebih banyak ditujukan kepada kelompok resiko tinggi lainnya, seperti pada pekerja seks dan kaum homo seksual. Oleh karena itu, kelompok remaja perlu mendapatkan informasi tentang Perilaku seksual yang Sehat atau pengetahuan kesehatan khususnya mengenai reproduksi dan permasalahannya, sehingga perilaku seksual bebas dapat terkendali dan kelompok remaja menjadi generasi muda bangsa yang sehat dan berkualitas.

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Program Bimbingan dan Konseling yang tepat untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat pada Remaja”

Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, maka perumusan masalah dijabarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana gambaran umum perilaku seksual siswa kelas IX SMPN 4 CimahiTahun Ajaran 2012 /2013?

2. Program Bimbingan dan Konseling pribadi-sosial seperti apa yang dapat mengembangkan perilaku seksual sehat bagi siswa kelas IX SMPN 4 Cimahi?

C. Tujuan Penelitian

(16)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Mendeskripsikan perilaku seksual sehat siswa kelas IX SMPN 4 Cimahi. 2. Menyusun program hipotetik Bimbingan dan Konseling pribadi-sosial

untuk mengembangkan perilaku seksual sehat bagi remaja siswa kelas IX SMPN 4 Cimahi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Bagi penulis, penelitian mengenai perilaku seksual sehat remaja dapat menambah wawasan sehingga dapat mengetahui tentang konsep pendidikan seksualitas khususnya SMP. Selain itu, sebagai calon konselor penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya keilmuan dan keterampilan ketika terjun langsung ke lapangan.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB)

Bagi jurusan PPB, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan Bimbingan dan Konseling khususnya Bimbingan dan Konseling pribadi sosial. Selain itu untuk mengembangkan keilmuan tentang perilaku seksual sehat remaja dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling pribadi sosial.

3. Bagi Bimbingan dan Konseling

Bagi Bimbingan dan Konseling, penelitian ini dapat menghasilkan timbal balik berupa program yang tepat dalam menangani permasalahan perilaku seksualsiswa sehingga menambah informasi dan wawasan keilmuan terhadap Bimbingan Konseling.

4. Bagi SMPN 4 Cimahi

(17)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dari penelitian ini adalah :

1. Tugas – tugas perkembangan masa remaja antara lain mencapai hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan menerima peran sosial sebagai pria dan wanita (Hurlock, 1994:227).

2. Hubungan sosial individu yang pada awalnya tidak terlalu menghiraukan perbedaan jenis kelamin pada masa – masa sebelumnya, beralih ke arah hubungan sosial yang dihiasi perhatian terhadap lawan jenis pada masa remaja (Ali, 2004 : 22)

3. Bimbingan dan Konseling pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah – masalah pribadi sosial. Yang tergolong dalam masalah – masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat tinggal mereka, dan penyelesaian konflik (Yusuf & Nurikshan, 2008:11)

4. Program dalam Bimbingan dan Konseling merupakan seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara sistematis dan terencana berdasarkan kompetensi yang diharapkan (Saripah, 2006:64).

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Selain itu juga pengumpulan data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2007:36). Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh data.

(18)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang berhubungan dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka-angka maupun kata-kata. Pendapat tersebut memberi makna bahwa metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi. Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku seksual sehat pada siswa kelas IX SMPN 4 Cimahi sehingga dapat dirancang program yang tepat yang dapat membantu siswa untuk dapat meningkatkan pemahaman perilaku seksual yang sehat pada remaja.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini melalui wawancara, observasi dan menggunakan angket atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang digunakan adalah angket pengungkap perilaku seksual sehat remaja. Item-item pertanyaan dikembangkan dari komponen atau variabel yang dijabarkan melalui sub komponen yang akhirnya berbentuk indikator-indikator. Pemilihan angket tertutup ini, sebab penulis telah menyediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden.

G. Populasi dan Sampel Penelitian

(19)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(20)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif sedangkan metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mendapatkan jawaban yang spesifik dan memudahkan pencatatan data hasil penelitian, serta dapat menjelaskan dengan kata-kata sehingga dapat dimengerti maksud dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini, data kuantitatif diperoleh dari instrumen (angket) pengungkap perilaku seksual siswa dan wawancara. Pendekatan kualitatif juga digunakan dalam penelitian ini sebagai penunjang untuk mendeskripsikan program bimbingan dan konseling di SMPN 4 Cimahi.

Metode deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu metode untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai situasi yang sedang terjadi pada saat sekarang tanpa memperhatikan keadaan sebelumnya, untuk kemudian dianalisis dan disimpulkan. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kecenderungan perilaku seksual siswa di sekolah dan bentuk program Bimbingan dan Konseling pribadi sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan perilaku seksual yang sehat siswa di sekolah.

B. Definisi Operasional Variabel

1. Perilaku Seksual Sehat Remaja

(21)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbagai pertimbangan resiko yang muncul baik secara fisik, psikologis dan sosial untuk mengendalikan dorongan-dorongan seksual dan dilandasi oleh keimanan secara bertanggung jawab pada diri sendiri, orang tua, lingkungan dan yang terpenting adalah bertanggung jawab kepada Allah SWT.

Perilaku seksual sehat remaja yang dimaksud adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh remaja, pada rentang usia 13 – 15 tahun (masa remaja awal) untuk memenuhi dorongan seksual yang dilakukan berdasarkan pertimbangan sehat menurut fisik, psikologis dan sosial yang dilandaskan pada nilai-nilai agama. Secara operasional sehat dalam aspek fisik adalah segala perbuatan yang dilakukan remaja untuk memenuhi dorongan seksual dengtan didasari oleh:

1. Mengidentifikasi kondisi fisik

2. Memelihara kondisi fisik untuk menarik lawan jenis 3. Memelihara kesehatan organ reproduksi.

Sehat dalam aspek psikologis adalah segala perbuatan yang dilakukan remaja untuk memenuhi dorongan seksual dengan didasari oleh :

1. Merasakan perubahan psikologis berkaitan dengan perkembangan seksual remaja

2. Memiliki pengetahuan berkaitan dengan perkembangan seksual remaja 3. Memiliki integrasi yang kuat antara nilai yang diyakini, sikap yang di

kembangkan dengan perilaku yang dimunculkan 4. Menerima keadaan fisik

5. Memiliki pengendalian diri

Sehat dalam aspek sosial adalah segala perbuatan yang dilakukan remaja untuk memenuhi dorongan seksual dengan didasari oleh :

1. Menghargai diri sendiri. 2. Menghargai orang lain.

(22)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan program Bimbingan dan Konseling pribadi-sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja adalah suatu rangkaian rencana layanan Bimbingan dan Konseling pribadi-sosial bagi siswa Sekolah Menengah Pertama kelas IX yang dibuat dengan sistematis dan didisain untuk jangka waktu tertentu agar dapat mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Yusuf (2007:11), program Bimbingan dan Konseling pribadi sosial merupakan bimbingan yang dilakukan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial.

Kemampuan pribadi sosial remaja yang dikembangkan adalah sebagai berikut: (a) secara pribadi, mengenal karakteristik diri sendiri, menerima keadaan diri sendiri secara positif dan realistik tentang kehidupan seks sesuai dengan perubahan biologis dan psikologis, dan (b) secara sosial, dapat berinteraksi dengan orang lain (baik sejenis kelamin atau lawan jenis) sesuai dengan norma agama dan etika yang ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan program bimbingan ini mencakup: perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi. Dalam struktur program Bimbingan dan Konseling tersebut terdapat beberapa komponen penting yaitu rasional, visi dan misi program, deskripsi kebutuhan, tujuan program, komponen program, rencana operasional (action plan), pengembangan tema/topik, dan evaluasi program.

C. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel

(23)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

operasional, penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan patokan yang dikemukakan oleh Surakhmad (Riduwan, 2006: 65) yang menjelaskan bila populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, dan jika berada diantara 100 sampai 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50% dari jumlah populasi. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Riduwan (2006: 65) yaitu sebagai berikut:

S = 15%+10001000−�100 (50%-15%), maka S=15%+1000900−387 (35%)

S=15%+613900(35%) S=15%+0,68(35%)

S=15%+23,8%

S=38,8% dibulatkan menjadi 39%. Jadi jumlah sampel sebesar 39% x 387 = 151siswa.

Berdasarkan rumus di atas didapat jumlah siswa yang dijadikan sampel yaitu 151 siswa dari 387 jumlah siswa kelas IX secara keseluruhan. Dari 151 siswa tersebut kemudian diambil secara acak dari 13 kelas sehingga di dapat masing-masing kelas dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Anggota Populasi dan Sampel siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013

No. Kelas Populasi Sampel

1 IX A 30 12

2 IX B 31 11

3 IX C 31 12

4 IX D 31 11

5 IX E 30 12

(24)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7 IX G 28 12

8 IX H 29 12

9 IX I 30 12

10 IX J 29 11

11 IX K 30 12

12 IX L 29 11

13 IX M 29 12

Jumlah 387 151

Data lapangan tentang penyusunan dan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 4 Cimahi diperoleh melalui wawancara dengan koordinator BK dan guru BK di SMP Negeri 4 Cimahi.

D. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel (DOV), kemudian menyusun kisi-kisi, dan akhirnya dilakukan judgment kepada ahli (dosen) yang kompeten. Setelah instrumen di judge kemudian dilakukan uji coba (instrumen pengungkap perilaku seksual sehat). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) angket untuk mengungkap perilaku seksual sehat siswa dan (2) pedoman wawancara digunakan untuk mengungkap penyusunan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMPN 4 Cimahi.

1. Instrumen Pengungkap Perilaku Seksual Sehat siswa

(25)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

―Ya‖ untuk pernyataan yang sesuai dengan diri siswa dan jawaban ―Tidak‖ untuk pernyataan yang tidak sesuai dengan diri siswa Pemberian skor akan bergantung kepada jawaban yang dipilih siswa dan sifat dari setiap pernyataan pada angket. Bila pernyataan bersifat positif, maka skor jawaban ―Ya‖ adalah satu dan ―Tidak‖ adalah nol. Sebaliknya jika pernyataan bersifat negatif, maka skor jawaban ―Ya‖ adalah nol dan ―Tidak‖ adalah satu. Berikut ini adalah tabel kisi-kisi alat pengumpul data perilaku seksual sehat siswa.

Tabel 3.2. Kisi – Kisi Angket Perilaku Seksual Sehat

Variabel Aspek Indikator Kerangka item No

(26)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(27)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(28)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

(29)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(30)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Cimahi

Selain angket untuk mengungkap perilaku seksual sehat siswa, digunakan juga pedoman wawancara. Wawancara dilakukan kepada guru pembimbing dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan. Teknik pelaksanaan wawancara berupa teknik wawancara terbuka, yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengungkap penyusunan dan pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 4 Cimahi.

Hasil dari wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling diproses dan ditafsirkan menjadi analisis data untuk dijadikan pertimbangan dalam membuat program layanan Bimbingan dan Konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja. Berikut ini adalah tabel pedoman wawancara mengenai perilaku seksual sehat remaja:

Tabel 3.3. Pedoman Wawancara Program Bimbingan dan Konseling

No Aspek Item

1 Program Bimbingan dan Konseling

1. Apakah yang menjadi landasan dalam penyusunan program BK?

2. Apakah program yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan siswa di sekolah?

3. Bagaimana bentuk sosialisasi/pelaksanaan program BK di sekolah?

4. Kapan evaluasi dan tindak lanjut biasanya dilaksanakan oleh personil BK mengenai program yang telah dibuat?

(31)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

selalu diperbaharui setiap tahunnya?

7. Apa yang menjadi faktor penunjang dan penghambat bagi terlaksananya program BK di sekolah?

2 Layanan

Bimbingan Klasikal

1. Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Klasikal di sekolah?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pelaksanaan Bimbingan Klasikal di sekolah? 3. Kendala apa yang dirasakan dalam

pelaksanaan Bimbingan Klasikal di sekolah? 3 Layanan Bimbingan

Kelompok

1. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Kelompok di sekolah?

2. Strategi apa yang digunakan dalam pelaksanaan Bimbingan Kelompok di sekolah?

3. Bagaimana Tekhnik yang diberikan dalam pelaksanaan Bimbingan Kelompok di sekolah?

4 Layanan Konseling Individual

1. Masalah apa yang biasanya dialami oleh siswa?

2. Bagaimana proses dan tahapan pelaksanaan Konseling Individual di sekolah?

3. Kendala apa yang dirasakan dalam pelaksanaan Konseling Individual di sekolah?

(32)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5 Program Bimbingan

Pribadi Sosial untuk mengembangkan

perilaku seksual sehat siswa

1. Adakah program Bimbingan khusus seperti Bimbingan Pribadi Sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat untuk siswa?

2. Kompetensi apa yang ingin diberikan kepada siswa jika nantinya disusun program program Bimbingan Pribadi Sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat di sekolah ini?

3. Apa tujuan yang ingin dicapai dalam program layanan Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat untuk siswa?

4. Jika program layanan Bimbingan Pribadi sosial perilaku seksual sehat akan disusun, bagaimana kemungkinan partisipasi guru bidang studi?

Sementara itu, untuk kelengkapan sarana dan prasarana penunjang kegiatan Bimbingan dan Konseling diungkap dengan menggunakan pedoman observasi untuk mengetahui keefektifan pelayanan Bimbingan dan Konseling disekolah. Berikut ini adalah rincian kisi-kisi pedoman observasi program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial di SMPN 4 Cimahi.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial SMPN 4 Cimahi

Aspek Jenis Sarana dan

Prasarana

Kualifikasi

(33)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Digunakan Tidak Ruang bimbingan kelompok Ruang Guru BK

(34)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Kelengkapan

Administrasi

Struktur Organisasi BK Papan program BK Papan Informasi Agenda Surat

Kartu panggilan siswa Media

komunikasi siswa

Mading

Sarana kegiatan ekstrakulikuler

E. Pengujian Alat Pengumpul Data Pengungkap Perilaku Seksual Sehat siswa

1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2007: 121) yang dimaksud dengan validitas instrumen adalah alat ukur yang benar – benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal senada juga di ungkapkan oleh Sugiyono (2007:5) yang menyatakan bahwa validitas mengandung arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Lebih lanjut dikatakan suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurannnya atau menghasilkan ukuran yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut.

a. Uji Validitas isi

(35)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Instrumen yang telah disusun selanjutnya ditimbang oleh tiga orang ahli yaitu dua orang dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, serta satu orang dosen jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penimbangan instrumen ini dilakukan untuk melihat kesesuaian butir-butir pernyataan baik dari segi konstruk, isi maupun redaksional. Instrumen yang ditimbang oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam 3 kategori, yaitu a) memadai, artinya butir instrumen tersebut bisa langsung digunakan, b) kurang memadai, artinya butir instrumen tersebut harus di revisi terlebih dahulu sebelum digunakan, c) tidak memadai, artinya butir instrumen tersebut tidak bisa digunakan atau harus di buang. Dari hasil penimbangan instrument oleh ahli, terdapat beberapa butir pertanyaan yang harus diperbaiki. Berikut adalah tabel hasil judgement angket perilaku seksual sehat.

Tabel 3.5. Hasil Judgement Angket Perilaku Seksual Sehat

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Memadai 8, 10, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 29, 31, 35, 38, 39, 42,43, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 66, 67, 68, 70, 71, 72, 75

42

Revisi 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 26, 28, 30, 32, 33, 34, 37, 40, 41, 44, 45, 53, 58, 64, 65, 69, 74

30

Buang 6, 36, 73 3

(36)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Uji Validitas Butir Soal

Untuk menguji validitas butir soal terhadap instrumen yang akan digunakan, instrumen ini diuji cobakan kepada 30 siswa kelas IX SMP Pasundan 4 Cimahi. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui ketetapan/kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) instrumen yang telah disusun dan akan digunakan penelitian. Uji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) SPSS versi 16.0 for windows. Pengujian validitas eksternal untuk pemilihan item digunakan teknik korelasi item – total product moment. Item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi minimal 0,3 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang (Masrun, 1979; Sugiyono, 2009: 126 – 127).

Hasil pengujian dari 72 item pernyataan pada skala perilaku seksual sehat remaja, sebanyak 46 dinyatakan valid dengan cara melihat nilai P value dengan kriteria < 0,05. Pada skala perilaku seksual sehat remaja ini, r hitung dikonsultasikan dengan r tabel dengan jumlah sampel 30 orang dengaan derajat kesalahan 5%. Hasil rekapitulasi uji validitas item skala perilaku seksual sehat remaja tertera pada lampiran. Berikut tabel rincian itemnya :

Tabel 3.6. Hasil Uji Coba Validitas

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Valid 1,3,4,6,7,9,10,12,13,14,15,16,18,19,20,22, 24,26,27,28,29,31,35,36,38,42,43,44,45,47, 48,49,50,51,55,56,57,58,59,60,64,66,69,70, 71,72

46

Tidak valid 2,5,8,11,17,21,23,25,30,32,33,34,37,39,40, 41,46,52,53,54,61,62,63,65,67,68

26

(37)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Reliabilitas suatu instrumen penelitian menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut dapat dikatakan baik apabila memberikan data dengan ajeg sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2006: 86).

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan, bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Ridwan (2006: 138) yang dijelaskan dalam tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7. Interval Koefesien Masing-Masing Kriteria Keterandalan

Interval Koefisien Kriteria Keterandalan

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

0,60 – 0,799 Tinggi

0,40 – 0,599 Cukup

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Hasil uji reliabilitas pada skala perilaku seksual sehat remaja dengan menggunakan software 16.0 for windows diperoleh skor koefisien reliabilitas sebesar 0,653 merujuk pada klasifikasi rentang koefisien reliabilitas, dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas sebesar 0,653 menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi.

F. Pengolahan dan Analisis Data

(38)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Menghitung panjang kelas yang sekaligus dapat menentukan batas kelas/kelompok. Panjang kelas dihitung berdasarkan pada banyak kelas yang sudah ditentukan yaitu lima kelas.

3. Menyusun interval kelas, dengan cara menentukan bilangan awal untuk interval kelas pertama (paling bawah) yang merupakan kelipatan dari panjang kelas dan tidak lebih kecil dari skor terkecil dikurang panjang kelas. Bilangan awal ini harus sama dengan atau lebih kecil dari skor terkecil. (Furqon,1997: 22)

4. Menghitung frekuensi dengan cara menturus setiap nilai yang ada kedalam interval kelas masing-masing dan kemudian menjumlahkan banyak turus yang didapat (Furqon,1997: 22)

5. Setelah dihitung frekuensi dari setiap kelas, maka selanjutnya jumlah frekuensi akan dihitung kedalam bentuk persen.

Tabel 3.8. Kriteria Perilaku Seksual Sehat

Kategori Interval %

Sangat Sehat (SS) 40 – 49 81 – 100

Sehat (S) 30 – 39 61 – 80

Cukup Sehat (CS) 20 – 29 41 – 60

Kurang Sehat (KS) 10—19 21 – 40

Tidak Sehat (TS) 0 – 9 0 – 20

Setiap kategori interval memiliki arti sebagai berikut ini. a. Sangat Sehat (SS)

(39)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Sehat (S)

Siswa Memiliki kecenderungan berperilaku seksual secara sehat baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Dan sebagian besar kecenderungan (61-80 %) sudah termanifestasikan sebagai perilaku seksual.

c. Cukup Sehat (CS)

Siswa Memiliki kecenderungan berperilaku seksual secara sehat baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Dan sebagian kecenderungan (41-60 %) sudah termanifestasikan sebagai perilaku seksual.

d. Kurang Sehat (KS)

Siswa Memiliki kecenderungan berperilaku seksual secara sehat baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Dan sebagian kecil kecenderungan (21-40 %) sudah termanifestasikan sebagai perilaku seksual.

e. Tidak Sehat (TS)

Siswa Memiliki kecenderungan berperilaku seksual secara sehat baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Dan sangat sedikit kecenderungan (0-20 %) sudah termanifestasikan sebagai perilaku seksual.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian yang dijalankan meliputi beberapa langkah sebagai berikut ini.

1. Menyusun proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah metode penelitian dan disahkan dengan persetujuan dari dewan skripsi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan dosen pembimbing skripsi. 2. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada

tingkat Fakultas.

3. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberi rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas.

(40)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Agustin, M.Pd, Dr. Ipah Saripah, M.Pd, dan Dra. SALily Nurillah, M.Pd. 5. Uji coba instrumen pada 30 siswa kelas IX SMP Pasundan Cimahi

dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2012, dan mengumpulkan data dengan menyebarkan angket secara keseluruhan pada 151 siswa kelas IX SMPN 4 Cimahi terselenggarakan pada tanggal 09 November 2012.

6. Mewawancara guru BK di SMPN 4 Cimahi untuk menjaring informasi tentang pelaksanaan program BK yang telah ada dan peluang pengadaan program Bimbingan dan Konseling perilaku seksual sehat sebagai program khusus BK.

7. Mengolah dan menganalisis data perilaku seksual sehat siswa serta menyimpulkan hasil wawancara dan observasi.

8. Menyusun program Bimbingan dan Konseling perilaku seksual sehat berdasarkan pada data yang telah diperoleh.

9. Mengadakan uji rasional yaitu dengan cara mendiskusikan program yang telah disusun dengan dua orang ahli (dosen ahli jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI) dan satu orang praktisi (guru BK). 10. Menyempurnakan program Bimbingan Perilaku Seksual Sehat

(41)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 103

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian terdahulu maka ada beberapa hal yang patut ditelaah sebagai bahan kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi objektif lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas IX SMP Negeri 4 Cimahi tahun ajaran 2012/2013 memiliki perilaku seksual yang termasuk dalam kategori sehat. Aspek perilaku seksual sehat paling tinggi yang dimiliki oleh siswa adalah psikologis dan fisik, sedangkan aspek sosial merupakan aspek terendah. Pencapaian indikator yang paling tinggi yang dimiliki siswa adalah siswa dapat memelihara kesehatan organ reproduksi dan pencapaian indikator yang paling rendah yaitu menghargai orang lain.

(42)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

program mengacu pada paradigma baru BK komprehensif dengan pendekatan yang berorientasi pada pencegahan dan pengembangan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan di lapangan dan kesimpulan penelitian, Bimbingan dan Konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat sangat diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut akan dipaparkan rekomendasi yang ditujukan kepada beberapa pihak yang secara langsung terkait kemungkinan upaya pengembangan dan penerapan temuan penelitian.

1. Bagi Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran kecenderungan perilaku seksual sehat siswa kelas IX SMPN Negeri 4 Cimahi menunjukan bahwa sebagian siswa belum dapat berperilaku seksual sehat secara sempurna. Hal ini ditunjukan oleh hasil data penyebaran instrumen, lebih dari setengah jumlah siswa, berada pada katagori sehat namun perlu pengembangan agar menjadi sangat sehat. Maka dari itu pihak sekolah hendaknya memberikan perhatian dan dukungan terhadap segala upaya yang dilakukan pembimbing dalam usaha mengembangkan perilaku seksual sehat siswa. Selain itu, kerja sama antar seluruh personil sekolah dalam hal koordinasi, dan partisipasi hendaknya dijalin dengan erat khususnya dalam penyusunan, pelaksanaan sampai pengembangan program Bimbingan dan Konseling pribadi sosial perilaku seksual sehat.

2. Bagi Guru BK

Berdasarkan gambaran umum perilaku seksual sehat siswa yang telah dijelaskan pada bab pembahasan, maka terasa penting sekali bagi guru pembimbing untuk memberikan layanan bimbingan yang bersifat preventif dan pengembangan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mampu memelihara/mempertahankan dan terus mengembangkan perilaku seksual sehatnya.

(43)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maka peneliti merumuskan program Bimbingan dan Konseling dengan metode bimbingan kelompok maupun klasikal. Program layanan bimbingan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual ini memang masih bersifat hipotesis. Namun program yang dibuat dipandang relevan untuk diaplikasikan oleh pihak guru pembimbing sebagai upaya membantu siswa dalam terus mengembangkan perilaku seksual sehatnya. Program hipotesis ini dapat dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan program sekolah yang ada.

Guru Bimbingan dan Konseling seyogyanya terus meningkatkan kompetensi dan keilmuan dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti: seminar, lokakarya, dan workshop bidang Bimbingan dan Konseling sehingga mendapatkan informasi baru tentang paradigma Bimbingan dan Konseling yang berorientasi pada pengembangan dan pencegahan. Sebab selama ini program yang dilaksanakan berorientasi pada pendekatan remedial, klinis, dan terpusat pada konselor.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini disusun hanya sampai tahap pengujian hipotetik oleh ahli, belum sampai pengujian program secara empirik, ini membuka kesempatan bagi penelitian selanjutnya untuk meneruskan kelengkapan proses penelitian sampai pada pengembangan program bimbingan perilaku seksual sehat untuk siswa sekolah menengan pertama.

(44)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad.(2004). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsini.(2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.

Centra Mitra Remaja. (2002). Jurnal Harga Diri Pada Remaja Putri Yang Telah Melakukan Hubungan Seks Pranikah. [Online]. Tersedia di: http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/12.pdf [ 15 Oktober 2011 ]. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.(2008).

Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak – hak reproduksi bagi remaja indonesia. Jakarta: BKKBN.

Desmita.(2008).Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak – Hak Reproduksi.(2008). Keterampilan

Hidup (Life Skill) Dalam Program Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN.

Furqon.(1997). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hurlock, E.B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pedekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Diterjemahkan oleh: Dra. Istiwidayanti & Drs. Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

_____________.(1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

_____________.(2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Imaduddin, Aam.(2008). Program Bimbingan dan Konseling Untuk

Meningkatkan Komitmen Belajar Siswa Menengah Atas. Skripsi PPB FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Imran, Irawati.(1999). Perkembangan Seksualitas Remaja. Jakarta : PKBI.

(45)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kartadinata, Sunaryo. (2003). Arah Tantangan Bimbingan dan Konseling Perkembangan. Pendidikan dan Konseling di Era Global. Bandung: Rizqi Press.

Laporan utama, Kompas nomor 3 Senin 20 Maret 2012. Laporan utama, Tribun nomor 5 Senin 19 Desember 2008.

Monks, F.J. A.M.P Knoers Siti Rahayu H. (2006). Psikologi Perkembangan (Pengantar dalam Berbagai Badiannya). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nadhirah, Nadia Aulia.(2012). Rancangan Hipotetik Layanan Konseling Kelompok Realitas Untuk Meningkatkan Perilaku Seksual Sehat Remaja.

PPBFIP UPI (tidak diterbitkan).

Najati, ‘Utsman. (2000). Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka.

_____________.(2004). Psikologi dalam Perspektif Hadits. Jakarta: Pustaka Husna Baru.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling (Edisi Kedua),. Bandung : Jurusan PPB FIP bekerjasama dengan UPT LBK UPI. _____________.(2004). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung :

Refika Aditama.

Oktaviani, Asri Eka. (2010). Bimbingan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Remaja. PPB FIP UPI (tidak diterbitkan).

Prayitno & Amti, Erman.(1994). Dasar - dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan. (2006). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Santosa, Hardi (2010). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Siswa. Tesis pada PPs-UPI Bandung: tidak diterbitkan.

(46)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Saripah, Ipah. (2006). Program Bimbingan untuk mengembangkan Perilaku Sosial Anak. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sarwono, Sarlito W. (1997). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press.

________________.(2010). Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Rajawali Press.

________________.(2011). Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Setiawati. (2008). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Mahasiswa. Tesis pada PPs-UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Soekidjo Notoatmodjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Shertzer, B. S., & Stone, S. C. (1981). Fundamentals of guidance. Boston, MA: Houghton Mifflin Company.

S.Willis, Syofyan.(2005). Remaja dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta. Sugiyono.2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung : Alfabeta.

_______.(2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

_______.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suherdiana.(2004). Perilaku Seksual Remaja Indonesia. [Online]. Tersediadihttp://www.detikhealth.com/read/2010/06/23/165015/1384945/763 /perilaku-seksual-remaja-di-indonesia [ 30 Oktober 2011].

Suherman, Uman AS. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi : Madani Production.

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda.

(47)

Afifah, 2013

Program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja.

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Anggota Populasi dan Sampel siswa Kelas IX
Tabel 3.2. Kisi – Kisi Angket Perilaku Seksual Sehat
Tabel 3.3. Pedoman Wawancara Program Bimbingan dan Konseling
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Program Bimbingan dan Konseling
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada upaya mengembangkan perilaku etis berbahasa santun siswa di sekolah, Guru Bimbingan dan Konseling dapat meningkatkan kebiasaan berbahasa siswa dalam berkata secara

Atas dasar pemikiran tersebut, perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mereduksi Kebiasaan Mengakses Situs

Berkaitan dengan perilaku seksual sehat remaja, maka teknik modeling ini sebagai salah satu upaya yang dapat diberikan kepada siswa untuk memberikan contoh

LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KESIAPAN KEHDUPAN PERNIKAHAN DAN BERKELUARGA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Seksual Sehat Remaja (Disusun Berdasarkan Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 4

perilaku seksual remaja dikategorikan positif (baik), yang dilihat dari: pertama, persepsi siswa tentang perilaku seksual remaja dalam bentuk Awakening and

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU ETIS BERBAHASA SANTUN (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ciparay Tahun

Hasil penelitian menunjukan: (1) secara umum perilaku seksual siswa berada pada taraf waspada menuju perlu pengembangan; (2) penanganan masalah perilaku seksual siswa